mati batang otak

21
MATI BATANG OTAK Oleh : Debi Karina Dwi Jayanti Pembimbing : Dr. Syamsirun Halim, Sp.PD. KIC Kepanitraan Klinik Senior bagian Anestesiologi Program Studi Pendidikan Dokter RSUD. Raden Mattaher 2011

Upload: karina-subianda

Post on 02-Jul-2015

729 views

Category:

Documents


31 download

TRANSCRIPT

Page 1: MATI BATANG OTAK

MATI BATANG OTAK

Oleh : Debi Karina Dwi Jayanti

Pembimbing :Dr. Syamsirun Halim, Sp.PD. KIC

Kepanitraan Klinik Senior bagian AnestesiologiProgram Studi Pendidikan Dokter

RSUD. Raden Mattaher 2011

Page 2: MATI BATANG OTAK

DEFINISI

Conference of Commissioners on Uniform State Laws, President’s Commission for the Study of Ethical Problems in Medicine and Biomedical and Behavioral Research, seseorang dinyatakan mati otak apabila mengalami (1) terhentinya fungsi sirkulasi dan respirasi secara ireversibel, dan (2), terhentinya semua fungsi otak secara keseluruhan, termasuk batang otak, secara ireversibel

Page 3: MATI BATANG OTAK

Tiga temuan penting dalam kematian otak adalah koma, hilangnya refleks batang otak, dan apnea (New York State Department of Health, 2005).

Page 4: MATI BATANG OTAK

Penentuan kematian otak sangat tergantung dari gejala klinis dan hasil laboratorium. Secara klinis, seseorang dinyatakan mati otak jika semua keadaan berikut ditemukan:

Tidak ada respirasi spontan (tidak dapat menghirup napas sendiri).

Pupil dilatasi dan terfiksir (mata midriasis, tidak ada reaksi terhadap cahaya).

Tidak ada respon terhadap stimulus noksius (rangsang nyeri tidak disertai kedipan mata, tanpa mimik meringis, tanpa gerakan anggota tubuh manapun).

Semua anggota tungkai flaksid (tidak ada pergerakan, tanpa tonus otot dan hilangnya aktivitas refleks pada tangan ataupun kaki).

Tidak ada tanda-tanda aktivitas batang otak: Bola mata terfiksasi dalam orbita. Tidak ada refleks kornea. Tidak ada respon terhadap tes-tes kalori. Tidak ada refleks muntah atau batuk.(13)

Page 5: MATI BATANG OTAK

PATOFISIOLOGI

terjadinya kematian otak adalah peningkatan hebat tekanan intrakranial (TIK) yang disebabkan perdarahan atau edema otak. Jika TIK meningkat mendekati tekanan darah arterial, kemudian tekanan perfusi serebral (TPS) mendekati nol, maka perfusi serebral akan terhenti dan kematian otak terjadi

Page 6: MATI BATANG OTAK

KRITERIA MATI OTAK

Mollaret dan Goulon 1959 Mohandas dan Chou 1971 Kriteria Harvard Kriteria Minnesota

Page 7: MATI BATANG OTAK

DIAGNOSIS

Diagnosis MBO mempunyai dua komponen utama. Komponen pertama terdiri dari pemenuhan prasyarat-prasyarat dan komponen kedua adalah tes klinik fungsi batang otak.

Page 8: MATI BATANG OTAK
Page 9: MATI BATANG OTAK
Page 10: MATI BATANG OTAK
Page 11: MATI BATANG OTAK
Page 12: MATI BATANG OTAK

- Untuk menegakkan diagnosis kematian otak, penggunaan serangkaian protokol sertifikasi kematian otak cukup membantu. Daftar A, B, C dan D di bawah ini dapat bermanfaat bagi dokter.

Page 13: MATI BATANG OTAK

Daftar A: Garis Besar Tanpa pergerakan spontan, kejang atau gerakan

badan lainnya. Tanpa respon terhadap jenis rangsang nyeri apa

pun (misalnya menggosok sternum, penekanan pada kuku jari, penekanan dengan jarum) pada daerah distribusi nervus kranialis.

Hilangnya refleks-refleks batang otak. Pasien bernapas dengan napas bantuan. Uji apnea

menunjukkan hilangnya pernapasan spontan. Menyingkirkan kemungkinan keadaan eksaserbasi. Memastikan kondisi pasien akan kerusakan

struktur otak yang tidak dapat diperbaiki. Memastikan bahwa bukti-bukti klinis tidak berubah

dengan peninjauan kembali 2 sampai 24 jam kemudian.

Page 14: MATI BATANG OTAK

Daftar B: Uji Terhadap Hilangnya Refleks-refleks Batang Otak

Pupil terfiksasi dan dilatasi, tanpa respon langsung atau tidak langsung terhadap cahaya. Pupil harus dalam ukuran menengah atau besar. Penggunaan obat seperti atropin dan obat-obat lain yang menghambat respon pupil terhadap cahaya dipastikan belum diberikan.

Hilangnya refleks kornea. Hilangnya respon vestibulo-okuler terhadap

rangsang air dingin (“cold calories”). Gunakan minimal 120 mm air es dan posisi kepala 30 derajat terhadap sumbu horizontal.

Hilangnya refleks batuk. Hilangnya respon terhadap kateter yang

ditempatkan dalam endotracheal tube ke dalam trakea.

Hilangnya fenomena “doll’s eye”.

Page 15: MATI BATANG OTAK

Daftar C: Uji Apnea Langkah 1: Garis arterial, oximeter denyut nadi dan

fasilitas untuk pengukuran gas darah arteri. Langkah 2: Atur ventilasi FI02 ke 1.0. Langkah 3: Atur ventilasi jika perlu untuk memastikan

PaCO2 berada diantara 40 mmHg dan 50 mmHg. Langkah 4: Gambar sampel ABG nomor 1. Langkah 5: Mulai stopwatch, cabut ventilator dan

masukkan oksigen sebanyak 6 liter/menit melalui kateter trakea untuk membantu mencegah hipoksia. Perhatikan setiap gerakan yang memperlihatkan usaha untuk bernapas spontan.

Langkah 6: Setelah 6 menit, gambarkan sampel ABG nomor 2 dan sambungkan kembali ventilator.

Langkah 7: Hitung peningkatan PaCO2 selama periode apnea. Peningkatan harus lebih dari 10 mmHg dan tidak adanya usaha untuk bernapas spontan harus ada pada uji apnea yang menunjukkan bahwa tidak ada aktivitas pernapasan spontan yang terjadi.

Page 16: MATI BATANG OTAK

Daftar D: Menyingkirkan Kemungkinan Kondisi Tambahan

Pengaruh obat-obatan depresan susunan saraf pusat (mis. barbiturat, benzodiazepin, narkotik).

Hipotermia – suhu rata-rata (mis. suhu esophagus, rektal) di bawah 32,2 derajat Celcius (900 F).

Gangguan elektrolit (mis. hiponatremia, asidosis metabolik).

Lanjutan blokade neuromuskuler setelah peemberian agen penghambat neuromuskuler (tinjau kembali daftar pemberian anestetik dan riwayat ICU; periksa dengan stimulator saraf; balikkan efek agen tersebut dengan neostigmin).

Page 17: MATI BATANG OTAK

Jika kriteria klinis kematian telah ditemukan, seseorang tidak dapat ditetapkan “mati otak” hingga dokter memastikan tidak ada obat bius (mis. kodein, domerol, morfin, kokain, heroin) dan tidak ada obat-obatan barbiturat (mis. fenobarbital, sekobarbital, nembutal, amytal) yang telah diberikan 24 jam sebelumnya dan bahwa kematian otak telah ditunjukkan melalui salah satu dari studi diagnostik berikut:

Angiogram serebral (injeksi larutan kontras ke dalam arteri leher untuk melihat arteri di otak pada film X-ray), menunjukkan tidak ada penetrasi larutan ke dalam arteri otak.

Page 18: MATI BATANG OTAK

Scan aliran darah serebral (scan kepala setelah injeksi substansi radioaktif yang aman secara intravena) memperlihatkan tidak ada aliran darah di otak.

Dua kali EEG (elektroensefalogram atau uji gelombang otak) pada interval 24 jam menunjukkan tidak ada aktivitas listrik dari otak, mis. EEG datar atau isoelektrik.

Poin ketiga dari ketiga tes di atas paling banyak digunakan karena sangat mudah dilakukan di tempat tidur pasien.

 

Page 19: MATI BATANG OTAK

Yang berwenang menetukan mati batang otak yaitu tenaga medis yang dimaksud terdiri dari sekurang – kurangnya 3 (tiga) orang dokter yang kompeten yaitu dokter umum, jika ada dokter spesialis anestesiologi atau saraf, yang ditunjuk oleh komite medic. Keputusan ini dibuat dengan berita acara pengujian dan pengambil keputusan. Diagnosis MBO harus dibuat di ruang ICU

Page 20: MATI BATANG OTAK

KESIMPULAN Pemeriksaan klinis mati batang otak yaitu :

Tes diagnosis mati batang otak yaitu pemeriksaan klinis mati batang otak yaitu Koma

Tidak ada respon motorik Tidak ada respon pupil terhadap cahaya dan

pupil berada di posisi tengah dengan dilatasi (4-6 mm)

Tidak ada reflex kornea Tidak ada reflex tersedak Tidak ada respon kalorik Tidak ada batuk sebagian respon terhadap

suction trakea Tidak ada reflex menghisap dan menutup mulut Tidak ada usaha respirasi saat PaCO2 setinggi 60

mmHg atau 20 mmHg diatas nilai dasar normal  

Page 21: MATI BATANG OTAK