laprak agk 2 ca recti print

22
LAPORAN PRAKTIKUM ASUHAN GIZI KLINIK 2 TATA LAKSANA DIET PADA PASIEN CA RECTI Disusun Oleh: Kelompok 15 / Shift 3 1. Karina Candrakirana D. (12/335320/KU/15133) 2. Rahmawati Hanifah (12/335322/KU/15135) 3. Izzati Hayu Andari (12/335335/KU/15148) 4. Mustika Cahya N.D. (12/335345/KU/15158) PROGRAM STUDI GIZI KESEHATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2015

Upload: rahmawati-hanifah

Post on 18-Sep-2015

172 views

Category:

Documents


24 download

DESCRIPTION

studi kasus ca recti

TRANSCRIPT

  • LAPORAN PRAKTIKUM ASUHAN GIZI KLINIK 2

    TATA LAKSANA DIET PADA PASIEN

    CA RECTI

    Disusun Oleh:

    Kelompok 15 / Shift 3

    1. Karina Candrakirana D. (12/335320/KU/15133)

    2. Rahmawati Hanifah (12/335322/KU/15135)

    3. Izzati Hayu Andari (12/335335/KU/15148)

    4. Mustika Cahya N.D. (12/335345/KU/15158)

    PROGRAM STUDI GIZI KESEHATAN

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS GADJAH MADA

    YOGYAKARTA

    2015

  • BAB I

    ASSESMENT GIZI

    A. ANAMNESIS

    1. Identitas Pasien

    Nama : Tn. YG No RM : 01.37.56.86

    Umur : 53 th Ruang : Cendana A1

    Sex : laki-laki Tgl Masuk :16 Oktober 2014

    Pekerjaan : Pedagang Tgl Kasus :17 Oktober 2014

    Pendidikan : SMP Alamat : Pituruh Purworejo

    Agama : Kristen Diagnosis Medis : Ca Recti

    2. Berkaitan dengan Riwayat Penyakit

    Keluhan Umum Pasca kemoterapi II pada penderita Ca Recti Locally Advance

    Riwayat Penyakit Sekarang px adalah penderita Ca recti locally advance, tegak dengan PA HC-11-4098 operasi/biopsy rectum : Adeno Carcinoma Colon, NOS, diferensiasi baik. px direncanakan kemoterapi dengan regimen Mayo, sebanyak 6 seri, dengan interval 21 hari. px juga direncanakan untuk dilakukan radioterapi. px telah dilakukan operasi/colostomy 2 bulan yang lalu di RS Palang Biru

    Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat operasi (+) colostomy bulan Agustus 2014

    Riwayat Penyakit Keluarga

    3. Berkaitan dengan Riwayat Gizi

    Data Sosio ekonomi Penghasilan : 950.000

    Jumlah anggota keluarga : 7 orang

    Suku : Jawa

    Aktifitas fisik Jenis pekerjaan : Pedagang , Jumlah jam kerja : 8 jam Jenis olahraga : - , Frekuensi : - Jumlah jam tidur sehari : 6 jam

    Alergi makanan Makanan : - Penyebab : - Jenis diet khusus : - Alasan : - Yang Menganjurkan : -

    Masalah gastrointestinal

    Nyeri ulu hati (tidak), Mual (ya), Muntah (tidak),

    Diare (tidak), Konstipasi (ya), Anoreksia (tidak)

    Perubahan pengecapan/penciuman (tidak)

    Penyakit kronik Jenis penyakit : - Modifikasi diet : - Jenis dan lama pengobatan :

    Kesehatan mulut/menelan

    Sulit menelan (tidak), Stomatitis (tidak), Gigi lengkap (ya)

    Pengobatan Vitamin/mineral/suplemen gizi : -

  • Frekuensi dan jumlah : -

    Perubahan berat badan

    Berkurang 5 kg lamanya : 2 bulan Tidak disengaja

    Mempersiapkan makanan

    Fasilitas memasak : Kayu, panci, wajan Fasilitas menyimpan makanan : Lemari makan Makanan dimasak oleh istri px

    Riwayat / pola makan Pola makan px 3x/hari makan utama, dan 2-3x/hari makan selingan. px jarang makan lauk hewani. Makanan pokok : nasi 3x/hari @1 centong, singkong 1-2x/minggu @ 2 potong LH : Telur 1-2x/minggu @1 butir, ayam 2-3x/minggu @1 potong LN : Tempe/Tahu 3x/hari @1 potong secara bergantian Sayur : Bayam, kangkung, daun singkong 2-3x/minggu @ 1 sendok sayur Buah : Jeruk/apel 1-2x/bulan @1 buah, pisang 2-3x/minggu @2 buah Minuman : air putih 7-8 gelas/hari, teh manis 1x/hari @1 gelas

    Kesimpulan :

    Pasien didiagnosa mengalami ca recti. Keluhan utama pasca kemoterapi II pada

    penderita Ca Recti Locally Advance yaitu pasien dalam masa kemoterapi dan telah menjalani

    kemoterapi kedua. Saat didiagnosa, kanker berkembang lokal di kolon.

    Pembahasan Anamnesis :

    Keluhan yang dialami pasien yaitu telah menjalani kemoterapi II Ca Recti Locally

    Advance, yaitu pasien telah menjalani kemoterapi kedua, dan kanker berkembang lokal di

    daerah kolon. Diagnosis ditegakkan melalui pemeriksaan PA HC-11-4098 operasi/biopsy

    rektum : Adeno Carcinoma Colon, NOS (not otherwise specific) dengan diferensiasi baik .

    Saat ini pasien sedang direncanakan untuk menjalani kemoterapi regimen Mayo

    (regimen kemoterapi yang ditetapkan dari Mayo Clinic yaitu berisi 5FU 425 mg/m2 dan

    leucovorin 20 mg/m2 intravena [IV). Kemoterapi dijadwalkan sebanyak 6 seri dengan interval 21

    hari. Pasien juga direncanakan akan menjalani radioterapi. Dua bulan sebelumnya, pasien telah

    meakukan kolostomi atau tindakan pembedahan untuk membuat lubang terbuka pada usus

    besar yang digunakan sebagai saluran pengeluaran feses (Grace & Borley, 2006).

    Dalam kurun waktu dua bulan, pasien mengalami penurunan berat badan yang tidak

    disengaja sebanyak 5 kg. Penurunan berat badan ini disebabkan karena gangguan

    gastrointestinal dimana pasien merasa mual sehingga mengalami penrunan nafsu makan.

    Selain itu, pasien juga mengalami konstipasi.

    Ditinjau dari kebiasaan makan, pasien makan utama tiga kali sehari dengan 2-3x

    selingan namun jarang mengkonsumsi lauk hewani. Konsumsi nasi sebanyak 3x/hari masing-

    masing 1 centong, singkong 1-2x/minggu masing-masing 2 potong. Konsumsi lauk hewani

    hanya 2-3x per minggu berupa telur dan ayam. Sedangkan setiap hari pasien mengkonsumsi

  • 3x lauk hewani masing-masing 1 potong berupa tahu dan tempe secara bergantian. Konsumsi

    serat dari sayuran masih rendah dilihat dari kebiasaan konsumsi sayur yang hanya 2-3x/minggu

    berupa sayur bayam, kangkung, daun singkong. Konsumsi buah 2-3x /minggu berupa buah

    pisang, dan buah jeruk/apel 1x/minggu.

    B. ANTROPOMETRI

    TB BB

    155 cm 49 kg

    IMT =

    =

    = 20, 39 kg/m2

    Kesimpulan :

    Berdasarkan perhitungan indeks massa tubuh dengan menggunakan berat badan dan

    tinggi badan pasien, yaitu 49 kg dan 155 cm, maka diperoleh hasil 20,39 kg/m2. Dapat

    disimpulkan bahwa status gizi pasien termasuk normal. Menurut, WHO dalam Supariasa 2012,

    IMT normal berkisar antara 18,5-23 kg/m2.

    C. PEMERIKSAAN BIOKIMIA

    Pemeriksaan Satuan [Nilai Normal]

    Awal Kasus Keterangan

    WBC 103/mL [4,8-10,8] 9,62 103/mL Normal

    RBC 106/mL [4,2-5,4] 3,93 103/mL Rendah

    HGB g/dL [12-16] 10.5 g/dL Rendah

    HCT % [37-47] 32,8 % Rendah

    MCV fL [79-99] 83,5 fL Normal

    MCH pg [27-31] 28,4 pg Normal

    MCHC g/dL [33-37] 34 g/dL Normal

    PLT 103/L [150-450] 390 103/L Normal RDW-CV % [11,5-14,5] 13,8 % Normal

    MPV fl [7,2-11,1] 7,5 fl Normal

    NEUT# 103/L [1,8-8] 7,25 103/L Normal LYMP# 103/L [0,4-5,2] 1,21 103/L Normal MONO# 103/L [0,16-1] 0,49 103/L Normal BASO# 103/L [0-0,2] 0,72 103/L Tinggi Kesimpulan :

    Ditinjau dari pemeriksaan biokimia, nilai RBC, HGB, HCT pasien termasuk rendah.

    Sedangkan basofil termasuk tinggi.

    Pembahasan :

    Red blood cells atau sel darah merah merupakan komonen darah yang berfungsi untuk

    membawa oksigen, mengedarkannya ke seluruh tubuh. Penurunan kadar RBC disebabkan

  • karena adanya anemia (kecuali talasemia), leukemia, hipertiroid, penyakit hati kronik,

    hemolysis, penyakit lupus, dan kanker. Pada pasien terjadi penurunan jumlah sel darah merah.

    Penurunan kadar hemoglobin dalam darah dapat disebabkan karena adanya anemia,

    kanker, penyakit-penyakit ginjal, pemberian cairan intravena yang berlebihan, dan penyakit

    hodgkins. Pada pasien ini, penurunan kadar hemoglobin disebabkan karena adanya kanker.

    Hematokrit merupakan volume sel-sel darah merah dalam 100 mL (1 dL) darah, yang

    dihitung dalam persen. Pengukuran hematocrit darah bertujuan untuk mengukur konsentrasi

    sel-sel darah merah dalam darah. Penurunan kadar hematocrit dapat disebabkan karena

    adanya kehilangan darah akut, anemia, leukemia, penyakit hodginks, limfosarkoma, myeloma

    multiple, gagal ginjal kronis, sirosis hepatis, malnutrisi, defisiensi vitamin B, dan C, kehamilan

    SLE, arthritis rheumatoid, ulkus peptikum, gagal sumsum tulang.

    Peningkatan kadar basophil dalam sel darah putih dapat disebabkan karena adanya prosen

    inflamasi, leukemia, fase penyembuhan infeksi atau inflamasi, adanya anemia hemolitik

    (Wahyuningsih, 2013).

    D. PEMERIKSAAN FISIK

    1. Kesan Umum : Sedang, compos mentis

    2. Vital Sign :

    Pemeriksaan Awal Masuk RS Awal Kasus

    Tensi 120/80 mmHg 110/80 mmHg

    Respirasi 20 x/menit 22 x/menit

    Nadi 88 x/menit 78 x/menit

    Suhu 36,7oC 36,5oC

    3. Kepala/Abdomen/Extremitas :

    Kepala : conjunctiva anemic (-), sclera ikterik (-)

    Leher : tekanan vena jugularis tidak naik

    Abdomen : terasa massa perut bawah 5x6 cm, kolostomi di kolon desenden

    Kesimpulan :

    Secara umum pasien dalam kondisi compos mentis, sedang. Pemeriksaan tanda vital

    pasien pada awal masuk rumah sakit tekanan darah termsuk pre hipertensi (JNC 7, 2003),

    nadi, suhu dan respirasi termasuk normal. Pemeriksaan pada awal kasus tekanan darah

    normal, respirasi termasuk takipnea, nadi dan suhu tubuh termasuk normal (Wahyuningsih,

    2013).

    Pemeriksaan kepala tidak terlihat adanya anemia pada konjungtiva. Pemeriksaan

    konjungtiva dilakukan sebagai salah satu skrining adanya anemia. Apabila konjungtiva terlihat

  • pucat, kemungkinan seseorang mengalami anemia. Sedangkan pemeriksaan sclera ikterik

    negatif menunjukkan sclera mata tidak menguning. Ikterik disebabkan karena adanya

    peningkatan produksi bilirubin, atau karena adanya sumbatan di salurn empedu sehingga

    bilirubin masuk ke dalam aliran darah.

    Pemeriksaan leher menunjukkan tekanan vena jugularis tidak naik, sehingga termasuk

    dalam kategori normal. Pemeriksaan abdomen terasa massa perut bawah 5x6 cm, terdapat

    kolostomi di kolon desenden. Kolostomi ini dimaksudkan untuk membuat saluran defekasi

    untuk pasien karena telah mengalami ca recti.

    E. ASUPAN ZAT GIZI

    Hasil Recall 24 jam diet rumah sakit

    Tanggal : 16 Oktober 2014

    Diet RS : Lunak TKTP + ekstra putih telur

    Implementasi Energi (kcal)

    Protein (g) Lemak (g) Karbohidrat (g)

    Asupan Oral 1269,4 69,4 31,0 177,1

    Standar RS 2289,8 82,41 72,5 342,7

    % Asupan 55,44% 84,21% 42,76% 51,67%

    Kesimpulan :

    Diet dari rumah sakit yang diberikan kepada pasien merupakan diet lunak tinggi kalori dan

    tinggi protein, dengan ekstrak putih telur. Pemenuhan kebutuhan energy pasien tidak adekuat

    karena hanya memenuhi 55,44%. Pemenuhan yang adekuat hanya terdapat pada pemenuhan

    protein yaitu sebesar 84,21%. Pemenuhan energy, lemak dan karbohidrat masih kurang.

    Asupan dikatan adekuat apabila sudah memenuhi 80% dari total kebutuhan (Wahyuningsih,

    2013).

    F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

    Hanya dilakukan EKG

  • G. TERAPI MEDIS

    Jenis Obat / Tindakan

    Fungsi Interaksi dengan zat gizi

    Solusi

    Infus NaCl 0,9% 20 tpm

    Menjaga keseimbangan elektrollit.

    Dapat menyebabkan hipernatremia, hypokalemia, asidosis, mual, dan muntah.

    Mengurangi penggunaan garam dalam makanan, menambah asupan makanan sumber kalium, dan menghindari makanan yang merangsang.

    Leucovorin 20 mg/m (I-V)

    Obat yang diberikan bersamaan dengan obat kemoterapi lain, berfungsi untuk memperkuat efektivitas obat maupun sebagai chemoprotectant. Pada kanker kolon dan rectal, Leucovorin diberikan bersama obat fluororacil.

    Terdapat efek samping obat berupa mual dan muntah, meskipun umumnya jarang terjadi.

    Tidak diminum bersama dengan makanan

    5 FU 425 mg/m (I-V)

    Fluorouracil adalah obat kemoterapi yang termasuk dalam golongan antometabolit, yang berfungsi mencegah proliferasi sel kanker dan memperbaiki DNA.

    Diare, lesu, mual. Menghindari makanan yang berbumbu taham

    PRC Packed Red Cell, transfuse darah untuk meningkatkan kadar Hb

    - -

  • BAB II

    DIAGNOSIS GIZI

    1. NI-1.2 Peningkatan kebutuhan energi dan protein berkaitan dengan peningkatan stress

    metabolik pada kondisi kanker dibuktikan oleh penurunan berat badan yang tidak

    disengaja dan diagnosis medis Ca recti locally advance.

    2. NI-2.1 Asupan oral inadekuat berkaitan dengan mual pada kondisi pascakemoterapi

    dibuktikan oleh hasil recall 24 jam memenuhi 55% energi, 42% lemak dan 51%

    karbohidrat.

  • BAB III

    INTERVENSI GIZI

    1. Tujuan Diet:

    a. Memenuhi kebutuhan energi dan protein yang meningkat pada kondisi kanker

    b. Mencegah penurunan berat badan

    c. Memberikan makanan sesuai daya terima

    2. Prinsip/Syarat Diet:

    a. Energi tinggi sesuai kebutuhan dikoreksi dengan faktor aktivitas dan faktor stress

    b. Protein tinggi 1,5 g/kg BB

    c. Lemak cukup 25% total energi

    d. Karbohidrat cukup sesuai kebutuhan.

    e. Cairan cukup

    f. Serat cukup

    g. Memberikan makanan yang tidak berbumbu tajam

    h. Makanan diberikan secara bertahap sesuai daya terima pencernaan pasien

    3. Perhitungan Kebutuhan Energi dan Zat Gizi

    a. Kebutuhan Energi

    BMR = 66 + (13,7 x BB) + (5 x TB) (6,8 x U)

    = 66 + (13,7 x 49) + (5 x 155) (6,8 x 53)

    = 66 + 671,3 + 775 360,4

    = 1151,9 kkal

    TEE = BMR x FA x FS

    = 1151,9 x 1,2 x 1,4

    = 1935,19 kkal

    b. Kebutuhan protein

    Kebutuhan protein = 1,5 g/kgBB

    = 1,5 x 49

    = 73,5 g

    = 294 kkal

    c. Kebutuhan lemak

    Kebutuhan lemak = 25% x 1935,19 kkal

    = 483,8 kkal

    = 53,75 g

  • d. Kebutuhan karbohidrat

    Kebutuhan karbohidrat = kebutuhan total energi protein energi lemak

    = 1935,19 294 483,8 (kkal)

    = 1202, 39 kkal

    = 300, 6 g

    4. Rekomendasi Diet

    Terapi diet : Tinggi Energi Tinggi Protein

    Bentuk makanan : Lunak

    Cara pemberian : Oral

    Rencana Diet

    Waktu Makan Rekomendasi Menu Bahan Makanan Jumlah (gram)

    Makan Pagi

    Nasi tim Nasi tim 200

    Semur ayam

    Daging ayam 40

    Telur ayam 45

    Kentang 20

    Minyak kelapa sawit 5

    Sayur bening Bayam segar 20

    Wortel 20

    Selingan Pagi Bubur kacang hijau

    Kacang hijau 30

    Mutiara 20

    Roti tawar 10

    Santan 30

    Makan Siang

    Nasi tim Nasi tim 200

    Pepes ikan tahu

    Ikan kembung 40

    Tahu 40

    Daun kemangi 10

    Tomat 10

    Sayur Sop

    Makaroni 20

    Wortel 20

    Buncis 20

    Selingan Siang Jus jambu

    Jambu biji 50

    Susu kental manis 10

    Gula pasir 26

    Krekers Krekers 20

    Makan Malam

    Nasi tim Nasi tim 200

    Ayam fillet crispy

    Daging ayam 40

    Telur 10

    Tepung terigu 10

    Minyak kelapa sawit 5

    Ca buncis

    Buncis 20

    Wortel 20

    Minyak kelapa sawit 5

    Selingan Malam Susu Susu sapi 200

    Buah pepaya Buah pepaya 110

  • Kajian Rekomendasi Diet

    Energi (kkal) Protein (g) Lemak (g) KH (g)

    Rekomendasi Diet 1988,6 72,6 58,5 293,3

    Kebutuhan (planning) 1935,19 73,5 53,75 300,6

    % rekomendasi/kebutuhan 102,7% 98,8% 108,8% 97,6%

    Preskripsi Diet

    Penilaian status gizi pasien menggunakan rumus indeks massa tubuh (IMT) untuk

    menentukan apakah pasien memerlukan penambahan kebutuhan energi dan zat gizi lainnya.

    Perhitungan kebutuhan energi menggunakan rumus Harris-Benedict dengan

    mempertimbangkan faktor berat badan, tinggi badan, dan usia, serta dikoreksi dengan faktor

    aktivitas dan faktor stress. Pada pasien Tn. YG, besarnya faktor aktivitas yang digunakan yaitu

    1,2 karena pasien hanya istirahat di tempat tidur. Sedangkan faktor stres yang digunakan

    sebesar 1,4 karena adanya stres akibat kanker (Almatsier, 2010). Kebutuhan protein yang

    diberikan tinggi yaitu 1,5g/kg berat badan karena pasien mengalami stres akibat kanker yang

    membutuhkan tinggi protein untuk membantu regenerasi sel yang masih sehat. Kebutuhan

    lemak yang diberikan cukup, sebesar 25% dari total kebutuhan energi karena tidak ada indikasi

    untuk melakukan peningkatan ataupun penurunan kebutuhan lemak. Kebutuhan karbohidrat

    dihitung dengan carbohydrate by difference.

    5. Monitoring dan Evaluasi

    Yang diukur Pengukuran Evaluasi/Target

    Antropometri Berat badan Timbangan Tidak mengalami penurunan

    Biokimia RBC, HGB,HCT, dan basofil

    Cek laboratorium RBC, HGB, HCT tidak semakin rendah dan basofil tidak semakin tinggi.

    Fisik Klinik Vital sign: tekanan darah, respirasi, denyut nadi, suhu tubuh

    Sphygmomanometer, thermometer, palpasi

    Normal. Tekanan darah 120/80 mmHg, respirasi 14-20x/menit, suhu tubuh 37oC

    Asupan zat gizi Persen kebutuhan energi, protein, karbohidrat, dan lemak

    Recall Asupan adekuat (80%)

  • 6. Konseling

    Masalah gizi Tujuan Materi Konseling Keterangan

    Peningkatan kebutuhan energi dan protein

    Memenuhi kebutuhan karena adanya stress metabolik pada kondisi kanker

    a. Memberikan penjelasan mengenai peningkatan kebutuhan energi dan protein karena kondisi kesehatan.

    b. Memberikan pengetahuan mengenai jumlah makanan yang harus dikonsumsi dalam bentuk URT untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari

    c. Memberikan pengetahuan mengenai alternatif cara mengolah makanan / variasi makanan yang dapat dikonsumsi

    Konseling diberikan kepada

    pasien dan keluarga pasien

    Asupan oral inadekuat

    Memenuhi asupan sesuai kebutuhan

    Memberikan pengetahuan tentang pentingnya pemenuhan asupan zat gizi sesuai kebutuhan

  • BAB IV

    KESIMPULAN DAN SARAN

    A. KESIMPULAN

    1. Berdasarkan pemeriksaan antropometri menggunakan IMT, diketahui bahwa pasien

    memiliki status gizi baik (IMT 20,39 kg/m2).

    2. Berdasarkan pemeriksaan biokimia, diketahui pasien mengalami penurunan kadar

    RBC, HGB, HCT dan peningkatan kadar basofil karena adanya kanker.

    3. Berdasarkan pemeriksaan fisik klinis, tekanan darah, nadi, dan suhu tubuh pasien

    normal, takipnea, serta mendapatkan kolostomi di kolon desenden.

    4. Berdsarkan hasil recall 24 jam, persentase pemenuhan kebutuhan energi dan zat gizi

    pasien inadekuat, yaitu hanya memenuhi energi 55,44%, protein 84,21%, lemak

    42,76% dan karbohidrat 51,67%.

    B. SARAN

    1. Sebaiknya pasien memilih bahan-bahan makanan yang tidak berbumbu tajam supaya

    tidak memperparah mual pasca kemoterapi

    2. Sebaiknya keluarga pasien meningkatkan motivasi pasien untuk meningkatkan asupan

    makanan.

  • BAB 5

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. Pengertian

    Kanker merupakan suatu kondisi dimana sel mengalami pertumbuhan yang tidak normal,

    cepat, dan tidak terkendali (Melia, 2013). Kanker kolorektal merupakan tumor ganas yang

    ditemukan pada kolon dan rektum yang merupakan bagian dari sistem pencernaan atau disebut

    juga traktus gastrointestinal. Tumor pada rektum atau sigmoid bersifat lebih infiltrative pada

    waktu diagnosis dari lesi proksimal, maka prognosisnya akan lebih jelek (Ramachandaram,

    2010).

    Karsinoma rekti merupakan keganasan yang muncul pada rektum, yang sebagian besar

    adalah tumor ganas. Jenis keganasan terbanyak pada rectum adalah Adenokarsinoma (KPKN,

    2015). Resiko terjadinya adenokarsinoma rekti beserta distribusinya banyak dihubungkan

    dengan faktor genetik ( familial adenomatous polyposis, Gardner syndrome, Peutz Jeghers

    syndrome) keadaan usus yang didapat misalnya inflammatory bowel disease terutama

    ulcerative colitis, dilakukannya skrining, dan juga faktor lingkungan (Gondhowiardjo, 2003).

    Tanda dan gejala awal dugaan adanya karsinoma rekti yaitu perdarahan per-anum disertai

    peningkatan frekuensi defekasi dan/atau diare selama minimal 6 minggu pada semua usia,

    defekasi seperti kotoran kambing, perdarahan per-anum tanpa gejala anal pada individu berusia

    diatas 60 tahun, peningkatan frekuensi defeksi atau buang air besar berlendir, massa

    intraluminal di dalam rectum, dan tanda-tanda obstruksi mekanik usus (KPKN, 2015).

    Resiko terjadinya kanker kolorektal secara nyata akan meningkat pada usia 50 tahun dan

    menjadi dua kali lipat lebih besar pada dekade berikutnya. Karsinoma rectum lebih banyak

    terjadi pada laki-laki daripada perempuan. Perkembangan kanker kolorektal merupakan

    interaksi antara faktor lingkungan dan faktor genetik. Faktor lingkungan multipel beraksi

    terhadap predisposisi genetik atau defek yang didapat dan berkembang menjadi kanker

    kolorektal (Sander, 2008).

    Menurut Sander (2008), deteksi dini sangat diperlukan untuk memperoleh hasil yang

    optimal yaitu meningkatkan survival dan menurunnya tingkat mortalitas pada penderita kanker

    kolorektal. Macam-macam deteksi dini pada kanker kolorektal yaitu deteksi dini pada populasi

    (tes darah tersamar pada feses setiap tahun serta sigmoidoskopi fleksibel dan kolonoskopi),

    deteksi dini pada masyarakat yang beresiko tinggi (penderita colitis ulserativ > 10 tahun,

    penderita yang telah menjalani polipektomi pada adenoma korektal, individu dengan adanya

  • riwayat keluarga, dan individu resiko tinggi FAP). Berdasarkan perkembangannya, kanker

    kolorektal dibagi menjadi 3, yaitu:

    1. Diturunkan (inherited) mencakup kurang dari 10%. Yaitu mereka yang dilahirkan sudah

    dengan mutasi germlineI, pada salah satu alel dan terjadi mutasi somatik pada alel yang

    lain.

    2. Sporadik sekitar 70%

    3. Familial 20%.

    B. Sistem Klasifikasi dan Stadium

    Sistem klasifikasi yang digunakan adalah sistim Astler-Coller yang diperkenalkan pada

    tahun 1954 dan kemudian direvisi tahun 1978, berdasarkan atas kedalaman invasi tumor,

    keterlibatan kelenjar getah bening, dan adanya metastasis jauh yaitu: 1) stadium A: hanya

    terbatas pada lapisan mukosa; 2) stadium B: sudah masuk dalam lapisan muskularis propria

    (B1), masuk dalam lapisan subserosa (B2), masuk sampai ke struktur-struktur yang berdekatan

    (B3); 3) stadium C: bila sudah ada keterlibatan kelenjar (Cl sampai C3); 4) stadium D : bila

    sudah ada metastasis baik secara limfatik atau hematogen.

    Stadium karsinoma kolorektal berdasarkan sistem TNM American joint committee on cancer

    tahun 2009 yaitu: 1) ekstensi tumor (T) dibagi atas T1 s/d T4; 2) adanya keterlibatan kelenjar

    (N) dibagi atas: N1 bila < 4 kelenjar, N2 bila > 4 kelenjar, N3 bila terdapat kelenjar sepanjang

    pembuluh darah; 3) adanya metastasis jauh (M1).

    Tumor Primer (T)

    Tx : Tumor primer tak dapat ditentukan

    To : Tidak ditemukan tumor primer

    Tis : Carcinoma in situ: invasi intraepithelial ke lamina propria

    T1 : Tumor invasi submucosa

    T2 : Tumor invasi muscularis propria

    T3 : Tumor menembus muscularis propria ke dalam jaringan perikolorektal

    T4a : Tumor penetrasi ke permukaan peritoneum visceral

    T4b : Tumor invasi langsung atau menempel pada organ atau struktur lain

    Kelenjar Limfe Regional (N)

    Nx : KGB Regional tidak dapat ditentukan

    No : Tak terdapat keterlibatan KGB regional

    N1 : Metastasis ke 1-3 KGB regional

    N2 : Metastasis ke 4 atau lebih KGB regional

  • Metastasis jauh (M)

    Mo : Tidak ditemukan metastasis jauh

    M1 : Ditemukan metastasis jauh

    Definisi Stadium

    Stadium 0 Tis, No, Mo

    Stadium I T1, No, Mo

    T2, No, Mo

    Stadium 11 T3, No, Mo

    T4, No, Mo

    Stadium III Semua T, N1, Mo

    Sernua T, N2, Mo

    Stadium IV Semua T, Semua N, M1

    C. Penatalaksanaan

    Penatalaksanaan atau pengobatan utama pada kanker meliputi:

    1. Pembedahan

    Satu-satunya penanganan kuratif yang telah diterima secara luas. Dilakukan mengan

    mengeksisi regional lymphadenektomi dengan batas yang luas dan maksimal, serta

    mempertahankan fungsi kolon sebisanya.

    2. Terapi Radiasi

    Dilakukan dengan menggunakan x-ray berenergi tinggi untuk membunuh sel kanker.

    Terdapat dua cara oemberian radiasi, yaitu internal radiasi dan eksternal radiasi. Pemilihan

    cara ini tergantung dari tipe dan stadium dari kanker.

    3. Adjuvan Kemoterapi

    Kemoterapi sangat efektif diaplikasikan saat kehadiran tumor sangat sedikit dan fraksi dari

    sel maligna yang berada pada fase pertumbuhan banyak. Kemoterapi dilakukan untuk

    membunuh sel kanker dengan obat anti kanker. Kemoterapi memberikan efek yang buruk

    terhadap status fungsional pasien seperti supresi sumsum tulang, gejala gastrointestinal

    (mual, muntah, kehilangan BB, perubahan rasa, konstipasi, diare) dan gejala lainnya

    (alopesia, fatigue, pwerubahan emosi, perubahan system saraf) (Melia, 2008).

    D. Pencegahan

    Menurut Zahari (2010), usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah kanker kolon

    dan rectum diantaranya:

    1. Diet

    Diet tinggi lemak, protein, kalori, serta daging merah dan daging putih berhubungan dengan

    peningkatan insiden kanker kolon dan rektum. Menurut Ramachandaram (2010), diet tinggi

  • serat pada pasien yang mempunyai diet tinggi lemak dapat menurunkan insidensi terjadinya

    kanker. Rekomendasi diet dari The National Research Council yaitu: menurunkan lemak

    total dari 40% menjadi 30% dari total kalori, meningkatkan konsumsi serat, membatasi

    makanan olahan, membatasi makanan berpengawet, dan mengurangi konsumsi alkohol.

    2. Kalsium

    Pemberikan kalsium menekan kekambuhan adenoma secara bermakna. Dosis yang dipakai

    antara 1250-2000 mg.

    3. Vitamin

    Suplementasi vitamin E. vitamin D, dan asam folat berperan menurunkan kejadian kanker

    kolon dan rectum.

    4. Konsumsi Buah dan Sayur

    Makanan yang mengandung serat dapat memberikan efek protektif terhadap kejadian

    adenoma kolon dan rectum.

    5. Kelebihan Berat Badan

    Terdapat hubungan yang positif antara obesitas dengan kanker kolon dan rektum. Resiko

    karsinoma kolon meningkat 15% pada overweight dan meningkat 30% pada obesitas.

    6. Aktivitas Fisik

    Aktivitas fisik dapat menekan resiko karsinoma kolon hingga 50%.

    7. Obat NSAID

    Obat ini akan menghambat produksi prostalglandin melalui hambatan pada COX yang akan

    merangsang angiogenesis kanker. Sehingga obat ini dapat mencegah terbentuknya

    adenoma. Selain itu, obat anti inflamasi non steroid memiliki efek protektif dimana dapat

    menurunkan ukuran dan jumlah polip sehingga dapat menurunkan insiden kanker

    kolorektal.

    8. Merokok

    Perokok jangka lama (30-40 tahun) memiliki resiko 1,5-3 kali lebih besar untuk terjadi

    kanker kolon dan rektum.

    9. Pengobatan Sulih Hormon Wanita

    Estrogen Replacement therapy menurunkan resiko kanker, tetapi diikuti efek yang tidak baik

    yaitu meningkatnya penyakit jantung koroner, stroke, emboli paru, dan kanker payudara.

    HRT dapat menurunkan resiko terjadinya kanker kolorektal sebesar 40% dan efek

    protektifnya menghilang setelah 5 tahun pemakaian HRT dihentikan.

  • 10. Kolonoskopi

    Kolonoskopi dan pengangkatan polip adenomatosa pada usus besar dapat mengurangi

    resiko kanker.

    11. Test darah samar

    Skrining dengan tes darah samar, diikuti kolonoskopi atau kolonografi dan sigmoidoskopi

    setiap tahun dengan follow up 18 tahun dapat menurunkan insiden kanker kolon dan rectum

    sebesar 20%.

  • DAFTAR PUSTAKA

    American Heart Association. 2003. Seventh report of the joint national committee on prevention,

    detection, evaluation, and treatment of high blood pressure. Dallas : American Heart

    Association

    Gondhowiardjo, Soehartati. 2003. Brakhiterapi dalam Terapi Kanker Anorektal. Makara,

    Kesehatan, Vol 7, No 2, Desember 2003.

    Grace, Pierce A dan Neil R. Borley. At a Glance Ilmu Bedah Edisi Ketiga. Jakarta : Penerbit

    Erlangga

    Komite Nasional Penanggulangan Kanker (KPKN). 2015. Panduan nasional Penanganan kanker

    Rektum Versi 1.0. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

    Melia, Putrayasa, dan Azis. 2013. Hubungan Antara Frekuensi Kemoterapi dengan Status

    Fungsional Pasien Kanker yang Menjalani Kemoterapi di RS Sanglah Denpasar.

    Universitas Udayana.

    Ramachandaram, Anantaraju. 2010. Gambaran Kelompok Usia dan Jenis Histopatologi pada

    Pasien Kanker Kolorektal di RSUP H. Adam Malik Medan dari Juni 2008 Hinggan

    Desember 2009. Medan: Universitas Sumatra Utara.

    Sander, Mochamad Aleq. 2008. Profil Penderita Kanker Kolon dan Rektum di RSUP Hasan

    Sadikin Bandung. Universitas Muhammadiyah Malang.

    Supariasa, I Dewa Nyoman, dkk. 2012. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC

    Wahyuningsih, Retno. 2013. Penatalaksanaan Diet pada Pasien. Yogyakarta : Graha Ilmu

    Zahari, Asril. 2010. Deteksi Dini, Diagnosa, dan Penatalaksanaan Kanker Kolon dan Rektum.

    RS.Dr.M.Djamil Padang.

  • LAMPIRAN

    NUTRISURVEY RENCANA DIET

    =====================================================================

    HASIL PERHITUNGAN DIET/

    =====================================================================

    Nama Makanan Jumlah energy carbohydr.

    __________________________________________________________________________

    Makan Pagi

    nasi tim 200 g 234.2 kcal 51.4 g

    daging ayam 40 g 114.0 kcal 0.0 g

    kentang 20 g 18.6 kcal 4.3 g

    telur ayam 45 g 69.8 kcal 0.5 g

    bayam segar 20 g 7.4 kcal 1.5 g

    wortel 20 g 7.2 kcal 1.6 g

    minyak kelapa sawit 5 g 43.1 kcal 0.0 g

    air mineral 200 mL - -

    Meal analysis: energy 494.3 kcal (25 %), carbohydrate 59.3 g (20 %)

    Selingan Pagi

    kacang hijau 30 g 34.8 kcal 6.2 g

    mutiara 20 g 69.8 kcal 16.9 g

    roti tawar 10 g 27.4 kcal 5.2 g

    santan (kelapa dan air) 30 g 31.8 kcal 1.4 g

    air mineral 100 mL - -

    Meal analysis: energy 163.8 kcal (8 %), carbohydrate 29.7 g (10 %)

    Makan Siang

    nasi tim 200 g 234.2 kcal 51.4 g

    ikan kembung 40 g 44.8 kcal 0.0 g

    tahu 40 g 30.4 kcal 0.8 g

    daun kemangi mentah 10 g 2.1 kcal 0.5 g

    tomat masak 10 g 2.1 kcal 0.5 g

  • Makaroni 20 g 68.5 kcal 15.7 g

    wortel 20 g 7.2 kcal 1.6 g

    buncis mentah 20 g 7.0 kcal 1.6 g

    air mineral 200 mL - -

    Meal analysis: energy 396.3 kcal (20 %), carbohydrate 72.0 g (25 %)

    Selingan Siang

    jambu biji 50 g 25.5 kcal 5.9 g

    susu kental manis 10 g 32.0 kcal 5.4 g

    gula pasir 26 g 100.6 kcal 26.0 g

    krekers 20 g 100.8 kcal 12.2 g

    air mineral 100 mL - -

    Meal analysis: energy 158.1 kcal (8 %), carbohydrate 37.4 g (13 %)

    Makan Malam

    nasi tim 200 g 234.2 kcal 51.4 g

    daging ayam 40 g 114.0 kcal 0.0 g

    tepung terigu 10 g 36.4 kcal 7.6 g

    telur ayam 10 g 15.5 kcal 0.1 g

    buncis mentah 20 g 7.0 kcal 1.6 g

    wortel 20 g 7.2 kcal 1.6 g

    minyak kelapa sawit 10 g 86.2 kcal 0.0 g

    air mineral 200 mL - -

    Meal analysis: energy 500.5 kcal (25 %), carbohydrate 62.3 g (21 %)

    Selingan Malam

    susu sapi 200 g 131.9 kcal 9.6 g

    pepaya 110 g 42.9 kcal 10.8 g

    air mineral 100 mL - -

    Meal analysis: energy 275.6 kcal (14 %), carbohydrate 32.6 g (11 %)

  • =====================================================================

    HASIL PERHITUNGAN =====================================================================

    Zat Gizi hasil analisis rekomendasi persentase

    nilai nilai/hari pemenuhan

    ______________________________________________________________________________

    energy 1988.6 kcal 1935.19 kcal 102.7 %

    protein 72.6 g 73.5 g 98.8 %

    fat 58.5 g 53.75 g 108.8 %

    carbohydr. 293.3 g 300.6 g 97.6 %

    dietary fiber 12.3 g 25.0 g 49 %

    alcohol 0.0 g - -

    PUFA 7.0 g 10.0 g 70 %

    cholesterol 340.9 mg - -

    Vit. A 1356.6 g 1000.0 g 136 %

    carotene 0.0 mg - -

    Vit. E 0.0 mg - -

    Vit. B1 0.6 mg 1.1 mg 54 %

    Vit. B2 1.2 mg 1.3 mg 93 %

    Vit. B6 1.2 mg 1.5 mg 79 %

    folic acid eq. 0.0 g - -

    Vit. C 178.5 mg 100.0 mg 179 %

    sodium 355.5 mg 2000.0 mg 18 %

    potassium 1886.5 mg 3500.0 mg 54 %

    calcium 740.1 mg 1000.0 mg 74 %

    magnesium 262.6 mg 350.0 mg 75 %

    phosphorus 991.9 mg 700.0 mg 142 %

    iron 8.8 mg 10.0 mg 88 %

    zinc 7.0 mg 10.0 mg 70 %