kasus depresi ujian

57
BAB I PENDAHULUAN Skizofrenia merupakan suatu deskirpsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tidak selalu bersifat kronis “deteriorating”) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya. 1 Gejala skizofrenia biasanya muncul pada usia remaja akhir atau dewasa muda. Awitan laki-laki biasanya 15-25 tahun pada perempuan 25-35 tahun.Prognosis biasanya lebih buruk pada laki-laki bila dibandingkan dengan perempuan. Awitan setelah umur 40 tahun jarang terjadi. 2,3 Penyebab skizofrenia sampai sekarang belum diketahui secara pasti.Namun, berbagai teori telah berkembang seperti model diastasis-stres dan hipotesis dopamine. Model diastasis stress merupakan satu model yang mengintegrasikan faktor biologis, psikososial, dan lingkungan. 2 Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta afek yang tidak wajar (inappropriate) atau tumpul (blunted). Kesadaran composmentis dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, 1

Upload: dwiwidyahariska

Post on 19-Feb-2016

248 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kedokteran

TRANSCRIPT

Page 1: kasus depresi ujian

BAB I

PENDAHULUAN

Skizofrenia merupakan suatu deskirpsi sindrom dengan variasi penyebab

(banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tidak selalu bersifat kronis

“deteriorating”) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada

perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya.1

Gejala skizofrenia biasanya muncul pada usia remaja akhir atau dewasa

muda. Awitan laki-laki biasanya 15-25 tahun pada perempuan 25-35

tahun.Prognosis biasanya lebih buruk pada laki-laki bila dibandingkan dengan

perempuan. Awitan setelah umur 40 tahun jarang terjadi.2,3

Penyebab skizofrenia sampai sekarang belum diketahui secara

pasti.Namun, berbagai teori telah berkembang seperti model diastasis-stres dan

hipotesis dopamine. Model diastasis stress merupakan satu model yang

mengintegrasikan faktor biologis, psikososial, dan lingkungan.2

Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan

karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta afek yang tidak wajar (inappropriate)

atau tumpul (blunted). Kesadaran composmentis dan kemampuan intelektual

biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat terjadi

dikemudian hari.1

Gangguan skizofrenia berdasarkan PPDGJ III yaitu skizofrenia paranoid,

skizofrenia hebefrenik, skizofrenia katatonik, skizofrenia tak terinci, depresi pasca

skizofrenia, skizofrenia residual, skizofrenia simpleks, skizofrenia lainnya,

skizofrenia ytt. Beberapa kriteria diagnostik untuk subtipe skizofrenia menurut

DSM-IV yaitu tipe paranoid, tipe terdisorganisasi, tipe katatonik, tipe tak

tergolongkan, dan tipe residual.1,2

BAB II

LAPORAN KASUS

1

Page 2: kasus depresi ujian

2.1 IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. S

Jenis Kelamin : Laki-laki

Umur : 75 tahun

Status Perkawinan : Duda

Bangsa : Indonesia

Suku : Melayu

Agama : Islam

Pendidikan : S1

Pekerjaan : Pensiunan PNS

Alamat : TAC RT 39 No 30 Payo Lebar

Pernah masuk Rumah Sakit : Belum pernah dirawat di RSJ sebelumnya

2.2 IDENTITAS DARI ALLOANAMNESIS :

Nama : Ny. I

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 35 tahun

Pendidikan Terakhir : S1

Pekerjaan : IRT

Alamat : TAC RT 39 No 30 Payo Lebar

Hubungan dengan pasien : Anak kandung

Keakraban dengan pasien : Akrab

Kesan pemeriksaan/ dokter terhadap keterangan yang diberikan : Dapat dipercaya

I. Anamnesis

Keterangan/ anamnesis di bawah ini diperoleh dari :

Pasien dan informan (alloanamnesis/anak pasien)

1. Pasien datang ke fasilitas kesehatan ini atas keinginan :

Keluarga/Anak pasien

2. Sebab utama :

2

Page 3: kasus depresi ujian

Os mengeluh sering pegal-pegal pada kaki, nyeri di punggung

belakang, sulit tidur.

3. Keluhan utama :

Os mengeluh sulit tidur

Os kehilangan nafsu makan

4. RPS/RPP:

Keluhan dan gejala :

Os mengeluh sulit tidur sejak ditinggal istrinya sejak 2 tahun yang

lalu. Os tidur dari jam 9 malam dan terbangun jam 11 kemudian

tidak bisa tidur lagi hingga pagi.

Os sering menangis saat tengah malam sejak istrinya meninggal.

Saat ini os menarik diri dari lingkungannya dan menjadi lebih

tertutup

Os kehilangan nafsu makan, BB os turun hingga 15 kg.

Terkadang os bermain keroncong untuk menghibur dirinya.

Os merasa dikendalikan oleh orang lain seperti wali songo.

Os merasa mudah tersinggung dan menganggap dirinya selalu

benar.

Os merasa sulit tidur, nafsu makan berkurang.

Riwayat NAPZA : disangkal

5. Hendaya/disfungsi dalam hubungan sosial, pekerjaan dan

penggunaan waktu senggangnya.

Os mudah bergaul dengan orang-orang disekitarnya baik keluarga

maupun teman-temannya.

6. Riwayat Penyakit Dahulu

Os memiliki riwayat trauma kepala (+), DM (-), kejang (+), hipertensi

(-), alcohol (+).

3

Page 4: kasus depresi ujian

7. Riwayat premorbid

7.1 Riwayat Kehamilan

Anak yang diinginkan

Kesehatan fisik : dalam batas normal

Kesehatan mental : dalam batas normal

7.2 Riwayat Persalinan :

Os lahir cukup bulan dibantu oleh dukun

Os lahir dengan berat badan lahir nornal

7.3 Riwayat perkembangan motorik :

Tidak ada masalah dalam perkembangan

7.4 Kemampuan bicara

Os bisa bicara dengan baik

7.5 Interaksi sosial

Os memiliki sifat yang periang dan mudah bergaul dengan teman-

temannya

7.6 Perilaku

Ketika anak-anak os memiliki kepribadian yang periang

dan memiliki banyak teman

Ketika remaja os mengalami keluhan

7.7 Riwayat sosial

Os mudah bergaul dengan teman sebayanya semasa anak-anak.

7.2 kepribadian serta tempramen : os mau bersosialisasi dengan

orang-orang disekitar dan teman sebayanya.

7.3 Situasi sosial saat ini :

1. Tempat tinggal : tinggal bersama suami dan anak (rumah

sendiri)

2. Polusi lingkungan : bising (-), ramai (+)

4

Page 5: kasus depresi ujian

8. Riwayat Keluarga

a. Identitas orang tua

Identitas ORANGTUA

Ayah Ny. D Ibu Ny. D

Bangsa Indonesia Indonesia

Suku Melayu Melayu

Agama Islam Islam

Pendidikan SD Tidak sekolah

Pekerjaan Petani Petani

Umur 60 55

Hubungan Ayah kandung Ibu kandung

b. Kepribadian, dijelaskan oleh kakak Os

Ayah : ayah os seorang yang baik (+), perhatian (+), tegas (+)

Ibu : ibu os seorang yang penurut (+), perhatian (+), perhatian (+),

penyabar (+), tertutup (+)

Os bersaudara 2 orang, Os anak pertama

Keterangan :

: laki – laki

: perempuan : pasien

5

Page 6: kasus depresi ujian

Struktur keluarga pasien saat ini

a. Urutan saudara dan usiannya : os. merupakan anak kedua

b. Gambaran kepribadian orang lain yang tinggal dirumah os dan

hubungan terhadap os. : os. tinggal bersama suami dan satu orang

anak perempuan

c. Orang lain yang tinggal; dirumah os dengan gambaran

kepribadiannya dan bagaimana os dengan mereka.

No. Status os.

Dengannya

Gambaran

kepribadian

Hubungan os.

dengannya

1. Suami Baik (+), perhatian

(+), penyabar (+)

Akrab

2. Anak perempuan Baik (+), penurut

(+)

Akrab

d. Riwayat tempat tinggal yang pernah didiami os. :

Rumah tempat

tinggal

Keadaan Rumah

Tenang Cocok Nyaman

Rumah orang

tua os.

√ √ √

Rumah Os

bersama suami

√ √ √

9. Faktor keturunan (genetik) :

Riwayat keluarga os (-)

10. Faktor organik :

Nyeri kepala (-), kejang (+), trauma kepala (+), kelumpuhan (-),

tumor(-)

11. Faktor pencetus

6

Page 7: kasus depresi ujian

Masalah dengan suami, kemudian diperberat dengan adanya factor

genetic

12. Riwayat penggunaan NAPZA :

disangkal

13. Persepsi dan tanggapan pasien mengenai diri dan kehidupan

Os merasa bahwa ia mempunyai kelebihan untuk bisa mengetahui

masa lalu seseorang dan mengetahui bahwa lawan bicaranya sedang

berbohong atau tidak.

II. Status Mental

1. Deskripsi Umum

1) Penampilan

Sikap tubuh : Gelisah (-), perhatian tidak mudah

teralihkan

Cara berpakaian : Rapi

Kesehatan fisik : Tampak sehat

2) Perilaku dan aktifitas psikomotor

Cara berjalan : Normoaktif

Sikap terhadap pemeriksa : Kooperatif, kontak mata (+)

3) Pembicaraan

Cara berbicara : suka mengoceh (logorea)

Produktifitas : asosiasi longgar

4) Afek, mood dan emosi lainnya

Afek : Appropriate

Mood : Stabil

5) Pikiran

Bentuk pikir : Terganggu

Proses berpikir : Waham curiga (+), waham

kebesaran (+)

7

Page 8: kasus depresi ujian

Isi pikiran : Terganggu

6) Persepsi

Halusinasi visual (+), halusinasi auditorik (+), ilusi (-)

7) Sensorium

Kesadaran : Compos mentis

Orientasi W/T/O : Baik

Konsentrasi dan kalkulasi : Tidak Terganggu

Memori : Tidak Terganggu

Pengetahuan umum : Tidak terganggu

8) Pengendalian impuls : Terganggu

9) Daya nilai

Normal sosial : Terganggu

Uji daya nilai : Terganggu

Penilaian realitas : Terganggu

Tilikan : 1

10) Taraf dapat dipercaya : Tidak dapat dipercaya

11) Pemeriksaan psikiatrik khusus lainnya :

Tidak ada

III. Status Interna :

Tekanan Darah :130/80 mmHg

Nadi : 92x/menit

Suhu : 36,5OC

RR : 22x/menit

IV. Status Neurologi :

Nyeri kepala (-)

Kejang (-)

V. Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik Khusus Lainnya

Tidak ada

8

Page 9: kasus depresi ujian

VI. Pemeriksaan Oleh Psikolog/ Petugas Sosial dan lain-lain

Tidak ada

VII. Diagnosis Banding

1. F20.0 Skizofrenia Paranoid

1) Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia

2) Sebagai tambahan :

a. Halusinasi dan/atau waham harus menonjol

Suara – suara halusinasi yang mengancam pasien atau

memberi perintah, atau halusinasi auditorik tanpa entuk

verbal berupa bunyi peluit (whistling), mendengung

(humming), atau bunyi tawa (laughing)

Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat

seksual, atau lain – lain perasaan tubuh, halusinasi visual

mungkin ada tetapi jarang menonjol

Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham

dikendalikan (delusion of control), dipengaruhi (delusion of

influence), atau passivity (delusion of passivity), dan

keyakinan dikejar – kejar yang beraneka ragam, adalah

yang paling khas.

Gangguan afektif, dorongan kehendah dan pembicaraan,

serta gejala katatonik secara relatif tidak nyata / tidak

menonjol1

2. Gangguan waham (F22.0)

Alasan memilih

Os mengamuk sejak tadi malam

Akhir-akhir ini os cepat marah dan melempar barang ke orang lain

Os merasakan cemburu atau curiga yang berlebihan kepada

suaminya dan menuduh suaminya berselingkuh dengan iparnya

9

Page 10: kasus depresi ujian

Os merasa dirinya cantik seperti bidadari dan ingin kembali ke

kayangan dan mengaku mendengar suara bisikan yang

menyuruhnya kembali ke kayangan.

Alasan menyingkirkan :

Waham-waham merupakan satu-satunya ciri khas klinis atau

gejala yang paling mencolok. Waham-waham tersebut (baik

tunggal maupun suatu sistem waham) harus sudah ada sedikitnya

3 bulan lamanya, dan harus bersifat khas pribadi (personal) dan

bukan budaya setempat.

Gejala-gejala depresif atau bahkan suatu episode depresif yang

lengkap/ “full-blown” (F32.-) mungkin terjadi secara intermitten,

dengan syarat bahwa waham-waham tersbut menetap pada saat-

saat tidak terdapat gangguan afektif itu.

Tidak boleh ada bukti-bukti tentang adanya penyakit otak.

Tidak boleh ada halusinasi auditorik atau hanya kadang-kadang

saja ada dan bersifat sementara.

Tidak ada riwayat gejala-gejala skizofrenia (waham dikendalikan,

siar pikiran, penumpulan afek, dsb)

3. F23 Gangguan Psikotik Akut dan Sementara

Gejala psikotik harus dalam masa dua minggu/kurang.

VIII. Diagnosis Multiaksial

Aksis I : Skizofrenia paranoid

Aksis II : Tidak ada

Aksis III : Tidak ada diagnosis

Aksis IV : Masalah dengan keluarga (suami)

Aksis V : GAF 60-51 (Gejala sedang (moderat), disabilitas sedang)

IX. Terapi

10

Page 11: kasus depresi ujian

Farmakoterapi :

Halloperidol tab 5 mg 2x1 tab/hari

Chlopromazine tab 100 mg dPasienis 2x1

Trihexiphenidil tab 2 mg 2x1

Non farmakoterapi

Psikoedukasi terhadap pasien jika kondisi sudah membaik:

1. Pengenalan terhadap penyakit, manfaat pengobatan, cara

pengobatan, efek samping pengobatan.

2. Memotivasi pasien agar minum obat secara teratur dan rajin

kontrol setelah pulang dari perawatan.

3. Membantu pasien agar dapat kembali melakukan aktivitas sehari-

hari secara bertahap.

4. Menggali kemampuan pasien yang bisa dikembangkan.

Psikoedukasi terhadap keluarga :

1. Memberikan penjelasan kepada keluarga mengenai gangguan yang

dialami pasien sehingga dapat mendukung kearah kesembuhan.

2. Menyarankan kepada keluarga agar lebih telaten dalam pengobatan

pasien dengan membawa pasien kontrol secara teratur, dan

memperhatikan pasien agar minum obat secara teratur dan

memberi dukungan agar pasien mempunyai aktivitas yang positif

X. PROGNOSIS PASIEN

Quo ad vitam : ad bonam

Quo ad functionam : dubia ad bonam

Quo ad sanationam : dubia ad malam

11

Page 12: kasus depresi ujian

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi

Skizofrenia merupakan sindroma klinis dari berbagai keadaan patologis

yang sangat mengganggu yang melibatkan gangguan proses berpikir, emosi

dan tingkah laku. Menurut PPDGJ-III, Skizofrenia adalah suatu sindrom

dengan variasi penyebab dan perjalanan penyakit yang luas, serta sejumlah

akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik dan sosial

budaya.1

Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang fundamental dan

karakteristik dari pikirin dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar

(Inappropriate) atau tumpul (Blunted). Kesadaran yang jernih dan

kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara walaupun kemunduran

kognitif tertentu dapat berkembang kemudian.1

Menurut DSM-IV, adapun klasifikasi untuk skizofrenia ada 5 yakni

subtipe paranoid, terdisorganisasi (hebefrenik), katatonik, tidak tergolongkan

dan residual. Untuk istilah skizofrenia simpleks dalam DSM-IV adalah

gangguan deteriorative sederhana. Sedangkan menurut Pedoman

Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) di Indonesia yang ke-

III skizofrenia dibagi ke dalam 6 subtipe yaitu katatonik, paranoid,

hebefrenik, tak terinci (undifferentiated), simpleks, residual dan depresi pasca

skizofrenia. 1,2,3,4

3.2 Epidemiologi

Prevalensinya antara laki-laki dan perempuan sama, namun menunjukkan

perbedaan dalam onset dan perjalanan penyakit. Laki-laki mempunyai onset

yang lebih awal daripada perempuan. Usia puncak onset untuk laki-laki

adalah 15 sampai 25 tahun, sedangkan perempuan 25 sampai 35 tahun.

12

Page 13: kasus depresi ujian

Beberapa penelitian telah menyatakan bahwa laki-laki adalah lebih mungkin

daripada wanita untuk terganggua oleh gejala negative dan wanita lebih

mungkin memiliki fungsi sosial yang lebih baik daripada laki-laki. Pada

umumnya, hasil akhir untuk pasien skizofrenia wanita adalah lebih baik

daripada hasil akhir untuk skizofrenia laki-laki.2,3,4

Penelitian insiden pada gangguan yang relative jarang terjadi, seperti

skizofrenia, sulit dilakukan. Survei telah dilakukan diberbagai Negara, namun

dan hampir semua hasil menunjukkan tingkat insiden per tahun skizofrenia

pada orang dewasa dalam rentang yang sempit berkisar antara 0,1 dan 0,4 per

1000 penduduk. Ini merupakan temuan utama dari penelitian di 10 negara

yang dilakukan oleh WHO. Untuk prevalensi atau insiden skizofrenia di

Indonesia belum ditentukan sampai sekarang, begitu juga untuk setiap

subtipe skizofrenia.2,3,4

3.3 Etiologi

1. Model diatesis stres

Menurut teori ini skizoprenia dapat timbul karena adanya integrasi

antara faktor biologis, faktor psikososial dan lingkungan. Seorang yang

rentan (diatesis) jika dikenai stresor akan lebih mudah menjadi

skizoprenia. 3

Faktor genetik mempunyai peranan dalam terjadinya suatu

skizooprenia. Ada 7 gen yang mempengaruhi perkembangan skizoprenia.

Kembar identik dipengaruhi oleh gen sebesar 28% sedangkan pada

kembar monozygot dan kembar dyzigot pengaruhnya sebesar 1,8 – 4,1%.

Skizoprenia kemungkinan berkaitan dengan kromosom 1,3,5,11 dan

kromosom X. Penelitian genetik ini dihubungkan dengan COMT

(Catechol-O- Methyl Transferse) dalam encoding dopamin sehingga

mempengaruhi fungsi dopamin. 3

Faktor pencetus dan kekambuhan dari skizoprenia dipengaruhi oleh

emotional turbulent families, stressful life events, diskriminasi, dan

kemiskinan. Lingkungan emosional yang tidak stabil mempunyai resiko

13

Page 14: kasus depresi ujian

yang besar pada perkembangan skizoprenia. Stressor sosial juga

mempengaruhi perkembangan suatu skizoprenia. Diskriminasi pada

komunitas minoritas mempunyai angka kejadian skizoprenia yang lebih

tinggi. Skizoprenia lebih banyak didapatkan pada masyarakat di

lingkungan perkotaan dibandingkan dengan masyarakat di pedesaan. 3

2. Faktor neurobiologis

Perkembangan awal saraf selama masa kehamilan ditentukan oleh

asupan gizi selama hamil (wanita hamil yang kurang gizi mempunyai

resiko anaknya berkembang menjadi skizoprenia) dan trauma psikologis

selama masa kehamilan.3

Pada masa kanak – kanak disfungsi situasi sosial seperti trauma kecil,

kekerasan, hostilitas dan hubungan interpersonal yang kurang hangat

diterima anak, sangat mempengaruhi perkembangan neurologikal anak

sehingga anak lebih rentan mengalami skizoprenia dikemudian hari. 3

Penelitian saat ini melihat adannya perbedaan struktur dan fungsi dari

otak pada penderita skizoprenia. Dengan Positron Emission Tomography

(PET) dapat terlihat kurangnya aktivitas di daerah lobus frontal, dimana

lobus frontal itu sendiri berfungsi sebagai memori kerja, penurunan dari

aktivitas metabolik frontal dihubungkan dengan perjalanan penyakit yang

lama dan gejala negatif yang lebih erat. Penderita skizoprenia memiliki

kadar fosfomonoester (PME) yang lebih rendah dan katar fosfodiester

(PDE) yang lebih tinggi dibandingkan nilai normal. Konsentrasi fosfat

inorganik menurun dan konsentrasi ATP meningkat. Hal ini disebabkan

karena terjadinya hipofungsi di daerah korteks frontal dorsolateral. 3

Pemeriksaan dengan menggunakan PET menunjukkan gejala negatif

memiliki abnormalitas yang lebih besar di daerah sirkuit frontal, temporal

dan serebelar dibandingkan dengan penderita skizoprenia dengan gejala

positif. Menurunnya atensi pada penderita skizoprenia berhubungan

dengan hipoaktivitas di daerah korteks singulat anterior. Retardasi

motorik berhuungan dengan hipoaktivitas di daerah basal ganglia. 3

14

Page 15: kasus depresi ujian

Gangguan bicara dan mengekspresikan emosi berhubungan dengan

rendahnya metabolisme glukosa di area Brodmann 22 (korteks bahasa

asosiatif sensoris), area Brodmann 43 (transkortikal), area Brodmann 45

dan 44 (premotorik), area Brodmann 4 dan 6 (motorik). 3

Gejala positif berhubungan dengan peningkatan aliran darah didaerah

temporomedial, sedangkan gejala disorganisasi berhubungan dengan

peningkatan aliran darah di daerah korteks singulat dan striatum. 3

Halusinasi sering berhubungan dengan perubahan aliran darah di regia

hipokampus, parahipokampus dan amgdala. Halusinasi yang kronik

berhubungan dengan peningkatan aliran darah di daerah lous temporal kiri.

Waham sering dihubungkan dengan peningkatan aliran darah didaerah

lobus temporalmedial kiri dan penurunan aliran darah didaerah korteks

singulat posterior dan lobus temporal lateral kiri. 3

Gangguan penilaian realita pada penderita skizoprenia berhubungan

dengan aliran darah didaerah korteks prefrontal lateral kiri, striatum

ventral, girus temporalis superior, dan regio parahipokampus. 3

Disorganisasi veral pada penderita skizoprenia berhubungan dengan

menurunnya aktivitas didaerah korteks inferior, singulat, dan temporal

superior kiri. 3

Pada penderita skizoprenia didapati adanya penurunan fungsi kognitif.

Salah satu penurunan fungsi kognitif yang sering ditemukan adalah

gangguan memori dan fungsi eksekutif lainnya. Fungsi eksekutif yang

terganggu adalah kemampuan bahasa, memecahkan masalah, mengambil

keputusan, atensi dan perencanaan. Sedangkan gangguan memori yang

sering dialami adalah gangguan memori segera dan memori jangka pendek

yang dikenal sebagai memori kerja. 3

3. Hipotesis dopamine

Skizofrenia disebabkan Karena terlalu banyak aktivitas dopaminergik

dan tidak memperinci apakah hiperaktifitas dopaminergik adalah karena

terlalu banyaknya pelepasan dopamine, terlalu banyaknya reseptor

15

Page 16: kasus depresi ujian

dopamine atau kombinasi mekanisme tersebut. Neuron dopaminergik

didalam jalur tersebut berjalan dari badan selnya diotak tengah keneuron

dopaminoseptif disistem limbic dan korteks serebral2

Peranan penting bagi dopamine dalam patofisiologi skizofrenia adalah

penelitian yang mengukur konsentrasi plasma metabolit dopamine utama,

yaitu homovanillik acid pada plasma yang meningkat.2

4. Neurotransmitter lainnya

Serotonin

Aktivitas serotonin telah berperan dalam perilaku bunuh diri dan

impulsive yang juga dapat ditemukan pada pasien skizofrenik.2

Norepinefrin

Sistem noradrenergic memodulasi system dopaminergic dengan cara

tertentu sehingga kelainan sistem noradrenergik predisposisi pasien

untuk relaps.2

Asam amino

Neurotransmitter asam amino inhibitor gamma-aminobutiric acid

(GABA) mengalami penurunan dihipokampus yang menyebabkan

hiperaktivitas neuron dopaminergik dan noradrenergic.2

5. Neuropatologi

Sistem limbik

Sistem limbik karena peranannya dalam mengendalikan emosi. Pada

penelitian ditemukan penurunan ukuran daerah termasuk amigdala,

hipokampus, dan girus parahipokampus.2

Ganglia basalis

Karena ganglia basalis terlibat dalam mengendalikan pergerakan,

dengan demikian patologi pada ganglia basalis dilibatkan dalam

patologi skizofrenia.2

16

Page 17: kasus depresi ujian

3.4 Patogenesis

Pada skizofrenia terdapat penururnan aliran darah dan ambilan glukosa,

terutama di korteks prefrontalis (pada pasien dengan gejala positif) dan juga

terdapat penurunan jumlah neuron (penurunana jumlah substansi grisea).

Selain itu, migrasi neuron yang abnormal selama perkembangan otak secara

patofisiologis sangat bermakna. 5,6

Atrofi penonjolan dendrit dari sel pyramidal telah ditemukan di korteks

prefrontalis dan girus singulata. Penonjolan dendrit mengandung sinaps

glutamatergik.; sehingga transmisi glutamatergiknya terganggu. Selain itu,

pada area yang terkena, pembentukan GABA dan/jumlah neuron

GABAergik tampaknya berkurang sehingga penghambatan sel pyramidal

menjadi berkurang. 5,6

Makna patofisiologis yang khusus dikaitkan dengan dopamin;

avaibilitas dopamin atau agonis dopamine yang berlebihan dapat

menimbulkan gejala skizofrenia, dan penghambat reseptor dopamine-D2

telah sukses digunakan dalam penatalaksanaan skizofrenia. Disisi lain,

penurunan reseptor D2 yang ditemukan di korteks prefrontalis, dan

penurunan reseptor D1 dan D2 berkaitan dengan gejala negative skizofrenia,

seperti kurangnya emosi. Penurunan reseptor dopamine mungkin terjadi

akibat pelepasan dopamine meningkat dan hal ini tidak memiliki efek

patogenetik. 5,6

Dopamin berperan sebagai transmitter melalui beberapa jalur :

1. Mesolimbik Dopamin Pathways

Mesolimbik dopamin pathways memproyeksikan badan sel

dopaminergik ke bagian ventral tegmentum area (VTA) di batang otak

kemudian ke nukleus akumben di daerah limbik.3

Jalur ini berperan penting pada emosional, perilaku khususnya

halusinasi pendengaran, waham, dan gangguan pikiran. Psikostimulan lain

seperti amfetamin dan kokain dapat menyebabkan peningkatan dari

dopamin pada jalur ini sehingga menyebabkan terjadinya simptom positif

17

Page 18: kasus depresi ujian

dan menimbulkan psikosis paranoid jika pemberin zat ini dilakukan secara

berulang. 3

Nukleus akumbens adalah bagian dari sistem limbik yang

mempunyai peranan untuk mempengaruhi perilaku, seperti pleasurable

sensations (sensasi yang menyenangkan), powerful euphoria pada individu

yang memiliki waham, halusinasi serta pada pengguna zat. 3

Gambar 3.1 Jalur Dopamin

2. Mesokortikal Dopamin Pathways

Jalur ini dimulai dari daerah ventral tegmentum area ke daerah

serebral korteks khususnya korteks limbik. Peranan mesokortikal

dopamin pathways adalah sebagai mediasi dari simptom negatif dan

kognitif pada penderita skizophrenia. 3

Simptom negatif dan kognitif disebabkan terjadinya penurunan

dopamin di jalur mesokortikal terutama pada daerah dorsolateral

prefrontal korteks. 3

Penurunan dopamin di mesokortikal dipamin pathways dapat

terjadi secara primer maupun sekunder. Penurunan sekunder terjadi

melalui inhibisi dopamin yang berlebihan pada jalurr ini atau melalui

blokade antipsikotik terhadap reseptor D2. 3

18

Page 19: kasus depresi ujian

Peningkatan dopamin pada mesokortikal dopamin pathways dapay

memperbaiki simptom negatif atau mungkin simptom kognitif. Keadaan

ini akan menjadi suatu dilemma karena peningkatan dopamin di jalur

mesolimbik akan meningkatan simptom positif., sementara penurunan

dopamin di jalur mesokortikal akan meningkatkan simptom negatif dan

kognitif. 3

Hal tersebut dapat diatasi dengan pemerian antipsikotik atipikal

pada penderita skizophrenia. Antipsikotik atipikal menyebabkan

dopamin di jalur mesolimbik menurun tetapi dopamin yang berada di

jalur mesokorteks meningkat. 3

3. Nigrostriatal Dopamin Pathways

Nigrostiatal dopamin pathways berjalan dari daerah substansia

nigra pada atang otak ke daerah basal ganglia atau striatum. Nigrostriatal

dopamin pathways bagian dari sistem saraf ekstrapiramidal dan

berfungsi untuk mengontrol pergerakan motorik. 3

Penurunan dopamin pada nigrostriatal dopamin pathways dapat

menyebabkan gangguan pergerakan seperti ditemukan pada penyakit

parkinson, yaitu rigiditas, akinesia, atau bradikinesia (pergerakan

berkurang atau pergerakan melambat) dan tremor. 3

4. Tuberoinfundibular Dopamin Pathways

Tuberoinfundibular dopamin pathways dimulai dari daerah

hipotalamus ke hipofisis anterior. Dalam keadaan normal

tuberoinfundibular dopamin pathways dipengaruhi oleh inhibisi dan

penglepasan aktif prolaktin. 3

Peningkatan level prolaktin antara lain dikarenakan terjadinya

gangguan dari fungsi tuberoinfundibular dopamin pathways yang

disebabkan oleh lesi atau pemakaian obat – obatan antipsikotik.

Manifestasi klinis akibat peningkatan level prolaktin dapat berupa

galaktorea, amenorea, atau disfungsi seksual. Hal ini sering terjadi

19

Page 20: kasus depresi ujian

selama atau setelah pemberian obat antipsikotik. 3

Gambar 3.2 Patofisiologi Skizofrenia

3.5 Gejala dan diagnosis

1. Penampilan dan perilaku umum

Pasien dengan skizofrenia kronis cenderung menelantarkan

penampilannya.kerapian dan higienis pribadi juga terabaikan. Mereka juga

cenderung menarik diri secara sosial.2,5

2. Gangguan pembicaraan

Intinya terdapat gangguan pada proses pikir :

o Yang terganggu terutama adalah asosiasi. Asosiasi longgar berarti

tidak adanya hubungan antar ide. Kalimat-kalimatnya tidak saling

berhubungan. Kadang-kadang satu ide belum selesai diutarakan, sudah

ditemukan ide lainnya

20

Page 21: kasus depresi ujian

o Inkoherensiasi

o Clang association : asosiasi bunyi: misalnya piring, miring

o Neologisme : membentuk kata baru untuk menyatakan arti yang hanya

dipahami oleh dirinya sendiri

o Mutisme : sering tampak pada pasein skizofrenia katatonik

o Blocking : kadang-kadang fikiran terhenti, tidak timbul ide lagi 2,5

3. Gangguan perilaku

o Gejala katatonik yang dapat berupa stupor atau gaduh dan gelisah

o Stereotipi : berulang-ulang melakukan suatu gerakan atau mengambil

sikap badan tertentu misalnya menarik-narik rambut dapat berlangsung

beberapa hari atau beberapa tahun

o Manerisme : stereotipi tertentu pada skizofrenia yang dapat dilihat

dalam bentuk grimas pada mukanya atau keanehan berjalan dan gaya

berjalan

o Negativism : melakukan hal yang berlawanan dengan apa yang disuruh

o Otomatisme komando : menentang atau justru melakukan; semua

perintah justru dituruti secara otomatis. 2,5

4. Gangguan afek

o Kedangkalan respon emosi : pasien acuh tak acuh

o Anhedonia : perasaan halus juga hilang

o Parathimi : apa yang seharusnya menimbulkan rasa senang dan

gembira, pada penderita timbul rasa sedih atau marah

o Paramimi : penderita merasa senang dan gembira akan tetapi ia

menangis

o Ambivalensi : karena terpecah-pecahnya kepribadian, maka dua hal

yang berlawanan mungkin timbul bersama-sama

o Sensitivitas emosi : menunjukan hipersensitivitas pada penolakan

sering menimbulkan isolasi social untuk menghindari penolakan. 2,5

21

Page 22: kasus depresi ujian

5. Gangguan persepsi

o Halusinasi

Halusinasi paling sering adalah auditorik dalam bentuk suara manusia,

halusinasi penciuman, halusinasi pengecapan, dan halusinasi rabaan

jarang dijumpai2,5

6. Gangguan pikiran

o Waham : waham sering tidak logis sama sekali.mayer gross membagi

waham dalam 2 kelompok : waham primer dan waham sekunder

Waham primer timbul secara tidak logis sama sekali, tanpa

penyebab apa-apa dari luar

Waham sekunder biasanya logis kedengarannya dapat diikuti dan

merupakan cara bagi penderita untuk menerangkan gejala-gejala

skizofrenia lain. 2,5

Kriteria Diagnosis menurut PPDGJ-III, adalah: 1

I. Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas dan biasanya

dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang jelas :

(a) “Thought echo” : Isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau

bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan,

walaupun isinya sama, namun kulitasnya berbeda; atau

“Thought insertion or withdrawal” : Isi pikiran yang asing dari luar

masuk kedalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil

keluar oleh sesuatu dari luar (withdrawal); dan

“Thought broadcasting” : Isi pikirannya tersiar keluar

sehingga orang lain atau umum mengetahuinya;

(b) “Delusion of control” : waham tentang dirinya dikendalikan oleh

suatu kekuatan tertentu dati luar; atau

“Delusion of influence” : waham tentang dirinya dipengaruhi oleh

suatu kekuatan tertentu dari luar; atau

“Delusion of passivity” : waham tentang dirinya tidak berdaya dan

pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar;(tentang ‘dirinya”: secara

22

Page 23: kasus depresi ujian

jelas merujuk ke pergerakan tubuh/anggota gerak atau ke pikiran,

tindakan atau penginderaan khusus);

“Delusional perception” : pengalaman inderawi yang tak wajar, yang

bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau

mukjizat;

(c) Halusinasi auditorik :

Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap

perilaku pasien, atau

Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara

berbagai suara yang berbicara), atau

Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian

tubuh.

(d) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya

setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya

perihal keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan

kemampuan diatas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan

cuaca, atau berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain).

II. Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara

jelas :

(e) Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai

baik oleh waham yang mengambang mauupun yang setengah

berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai ole

hide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila

terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan

terus menerus;

(f) Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisispan

(interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang

tidak relevan, atau neologisme;

(g) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement),

posisis tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea,

negativisme, mutisme, dan stupor;

23

Page 24: kasus depresi ujian

(h) Gejala-gejala “negative” seperti sikap sangat apatis, bicara yang

jarang, dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar,

biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan social dan

menurunnya kinerja social; tetapi harus jelas bahwa semua hal

tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika;

III. Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun

waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik

prodromal).

IV. Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu

keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadai

(personal behaviour), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak

bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self

absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial.

Kri t etria penegakkan diagnosa berdasarkan DSM-IV (Kriteria resmi dari

American Psychiatric Association), antara lain : 2

A. Gejala karakteristik : Dua (atau lebih) berikut, masing-masing ditemukan

untuk bagian waktu yang bermakna selama periode 1 bulan (atau kurang

jika diobati dengan berhasil)

1) Waham

2) Halusinasi

3) Bicara terdisorganisasi (misalnya sering menyimpang atau inkoheren)

4) Perilaku terdisorganisasi atau katatonik yang jelas

5) Gejala negatif,

B. Disfungsi sosial/pekerjaan : Untuk bagian waktu yang bermakna sejak

onset gangguan, satu atau lebih fungsi utama, seperti pekerjaan, hubungan

interpersonal, atau perawatan diri, adalah jelas di bawah tingkat yang

dicapai sebelum onset (atau jika onset pada masa anak-anak atau remaja,

kegagalan untuk mencapai tingkat pencapaian interpersonal, akademik,

atau pekerjaan yang diharapkan)

24

Page 25: kasus depresi ujian

C. Durasi : Tanda ganguan terus-menerus menetap selama sekurangnya 6

bulan. Periode 6 bulan ini harus termasuk sekurangnya 1 bulan gejala (atau

kurang jika diobati dengan berhasil) yang memenuhi kriteria A (yaitu,

gejala fase aktif) dan mungkin termasuk periode gejala prodromal atau

residual. Selama periode prodromal atau residual, tanda gangguan mungkin

dimanifestasikan hanya oleh gejala negative atau 2 atau lebih gejala yang

dituliskan dalam kriteria A dalam bentuk yang diperlemah (misalnya,

keyakinan yang aneh, pengalaman persepsi yang tidak lazim)

D. Penyingkiran gangguan skizoafektif dan gannguan mood. Gangguan

skizoafektif dan ganggaun mood dengan cirri psikotik telah disingkirkan

karena :

(1) Tidak ada episode depresif berat, manic, atau campuran yang telah

terjadi bersama-sama dengan gejala fase aktif, atau

(2) Jika episode mood telah terjadi selama gejala fase aktif, durasi totalnya

adalah relative singakat dibandingkan durasi periode aktif dan residual

E. Penyingkiran zat / kondisi medis umum. Gangguan tidak disebabkan oleh

efek fisiologis lansung dari suatu zat (misalnya, obat yang disalahgunakan,

suatu medikasi) atau suatu kondisi medis umum

F. Hubungan dengan gangguan perkembangan pervasive. Jika terdapat

riwayat adanya gangguan autistic atau gangguan perkembangan pervasive

lainnya, diagnosis tambahan skizofrenia dibuat hanya jika waham atau

halusinasi yang menonjol juga ditemukan untuk sekurangnya satu bulan

(atau kurang jika diobati secara berhasil)

3.6 Diagnosis Banding

1. Skizofrenia Paranoid (F20.0)

a. Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia

b. Sebagai tambahan :

1) Halusinasi dan/atau waham harus menonjol

Suara – suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi

perintah, atau halusinasi auditorik tanpa entuk verbal berupa

25

Page 26: kasus depresi ujian

bunyi peluit (whistling), mendengung (humming), atau bunyi

tawa (laughing)

Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat

seksual, atau lain – lain perasaan tubuh, halusinasi visual

mungkin ada tetapi jarang menonjol

Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham

dikendalikan (delusion of control), dipengaruhi (delusion of

influence), atau passivity (delusion of passivity), dan keyakinan

dikejar – kejar yang beraneka ragam, adalah yang paling khas.

2) Gangguan afektif, dorongan kehendah dan pembicaraan, serta

gejala katatonik secara relatif tidak nyata / tidak menonjol1

2. Gangguan waham (F22.0)1

a. Waham-waham merupakan satu-satunya ciri khasklinis atau gejala

yang paling mencolok. Waham-waham tersebut (baik tunggal

maupun suatu sistem waham) harus sudah ada sedikitnya 3 bulan

lamanya, dan harus bersifat khas pribadi (personal) dan bukan

budaya setempat.

b. Gejala-gejala depresif atau bahkan suatu episode depresif yang

lengkap/ “full-blown” (F32.-) mungkin terjadi secara intermitten,

dengan syarat bahwa waham-waham tersbut menetap pada saat-saat

tidak terdapat gangguan afektif itu.

c. Tidak boleh ada bukti-bukti tentang adanya penyakit otak.

d. Tidak boleh ada halusinasi auditorik atau hanya kadang-kadang saja

ada dan bersifat sementara.

e. Tidak ada riwayat gejala-gejala skizofrenia (waham dikendalikan,

siar pikiran, penumpulan afek, dsb)

3. F23 Gangguan Psikotik Akut dan Sementara1

Gejala psikotik harus dalam masa dua minggu/kurang.

26

Page 27: kasus depresi ujian

3.7 Terapi

1. Terapi obat Anti psikotik

Farmakoterapi merupakan terapi utama dalam pasien skizofrenia.

Penggolongan obat 2,7,8,9

a. Obat Anti-Psikosis Tipikal

Karakteristik :

Generasi lama, Memblok reseptor dopamine D2, Efek samping EPS

besar, Efektif untuk mengatasi gejala positif

Golongan obat :

1. Phenothiazine : Chlorpromazine, Perphenazine, Trifuoperazine,

Fluphenazine, Thioridazine, Pimizone

2. Butyrophenone : Haloperidol

3. Diphenul-butyl-piridine : Pimozide

b. Obat Anti Psikosis Atipikal

Karakteristik :

Generasi baru, Memblok reseptor 5HT2, efek blockade dopamine

rendah, Efek samping EPS lebih kecil, Efektif untuk mengatasi gejala

baik positif maupun negative

Golongan :

1. Benzamide : Supiride

2. Dibenzodiazepin : Clozapine, Quetiapine, Zotepine

3. Benzisoxazole : Risperidon, Aripiprazole

27

Page 28: kasus depresi ujian

Pilihan obat 7

Indikasi penggunaan

1. Gejala sasaran : sindrome psikosis

Diagnosis sindrom psikosis

Hendaya berat dalam kemampuan daya menilai realitas.

Hendaya berat dalam fungsi-fungsi mental.

Hendaya berat dalam fungsi kehidupan sehari-hari.7

2. Sindrom psikosis dapat terjadi pada :

a. Sindrom psikosis fungsional : skizofrenia, psikosis paranoid,

psikosis afektif, psikosis reaktif singkat, dll.

b. Sindrom psikosis organik : sindrom delirium, dementia, intoksikasi

alcohol dll.7

28

Page 29: kasus depresi ujian

Kontraindikasi 7

1. Penyakit hati (hepatotoksik)

2. Penyakit darah (hematotoksik)

3. Epileps (menurunkan ambang kejang)

4. Kelainan jantung (menghambat irama jantung)

5. Febris yang tinggi (thermoregulator diSSP)

6. Ketergantungan alcohol (penekanan SSP meningkat)

7. Penyakit SSP (Parkinson, tumor otak)

8. Gangguan kesadaran disebabkan CNS-depresan (kesadaran makin

memburuk

Efek samping 7

1. Sedasi dan inhibisi psikomotor

2. Gangguan otonomik (hipotensi, antikolinergik/parasimpatolitik; mulut

kering, kesulitan miksi & defekasi, hidung tersumbat, mata kabur, TIO

meningkat, gangguan irama jantung)

3. Gangguan ekstrapiramidal (distonia akut,akhatisia, sindrom Parkinson :

tremor, bradikinesia, rigiditas)

4. Gangguan endokrin (amenorrhoe, gynaecomastia), metabolic

(jaundice), hematologic (agranulositosis), biasanya untuk pemakaian

jangka panjang

Cara penggunaan 7

1. Pemilihan obat :

Pemilihan obat anti-psikosis mempertimbangkan gejala psikosis

yang dominan dan efek samping obat.pergantian obat disesuaikan

dengan dosis ekivalen

Apabila obat anti-psikosis tertentu tidak memberikan respon klinis

dalam dosis yang sudah optimal setelah jangka waktu yang

memadai dapat diganti dengan obat anti-psikosis lain dengan dosis

ekivalennya, dimana profil efek sampingnya belum tentu sama

29

Page 30: kasus depresi ujian

Apabila dalam riwayat penggunaan obat anti-psikosis sebelumnya

baik dapat digunakan kembali

2. Pengaturan dosis :

Perlu dipertimbangkan :

Onset efek primer (efek klinis) : sekitar 2 – 4 minggu

Onset efek sekunder (efek samping) : sekitar 2 – 6 jam

Waktu paruh : 12 – 24 jam (pemberian 1- 2 X /hari)

Dosis pagi dan malam dapat berbeda untuk mengurangi dampak

dari efek samping sehingga tidak begitu menggangu kualitas hidup

pasien7

3. Cara pemberian :

Dosis awal sesuai dengan dosis anjuran dinaikan setiap 2 – 3 hari

dosis efektif (timbul sindrom psikosis) dievaluasi setiap 2

minggu dan bila perlu dinaikkan dosis optimal dipertahankan

sekitar 8 – 12 minggu diturunkan setiap 12 minggu dosis

maintenance dipertahankan 6 bulan sampai 2 tahun tapering off

(dosis diturunkan tiap 2-4 minggu) stop7

4. Lama pemberian :

a) Pasien sindrom psikosis (multiepisode) terapi maintenance ± 5

tahun

b) Pada umumnya pemberian obat antipsikosis sebaiknya

dipertahankan selama 3 bulan sampai 1 tahun setelah semua gejala

psikosis mereda sama sekali

c) Untuk psikosis reaktif singkat penurunan obat secara bertahap

setelah hilang gejala dalam kurun waktu 2 minggu- 2 bulan7

5. Penggunaan perenteral :

a) Obat anti-psikosis yang long-action (fluphenazine decanoate 25

mg/cc atau haloperidol decanoas 50 mg/cc, im, untuk 2- 4 minggu)

penting untuk pasien yang tidak mau atau sulit teratur makan

obat

30

Page 31: kasus depresi ujian

b) Dosis mulai dari ½ cc setiap 2 minggu pada bulan pertama,

kemudian baru ditingkatkan menjadi 1 cc setiap bulan7

2. Terapi psikososial 2,3

a. Terapi perilaku2,3

Teknik perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan latihan

ketrampilan social untuk meningkatkan kemampuan

sosial,kemampuan memenuhi diri sendiri, latihan praktis, dan

komunikasi interpersonal. Perilaku adaptif adalah didorong dengan

pujian atau hadiahyang dapat ditebus untuk hal-hal yang

diharapkan, seperti hak istimewa dan pas jalan dirumah

sakit.Dengan demikian, frekuensi perilaku maladaptive atau

menyimpang seperti berbicara lantang, berbicara sendirian

dimasyarakat, dan postur tubuh aneh dapat diturunkan.

b. Terapi berorintasi-keluarga2,3

Terapi ini sangat berguna karena pasien skizofrenia seringkali

dipulangkan dalam keadaan remisi parsial, keluarga dimana pasien

skizofrenia kembali seringkali mendapatkan manfaat dari terapi

keluarga yang singkat namun intensif (setiaphari). Setelah periode

pemulangan segera, topic penting yang dibahas didalam terapi

keluarga adalah proses pemulihan, khususnya lama dan

kecepatannya.Seringkali, anggota keluarga didalam cara yang jelas

mendorong sanak saudaranya yang terkena skizofrenia untuk

melakukan aktivitas teratur terlalu cepat.Rencana yang terlalu

optimistic tersebut berasal dari ketidaktahuan tentang sifat

skizofrenia dan dari penyangkalan tentang keparahan penyakitnya.

Ahli terapi harus membantu keluarga dan pasien mengerti

skizofrenia tanpa menjadi terlalu mengecilkan hati.Sejumlah

penelitian telah menemukan bahwa terapi keluarga adalah efektif

dalam menurunkan relaps.Didalam penelitian terkontrol, penurunan

31

Page 32: kasus depresi ujian

angka relaps adalah dramatik.Angka relaps tahunan tanpa terapi

keluarga sebesar 25-50% dan 5-10% dengan terapi keluarga.

c. Terapi kelompok2,3

Terapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada

rencana, masalah, dan hubungan dalam kehidupan nyata.Kelompok

mungkin terorientasi secara perilaku,terorientasi secara

psikodinamika atau tilikan atau suportif.Terapi kelompok efektif

dalam menurunkan isolasi sosial, meningkatkan rasa persatuan, dan

meningkatkan tes realitas bagi pasien skizofrenia. Kelompok yang

memimpin dengan cara suportif, bukannya dalam cara interpretatif,

tampaknya paling membantu bagi pasien skizofrenia.

d. Psikoterapi individual2,3

Penelitian yang paling baik tentang efek psikoterapi individual

dalam pengobatan skizofrenia telah memberikan data bahwa terapi

telah membantu dan menambah efek terapi farmakologis.Suatu

konsep penting di dalam psikoterapi bagi pasienn skizofrenia adalah

perkembangan suatu hubungan terapeutik yang dialami pasien

sebagaimana.Pengalaman tersebut dipengaruhi oleh dapat

dipercayanya ahli terapi,jarak emosional antara ahli terapi dan

pasien dan keikhlasan ahli terapi seperti yang diinterpretasikan oleh

pasien.

Hubungan antara dokte rdan pasien adalah berbeda dari yang

ditemukan didalam pengobatan pasien non-psikotik.Menegakkan

hubungan seringkali sulit dilakukan.Pasien skizofrenia seringkali

kesepian dan menolak terhadap keakraban dan kepercayaan dan

kemungkinan sikap curiga, cemas, bermusuhan, atau teregresi jika

seseorang mendekati.Pengamatan yangcermat dari jauh dan rahasia,

perintah sederhana, kesabaran, ketulusan hati,dan kepekaan terhadap

kaidah social adalah lebih disukai daripada informalitas yang

premature dan penggunaan nama pertama yang merendahkan

diri.Kehangatan atau profesi persahabatan yang berlebihan adalah

32

Page 33: kasus depresi ujian

tidak tepat dan kemungkinan dirasakan sebagai usaha untuk suapan,

manipulasi, atau eksploitasi.

3.8 Prognosis2

Sejumlah studi telah menunjukkan bahwa selama periode 5 sampai 10

tahun setelah rawat inap psikiatrik yang pertama untuk skizofrenia, hanya

sekitar 10 sampai 20 persen pasien yang dapat dideskripsikan memiliki hasil

akhir yang baik. Lebih dari 50 persen pasien dapat digambarkan memiliki

hasil akhir yang buruk, dengan rawat inap yang berulang, eksaserbasi gejala,

episode gangguan mood mayor, dan percobaan bunuh diri.meski terdapat

gambaran yang kelam ini, skizofrenia tidak selalu memiliki perjalanan

penyakit yang memburuk sejumlah faktor dikaitkan dengan prognosis yang

baik.

Angka pemulihan yang dilaporkan berkisar dari 10 sampai 60 persen, dan

taksiran yang masuk akal adalah bahwa 20 sampai 30 persen dari semua

pasien skizofrenik mampu menjalani kehidupan yang kurang lebih normal.

Sekitar 20 sampai 30 perse pasien terus mengalami gejala sedang, dan 40

sampai 60 persen pasien tetap mengalami hendaya secara signifikanakibat

gangguan tersebut selama hidup mereka. Pasien skizofrenia memang

memiliki prognosis lebih buruk dibandingkan pasien dengan gangguan mood,

meski 20 sampai 25 persen pasien gangguan mood juga mengalami gangguan

yang parah pada tindak-lanjut jangka panjang.2

33

Page 34: kasus depresi ujian

BAB IV

ANALISIS KASUS

Dari alloanamnesis dan pemeriksaan psikiatrik yang di lakukan terhadap

Pasien Ny.D umur 27 tahun datang ke IGD RSJ Jambi tanggal 18 Oktober

2015, pasien datang dengan keluarganya. Pasien datang dalam kedaan sangat

gelisah, tangan, kaki, perut diikat. Pasien mengamuk sejak tadi malam dan

akhir akhir ini pasien cepat marah dan melempar barang ke orang lain.

Pasien sering merasakan cemburu atau curiga yang berlebihan kepada

suaminya dan menuduh suaminya berselingkuh dengan iparnya, pasien mulai

gelisah dan sering marah sejak lebih kurang 6 hari yang lalu. Pasien juga

merasa depresi ketika ibunya ingin menikah lagi dan pernah berusaha untuk

bunuh diri dengan menggunakan pisau.

Pasien pernah dirawat sebelumnya lebih kurang 10 tahun yang lalu

dengan keluhan yang sama di RSJ Jambi. Pasien memiliki kepribadian yang

pendiam dan tertutup. Pasien merasa dirinya cantik seperti bidadari dan ingin

kembali ke kayangan dan mengaku mendengar suara bisikan yang

menyuruhnya kembali ke kayangan. Pasien juga mengalami sulit tidur.

Pada pemeriksaan status mental Pasien wanita, berpenampilan lusuh,

tampak tua tidak sesuai usia, saat wawancara pasien didampingi keluarga.

Selama wawancara, sikap pasien terhadap pemeriksa kooperatif, kontak mata

dengan pemeriksa ada, pasien menjawab pertanyaan pemeriksa, motorik tidak

terganggu, kesadaran (Compos mentis), orientasi waktu,orang baik, tapi

orientasi tempat tidak baik. Afek Inapropriate, Mood Labil Gangguan bentuk

pikir secara menyeluruh psikosis, ada gangguan bentuk piker, gangguan

proses pikir waham (+), gangguan isi pikir (+), Preokupasi (-), halusinasi

auditorik (+),

Penatalaksaan yang di berikan adalah Halloperidol tab 5 mg 2x1

tab/hari, Chlopromazine tab 100 mg dosis 2x1, dan Trihexiphenidil tab 2 mg

2x1

34

Page 35: kasus depresi ujian

Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan tersebut pasien didiagnosa sebagai

skizofrenia paranoid karena didapatkan tanda dan gejala yang memenuhi

kriteria umum skizofrenia paranoid.

Psikofarmaka yang diberikan adalah obat golongan tipikal yaitu halloperidol

untuk mengatasi gejala positif pada pasien ini. Selanjutnya diberikan juga

Chlopromazine untuk mengambil efek sedatifnya, dan Trihexiphenidil untuk

mencegah terjadinya EPS. Dari penjelasan diatas, prognosis Ny. D adalah

baik karena lebih menonjol adalah gejala positif.

35

Page 36: kasus depresi ujian

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Skizofrenia merupakan sindroma klinis dari berbagai keadaan

patologis yang sangat mengganggu yang melibatkan gangguan proses

berpikir, emosi dan tingkah laku. Pada umumnya ditandai oleh

penyimpangan yang fundamental dan karakteristik dari pikirin dan persepsi,

serta oleh afek yang tidak wajar (Inappropriate) atau tumpul (Blunted).

Kesadaran yang jernih dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara

walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian.1

Angka pemulihan yang dilaporkan berkisar dari 10 sampai 60 persen,

dan taksiran yang masuk akal adalah bahwa 20 sampai 30 persen dari semua

pasien skizofrenik mampu menjalani kehidupan yang kurang lebih normal.

Sekitar 20 sampai 30 perse pasien terus mengalami gejala sedang, dan 40

sampai 60 persen pasien tetap mengalami hendaya secara signifikanakibat

gangguan tersebut selama hidup mereka. Pasien skizofrenia memang

memiliki prognosis lebih buruk dibandingkan pasien dengan gangguan mood,

meski 20 sampai 25 persen pasien gangguan mood juga mengalami gangguan

yang parah pada tindak-lanjut jangka panjang.

36

Page 37: kasus depresi ujian

DAFTAR PUSTAKA

1. Maslim, R. 2003. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. Ed.K.jakarta

2003.bagian ilmu kedokteran jiwa FK unika atma jaya.hal : 48 - 49

2. Sadock B, Sadock VA. Kaplan & Sadock. Buku Ajar Psikiatri Klinis,

Edisi 2. Jakarta : EGC. 2010

3. Sinaga, Benhard Rudyanto. Skizofrenia dan Diagnosis Banding. Jakarta :

Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2007

4. Kaplan,Sadock,Grebb. Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Prilaku

Psikiatri Klinis Jilid Satu. Jakarta: Binarupa Aksara. 2010.

5. Maramis, F willy DKK. Skizofrenia dalam catatan ilmu kedokteran jiwa.

Edisi : II. Jakarta 2009. Airlangga University Press.hal : 259 – 281

6. Amir HA.Dr,dkk. Buku penuntun praktis pelayanan kesehatan jiwa.

Jakarta Barat: Tim Medis Rumah Sakit Jiwa Pusat. 1996.

7. Maslim, R SpKJ.. Panduan Praktis: Pengguanaan Klinis Obat Psikotropik,

Edisi Ketiga. Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atma

Jaya. 2007

8. Lehman A.F., Lieberman J.A., Dixon L.B., et al. Practice Guideline for

The Treatment of Patients with Schizophrenia. 2nd ed. Arlington:

American Psychiatric Association, 2004.

9. Herz M.I., Marder S.R. Schizophrenia Comprehensive Treatment and

Management. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2002.

37