bismillah refaarat mati batang otak

Upload: marcellino-mettafortuna

Post on 04-Apr-2018

242 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/30/2019 Bismillah Refaarat Mati Batang Otak

    1/22

    BAB I

    PENDAHULUAN

    I.1 Latar Belakang

    Sebelum sekitar tahun 1950, definisi atas kematian cukup jelas, yakni saat

    detak jantung dan pernapasan berhenti terjadi. Namun kemudian berbagai teknik

    ditemukan untuk mempertahankan detak jantung dan pernapasan walaupun pasien

    telah mati, sehingga muncul persepsi baru. Kematian didefinisikan sebagai

    hilangnya fungsi otak dan bukan fungsi jantung dan paru. Ilmuwan, pemuka

    agama, pekerja kesehatan, bahkan masyarakat umum secara luas telah menyetujui

    bahwa seseorang dapat dikatakan meninggal apabila terjadi kematian otak. Di

    Amerika Serikat, kematian dapat ditentukan berdasarkan kriteria neurologis1.

    Kriteria untuk kematian otak sendiri berevolusi seiring waktu. Pada tahun

    1959, Mollaret dan Goulon memperkenalkan istilah irreversible coma atau

    koma ireversibel, untuk mendeskripsikan keadaan dari 23 orang pasien yang

    berada dalam kondisi koma, kehilangan kesadaran, refleks batang otak, respirasi,

    serta menunjukkan hasil elektroensefalogram yang datar. Pada tahun 1968, komite

    ad hoc di Harvard Medical School meninjau ulang definisi kematian otak dan

    mendefinisikan koma ireversibel, atau kematian otak, sebagai tidak adanya respon

    dan reseptivitas, pergerakan dan pernapasan, reflex batang otak, serta adanya

    koma yang penyebabnya telah diidentifikasi. Pada tahun 1976, The Conference of

    Medical Royal Colleges di Inggris menyatakan bahwa kematian otak adalah

    hilangnya fungsi batang otak yang komplet dan ireversibel. Pada tahun 1981,

    Presidents Commission for the Study of Ethical Problems in Medicine and

    Biomedical and Behavioral Research mempublikasikan panduan berkaitan dengan

    kematian otak.4,5

    Menurut Peraturan Pemerintah RI No.18 tahun 1981 tentang bedah mayat

    klinis dan bedah mayat anatomis serta transplantasi alat atau organ tubuh manusia,

    meninggal dunia adalah keadaan insani yang diyakini oleh ahli-ahli kedokteran

    yang berwenang bahwa fungsi otak, pernapasan dan denyut jantung seseorang

    telah berhenti. Batasan mati mengandung 2 kelemahan yang pertama pada henti

    1

  • 7/30/2019 Bismillah Refaarat Mati Batang Otak

    2/22

    jantung (cardiac arrest) , fungsi otak, pernapasan dan jantung telah berhenti

    namun sebetulnya kita belum dapat menyatakan mati karena pasien masih

    mungkin hidup kembali bila dilakukan resusitasi. yang kedua dengan adanya kata-

    kata denyut jantung telah berhenti maka ini justru kurang menguntungkan untuk

    transplantasi, karena perfusi ke organ-organ telah berhenti pula, yang tentunya

    akan mengurangi viabilitas jaringan atau organ. Diagnosis mati batang otak

    (MBO) dan petunjuknya dapat dilihat pada fatwa IDI tentang MBO. Diagnosa

    MBO mempunyai 2 komponen utama. Komponen pertama terdiri dari pemenuhan

    prasyarat-prasyarat dan komponen kedua adalah tes klinis fungsi batang otak.6

    I.2 Tujuan

    Mengingat pentingnya pengetahuan tentang hal tersebut maka penulis

    mencoba memaparkan tentang mati batang otak yang penulis dapatkan dari

    berbagai sumber. Penulisan makalah tinjauan pustaka ini bertujuan untuk

    memberikan informasi mengenai mati batang otak secara singkat.

    I.3 Manfaat

    Pada penulisan makalah ini penulis berharap dapat memberikan

    pengetahuan pada pembaca mengenai mati batang otak secara lebih mendalam.

    2

  • 7/30/2019 Bismillah Refaarat Mati Batang Otak

    3/22

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    II.1. Definisi Mati

    Mati klinis adalah henti napas (tidak ada gerakan napas spontan) ditambah

    henti sirkulasi (jantung) total dengan semua aktivitas otak terhenti, tetapi tidak

    ireversibel. Pada masa sekarang kematian inilah, permulaan resusitasi dapat

    diikuti dengan pemulihan semua fungsi organ vital termasuk fungsi otak nomal,

    asal diberikan terapi yang optimal.1,2

    Mati biologis (kematian semua organ) selalu mengikuti mati klinis bila tidak

    dilakukan resusitasi jantung paru (RJP) atau bila upaya resusitasi dihentikan. Mati

    biologis merupakan proses nekrotisasi semua jaringan, dimulai dengan neuron

    otak yang menjadi nekrotik setelah kira-kira 1 jam tanpa sikulasi, diikuti oleh

    jantung, ginjal, paru, dan hati yang menjadi nekrotik selama beberapa jam atau

    hari.3

    Mati serebral (kematian korteks) adalah kerusakan ireversibel serebrum,

    terutama neokorteks. Mati otak (MO, kematian otak total) adalah mati serebral

    ditambah dengan nekrosis sisa otak lainnya, termasuk serebelum, otak tengah, dan

    batang otak.2,3

    Mati sosial (status vegetatif yang menetatap, sidroma apalika) merupakan

    kerusakan berat ireversibel pada pasien yang tetap tidak sadar dan tidak responsif,

    tetapi mempunyai elektroensefalogram (EEG) aktif dan beberapa reflek yang

    utuh. Ini harus dibedakan dari mati serebral yang hasil EEG nya tenang dan dari

    mati otak, dengan tambahan ketiadaan semua reflek saraf otak dan upaya napas

    spontan. Pada keadaan vegetatif mungkin terdapat siklus sadar tidur.3

    II.2. Definisi Mati Batang Otak

    Menurut kriteria komite ad hoc Harvard tahun 1968, kematian otak

    didefinisikan oleh beberapa hal. Yang pertama, adanya otak yang tidak berfungsi

    3

  • 7/30/2019 Bismillah Refaarat Mati Batang Otak

    4/22

    lagi secara permanen, yang ditentukan dengan tidak adanya resepsi dan respon

    terhadap rangsang, tidak adanya pergerakan napas, dan tidak adanya refleks-

    refleks, yakni respon pupil terhadap cahaya terang, pergerakan okuler pada uji

    penggelengan kepala dan uji kalori, refleks berkedip, aktivitas postural (misalnya

    deserebrasi), refleks menelan, menguap, dan bersuara, refleks kornea, refleks

    faring, refleks tendon dalam, dan respon terhadap rangsang plantar. Yang kedua

    adalah data konfirmasi yakni EEG yang isoelektris. Kedua tes tersebut diulang 24

    jam setelah tes pertama, tanpa adanya hipotermia (suhu < 32,2o C) atau pemberian

    depresan sistem saraf pusat seperti barbiturat. Penentuan tersebut harus dilakukan

    oleh seorang dokter. 2,7

    Menurut Uniform Determination of Death Act, yang dikembangkan oleh

    National Conference of Commissioners on Uniform State Laws, Presidents

    Commission for the Study of Ethical Problems in Medicine and Biomedical and

    Behavioral Research, seseorang dinyatakan mati otak apabila mengalami (1)

    terhentinya fungsi sirkulasi dan respirasi secara ireversibel, dan (2) terhentinya

    semua fungsi otak secara keseluruhan, termasuk batang otak, secara ireversibel.

    Terhentinya fungsi sirkulasi dan respirasi dinilai dari tidak adanya denyut jantung

    dan usaha napas, serta pemeriksaan EKG dan uji apnea. Terhentinya fungsi otak

    dinilai dari adanya keadaan koma serta hilangnya fungsi batang otak berupa

    absennya refleks - refleks.8

    Menurut panduan yang digunakan di Amerika Serikat, kematian otak

    didefinisikan sebagai hilangnya semua fungsi otak secara ireversibel, termasuk

    batang otak. Tiga temuan penting dalam kematian otak adalah koma, hilangnya

    refleks batang otak, dan apnea.7,8

    Diagnosis kematian batang otak merupakan diagnosis klinis. Tidak

    diperlukan pemeriksaan lain apabila pemeriksaan klinis (termasuk pemeriksaan

    refleks batang otak dan tes apnea) dapat dilaksanakan secara adekuat. Apabila

    temuan klinis yang sesuai dengan kriteria kematian batang otak atau

    pemeriksaan konfirmatif yang mendukung diagnosis kematian batang otak

    tidak dapat diperoleh, diagnosis kematian batang otak tidak dapat ditegakkan.9

    4

  • 7/30/2019 Bismillah Refaarat Mati Batang Otak

    5/22

    II.3. Etiologi

    Kematian otak ditandai dengan koma, apneu dan hilangnya semua refleks

    batang otak. Diagnosis klinis ini pertama kali disampaikan dalam kepustakaan

    kedokteran pada tahun 1959 dan kemudian digunakan dalam praktik kedokteran

    pada dekade berikutnya pada bidang trauma klinis yang spesifik. Kebanyakan

    kasus kematian dapat didiagnosis di tempat tidur pasien.2,4,10

    Penyebab umum kematian otak termasuk trauma, perdarahan intrakranial,

    hipoksia, overdosis obat, tenggelam, tumor otak primer, meningitis, pembunuhan

    dan bunuh diri. Dalam kepustakaan lain, hipoglikemia jangka panjang disebut

    sebagai penyebab kematian otak.10

    II.4. Patofisiologi

    Patofisiologi penting terjadinya kematian otak adalah peningkatan hebat

    tekanan intrakranial (TIK) yang disebabkan perdarahan atau edema otak. Jika TIK

    meningkat mendekati tekanan darah arterial, kemudian tekanan perfusi serebral

    (TPS) mendekati nol, maka perfusi serebral akan terhenti dan kematian otak

    terjadi.11

    Aliran darah normal yang melalui jaringan otak pada orang dewasa rata-rata

    sekitar 50 sampai 60 mililiter per 100 gram otak per menit. Untuk seluruh otak,

    yang kira-kira beratnya 1200 1400 gram terdapat 700 sampai 840 ml/menit.

    Penghentian aliran darah ke otak secara total akan menyebabkan hilangnya

    kesadaran dalam waktu 5 sampai 10 detik. Hal ini dapat terjadi karena tidak ada

    pengiriman oksigen ke sel-sel otak yang kemudian langsung menghentikan

    sebagian metabolismenya. Aliran darah ke otak yang terhenti untuk tiga menit

    dapat menimbulkan perubahan-perubahan yang bersifat irreversibel. Sedikitnya

    terdapat tiga faktor metabolik yang memberi pengaruh kuat terhadap pengaturan

    aliran darah serebral. Ketiga faktor tersebut adalah konsentrasi karbon dioksida,

    konsentrasi ion hidrogen dan konsentrasi oksigen. Peningkatan konsentrasi karbon

    dioksida maupun ion hidrogen akan meningkatkan aliran darah serebral,

    sedangkan penurunan konsentrasi oksigen akan meningkatkan aliran.12,13

    5

  • 7/30/2019 Bismillah Refaarat Mati Batang Otak

    6/22

    Faktor-faktor iskemia dan nekrotik pada otak oleh karena kurangnya aliran

    oksigen ke otak menyebabkan terganggunya fungsi dan struktur otak, baik itu

    secara reversible dan ireversibel. Percobaan pada binatang menunjukkan aliran

    darah otak dikatakan kritis apabila aliran darah otak 23/ml/100mg/menit (normal

    55 ml/100mg/menit). Jika dalam waktu singkat aliran darah otak ditambahkan di

    atas 23 ml, maka kerusakan fungsi otak dapat diperbaiki. Pengurangan aliran

    darah otak di bawah 8 - 9 ml/100 mg/menit akan menyebabkan infark, tergantung

    lamanya. Dikatakan hipoperfusi jika aliran darah otak di antara 8 - 23 ml/100

    mg/menit.12,14

    Jika jumlah darah yang mengalir ke dalam otak tersumbat secara parsial,

    maka daerah yang bersangkutan langsung menderita karena kekurangan oksigen.

    Daerah tersebut dinamakan daerah iskemik. Di wilayah itu didapati: 1) tekanan

    perfusi yang rendah, 2) PO2 turun, 3) CO2 dan asam laktat tertimbun. Autoregulasi

    dan pengaturan vasomotor dalam daerah tersebut bekerja sama untuk

    menanggulangi keadaan iskemik itu dengan mengadakan vasodilatasi maksimal.

    Pada umumnya, hanya pada perbatasan daerah iskemik saja bisa dihasilkan

    vasodilatasi kolateral, sehingga daerah perbatasan tersebut dapat diselamatkan

    dari kematian. Tetapi pusat dari daerah iskemik tersebut tidak dapat teratasi oleh

    mekanisme autoregulasi dan pengaturan vasomotor. Di situ akan berkembang

    proses degenerasi yang ireversibel. Semua pembuluh darah di bagian pusat daerah

    iskemik itu kehilangan tonus, sehinga berada dalam keadaan vasoparalisis.

    Keadaan ini masih bisa diperbaiki, oleh karena sel-sel otot polos pembuluh darah

    bisa bertahan dalam keadaan anoksik yang cukup lama. Tetapi sel-sel saraf daerah

    iskemik itu tidak bisa tahan lama. Pembengkakan sel dengan pembengkakan

    serabut saraf dan selubung mielinnya (edema serebri) merupakan reaksi

    degeneratif dini. Kemudian disusul dengan diapedesis eritosit dan leukosit.

    Akhirnya sel-sel saraf akan musnah. Yang pertama adalah gambaran yang sesuai

    dengan keadaan iskemik dan yang terakhir adalah gambaran infark.14

    Adapun pada hipoglikemia, mekanisme yang terjadi sifatnya umum.

    Hipoglikemia jangka panjang menyebabkan kegagalan fungsi otak. Berbagai

    mekanisme dikatakan terlibat dalam patogenesisnya, termasuk pelepasan glutamat

    6

  • 7/30/2019 Bismillah Refaarat Mati Batang Otak

    7/22

    dan aktivasi reseptor glutamat neuron, produksi spesies oksigen reaktif, pelepasan

    Zinc neuron, aktivasi poli (ADP-ribose) polymerase dan transisi permeabilitas

    mitokondria.15

    II.5. Kriteria Mati Batang Otak

    Pada tahun 1959 Mollaret dan Goulon memperkenalkan istilah coma de

    pass (koma irreversibel) dalam menggambarkan 23 pasien koma dengan

    hilangnya kesadaran, refleks batang otak, respirasi dan dengan hasil

    elektroensefalogram (EEG) yang mendatar. Pada tahun 1968, sebuah komite Ad

    hoc pada Fakultas Kedokteran Harvard meninjau kembali defenisi kematian otakdan kemudian diartikan sebagai koma ireversibel atau kematian otak adalah tidak

    adanya respon terhadap stimulus, tidak ada gerakan napas, tidak adanya refleks

    batang otak dan koma yang penyebabnya sudah diketahui, kondisi tersebut

    menetap sekurang-kurangnya 6 sampai 24 jam.2,7,16

    Pada tahun 1971 Mohandas dan Chou menggambarkan kerusakan batang

    otak sebagai komponen penting dari kerusakan otak yang berat. Konferensi

    perguruan tinggi Medical Royal dan fakultas-fakultas yang ada di dalamnya di

    Kerajaan Inggris pada tahun 1976, menerbitkan sebuah pernyataan mengenai

    diagnosis kematian otak dimana kematian otak diartikan sebagai hilangnya fungsi

    batang otak secara lengkap dan ireversibel. Pernyataan ini memberikan pedoman

    yang termasuk di dalamnya perbaikan dalam uji apnea dan memusatkan perhatian

    pada batang otak sebagai pusat dari fungsi otak. Tanpa batang otak ini, tidak ada

    kehidupan. Pada tahun 1981 komisi presiden untuk studi masalah etik dalam

    kedokteran biomedis juga penelitian tentang perilaku menerbitkan pedomannya.

    Dokumen tersebut merekomendasikan kegunaan tes konfirmasi untuk mengurangi

    durasi waktu yang dibutuhkan untuk observasi dan merekomendasikan periode 24

    jam bagi pasien dengan gangguan anoksia dan kemudian menyingkirkan syok

    sebagai syarat untuk menentukan kematian otak. Akhir-akhir ini, Akademi

    Neurologi Amerika memberikan kasus berdasarkan bukti dan menyarankan

    adanya pemeriksaan-pemeriksaan dalam praktek. Laporan ini secara spesifik

    mengarah kepada adanya peralatan-peralatan pemeriksaan klinis dan tes

    konfirmasi validitas serta adanya deskripsi tentang uji apnea dalam praktek.17

    7

  • 7/30/2019 Bismillah Refaarat Mati Batang Otak

    8/22

    Sehubungan dengan dibutuhkannya konsep kematian otak, maupun metode

    terstruktur suatu diagnosis, beragam kriteria telah diterbitkan. Beberapa

    diantaranya1,2,3,10:

    a. Kriteria Harvard

    Kunci perkembangan diagnosis kematian otak diterbitkan Kriteria

    Harvard, kunci diagnosis tersebut adalah2,10:

    Tidak bereaksi terhadap stimulus noksius yang intensif

    (unresponsive coma).

    Hilangnya kemampuan bernapas spontan.

    Hilangnya refleks batang otakdan spinal.

    Hilangnya aktivitas postural seperti deserebrasi.

    EEG datar.

    Hipotermia dan pemakaian depresan seperti barbiturat harus

    disingkirkan. Kemudian, temuan klinis dan EEG harus tetap saat evaluasi

    sekurang kurangnya 24 jam kemudian.

    b. Kriteria Minnesota

    Pengalaman klinis dengan menggunakan kriteria Harvard yang

    disarankan mungkin sangat terbatas. Hal ini menyebabkan Mohandes dan

    Chou mengusulkan Kriteria Minnesota untuk kematian otak. Yang

    dihilangkan dari kriteria ini adalah tidak dimasukkannya refleks spinalis dan

    aktivitas EEG karena masih dipandang sebagai sebuah pilihan pemeriksaan

    untuk konfirmasi, elemen kunci kriteria Minnesota adalah3:

    Hilangnya respirasi spontan setelah masa 4 menit pemeriksaan.

    Hilangnya refleks otak yang ditandai dengan: pupil dilatasi,

    hilangnya refleks batuk, refleks kornea dan siliospinalis, hilangnya dolls

    eye movement, hilangnya respon terhadap stimulus kalori dan hilangnya

    refleks tonus leher.

    Status penderita tidak berubah sekurang-kurangnya dalam 12 jam

    Proses patologis yang berperan dan dianggap tidak dapat

    diperbaiki.

    8

  • 7/30/2019 Bismillah Refaarat Mati Batang Otak

    9/22

    Pertimbangan utama dalam mendiagnosis kematian otak adalah sebagai

    berikut18:

    Hilangnya fungsi serebral

    Hilangnya fungsi batang otak termasuk respirasi spontan

    Bersifat ireversibel.

    Hilangnya fungsi serebral ditandai dengan berkurangnya pergerakan

    spontan dan berkurangnya respon motorik dan vokal terhadap seluruh rangsang

    visual, pendengaran dan kutaneus. Refleks-refleks spinalis mungkin saja ada.

    EEG merupakan indikator berharga dalam kematian serebral dan banyaklembaga kesehatan yang memerlukan pembuktian Electro Cerebral Silence

    (ECS), yang juga disebut EEG datar atau isoelektrik. Dikatakan EEG datar

    apabila tidak ada perubahan potensial listrik melebihi 2 mikroVolt selama dua kali

    30 menit yang direkam setiap 6 jam. Perlu ditekankan bahwa tidak adanya respon

    serebral dan EEG datar tidak selalu berarti kematian otak. Akan tetapi, keduanya

    dapat terjadi dan bersifat reversible pada keadaan hipotermia dan intoksikasi obat-

    obatan hipnotik-sedatif.19

    Fungsi-fungsi batang otak dianggap tidak ada jika tidak terdapat reaksi pupil

    terhadap cahaya, tidak terdapat refleks kornea, vestibulo-ocular, orofaringeal atau

    trakea. Tidak ada respon deserebrasi terhadap stimulus noksius dan tidak ada

    pernapasan spontan. Untuk kepentingan dalam praktek, apnea absolut dikatakan

    terjadi pada pasien, jika pasien tersebut tidak melakukan usaha untuk menolak

    penggunaan alat respirasi setidaknya selama 15 menit. Sebagai tes akhir, pasien

    dapat dilepaskan dari respirator lebih lama beberapa menit untuk memastikan

    bahwa PCO2 arteri meningkat di atas ambang untuk merangsang pernapasan

    spontan.20

    Jika hasil pemeriksaan memperlihatkan bahwa semua fungsi otak hilang,

    maka pemeriksaan harus diulang dalam waktu 6 jam untuk memastikan bahwa

    keadaan pasien bersifat ireversibel. Jika riwayat dan pengamatan komprehensif

    yang sesuai terhadap prosedur penggunaan obat-obatan tidak ada, maka observasi

    selama periode 72 jam mungkin dibutuhkan untuk memperoleh reversibilitas

    walaupun jarang terjadi dalam praktek, studi perfusi serebral menunjukkan

    9

  • 7/30/2019 Bismillah Refaarat Mati Batang Otak

    10/22

    terhentinya sirkulasi intrakranial secara sempurna menyebabkan terjadinya

    kematian otak.21

    II.6. Langkah Penetapan Diagnosis Kematian Batang Otak

    Pemeriksaan neurologis klinis tetap menjadi standar untuk penentuan

    kematian otak dan telah diadopsi oleh sebagian besar negara-negara di dunia.

    Pemeriksaan pasien yang diduga telah mengalami kematian otak harus dilakukan

    dengan teliti. Deklarasi tentang kematian otak tidak hanya menuntut dilakukannya

    tes neurologis namun juga identifikasi penyebab koma, keyakinan akan kondisi

    ireversibel, penyingkiran tanda neurologis yang salah ataupun faktor-faktor yang

    dapat menyebabkan kebingungan, interpretasi hasil pencitraan neurologis, dan

    dilakukannya tes laboratorium tambahan yang dianggap perlu.15,16

    Diagnosis kematian otak terutama ditegakkan secara klinis. Tidak ada tes

    lain yang perlu dilakukan apabila pemeriksaan klinis yang menyeluruh, meliputi

    kedua tes refleks batang otak dan satu tes apnea, memberikan hasil yang jelas.

    Apabila tidak ditemukan temuan klinis, atau uji konfirmasi, yang lengkap yang

    konsisten dengan kematian otak, maka diagnosis tersebut tidak dapat ditegakkan.17

    Pemeriksaan neurologis untuk menentukan apakah seseorang telah

    mengalami kematian otak atau tidak dapat dilakukan hanya apabila persyaratan

    berikut dipenuhi18:

    Penyingkiran kondisi medis yang dapat mengganggu penilaian

    klinis, khususnya gangguan elektrolit, asam basa, atau endokrin.

    Tidak adanya hipotermia parah, didefinisikan sebagai suhu tubuh

    lebih kurang atau sama dengan 32o

    C. Tidak adanya bukti intoksikasi obat, racun, atau agen penyekat

    neuromuskuler.

    Menurut panduan sertifikasi kematian otak yang diterapkan di Hong Kong,

    yang mengacu pada beberapa referensi seperti Medical Royal Colleges in United

    Kingdom dan Austalian and New Zealand Intensive Care Society, sebelum

    mempertimbangkan diagnosis kematian otak, harus diperiksa kondisi-kondisi

    serta kriteria eksklusi.

    17

    10

  • 7/30/2019 Bismillah Refaarat Mati Batang Otak

    11/22

    Pertama-tama, harus ditemukan kondisi cedera otak berat yang konsisten

    dengan proses terjadinya kematian otak (yang biasanya dikonfirmasi dengan

    pencitraan otak). Tidak boleh ada keraguan bahwa kondisi yang dialami pasien

    diakibatkan oleh kerusakan struktural otak yang tidak dapat diperbaiki. Diagnosis

    dari kelainan yang dapat menimbulkan kematian otak harus ditegakkan dengan

    jelas. Diagnosis tersebut dapat jelas terlihat beberapa jam setelah kejadian

    intrakranial primer seperti cedera kepala berat, perdarahan intrakranial spontan,

    atau setelah pembedahan otak. Namun, saat kondisi pasien disebabkan oleh henti

    jantung, hipoksia, atau insufisiensi sirkulasi yang berat tanpa periode anoksia

    serebri yang jelas, atau dicurigai mengalami embolisme udara atau lemak otak

    maka penegakan diagnosis akan memakan waktu lebih lama.16,17

    Kondisi kedua yang dapat menjadi pertimbangan untuk menegakkan

    diagnosis kematian otak adalah pasien yang apneu dan menggunakan bantuan

    ventilator. Pasien tidak responsif dan tidak bernafas secara spontan. Obat

    penyekat neuromuskuler atau lainnya harus dieksklusi dari penyebab kondisi

    tersebut.

    Penyebab koma lain yang harus dieksklusi adalah obat depresan atau racun.

    Riwayat penggunaan obat harus secara hati-hati diperiksa. Periode observasi

    tergantung pada farmakokinetik dari obat yang digunakan, dosis yang digunakan,

    dan fungsi hepar serta ginjal pasien. Apabila diperlukan, tes darah dan urin serta

    level serum dilakukan. Bila ada keraguan tentang adanya efek dari opioid atau

    benzodiazepine, maka obat antagonis yang tepat harus diberikan. Stimulator saraf

    tepi harus digunakan untuk mengkonfirmasi intak tidaknya konduksi

    neuromuskuler apabila pasien menggunakan obat pelemas otot (muscle

    relaxant).18

    Hipotermia primer juga menjadi kriteria eksklusi. Suhu pasien direkomendasikan

    harus di atas 35 oC sebelum dilakukan uji diagnostik. Selain itu, harus

    disingkirkan juga kondisi gangguan metabolik dan endokrin, serta hipotensi arteri.

    Langkah-langkah penetapan kematian batang otak meliputi hal-hal berikut19:

    Evaluasi kasus koma

    Memberikan penjelasan kepada keluarga mengenai kondisi terkini pasien

    11

  • 7/30/2019 Bismillah Refaarat Mati Batang Otak

    12/22

    Penilaian klinis awal refleks batang otak

    1. Periode interval observasi

    a. Sampai dengan usia 2 bulan, periode interval observasi 48 jam

    b. Usia lebih dari 2 bulan - < 1 tahun, periode interval observasi 24 jam

    c. Usia lebih dari 1 tahun - < 18 tahun, periode interval observasi 12 jam

    d. Usia 18 tahun ke atas, periode interval observasi berkisar 6 jam

    2. Penilaian klinis ulang refleks batang otak

    3. Tes apnea

    4. Pemeriksaan konfirmatif apabila terdapat indikasi

    5. Persiapan akomodasi yang sesuai

    6. Sertifikasi kematian batang otak

    7. Penghentian penyokong kardiorespirasi

    Evaluasi kasus koma

    Penentuan kematian batang otak memerlukan identifikasi kasus koma

    ireversibel beserta penyebab koma yang paling mungkin. Cedera kepala

    berat, perdarahan intraserebral hipertensif, perdarahan subarachnoid, jejas otak

    hipoksik-iskemik, dan kegagalan hepatik fulminan adalah merupakan penyebab

    potensial hilangnya fungsi otak yang bersifat ireversibel. Dokter perlu menilai

    tingkat dan reversibilitas koma, serta potensi berbagai kerusakan organ.17,18

    Dokter juga harus menyingkirkan berbagai faktor perancu, seperti

    intoksikasi obat, blokade neuromuskular, hipotermia, atau kelainan metabolik

    lain yang dapat menyebabkan koma namun masih berpotensi reversible.

    Kedalaman koma diuji dengan penilaian adanya respon motorik terhadap

    stimulus nyeri yang standar, seperti penekanan nervus supraorbita, sendi

    temporomandibuler, atau bantalan kuku pada jari Koma dalam adalah tidak

    adanya respon motorik cerebral terhadap rangsang nyeri pada seluruh

    ekstremitas (nail-bed pressure) dan penekanan di supraorbital.19

    12

  • 7/30/2019 Bismillah Refaarat Mati Batang Otak

    13/22

    Yang harus diperhatikan dalam pengujian ini adalah kemungkinan adanya

    respon motorik Lazarus sign yang dapat terjadi secara spontan selama tes

    apnea, seringkali pada kondisi hipoksia atau episode hipotensi, dan berasal dari

    spinal. Agen penyekat neuromuskuler juga dapat menghasilkan kelemahan

    motorik yang cukup lama.20

    Gambar 1. Tes Rangsang Nyeri

    Penilaian klinis refleks batang otak

    Pemeriksaan refleks batang otak meliputi pengukuran jalur refleks pada

    mesensefalon, pons, dan medula oblongata. Saat terjadi kematian otak, pasien

    kehilangan refleks dengan arah rostral ke kaudal, dan medulla oblongata adalah

    bagian terakhir dari otak yang berhenti berfungsi. Beberapa jam dibutuhkan untuk

    terjadinya kerusakan batang otak secara menyeluruh, dan selama periode tersebut,

    mungkin masih terdapat fungsi medula. Pada kasus yang jarang dimana terdapat

    fungsi medula oblongata yang tetap ada, ditemukan tekanan darah normal, respon

    batuk setelah suction trakhea, dan takhikardia setelah pemberian 1 mg

    atropine.20,21

    Penentuan kematian batang otak memerlukan penilaian fungsi otak

    oleh minimal dua orang klinisi dengan interval waktu pemeriksaan beberapa

    jam. Tiga temuan penting pada kematian batang otak adalah koma dalam,

    hilangnya seluruh refleks batang otak, dan apnea. Pemeriksaan apnea (tes

    apnea) secara khas dilakukan setelah evaluasi refleks batang otak yang kedua. 21

    Hilangnya refleks batang otak19,20,21

    Pupil:

    a. Tidak terdapat respon terhadap cahaya atau refleks cahaya negatif

    b. Ukuran: midposisi (4 mm) sampai dilatasi (9 mm)

    Gerakan bola mata /gerakan okular:

    13

  • 7/30/2019 Bismillah Refaarat Mati Batang Otak

    14/22

    a. Refleks oculocephalic negatif

    Pengujian dilakukan hanya apabila secara nyata tidak terdapat retak

    atau ketidakstabilan vertebrae cervical atau basis kranii.

    b. Tidak terdapat penyimpangan atau deviasi gerakan bola mata

    terhadap irigasi 50 ml air dingin pada setiap telinga. Membrana timpani harus

    tetap utuh; pengamatan 1 menit setelah suntikan, dengan interval tiap telinga

    minimal 5 menit.

    Respon motorik facial dan sensorik facial:

    a. Refleks kornea negatif

    b. Jaw reflex negatif (optional)

    c. Tidak terdapat respon menyeringai terhadap rangsang tekanan

    dalam pada kuku, supraorbita, atau temporomandibular joint.

    Refleks trakea dan faring:

    a. Tidak terdapat respon terhadap rangsangan di faring bagian

    posterior

    b. Tidak terdapat respon terhadap pengisapan trakeobronkial

    (tracheobronchial suctioning).

    Gambar 2. Pemeriksaan Refleks Batang Otak

    Penilaian klinis terhadap refleks batang otak dikerjakan secara menyeluruh. Nervus

    cranialis yang diperiksa ditunjukkan dengan angka romawi; garis panah utuh menunjukkan

    14

  • 7/30/2019 Bismillah Refaarat Mati Batang Otak

    15/22

    jaras aferen; garis panah terputus menunjukkan jaras eferen. Hilangnya respon menyeringai

    atau mata tidak membuka terhadap rangsang tekanan dalam pada kedua condyles setinggi

    temporomandibular joint (afferent n. V dan efferent n. VII), hilangnya refleks kornea terhadap

    rangsang sentuhan tepi kornea mata (n. V dan n. VII), hilangnya refleks cahaya (n. II dan n. III),

    hilangnya respon oculovestibular ke arah sisi stimulus dingin oleh air es (n. VIII dan n. III dan n.

    VI), hilangnya refleks batuk terhadap rangsangan pengisapan yang dalam pada trachea (n. IX dan

    n. X).

    T es Apnea

    Secara umum, tes apnea dilakukan setelah pemeriksaan refleks batang

    otak yang kedua dilakukan. Tes apnea dapat dilakukan apabila kondisi prasyarat

    terpenuhi, yaitu18,19:

    a. Suhu tubuh 36,5 C atau 97,7 F

    b. Euvolemia (balans cairan positif dalam 6 jam sebelumnya)

    c. PaCO2 normal (PaCO2 arterial 40 mmHg)

    d. PaO2 normal (pre-oksigenasi arterial PaO2 arterial 200 mmHg)

    Setelah syarat-syarat tersebut terpenuhi, dokter melakukan tes apnea

    dengan langkah-langkah sebagai berikut20:

    a. Pasangpulse-oxymeterdan putuskan hubungan ventilator

    b. Berikan oksigen 100%, 6 L/menit ke dalam trakea (tempatkan

    kanul setinggi carina)

    c. Amati dengan seksama adanya gerakan pernafasan (gerakan

    dinding dada atau abdomen yang menghasilkan volume tidal adekuat)

    d. Ukur PaO2, PaCO2, dan pH setelah kira-kira 8 menit, kemudian

    ventilator disambungkan kembali

    e. Apabila tidak terdapat gerakan pernafasan, dan PaCO2 60 mmHg

    (atau peningkatan PaCO2 lebih atau sama dengan nilai dasar normal), hasil

    tes apnea dinyatakan positif (mendukung kemungkinan klinis kematian

    batang otak).

    15

  • 7/30/2019 Bismillah Refaarat Mati Batang Otak

    16/22

    f. Apabila terdapat gerakan pernafasan, tes apnea dinyatakan

    negatif (tidak mendukung kemungkinan klinis kematian batang otak) .

    g. Hubungkan ventilator selama tes apnea apabila tekanan darah

    sistolik turun sampai < 90 mmHg (atau lebih rendah dari batas nilai normal

    sesuai usia pada pasien < 18 tahun), atau pulse-oxymeter

    mengindikasikan adanya desaturasi oksigen yang bermakna, atau terjadi

    aritmia kardial.

    Segera ambil sampel darah arterial dan periksa analisis gas darah.

    Apabila PaCO2 60 mmHg atau peningkatan PaCO2 20

    mmHg di atas nilai dasar normal, tes apnea dinyatakan positif.

    Apabila PaCO2 < 60 mmHg atau peningkatan PaCO2 < 20 mHg di

    atas nilai dasar normal, hasil pemeriksaan belum dapat dipastikan dan perlu

    dilakukan tes konfirmasi

    Gambar 3. Tes Apneu

    Diskoneksi ventilator dan penggunaan oksigenasi apneik difusi (apneic diffusion

    oxygenation) memerlukan syarat tertentu. Suhu tubuh harus 36.5 C, tekanan darah

    sistolik harus 90 mmHg, dan balans cairan harus positif selama enam jam. Setelah

    preoksigenasi (fraksi oksigen insprasi harus 1.0 selama 10 menit), tingkat ventilasi harus

    dikurangi. Ventilator harus diputus apabila PaO2 arterial mencapai 200 mmHg, atau apabila

    PaCO2 arterial mencapai 40 mmHg. Pipa oksigen harus berada pada carina

    (menghantarkan oksigen 6 liter per menit). Dokter harus mengamati dinding dada dan abdomen

    untuk mengamati adanya gerakan pernafasan selama 8-10 menit, dan harus mengawasi pasien

    terhadap adanya perubahan fungsi vital. Apabila PaO2 arterial 60 mmHg, atau terdapat

    peningkatan > 20 mmHg dari nilai dasar yang normal, maka tes apnea dinyatakan positif.

    Faktor P erancu

    Kondisi-kondisi berikut dapat mempengaruhi diagnosis klinis kematian

    batang otak, sedemikian rupa sehingga hasil diagnosis tidak dapat dibuat

    16

  • 7/30/2019 Bismillah Refaarat Mati Batang Otak

    17/22

    dengan pasti hanya berdasarkan pada alasan klinis sendiri. Pada keadaan ini

    pemeriksaan konfirmatif direkomendasikan21:

    a. Trauma spinal servikal berat atau trauma fasial berat

    b. Kelainan pupil sebelumnya

    c. Level toksis beberapa obat sedatif, aminoglikosida,

    antidepresan trisiklik, antikolinergik, obat antiepilepsi, agen kemoterapi,

    atau agen blokade neuromuskular

    d. Sleep apnea atau penyakit paru berat yang mengakibatkan retensi

    kronis CO2

    Manifestasi berikut terkadang tampak dan tidak boleh diinterpretasikan

    sebagai bukti fungsi batang otak18,19 :

    a. Gerakan spontan ekstremitas selain dari respon fleksi atau ekstensi

    patologis

    b. Gerakan mirip bernafas (elevasi dan aduksi bahu, lengkungan

    punggung, ekspansi interkosta tanpa volume tidal yang bermakna)

    c. Berkeringat, kemerahan, takikardi

    d. Tekanan darah normal tanpa dukungan farmakologis, atau

    peningkatan mendadak tekanan darah

    e. Tidak-adanya diabetes insipidus

    f. Refleks tendo dalam, refleks abdominal superfisial, respon fleksi

    triple

    g. Refleks Babinski

    Pemeriksaan Konfirmatif Apabila Terdapat Indikasi

    Diagnosis kematian batang otak merupakan diagnosis klinis. Tidak

    diperlukan pemeriksaan lain apabila pemeriksaan klinis termasuk pemeriksaan

    refleks batang otak dan tes apnea dapat dilaksanakan secara adekuat. Beberapa

    pasien dengan kondisi tertentu seperti cedera servikal atau kranium,

    instabilitas kardiovaskular, atau faktor lain yang menyulitkan dilakukannya

    pemeriksaan klinis untuk menegakkan diagnosis kematian batang otak, perlu

    dilakukan tes konfirmatif.20

    17

  • 7/30/2019 Bismillah Refaarat Mati Batang Otak

    18/22

    Pemilihan tes konfirmatif yang akan dilakukan sangat tergantung pada

    pertimbangan praktis, mencakup ketersediaan, kemanfaatan, dan kerugian yang

    mungkin terjadi. Beberapa tes konfirmatif yang biasa dilakukan antara lain21:

    a. Angiography (conventional, computerized tomographic,

    magnetic resonance, dan radionuclide) : kematian batang otak ditegakkan

    apabila tidak terdapat pengisian intraserebral (intracerebral filling)

    setinggi bifurkasio karotis atau sirkulus Willisi

    b. Elektroensefalografi (EEG) : kematian batang otak ditegakkan

    apabila tidak terdapat aktivitas elektrik setidaknya selama 30 menit

    c. Nuclear brain scanning : kematian batang otak ditegakkan

    apabila tidak terdapat ambilan (uptake) isotop pada parenkim otak dan atau

    vasculature, bergantung teknik isotop (hollow skull phenomenon)

    b. Somatosensory evoked potentials : kematian batang otak

    ditegakkan apabila tidak terdapat respon N20-P22 bilateral pada stimulasi

    nervus medianus

    c. Transcranial doppler ultrasonography : kematian batang otak

    ditegakkan oleh adanya puncak sistolik kecil (small systolic peaks) pada

    awal sistolik tanpa aliran diastolik (diastolic flow) atau reverberating

    flow, mengindikasikan adanya resistensi yang sangat tinggi (very high

    vascular resistance) terkait adanya peningkatan tekanan intrakranial yang

    besar.

    18

  • 7/30/2019 Bismillah Refaarat Mati Batang Otak

    19/22

    BAB III

    PENUTUP

    III.1 Kesimpulan

    Berbagai teknik yang ditemukan untuk mempertahankan detak jantung dan

    pernapasan walaupun pasien telah mati telah memunculkan persepsi baru tentang

    definisi kematian sebagai hilangnya fungsi otak dan bukan fungsi jantung dan

    paru, dimana kematian dapat ditentukan berdasarkan kriteria neurologis.

    Kematian otak kebanyakan diakibatkan oleh cedera kepala berat dan perdarahan

    intrakranial.

    Kriteria untuk kematian otak sendiri berevolusi seiring waktu. Kematian

    otak didefinisikan sebagai hilangnya semua fungsi otak secara ireversibel,

    termasuk batang otak. Tiga temuan penting dalam kematian otak adalah koma,

    hilangnya refleks batang otak, dan apnea. Pada pasien, harus diperiksa kondisi-

    kondisi serta kriteria eksklusi. Harus ditemukan kondisi cedera otak berat yang

    konsisten dengan proses terjadinya kematian otak, tidak bernafas secara spontan,

    dan hasil yang negatif pada pemeriksaan refleks-refleks batang otak.

    Saat ini masih banyak kontroversi berkaitan dengan penentuan kematian otak,

    karena masih kurangnya literatur atau panduan yang berbasis bukti.

    Jika kematian otak telah didiagnosis berdasarkan kriteria klinis dasar di atas,

    dokter dan keluarga harus sadar bahwa kematian otak sama dengan kematian

    pasien. Masalah yang penting dipertimbangkan bagi keluarga pasien saat itu

    adalah penyerahan organ, pemeriksaan otopsi dan pemakaman pasien. Alat bantu

    hidup harus disingkirkan kecuali donasi organ telah dipertimbangkan. Jika terjadiperpecahan sehubungan dengan diagnosis kematian otak dan hal tersebut tidak

    dapat dipecahkan oleh dokter dan keluarga di tempat tidur pasien, maka petugas

    yang bertugas memastikan kematian pasien dapat dipanggil untuk mengevaluasi

    masalah tersebut dan mungkin akan melengkapi sertifikat kematian.

    19

  • 7/30/2019 Bismillah Refaarat Mati Batang Otak

    20/22

    III.2. Saran

    Berdasarkan apa yang telah dipaparkan diatas maka kita sebagai praktisi

    klinis diharapkan dapat memahami keadaan mati batang otak dan dapat

    menegakkan diagnosis mati batang otak secara tepat sehingga diharapkan

    nantinya bila kita menemukan kasus ini kita dapat memberikan penanganan yang

    tepat kepada penderita.

    20

  • 7/30/2019 Bismillah Refaarat Mati Batang Otak

    21/22

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Wijdicks. Current Concepts, The Diagnosis of Brain Death, N Engl J Med,2001, 344 (16)

    2. Guidelines On Certification Of Brain Death, The Hong Kong Society Of

    Critical Care Medicine, journal of the Royal College of Physicians of London

    1995, 29:381-2.

    3. RM, Schapiro R, eds. The definition of death: contemporary controversies,

    Johns Hopkins University Press, Baltimore, 1999

    4. New York State Department of Health. Guidelines for Determining

    Brain Death, Department of Health, New York, 2005

    5. Quality Standards Subcommittee of the American Academy of

    Neurology,. Practice parameters for determining brain death in adults

    (summary statement), Neurology, 1995, 45(5):1012-4

    6. Pernyataan Ikatan Dokter Indonesia tentang mati. Surat Keputusan

    Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia SK PB IDI

    No.231/PB.A.4/07/90

    7. So Hing-Yu, Fanzca Ficanzcafhkam, Update Article Brain Death, Hong

    Kong Practitioner 16 (II) November 1994.

    8. Neil M.Lazar. Sham Shemie et al. Bioethics For Clinicians 24. Brain

    Death. C MAJ Mar 20,2001;164 (6).

    9. Mardjono M, Sidharta P. Neurologi klinis dasar. Jakarta: Dian Rakyat;

    2004.hal.280.

    10. Guyton AC, Hall JE. Aliran darah serebral, cairan serebrospinal, dan

    metabolisme otak. Dalam: Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta:

    Penerbit Buku Kedokteran EGC; 1996.hal.975-83.

    11. Walton JN. Brains Diseases of the nervous system. 8th ed. New York:

    Oxford University Press; 1977.p.1169-70.

    12. Wilson LM. Sistem saraf dalam Patofisiologi konsep klinis proses-proses

    penyakit edisi kedua. Jakarta: EGC;1994. hal.902.

    13. Adams RD, Victor M. Principles of neurology. 3rd ed. New York:

    McGraw-Hill Book Company; 1985.p.258-9.

    21

  • 7/30/2019 Bismillah Refaarat Mati Batang Otak

    22/22

    14. Thomas M Walshe, The diagnosis of brain death. N Engl J Med 2001 ;

    344: 1215-1221

    15. Suh SW, Gum ET, Hamby AM, Chan PH, Swanson RA. Hypoglycemic

    neuronal death is triggered by glucose reperfusion and activation of

    neuronal NADPH oxidase [online] 2007 Jan 30, [cited 2007 Apr 30];

    Available from URL: http://www.jci.org/cgi/content/full/117/4/910

    16. Eelco F. M. Wijdicks, The diagnosis of brain death , review articles, N

    Engl J Med 2001;344 (16) : 1 - 10.

    17. Christopher James Doig MD, Brain death: resoving inconsistencies in

    ethical declaration of death, Can J Anesth 2003;50(7):725-731.

    18. Sunatrio S. Penentuan Mati . Bagian Anestesiologi :FKUI/RSCM ,2006.

    19. Leonard Baron MD, et al. Neuroanestesia and Intensive Care. Brief

    Review: History, Concept And Controversies In The Neurological Determination

    Of Death. Can J Anesth 2006;53(6):602-608.

    20. G. Bryan Young MD FRCPC. Et al. Brief Review: The Role Of Ancillary

    Tests In The Neurological Determination Of Death. Can J Anesth

    2006;53(6) : 620-627.

    21. Taveras JM, Wood EH. Diagnostic neuroradiology volume II. 2nd ed.

    Baltimore : The William & Wilkins Company; 1977.p.650-1.

    22

    http://www.jci.org/cgi/content/full/117/4/910http://www.jci.org/cgi/content/full/117/4/910