tesis ibnu subroto 55112120210 - repository bsi
TRANSCRIPT
PENGARUH KUALITAS PRODUK, HARGA, DAN
PENJUALAN PERSONAL TERHADAP CITRA MEREK
SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP KEPUTUSAN
PELANGGAN MEMILIH SEBIVO
PADA TERAPI HEPATITIS B KRONIS DI JAKARTA UTARA
Diajukan sebagai Salah satu Syarat untuk Menyelesaikan Program Pascasarjana
Program Studi Magister Manajemen
TESIS
IBNU SUBROTO
55112120210
PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MERCU BUANA
2015
i
ABSTRACT
This study aims to analyze the effect of product quality, perceived price, and
personal selling on brand image and its implications on purchase decision. The
Sebivo in therapy of chronic hepatitis b was taken as a case study. Both primary
and secondary data were employed. Secondary data were taken from various
sources such as journals, books and other related publication. Primary data were
obtained from respondents using questionnaires which were distributed to the
target respondents. Using a convenience sampling technique, a total sample of 64
respondents were obtained. A two-stage path analysis which consists of: the first
stage is the effect of product quality, price, and personal selling on brand image,
and the second one is product quality, price, and personal selling through brand
image and its implication on the decision of customers. The results showed
partially and simultaneously the quality of product, perceived price, and personal
selling had a positive impact on brand image. It was also found that partially and
simultaneously the quality of product, perceived price, personal selling, through
brand image had a positive impact on purchase decision. Perceived price was
found dominant. It is suggested that the company give concern especially in
making the strategy of price competitiveness in order to improve the recognition
of the customer’s need which has impact on customer decision
Keywords: product quality, price, personal selling, brand image, customer
decision
ii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kualitas produk, persepsi
harga, dan penjualan personal terhadap citra merek dan implikasinya terhadap
keputusan pelanggan. Sebivo sebagai terapi hepatitis b kronis diangkat sebagai
studi kasus. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data
sekunder diambil dari berbagai sumber seperti jurnal, buku, dan publikasi terkait
lainnya. Data primer diperoleh dari responden dengan menggunakan kuesioner
yang dibagikan kepada target responden. Menggunakan teknik convenience
sampling, jumlah sampel diperoleh 64 responden. Penelitian ini menggunakan
analisis jalur dua tahap yang terdiri atas: tahap pertama adalah pengaruh kualitas
produk, persepsi harga, dan penjualan personal terhadap citra merek dan tahap yang
kedua adalah kualitas produk, persepsi harga, dan penjualan personal terhadap citra
merek dan implikasinya terhadap keputusan pelanggan . Hasil penelitian
menunjukkan secara parsial dan simultan kualitas produk, persepsi harga, dan
penjualan personal berpengaruh positif terhadap citra merek. Hasilnya juga
ditemukan bahwa secara parsial dan simultan kualitas produk, persepsi harga,
penjualan personal melalui citra merek berpengaruh positif terhadap keputusan
pelanggan. Persepsi harga memberikan pengaruh yang dominan. Dengan demikian
disarankan bahwa perusahaan perlu memberikan perhatian khusus dalam membuat
strategi daya saing harga dalam rangka meningkatkan pengenalan kebutuhan
pelanggan yang berdampak pada keputusan pelanggan.
Kata kunci: kualitas produk, harga, penjualan personal, citra merek, keputusan
pelanggan
iv
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan
sebenar-benarnya bahwa semua pernyataan dalam Tesis ini:
Judul : Pengaruh Kualitas Produk, Harga, dan Penjualan
Personal terhadap Citra Merek serta Implikasinya
terhadap Keputusan Pelanggan Memilih Sebivo pada
Terapi Hepatitis B Kronis di Jakarta Utara
Bentuk Tesis : Riset Bisnis
Nama : Ibnu Subroto
NIM : 55112120210
Program : Magister Manajemen
Tanggal : 24 Februari 2015
Merupakan hasil penelitian dan merupakan karya saya sendiri
dengan bimbingan Dosen Pembimbing yang ditetapkan dengan Surat Keputusan
Ketua Program Studi Magister Manajemen Universitas Mercu Buana.
Tesis ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan
pada program sejenis di perguruan tinggi lain. Semua informasi, data, dan hasil
pengolahannya yang digunakan, telah dinyatakan secara jelas sumbernya dan
dapat diperiksa kebenarannya.
Jakarta, 24 Februari 2015
Ibnu Subroto
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Allah SWT serta atas segala rahmat dan
karunia-Nya kepada penulis, akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan
Tesis dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan untuk memperoleh gelar
Magister Manajemen pada Program Studi Magister Manajemen.
Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ir. Har Adi Basri, M.Ec, Ph.D sebagai dosen pembimbing yang penuh
dedikasi, disiplin, dan motivasi yang tinggi telah membimbing dan
mengarahkan penulis selama penyusunan Tesis dari awal hingga dapat
diselesaikan.
2. Muchsin Saggaf Shihab, M.Sc, MBA, Ph.D, selaku Penguji kedua yang telah
memberikan banyak masukan untuk perbaikan Tesis.
3. Dr. Augustina Kurniasih, ME selaku Ketua Program Studi Magister
Manajemen Universitas Mercu Buana dan Penguji Utama, atas masukan dan
informasinya yang berharga.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh dosen dan staf
administrasi Prodi Magister Manajemen dalam memberikan pelayan administrasi
penulisan Tesis ini. Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua
orang tua, istri, dan kedua anak penulis Haura dan Karim. Kiranya hasil penulisan
ini dapat memberi sumbangsih ide dalam hal pemasaran suatu produk oleh suatu
perusahaan.
Jakarta, Februari 2015
Penulis
Ibnu Subroto
vi
DAFTAR ISI
ABSTRACT .............................................................................................. i
ABSTRACK …………………………………………………………… ii
LEMBAR PERSETUJUAN ………………………………………….. iii
PERNYATAAN ………………………………………………………... iv
KATA PENGANTAR …………………………………………………. v
DAFTAR ISI …………………………………………………………... vi
DAFTAR TABEL ……………………………………………………… ix
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………… x
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………… xi
BAB I. PENDAHUHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah ……………………………… 1
1.2. Identifikasi Masalah ………………………………….. 9
1.3. Rumusan Masalah ……………………………………. 9
1.4. Batasan Masalah ……….. ……………………………. 10
1.5. Maksud dan Tujuan Penelitian .………………………. 10
1.4. Manfaat dan Kegunaan Penelitian …………………… 12
BAB II. DESKRIPSI PT. NOVARTIS INDONESIA
2.1. Sejarah Singkat PT. Novartis Indonesia ……………… 14
2.2. Struktur Organisasi PT. Novartis Indonesia ………….. 16
2.3. Lingkup Bidang Usaha PT. Novartis Indonesia ……… 17
2.4. Tantangan Bisnis PT. Novartis Indonesia ……………. 17
2.5. Proses Bisnis PT. Novartis Indonesia ………………... 19
vii
BAB III. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN
DAN HIPOTESIS
3.1. Kualitas Produk ……………………………………… 21
3.2. Harga ………………………………………………… 30
3.3. Penjualan Personal …….…………………………….. 37
3.4. Citra Merek………………………………………………… 39
3.5. Keputusan Pelanggan …………………………………….. 54
3.6. Penelitian Terdahulu ………………………………… 59
3.7. Kerangka Pemikiran ………………………………… 64
3.8. Hipotesis …………………………………………….. 66
BAB IV. METODE PENELITIAN
4.1. Design Penelitian …………………………………….. 67
4.2. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel .. 67
4.3. Sumber Data dan Teknik Pegumpulan Data ..………… 75
4.4. Populasi dan Sample Penelitian ……………………… 77
4.5. Metode Analisis Data ………………………………… 78
BAB V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Karakteristik Responden ………....………………….. 88
5.2. Analisis Deskriptif Variabel….…………………….…. 91
5.3. Uji Validitas dan Reliabilitas …………. .…………….. 93
5.4. Uji Asumsi Klasik ………...…..………………….… 96
5.5. Hasil Uji Hipotesis ………...… ……………… ...…… 99
5.6. Hasil Perhitungan Analisis Jalur Model 1 dan 2 ….….. 108
5.7. Analisa Korelasi Antar Dimensi …………….……….. 110
5.8. Pembahasan Hasil Penelitian ………………………… 113
viii
BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan …………………………………………... 116
6.2. Saran …………………………………………………. 118
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………… 120
LAMPIRAN ………………………………………………………….. 125
RIWAYAT HIDUP …………………………………….……………... 141
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1. Kondisi Pasar Sebivo per November 2014 ……………. 5
Tabel 1.2. Harga Produk Hepatitis B Kronis ……………………... 7
Tabel 3.1. Matrik Review Penelitian Sebelumnya ……………….. 59
Tabel 4.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian ……………... 70
Tabel 4.2 Matriks Korelasi Dimensi Antar Variabel ……………. 74
Tabel 5.1. Karakter Responden …………………………………… 88
Tabel 5.2. Deskripsi Statistik Responden …………………………. 91
Tabel 5.3. Uji Validitas ……………………………………………. 95
Tabel 5.4. Uji Reliabilitas ………………………………………… 96
Tabel 5.5. Uji Kolmogorov-Smirnov …………………………….. 98
Tabel 5.6. Uji t Jalur Model 1 …………………………………....... 100
Tabel 5.7. Uji F Jalur Model 1 …………………………………….. 102
Tabel 5.8. Koefisien Determinasi R Square Model Jalur 1 .………. 103
Tabel 5.9. Hasil Uji Statistik t Jalur Model 2 ……………………… 104
Tabel 5.10. Uji Simultan Jalur Model 2 ……………………………. 106
Tabel 5.11. Koefisien Determinasi R Square Model Jalur 2 ……… 106
Tabel 5.12 Rekapitulasi Komposisi Koefisien Jalur Model 1 dan 2 .. 108
Tabel 5.13 Matrik Korelasi Antar Dimensi ……………………… . 112
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Struktur Organisasi Perusahaan………………………. 16
Gambar 3.1 Keputusan Pembelian Model Kotler ………………… 58
Gambar 3.2 Kerangka Pemikiran ……………………………..…… 65
Gambar 4.1 Daerah Penerimaan Dan Penolakan H0………………. 83
Gambar 4.2 Uji Simultan (Uji F) …………………………………. 84
Gambar 5.1 Grafik Histogram Residu ..…..………………………. 97
Gambar 5.2 Hasil Uji Normalitas P-Plot Residu ……………..…… 97
Gambar 5.3 Hasil Uji Heteroskedasititas Scatterplot …………….. 98
Gambar 5.4 Kausal Empiris Antar Jalur ….…………………….. 107
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Produk-Produk PT. Novartis Indonesia ………….. 125
Lampiran 2 Kuesioner (Sebelum Uji Validitas) ……………….. 126
Lampiran 3 Realiabilias Kualitas Produk …………………….... 131
Lampiran 4 Reliabilitas Harga ………………………………….. 132
Lampiran 5 Reliabilitas Penjualan Personal …………………..... 133
Lampiran 6 Reliabilitas Citra Mrerek ………………………….. 134
Lampiran 7 Realiabilitas Keputusan Pelanggan ………………... 135
Lampiran 8 Deskripsi Data …………………………………….. 136
Lampiran 9 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ………….. 136
Lampiran 10 Regressi Variabel …..……………………………… 136
Lampiran 11 Korelasi Antar Dimensi ……………………………. 139
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Divisi Departemen Hepatologi Fakultas Kedokteran Indonesia melalui
PPHI INA-ASL (Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia -Indonesian Association for
the Study of the Liver) dalam modulnya yang berjudul Kursus Penyegar
Hepatologi menyebutkan bahwa diperkirakan sepertiga populasi dunia pernah
terpapar virus ini dan 350-400 juta orang diantaranya merupakan pengidap
hepatitis b. Sekitar 600.000 orang meninggal setiap tahun akibat hepatitis b akut
maupun kronis. Di Indonesia, angka pengidap hepatitis b pada populasi sehat
diperkirakan mencapai 4.0-20.3%, dengan proporsi pengidap di luar Pulau Jawa
lebih tinggi daripada di Pulau Jawa yang sebesar 5%, sedangkan di Jakarta sendiri
sekitar 5,8%. Hepatitis b juga disebutkan sebagai penyakit urutan ke-7 penyebab
kematian di dunia, dan seratus kali lebih infeksius dibandingkan dengnan HIV.
Hepatitis b adalah penyakit peradangan hati akibat infeksi virus hepatitis
b. Perjalanan infeksi hepatitis b dapat berupa “akut” atau “kronis”, dan dapat
menyebabkan komplikasi hati kronis seperti sirosis dan kanker hati yang dapat
menyebabkan risiko tinggi kematian. Infeksi akut virus hepatitis b adalah penyakit
jangka pendek yang terjadi dalam 6 bulan pertama setelah seseorang terkena virus
2
hepatitis b. Infeksi akut dapat menjadi infeksi kronis.Infeksi kronis virus hepatitis
b adalah penyakit jangka panjang yang terjadi ketika virus hepatitis b menetap
dalam tubuh seseorang dan dapat berkembang menjadi sirosis dan kanker hati
hingga menyebabkan kematian.
Hepatitis b menyebar melalui darah, air mani, atau cairan tubuh lainnya
terinfeksi virus hepatitis b memasuki tubuh orang yang tidak terinfeksi. Virus
hepatitis b dapat menular melalui kegiatan seperti:
Kelahiran (menyebar dari ibu yang terinfeksi kepada bayinya)
Aktivitas seks dengan pasangan yang terinfeksi
Berbagi barang seperti handuk, pisau cukur atau sikat gigi dengan orang yang
terinfeksi
Kontak langsung dengan darah atau luka terbuka dari orang yang terinfeksi
Paparan darah dari jarum suntik dan peralatan tajam lainnya
Orang yang menggunakan tindikan dan tatoo yang dibuat oleh peralatan yang
tidak steril.
Pasien gagal ginjal yang menjalani prosedur Hemodialisis selama
bertahun–tahun.
Namun, Virus hepatitis b tidak ditularkan melalui kegiatan seperti berbagi
peralatan makan, menyusui, memeluk, mencium, memegang tangan, batuk, atau
3
bersin.
Siapa yang beresiko untuk terkena hepatitis b?
a. Pengguna narkoba / obat suntik.
b. Penerima donor darah.
c. Orang yang menggunakan tindikan dan tato yang dibuat oleh
peralatan yang tidak steril.
d. Pasien gagal ginjal yang menjalani prosedur Hemodialisis selama
bertahun – tahun.
e. Petugas kesehatan yang terluka akibat jarum suntik.
f. Pasien yang mengidap HIV.
Kebanyakan orang tidak mengalami gejala apapun selama fase infeksi akut.
Namun, untuk beberapa orang dengan hepatitis b akut memiliki gejala yang mulai
terlihat setelah masa inkubasi selama 3 minggu hingga 6 bulan. Gejalanya dapat
berupa menguningnya kulit dan mata (jaundice), urin gelap, kelelahan ekstrim,
mual, muntah, dan nyeri perut, yang dapat berlangsung selama beberapa minggu
hingga 6 bulan.
Sebagian besar orang yang terinfeksi virus hepatitis b namun tidak tahu
kalau mereka terinfeksi karena mereka tidak merasa sakit atau menderita
gejalanya. Seseorang dengan hepatitis b meskipun tidak memiliki gejala, namun
dapat menyebarkan virus ke orang lain. Penderita hepatitis b kronis mungkin tidak
4
memiliki gejala, meskipun kerusakan hati bertahap mungkin terjadi. Seiring
waktu, beberapa orang mungkin mengalami gejala kerusakan hati kronis, sirosis
hati dan kanker hati.
Tidak ada pengobatan khusus untuk hepatitis akut b. Perawatan ditujukan
untuk menjaga kenyamanan dan keseimbangan gizi yang memadai, banyak
istirahat di tempat tidur, makan makanan sehat, dan minum banyak cairan
sebagai penggantian cairan yang hilang akibat muntah dan diare.
Untuk beberapa pasien dengan hepatitis kronis, di Indonesia terdapat
dua jenis strategi pengobatan hepatitis b, yaitu terapi dengan durasi
terbatas atau terapi jangka panjang. Terapi dengan analog nukleos(t)ida dapat
diberikan seumur hidup atau hanya dalam waktu terbatas, sementara interferon
hanya diberikan dalam waktu terbatas mengingat beratnya efek samping
pengobatan. Sampai saat ini belum bisa diputuskan pilihan terapi mana yang
paling unggul untuk semua pasien. Pemilihan strategi terapi yang digunakan harus
disesuaikan dengan kondisi individu tiap pasien. Tenofovir atau entecavir adalah
obat yang dinilai paling efektif untuk digunakan, namun mengingat tingginya
biaya dan ketersediaan obat, lamivudin, telbivudin, dan adefovir juga tetap dapat
digunakan di Indonesia. Obat-obat tersebut dapat menurunkan atau menghapus
hepatitis b dari darah dan mengurangi risiko sirosis dan kanker hati.
Penulis melihat ada sesuatu yang menarik berkaitan dengan obat-obatan
5
yang digunakan di Indonesia untuk terapi hepatitis b kronis. Saat ini ada tujuh
obat hepatitis b Kronis yang dipasarkan di Indonesia oleh lima perusahaan farmasi
yang berbeda, yaitu:
1. 3TC (lamivudin) di produksi dan dipasarkan oleh GSK (GlaxoSmithKline)
2. Hepsera (Adefovir) dipasarkan oleh GSK (GlaxoSmithKline)
3. Baraclude (Entecavir) dipasarkan oleh Taisho Pharmaceutical Indonesia
4. Tenovofir dipasarkan oleh Kimia Farma
5. Sebivo (Telbivudin) dipasarkan olen Novartis Indonesia
Kelima obat tersebut memiliki kualitas produk yang berbeda termasuk
efek samping, juga memiliki harga yang berbeda. Pegasys merupakan terapi
hepatitis b kronis injeksi yang paling mahal yaitu lebih dari 100 juta.
Berikut ini adalah kondisi pasar hepatitis b kronis per November 2014
seperti pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1 Kondisi Pasar Hepatistis B Kronis 2014
2013Cum
11/14
Month
11/142013
Cum
11/14
Month
11/142014
Cum
11/14
Month
11/14
Total Nasional 75,696 72,712 6,145 -1 5 -7 100 100 100
Sebivo 33,597 30,986 2,417 3 -1 -22 44,4 42,6 39,3
Baraclude 0.5 mg 19,733 21,698 1,979 4 22 20 26,1 29,8 32,2
Baraclude 1mg 7,830 8,608 779 -1 22 25 10,3 11,8 12,7
Hepsera 8,764 6,872 613 -8 -15 -17 11,6 9,5 10
3TC 5,772 4,550 358 -18 -15 -30 7,6 6,3 5,8
Product
Value (in billions) % Growth % Share
Sumber: Sebivo Sales Report PT. Novartis Indonesia (2014)
6
Pada Tabel 1.1 Pasar Sebivo terlihat secara perlahan diambil alih oleh
Baraclude karena data menunjukan bahwa pertumbuhan kompetitor lebih tinggi
dan positif dibandingkan dengan Sebivo yang pertumbuhannya menurun Sebivo
mengalami penurunan pertumbuhan (growth) dalam penjualan Sebivo yang mana
pada tahun 2013 pertumbuhannya sebesar 3% namun pada tahun 2014 menjadi
-1% sementara kompetitor terdekatnya mengalami pertumbuhan positif 4% pada
tahun 2013 dan meningkat sebesar 22% pada tahun 2014. Pertumbuhan negatif ini
diduga terjadi karena menurunnya keputusan pelanggan memilih Sebivo untuk
terapi hepatitis b kronis. Penurunan jumlah keputusan pelanggan memilih Sebivo
untuk terapi hepatitis b kronis diduga karena citra merek produk Sebivo yang
kurang baik dari sudut pandang beberapa pelanggan. Sebivo selama ini
digambarkan oleh pelanggan sebagai obat yang memiliki supresi virus yang
rendah, selain itu juga memiliki resistensi yang tinggi bila dibandingkan dengan
kompetitornya seperti Baraclude dan Tenofovir. Satu lagi keunggulan yang
diperoleh kompetitor Sebivo adalah Tenovofir dan Baraclude diusulkan oleh
organisasi hepatologi APASL sebagai obat pertama terapi hepatitis b kronis.
Penurunan keputusan pelanggan memilih Sebivo juga antara lain karena
kualitas produk Sebivo masuk kategori produk dengan supresi virus yang rendah
(low barrier genetic), bahkan beberapa pelanggan menyatakan bahwa Sebivo
kurang tepat diberikan pada penderita hepatitis b kronis dengan HBVDNA lebih
7
besar dari 7Log 10.
Faktor lain adalah diduga dari persepsi pelanggan bahwa harga produk
Sebivo yang mahal. Sementara terapi oral hepatitis b kronis dengan harga
sekitaran saat ini, seperti pada Tabel 1.2.
Tabel 1.2 Harga Produk Hepatis B Kronis
Nama Produk Harga (Rp)
Sebivo 1,316,500
Baraclude 0.1 mg 1,618,650
Baraclude 1 mg 2,913,570
3TC 543,902
Hepsera 1,188,970
Tenofovir 473,000
Sumber: PT. Novartis Indonesia (2014)
Inilah yang menarik perhatian penulis untuk meneliti peta persaingan
penjualan produk-produk tersebut. Saat ini Baraclude memiliki harga yang paling
mahal kemudian diikuti oleh Sebivo. Sebivo menurut para pelanggan termasuk
harga yang mahal karena pelanggan menganggap keberhasilan terapi oleh Sebivo
tidak sebaik dibandingkan oleh Baraclude. Harga Sebivo menurut pelanggan tidak
mencerminkan kualitas produk dan harga Sebivo tidak begitu berbeda dengan
Baraclude yang pelanggan anggap memiliki kualitas yang lebih baik
dibandingkan dengan Sebivo. Harga membuat keputusan pelanggan menggunakan
Sebivo sebagai terapi hepatitis b kronis menjadi pertimbangan yang serius karena
terapi ini memerlukan waktu yang panjang bahkan seumur hidup. Ini merupakan
8
kendala bagi pelanggan karena pelanggan harus memberikan terapi yang terbaik
untuk pasiennya, pasien dengan mau membayar mahal maka diharapkan pasien
tercapai dengan hasil terapi yang dijalaninya.
Pengaruh lainnya yang menyebabkan penurunan keputusan pelanggan
memilih Sebivo juga diduga karena tidak maksimalnya penjualan personal produk
Sebivo. Product Specialist (PS) Sebivo merupakan tim penjualan yang
bersentuhan langsung terhadap pelanggan. Tim PS Sebivo bertanggung jawab
memberikan informasi kepada pelanggan tentang produk Sebivo baik secara fitur
dan kinerja produk Sebivo dengan tepat. Tim PS bahkan sering merupakan
sebagai konsultan bagi pelanggaan maka dari itu tim PS selalu mendapatkan
training mengenai pengetahuan produk Sebivo dan tentang personal penjualan
dari tim medis perusahaan minimal satu kali dalam sebulan. Tim marketing dan
medical Sebivo berusaha memberikan informasi kepada PS bagaimana menjadi
seorang konsultan bagi pelanggannya.
Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan tersebut, maka penulis
tertarik untuk mengadakan penelitian dalam tesis ini yang berjudul ‘Pengaruh
Kualitas Produk, Harga, dan Penjualan Personal terhadap Citra Merek serta
implikasinya terhadap Keputusan Pelanggan Memilih Sebivo dalam Terapi
Hepatitis B Kronis di Jakarta Utara.
9
1.2. Identifikasi Masalah
Mengacu kepada uraian yang disebutkan dalam latar belakang, maka
identifikasi masalah dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Kualitas Produk Sebivo masuk kategori atau memiliki supresi yang rendah
(low barrier genetic).
2. Harga produk Sebivo yang mahal.
3. Penjualan Personal yang belum berpihak kepada kepentigan konsumen.
4. Citra Merek yang digambarkan oleh Pelanggan terhadap produk Sebivo
masih buruk.
5. Keputusan Pelanggan memilih Sebivo untuk terapi masih rendah yang
mana dipengaruhi oleh kualitas produk, harga, dan penjualan personal.
1.3. Perumusan Masalah
Dengan melihat sistuasi tersebut, penulis membuat perumusan masalah
sesuai dengan judul dan identifikasi masalah yang diangkat dalam penelitian ini.
Perumusan masalah tersebut sebagai berikut;
1. Bagaimana pengaruh Kualitas Produk, Harga, Penjualan Personal
masing-masing secara individu terhadap Citra Merek produk?
2. Bagaimanakah Kualitas Produk, Harga, dan Penjualan Personal
dapat berpengaruh secara bersama-sama terhadap Citra Merek
produk?
10
3. Bagaimana pengaruh Kualitas Produk, Harga, Penjualan Personal,
dan Citra Merek masing-masing secara individu terhadap
Keputusan Pelanggan?
4. Bagaimanakah Kualitas Produk, Harga, Penjualan Personal dan
Citra Merek dapat berpengaruh secara bersama-sama terhadap
Keputusan Pelanggan?
1.4. Batasan Masalah
Penulis membatasi masalah dalam penelitian ini yaitu hanya satu produk
terapi Hepatitis B Kronis yakni Sebivo. Faktor-faktor yang diteliti terkait
variabel-variabel independen menyangkut kualitas produk, harga, penjualan
personal. Sedangkan variabel dependen menyangkut citra merek dan keputusan
pelanggan. Pelanggan yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah dokter
umum, dokter penyakit dalam yaitu dokter penyakit dalam yang potensi dalam
terapi hepatitis b kronis dan dokter Gastro Entero Hepato yang ada di Jakarta
Utara.
1.5. Maksud dan Tujuan Penelitian
1.5.1. Maksud Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, maka maksud
penyusunan penelitian ini adalah untuk mengetahui “Pengaruh Kualitas Produk,
11
Harga dan Penjualan Personal terhadap Citra Merek dan Implikasinya terhadap
Keputusan Pelanggan Memilih Sebivo pada Terapi Hepatitis B Kronis di Jakarta
Utara”, sehingga hasilnya nanti dapat dijadikan referensi terutama bagi divisi
marketing IHC PT. Novartis Indonesia yang telah memberikan kesempatan
penulis mendapatkan banyak informasi berkaitan dengan tujuan penelitian ini.
1.5.2. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh kualitas produk, harga, dan
penjualan personal masing-masing secara individu terhadap citra merek.
2. Untuk mengetahui bagaimanakah kualitas produk, harga, dan penjualan
personal dapat berpengaruh secara bersama-sama terhadap citra merek.
3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh kualitas produk, harga, dan
penjualan personal, serta citra merek masing-masing secara individu
terhadap keputusan pelanggan memilih Sebivo pada terapi hepatis b
kronis.
4. Untuk mengetahui bagaimanakah kualitas produk, harga, penjualan
personal, dan citra merek dapat berpengaruh secara bersama-sama
terhadap keputusan pelanggan memilih Sebivo untuk terapi hepatis b
kronis.
12
1.6. Manfaat dan Kegunaan Penelitian
1.6.1. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada yang
berkepentingan, yaitu :
1. Memberikan sumbangan kepada PT. Novartis Indonesia khususnya divisi
IHC Marketing Departemen dalam mengambil keputusan strategi
marketing dan sales terutama dalam hal pengaruh kualitas produk, harga
dan strategi personal selling terhadap citra merek dan keputusan customer
memilih product untuk terapi hepatitis b kronis.
2. Sebagai bahan referensi untuk penelitian-penelitian berikutnya dan
memberikan sumbangan terhadap pengembangan ilmu pengetahuan di
bidang Manajemen Pemasaran.
1.6.2. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Sumber informasi bagi pembaca dan bahan masukan bagi peneliti
untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang bisnis farmasi
2. Bahan referensi dan acuan bagi peneliti berikutnya, juga bahan
perbandingan bagi peneliti yang berminat melakukan penelitian
berikutnya yang relevan dengan topik ini.
13
3. Secara guna laksana: hasil dari pengkajian penelitian ini diharapkan
berguna bagi Tim Marketing IHC PT. Novartis Indonesia dan
perusahaan lainnya sebagai referensi dalam mengambil tindakan
strategi marketing terhadap produk mereka, sehingga terus bersaing
dan mengambil pasar penjualan yang lebih besar di bidangnya.
14
BAB II
DESKRIPSI PERUSAHAAN PT. NOVARTIS INDONESIA
2.1. Sejarah Singkat PT. Novartis Indonesia
Sejarah Novartis di Indonesia berawal dengan berdirinya PT. Ciba
Indonesia pada tahun 1968. Setelah melalui berbagai momentum, mengikuti
penggabungan global dua perusahaan, yaitu Sandoz dan Ciba Geigy menjadi
Novartis, pada 1996 PT. Ciba Indonesia bergabung dengan PT. Sandoz Biochemie
Pharma dan Ciba-Geigy membentuk PT. Novartis Biochemie.
Pada tahun 2006, Novartis Global mengakuisisi Hexal Group, diikuti
juga oleh akusisi PT. Prima Hexal di Indonesia oleh Divisi Sandoz Novartis
Indonesia dan kemudian mendirikan badan hukum baru yakni PT. Sandoz
Indonesia. Pada tahun 2006, tepat memasuki sepuluh tahun setelah merger global,
PT. Novartis Biochemie berganti nama menjadi PT. Novartis Indonesia.
Kini, Novartis di Indonesia memperkerjakan sekitar 650 orang di divisi
farmasi dan produk kesehatan. Perusahaan juga memiliki labolatorium penelitian,
NITD Hasanuddin Research Institut (NHCRI) di Makassar, Sulawesi yang
memusatkan penelitiannya pada pengembangan obat-obatan penyakit tropis
seperti DBD, Tuberkulosis dan Malaria.
15
Dua anak perusahaan lainnya, yakni PT. Ciba Vision Batam, pemasok utama
lensa kontak di seluruh dunia dan memperkerjakan 3000 karyawan di Pulau
Batam, Sedangkan PT. Sandoz Indonesia memproduksi obat-obatan genericdan
memiliki 600 karyawan. Sandoz berlokasi di Pasar Rebo Jakarta
Visi Perusahaan:
Menjadi perusahaan yang paling dihormati oleh para pemangku kepentingan di
industri farmasi
Misi Perusahaan:
Menjadi perusahaan farmasi nomor 1 dengan pertumbuhan positif pada
tahun 2016.
Memaksimalkan portfolio obat-obatan 'primary care' dan meningkatkan
pertumbuhan obat-obatan 'speciality' yang inovatif
Mempekerjakan dan mengembangkan talenta muda berpotensi, serta
menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan kondusif bagi karyawan
untuk mengembangkan diri
Meningkatkan kesehatan masyarakat Indonesia melalui ketersediaan dan
keterjangkauan obat-obatan inovatif
Bermitra dengan para pemangku kepentingan melalui berbagai kerjasama
dan kolaborasi untuk menangani masalah-masalah kesehatan
16
2.2. Struktur Organisasi Perusahaan
Gambar 2.1. berikut ini adalah struktur organisasi perusahaan:
PT. NOVARTIS INDONESIA
Country and Pharma Executive Committee
Sumber: PT. Novartis Indonesia, 2014
Gambar 2.1 Struktur Organisasi Perusahaan
CPO Head & Country
President
CPO Head Assist
Head of Oncology Country Chief Financial
Officer
Head of Pain & Bone
Franchise
CPO QA Head
PEC Members
Non PEC/ Direct Report
Other Division Heads
Head of Primary care
Franchise
Head of OTC
Sandoz Indonesia Chief Scientific Officer Head of NSO Franchise
HEAD of HR
Ciba Vision Batam Head of Legal and
Compliance
Head of IHC
Franchise
Alcon
Chief Market Access &
Government Affairs
Officers
Head of MSO & BD&L
& KAM Diagnostic
17
2.3. Lingkup Bidang Usaha PT. Novartis Indonesia
Bidang Usaha PT. Novartis Indonsia adalah Farmasi, produk-produk
yang dipasarkan oleh PT. Novartis Indonesia terbagi atas: Franchise
Cardiometabolic & Respiratory, Franchise Immunology & Dermatology,
Franchise Retina Neuroscience, serta Franchise Pain & Bone. Pada penelitian
ini penulis menganalisa Sebivo yang merupakan bagian dari produk di bawah
Franchise Immunology & Dermatology. Nama-nama produk yang dipasarkan
oleh PT. Novartis Indonesia dapat dilihat pada lampiran 1.
2.4. Tantangan Bisnis PT. Novartis Indonesia
2.4.1. Fokus pada pasien dan mengacu pada ilmu pengetahuan
Perusahaan mengembangkan obat-obatan inovatif dan memprioritaskan
pekerjaan kami pada kebutuhan medis yang tidak terpenuhi dan pemahaman yang
kuat megenai penyakit bukan pada besarnya potensi pasar komersial.
2.4.2. Kontribusi Novartis untuk Indonesia saat ini
NHCR : Novartis (NITD) - Hasanuddin Clinical Research Initiative.
Untuk pertama kalinya Novartis mendirikan pusat klinis di Indonesia, yang fokus
pada penelitian mengenai wabah penyakit di wilayah tropis.
Aliansi NHCR akan membuka akses langsung bagi para peneliti NITD ke
rumah sakit dan pasien dalam kondisi yang sesungguhnya, serta menyediakan
18
landasan bagi pengembangan klinis terhadap penemuan obat baru.
NITD akan menyumbangkan keahliannya dalam segala aspek penemuan
dan pengembangan obat-obatan, dalam bentuk antara lain teknologi inovatif dan
dukungan dana. NITD juga akan melatih dan mendidik para mahasiswa program
sarjana dan pasca sarjana serta tenaga medis.
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanudin merupakan salah satu
sekolah Kedokteran terbaik di Indonesia. Terletak di Makasar, kota yang strategis
dan merupakan pusat pengembangan di kawasan timur Indonesia. Fakultas
Kedokteran UNHAS akan melakukan riset klinis yang didedikasikan bagi studi
pasien mengenai diagnostik baru, teknologi biomarker, serta penemuan
obat-obatan baru.
2.4.3. Timbulnya Obat Generik
Industri farmasi di Indonesia mengalami pertumbuhan yang signifikan.
Penyebabnya antara lain tingkat kebutuhan obat terus mengalami peningkatan.
Berkembangnya beragam jenis penyakit saat ini menyebabkan terjadinya
kenaikan kebutuhan terhadap obat. Namun, pertumbuhan industri farmasi juga
disebabkan karakteristiknya yang bisa cepat masuk ke era industrialisasi.
Obat generik yang beredar saat ini terutama untuk terapi hepatutis B
kronis merupakan tantangan bisnis PT. Novartis Indonesia dalam memasarkan
produk untuk terapi Hepatitis B kronis yaitu Sebivo. Dengan demikian
19
manajemen marketing produk Sebivo mengambil langkah menerapkan strategi
marketing untuk memasarkan produk Sebivo guna mengambil share market yang
ada di lingkup terapi Hepatitis B Kronis.
2.5. Proses Bisnis PT. Novartis Indonesia
Saat ini hampir semua masyarakat butuh obat. Dengan jumlah penduduk
berkisar 250 juta, prospek farmasi ke depan sangat baik. Pertumbuhan industri
farmasi mencapai 12 sampai 14 persen per tahun. Bahkan kenaikannya pernah
mencapai 17 persen. Usaha farmasi memang pernah mengalami kejatuhan pada
akhir 1998. Kenaikannya mulai terasa pada akhir 2000.
Pendapatan, kesadaran, dan pengetahuan masyarakat yang semakin baik
mejadi faktor pendukung utama. Masyarakat semakin mengerti obat jenis apa
yang dibutuhkan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan pendapatannya. Kondisi
ini juga didukung jumlah dokter, rumah sakit, dan apotek yang terus bertambah.
Akibatnya jumlah obat yang terjual semakin meningkat.
Pertumbuhan industri farmasi nasional diproyeksikan akan semakin
tinggi setelah pemberlakuan undang-undang Badan Pelaksana Jaminan Sosial
(BPJS). Peraturan ini menanggungkan biaya pengobatan pasien tidak mampu
kepada pemerintah.
PT. Novartis Indonesia dalam menjalankan bisnis farmasi di Indonesia
dalam setiap pengambilan keputusan, dalam menjalankan strategi marketing, dan
20
dalam segala bentuk aktivitas administrasi semuannya mengacu kepada code of
conduct yang tertulis dan diatur di dalam IPMG (International Pharmaceutical
Manufacturers Group).
21
BAB III
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN
HIPOTESIS
3.1. Kualitas Produk
Pemasaran adalah salah satu kegiatan pokok yang perlu dilakukan oleh
perusahaan baik itu perusahaan barang atau jasa dalam upaya untuk
mempertahankan kelangsungan hidup usahanya. Hal tersebut disebabkan karena
pemasaran merupakan salah satu kegiatan perusahaan, di mana secara langsung
berhubungan dengan konsumen. Maka kegiatan pemasaran dapat diartikan
sebagai kegiatan manusia yang berlangsung dalam kaitannya dengan pasar. Kotler
(2012: 27), mengemukakan definisi pemasaran berarti bekerja dengan pasar
sasaran untuk mewujudkan pertukaran yang potensial dengan maksud memuaskan
kebutuhan dan keinginan manusia. Sehingga dapat dikatakan bahwa keberhasilan
pemasaran merupakan kunci kesuksesan dari suatu perusahaan.
Menurut Stanton (2001), definisi pemasaran adalah suatu sistem
keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan,
menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang atau jasa yang
memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial.
Sehingga dapat dikatakan bahwa pemasaran merupakan usaha terpadu untuk
menggabungkan rencana-rencana strategis yang diarahkan kepada usaha pemuas
kebutuhan dan keinginan konsumen untuk memperoleh keuntungan yang
22
diharapkan melalui proses pertukaran atau transaksi. Kegiatan pemasaran
perusahaan harus dapat memberikan kepuasan kepada konsumen bila ingin
mendapatkan tanggapan yang baik dari konsumen. Perusahaan harus secara penuh
bertanggung jawab tentang kepuasan produk yang ditawarkan tersebut. Dengan
demikian, maka segala aktivitas perusahaan, harusnya diarahkan untuk dapat
memuaskan konsumen yang pada akhirnya bertujuan untuk memperoleh laba.
Pemasaran merupakan faktor penting untuk mencapai sukses bagi
perusahaan akan mengetahui adanya cara dan falsafah yang terlibat didalamnya.
Cara dan falsafah baru ini disebut konsep pemasaran (marketing concept). Konsep
pemasaran tersebut dibuat dengan menggunakan tiga faktor dasar yaitu:
1. Saluran perencanaan dan kegiatan perusahaan harus berorientasi pada
konsumen/ pasar.
2. Volume penjualan yang menguntungkan harus menjadi tujuan perusahaan,
dan bukannya volume untuk kepentingan volume itu sendiri.
3. Seluruh kegiatan pemasaran dalam perusahaan harus dikoordinasikan dan
diintegrasikan secara organisasi.
Menurut Swastha dan Irawan (2005 : 10), mendefinisikan konsep
pemasaran sebuah falsafah bisnis yang menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan
konsumen merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup
perusahaan. Bagian pemasaran pada suatu perusahaan memegang peranan yang
sangat penting dalam rangka mencapai besarnya volume penjualan, karena dengan
tercapainya sejumlah volume penjualan yang diinginkan berarti kinerja bagian
23
pemasaran dalam memperkenalkan produk telah berjalan dengan benar. Penjualan
dan pemasaran sering dianggap sama tetapi sebenarnya berbeda. Sehingga dapat
dikatakan tujuan utama melayani konsumen dengan mendapatkan sejumlah laba,
atau dapat diartikan sebagai perbandingan antara penghasilan dengan biaya yang
layak. Ini berbeda dengan konsep penjualan yang menitikberatkan pada keinginan
perusahaan. Falsafah dalam pendekatan penjualan adalah memproduksi sebuah
pabrik, kemudian meyakinkan konsumen agar bersedia membelinya. Sedangkan
pendekatan konsep pemasaran menghendaki agar manajemen menentukan
keinginan konsumen terlebih dahulu, setelah itu baru melakukan bagaimana
caranya memuaskan.
Manajemen pemasaran berasal dari dua kata yaitu manajemen dan
pemasaran. Menurut Kotler dan Armstrong (2006:37), pemasaran adalah analisis,
perencanaan, implementasi, dan pengendalian dari program-program yang
dirancang untuk menciptakan, membangun, dan memelihara pertukaran yang
menguntungkan dengan pembeli sasaran untuk mencapai tujuan perusahaan.
Sedangakan manajemen adalah proses perencanaan (Planning), pengorganisasian
(organizing) penggerakan (Actuating) dan pengawasan.
Jadi dapat diartikan bahwa Manajemen Pemasaran adalah sebagai
analisis, perencanaan, penerapan, dan pengendalian program yang dirancang
untuk menciptakan, membangun, dan mempertahankan pertukaran yang
menguntungkan dengan pasar sasaran dengan maksud untuk mencapai
tujuan-tujuan organisasi. Juga dapat dikatakan bahwa manajemen pemasaran
24
adalah sebagai kegiatan yang direncanakan, dan diorganisasiknan yang meliputi
pendistribusian barang, penetapan harga dan dilakukan pengawasan terhadap
kebijakan-kebijakan yang telah dibuat yang tujuannya untuk mendapatkan tempat
dipasar agar tujuan utama dari pemasaran dapat tercapai.
Menurut Kotler (2012:29), bauran pemasaran adalah sejumlah alat-alat
pemasaran yang digunakan perusahaan untuk menyakinkan obyek pemasaran atau
target pasar yang dituju. Bauran pemasaran atau marketing mix adalah kumpulan
dari variabel-variabel pemasaran yang dapat dikendalikan yang digunakan oleh
suatu badan usaha untuk mencapai tujuan pemasaran dalam pasar sasaran. Dengan
demikian pemasaran merupakan kombinasi variabel atau kegiatan yang merupakan
inti dari sistem pemasaran, variabel mana yang dapat dikendalikan oleh perusahaan
untuk mempengaruhi reaksi para pembeli atau konsumen. Jadi, bauran pemasaran
terdiri dari himpunan variabel yang dapat dikendalikan dan digunakan oleh
perusahaan untuk mempengaruhi tanggapan konsumen dalam pasar sasarannya.
Seperti diketahui, strategi pemasaran adalah suatu himpunan asas yang secara tepat,
konsisten dan layak dilaksanakan oleh perusahaan guna mencapai sasaran pasar
yang dituju dalam jangka panjang dan tujuan perusahaan jangka panjang, dalam
situasi persaingan tertentu. Dalam strategi pemasaran ini, terdapat Strategi
Acuan/Bauran Pemasaran yang menempatkan komposisi terbaik dari keempat
komponen atau variabel pemasaran, untuk dapat mencapai sasaran pasar yang
dituju, dan sekaligus mencapai tujuan dan sasaran perusahaan.
25
Bauran pemasaran terdapat empat komponen, yaitu produk, harga, tempat
dan promosi. Keempat strategi tersebut saling mempengaruhi, sehingga semuanya
penting sebagai satu kesatuan strategi, yaitu Strategi Acuan/Bauran. Sedangkan
strategi bauran pemasaran merupakan bagian dari strategi pemasaran, dan
berfungsi sebagai pedoman dalam menggunakan unsur-unsur atau
variabel-variabel pemasaran yang dapat dikendalikan pimpinan perusahaan, untuk
mencapai tujuan perusahaan dalam bidang pemasaran.
Kualitas mengacu kepada apa yang diinginkan oleh konsumen. Unsur
yang paling penting dalam suatu produk adalah kualitas yang tinggi. Konsumen
selalu menginginkan dan mendapatkan produk yang berkualitas. Kualitas produk
merupakan suatu hal yang penting dan harus diperjuangkan oleh oleh perusahaan
jika ingin bersaing di pasar guna memenuhu kepuasan konsumen. Menurut Kotler
dan Keller (2007:347), seorang konsumen akan cenderung memilih produk yang
lebih berkualitas, lebih bagus, dan lebih innovatif.
Menurut Kotler dan Amstrong ( 2006:346 ), kualitas adalah karakteristik
dari produk dalam kemampuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang telah
ditentukan dan bersifat laten. Produk didefinisikan sebagai segala sesuatu yang
dapat ditawarkan kepada pasar untuk mendapatkan segala sesuatu yang dapat
ditawarkan kepada pasar untuk mendapatkan perhatian, keahlian, kegunaan, atau
konsumsi yang memuaskan keinginan atau kebutuhan. Berikut terdapat definisi
kualitas produk dari pakar utama. Dari segi linguistik kualitas berasal dari latin
qualis yang berarti ‘sebagaimana kenyataannya’. Definisi kualitas adalah tingkat
26
yang menunjukkan serangkaian karakteristik yang melekat dan memenuhi ukuran
tertentu (Dale, 2003). Menurut Kotler (2006:348), ada delapan dimensi kualitas
adalah sebagai berikut : (1) Kinerja (performance): karakteristik operasi suatu
produk utama, (2) Ciri-ciri atau keistimewaan tambahan (feature), (3) Kehandalan
(reliability) : probabilitas suatu produk tidak berfungsi atau gagal, (4) Kesesuaian
dengan spesifikasi kemampuan melayani(serviceability) (7) Estetika (estethic):
bagaimana suatu produk dipandang dirasakan dan didengarkan, dan (8) Ketepatan
kualitas yang dipersepsikan (perceived quality). Sedangkan Herizer dan Render
(2005:93-96), berpendapat bahwa kualitas terutama mempengaruhi perusahaan
dalam empat hal, yaitu:
a. Biaya dan pangsa pasar: kualitas yang ditingkatkan dapat mengarah
kepada peningkatan pangsa pasar dan penghematan biaya.
b. Reputasi perusahaan : reputasi perusahaan mengikuti kualitas yang
dihasilkan. Kualitas akan muncul bersamaan dengan persepsi
mengenai produk baru perusahaan, praktek-praktek penanganan
dengan pegawai, dan hubungannya dengan pemasok
c. Pertanggungjawaban produk : organisasi memiliki tanggung jawab
yang besar atas segala akibat pemakaian barang maupun jasa.
d. Implikasi internasional: dalam era teknologi, kualitas merupakan
perhatian operasional dan internasional. Agar perusahaan dan negara
dapat bersaing secara efektif dalam perekonomian global, produknya
harus memenuhi kualitas dan harga yang diinginkan.
27
Dalam mengukur kualitas produk menurut Rangkuti (2006, hal 118-119),
ada 5 tingkatan yang perlu diperhatikan:
1. Manfaat Inti
Manfaat inti produk merupakan penjelasan apa yang di beli konsumen, pembeli
bukan hanya sekedar membeli produk tetapi membeli produk berdasarkan
manfaat. Contoh : hotel, pelanggan membeli tempat istirahat dan tidur.
2. Produk Dasar
Pada tingkat ini pemasar harus bisa mengganti dari manfaat inti menjadi
produk dasar, contoh : sebuah hotel mencakup tempat tidur, kamar mandi, dan
meja
3. Produk yang diharapkan
Pada tingkat ini pemasar harus menyediakan produk apa yang diharapkan,
yakni kondisi yang diharapkan, yakni kondisi yang diharapkan pembeli jika
mereka membeli produk tersebut.
4. Produk tambahan
Yang berarti adanya tambahan yang diharapkan produk lain. Misal ada
tambahan servis atau pelayanan setelah melakukan pembelian.
5. Produk potensial
Yaitu untuk tingkat akhir merupakan segala perluasan dari transformasi yang
mungkin akan dialami di masa mendatang.
3.1.1. Dimensi Kualitas Produk
Menurut Griffin (2005:107), untuk menentukan dimensi kualitas
28
produk dapat dilakukan melalui delapan (8) dimensi kualitas produk
seperti yang dipaparkan berikut ini:
1. Kinerja produk (Performance)
Hal ini berkaitan dengan aspek fungsional suatu barang dan merupakan
karakteristik utama yang dipertimbangkan oleh pelanggan dalam membeli
produk tersebut. Penilaian terhadap kemampuan produk menjalankan fungsi
utamanya seringkali bnersifat subyektif.
2. Fitur Produk (Features)
Berupa aspek pelengkap dari kinerja produk yang terdiri dari fungsi atau
manfaat tambahan. Pemilihan terhadap dimensi dipengaruhi oleh persepsi
individual konsumen.
3. Reliabilitas/Kehandalan (Reliability)
Hal yang berkaitan dengan probabilitas atau kemungkinan suatu barang
berhasil menjalankan fungsinya setiap kali di gunakan dalam periode waktu
tertentu. Dimensi kualitas ini menjadi penting terutama pada saat biaya
perbaikan semakin mahal.
4. Sesuai dengan standart yang di tetapkan (Conformance)
Hal ini berkaitan dengan tingkat kesesuaian produk terhadap spesifikasi yang
telah di tetapkan sebelumnya berdasarkan keinginan pelanggan. Konfirmasi
merefleksikan derajat ketetapan antara karakteristik design produk dan dengan
karakteristik kualitas standard. Pandangan ini berkaitan erat dengan
29
pengendalian proses dan tehnik pengambilan sampel. Dimensi ini mengarah
kepada pendekatan manufaktur.
5. Kemampuan Melayani (Serviceability)
Adalah karakteristik yang berhubungan dengan kecepatan, kompetensi,
kemudahan dan akurasi dalam memberikan layanan untuk perbaikan barang.
6. Daya Tahan (Durability)
Adalah suatu refleksi umur ekonomis berupa ukuran daya tahan barang atau
masa pakai suatu barang.
7. Nilai Estetika (Aesthetics)
Merupakan karakteristik yang bersifat subjektif yang mengenai nilai-nilai
estetika yang berkaitan dengan pertimbangan pribadi dan refleksi dan
preferensi individual. Estetika suatu produk lebih banyak berkaitan dengan
perasaan pribadi dan mencakup karakteristik tertentu, seperti:
keindahan,keelokan, selera, dll yang merupakan preferensi masing-masing
individu.
8. Perceived Quality (Kualitas yang dirasakan)
Kualitas yang dimaksud dapat berupa merek, iklan, reputasi perusahaan, dan
negara asal. Dimensi ini menjadi penting bagi konsumen yang kurang memiliki
informasi lengkap mengenai atribut produk atau jasa.
Dengan demikian produk merupakan segala sesuatu yang berupa barang
dan jasa yang ditawarkan kepada masyarakat untuk dilihat, dipegang, dibeli atau
dikonsumsi guna memenuhi kebutuhan dan memberikan kepuasan terhadap
30
konsumen. Di dalam strategi bauran pemasaran, produk merupakan unsur yang
paling penting, karena dapat mempengaruhi strategi pemasaran lainnya. Tujuan
utama dari produk adalah untuk dapat mencapai sasaran pasar yang dituju dengan
meningkatkan kemampuan bersaing atau mengatasi persaingan.
3.2. Harga
Dalam persaingan memperebutkan konsumen, sebuah perusahaan harus
dapat memahami konsumen dengan lebih baik dibandingkan pesaingnya.
Pergeseran-pergeseran paradigma,dinamika gaya hidup, serta berbagai perubahan
lingkungan lain telah memberi dampak pada bagaimana konsumen memandang
harga produk/jasa yang akan dikonsumsinya (Budiadi, 2009).
Harga menurut Kotler dan Amstrong (2006:439), adalah sejumlah uang
yang di tukarkan untuk sebuah produk dan jasa. Lebih jauh lagi, harga adalah
sejumlah nilai yang konsumen tukarkan untuk jumlah manfaat dengan memiliki
atau menggunakan suatu barang atau jasa. Harga merupakan hal yang
diperhatikan konsumen ekonomi modern sekarang, konsumen lebih
mengedepankan emosi dalam mengambil keputusan untuk membeli. Harga murah
tidak menjamin produk akan laku tapi harga yang terlalu mahal akan
menyebabkan konsumen merasa ditipu jika tidak sesuai dengan perceived value
yang ada (Rahman, 2010)
Persepsi terhadap harga adalah cara pandang konsumen dalam menilai
apakah sebuah produk mempunyai harga yang wajar, mahal, atau murah. Persepsi
terhadap harga nantinya akan menentukan nilai pada suatu produk dan keinginan
31
untuk membeli produk tersebut. (Schiffman dan kanuk, 2008).
Pada akhirnya harga mencerminkan persepsi pelanggan atau konsumen
jangan sampai produk atau pelayanan yang sebenarnya memiliki nilai yang tinggi
di mata pelanggan nilainya menjadi turun karena harga yang ditetapkan rendah,
sebaliknya produk atau servis yang dipersepsikan pelanggan tidak terlalu
memberikan nilai kepada pelanggan dijual dengan harga yang mahal sehingga
akhirnya pelanggan enggan untuk membelinya. Menetapkan harga harus konsisten
sehingga pelanggan tidak merasa terjebak dan meragukan kualitas produk atau
layanan yang ditawarkan. Pelanggan menjadikan harga sebagai indikator kualitas
atas suatu produk, jika harga mahal, mestinya kualitas produk tersebut baik,
sebaliknya harga murah, kualitasnya dipersepsikan buruk. (Rahman, 2010).
Dalam buku Pemasaran Jasa, (Tjiptono, 2009), menyampaikan bahwa
harga memiliki istilah yang beraneka ragam. Hal ini menunjukkan penetapan
harga sangat bergantung pada jenis produk spesifik yang dijual. Biasanya
penawaran suatu produk ditetapkan dengan harga yang berkombinasi antara hal
berikut:
1. Barang atau jasa spesifik yang menjadi obyek transaksi.
2. Sejumlah layanan pelengkap (seperti pengiriman, instalasi, pelatihan, reparasi,
pemeliharaan dan garasi)
3. Manfaat pemuasan kebutuhan yang diberikan oleh produk bersangkutan
(Rahman, 2010).
32
3.2.1. Penetapan Harga
Menurut Lupiyoadi (2006), metode penetapan harga harus dimulai
dengan pertimbangan atas tujuan penetapan harga itu sendiri, antara lain:
1. Bertahan
Bertahan merupakan usaha untuk melakukan tidakan-tindakan yang
meningkatkan laba ketika perusahaan sedang mengalami kondisi pasar yang
tidak menguntungkan. Usaha ini dilakukan demi kelangsungan hidup
perusahaan.
2. Memaksakan Laba
Penentuan harga bertujuan untuk memaksimalkan laba dalam periode tertentu.
3. Memaksimalkan penjualan
Penetapan harga bertujuan untuk membangun pangsa pasar denga melakukan
penjualan pada harga awal yang merugikan.
4. Gengsi
Tujuan penetapan harga disini adalah untuk memposisikan jasa perusahaan
tersebut sebagai jasa yang eksklusif.
5. Pengembalian atas investasi (ROI)
Tujuan penetapan harga didasarkan atas pencapaian pengembalian atas
investasi (return on investment-ROI) yang diinginkan.
3.2.2. Tujuan Penetapan Harga
Setiap tujuan dari penetapan harga memiliki strategi pemasaran yang
berbeda. Strategi penetapan harga harus didasari pemahaman mendalam atas
33
tujuan spesifik yang hendak dicapai. Terdapat tiga kategori tujuan spesifik
penetapan harga.
1. Tujuan berorientasi pendapatan
Hampir sebagian besar bisnis berorientasi pada pendapatan, hanya
perusahan pelayanan jasa yang biasanya berfokus pada titik impas.
2. Tujuan beroriantasi kapasitas
Beberapa sector bisnis biasanya menyelaraskan antara permintaan dan
penawaran dengan memanfaatkan kapasitas produksi maksimal. Hotel
dan penerbangan misalnya, yang akan menurunkan harga pada saat
musim sepi dan menaikkan harga saat musim ramai atau liburan.
3. Tujuan berorientasi pelanggan
Biasanya penetapan harga yang diberikan cukup representative
menakomodasi segala tipe pelanggan, segmen pasar dan perbedaan
daya beli. Bisa dengan menggunakan system diskon, bonus, dan lain
lain. Orientasi tujuan ini membantu positioning dan diferensiasi
perusahaan (Rachman, 2010).
Dalam penetapan harga, seorang manajer yang efektif harus mengetahui
perilaku pembelian yang berhubungan dengan berbagai tipe yang berbeda dari
konsumennya. Nagle dan Holden (2002), menyebutkan terdapat empat (4) tipe
konsumen berdasarkan sensitifitas harga, yaitu:
Pembeli Harga : yaitu individu/konsumen yang keputusan pembeliannya
berdasarkan harga terendah. Konsumen tipe ini tidak memperdulikan masalah
34
kualitas produk yang dibelinya. Konsumen tipe ini selalu memulai proses
pembelian dengan harga paling bawah dipikiran mereka. Terdapat beberapa
strategi yang dapat digunakan untuk konsumen jenis ini, antara lain
meningkatkan nilai dari produk dan komunikasi yang efektif untuk
meningkatkan kemauan mereka untuk membeli. Price buyers biasanya
merupakan segmen pasar yang besar, negosiasi menjadi factor penting agar
tidak kalah terhadap konsumen tipe ini.
Pembeli Hubungan. Merupakan konsumen yang telah memiliki preferensi
yang kuat terhadap salah satu brand. Mereka memiliki pengalaman yang baik
terhadap merk tersebut dan tidak ingin mencoba alternative baru. Untuk
pembeli jenis ini, memelihara hubungan yang telah terjadi dengan mengingat
kinerja masa lalu merupakan hal yang sangat penting.
Pembeli Nilai. Individu/konsumen jenis ini melihat dari kualitas dan nilai dari
produk yang dibelinya. Mereka akan mencoba berbagai alternative untuk
mendapatkan jual beli yang terbaik antara harga dan aspek lainnya. Tidak
seperti price buyers yang hanya focus pada harga, value bayers juga mau
untuk mencoba produk atau jasa baru selama mereka merasa nilainya dapat
diterima. Ketika bernegosiasi dengan konsumen tipe ini, perbedaan nilai atas
setiap produk yang dijual harus diperlihatkan.
Pembeli kenyamanan. Individu/konsumen jenis ini tidak mencoba
membeda-bedakan antara setiap merk. Mereka memperkecil usaha dari
evaluasi merk atau negosiasi ketika waktu sangat mendesak. Bagaimanapun
35
untuk menjadi untung, perusahaan harus memiliki harga berbeda untuk tipe
konsumen yang berbeda.
3.2.3. Peranan Harga
Menurut Lichtenstein et.al dalam Budiadi (2009), terdapat tujuh konsepsi
yang berhubungan dengan interprestasi dan persepsi harga. Lima diantara tujuh
konsepsi tersebut mempengaruhi secara negative probabilitas pembelian dengan
semakin tingginya harga dan disebut sebagai peran negatif. Kelima konsep yang
memiliki peran negative tersebut adalah
1. Kesadaran harga
Maksud kesadaran harga adalah kesadaran konsumen akan pentingnya harga
yang rendah dalam membeli produk. Semakin rendah harga, semakin dipilih
sesuai dengan preferensi terhadap harga rendah.
2. Kesadaran nilai fisik produk
Merupakan kesadaran konsumen akan pentingnya nilai produk yang diukur
dari harga terhadap wujud/fisiknya. Semakin rendah harga dianggap semakin
tinggi nilai produk tersebut, sehingga lebih dipilih.
3. Kupon diskon
Peningkatan kecenderungan untuk menanggapi tawaran pembelian karena
bentuk kupon dari penawaran pembelian secara positif mempengaruhi evaluasi
pembelian
36
4. Potongan harga
Merupakan peningkatan kecenderungan untuk menanggapi penawaran
pembelian karena bentuk penjualan di mana harga tersebut disajikan secara
positif mempengaruhi evaluasi pembelian. Variabel ini berkaitan dengan
persepsi konsumen mengenai produk-produk yang ditawarkan dalam potongan
harga. Potongan harga dianggap menguntungkan karena harganya lebih rendah
dari semestinya.
5. Maven harga
Sejauh mana seseorang menjadi sumber untuk informasi harga untuk berbagai
jenis produk dan tempat berbelanja untuk harga terendah, memulai diskusi
konsumen, dan menanggapi permintaan dari konsumen untuk informasi harga
pasar. Sedangkan dua konsep yang lainnya memiliki peran positif tersebut
yaitu:
1. Skema haga-kualitas
Hubungan harga-kualitas berkaitan dengan anggapan bahwa harga produk
sebanding dengan kualitasnya. Semakin tinggi harga semakin dipilih,
karena dianggap mencerminkan kualitas yang semakin bagus.
2. Harga prestis
Hubungan harga dan prestis berkaitan dengan anggapan bahwa produk
yang dibeli menunjukkan status atau gengsi. Semakin tinggi harga akan semakin
dipilih karena dianggap memberikan prestis. Sejumlah uang yang konsumen bayar
untuk membeli produk atau mengganti hak milik produk. Oleh karena
37
menghasilkan penerimaan penjualan, maka harga mempengaruhi tingkat penjualan,
tingkat keuntungan, serta share pasar yang dapat dicapai oleh perusahaan. Dalam
penetapan harga perlu diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhinya, baik
langsung maupun tidak langsung. Faktor yang mempengaruhi secara langsung
adalah harga bahan-baku, biaya produksi, biaya pemasaran, adanya peraturan
pemerintah dan faktor lainnya. Faktor yang tidak langsung, namun erat
hubungannya dalam penetapan harga, adalah harga produk sejenis yang dijual oleh
para pesaing, pengaruh harga terhadap hubungan antara produk subtitusi dan
komplementer, serta potongan untuk para penyalur dan konsumen.
Oleh karena itu, seorang produsen harus memperhatikan dan
memperhitungkan faktor-faktor tersebut di atas di dalam penentuan kebikajakan
harga yang akan ditempuh, sehingga nantinya dapat memenuhi harapan produsen
itu untuk dapat bersaing dan kemampua perusahaan mempengaruhi konsumen.
3.3. Penjualan Personal
Dalam konteks hubungannya dengan keputusan konsumen, efektifitas dari
strategi pemasaran dapat ditunjukkan dengan kemampuannya mempengaruhi dan
merubah aktivitas konsumen untuk mencapai apa yang menjadi sasaran dari
strategi pemasaran. Personal selling merupakan bagian dari strategi pemasaran
yang diarahkan untuk mempengaruhi perilaku konsumen terutama dalam
pengambilan keputusan.
Swastha dan Irawan (2000:352), mengatakan bahwa dalam personal selling
38
terjadi interaksi secara langsung saling bertatap muka. Komunikasi yang dilakukan
kedua belah pihak bersifat individual dan dua arah sehingga dapat langsung
memperoleh tanggapan sebagai umpan balik tentang kebutuhan dan keinginan
pembeli. Adanya interaksi langsung ini dapat dipakai oleh penjual untuk membujuk
dan mempengaruhi konsumen untuk melakukan keputusan pembelian sehingga
terjadi transaksi penjualan. Selain itu, Assauri (2004:278), juga berpendapat bahwa
dengan personal selling terdapat pengaruh secara langsung yang timbul dalam
pertemuan tatap muka antara penjual dan pembeli, dimana terdapat
pengkomunikasian fakta yang diperlukan untuk mempengaruhi keputusan
pembelian atau menggunakan faktor psikologis dalam rangka membujuk dan
memberikan keberanian pada waktu pembuatan keputusan pembelian dengan
tujuan agar terjadi transaksi penjualan. Pada dasarnya konsumen baru akan
melakukan pembelian apabila ia sudah mengetahui karakteristik produk. Pada
tahap selanjutnya, bila konsumen sudah tertarik pada suatu produk dan mulai
mengadakan pembelian, maka perlu kiranya diingatkan akan manfaat produk yang
sudah dinikmatinya sehingga diharapkan konsumen melakukan pembelian secara
berulang. Oleh karena itu, dengan personal selling diharapkan calon pembeli dapat
mengenal lebih banyak produk yang dihasilkan perusahaan dan pada akhirnya
dapat menimbulkan ketertarikan akan produk yang ditawarkan oleh perusahaan.
Semakin tinggi kunjungan yang dilakukan penjual pada konsumen, maka semakin
tinggi kemungkinan produk yang terjual. Dalam hal ini kemampuan tenaga penjual
juga sangat menentukan terjadinya transaksi penjualan. Dengan demikian, dapat
39
disimpulkan bahwa personal selling mempunyai peranan yang besar untuk
mempengaruhi konsumen dalam melakukan keputusan pembelian.
Nice Academy PT. Novartis Indonesia (2013) mengatakan bahwa dalam
hal skill penjualan personal yakni harus menjadikan kebutuhan pasien sebagai
fokus utama dari apapun yang dilakukan. Seorang produk konsultan harus
menciptakan ‘patient-centricity dan customer focus yang lebih baik’. Berikut lima
langkah yang harus dijalankan dalam menjalin hubungan dengan pelanggan yaitu:
1. Start with a patient type: yaitu dengan fokus terhadap tipe pasien
2. Establish need : mencari tahu apa kebutuhan pelanggan
3. Deliver a tailored solution: mampu memecahkan masalah pelanggan
4. Explore&overcome obstacle: menggali lagi masalah pelanggan dan
mencari solusinya
5. Close for concrete action: menyimpulkan pembicaraan dan
mendapatkan persetujuan yang saling menguntungkan.
3.4. Citra Merek
Sebagai salah satu tahap dalam hirarki komunikasi merek (hierarchy of
branding), citra merek atau lebih dikenal dengan sebutan brand image memegang
peranan penting dalam pengembangan sebuah merek karena citra merek
menyangkut reputasi dan kredibilitas merek yang kemudian menjadi pedoman bagi
khalayak konsumen untuk mencoba atau menggunakan suatu produk barang atau
jasa sehingga menimbulkan pengalaman tertentu (brand experience) yang akan
40
menentukan apakah konsumen tersebut akan memutuskan membeli, menjadi
loyalis merek atau sekadar oportunis (mudah pindah ke lain merek). Citra merek
merupakan representasi dari keseluruhan persepsi terhadap merek dan dibentuk
dari informasi dan pengetahuan terhadap merek itu. Citra terhadap merek
berhubungan dengan sikap yang berupa keyakinan dan preferensi terhadap suatu
merek. Konsumen yang memiliki citra yang positif terhadap suatu merek akan lebih
memungkinkan untuk melakukan pembelian (Setiadi, 2003: 180).
Merek dapat dideskripsikan dengan karakteristik-karakteristik tertentu
seperti manusia, semakin positif deskripsi tersebut semakin kuat citra merek
dan semakin banyak kesempatan bagi pertumbuhan merek itu (Goetsch dan
Davis, 2000:21). Citra merek adalah sekumpulan asosiasi merek yang
terbentuk pada benak konsumen (Mowen dan Minor, 2001: 82). Citra merek
mengacu pada skema memori akan sebuah merek, yang berisikan interpretasi
konsumen atas atribut, kelebihan, penggunaan, situasi, para pengguna, dan
karakteristik pemasar dan/atau karakteristik pembuat dari produk/merek
tersebut. Citra merek adalah apa yang konsumen pikirkan dan rasakan ketika
mendengar atau melihat nama suatu merek. Atau dengan kata lain, citra merek
merupakan bentuk atau gambaran tertentu dari suatu jejak makna yang tertinggal di
benak khalayak konsumen (Wijaya, 2011), yang kemudian menuntun khalayak
konsumen tersebut untuk bersikap terhadap merek, apakah akan mencoba lalu
menyintainya atau sekadar coba-coba lalu pergi, atau sama sekali tidak ingin
41
mencoba karena citra yang buruk atau tidak relevan dengan kebutuhan khalayak
konsumen.
Citra merek merupakan serangkaian asosiasi yang ada dalam benak
konsumen terhadap suatu merek, biasanya terorganisasi menjadi suatu makna.
Hubungan terhadap suatu merek akan semakin kuat jika didasarkan pada
pengalaman dan mendapat banyak informasi. Citra atau asosiasi merepresentasikan
persepsi yang bisa merefleksikan kenyataan yang objektif ataupun tidak. Citra yang
terbentuk dari asosiasi inilah yang mendasari dari keputusan membeli bahkan
loyalitas merek (brand loyalty) dari konsumen. Konsumen lebih sering membeli
produk dengan merek yang terkenal karena merasa lebih nyaman dengan hal-hal
yang sudah dikenal, adanya asumsi bahwa merek terkenal lebih dapat diandalkan,
selalu tersedia dan mudah dicari, dan memiliki kualitas yang tidak diragukan,
sehingga merek yang lebih dikenal lebih sering dipilih konsumen daripada merek
yang tidak.
Citra merek meliputi pengetahuan dan kepercayaan akan atribut merek
(aspek kognitif), konsekuensi dari penggunaan merek tersebut, dan situasi
penggunaan yang sesuai, begitu juga dengan evaluasi, perasaan dan emosi yang
diasosiasikan dengan merek tersebut (aspek Afektif). Citra merek didefinisikan
sebagai persepsi konsumen dan preferensi terhadap merek, sebagaimana yang
direfleksikan oleh berbagai macam asosiasi merek yang ada dalam ingatan
konsumen. Meskipun asosiasi merek dapat terjadi dalam berbagai macam bentuk
42
tapi dapat dibedakan menjadi asosiasi performansi dan asosiasi imajeri yang
berhubungan dengan atribut dan kelebihan merek (Peter & Olson, 2002: 47).
Drezner (2002: 5), mengungkapkan bahwa konsumen tidak bereaksi
terhadap realitas melainkan terhadap apa yang mereka anggap sebagai realitas,
sehingga citra merek dilihat sebagai serangkaian asosiasi yang dilihat dan
dimengerti oleh konsumen, dalam jangka waktu tertentu, sebagai akibat dari
pengalaman dengan merek tertentu secara langsung ataupun tidak langsung.
Asosiasi ini bisa dengan kualitas fungsional sebuah merek ataupun dengan individu
dan acara yang berhubungan dengan merek tersebut. Meskipun tidak mungkin
setiap konsumen memiliki citra yang sama persis akan suatu merek, namun
persepsi mereka secara garus besar memiliki bagian-bagian yang serupa.
Citra merek adalah kesan keseluruhan terhadap posisi merek ditinjau dari
persaingannya dengan merek lain yang diketahui konsumen –apakah merek
tersebut dipandang konsumen sebagai merek yang kuat. Sebagian alasan konsumen
memilih suatu merek karena mereka ingin memahami diri sendiri dan untuk
mengomunikasikan aspek diri mereka ke orang lain. Citra merek ini bisa diukur
dengan menanyakan atribut apa dari suatu merek –yang merupakan pilihan
konsumen dalam satu kategori produk– yang membedakannya dengan merek lain,
mengapa atribut-atribut itu penting dan mengapa alasan itu penting bagi konsumen.
Hasil penelitian menemukan bahwa serangkaian perasaan, ide, dan sikap
yang dimiliki konsumen terhadap suatu merek merupakan aspek penting dalam
perilaku pembelian. Citra merek didefinisikan sebagai sekumpulan atribut spesifik
43
yang berelasi dengan produk, merek, dan konsumen (pengetahuan, perasaan, dan
sikap terhadap merek) yang disimpan individu di dalam memori.
Penelitian-penelitian ini menunjukkan bahwa sebagai simbol, merek sangat
memengaruhi status dan harga diri konsumen. Penelitian-penelitian ini juga
menyebutkan bahwa suatu merek lebih mungkin dibeli dan dikonsumsi jika
konsumen mengenali hubungan simbolis yang sama antara citra merek dengan citra
diri konsumen baik citra diri ideal ataupun citra diri aktual (Arnould dan
kawan-kawan, 2004: 118).
Produk dan merek memiliki nilai simbolis untuk setiap individu, yang
melakukan evaluasi berdasarkan kekonsistenan dengan gambaran atau citra
personal akan diri sendiri. Terkadang citra merek tertentu sesuai dengan citra diri
konsumen sedangkan merek lain sama sekali tidak memiliki kecocokan. Secara
umum dipercaya bahwa konsumen berusaha untuk mempertahankan atau
meningkatkan citra diri dengan memilih produk dan merek dengan “citra”
atau “kepribadian” yang mereka percaya sejalan dengan citra diri mereka
dan menghindari merek-merek yang tidak sesuai, hal ini terutama bagi
wanita. Berdasarkan hubungan antara preferensi merek dan citra diri konsumen,
maka wajar jika konsumen menggunakan merek sebagai alat untuk mendefinisikan
diri (Schiffman dan Kanuk, 2008).
3.4.1. Fungsi dan Peran Citra Merek
Jones (2001:78) mengemukakan bahwa citra merek (brand image)
memiliki beberapa fungsi, di antaranya sebagai pintu masuk pasar (market entry),
44
sumber nilai tambah produk (source of added product value), penyimpan nilai
perusahaan (corporate store of value), dan kekuatan dalam penyaluran produk
(channel power).
Berkaitan dengan fungsi masuknya pasar (market entry), citra merek
berperan penting dalam hal pioneering advantage, brand extension dan brand
alliance. Produk pionir dalam sebuah kategori yang memiliki citra merek kuat akan
mendapatkan keuntungan karena biasanya produk follower kalah pamor dengan
produk pionir, misalnya Aqua. Bagi follower tentunya akan membutuhkan biaya
tinggi untuk menggeser produk pionir yang memiliki citra merek kuat tersebut. Di
sinilah keuntungan produk pionir (first-mover/ pioneering adavantages) yang
memilki citra merek kuat dibandingkan produk pionir yang memiliki citra lemah
atau produk komoditi tanpa merek.
Citra merek juga memungkinkan perusahaan untuk berinovasi dan
mengembangkan merek dari satu pasar produk ke pangsa produk pasar lain melalui
perluasan merek. Strategi ekstensi merek (brand extension) telah menjadi semakin
menarik dan suatu peluang bagi perusahaan sebagai cara untuk mengurangi
biaya yang luar biasa dari pengenalan produk baru. Riset juga mengungkapkan
pengaruh citra merek induk terhadap sub-merek hasil ekstensi terjadi pada transfer
atribut dan persepsi kecocokan serta kredibilitas perusahaan yang menaunginya.
Salah satu strategi yang paling populer untuk meningkatkan citra merek
adalah melalui aliansi merek (brand alliance). Sebuah aliansi merek dapat
digambarkan sebagai hubungan jangka pendek atau panjang atau kombinasi atribut
45
berwujud (tangibles) dan tidak berwujud (intangibles) yang terkait dengan mitra
merek. Salah satu tipe paling populer dari aliansi merek adalah kemitraan co-brand.
Co-branding dapat didefinisikan sebagai penempatan dua nama merek pada satu
produk atau paket (Lamb dan kawan-kawan, 2001:132). Fungsi berikutnya dari
citra merek adalah sebagai sumber nilai tambah produk (source of added product
value). Para pemasar mengakui bahwa citra merek tidak hanya merangkum
pengalaman konsumen dengan produk dari merek tersebut, tapi benar-benar dapat
mengubah pengalaman itu. Dengan demikian citra merek memiliki peran yang jauh
lebih kuat dalam menambah nilai produk dengan mengubah pengalaman produk.
Fungsi lain dari citra merek adalah sebagai penyimpan nilai perusahaan
(corporate store of value). Nama merek merupakan penyimpan nilai dari hasil
investasi biaya iklan dan peningkatan kualitas produk yang terakumulasikan.
Perusahaan dapat menggunakan penyimpan nilai ini untuk mengkonversi ide
pemasaran strategis menjadi keuntungan kompetitif jangka panjang. Misalnya,
merek Hallmark diuntungkan dari keputusan yang dibuat selama 1950 untuk
mensponsori beberapa program televisi berkualitas tinggi secara khusus setiap
tahun. Nama merek dengan citra yang kuat berfungsi baik sebagai indikator
maupun kekuatan dalam saluran distribusi (channel power). Ini berarti merek tidak
hanya berperan penting secara horizontal, dalam menghadapi pesaing mereka,
tetapi juga secara vertikal, dalam memperoleh saluran distribusi dan memiliki
kontrol dan daya tawar terhadap persyaratan yang dibuat distributor.
46
3.4.2. Faktor Pembentuk Citra Merek
Faktor personal dan lingkungan sangat penting sebagai awal terbentuknya
suatu citra merek, karena faktor lingkungan dan personal memengaruhi persepsi
seseorang. Faktor lingkungan yang dapat memengaruhi di antaranya adalah
atribut-atribut teknis yang ada pada suatu produk di mana faktor ini dapat dikontrol
oleh produsen. Di samping itu, sosial budaya juga termasuk dalam faktor ini. Faktor
personal adalah kesiapan mental konsumen untuk melakukan proses persepsi,
pengalaman konsumen sendiri, mood, kebutuhan serta motivasi konsumen. Citra
merupakan produk akhir dari sikap awal dan pengetahuan yang terbentuk lewat
proses pengulangan yang dinamis karena pengalaman (Arnould et all, 2005:
120-122).
Dengan demikian citra merek terbentuk dari stimulus tertentu yang
ditampilkan oleh produk tersebut, yang menimbulkan respon tertentu pada diri
konsumen. Stimulus yang muncul dalam citra merek tidak hanya terbatas pada
stimulus yang bersifat fisik, tetapi juga mencakup stimulus yang bersifat
psikologis. Ada tiga stimulus yang dapat membentuk citra merek yaitu stimulus
yang bersifat fisik, seperti atribut-atribut teknis dari produk tersebut, stimulus yang
bersifat psikologis, seperti nama merek; dan stimulus yang mencakup sifat
keduanya, seperti kemasan produk atau iklan produk. Datangnya stimulus
menimbulkan respon dari konsumen. Ada dua respon yang mempengaruhi pikiran
sesorang, yang membentuk citra merek yaitu respon rasional (penilaian mengenai
performa aktual dari merek yang dikaitkan dengan harga produk tersebut) dan
47
respon emosional (kecenderungan perasaan yang timbul dari merek tersebut).
Selain itu citra merek sering dianggap sebagai sebuah koleksi dari semua asosiasi
yang berhubungan dengan sebuah merek. Citra merek terdiri dari: faktor fisik
berupa karakteristik fisik dari merek tersebut, seperti desain kemasan, logo, nama
merek, fungsi dan kegunaan produk dari merek itu; dan faktor psikologis yang
dibentuk oleh emosi, kepercayaan, nilai, kepribadian yang dianggap oleh
konsumen menggambarkan produk dari merek tersebut. Citra merek sangat erat
kaitannya dengan apa yang orang pikirkan, rasakan terhadap suatu merek tertentu
sehingga dalam citra merek faktor psikologis lebih banyak berperan dibandingkan
faktor fisik dari merek tersebut.
3.4.3. Elemen Citra Merek
Hogan (2005:105), mengungkapkan bahwa citra merek merupakan asosiasi
dari semua informasi yang tersedia mengenai produk, jasa dan perusahaan dari
merek yang dimaksud. Informasi ini didapat dari dua cara; yang pertama melalui
pengalaman konsumen secara langsung, yang terdiri dari kepuasan fungsional dan
kepuasan emosional. Merek tersebut tidak cuma dapat bekerja maksimal dan
memberikan penampilan hasil yang dijanjikan tapi juga harus dapat memahami
kebutuhan konsumen, mengusung nilai-nilai yang diinginkan oleh konsumen dan
juga memenuhi kebutuhan individual konsumen, yang kemudian akan
berkontribusi pada hubungan dengan merek tersebut. Kedua, persepsi yang
dibentuk oleh perusahaan dari merek tersebut melalui berbagai macam bentuk
komunikasi, seperti iklan, promosi, hubungan masyarakat (public relations), logo,
48
fasilitas retail, sikap karyawan dalam melayani penjualan, dan performa pelayanan.
Bagi banyak merek, media dan lingkungan di mana merek tersebut dijual dapat
mengomunikasikan atribut-atribut yang berbeda. Setiap alat pencitraan ini dapat
berperan dalam membina hubungan dengan konsumen. Penting demi kesuksesan
sebuah merek, jika semua faktor ini dapat berjalan sejajar atau seimbang sehingga
dapat membentuk gambaran total dari merek tersebut. Gambaran inilah yang
disebut citra merek atau reputasi merek, dan citra ini bisa berupa citra yang positif
atau negatif atau bahkan keduanya.
Citra merek terdiri dari atribut obyektif atau intrinsik seperti ukuran
kemasan dan bahan dasar yang digunakan, serta kepercayaan, perasaan dan asosiasi
yang ditimbulkan oleh merek produk tersebut (Arnould et.all, 2004: 120). Citra
merek merepresentasikan inti dari semua kesan mengenai suatu merek yang
terbentuk dalam benak konsumen. Kesan-kesan ini antara lain kesan mengenai
penampilan fisik produk, kesan tentang keuntungan fungsional produk, kesan
tentang orang-orang yang memakai produk tersebut, semua emosi dan asosiasi
yang ditimbulkan produk itu, semua imaginary dan makna simbolik yang terbentuk
dalam benak konsumen, termasuk imaginary dalam istilah karakteristik manusia.
Citra pada suatu merek merefleksikan bayangan atau image dari perspektif
konsumen berdasarkan janji yang dibuat merek tersebut kepada konsumennya.
Citra merek terdiri atas asosiasi konsumen pada kelebihan produk dan karakteristik
personal yang dilihat oleh konsumen pada merek tersebut. Menurut Davis (2000:
53-72), citra merek memiliki dua elemen, yaitu pertama adalah Brand Associations
49
(Asosiasi Merek), yakni asosiasi terhadap karakteristik produk atau jasa yang
dilekatkan oleh konsumen pada merek tersebut, termasuk persepsi konsumen
mengenai janji-janji yang dibuat oleh merek tersebut, positif maupun negatif, dan
harapan mengenai usaha-usaha untuk mempertahankan kepuasan konsumen dari
merek tersebut. Suatu merek memiliki akar yang kuat, ketika merek tersebut
diasosiasikan dengan nilai-nilai yang mewakili atau yang diinginkan oleh
konsumen. Asosiasi merek membantu pemasar mengerti kelebihan dari merek yang
tersampaikan pada konsumen.
Elemen kedua adalah Brand Personality (Kepribadian Merek), yakni
serangkaian karakteristik manusia yang oleh konsumen diasosiasikan dengan
merek tersebut, seperti kepribadian, penampilan, nilai-nilai, kesukaan, gender,
ukuran, bentuk, etnis, inteligensi, kelas sosioekonomi, dan pendidikan. Hal ini
membuat merek seakan-akan hidup dan mempermudah konsumen
mendeskripsikannya, serta faktor penentu apakah konsumen ingin diasosiasikan
dengan merek tersebut atau tidak. Kepribadian dan karakter merek membantu
pemasar lebih mengerti kelebihan dan kekurangan merek tersebut dan cara
memosisikan merek secara tepat. Brand personality menjelaskan mengapa orang
menyukai merek-merek tertentu dibandingkan merek lain ketika tidak ada
perbedaan atribut fisik yang cukup besar antara merek yang satu dengan yang lain.
Sementara itu, Plummer (dalam Ratry, 2007), mengatakan bahwa citra merek
terdiri dari tiga komponen yaitu: Product Attributes (atribut produk) yang
merupakan hal-hal yang berkaitan dengan merek tersebut sendiri seperti kemasan,
50
isi produk, harga, rasa, dll; Consumer Benefits (manfaat yang dirasakan konsumen)
yang merupakan kegunaan produk dari merek tersebut; dan Brand Personality
(kepribadian merek) yang merupakan asosiasi kepribadian sebuah merek apabila
merek tersebut seorang manusia.
Menurut Kotler dan Keller (2012:262) citra merek dipersepsikan mengenai
sebuah merek sebagaiman direflekikan oleh asosiasi merek yang terdapat dalam
benak konsumen. Citra merek terdiri dari unsur-unsur berupa Attributes (atribut)
yang merupakan pendefinisian deskriptif tentang fitur-fitur yang ada dalam sebuah
produk atau jasa. Atribut produk terdiri dari product-related attributes (atribut
produk), yakni unsur-unsur yang membuat fungsi produk dapat bekerja, biasanya
berhubungan dengan komposisi fisik atau persyaratan dari suatu jasa yang
ditawarkan. Atribut lain adalah nonproduct-related attributes (atribut non produk)
yang merupakan aspek eksternal dari suatu produk yang berhubungan dengan
pembelian dan konsumsi suatu produk atau jasa, di antaranya termasuk informasi
tentang harga, kemasan dan desain produk, orang, peer group atau selebriti yang
menggunakan produk atau jasa tersebut, bagaimana dan di mana produk atau jasa
itu digunakan. Unsur lainnya adalah Benefits (manfaat), yakni nilai personal yang
dikaitkan oleh konsumen pada atribut-atribut produk atau jasa tersebut. Benefit
produk terdiri dari functional benefits yang berhubungan dengan pemenuhan
kebutuhan dasar seperti kebutuhan fisik dan keamanan atau pemecahan masalah,
experiential benefits yang berhubungan dengan perasaan yang muncul ketika
menggunakan suatu produk atau jasa, dan terakhir adalah symbolic benefits yang
51
berhubungan dengan kebutuhan akan persetujuan sosial atau ekspresi personal dan
self-esteem seseorang. Khalayak konsumen biasanya menghargai nilai-nilai prestis,
eksklusivitas dan gaya fashion dari sebuah merek karena hal-hal ini berhubungan
dengan konsep diri mereka.
Sementara itu, berkaitan dengan benefit sebuah merek, Wijaya (2011: 16),
mengungkapkan 4 (empat) macam benefit yakni, functional benefits (manfaat
merek/ produk yang mampu menjawab kebutuhan fisik konsumen), emotional
benefits (manfaat merek/ produk yang mampu menjawab kebutuhan afektif
konsumen seperti rasa aman, rasa percaya diri, rasa cinta, dan sebagainya),
symbolic benefits (manfaat merek/ produk yang mampu menjawab kebutuhan ilusif
konsumen dalam mengaktualisasi dan mengekspresikan makna diri dan
kehidupannya bagi lingkungan demi eksistensi diri) dan social benefits (manfaat
merek/ produk yang mampu menjawab kebutuhan spiritual konsumen dalam
merefleksikan diri serta mengapresiasi kehidupannya melalui kontribusi positif
bagi lingkungannya). Unsur yang lain adalah Brand Attitude (sikap merek) yang
didefinisikan sebagai evaluasi keseluruhan atas suatu merek, apa yang dipercayai
oleh konsumen mengenai merek-merek tertentu, sejauh apa konsumen percaya
bahwa produk atau jasa tersebut memiliki atribut atau keuntungan tertentu, dan
penilaian evaluatif terhadap kepercayaan tersebut –bagaimana baik atau buruknya
suatu produk jika memiliki atribut atau keuntungan tersebut. Wijaya (2011: 21),
menyebutkan bahwa brand attitude lebih merupakan sikap atau perilaku
52
komunikasi dan interaksi merek dengan konsumen yang memengaruhi citra merek
tersebut.
Dengan demikian citra merek dapat menjadi pembeda yang
mengindikasikan suatu merek lebih superior dibandingkan merek lain dalam satu
kategori produk. Pengakuan superioritas di antaranya dibangun melalui
pembentukan citra merek yang direpresentasikan oleh orang-orang yang
menggunakan merek tersebut, misalnya melalui penggunaan selebriti atau public
figure dalam iklan dan aktivitas komunikasi lainnya.
3.4.4. Dimensi Citra Merek
Adapun faktor yang membentuk suatu brand image menurut
Aaker (2004:41) dalam bukunya building strong image, sebagai berikut:
a. Identitas Merek
Dimensi pertama adalah brand identity atau identitas merek. Brand identity
merupakan identitas fisik yang berkaitan dengan merek atau produk tersebut
sehingga konsumen mudah mengenali dan membedakannya dengan merek atau
produk lain, seperti logo, warna, kemasan, lokasi, identitas perusahaan yang
memayunginya, slogan, dan lain-lain.
b. Personalitas Merek
Dimensi kedua adalah brand personality atau personalitas merek. Brand
personality adalah karakter khas sebuah merek yang membentuk kepribadian
tertentu sebagaimana layaknya manusia, sehingga khalayak konsumen dengan
53
mudah membedakannya dengan merek lain dalam kategori yang sama, misalnya
karakter tegas, kaku, berwibawa, ningrat, atau murah senyum, hangat, penyayang,
berjiwa sosial, atau dinamis, kreatif, independen, dan sebagainya.
c. Asosiasi Merek
Dimensi ketiga adalah brand association atau asosiasi merek. Brand
association adalah hal-hal spesifik yang pantas atau selalu dikaitkan dengan suatu
merek, bisa muncul dari penawaran unik suatu produk, aktivitas yang berulang dan
konsisten misalnya dalam hal sponsorship atau kegiatan social responsibility,
isu-isu yang sangat kuat berkaitan dengan merek tersebut, ataupun person,
simbol-simbol dan makna tertentu yang sangat kuat melekat pada suatu merek,
misalnya “ingat beras ingat cosmos”, art+technology=apple, bola=Djarum,
koboi=Marlboro, kulitputih=Ponds, Bola=Djarum, Surya Paloh=MetroTV,
Korupsi=Partai Demokrat, Konflik=PSSI, Gramedia=Buku, Lifebuoy=Kebersihan,
anak muda rebel=A Mild, dan sebagainya.
d. Sikap Dan Prilaku Merek
Dimensi keempat adalah brand attitude atau sikap dan perilaku merek.
Brand attitude and behavior adalah sikap atau perilaku komunikasi dan interaksi
merek dengan konsumen dalam menawarkan benefit-benefit dan nilai yang
dimilikinya. Kerap sebuah merek menggunakan cara-cara yang kurang pantas dan
melanggar etika dalam berkomunikasi, pelayanan yang buruk sehingga
memengaruhi pandangan publik terhadap sikap dan perilaku merek tersebut, atau
sebaliknya, sikap dan perilaku simpatik, jujur, konsisten antara janji dan realitas,
54
pelayanan yang baik dan kepedulian terhadap lingkungan dan masyarakat luas
membentuk persepsi yang baik pula terhadap sikap dan perilaku merek tersebut.
Jadi brand attitude & behavior mencakup sikap dan perilaku komunikasi, aktivitas
dan atribut yang melekat pada merek saat berhubungan dengan khalayak
konsumen, termasuk perilaku karyawan dan pemilik merek.
e. Manfaat dan keunggulan Merek
Dimensi kelima adalah brand benefit and competence atau manfaat dan
keunggulan merek. Brand benefit and competence merupakan nilai-nilai dan
keunggulan khas yang ditawarkan oleh suatu merek kepada konsumen yang
membuat konsumen dapat merasakan manfaat karena kebutuhan, keinginan, mimpi
dan obsesinya terwujudkan oleh apa yang ditawarkan tersebut. Nilai dan benefit di
sini dapat bersifat functional, emotional, symbolic maupun social, misalnya merek
produk deterjen dengan benefit membersihkan pakaian (functional benefit/ values),
menjadikan pemakai pakaian yang dibersihkan jadi percaya diri (emotional benefit/
values), menjadi simbol gaya hidup masyarakat modern yang bersih (symbolic
benefit/ values) dan memberi inspirasi bagi lingkungan untuk peduli pada
kebersihan diri, lingkungan dan hati nurani (social benefit/ values). Manfaat,
keunggulan dan kompetensi khas suatu merek akan memengaruhi brand image
produk, individu atau lembaga/ perusahaan tersebut.
3.5. Keputusan Pelanggan
Menurut Mowen dan Minor (2001), pengambilan keputusan pelanggan
meliputi semua proses yang dilalui konsumen dalam mengenali masalah, mencari
55
solusi, mengevaluasi alternative, dan memilih diantara pilihan-pilihan pembelian
mereka. Keputusan dibuat oleh hampir semua orang baik secara perorangan
(individual), atas nama pribadinya sendiri, oleh pimpinan suatu organisasi,
maupun atas nama kelompok seperti ketua fraksi atau pimpinan buruh, dan lain
sebagainya. Penulis uraikan berdasarkan pendapat tersebut bahwa pengertian
pengambilan keputusan konsumen (consumer decision making) adalah merupakan
suatu proses pengintegrasian yang mengkomunikasikan pengetahuan untuk
mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternative, dan memilih salah satu
diantaranya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2009), keputusan adalah
sesuatu yang berkaitan dengan putusan, segala sesuatu yang telah ditetapkan.
Setiap pelanggan melakukan berbagai macam keputusan mengenai aktifitas
kehidupan. Seringkali berbagai macam keputusan harus dilakukan oleh setiap
konsumen pada setiap hari.
Schiffman dan Kanuk (2008), mendefinisikan suatu keputusan sebagai
pemilihan suatu tindakan dari dua atau lebih pilihan alternatif. Pada saat pelanggan
membeli sebuah produk, umumnya pelanggan mengikuti suatu proses atau tahapan
dalam pengambilan keputusan, terdapat lima tahapan yaitu :
(1) pengenalan kebutuhan,
(2) pencarian informasi,
(3) evaluasi alternatif,
(4) keputusan pembelian,
(5) perilaku pascapembelian.
56
Keputusan pembelian adalah tahap dalam proses pengambilan keputusan
pembeli di mana konsumen benar-benar membeli. Pengambilan keputusan
merupakan suatu kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam
mendapatkan dan mempergunakan barang yang ditawarkan oleh produsen
Kotler&Armstrong (2006).
Hasil dari proses pengintegrasian ini adalah suatu pilihan (choice), yang
disajikan secara kognitif sebagai keinginan berperilaku. Schiffman dan Kanuk
(2008), menyatakan bahwa secara umum, keputusan adalah pemilihan dari dua
atau lebih alternative pilihan. Sebaliknya jika konsumen tidak memiliki alternative
untuk memilih maka tidak dapat dikategorikan sebagai pengambilan keputusan.
Peter dan Olson (2002), mendefinisikan pengambilan keputusan sebagai proses
pengintegrasian yang melibatkan pengetahuan untuk mengevaluasikan dua atau
lebih alternative, dan memilih salah satu diantaranya.
Inti dari pengambilan keputusan ialah terletak dalam perumusan sebagai
alternative tindakan sesuai dengan yang sedang dalam perhatian dan dalam
pemilihan alternative yang tepat setelah suatu evaluasi (penilaian) mengenai
efektivitasnya dalam mencapai tujuan yang dikehendaki oleh pengambil
keputusan (Supranto, 2009). Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa pengertian pengambilan keputusan menggunakan jasa adalah merupakan
proses memilih salah satu diantara banyak alternatif untuk mendapatkan
pelayanan yang diinginkan melalui evaluasi pemikiran yang telah terjadi
sebelumnya.
57
Keputusan pelanggan menurut Schiffman dan Kanuk (2008), adalah the
selection of an option from two or alternative choice. Jadi, keputusan pelanggan
merupakan suatu tindakan selektif seseorang dimana dia memilih dan menentukan
salah satu dari beberapa alternative pilihan yang ada. Sebelum melakukan
keputusan, pelanggan selalu melakukan beberapa pemikiran dan pertimbangan.
Konsumen pada umumnya memilih suatu produk atau jasa yang sesuai dengan
keinginan mereka, serta mampu memenuhi kebutuhannya. Menurut model Kotler
dan Keller (2012:197), proses pengambilan keputusan konsumen sebagai berikut:
1. Pengenalan masalah atau kebutuhan,
Proses ketika pembeli mengenali masalah atau kebutuhan. Kebutuhan
tersebut dapat dicetuskan oleh rangsangan internal ataupun eksternal.
2. Pencarian informasi,
Konsumen yang terangsang kebutuhannya akan terdorong untuk mencari
informasi yang lebih banyak seputar produk.
3. Evaluasi alternative,
Konsumen memandang masing-masing produk sejenis sebagai
sekumpulan atribut dengan tingkat kemampuan yang berbeda-beda dalam
memberikan manfaat yang digunakan untuk memuaskan kebutuhan
tersebut
4. Keputusan penggunaan,
Konsumen dapat memilih untuk membeli produk dari berbagai pilihan
yang paling mereka sukai
58
5. Perilaku Pasca Penggunaan
Setelah pembelian, konsumen mungkin mengalami ketidaksesuaian
fitur-fitur tertentu yang mengganggu, atau mendengar informasi lain yang
menyenangkan tentang produk lain
Menurut Kotler (2012:211), menyebutkan bahwa keputusan konsumen
adalah sebuah proses yang dilakukan konsumen dalam melakukan pembelian
sebuah produk barang ataupun penggunaan suatu jasa. Pengertian keputusan
konsumen adalah tahap dalam proses pengambilan keputusan dimana konsumen
benar-benar menggunakan jasa atau produk. Pengambilan keputusan merupakan
suatu kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan
menggunakan jasa dan produk yang ditawarkan. Gambar 3.1 berikut adalah
merupakan tahapan proses keputusan pembelian model Kotler:
Sumber: Kotler dan Keller (2012:197)
Gambar 3.1 Tahapan proses keputusan pembelian Model Kotler
Menurut Umar (2008), proses pembelian diawali keetika sesorang
mendapatkan stimulus (pikiran, tindakan, atau motivasi) yang mendorong dirinya
untuk mempertimbangkan pembelian barang atau jasa tertentu. Stimulus tersebut
berupa:
1. Isyarat komersial (comercial cues) yaitu kejadian atau motivasi yang
Pengenalan
Masalah
Keputusan
Pembelian
Pencarian
Informasi
Evaluasi
Alternatif
Perilaku
Purnabeli
59
memberikan stimulus bagi konsumen untuk melakukan pembelian, sebagai
hasil usaha promosi perusahaan.
2. Isyarat sosial (social cues) yaitu stimulus yang didapatkan dari kelompok
referensi yang dijadikan panutan atau acuan oleh seseorang, dimana bisa
diklasifikasikan berdasarkan beberapa kategori, diantaranya frekwensi ontak,
sifat keanggotaan, formalitas, dan lkemampuan atau kebebasan anggota
kelompok untik memilih.
3. Isyarat fisik (physical cues) yaitu stimulus yang ditembulkan karena rasa
haus, lapar, lelah, dan isyarat biologis lainnya.
3.6. Penelitian Terdahulu
Berikut adalah penelitian-penelitian terdahulu yang berhubungan dengan
penilitian yang penulis sedang lakukan, dan merupakan referensi bagi penulis
untuk melakukan penelitian ini, seperti terlihat pada Tabel 3.1 sebagai berikut:
Tabel 3.1. Matrik Review Penelitian Sebelumnya
No Penulis Judul Penelitian Hasil Penelitian
1 Ahire dan
Waller (2006)
Management
perception of the
link between
product quality
and customers'
view of product
quality
Ada hubungan yang kuat antara persepsi
manager terhadap kualitas produk
dengan persepsi manajer akan
pandangan pelanggan terhadap kualitas
produk perusahaan. Kurangnya
pengenalan kualitas produk oleh
manajemen bukan merupakan suatu
alasan bahwa manajemen tidak
komitmen terhadap kualitas
60
2 Lee et. all
(2001)
The knowledge
value of customers
and employees in
product quality
Bahwa jika organisasi gagal memahami
fitur yang berbeda dalam Knowledge
Management yang mempengaruhi
kualitas produk, maka mereka gagal
untuk memanen nilai penuh Knowledge
Management
3 Hinterhuber
(2008)
Customer
value-based
pricing strategies:
why companies
resist
pemahaman yang luas tentang
keunggulan strategi penetapan harga
berbasis nilai pelanggan memberikan
serangkaian solusi untuk mengatasi
hambatan gap strategi harga dan
penjualan
4 Hinterhuber
dan Liozu
(2012)
Is It Time to
Rethink Your
Pricing Strategy?
Bahwa mengembangkan dan
menerapkan program pricing
berdasarkan nilai pelanggan merupakan
proyek multiyear yang menuntut tingkat
tinggi perhatian eksekutif dan
membutuhkan perubahan substansial
dalam proses dan berpikir dalam
perusahaan guna memenangkan
pelanggan
5 Theotokis
(2011)
Effects of
expiration
date-based pricing
on brand image
perceptions
Pricing yang tepat memberikan
persepsi citra merek pada benak
konsumen
6 Puig-Juboy
(2010)
Impact of
European
Pharmaceutical
Price Regulation
on Generic Price
Competition: A
Review
Persentase diskon yang ditawarkan ke
apotik di negara yang menggunakan
sistem harga-cap dikombinasikan dengan
referensi harga, secara positif dan
signifikan terkait dengan jumlah pesaing
generik di pasar farmasi
7
Choi (2008)
Optimal retail
pricing of a store
brand (Journal)
Bahwa dalam memberikan keputusan
harga untuk merek toko berkaitan
dengan harga merek nasional yang
sesuai.
61
8 Schaefer dan
Pettijohn
(2006)
The relevance of
authenticity in
personal selling:
is genuineness an
asset or liability?
Bahwa hasil penelitian memberikan
implikasi terhadap personal selling,
praktek manajemen penjualan, dan
penelitian yang ditawarkan
9 Powersdan
Bowers
(2011)
Challenges and
opportunities for
personal selling
Bahwa meskipun kegiatan penjualan
terjadi dalam industri perawatan
kesehatan, penjualan masih jauh dari alat
manajemen yang terintegrasi
10 Wang dan
Tsai (2014)
The relationship
between brand
image and
purchase
intention:
evidence from
award winning
mutual funds
Akhirnya, hasil dari pemodelan
persamaan struktural menunjukkan
bahwa ada efek positif dan langsung
antara citra merek, persepsi kualitas,
nilai yang dirasakan, dan niat beli. Brand
image memang meningkatkan minat beli
investor.
11 Kremer dan
Viot (2012)
How store brands
build retailer
brand image
Hasil menunjukkan bahwa imej toko
tidak hanya menguntungkan imej retail
tetapi juga berkontribusi untuk perbaikan
citra retail.
12 Cao dan
Schneiderjans
(2011)
Consumer
Perceptions of
Product Quality
Revisited: Made in
China
Hasil menunjukkan secara kebutuhan
lanjutan, substansial, dan konsisten
untuk produsen Cina untuk
memfokuskan upaya tambahan untuk
memperbaiki kualitas produk di hampir
semua lini produk
13 Yu (2008) Pharmaceutical
Quality by Design:
Product and
Process
Development,
Understanding,
and Control
Pelaksanaan QbD akan memungkinkan
transformasi kimia, manufaktur, dan
kontrol menjadi penilaian berbasis
ilmu pengetahuan farmasi berkualitas
14 Li and He
(2014)
CSR and Service
Brand: The
Mediating Effect of
Brand
Identification and
Studi ini menemukan bahwa kedua CSR
dan SQ memiliki efek langsung pada
identifikasi merek dan kepuasan
pelanggan dan memiliki efek tidak
langsung pada kepuasan pelanggan
62
Moderating Effect
of Service Quality
(melalui identifikasi merek) dan pada
layanan loyalitas merek (melalui
kepuasan pelanggan dan melalui
"identifikasi merek / kepuasan
pelanggan")
15 Moutinho and
Bian (2011)
European Jurnal:
The role of brand
image, product
involvement, and
knowledge in
explaining
consumer
purchase
behaviour of
counterfeits
Personal brand memainkan peran yang
lebih dominan dalam menjelaskan niat
beli konsumen terhadap perilaku
pembelian konsumen dari pada faktor
lainnya (misalnya manfaat dan atribut
produk). Keterlibatan / pengetahuan
tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap niat beli
16 B2B
International
(2012)
Brand, Brand
values and brand
image
Bahwa inti dari kesuksesan brand adalah
differentiation dan brand juga harus
terhubung dengan sebuah strategy yang
tepat.kesuksesan brand berdampak besar
bagi perusahaan.
17 Utami (2011) Analisis peengaruh
harga dan promosi
terhadap penjualan
tiket pada PT
Maniela
Tours&Travel di
makasar
Harga dan promosi mempunya pengaruh
secara positif dan signifikan terhadap
penjualan tiket di PT Maniela Tours &
Travel baik secara parsial maupun
simultan
18
Jayadi (2012)
Analisis kualitas
produk, harga,
promosi dan
layanan purna jual
terhadap keputusan
pembelian motor
Yamaha
Kualitas produk, harga, promosi dan
layanan purna jual berpengaruh secara
positif dan signifikan terhadap keputusan
pembelian motor Yamaha
secara parsial maupun simultan
63
19 Arumsari
(2012)
Analisis kualitas
produk, harga,
promosi terhadap
keputusan
pembelian air
minum dalam
kemasan Aqua
Kualitas produk, harga, promosi dan
layanan purna jual berpengaruh secara
positif dan signifikan terhadap keputusan
pembelian air minum dalam kemasan
baik
secara parsial maupun simultan
20 Aji (2006) Analisis pengaruh
produk, harga,
distribusi dan
promosi terhadap
keputusan
pembelian pada
‘Gede Swalaya
Boyolali)
Secara parsial variabel harga dan promosi
berpengaruh secara positif dan signifikan
terhadap keputusan pembelian konsumen
sedangkan variabel prduk dan
distribusimerupakan faktor yang tidak
berpengaruh terhadap keputusan
pembelian konsumen
21 Sukmawati
(2011)
Pengaruh Kualitas
Layanan, Harga,
dan Kepuasan
Pelanggan
Terhadap Loyalitas
Pelanggan Jasa
Transportasi
Kereta Api
Eksekutif
Kualitas layanan berpengaruh baik
secara langsung maupun tidak langsung
terhadap loyalitas pelanggan. Harga juga
memiliki pengaruh terhadap kepuasan
pelanggan. Kepuasan pelanggan
memiliki pengaruh terhadap loyalitas
pelanggan.
22 Sulistyari
(2012)
Analisis pengaruh
Citra Merek,
Kualitas Produk,
dan Harga
terhadap minat beli
produk Oriflame
(Studi kasus
mahasiswi
Fakultas Ekonomi
dan Bisnis jurusan
Management
UNDIP
Hasil uji reliabilitasi menunjukkan
bahwa konsep variabel Citra Merek,
Kualitas produk, Harga dan Minat Beli
layak digunakan sebagai alat ukur.
Pengujian atas hipotesis yang diajukan
menunjukkan bahwa ketiga hipotesis
telah memenuhi syarat diterima yaitu t
hitung > t table dengan Probability
<0,05.
23
Zulfikar
(2011)
Analisis pengaruh
Bauran pemasaran
terhadap keputusan
pembelian (Studi
Persamaan Regresi Y=0,250
X1+0,335+0,204X3+0,248X4 Dimana
harga memiliki pengaruh paling besar
terhadap keputusan pembelian sebasar
64
pada rumah Oase
Batik Pekalongan)
0,335 kemudian diikuti variabel produk
dan variabel distribusi.
24
Budi (2013)
Pengaruh Produk,
Promosi, Harga
dan Distribusi
terhadap keputusan
pembelian
Pelanggan
Dimana harga memiliki pengaruh paling
besar terhadap keputusan pembelian
kemudian diikuti variabel produk dan
variabel distribusi.
25
Nurmalitasari
(2013)
Pengaruh Bauran
Pemasaran
Terhadap
Keputusan
Pembelian Melalui
Minat Beli Kios
Pasar Klender
Bauran Pemasaran berpengaruh terhadap
Keputusan Pembelian melalui Minat
Beli Kios Pasar Klender
26
Rimayati
(2007)
Analisis pengaruh
diferensiasi produk
dan citra merek
terhadap motivasi
pemebelian Honda
Supra X 125 pada
PT Astra Motor
Bekasi
Hasilnya terdapat pengaruh diferensiasi
produk dan citra merek terhadap
motivasi pemebelian Honda Supra X
125 pada PT Astra Motor Bekasi baik
secara parsial maupun simultan.
27
Setiawati
(2012)
Studi kepuasan
pelanggan untuk
mencapai loyalitas
pelanggan
Hasil analisis SEM memeuhi kriteria
Goodness of Fit Index, yaitu berikut
nilai Chi-Square: 68.372, significance
probability: 0.079. dari analisis data
terlihat bahwa semua hipotesis dapat
diterima, maka dapat disimpulkan bahwa
model penelitian ini dapat diterima.
28
Bass (1997)
Personal selling
and
transactional/transf
ormational
leadership (Jurnal)
Personal selling dan leadership keduanya
saling terlibat dalam memberikan
pengaruh, pardigma baru bahwa
transaksional dan transformasional
mampu meningkatkan penjualan
65
29 Beneke et.all
(2013)
The influence of
perceived product
quality, relative
price and risk on
customer value
and willingness to
buy: a study of
private label
merchandise
Terdapat hubungan yang kuat bahwa
kualitas produk, harga mempengaruhi
konsumen dalam memutuskan untuk
membeli
30
Aisha
(2013)
Analisis pengaruh
kualitas produk
dan kualitas
pelayanan terhadap
citra merek PT
Bank Sumut pada
nasabah PT. Bank
Sumut cabang
Medan Iskandar
Muda
Terdapat pengaruh kualitas produk dan
kualitas pelayan terhadap citra merek
PT. bank Sumut Cabang Medan Iskandar
Muda
31
Mirahwaty
(2012)
Pengaruh iklan dan
personal selling
terhadap brand
image dan
dampaknya pada
repurchase di PT.
Pindo Deli Pulp
and Paper Mills
Hasil analisis menunjukan pengaruh
iklan dan personal selling terhadap brand
image dan secara tidak langsung ber
dampak pada repurchase di PT. Pindo
Deli Pulp and Paper Mills
32 Richame
(2005)
Consumer
Decision-Making
Models, strategies
and theories
Aplikasi 3 decision making theories, the
seven decision making strategies, dan
the two marketing theories secara
bersama-sama dalam sebuah praktek
marketing.
33 Sharma dan
Pillai (1996)
Customers'
decision-making
styles and their
preference for sales
strategies:
Conceptual
examination and an
empirical study
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pelanggan bisnis dapat dikelompokkan
berdasarkan gaya pengambilan
keputusan mereka. Juga, gaya
pengambilan keputusan perusahaan itu
tercermin dalam gaya pengambilan
keputusan individu
Sumber: Data Sekunder diolah (2014)
66
^
^
3.7. Kerangka Pemikiran
Sumber: Sarwono (2007:24-27)
Gambar 3.2 Kerangka Pemikiran
Model Struktur persamaan dari kerangka pemikiran di atas yaitu :
Y = P X1 Y + P X2 Y + P X3 Y + €1
Z = P X1 Z + P X2 Z + P X3 Z + P Y Z + €2
Dimana:
Y sebagai variabel dependen citra merek
Z sebagai variabel dependen keputusan pembelian
PZX2
PZX1
H2
H1
R2 F_hitung
R2 F_hitung
rX2X3
Personal
Selling
X3
€2
rX1X3
€1
PYX3
rX1X2
PZX3
PYX1
Citra Merek
Y
Keputusan
Customer
Z
Kualitas
Produk
X1
Harga
X2 PYX2
H3
H4
H5
H6
H7
H9
H8
67
X1 sebagai variabel independen kualitas produk
X2 sebagai variabel independen harga
X3 sebagai variabel independen personal selling
P sebagai koefisien jalur
€ sebagai residual
Dalam model analisis ini, terdapat independent variable, dependent
variable serta variabel perantara (moderating variable). Independent variable
adalah variabel yang mempengaruhi variabel terikatnya, dependent variable
merupakan variabel yang dapat diukur, diprediksi, atau dengan kata lain dapat
dimonitor dan diharapkan dipengaruhi oleh variabel bebas (Zimmer dan
Scarborought, 2004). Sedangkan variabel perantara adalah variabel yang secara
teoritis mempengaruhi hubungan variabel yang sedang diteliti, tetapi tidak dapat
dilihat.
3.8. Hipotesis
Dari kerangka pikir diatas dapat dihipotesis sebagai berikut:
H1, H2, H3: Bahwa kualitas produk, harga, dan penjualan personal
masing-masing secara individu terdapat pengaruh terhadap citra
merek.
H4: Bahwa kualitas produk, harga dan penjualan personal secara
bersama-sama terdapat pengaruh terhadap citra merek
H5, H6, H7: Bahwa kualitas produk, harga dan penjualan personal masing-masing
secara individu terdapat pengaruh terhadap keputusan pelanggan
68
memilih Sebivo untuk terapi Heptitis B kronis
H8: Bahwa terdapat pengaruh citra merek terhadap keputusan pelanggan
memilih Sebivo untuk terapi Heptitis B kronis
H9: Bahwa kualitas produk, harga, penjualan personal, dan citra merek
secara bersama-sama terdapat pengaruh terhadap keputusan
pelanggan memilih Sebivo untuk terapi Heptitis B kronis
68
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1. Desain Penelitian
Rancangan riset yang digunakan adalah pendekatan secara konklusif artinya
riset yang dirancang bersifat kuantitatif untuk membantu pembuat keputusan dalam
menentukan, mengevaluasi serta memilih rangkaian tindakan yang harus diambil
pada situasi tertentu dan bersifat kausalitas artinya jenis riset konklusif yang tujuan
utamanya adalah mendapatkan bukti mengenai hubungan sebab akibat. Adapun
maksud desain kausalitas yaitu :
a) Untuk memahami variabel mana yang mempengaruhi (variabel independen)
dan variabel mana yang merupakan akibat (variabel dependen) pada fenomena
tertentu
b) Untuk menentukan sifat hubungan antara variabel independen dan pengaruh
yang akan diperkirakan.
4.2. Data dan Metode Pengumpulan Data
4.2.1. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan bersumber dari data Primer dan data Sekunder :
1) Data Primer, yaitu Data yang secara langsung diperoleh dari responden
dengan cara penyebaran kuesioner kepada para nasabah yang terpilih
dan wawancara. Data primer mengacu pada informasi yang diperoleh
dari tangan pertama oleh peneliti yang berkaitan dengan variabel minat
69
untuk tujuan spesifik studi. Kuesioner kepada responden dengan
menggunakan Skala Likert pada Kuesioner dengan 5 tingkat jawaban (5
Sangat Setuju – 1 Sangat tidak setuju)
2) Data Sekunder menurut literatur adalah data yang mengacu pada
informasi yang dikumpulkan dari sumber informasi yang telah ada
(Sekaran, 2006:60). Data ini diperoleh dari pihak-pihak lain, di mana
dalam hal ini data sekunder diperoleh dari dari perusahaan PT. Novartis
Indonesia ataupun pihak lain seperti PPHI yang berhubungan dengan
obyek penelitian untuk mendukung data primer, literatur-literatur terkait
dan sumber-sumber lain yang mendukung.
4.2.2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk pengumpulan data dengan cara angket
(kuesioner), wawancara, dan studi pustaka.
a. Teknik Angket atau kuesioner adalah adalah suatu cara pengumpulan data
dengan menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden, dengan harapan
mereka dapat memberikan respon terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Dalam penelitian ini responden diminta menjawab beberapa tanggapan
terhadap variabel pengaruh kualitas produk, harga, dan penjualan personal
terhadap citra merek serta implikasinya dalam keputusan pelanggan
memilih Sebivo dalam Terapi Hepatitis B Kronis di Jakarta Utara.
b. Wawancara
70
Suatu cara pengumpulan data melalui wawancara langsung dengan
responden dengan menyiapkan daftar pertanyaan terstruktur yang
digunakan untuk memperoleh informasi mengenai penilaian responden
mengenai obyek penelitian. Metode wawancara merupakan percakapan dua
arah atas inisiatif pewawancara untuk memperoleh informasi dari
responden. Adapun keuntungan menggunakan wawancara adalah
pewawancara dapat menggunakan kemampuannya untuk mengeksplorasi
topik penelitian secara lebih mendalam, dan melakukan kontrol atas
pertanyaan yang diajukan, serta mengatasi situasi-situasi unik yang
mungkin dihadapi.
c. Studi Pustaka
Teknik pengumpulan data sekunder yang relevan dengan mempelajari
berkas-berkas dari beberapa sumber, antara lain perpustakaan, media cetak
dan referensi lainnya yang relevan dengan objek penelitian yang
dipergunakan untuk melengkapi penyusunan Tesis ini.
4.3. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Pengukuran Variabel
4.3.1. Variabel Penelitian
Menurut Tjiptono (2012:38), variabel penelitian adalah suatu atribut, sifat,
atau nilai dari orang, obyek, atau kegiatan yang mempunayai variasi tertentu yang
ditetapkan peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulanya. Semua
butir pertanyaan dari keseluruhan variabel akan di ukur menggunakan skala likert
menurut Kuncoro (2009:178), likert scale, dimana responden menyatakan tingkat
setuju atau tidak setuju mengenai berbagai pernyataan mengenai perilaku, objek,
71
orang, atau kejadian. Biasanya skala yang dipakai terdiri dari lima atau tujuh titik.
Skala-skala ini nantinya akan dijumlahkan untuk mendapatkan gambaran mengenai
kualitas produk, persepsi harga, citra merek, dan keputusan pelanggan. Pilahan
jawaban yang tersedia adalah: Sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju, sangat tidak
setuju.
Variabel penelitian terdiri atas dua macam, yaitu variable terikat (dependent
variable) atau variable yang tergantung dari variable lainnya dan variable bebas
(independent variable) atau variable yang tidak tergantung pada variable lainnya.
Variabel-variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah:
1. Variable terikat (dipendent variable), yaitu citra merek (Y) dan
keputusan pelanggan memilih Sebivo (Z)
2. Variable tidak terikat (independent variable), yaitu
a. Kualitas Produk (X1)
b. Harga (X2)
c. Penjualan Personal (X3)
Skala pengukuran variabel menggunakan skala interval dengan jarak antar
data memiliki interval yang relative sama. Selanjutnya dari indikator-indikator
variabel bebas tersebut disussun pertanyaan yang masing-masing item diberi skor
dalam skala instrumen menggunakan Skala Likert.
Skala Likert merupakan skala pengukuran dengan lima kategori yang
mengharuskan responden menentukan derajat persetujuan atau ketidaksetujuan
terhadap masing-masing pernyataan mengenai obyektif stimulus (Malhotra,
2004:298). Dalam penelitian skala Likert diukur dengan pemberian skor dari 1
72
sampai 5. Jawaban setiap instrumen yang menggunakan skala Likert mempunyai
gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif.
Menurut Umar (2005:99), Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap
seseorang terhadap sesuatu. Dalam penelitian ini kuisioner disusun dengan
menggunakan Skala Likert dengan skor skala 5 peringkat, yaitu terdiri dari :
a. Sangat Setuju (SS), diberi bobot nilai 5
b. Setuju (S), diberi bobot nilai 4
c. Netral (N), diberi bobot nilai 3
d. Tidak Setuju (TS), diberi bobot nilai 2
e. Sangat Tidak Setuju (STS), diberi bobot nilai 1
4.3.2. Definisi Operasional Pengukuran Variabel
Definisi operasional merupakan penjabaran konsep atau variabel penelitian
dalam rincian yang terukur (indikator penelitian). Dengan kata lain, operasional
variabel akan menunjuk alat pengambilan data yang cocok digunakan atau mengacu
pada bagaimana mengukur suatu variabel penelitian.
Pengertian lain dari definisi operasional adalah unsur penelitian yang
memberitahukan bagaimana cara mengukur suatu variabel, atau semacam petunjuk
pelaksanaan bagaimana cara mengukur suatu variabel (Singarimbun & Efendi,
2006:46). Dengan demikian operasional variabel merupakan proses penguraian
variabel penelitian ke dalam sub variabel, dimensi, indikator sub variabel, dan
pengukuran. Adapun syarat penguraian operasionalisasi dilakukan bila dasar
konsep dan indikator masing-masing variabel sudah jelas.
73
Secara rinci, definisi operational variabel penelitian ini dapat dikemukakan
sebagaimana variabel-variabel tersebut dioperasionalkan dalam penelitian ini,
dilihat pada Tabel 4.1 dan 4.2.
Tabel 4.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian
NO VARIABEL DIMENSI INDIKATOR
X1 Kualitas
Produk
Kinerja produk
1 Respon terapi dalam bulan ke-3
2 PCR- bulan ke-6
Griffin (2005:107),
dalam buku
Menumbuhkan
dan
mempertahankan
kesetiaan
pelanggan
3 Normalisasi ALT bulan ke-6
4 Terjadi serokonversi bulan ke-6
5 Resisten rendah
Fitur produk
1 Supresi virus tinggi
2 Normalisasi ALT
3 Terjadi serokonversi
4 Efek samping aman
5 Meningkatkan kualitas hidup
Reliabilitas
1 Aman dalam tahapan terapinya
2 Kepatuhan terjaga
3 Dapat dikonsumsi kapanpun
4 Aman untuk konsumsi jangka panjang
5 Original produk
Kesesuaian
1 Sesuai kebutuhan road map terapi
2 Produk sesuai rekomendasi
3 Produk sesuai untuk ras asia
4 Sesuai dengan tujuan terapi
5 Produk untuk terapi hepatitis b kronis
Kemanfaatan
1 Masa pakai produk panjang
2 Untuk wanita dan pria
3 Efek samping aman
4 Kulitas hidup meningkat
5 Memperbaiki fungsi hati
X2 Harga
Keterjangkauan
harga produk
1 Harga produk terjangkau
Budiadi (2009)
dalam jurnal:
Analisis
2 Harga produk tidak membebani terapi
3 Harga termasuk murah
74
Pengaruh
Persepsi Harga
Terhadap
Perilaku
Pembelian
Produk Sehari-hari
4 Harga tidak menjadi pertimbangan
5 Harga bukan alasan tidak menggunakan produk
Kesesuaian harga dengan kualitas
produk
1 Harga sesuai dengan kualitas produk
2 Harga relatif sesuai dengan kualitas produk
3 Harga mencerminkan kualitas produk
4 Harga tidak ada hubungan dengan kualitas produk
5 Harga ada hubungannya dengan kualitas produk
Daya saing harga
produk
1 Harga masuk akal
2 Harga kompetitor lebih murah
3 Memilih harga yang lebih murah
4 Harga kompetitor lebih mahal
5 Harga bukan pertimbangan
Kesesuaian harga
dengan manfaaat
produk
1 Harga sesuai manfaat
2 Harga tidak sesuai dengan manfaat
3 Harga terlalu mahal untuk manfaat yang
diberikan
4 Harga sama sekali tidak mencerminkan manfaat
5 Harga mencerminkan manfaat
Klaim
penggantian biaya
1 Reimburse kantor
2 Asuransi produk
3 Produk masuk BPJS
4 Pertimbangan penggantian biaya
5 Tidak mempertimbangkan penggantian biaya
X3 Penjualan
Personal
Hubungan
1 Pesan disampaikan di waktu tepat
2 Konsultan Produk memiliki pengetahuan yang
baik
3
Konsultan Produkm memiliki gaya bicara yang
baik Nice Academy
PT Novartis
Indonesia
(2014): Novartis
Customer
Solution Model
4 Memiliki sikap yang santun 5 Menemui secara teratur
Komunikasi
Produk
1 Fungsi product disampaikan dengan baik
2 Tujuan terapi disampaikan dengan baik
3 Menyampaikan posisioning produk dengan baik
4 Menggunakan pilihan kalimat yang tepat
5 Penjelasan fitur produk mudah dimengerti
Tanggung Jawab 1 Konsultan Produk mudah dihubungi
2 Tepat waktu bila ada janji
75
3 Menemui pelanggan secara teratur
4 Memberikan literatur yang tepat
5 Menyampaikan informasi event dengan tepat
Menjawab
Masalah
Pelanggan
1 Menjawab obstacle dengan tepat
2 Menerangkan masalah Pelanggan dengan tepat
3 Cepat dalam membantu menyelesaikan masalah
4 Sikap Profesional dalam penanganan masalah
5 Memberikan informasi solusi terhadap masalah
Kompetensi
1 Memiliki komunikasi yang baik
2 Menjelaskan fungsi produk dengan jelas
3 Memiliki scientific knowledge yang memadai
4 Menyelesaikan masalah penuh tanggung jawab
5 Disiplin menjalin hubungan dengan pelanggan
Y Citra Merek
Manfaat dan
keunggulan
produk
1 Spesifikasi produk yang ditawarkan jelas
Aaker (2004:41)
dalam bukunya
building strong
image
2 Jaminan dan keamanan produk yang baik
3 PCR- dalam 6 bulan
4 Memberikan proses terapi yang baik
5 Memberikan respon terapi yang optimal
Personalitas
merek
1 kehandalan layanan yang diberikan
2 manfaat yang dirasakan
3 fasilitas yang lengkap
4 nformasi yang diberikan
5 fitur produk
Sikap dan perilaku
merek
1 Produk mudah didapatkan bertransaksi
2 Produk yang konsisten
3 Produk terdapat kesesuaian kebutuhan
4 Produk yang lengkap memenuhi standar
5 Produk dilayani tepat waktu
Asosiasi merek
1 Optimal hasil terapi
2 Efek samping aman
3 Kualitas hidup meningkat selama terapi
4 Aman dari keluhan
5 Kenyamanan selama terapi
Manfaat dan
keunggulan merek
1 Stop terapi (PCR-)
2 Kualitas produk optimal
76
3 Spesifikasi produk
4 Supresi virusnya optimal
5 Optimal kinerja serokonversinya
Z Keputusan
Pelanggan
memilih Sebivo Pencarian
Informasi
1 Menanyakan histori penyakit
2 Pemeriksaan Alt
3 Pemeriksaan HBsAg
4 Memberikan penyuluhan pada pasien awan
Kotler dan
Keller
(2012:197)
dalam buku
Manajemen Marketing
5 Menginformasikan proses terapi hingga selesai
Pengenalan
kebutuhan
1 Sesuai dengan roadmap yang tepat
2 literatur berkaitan dengan tata laksana terapi
3 Pemeriksaan HBVDNA bulan ke-3
4 Pemeriksaan HBVDNA bulan ke-6
5 Memeriksa efek samping pasien
Cepat
Memutuskan
1 Menggunakan produk dengan HbSAg+
2 Sessuai need pasien
3 Merasakan manfaat yang nyata
4 Sesuai dengan tujuan & kebutuhan pasien
5 Menggunakan produk/jasa karena manfaatnya
Penilaian
Alternatif
1 Supresi virus menjadi pertimbangan
2 Serokonvessi menjadi pertimbangan
3 Resistensi menjadi pertimbangan
4 Harga menjadi pertimbangan
5 Efek keamanan menjadi pertimbangan
Perilaku Purna
pemilihan
1 Merekomendasikanproduk kepada juniornya
2 Selalu menggunakan produk yang sama
3 Menggunakan produk kompetitor
4 Mempromosikan produk kepada koleganya
5 Merasa menjadi bagian dari produk dengan
mengikuti kegiatan-kegiatan promosinya
82
Variabel
Dimensi
Dimensi
(Y1) (Y2) (Y3) (Y4) (Y5) (Z1) (Z2) (Z3) (Z4) (Z5)
Kinerja (X1.1) r X1.1.Y1 r X1.1.Y2 r X1.1.Y3 r X1.1.Y4 r X1.1.Y5 r X1.1.Z1 r X1.1.Z2 r X1.1.Z3 r X1.1.Z4 r X1.1.Z5
Fitur produk (X1.2) r X1.2.Y1 r X1.2.Y2 r X1.2.Y3 r X1.2.Y4 r X1.2.Y5 r X1.2.Z1 r X1.2.Z2 r X1.2.Z3 r X1.2.Z4 r X1.2.Z5
Reliabilitas (X1.3) r X1.3.Y1 r X1.3.Y1 r X1.3.Y3 r X1.3.Y4 r X1.3.Y5 r X1.3.Z1 r X1.3.Z2 r X1.3.Z3 r X1.3.Z4 r X1.3.Z5
Kesesuaian (X1.4) r X1.4.Y1 r X1.4.Y1 r X1.4.Y3 r X1.4.Y4 r X1.4.Y5 r X1.4.Z1 r X1.4.Z2 r X1.4.Z3 r X1.4.Z4 r X1.4.Z5
Kemampuan layanan (X1.5) r X1.5.Y1 r X1.5.Y1 r X1.5.Y3 r X1.5.Y4 r X1.5.Y5 r X1.5.Z1 r X1.5.Z2 r X1.5.Z3 r X1.5.Z4 r X1.5.Z5
Keterjangkauan (X2.1) r X2.1.Y1 r X2.1.Y1 r X2.1.Y3 r X2.1.Y4 r X2.1.Y5 r X2.1.Z1 r X2.1.Z2 r X2.1.Z3 r X2.1.Z4 r X2.1.Z5
Kesesuaian atas kualitas (X2.2) r X2.2.Y1 r X2.2.Y1 r X2.2.Y3 r X2.2.Y4 r X2.2.Y5 r X2.2.Z1 r X2.2.Z2 r X2.2.Z3 r X2.2.Z4 r X2.2.Z5
Daya saing (X2.3) r X2.3.Y1 r X2.3.Y1 r X2.3.Y3 r X2.3.Y4 r X2.3.Y5 r X2.3.Z1 r X2.3.Z2 r X2.3.Z3 r X2.3.Z4 r X2.3.Z5
Kesesuain manfaat (X2.4) r X2.4.Y1 r X2.4.Y1 r X2.4.Y3 r X2.4.Y4 r X2.4.Y5 r X2.4.Z1 r X2.4.Z2 r X2.4.Z3 r X2.4.Z4 r X2.4.Z5
Klaim penggantian biaya (X2.5) r X2.5.Y1 r X2.5.Y1 r X2.5.Y3 r X2.5.Y4 r X2.5.Y5 r X2.5.Z1 r X2.5.Z2 r X2.5.Z3 r X2.5.Z4 r X2.5.Z5
Relationship (X3.1) r X3.1.Y1 r X3.1.Y1 r X3.1.Y3 r X3.1.Y4 r X3.1.Y5 r X3.1.Z1 r X3.1.Z2 r X3.1.Z3 r X3.1.Z4 r X3.1.Z5
Komunikasi (X3.2) r X3.2.Y1 r X3.2.Y1 r X3.2.Y3 r X3.2.Y4 r X3.2.Y5 r X3.2.Z1 r X3.2.Z2 r X3.2.Z3 r X3.2.Z4 r X3.2.Z5
Responsibilitas (X3.3) r X3.3.Y1 r X3.3.Y1 r X3.3.Y3 r X3.3.Y4 r X3.3.Y5 r X3.3.Z1 r X3.3.Z2 r X3.3.Z3 r X3.3.Z4 r X3.3.Z5
Menjawab masalah (X3.4) r X3.4.Y1 r X3.4.Y1 r X3.4.Y3 r X3.4.Y4 r X3.4.Y5 r X3.4.Z1 r X3.4.Z2 r X3.4.Z3 r X3.4.Z4 r X3.4.Z5
Kompetensi (X3.5) r X3.5.Y1 r X3.5.Y1 r X3.5.Y3 r X3.5.Y4 r X3.5.Y5 r X3.5.Z1 r X3.5.Z2 r X3.5.Z3 r X3.5.Z4 r X3.5.Z5
Personalitas Merek (Y1) - - - - - r Y1.Z1 r Y1.Z2 r Y1.Z3 r Y1.Z4 r Y1.Z5
Identitas Merek (Y2) - - - - - r Y2.Z1 r Y2.Z2 r Y2.Z3 r Y2.Z4 r Y2.Z5
Sikap dan Perilaku Merek (Y3) - - - - - r Y3.Z1 r Y3.Z2 r Y3.Z3 r Y3.Z4 r Y3.Z5
Asosiasi Merek (Y4) - - - - - r Y4.Z1 r Y4.Z2 r Y4.Z3 r Y4.Z4 r Y4.Z5
Manfaat dan Keunggulan Merek (Y5) - - - - - r Y5.Z1 r Y5.Z2 r Y5.Z3 r Y5.Z4 r Y5.Z5
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Sumber: Data yang diolah (2014)
Kualitas
Produk
(X1)
Harga
(X2)
Penjualan
Personal
(X3)
Citra
Merek
(X3)
Tabel 4.2 Matriks Korelasi Antar Dimensi
Citra Merek (Y) Keputusan pelanggan memilih Sebivo (Z)
Variabel
Personalitas
Merek
Identitas
Merek
Sikap dan
Perilaku
Merek
Asosiasi
Merek
Manfaat
dan
Keunggulan
Merek
Pengenalan
Kebutuhan
Cepat
memutuskan
Penilaian
Alternatif
Prilaku
Purna
Beli
Pencarian
Informasi
83
4.4. Populasi dan Sampel Penelitian
4.4.1. Populasi
Populasi didefinisikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri dari objek
atau subjek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007:72).
Jadi populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian.
Apabila ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian,
maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Studi atau penelitiannya
disebut studi populasi atau studi sensus (Arikunto, 2006:130). Populasi dari
penelitian ini adalah beberapa dokter internis umum yang concern terhadap
hepatitis B kronis, gastroenterohepato, dan general practitioner potent di Jakarta
Utara sesuai data base perusahaan PT. Novartis Indonesia
4.4.2. Sampel Penelitian
Sampel penelitian merupakan sebagian dari populasi yang diambil sebagai
sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi. Malhotra (2004:364),
mendefinisikan sampel sebagai subkelompok elemen populasi yang terpilih untuk
berpartisipasi dalam penelitian. Teknik pengambilan sampel atau teknik sampling
adalah suatu cara mengambil sampel yang representative dari populasi.
Pengambilan sampel ini harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh
sampel yang benar-benar dapat mewakili dan dapat menggambarkan populasi yang
sebenarnya.
84
Sampel penelitian yang memenuhi kriteria yang dikehendaki peneliti adalah
yang sesuai dengan pembatasan masalah yang tertulis pada bab 1 yaitu dokter
penyakit dalam yang melakukan terapi terhadap hepatitis B kronik, dokter konsulen
Gastro Entero Hepato, dan dokter umum di wilayah Jakarta Utara. Tehnik
pengambilan sampel yang digunakan peneliti adalah tehnik convenience sampling
dimana subyek dipilih karena aksesibilitas nyaman dan kedekatan subyek kepada
peneliti. Data base Sebivo PT. Novartis Indonesia untuk wilayah Jakarta Utara
jumlah populasinya sebanyak 64 pelanggan, karena jumlah pelanggan yang sedikit
maka jumlah populasi dianggap sebagai jumlah sampel dalam penelitian ini.
4.5. Metode Analisis Data
4.5.1. Pengujian Data
4.5.1.1. Uji Validitas
Uji validitas bertujuan untuk memeriksa apakah isi kuesioner sudah tepat
untuk mengukur apa yang ingin diukur dan cukup dipahami oleh semua responden
yang diindikasikan oleh kecilnya persentase jawaban responden yang tidak terlalu
menyimpang dari jawaban responden lainnya. Validitas adalah suatu ukuran yang
menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen
dianggap valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Dengan kata lain,
mampu memperoleh data yang tepat dari variabel yang diteliti (Simamora, 2004:
58). Instrumen dikatakan valid jika koefisien korelasi suatu instrument (r hitung)
lebih besar atau sama dengan regresi tabel (r tabel). Sebaliknya jika r hitung lebih
kecil dari r tabel maka butir instrument tersebut tidak valid. Suatu instrumen atau
85
alat ukur dianggap valid apabila dalam tingkat tertentu memberikan nilai yang
memungkinkan untuk disimpulkan mengenai sekelompok orang tertentu dan tujuan
tertentu. Jumlah responden yang digunakan dalam penelitian untuk mengukur
validitas ini sebanyak 30 respondent.
4.5.1.2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas bertujuan untuk mencari tahu sampai sejauh mana
konsistensi alat ukur yang digunakan, sehingga bila alat ukur tersebut digunakan
kembali untuk meneliti obyek yang sama dengan teknik yang sama walaupun
waktunya berbeda, maka hasil yang akan diperoleh akan sama. Uji reliabilitas
dilakukan untuk mengetahui tingkat kepercayaan terhadap alat pengumpul data,
instrument yang sudah dapat dipercaya akan menghasilkan data yang dapat
dipercaya juga. Reliabilitas data dapat dilihat dari nilai Cronbach's Alpha if Item
Deleted. Jumlah responden yang digunakan untuk mengukur reliabilitas ini
sebanyak 30 responden. Pengujian dengan menggunakan teknik statistic cronbach
alpha instrument dikatakan reliable untuk mengukur variabel bila memiliki nilai
alpha lebih besar dari 0,60. Dalam penelitian ini digunakan angka 0.60 (cukup
reliabel), karena ukuran kemantapan α sebagai berikut :
1) Nilai Cronbrach α 0.00-0.20 kurang reliabel
2) Nilai Cronbrach α 0.21-0.40 agak reliabel
3) Nilai Cronbrach α 0.41-0.60 cukup reliable
4) Nilai Cronbrach α 0.61-0.80 reliable
5) Nilai Cronbrach α 0.81-1.00 sangat realiabel.
86
4.5.1.3. Uji Asumsi Klasik
Menurut Sudarmanto (2005:102) beberapa hal yang mendasari perlunya
melakukan uji asumsi klasik atau uji persyaratan regresi linier berganda adalah agar
besaran atau koefisien statistik yang diperoleh benar-benar merupakan penduga
parameter yang memang dapat dipertanggungjawabkan atau akurat. Pengujian
terhadap penyimpangan asumsi klasik terdiri dari uji normalitas, uji
multikolinearitas, dan uji heteroskedastisitas.
4.5.1.4. Uji Normalitas
Uji normalitas berguna untuk mengetahui apakah variabel berdistribusi
normal, mendekati normal atau tidak. Untuk mendeteksi apakah data berdistibusi
normal atau tidak, dapat diketahui dengan menggambarkan penyebaran data
melalui sebuah grafik. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti
garis diagonalnya, model regresi memenuhi asumsi normalitas (Umar, 2008).
4.5.1.5.Uji Multikolinearitas
Menurut Priyatno (2008:39), uji multikolinearitas digunakan untuk
mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik multikolinearitas yaitu
adanya hubungan linear antar variabel independen dalam model regresi. Prasyarat
yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya multikolinearitas.
Uji multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan Variance
Inflantion Factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel bebas
manakah yang dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Tolerance mengukur
87
variabilitas variabel bebas yang terpilih yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel
bebas lainnya, maka nilai toleransi yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi
(karena VIF = 1/tolerance) dan menunjukkan adanya kolinearitas yang tinggi.
Menurut Nugroho (2005:58) jika nilai VIF tidak lebih dari 10 (nilai VIF < 10) dan
nilai tolerance tidak kurang dari 0,1 (nilai tolerance > 0,1) maka model dapat
dikatakan terbebas dari multikolinearitas
4.5.1.6. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan
yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika tidak, maka disebut
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang terdapat
homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Diposumarto,2012:92).
Salah satu cara untuk mengetahui ada tidaknya heterokedatisitas adalah
dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan
residual (SRESID).
Cara menganalisisnya adalah :
1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu
(bergelombang, melebar kemudian menyempit) maka mengindikasikan
telah terjadi heteroskedastisitas.
Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0
pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
88
4.5.1.7. Koefisien Determinasi (R²)
Koefisien determinasi (Adjusted R Square) digunakan untuk melihat
kemampuan variabel bebas dalam menerangkan variabel terikat dan proporsi
variasi dari variabel terikat yang diterangkan oleh variasi dari variabel-variabel
bebasnya. Koefisien determinasi (R²) dinyatakan dalam prosentase. Nilai R² ini
berkisar antara 0 < R² < 1. Jika R² yang diperoleh dari hasil perhitungan
menunjukkan semakin besar (mendekati satu), maka dapat dikatakan bahwa
sumbangan dari variabel bebas terhadap variasi variabel terikat semakin besar. Hal
ini berarti model yang digunakan semakin besar untuk menerangkan variabel
terikatnya.
Jika R2= 0, maka tidak ada sedikitpun persentase sumbangan pengaruh yang
diberikan variabel independen terhadap variabel dependen, atau variasi variabel
independen yang digunakan dalam model tidak menjelaskan sedikitpun variasi
variabel dependen. Jika R2= 1, maka persentase sumbangan pengaruh yang
diberikan variabel independen terhadap variabel dependen adalah sempurna, atau
variasi variabel independen yang digunakan dalam model menjelaskan 100%
variasi dependen.
Kelemahan mendasar penggunaan determinasi adalah bias terhadap jumlah
variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Setiap tambahan satu
variabel pasti meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara
signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu, banyak peneliti
menganjurkan untuk menggunakan nilai adjusted (R²) pada saat mengevaluasi
model regresi yang terbaik. Nilai koefisien determinasi diperoleh dengan formula:
89
R² = Σ y*²
Σ y²
Keterangan :
R² = Koefisien Determinasi
y* = nilai y estimasi
y = nilai y aktual
4.5.2. Uji Hipotesis
Uji hipotesis bertujuan untuk menguji ada tidaknya hubungan atau pengaruh
antara variabel independen terhadap variabel dependen yang dapat dirumuskan
hipotesisnya sebagai berikut :
H0 : β0 , β1 , β2 , ... = 0 maka tidak ada pengaruh dari variabel bebas terhadap
variabel tidak bebas
H1 : β0 , β1 , β2 , ... ≠ 0 maka ada pengaruh dari variabel bebas terhadap
variabel tidak bebas
H1 : β0 , β1 , β2 , ... > 0 maka ada hubungan linier positif antara variabel
bebasdengan variabel tidak bebas
H1 : β0 , β1 , β2 , ... < 0 maka ada hubungan linier negatif antara variabel
bebas dengan variabel tidak bebas
Uji hipotesis terdapat dua pengujian, yaitu uji parsial atau uji t dan uji
simultan atau uji F. Uji individu atau uji parsial bertujuan untuk mengetahui
pengaruh masing-masing variabel independen / bebas terhadap variabel dependen
/ terikat. Signifikansi variabel bebas terhadap variabel tidak bebas secara terpisah
90
yang lebih kecil dari 0.05 berarti dapat disimpulkan variabel tersebut berpengaruh
secara signifikan (Diposumarto, 2012:178).
Uji parsial atau uji t ini digunakan untuk membandingkan nilai t hitung
masing-masing variabel bebas dengan t tabel pada signifikan 0,05. Bila t hitung > t
tabel, maka H1 diterima, berarti variabel bebas memberikan pengaruh yang sangat
kuat terhadap variabel terikat. Sebaliknya jika t hitung < t tabel, maka H1 ditolak,
berarti secara parsial tidak memberikan pengaruh yang bermakna terhadap variabel
terikat.
Sumber: Sarwono (2007:168)
Gambar 4.1 Daerah Penerimaan dan Penolakan H0
Sedangkan uji simultan bertujuan untuk mengetahui apakah variabel
independen secara bersama-sama atau simultan mempengaruhi variabel dependen.
Apabila nilai Fhitung > Ftabel maka Ho ditolak atau hipotesa variabel independent
secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependent diterima. Artinya dilihat
dari nilai Ftest dan nilai signifikan, probabilitas yang baik adalah nilainya < 0.05.
Jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0.05 berarti variabel bebas secara simultan
mempengaruhi variabel tidak bebas (Diposumarto, 2012:177).
91
Sumber: Maholtra (2006:133)
Gambar 4.2 Uji Simultan (Uji F)
4.5.3. Analisis Data
4.5.3.1. Analisis Statistik Deskriptif
Berdasarkan metode statistika, analisis deskriptif dapat dilakukan untuk
mengetahui, rata-rata, deviasi standar, nilai maksimum dan minimum.
Rumus-rumus tersebut disajikan dibawah ini :
1. Rumus Rata-rata : nXX
2. Rumus deviasi standar : )1/()( 2 nXX i
Dimana Xi adalah data dan n adalah jumlah data
3. Maksimum adalah nilai terbesar dari kumpulan data, dan minimum adalah
data terkecil dari kumpulan data.
4.5.3.2. Analisis Korelasi
Analisis Korelasi digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua atau
lebih variabel bebas (X1, X2, X3…Xn) secara serentak terhadap variabel dependen
(Y, Z). Koefisien ini menunjukkan seberapa besar hubungan yang terjadi antara
92
variabel independen secara serentak terhadap variabel dependen. Nilai R berkisar
antara 0 (nol) sampai dengan 1 (satu). Nilai sama dengan 1 (satu) berarti hubungan
yang terjadi semakin kuat, sebaliknya nilai mendekati 0 (nol) maka hubungan yang
terjadi semakin lemah.
Untuk menganalisis data primer maka digunakan metoda kuantitatif yang
didasarkan pada teknik analisis statistik yaitu dengan cara mencari koefisien
korelasi antara variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y). Koefisien korelasi
digunakan untuk mengetahui seberapa besar hubungan yang terjadi antara variabel
X dengan variabel Y. Menurut Sugiyono (2006:209), korelasi merupakan angka
yang menunjukkan arah dan kuatnya hubungan antar dua variabel atau lebih. Arah
dinyatakan dalam bentuk hubungan positif atau negatif sedangkan kuatnya
hubungan dinyatakan dalam besarnya koefisien korelasi seperti pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Interpretasi Koefisien Korelasi
Sumber : Sarwono (2007 : 22)
Sedangkan Analisis Determinasi digunakan untuk mengetahui persentase
sumbangan pengaruh variabel independen (X1, X2, X3) secara serentak terhadap
variabel dependen (Y, Z). Koefisien ini menunjukkan seberapa besar persentase
variasi variabel independen yang digunakan dalam model mampu menjelaskan
variasi variabel dependen.
Range Nilai Keterangan
0,00 - 0,25 Korelasi sangat lemah dianggap tidak ada
0,25 - 0,50 Korelasi cukup kuat
0,50 - 0,75 Korelasi kuat
0,75 -1,00 Korelasi sangat kuat
93
Jika R2= 0, maka tidak ada sedikitpun persentase sumbangan pengaruh yang
diberikan variabel independen terhadap variabel dependen, atau variasi variabel
independen yang digunakan dalam model tidak menjelaskan sedikitpun variasi
variabel dependen.
Jika R2= 1, maka persentase sumbangan pengaruh yang diberikan variabel
independen terhadap variabel dependen adalah sempurna, atau variasi variabel
independen yang digunakan dalam model menjelaskan 100% variasi dependen.
4.5.3.3. Analisis Jalur (Path Analysis)
Sarwono (2007:1), mengatakan analisis jalur merupakan pengembangan
langsung bentuk regresi berganda dengan tujuan untuk memberikan estimasi
tingkat kepentingan (magnitude) dan signifikansi (significance) hubungan sebab
akibat hipotetikal dalam seperangkat variabel. Analisis jalur adalah suatu teknik
untuk menganalisis hubungan sebab akibat yang terjadi pada regresi berganda jika
variabel bebasnya (independent variabel) mempengaruhi variabel tergantung
(dependent variabel) tidak hanya secara langsung, tetapi juga secara tidak langsung.
Berikut ini model-model yang bersumber dari buku Analisis Jalur untuk
Riset Bisnis, Edisi 5 (Sarwono,2012):
1. Model regresi linier berganda
Model regresi linier berganda ini sebenanya merupakan pengembangan dari
teknik analisis regresi linier berganda dengan menggunakan lebih dari satu
94
variabel independen exogenous, yaitu X1 dan X2 dengan satu variabel
dependen endogenous Y.
2. Model mediasi
Model kedua path analysis ini adalah model mediasi atau perantara (intervening
variable) dimana kehadiran variabel Y sebagai variabel perantara akan
mengubah pengaruh variabel X terhadap variabel Z, pengaruh ini dapat
menurun atau meningkat.
3. Model gabungan antara regresi berganda dan mediasi
Model ketiga dalam path analysis merupakan penggabungan antara model
regresi linier berganda dengan model mediasi, yaitu variabel X berpengaruh
terhadap variabel Z secara langsung (direct effect) dan secara tidak langsung
(indirect effect) mempengaruhi juga variabel Z melalui variabel perantara Y.
4. Model kompleks
Model keempat dalam path analysis ini merupakan model yang kompleks, yaitu
variabel X secara langsung mempengaruhi Y dan melalui variabel Y secara
tidak langsung mempengaruhi Z, sementara itu variabel Z juga dipengaruhi oleh
variabel Y.
Dalam penelitian ini menggunakan Path Analysis Model Gabungan antara
Regresi Linier Berganda dengan Mediasi.
Berdasarkan diagram jalur dapat dibuat dua persamaan;
Y = P X1 Y + P X2 Y + P X3 Y + €1
Z = P X1 Z + P X2 Z + P X3 Z + P Y Z + €2
95
Dimana:
Y : Sebagai variabel dependen citra merek
Z : Sebagai variabel dependen keputusan pelanggan memilih Sebivo
X1 : Sebagai variabel independen kualitas produk
X2 : Sebagai variabel independen harga
X3 : Sebagai variabel independen penjualan personal
P : Sebagai koefisien jalur
€ : Sebagai residual
Dimana X adalah variabel independen exogenous: Lokasi, harga, dan
promosi. Y adalah variabel endogenous dan sebagai variabel perantara: kepuasan
konsumen, dan Z adalah dependen endogenous: keputusan pembelian property.
Koefisien jalur dihitung dengan membuat dua persamaan structural yaitu
persamaan regresi yang menunjukkan hubungan yang dihipotesiskan.
91
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Karakteristik Responden
Responden penelitian ini adalah para dokter internist, dokter KGEH, dan
dokter GP yang telah dan masih melakukan terapi hepatitis b kronis di seluruh
Rumah Sakit dan Apotik di Jakarta Utara. Berdasarkan data perusahaan PT.
Novartis Indonesia, jumlah dokter atau dalam hal ini yang dijadikan sebagai
responden sebanyak 64 responden. Gambaran karakteristik dari responden yang
disajikan pada Tabel 5.1:
Tabel 5.1 Karakteristik Responden
Sumber: Data Survei Responden (2014)
KARAKTERISTIK
RESPONDENJUMLAH %
KARAKTERISTIK
RESPONDEN
JUMLA
H%
JENIS KELAMIN TEMPAT PRAKTEK
Laki-laki 55 86 RS Koja 5 8
Perempuan 9 14 RS Pelabuhan 4 6
Total 64 100 RS Islam Sukapura 3 5
RS Mitra Kelapa Gading 7 11
PENDIDIKAN RS Gading Pluit 5 8
*KGEH (S2 + Spesialisasi) 5 8 RS Mitra Kemayoran 8 13
Dokter Penyakit Dalam (S2) 29 45 RS Satyanegara 6 9
Dokter Umum (S1) 30 47 RS Royal Progress 4 6
Total 64 100 RS Port Medical Centre 3 5
RS Pantai Indah kapuk 8 13
USIA RS Pluit 5 8
30 - 35 Tahun 6 9 RS Atmajaya 4 6
36 - 45 Tahun 16 25 Apt. Caritas 1 2
> 45 tahun 42 66 Apt. Felicia 1 2
Total 64 100 Total 64 100
*KGEH: Konsulen Gastro Entero Hepato
92
Berdasarkan Tabel 5.1 dapat disimpulkan beberapa karakteristik responden
sebagai berikut:
a. Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin
Pada Tabel 5.1 menunjukan bahwa karakteristik responden menurut jenis
kelamin yang menjadi sampel dalam penelitian ini, laki-laki jumlah lebih dominan
dibandingkan responden perempuan. Berarti bahwa rata-rata responden yang
menerapi hepatitis b kronik dengan Sebivo di Jakarta Utara rata-rata adalah laki-
laki karena laki-laki lebih berminat untuk melakukan terapi ini dan melanjutkan
pendidikan yang berhubungan dengan penyakit hepato entero. Selain itu juga
diperkuat juga oleh para pengurus organisasi penyakit hepatitis b kronik PPHI
RSCM yaitu hanya 1 wanita dari 23 pengurus yang terdaftar.
b. Karakteristik Responden berdasarkan Pendidikan
Latar belakang pendidikan responden berdasarkan Tabel 5.1, tingkat
pendidikan responden yang memiliki minimal Strata-1 paling dominan yaitu dokter
umum. Bagi responden, dokter umum, dengan pendidikan S1 sudah cukup memiliki
dasar untuk melakukan terapi hepatitis b kronik. Meskipun demikian berdasarkan
data perusahaan menunjukan bahwa dokter KGEH lebih potensial dibandingkan
dengan internis dan dokter umum. Kemudian, urutan kedua yaitu responden yang
memiliki latar belakang pendidikan S2 yaitu dokter penyakit dalam. Kemudian
jumlah yang paling rendah oleh responden dengan pendidikan S2 + pendidikan
Spesialisasi Gastro Entero Hepato sebesar 8% atau sebanyak 5 dokter KGEH,
berarti bahwa jumlah respoden pengguna Sebivo yang mengkhususkan diri di
93
bidang penyakit hepatitis jumlahnya paling rendah hal ini karena kasus penyakit ini
di Indonesia masih kecil dibandingkan kasus lainnya.
c. Karakteristik Responden berdasarkan Usia
Berdasarkan usia yang karakteristik responden pengguna Sebivo pada Tabel
5.1 didominasi oleh responden yang berusia > 45 tahun yaitu sebesar, lalu diikuti
dengan responden berumur 36 - 45 tahun. Pada usia tersebut merupakan usia rata-
rata dokter sudah memiliki pengalaman yang cukup dalam mengambil keputusan
dalam melakukan terapi hepatitis b kronik melaui pengalaman-pengalaman
sebelumnya baik melalui pendidikan spesialisasi maupun workshop dan training
yang berhubungan dengan tata cara terapi (roadmap) hepatitis b kronik. Juga perlu
diketahui bahwa seorang dokter yang sudah lulus belum diijinkan untuk praktek
sebelum menjadi dokter koas (asisten dokter) kurang lebih dua tahun, kemudian
setelah itu harus mengikuti UKDI (Ujian Kompetensi Dokter Indonesia), baru
kemudian SIP (surat ijin praktek) keluar. Sedangkan responden terkecil adalah usia
antara 30-35 tahun dari total responden yang ada, ini karena umumnya dokter pada
usia tersebut dalam menerapi pasien hepatitis b kronik masih mengacu kepada
seniornya.
d. Karakteristik Responden berdasarkan Lokasi
Semua Rumah Sakit pada Tabel 5.1 berdasarkan pemetaan area oleh
perusahaan PT. Novartis Indonesia dimasukan dalam area Jakarta Utara. Berdasarkan
data jumlah responden pengguna Sebivo di setiap RS paling sedikit adalah 3 (tiga)
responden dan terbanyak sebanyak 8 responden yaitu pada RS Mitra Kemayoran dan
94
RS Pantai Indak Kapuk. RS Mitra Kemayoran merupakan salah satu RS yang
bergengsi di Jakarta Utara. RS ini melayani masyarakat kelas ekonomi menengah ke
atas. Jumlah responden tersebut dipengaruhi oleh jumlah pasien hepatitis yang berobat
ke RS dan besarnya RS tersebut, serta jumlah dokter internist dan dokter
konsultannya.
5.2. Analisis Deskriptif Variabel
Analisis deskriptif disajikan menggunakan skala presentase pada masing-
masing pernyataan (indikator) yang diteliti dengan tingkat kepercayaan 95% dan
simpangan baku sebagaimana terlampir pada Tabel 5.2.
Tabel 5.2. Deskripsi Statistik Responden
Sumber : Hasil pengolahan data (2014)
1. Deskripsi Variabel Kualitas Produk
Pada variabel Kualitas Produk pada Tabel 5.2, sebagian besar responden
memberikan tanggapan yang tinggi terhadap Kualitas Produk yaitu dengan rata-
rata responden yang memilih sangat setuju sebesar 14% dan rata-rata responden
yang memilih setuju sebesar 47%, artinya Sebivo sudah merupakan produk yang
memiliki kualitas yang cukup baik di benak pelanggan baik dari sisi keamanan
jangka panjang, penekanan jumlah virus, normalisasi ALT, dan kepatuhan
pasien dalam menjalankan terapinya, sedangkan sebagian kecil responden
STS TS N S SS
% % % % %
Kualitas Produk 64 54 40 94 73.9 3 11 25 47 14
Harga 64 59 37 96 76.0 2 11 22 28 38
Penjualan Personal 64 39 52 91 71.4 6 14 28 38 14
Citra Merek 64 54 54 108 87.1 3 11 30 38 19
Keputusan pelanggan 64 55 41 96 72.3 6 13 31 34 16
Max MeanInstrument N Range Min
95
lainnya yang menyatakan sangat tidak setuju sebanyak 3% dan tidak setuju
sebanyak 11% karena pengalaman pribadi dalam menerapi pasiennya.
2. Deskripsi Variabel Harga
Tanggapan responden pada Tabel 5.2 sebagian besar responden memberikan
tanggapan yang tinggi terhadap variabel Harga yaitu dengan rata-rata responden
yang memilih sangat setuju sebesar 38% dan rata-rata responden yang memilih
setuju sebesar 28%, pelanggan mempertimbangkan Harga dalam terapi hepatitis
b kronik karena terapi ini merupakan terapi jangka panjang dan diperlukan
kepatuhan pasien dalam terapinya. Sedangkan responden yang menyatakan
sangat tidak setuju sebanyak 2% dan tidak setuju sebnayka 11%, karena
pelanggan telah memanfaatkan asuransi dalam terapi hepatitis b kronik.
3. Deskripsi Variabel Penjualan Personal
Tanggapan responden pada Tabel 5.2 menunjukan sebagian besar responden
memberikan tanggapan yang tinggi terhadap kemampuan Penjualan Personal
yang dilakukan oleh marketing PT. Novartis Indonesia dalam perannya sebagai
partner dalam menginformasikan produk Sebivo baik dari sisi manfaat dan tata
cara penerapiannya dengan Sebivo yaitu sebesar 14% responden menyatakan
sangat setuju dan 38% menyatakan setuju. Sedangkan responden yang
menyatakan sangat tidak setuju sebesar 6 % dan tidak setuju sebesar 14%
karena responden telah mendapatkan informasi dari seniornya, workshop,
seminar, dan simposium serta proses farmasi sudah berjalan baik untuk produk
hepatitis b kronis.
96
4. Deskripsi variabel Citra Merek
Tanggapan responden pada Tabel 5.2 sebagian besar responden memberikan
tanggapan yang tinggi terhadap Citra Merek yang terdapat pada produk Sebivo
yaitu dengan rata-rata yang memilih sangat setuju sebesar 19% dan setuju
sebesar 34%, artinya Citra Merek produk Sebivo sudah cukup baik. Sedangkan
sebagian responden masih menganggap Citra Merek Sebivo belum tertanam
dengan baik dengan penyataan sangat tidak setuju sebesar 3% dan tidak setuju
sebesar 11% karena faktor-faktor lainnya seperti resisten dan pengalaman
pribadi responden selama terapi menggunakan Sebivo.
5. Deskripsi Variabel Keputusan Pelanggan Memilih Sebivo
Tanggapan responden menunjukkan bahwa sebagian besar responden
memberikan tanggapan yang tinggi terhadap Keputusan Pelanggan yaitu
responden yang memilih sangat setuju sebesar 16% dan setuju sebesar 34%
berarti pelanggan telah memilih dan memutuskan untuk menggunakan produk
Sebivo. Sedangkan sebagian responden menyatakan sangat tidak setuju sebesar
6% dan tidak setuju sebesar 13% karena responden juga menggunakan produk
pesaing yang lainnya sebagai terapi hepatitis b kronik dengan pertimbangan dari
informasi yang responden dapatkan tentang terapi hepatitis b kronis dan kondisi
pasien.
5.3. Uji Validitas dan Reliabilitas
Pada penelitian ini pengujian validitas dan reabilitas dilakukan dengan
menggunakan IBM SPSS Statistics 19. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui
97
dan memastikan bahwa kuesioner sebagai instrumen untuk mengukur persepsi
responden benar-benar bisa diandalkan dan tiap-tiap butir indikatornya sah untuk
digunakan. Pengujian ini dilakukan sebelum kuesioner disebarkan kepada
responden secara keseluruhan. Pada uji validitas dan reabilitas, jumlah responden
yang digunakan sebanyak 30 responden. Dalam uji reabilitas indikatornya adalah
nilai Cronbach’s Alpha, dengan ketentuan jika nilai Cronbach’s Alpha > 0,6 , maka
kuesioner dinyatakan reliabel. Pada pengujian validitas digunakan korelasi Pearson
(rhitung) masing masing butir pernyataan (indikator). Jika rhitung > rtabel, maka
indikator atau pernyataan tersebut dinyatakan valid. Berikut adalah hasil dari uji
reabilitas dan validitas untuk variabel dalam penelitian ini.
1. Uji Validitas
Berdasarkan hasil perhitungan SPSS IBM versi 19, diperoleh hasil uji validitas
instrumen dengan jumlah reponden n=30 responden, dengan ttabel 0,361 seperti
tergambar pada Tabel 5.3. Hasil uji validitas pada seluruh variabel dapat
dijelaskan sebagai berikut
variabel Kualitas Produk seluruh butir pernyataan dikatakan valid kecuali
butir pernyataan no.24 yaitu Kualitas Hidup Meningkat, hal ini karena rhitung
< rtabel = -0,72<0,361 bahkan nilai ketidakvaliditasanya negatif.
Variabel Harga (X2) seluruh butir pernyataan dikatakan valid. Pada variabel
Penjualan Personal (X3) seluruh butir pernyataan dikatakan valid kecuali
pernyataan no. 20 yaitu Memberikan Informasi Solusi terhadap masalah,
dikatakan tidak valid karena rhitung < rtabel: 0,226<0,361.
98
Tabel 5.3 Hasil Uji Validitas
Sumber : Data primer diolah (2014)
Pada variabel Citra Merek (Y) seluruh butir pernyataan dikatakan valid.
Variabel Keputusan Pelanggan (Z) dapat diketahui bahwa pada variabel
Keputusan Pelanggan seluruh butir pernyataan dikatakan valid kecuali
pernyataan no. 25 yaitu Merasa Menjadi Bagian dari Produk dengan
mengikuti kegiatan-kegiatan promosinya, dikatakan tidak valid hal ini
karena rhitung < rtabel = -0,038<0,361 bahkan nilai ketidakvaliditasanya
negatif.
VARIAN X1 HASIL X2 HASIL X3 HASIL Y HASIL Z HASIL
1 0.681 Valid 0.683 Valid 0.72 Valid 0.394 Valid 0.495 Valid
2 0.721 Valid 0.627 Valid 0.711 Valid 0.683 Valid 0.669 Valid
3 0.77 Valid 0.609 Valid 0.729 Valid 0.463 Valid 0.683 Valid
4 0.366 Valid 0.369 Valid 0.472 Valid 0.583 Valid 0.666 Valid
5 0.571 Valid 0.586 Valid 0.467 Valid 0.601 Valid 0.572 Valid
6 0.615 Valid 0.452 Valid 0.515 Valid 0.371 Valid 0.516 Valid
7 0.491 Valid 0.459 Valid 0.572 Valid 0.391 Valid 0.399 Valid
8 0.503 Valid 0.675 Valid 0.561 Valid 0.45 Valid 0.482 Valid
9 0.85 Valid 0.586 Valid 0.787 Valid 0.485 Valid 0.616 Valid
10 0.581 Valid 0.561 Valid 0.637 Valid 0.447 Valid 0.616 Valid
11 0.677 Valid 0.626 Valid 0.673 Valid 0.455 Valid 0.654 Valid
12 0.735 Valid 0.786 Valid 0.7 Valid 0.481 Valid 0.604 Valid
13 0.693 Valid 0.691 Valid 0.549 Valid 0.381 Valid 0.562 Valid
14 0.716 Valid 0.601 Valid 0.521 Valid 0.62 Valid 0.704 Valid
15 0.705 Valid 0.736 Valid 0.528 Valid 0.641 Valid 0.541 Valid
16 0.857 Valid 0.543 Valid 0.634 Valid 0.719 Valid 0.594 Valid
17 0.662 Valid 0.505 Valid 0.461 Valid 0.512 Valid 0.622 Valid
18 0.689 Valid 0.547 Valid 0.61 Valid 0.736 Valid 0.49 Valid
19 0.372 Valid 0.637 Valid 0.399 Valid 0.386 Valid 0.391 Valid
20 0.578 Valid 0.701 Valid 0.226 Tidak Valid 0.747 Valid 0.555 Valid
21 0.756 Valid 0.616 Valid 0.397 Valid 0.589 Valid 0.514 Valid
22 0.736 Valid 0.676 Valid 0.389 Valid 0.635 Valid 0.604 Valid
23 0.854 Valid 0.642 Valid 0.394 Valid 0.391 Valid 0.513 Valid
24 -0.07 Tidak Valid 0.514 Valid 0.387 Valid 0.457 Valid 0.646 Valid
25 0.367 Valid 0.497 Valid 0.463 Valid 0.423 Valid -0.04 Tidak Valid
rhitung > rtabel 0,361
99
2. Uji Reliabilitas
Pengambilan keputusan reliabilitas suatu variabel ditentukan dengan
membandingkan nilai alpha dengan nilai 0,6. Apabila nilai alpha lebih besar dari
0,6 maka variabel yang diteliti adalah reliabel. Adapun hasil analisis uji reliabilitas
yang diteliti dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 5.4.
Tabel 5.4 Uji Reliabilitas
Sumber : Data primer diolah (2014)
Semua variabel yang diteliti dapat dinyatakan reliabel (terpercaya) karena
data menunjukan nilai alpha lebih besar dari 0,6.
5.4. Uji Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik mutlak diperlukan sebelum pengujian regresi linear
berganda dilakukan. Model regresi linear berganda dapat disebut sebagai model
yang baik jika model tersebut terbebas dari asumsi-asumsi klasik statistik. Ada tiga
uji asumsi klasik yang harus dipenuhi sebelum analisis regresi linear berganda dapat
dilakukan, yaitu : uji normalitas data dan uji heteroskedastisitas. Dalam melakukan
pengujian asumsi klasik, penulis menggunakan bantuan software SPSS 19.
VariabelJumlah
Pernyataan
Cronbach's
Alphaket.
Kualitas Produk 25 0.937 Reliabel
Harga 25 0.938 Reliabel
Penjualan Personal 25 0.916 Reliabel
Citra Merek 25 0.894 Reliabel
Keputusan Pelanggan 25 0.920 Reliabel
100
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dipergunakan untuk melihat apakah nilai residual
terdistribusi normal atau tidak. Data yang normal adalah data yang membentuk
titik-titik yang menyebar tidak jauh dari garis diagonal. Uji normalitas dilakukan
dengan uji histogram, uji normal P-Plot dan uji Kolmogorov-Smirnov. Hasil
pengujian histogram diperoleh seperti pada Gambar 5.1.
Sumber: Pengolahan data (2014)
Gambar 5.1 Grafik Histogram Residu
Pada Gambar 5.1. grafik histogram terlihat bahwa data membentuk kurva
bel signifikan diatas 0,05 sehingga data hasil penelitian ini dianggap berdistribusi
normal. Berikut adalah hasil Uji Normalitas P-Plot, seperti pada Gambar 5.2.
Sumber: Pengolahan data (2014)
Gambar 5.2 Hasil Uji Normalitas P-Plot Residu
101
Pada Gambar 5.2. hasil uji normal P-P plot terjadi sebaran mengikuti dan
menyebar disekitar garis diagonal, maka dapat disimpulkan residu model
persamaan regresi berdistribusi normal atau memenuhi asumsi normalitas atau
mengikuti garis normalitas. Hal ini membuktikan bahwa model regresi yang
diajukan layak untuk digunakan. Hasil uji Kolmogorov-Smirnov seperti
ditunjukkan pada Tabel 5.5.
Tabel 5.5 Uji Kolmogorov-Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Kualitas
Produk Harga
Penjualan Personal
Citra Merk
Keputusan Pelanggan
Asymp. Sig. (2-tailed) 0.47 0.216 0.462 0.989 0.516
Sumber: Pengolahan data (2014)
Pada Tabel 5.5 sebaran data residual berdistribusi normal karena hasil
pengujian diperoleh angka Asymp sig. lebih besar dari standar error 5% (α = 0.05),
dengan demikian data-data tersebut baik untuk dianalisis lebih lanjut.
2. Uji Heteroskedastisitas
Hasil Uji Heteroskedastisitas Scatterplot sebagai berikut:
Sumber: Pengolahan data (2014)
Gambar 5.3 Hasil Uji Heteroskedasititas Scatterplot
102
Uji heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat pada grafik Scatterplot
apabila tidak ada pola yang jelas, seperti titik-titik menyebar di atas dan di bawah
angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. Namun jika ada pola
tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur
(bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka terjadi heteroskedastisitas
terhadap error. Dari output pada Gambar 5.3 dapat diketahui bahwa titik-titik tidak
membentuk pola yang jelas, dan titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0
pada sumbu Y. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah
heteroskedastisitas dalam model regresi.
5.5. Hasil Uji Hipotesis
Analisis ini menghasilkan persamaan dua substruktur yaitu subtruktur
pertama melihat pengaruh antara Kualitas Produk, Harga, Penjualan Personal
terhadap Citra Merek (Model 1), dan substruktur kedua untuk melihat pengaruh
antara Kualitas Produk, Harga, Penjualan Personal melalui Citra Merek terhadap
Keputusan Pelanggan (Model 2).
5.5.1. Uji Analisis Jalur Model 1
Uji hipotesis ini digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi
variabel Kualitas Produk, Harga, Penjualan Personal berpengaruh signifikan
terhadap terhadap Citra Merek.
103
1. Uji t Analisis Jalur Model 1
Pengujian hipotesis individual atau secara parsial variabel Kualitas Produk,
Harga, Penjualan Personal terhadap terhadap variabel Citra Merek, dilakukan
dengan cara uji t, seperti yang disajikan pada Tabel 5.6
Tabel 5.6 Uji t Jalur Model 1
Coefficientsa
Model 1 Standardized
Coefficients
t Sig.
Beta
(Constant) 5.754 0.000
Kualitas Produk 0.403 2.518 0.024
Harga 0.580 3.766 0.000
Penjualan Personal 0.146 2.463 0.033
thitung > ttabel 2000
Sumber: Pengolahan data (2014)
Dari Tabel 5.7, model persamaan regresinya bisa ditetapkan sebagai berikut:
Y= 0,403X1+ 0.580X2 + 0.146X3
Harga memberikan pengaruh positif signifikan paling besar, kemudian diikuti
oleh Kualitas Produk dan Penjualan Personal terhadap Citra Merek. Variabel
harga dengan citra merek, diperoleh nilai thitung variabel harga sebesar 3,766
dan signifikansi = 0,000 sehingga dapat disimpulkan bahwa thitung 3,766 >
ttabel 2,000 atau nilai signifikansi 0% < alpha 5%. Besarnya pengaruh Harga
terhadap Citra Merek dapat dilihat pada Standard Coeffient (Beta) sebesar
0,580. Selain itu terdapat pengaruh yang searah, dimana jika Harga terjadi
kenaikan, maka Citra Merek juga mengalami kenaikan.
Kualitas Produk memberikan pengaruh positif signifikan terhadap Citra Merek.
Nilai thitung variabel kualitas produk sebesar 2,518 dan signifikansi = 0,024
104
atau 2,4%, sehingga dapat disimpulkan bahwa thitung 2,518 > ttabel 2,000 atau
nilai signifikansi 2,4% < alpha 5%. Maka nilai koefisien regresi kualitas produk
berpengaruh secara signifikan terhadap citra merek. Besarnya pengaruh
Kualitas Produk terhadap Citra Merek dapat dilihat pada Standard Coeffient
(Beta) sebesar 0,403. Selain itu terdapat pengaruh yang searah, dimana jika
Kualitas Produk meningkat, maka Citra Merek juga mengalami peningkatan.
Penjualan Personal memberikan pengaruh positif signifikan terhadap Citra
Merek. Nilai thitung variabel kualitas produk sebesar 2,463 dan signifikansi =
0,033 sehingga dapat disimpulkan bahwa thitung 2,463 > ttabel 2,000 atau nilai
signifikansi 3,3% < alpha 5%. Maka nilai koefisien regresi penjualan personal
berpengaruh secara signifikan terhadap citra merek. Besarnya pengaruh
Penjualan Personal terhadap Citra Merek dapat dilihat pada Standard Coeffient
(Beta) sebesar 0,146. Selain itu terdapat penagruh yang searah, dimana jika
Penjualan Personal terjadi peningkatan, maka Citra Merek juga mengalami
peningkatan.
Berdasar data tersebut maka dapat dilihat bahwa Harga memiliki pengaruh
yang paling besar terhadap Citra Merek. Hal ini disebabkan karena Citra Merek
dapat terbentuk melalui harga yang memiliki daya saing yang kuat, terjangkau,
serta adanya kesesuaian manfaat dan kualitas, apalagi bila ada klaim penggantian
biaya, maka akan mendorong Pelanggan untuk melakukan terapi dan dalam
memutuskan memilih produk terapinya. Juga Pelanggan memilih produk Sebivo
berdasarkan tingkat kemampuan pasiennya dalam menerapi penyakit hepatitis b
105
kronik, karena terapi ini memerlukan waktu terapi seumur hidup dan kepatuhan
pasien selama proses terapi sehingga diperlukan dana yang besar.
Sedangkan untuk variabel Penjualan Personal memiliki pengaruh positif
signifikan yang terendah terhadap Citra Merek, hal ini dikarenakan Citra Merek
juga terbentuk oleh pelanggan berdasarkan informasi mengenai produk melalui
seminar, workshop dan simposium. Namun Penjualan Personal masih mengambil
peran terbentuknya Citra Merek.
2. Uji F Analisis Jalur Model 1
Uji hipotesis secara keseluruhan untuk menganalisis pengaruh positif
variabel Kualitas Produk, Harga, Penjualan Personal terhadap variabel Citra Merek
secara simultan, dapat dijelaskan melalui uji F yang hasilnya terdapat pada
Tabel 5.7.
Tabel 5.7 Uji F Jalur Model 1
Sumber: Pengolahan data (2014)
Dari Tabel 5.7 hasil uji F menunjukan terdapat pengaruh positif secara
simultan antara variabel Kualitas Produk, Harga, dan Penjualan Personal terhadap
Citra Merek. Diketahui nilai Fhitung sebesar 10,734 adapun nilai Ftabel adalah 2,76 ini
berarti nilai Fhitung 10,734 > Ftabel 2,76. Juga hasil uji signifikansi pada tabel Anova
F Sig.
10.734 .000a
b. Dependent Variable: Citra Merk
a. Predictors:Penjualan Personal, Kualitas Produk, Harga
ANOVAb
Model 1
Regression
Residual
Total
106
menghasilkan nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05 (0,05 ≥ 0,000), maka H0 ditolak
dan H1 diterima, maka hipotesis penelitian secara keseluruhan diterima.
3. Koefisien Determinasi (R²) Jalur Model 1
Pada Tabel 5.8 dapat dilihat nilai koefisien determinasi (R²) dari analisis
Jalur Model 1.
Tabel 5.8 Koefisien Determinasi R Square Model Jalur 1
Sumber: Pengolahan data (2014)
Dari Tabel 5.8 diperoleh nilai R Square 0,349 sehingga dapat dijelaskan
bahwa kontribusi atau keefektifan variabel Kualitas Produk, Harga, dan Penjualan
Personal secara simultan terhadap Citra Merek sebesar 34,9%, sedangkan sisanya
sebesar 65,1% dipengaruhi faktor-faktor lain yang tidak dijelaskan pada penelitian
ini seperti Positioning, Lokasi, dan Kualitas Pelayanan.
5.5.2. Uji Analisis Jalur Model 2
1. Uji t Analisis Jalur Model 2
Pengujian hipotesis secara parsial terhadap variabel Kualitas Produk, Harga,
Penjualan Personal melalui Citra Merek terhadap Keputusan Pelanggan dapat
dilakukan dengan cara uji t, seperti yang disajikan pada Tabel 5.9.
Model R SquareStd. Error of
the Estimate
1 0.349 8.941
Model Summary
a. Predictors:Penjualan Personal , Kualitas Produk, Harga
107
Tabel 5.9 Hasil Uji Statistik t Jalur Model 2
Sumber: Pengolahan data (2014)
Pada Tabel 5.9 besaran nilai koefisien antara variabel Kualitas Produk,
Harga, Penjualan Personal melalui Citra Merek terhadap Keputusan Pelanggan bisa
ditetapkan sebagai berikut:
Z = 0,460X1 + 0,726X2 + 0,305X3 + 0.419YZ
Berdasarkan persamaan tersebut maka kita dapat melihat hubungan antara variabel
tersebut dengan penjelasan sebagai berikut:
Berdasarkan pada Tabel 5.9 Harga memberikan pengaruh positif signifikan
paling besar terhadap Keputusan Pelanggan, kemudian diikuti oleh Kulaitas
Produk, Citra Merek, dan terakhir adalah Penjualan Personal. Besarnya
pengaruh Harga terhadap Keputusan Pelanggan dapat dilihat pada Standard
Coeffient (Beta) sebesar 0,726 atau 72,6%. Selain itu terdapat pengaruh yang
searah, dimana jika Harga terjadi perbaikan, maka Keputusan Pelanggan juga
mengalami perbaikan. Harga memiliki pengaruh yang paling besar terhadap
Keputusan Pelanggan. Hal ini disebabkan karena pelanggan yang sensitif dan
cenderung memperhatikan harga yang memiliki daya saing yang kuat,
terjangkau, serta adanya kesesuaian manfaat dan kualitas, apalagi bila ada
Standardized
Coefficients
Beta
2.582 0.015
0.460 3.595 0.014
0.726 7.615 0
0.305 3.186 0.027
0.419 4.323 0.012
Model 2 t Sig.
thitung > ttabel 2,000
(Constant)
Kualitas Produk
Harga
Penjualan Personal
Citra Merk
108
klaim penggantian biaya, maka akan mendorong pelanggan untuk melakukan
terapi dan dalam memutuskan memilih produk terapinya.
Kualitas Produk memberikan pengaruh positif signifikan paling besar kedua
terhadap Keputusan Pelanggan. Besarnya pengaruh Kualitas Produk terhadap
Keputusan Pelanggan dapat dilihat pada Standard Coeffient (Beta) sebesar
0,460 atau 46%. Selain itu terdapat hubungan yang searah, dimana jika Kualitas
Produk meningkat, maka Keputusan Pelanggan juga mengalami peningkatan.
Citra Merek memberikan pengaruh positif signifikan terhadap Keputusan
Pelanggan. Besarnya pengaruh Citra Merek terhadap Keputusan Pelanggan
dapat dilihat pada Standard Coeffient (Beta) sebesar 0,419 atau 41,9%. Selain
itu terdapat hubungan yang searah, dimana jika Citra Merek meningkat, maka
Keputusan Pelanggan juga mengalami peningkatan
Penjualan Personal memberikan pengaruh positif signifikan paling
rendah terhadap Keputusan Pelanggan. Besarnya pengaruh Penjualan Personal
terhadap Keputusan Pelanggan dapat dilihat pada Standard Coeffient (Beta)
sebesar 0,305 atau 30,5%. Selain itu terdapat hubungan yang searah, dimana
jika Penjualan Personal meningkat, maka Keputusan Pelanggan juga
mengalami peningkatan. Berdasarkan data Penjualan Personal memiliki
pengaruh positif signifikan yang terendah terhadap Keputusan Pelanggan, hal
ini dikarenakan pelanggan sudah mendapatkan informasi mengenai produk
melalui seminar, workshop dan simposium. Namun Penjualan Personal masih
mengambil peran dalam Keputusan Pelanggan memilih Sebivo untuk terapi
hepatitus b kronis.
109
2. Uji F Analisis Jalur Model 2
Uji hipotesis secara simultan untuk menganalisis pengaruh positif variabe
Kualitas Produk, Harga, Penjualan Personal, melalui Citra Merek terhadap
Keputusan Pelanggan dapat dijelaskan melalui uji F pada Tabel 5.10.
Tabel 5.10 Uji Simultan Jalur Model 2
Sumber: Pengolahan data (2014)
Dari Tabel 5.10, diketahui bahwa terdapat pengaruh positif siknifikan
secara simultan antara variabel Kualitas Produk, Harga, Penjualan Personal,
melalui Citra Merek terhadap Keputusan Pelanggan. Nilai Fhitung sebesar 42,710
berarti nilai Fhitung 42,710 > Ftabel 2,76. Juga uji signifikansi pada tabel Anova
menghasilkan nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05 (0,05 ≥ 0,000), maka H0 ditolak
dan H1 diterima maka hipotesis penelitian diterima.
3. Koefisien Determinasi R Square (R²) Jalur Model 2
Pada Tabel 5.11 dapat dilihat nilai koefisien determinasi (R²) dari analisis
Jalur Model 2.
Tabel 5.11 Koefisien Determinasi R Square
Sumber: Hasil pengolahan data (2014)
Model 2 F Sig.
Regression 42.710 .000a
ANOVAb
Std. Error of the
Estimate
0.743 6.51647
Model 2R Square
a. Predictors: (Constant), Citra Merek, Kualitas Produk,
Penjualan personal, Harga
110
Pada Tabel 5.11 dapat dijelaskan bahwa kontribusi atau keefektifan variabel
Kualitas Produk, Harga, dan Penjualan Personal melalui Citra Merek secara
simultan berpengaruh terhadap Keputusan Pelanggan sebesar 74,3%, sedangkan
sisanya 25,7% dipengaruhi faktor lain yang tidak dijelaskan didalam penelitian ini
seperti Kepuasan Pelanggan, Lokasi, dan Penempatan Produk.
Berdasarkan hasil uji t, koefisien korelasi, dan koefisian determinasi (R
Square) pada analisis jalur model 1 dan 2, maka dapat disajikan nilai kausal empiris
seperti pada Gambar 5.4.
Sumber: Hasil pengolahan data (2014)
Gambar 5.4 Kausal Empiris Antar Jalur
0,305
0,460 0,726
H2
0,693
0,257 0,651
O,575 0,403
0,523 Citra Merek Y
Keputusan Pelanggan
Z
0,580
H5
H6
H8
H3 H7
Penjualan Personal
X3 H4
H9
Fhitung 10,734 > Ftabel 2,76
Fhitung 42,710 > Ftabel 2,76
H1
0,146
0,419
0,743
0,349
111
Pada Gambar 5.4 disajikan dua buah persamaan substruktur, yaitu sebagai
berikut :
Y = 0,403X1+ 0.580X2 + 0.146X3
Z = 0,460X1 + 0,726X2 + 0,305X3 + 0.419Y1
5.6. Hasil Perhitungan Analisis Jalur Model 1 dan 2
Berikut pembahasan hasil perhitungan Analisis Jalur Model 1 dan 2 dengan
beberapa informasi secara objektif yang dirangkum dalam Tabel 5.12
Tabel 5.12 Rekapitulasi Komposisi Koefisien Jalur Model 1 dan 2
Sumber: Hasil pengolahan data (2014)
Berdasarkan Tabel 5.12 maka dapat diketahui bahwa besaran nilai koefisien
baik langsung dan tidak langsung antara model variabel Kualitas Produk, Harga,
Penjualan Personal melalui Citra Merek terhadap Keputusan Pelanggan, maka baik
LangsungTidak langsung
melalui Y
H1 X1 ke Y 0,403 0,403
H2 X2 ke Y 0,580 0,580
H3 X3 ke Y 0,146 0,146
H4 X1, X2, X3 ke Y 0,349 0,651 1
H5 X1 ke Z 0,460 0,460
X1 ke Y ke Z 0,169 0,629
H6 X2 ke Z 0,726 0,726
X2 ke Y ke Z 0,243 0,969
H7 X3 ke Z 0,305 0,305
X3 ke Y ke Z 0,061 0,366
H8 Y ke Z 0,419 0,419
H9 X1, X2, X3,Y ke Z 0,743 0,257 1
X1: Kualitas Produk, X2: Harga , X3: Penjualan Personal, Y: Citra Merek Z: Keputusan Pelanggan
Total
1
2
Jalur HipotesisPengaruh
Variabel
Pengaruh Kausal
Lainnya
112
secara individu maupun simultan terdapat pengaruh positif signifikan. Harga
menjadi variabel yang memberikan pengaruh positif lebih signifikan terbesar
terhadap Citra Merek dan Keputusan Pelanggan dibandingkan variabel lainnya
dengan nilai sebesar 58% dan 72,6%. Hal ini karena variabel Harga dengan
memiliki daya saing yang kuat, terjangkau, serta adanya kesesuaian manfaat dan
kualitas, apalagi bila ada klaim penggantian biaya, maka akan mendorong
Pelanggan untuk melakukan terapi dan dalam memutuskan memilih produk
terapinya. Juga Pelanggan memilih produk Sebivo berdasarkan tingkat kemampuan
pasiennya dalam menerapi penyakit hepatitis b kronik, karena terapi ini
memerlukan waktu terapi seumur hidup sehingga diperlukan dana yang besar.
Kualitas Produk menduduki posisi kedua juga memberikan pengaruh positif
terhadap Keputusan Pelanggan dengan besaran pengaruh sebanyak 46%, artinya
kenaikan Kualitas Produk sebesar 46% akan berdampak kepada Keputusan
Pelanggan sebesar 46%. Dan untuk Variabel Penjualan Personal merupakan
Variabel yang memiliki pengaruh positif yang terendah baik terhadap Citra Merek
maupun Keputusan Pelanggan dengan nilai pengaruhnya sebesar 14,6% dan
30,5%, berarti setiap terjadi perubahan Harga sebesar14,6% akan mempengaruhi
perubahan Citra Merek sebesar 14,6%. Juga setiap kenaikan 30,5% kemampuan
Penjualan Personal akan mempengaruhi Keputusan Pelanggan sebesar 30,5%.
Kecilnya pengaruh Penjualan Personal terhadap Citra Merek dan Keputusan
Pelanggan dikarenakan Pelanggan dalam menerapi pasien hepatitis b kronis sudah
mendapatkan guideline dari organisasi pelanggan dan dari lokakarya, selain
informasi yang didapatkan dari seminar-seminar.
113
Berdasarkan hasil data yang disajikan pada jalaur 1 dan jalur 2, maka
perusahaan PT. Novartis dalam mengembangkan produk Sebivo harus fokus tidak
hanya pada jalur 1 saja melainkan juga jalur 2 karena variabel pada jalur 1 dapat
meningkatkan Citra Merek Sebivo dan melalui Citra Merek Sebivo, tingkat
Keputusan Pelanggan memilih Sebivo untuk terapi hepatitis b kronis semakin
tinggi.
5.7. Analisa Korelasi Antar Dimensi
Untuk mengetahui dimensi mana yang memiliki pengaruh yang kuat, maka
dibuat sebuah matriks yang menghubungkan dimensi antar variabel independen
maupun dependen, sebagaimana tergambarkan pada Tabel 5.13.
Variabel Kualitas Produk pada dimensi X1.2 (Fitur produk) terhadap
dimensi Y.1 (Personalitas Merek) pada variabel Citra Merek memiliki pengaruh
korelasi terbesar dengan nilai 48,1% sehingga dikatakan memiliki korelasi cukup
kuat dengan tingkat signifikan pada level 0,01. Dengan demikian fitur produk
Sebivo cukup kuat memiliki peran dalam pembentukan Citra Merek. Variabel
Kualitas Produk pada dimensi X1.1 (Kinerja Produk) terhadap dimensi Z.3 (Cepat
Memutuskan) pada variabel Keputusan Pelanggan memiliki pengaruh sebesar
56,7% sehingga dikatakan memiliki korelasi kuat dengan tingkat signifikan pada
level 0,01. Dengan demikian Kinerja Produk Sebivo memberi peran yang kuat
terhadap Pelanggan dalam memutuskan penggunaan Produk Sebivo.
Pada variabel Harga pada dimensi X2.4 (Kesesuaian Manfaat) terhadap dimensi
Y.1 (Personalitas Merek) pada Variabel Citra Merek memiliki pengaruh korelasi
sebesar 55% sehingga dikatakan memiliki korelasi kuat dengan tingkat signifikan
114
pada level 0,01. Dengan demikian pada dimensi Kesesuain Manfaat Produk Sebivo
memberi peran yang kuat dalam pembentukan Citra Merek kususnya pada dimensi
Personalitas Merek. Variabel Harga pada dimensi X2.3 (Daya Saing) terhadap
dimensi Z.2 (Pengenalan Kebutuhan) pada variabel Keputusan Pelanggan
memiliki pengaruh dengan nilai sebesar 86,5% sehingga dikatakan memiliki
korelasi kuat dengan tingkat signifikan pada level 0,01. Berarti bahwa pada
dimensi Daya saing pada variabel Harga, memiliki peran yang sangat kuat terhadap
Keputusan Pelanggan kususnya adanya usaha untuk Pengenalan Kebutuhan Sebivo
bagi pelanggan.
Pada variabel Penjualan Personal pada dimensi X3.3 (Responsibilitas)
terhadap dimensi Y.2 (Identitas Merek) pada variabel Citra Merek memiliki nilai
pengaruh korelasi sebesar 41,3% sehingga dikatakan memiliki korelasi cukup kuat
dengan tingkat signifikan pada level 0,01. Variabel Penjualan Personal pada
dimensi X3.3 (Responsibilitas) terhadap dimensi Z.3 (Cepat memutuskan) pada
variabel Keputusan Pelanggan memiliki pengaruh sebesar 57,9% sehingga
dikatakan memiliki korelasi kuat dengan tingkat signifikan pada level 0,01. Dengan
demikian Responsibilitas memiliki peran yang kuat dalam Keputusan Pelanggan
melanjutkan penggunaan produk Sebivo. Ketersediaan dan kemudahan mendapat
produk Sebivo merupakan salah satu pertimbangan pelanggan dalam terapi pasien.
Lalu pada variabel intervening yaitu Citra Merek, khususnya pada dimensi
Y.2 (Identitas Merek), terhadap dimensi Z.3 (Cepat Memutuskan) pada variabel
Keputusan Pelanggan memiliki pengaruh sebesar 56,9% sehingga dikatakan
memiliki korelasi kuat dalam menentukan pelanggan memutuskan penggunaan
115
Variabel
Dimensi
Dimensi
(Y1) (Y2) (Y3) (Y4) (Y5) (Z1) (Z2) (Z3) (Z4) (Z5)
Kinerja (X1.1) .341** 0.210 .409** -.420** 0.119 .251* .492** .567** .432** .398**
Fitur produk (X1.2) .481** .388** .349** -0.200 0.115 0.166 .394** .572** 0.216 .452**
Reliabilitas (X1.3) 0.198 0.100 0.245 -0.190 -0.130 -0.220 0.154 0.132 0.032 0.241
Kesesuaian (X1.4) -0.050 0.150 -0.030 -0.09 -0.190 0.093 0.178 0.106 0.124 0.212
Kemampuan layanan (X1.5) 0.022 0.070 0.104 -0.040 -0.110 -0.070 0.057 0.159 0.135 .347**
Keterjangkauan (X2.1) .370** .524** .349** -0.020 0.168 .533** .403** .436** .491** .574**
Kesesuaian atas kualitas (X2.2) 0.202 .402** .309* 0.098 0.087 .752** .332** .430** .476** .567**
Daya saing (X2.3) .322** .466** .375** -0.230 0.055 .369** .865** .555** .678** .388**
Kesesuain manfaat (X2.4) .550** .471** .535** -0.170 0.011 0.190 .402** .627** .322** .405**
Klaim penggantian biaya (X2.5) .431**
.529**
.352**
0.043 0.017 .387**
.312*
.518**
.256*
.408**
Relationship (X3.1) .324**
0.200 .346**
-.366**
0.160 .332**
.496**
.455**
.429**
.307*
Komunikasi (X3.2) .323**
0.230 .374**
-0.210 0.060 0.208 .285*
.500**
0.165 .484**
Responsibilitas (X3.3) .328** .413** .406** -.316* 0.036 0.197 .413** .579** 0.223 .493**
Menjawab masalah (X3.4) -0.060 0.090 0.097 0.113 -0.140 -0.080 -0.220 -0.150 -0.190 -0.050
Kompetensi (X3.5) -0.040 0.050 0.071 0.064 -0.030 0.034 -0.120 -0.110 -0.030 0.091
Personalitas Merek (Y1) - - - - - .268* .445** .450** .256* .275*
Identitas Merek (Y2) - - - - - .486** .494** .569** .496** .463**
Sikap dan Perilaku Merek (Y3) - - - - - 0.210 .471** .495** .401** .440**
Asosiasi Merek (Y4) - - - - - 0.151 -0.210 -0.110 -0.08 -0.100
Manfaat dan Keunggulan Merek (Y5) - - - - - 0.046 0.036 0.218 0.037 0.038
Sumber: Data yang diolah (2014)
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Pencarian
Informasi
Penilaian
Alternatif
Prilaku
Purna
Beli
Tabel 5.13 Matrik Korelasi Antar Dimensi
Citra Merek (Y) Keputusan pelanggan (Z)
Variabel
Personalitas
Merek
Identitas
Merek
Sikap dan
Perilaku
Merek
Asosiasi
Merek
Manfaat dan
Keunggulan
Merek
Pengenalan
Kebutuhan
Cepat
memutuskan
Kualitas
Produk
(X1)
Harga
(X2)
Citra
Merek
(X3)
Penjualan
Personal
(X3)
116
produk, berarti juga bahwa Identitas Merek Sebivo memberi peran yang kuat
terhadap Keputusan Pelanggan kususnya pada dimensi Cepat Memutuskan.
Dengan demikian perusahaan perlu mengembangkan Identitas Merek produk
Sebivo ke dalam benak pelanggan, sehinggan pelanggan yakin untuk menggunakan
Sebivo sebagai terapi hepatitis b kronis. Juga, dalam hal ini pelanggan merasa
memiliki tanggung jawab moral dalam mencapai hasil dari terapi, serta lamanya
terapi, dan biaya yang dikeluarkan.
5.8. Pembahasan Hasil Penelitian
5.8.1. Pengaruh Kualitas Produk, Harga, dan Personal Personal terhadap
Citra Merek (Jalur Model 1)
Dari hasil analisis jalur pada Model 1 terlihat bahwa dari ketiga variabel
independen, semua berpengaruh positif terhadap Citra Merek. Akan tetapi, faktor
Harga paling berpengaruh positif terhadap Citra Merek sebesar 58% secara searah.
Artinya pelanggan yang sensitif dan cenderung memperhatikan harga yang
memiliki daya saing yang kuat, terjangkau, serta adanya kesesuaian manfaat dan
kualitas, apalagi bila ada klaim penggantian biaya, maka akan mendorong
pelanggan untuk melakukan terapi dan dalam memutuskan memilih produk
terapinya. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Choi
(2008) bahwa Bahwa dalam memberikan keputusan harga untuk merek toko,
berkaitan dengan harga merek nasional yang sesuai. Juga, hasil penelitian yang
dilakukan oleh Theotokis (2011) mengatakan bahwa penentuan harga yang tepat
memberikan persepsi citra merek pada benak konsumen. Hal ini sesuai dengan
117
pendapat Setiadi (2003:180) mengatakan bahwa citra merek merupakan
representasi dari keseluruhan persepsi terhadap merek dan dibentuk dari informasi
dan pengetahuan terhadap merek itu. Citra terhadap merek berhubungan dengan
sikap yang berupa keyakinan dan preferensi terhadap suatu merek. Konsumen yang
memiliki citra yang positif terhadap suatu merek akan lebih memungkinkan untuk
melakukan pembelian. Untuk variabel Kualitas Produk, juga memiliki pengaruh
positif terhadap Citra Merek sebesar 40,3%, yang artinya adalah apabila konsumen
memiliki persepsi yang positif terhadap suatu produk, maka meningkat pula
keputusan konsumen untuk membeli suatu produk tersebut. Sedangkan variabel
Penjualan Personal, juga berpengaruh positif terhadap Citra Merek Sebivo sebesar
14,6%, artinya semakin baik dalam hal penjualan personal maka meningkat pula
secara searah Citra Merek Sebivo untuk terapi hepatitis b kronis.
5.8.2. Pengaruh Kualitas Produk, Harga, dan Personal Penjualan terhadap
Citra Merek melalui Keputusan Pelanggan (Jalur Model 2)
Dari hasil analisis Jalur Model 2, terlihat bahwa ketiga variabel independen
berpengaruh positif terhadap Keputusan Pelanggan. Variabel Harga dalam analisis
Jalur pengaruh langsung memiliki pengaruh paling besar terhadap Loyalitas
Pelanggan melalui Keputusan Pelanggan sebesar 72,6%. Hal ini dapat diartikan
bahwa strategi penetapan harga yang baik juga akan membuat pelanggan
memutuskan menggunakan Sebivo sebagai terapi hepatitis b kronis misalnya,
kepada pelanggan, seorang pemasar atau penjual memberikan harga khusus, diskon
special, atau pemberian voucher gratis untuk pemeriksaan awal, tentunya akan
118
membuat pelanggan memilih Sebivo untuk terapi hepatitis b kronis. Dari hasil
analisa yang telah dijabarkan, dapat diketahui bahwa hasil tersebut sesuai dengan
pendapat Schiffman dan Kanuk (2008) bahwa persepsi terhadap harga adalah cara
pandang konsumen dalam menilai apakah sebuah produk mempunyai harga yang
wajar, mahal, atau murah. Persepsi terhadap harga nantinya akan menentukan nilai
pada suatu produk dan keinginan untuk membeli produk tersebut. Juga hal ini sesuai
dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Hinterhuber dan Liozu (2012)
mengatakan bahwa mengembangkan dan menerapkan program pricing
berdasarkan nilai pelanggan merupakan proyek multiyear yang menuntut tingkat
tinggi perhatian eksekutif dan membutuhkan perubahan substansial dalam proses
dan berpikir dalam perusahaan guna mememenangkan pelanggan. Juga sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Hinterhuber (2008) mengatakan bahwa
pemahaman yang luas tentang keunggulan strategi penetapan harga berbasis nilai
pelanggan memberikan serangkaian solusi untuk mengatasi hambatan gap strategi
harga dan penjualan. Sedangkan variabel Kualitas Produk memiliki pengaruh
langsung positif sebesar 46% terhadap Keputusan Pelanggan. Sedangkan variabel
Personal Personal juga memiliki pengaruh langsung yang positif sebesar 30,5%.
Kontribusi Kualitas Produk, Harga, dan Personal Personal melalui Citra Merek
terhadap Keputusan Pelanggan memilih Sebivo untuk terapi hepatitis b kronis
sebesar 74,3%, sedangkan sisanya sebesar 25,7% dipengaruhi oleh variabel-
variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Dengan demikian PT. Novartis
Indonesia perlu memperhatikan kedua jalur model penelitian ini guna
116
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa dua jalur yang dilakukan oleh penulis terhadap
data penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Harga berpengaruh positif signifikan paling besar dibandingkan Kualitas
Produk dan Penjualan Personal terhadap Citra Merek. Pada variabel Harga
pengaruh terbesar ada pada dimensi Kesesuaian Manfaat terhadap dimensi
Personalitas Merek pada variabel Citra Merek memiliki korelasi yang kuat
dengan tingkat signifikan. Hal ini berarti kesesuaian manfaat produk Sebivo
mengambil peran yang kuat terhadap terbentuknya citra merek khususnya
pada personalitas merek.
b. Kualitas Produk berpengaruh positif signifikan terhadap Citra Merek. Pada
Kualitas Produk pengaruh terbesar ada pada dimensi Fitur Produk terhadap
dimensi Personalitas Merek pada Citra Merek dengan memiliki korelasi
cukup kuat dengan tingkat signifikan. Hal ini berarti fitur produk sebivo
mengambil peran yang cukup kuat terhadap terbentuknya citra merek
khususnya pada personalitas merek.
c. Penjualan Personal berpengaruh positif signifikan terhadap Citra Merek.
Pada Penjualan Personal pengaruh terbesar ada pada dimensi
Responsibilitas terhadap dimensi Identitas Merek pada variabel Citra
Merek memiliki korelasi cukup kuat dengan tingkat signifikan. Hal ini
117
berarti sikap responsibilitas pada variabel Penjualan Personal mengambil
peran yang cukup kuat terhadap terbentuknya citra merek khususnya pada
identitas merek.
d. Kualitas Produk, Harga, dan Penjualan Personal secara simultan
berpengaruh signifikan terhadap Citra Merek. Uji signifikansi nilai
probabilitas lebih kecil, maka H0 ditolak dan H1 diterima, maka hipotesis
penelitian secara keseluruhan diterima, dengan demikian terdapat pengaruh
positif secara simultan antara variabel Kualitas Produk, Harga, dan
Penjualan Personal terhadap Citra Merek.
e. Harga berpengaruh signifikan terhadap Keputusan Pelanggan. Harga
memiliki pengaruh yang paling besar, kemudian diikuti oleh Kualitas
Produk, Citra Merek, dan Penjualan Personal. Pada Harga pengaruh
terbesarnya ada pada dimensi Daya Saing terhadap dimensi Pengenalan
Kebutuhan pada variabel Keputusan Pelanggan memiliki korelasi kuat
dengan tingkat signifikan. Hal ini berarti daya saing harga Sebivo
mengambil peran yang sangat kuat terhadap terbentuknya keputusan
pelanggan khususnya pada dimensi pengenalan kebutuhan.
f. Kualitas Produk berpengaruh signifikan paling besar kedua terhadap
Keputusan Pelanggan. Kualitas Produk pengaruh terbesarnya ada pada
dimensi Kinerja Produk terhadap dimensi Cepat Memutuskan pada variabel
Keputusan Pelanggan memiliki korelasi kuat dengan tingkat signifikan. Hal
ini berarti kinerja produk Sebivo mengambil peran yang kuat terhadap
118
terbentuknya keputusan pelanggan khususnya pada dimensi cepat
memutuskan.
g. Penjualan Personal berpengaruh signifikan paling kecil terhadap Keputusan
Pelanggan. Penjualan Personal pengaruh terbesarnya ada pada dimensi
Responsibilitas terhadap dimensi Cepat Memutuskan pada variabel
Keputusan Pelanggan dengan memiliki korelasi kuat dengan tingkat
signifikan. Hal ini berarti sikap responsibilitas mengambil peran yang kuat
terhadap terbentuknya keputusan pelanggan Sebivo khususnya pada
dimensi cepat memutuskan.
h. Kualitas Produk, Harga, dan Penjualan Personal melalui Citra Merek secara
simultan berpengaruh signifikan terhadap Keputusan Pelanggan. Uji
signifikansi nilai probabilitas lebih kecil maka H0 ditolak dan H1 diterima
maka hipotesis penelitian secara keseluruhan diterima, dengan demikian
terdapat pengaruh positif secara simultan antara variabel Kualitas Produk,
Harga, Penjualan Personal, Citra Merek terhadap Keputusan Pelanggan.
6.2. Saran
Penulis mengajukan beberapa saran atau rekomendasi untuk menjadi bahan
pertimbangan dan masukan sebagai berikut :
a. Bagi Perusahaan (PT. Novartis Indonesia)
1. Perusahaan perlu memperhatikan lebih khusus kepada variabel Harga
karena Harga pada penelitian menunjukan pengaruh terbesar terhadap Citra
Merek produk Sebivo dan terhadap Keputusan Pelanggan memilih Sebivo
untuk terapi hepatitis b kronis. Kesesuain harga memberikan pengaruh yang
119
terbesar terhadap personalitas merek produk Sebivo, juga Daya Saing harga
terhadap Pengenalan Kebutuhan merupakan dimensi yang paling
berpengaruh kontribusi terbesar terhadap Keputusan Pelanggan memilih
Sebivo. Oleh karena itu PT Novartis Indonesia diharapkan menetapkan
strategi penetapan harga yang mencerminkan kesesuain manfaat dan daya
saing produk, sehingga diharapkan pelanggan meningkatkan minat
exploratif dalam menerapi pasiennya dengan Sebivo. Selain itu perusahaan
perlu meningkatkan kualitas Kinerja Produk guna membangun personalitas
produk Sebivo dan Penjualan Personal terutama pada tanggung jawabnya
sebagai partner konsultasi selama terapi berlangsung.
2. Memperbanyak penelitian mengenai gambaran pasar hepatitis b kronis di
Indonesia, kondisi konsumer dan trennya. Serta mengikuti perubahan yang
dilakukan pemerintah dalam kebijakan terhadap tata laksana terapi dan
biaya terapi yang disuport oleh pemerintah melalui BPJS.
b. Bagi Peneliti Berikutnya
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan metode
analisis yang lain seperti SEM (Structural Equation Modelling), yang
merupakan pengembangan dari model Analisis Jalur.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan variabel
bauran pemasaran yang lain seperti distribusi dan penempatan produk yang
mungkin juga dapat mempengaruhi keputusan pembelian dengan area
cakupan yang lebih luas.
130
DAFTAR PUSTAKA
Aaker, D. A. 2004. Building Strong Brands. New York, The Free Press
Academy, Nice.2013.Novartis Custoner Solution Model. PT. Novartis Indonesia,
Jakarta
Arnold JE, Linda P dan George MZ. 2004. Consumer Behavior.
International Edition, Mc Graw-Hill
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu pendekatan Praktik.
Rineka Cipta. Jakarta
Assauri, S. 2004. Manajemen Pemasaran (Dasar, Konsep Dan Strategi).
Penerbit PT. Grafindo Persada. Jakarta
Budiadi, N. A. 2009. “Analisis Pengaruh Persepsi Harga Terhadap Perilaku
Pembelian Produk Kebutuhan Sehari-hari”. Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan,
Vol. 2 No,3 April 2009.
Diposumarto, Ngadino Surip. 2011. Metode Penelitian Teori dan Terapan.
Penerbit Mictra Wanaca Media. Jakarta
Dale, M. 2003. Developing Management Skill (Terjemahan).
PT. Gramedia. Jakarta
Davis, S. M. 2000. Brand Asset Management: Driving Profitable Growth through
Your Brand. Jossey-Bass, Inc., Publishers. California
Drezner, W. 2002. A Balanced Perspective on Brands. McMillan, Baringstoke.
Goetsch, David L. dan Stanley B. Davis, 2000. The Total Quality Approach
to Quality Management, 3rd edition., Prentice Hall. New Jersey
Griffin J. 2005. Customer Loyalty, Menumbuhkan dan Mempertahankan
Kesetiaan Pelanggan.Erlangga, Jakart
Heizer, Jay dan Barry Render. 2006. Manajemen Operasi. Edisi tujuh,
Salemba Empat. Jakarta
131
Hogan, S. 2005.Employees and Image: Bringing Brand Image to Life.The 2nd
Annual Strategic Public Relations Conference. Chicago: Lippincot Mercer
Jones, G.R. 2001,Organizational Theory. Third Edition, Prentice Hall
International Edition, New Jersey
Kotler, P dan Amstrong, G. 2006. Principles of Marketing Eleventh Edition.
Pearson
Prentice Hall. New Jersey
Kotler, P & Keller, K. 2007. Manajemen Pemasaran, Ed12. Jilid 2. Penerbit
PT. Indeks. Jakarta
Kotler, P. 2012. Marketing management, 14 Edition, Pearson Education Limited,
England.
Kuncoro, M. 2009. Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi. Erlangga.
Jakarta
Lamb C.W., Hair Joseph F.H. dan Carl Mcdaniel. 2001. Pemasaran. Edisi
Pertama, Salemba Empat, Jakarta
Lupiyoadi, H. 2006. Manajemen Pemasaran Jasa. Edisi Kedua.
Penerbit Salemba Empat. Jakarta
Malhotra, N.K. 2004. Marketing Research: An Applied Orientation. 4thEdition.
Pearson Education Inc. New Jersey
Mowen, J. C., dan Minor, M. 2001, Perilaku Konsumen. Jilid 2 edisi 5., PT.
Erlangga., Jakarta
Nagle, T.T. & Holden, R.K. 2002. The Strategy and Tactics of Pricing: A Guide to
Profitable Decision Making, Prentice-Hall. Englewood Cliffs. NJ.
Peter, J.P. dan Olson, J.C. 2002. Consumer Behavior: Perilaku Konsumen dan
Strategi Pemasaran. Cetakan Pertama Edisi Bahasa Indonesia. Penerbit
Erlangga. Jakarta
Rahman, A. 2010. Strategi Dahsyat Marketing Mix for Small Business . Edisi
Pertama. Penerbit TransMedia Pustaka. Jakarta
132
Ratri, Lutiary Eka. 2007. Hubungan Antara Citra Merek (Brand Image)
Operator Seluler dengan Loyalitas Merek (Brand Loyalty)Pada Mahasiswa
Pengguna Telepon Seluler di Fakultas Ekonomi Reguler Universitas
Diponegoro Semarang. Tesis Pascasarjana. Semarang: Fakultas Psikologi
Universitas Diponegoro
Rangkuti, F. 2006. Measuring Customer Satisfaction, (Teknik Mengukur
dan Strategy Meningkatkan Kepuasan Pelanggan), serta Analisis PLN JP.
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Sarwono, J. 2007. Analisis Jalur untuk Riset Bisnis dengan SPSS.
Andi Offset. Yogyakarta
_____. 2012. Path Analysis dengan SPSS: Teori, Aplikasi, Prosedur
Analisis untuk Riset Skripsi, Tesis dan Disertasi. Penerbit PT Elex Media
Komputindo. Jakarta
Schiffman, L. dan Leslie Kanuk. 2008. Consumer Behaviour 7th Edition
(Perilaku Konsumen) . PT. Indeks. Jakarta
Singarimbun, M. dan Sofian Effendi. 2006, Metode Penelitian Survai, Cetakan
Kedelapanbelas. Penerbit Pustaka LP3ES. Jakarta
Sumarwan, U.. 2004. Perilaku Konsumen. Ghalia Indonesia. Bogor
Sunyoto, D. 2013. Teori, Kuisioner, dan Analisis Data Sumber Daya
Manusia (Praktik Penelitian). Center for Academic Publishing Service.
Yogyakarta
Supranto, J. 2009. Statistik Teori dan Aplikasi, Edisi ketujuh Jilid 2: Penerbit
Erlangga, Jakarta
Setiadi, J.N. 2003. Perilaku Konsumen. Penerbit PT. Kencana Prenanda
Media. Jakartra
Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. ALFABETA. Bandung
Stanton, W.J. 2001. Prinsip-prinsip Pemasaran. Jilid Ketujuh. Penerbit
Erlangga. Jakarta.
133
Swastha, B. dan Irawan. 2005. Manajemen Pemasaran Modern. Liberty.
Yogyakarta.
Tybout, A.M. dan Tim Calkins, 2005.Kellogg on branding: the marketing
faculty of the Kellogg School of Management. John Wiley and Sons
Tjiptono, F. 2009. Strategi Pemasaran, edisi kedua, cetakan ketujuh. Penerbit:
Andi Offset, Yogyakarta
Umar, H. 2005. Metode Penelitian. Salemba Empat. Jakarta
Wijaya, T. 2011. Manajemen kualitas Jasa: Desain Servqual, QFD, dan Kano
disertai Contoh Aplikasi dalam Kasus Penelitian, PT. Indeks. Jakarta
125
LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Produk-Produk PT Novartis Indonesia
Merek Dagang Nama Generik Bentuk
Anafranil Clompramine HCL Tablet Aredia pamidronate Vial
Banan cefpodoxime Tablet, Vial
Baxima cefotaxime sodium Vial
Biodroxil cefadroxil Dry syrup, kapsul, tablet
Biogrisin griseofulvin Tablet
Biotriax ceftriaxone sodium Vial
Biozolin cefaxolin sodium Vial
Cafergot ergotamine Tablet
Cataflam diclofenac Tablet
Cibacen benazepril Tablet
Clozaril clozapine Tablet
Desferal desferrioxamine Vial
Digoxin Sandoz digoxin Tablet
Dihydergot dyhyroergotamine Tablet
Diovan valsartan Kapsul
Dotur doxycycline Kapsul, tablet
Exelon rivastigmine Kapsul
Exoderil naftifine Krim, lotion
Fenistil dimethindene maleate Drop
Floxbio ciprofloxacin Tablet
Hydergin co-dergocrine Tablet, Ampul
Hygroton chlortalidone Tablet
INH Ciba isoniazid Tablet
Lamisil terbinafine Tablet
Leptilan Na valproate Tablet
Lescol fluvastatin Kapsul
Leucomax molgramostin Vial
Lioresal baclofen Tablet
Locasalen flumethasone Krim
Lopresor metaprolol tartrate Tablet
Ludiomil maprotiline HCL Tablet
Melleril thioridazine Tablet
Methergin methylergometrine Tablet, Ampul
Miacalcic salmon calcitonin Ampul, Nasal Spray
Miochol acetylcholine Cl Eyedrops
Navoban tropisetron Ampul, Kapsul
Nyolol timolol maleate Eyedrops
Oculosan naphazoline nitrate Eyedrops
Ospamox amoxycillin Dry syrup, kapsul, tablet
Ospen penicillin - V Dry syrup, tablet
Ospexin cefalexin Dry syrup, kapsul, tablet
Parlodel bromocriptine Tablet
Pezeta Ciba pyrazinamide Tablet
Prohibit omeprazole Tablet
Rimactane rifampicin Kapsul, tablet, sirup
Rimactazid rifampicin + isoniazid Tablet
Ritalin methylphenidate Tablet
Roxbi cefuroxime Na Vial
126
Sandimmun / Neoral ciclosporin Kapsul, Drink solution
Sebivo Telbivudin Tablet
Ser-Ap-Es resepine, hydralazine,
hydrochlorothiazide Tablet
Serpasil reserpina Tablet
Sirdalud tizanidine Tablet
Standacillin ampicillin Dry syrup, kapsul, vial
Surpas amoxycillin + asam klavulanat Dry syrup, tablet
Synthocinon oxytocin Ampul
Tegretol carbamezepine Tablet, Sirup
Teronac mazindol Tablet
Trileptal oxcarbazepine Tablet
Urobacid norfloxacin Tablet
Voltaren diclofenac Tablet, Injeksi, Gel,
Suppositori
Voltaren Optha sodium dichlofenac Eyedrops
Zaditen ketotifen Drop, Tablet, Sirup
Lampiran 2 Kuesioner (Sebelum Uji Validitas)
Kuesioner
Professor/Dokter yang terhormat,
Saya, Ibnu Subroto, Mahasiswa Program Pascasarjana Magister Manajemen Universitas
Mercubuana Jakarta, sedang melakukan penelitian mengenai“Pengaruh Kualitas Produk, Harga,
dan Penjualan Personal terhadap Citra Merek serta Implikasinya dalam Keputusan Pelanggan
Memilih Sebivo dalam Terapi Hepatitis B Kronis di Jakarta Utara”.
Untuk itu mohon bantuan Professor/Dokter sekalian meluangkan sedikit waktu mengisi
kuesioner di bawah ini secara baik dan lengkap. Semua informasi yang disampaikan bersifat rahasia dan hanya dipergunakan untuk kepentingan akademis. Atas kesediaan dan kerja sama dari
para Professor/Dokter untuk mengisi kuesioner ini, saya ucapkan banyak terima kasih.
I. Latar Belakang Responden
1. Nama : …………………………… TTD: ……………….
2. Jenis kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan
3. Spesialisasi : ……………………………………………………..
4. Rumah sakit : ………………………………………………..........
II. Berikan tanda silang (√) pada jawaban yang Anda pilih. Pilih salah satu jawaban saja
untuk setiap pernyataan.
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
N : Netral
TS : Tidak Setuju
STS : sangat Tidak Setuju
127
No PERNYATAAN SS S N TS STS
KUALITAS PRODUK
Kinerja produk
1 Terjadi penurunan jumlah virus sebesar 10 IU/ml W-12
2 PCR- bulan ke-6
3 Normalisasi ALT bulan ke-6
4 Terjadi serokonversi bulan ke-6
5 Low resistency
Fitur produk
6 Supresi virus tinggi
7 Normalisasi ALT
8 Terjadi serokonversi
9 Efek samping aman
10 Meningkatkan kualitas hidup
Reliabilitas
11 Aman dalam tahapan terapinya
12 Kepatuhan terjaga
13 Dapat dikonsumsi kapanpun
14 Aman untuk konsumsi jangka panjang
15 Original produk
Kesesuaian
16 Sesuai dengan kebutuhan road map therapi
17 Produk sesuai dengan rekomendasi
18 Produk sesuai untuk ras asia
19 Sesuai dengan tujuan terapi
20 Produk untuk terapi hepatitis b kronis
Kemanfaatan
21 Memiliki masa pakai produk panjang
22 Untuk wanita dan pria
23 Efek samping aman
24 Kulitas hidup meningkat
25 Memperbaiki fungsi hati
No PERNYATAAN SS S N TS STS
HARGA
Keterjangkauan harga produk
26 Harga produk terjangkau
27 Harga produk tidak membebani terapi
28 Harga termasuk murah
29 Harga tidak menjadi pertimbangan
30 Harga bukan alasan untuk tidak menggunakan produk
128
Kesesuaian harga dengan kualitas produk
31 Harga sesuai dengan kualitas produk
32 Harga relatif sesuai dengan kualitas produk
33 Harga mencerminkan kualitas produk
34 Harga tidak ada hubungannya dengan kualitas produk
35 Harga ada hubungannya dengan kualitas produk
Daya saing harga produk
36 Harga masuk akal
37 Harga kompetitor lebih murah
38 Memilih harga yang lebih murah
39 Harga kompetitor lebih mahal
40 Harga bukan pertimbangan
Kesesuaian harga dengan manfaaat produk
41 Harga sesuai manfaat
42 Harga tidak sesuai dengan manfaat
43 Harga terlalu mahal untuk manfaat yang diberikan
44 Harga sama sekali tidak mencerminkan manfaat
45 Harga mencerminkan manfaat
Klaim penggantian biaya
46 Reimburse kantor
47 Asuransi produk
48 Produk masuk BPJS
49 Pertimbangan penggantian biaya
50 Tidak mempertimbangkan penggantian biaya
No PERNYATAAN SS S N TS STS
PENJUALAN PERSONAL
Relationship yang baik
51 Penjualan Personal disampaikan di waktu yang tepat
52 Konsultan Produk memiliki pengetahuan yang baik
53 Konsultan Produkm memiliki gaya bicara yang baik
54 Memiliki sikap yang santun
55 Menemui secara teratur
Mengkomunikasikan fitur produk dengan benar
56 Fungsi product disampaikan dengan baik
57 Tujuan terapi disampaikan dengan baik
58 Menyampaikan posisioning produk dengan baik
129
59 Menggunakan pilihan kalimat yang tepat
60 Penjelasan fitur produk mudah dimengerti
Memiliki Responsibilitas (Tanggung Jawab)
61 Konsultan Produk mudah dihubungi
62 Tepat waktu bila ada janji
63 Menemui pelanggan secara teratur
64 Memberikan literatur yang tepat
65 Menyampaikan semua informasi event dengan tepat
Menjawab masalah yang dihadapi customer
66 Menjawab obstacle dengan tepat
67 Menerangkan masalah Pelanggan dengan tepat
68 Cepat dalam membantu menyelesaikan masalah
69 Sikap Profesional dalam penanganan masalah
70 Memberikan informasi solusi terhadap masalah
Kompetensi
71 Memiliki komunikasi yang baik
72 Menjelaskan fungsi produk dengan jelas
73 Memiliki scientific knowledge yang memadai
74 Menyelesaikan masalah dengan penuh tanggung jawab
75 Disiplin dalam menjalin relationship dengan Pelanggan
No PERNYATAAN SS S N TS STS
CITRA MEREK
Personalitas Merek
76 Spesifikasi produk yang ditawarkan jelas
77 Jaminan dan keamanan produk yang baik
78 PCR- dalam 6 bulan
79 Memberikan proses terapi yang baik
80 Memberikan respon terapi yang optimal
Identitas Merek
81 Kemasan mudah digunakan
82 Memudahkan kepatuhan pasien
83 Spesifikasi yang lengkap
84 Informasi yang diberikan lengkap
85 Fitur produk lengkap
Sikap dan Perilaku Merek
86 Produk mudah didapatkan bertransaksi
87 Produk yang konsisten
88 Produk terdapat kesesuaian kebutuhan
89 Produk yang lengkap memenuhi standar
90 Produk dilayani tepat waktu
130
Asosiasi Merek
91 Optimal hasil terapi
92 Efek samping aman
93 Kualitas hidup meningkat selama terapi
94 Aman dari keluhan
95 Kenyamanan selama terapi
Manfaat dan Keunggulan Merek
96 Stop terapi (PCR-)
97 Kualitas produk optimal
98 Spesifikasi produk
99 Supresi virusnya optimal
100 Optimal kinerja serokonversinya
No PERNYATAAN SS S N TS STS
KEPUTUSAN PELANGGAN MEMILIH SEBIVO
Pencarian Informasi
101 Menanyakan histori penyakit
102 Pemeriksaan Alt
103 Pemeriksaan HBsAg
104 Memberikan penyuluhan pada pasien awan
105 Menginformasikan proses terapi hingga selesai
Pengenalan Kebutuhan
106 Sesuai dengan roadmap yang tepat
107 literatur berkaitan dengan tata laksana terapi
108 Pemeriksaan HBVDNA bulan ke-3
109 Pemeriksaan HBVDNA bulan ke-6
110 Memeriksa efek samping pasien
Cepat Memutuskan
111 Menggunakan produk dengan HbSAg+
112 Sessuai need pasien
113 Merasakan manfaat yang nyata
114 Sesuai dengan tujuan & kebutuhan pasien
115 Menggunakan produk/jasa karena manfaatnya
Penilaian Alternatif
116 Supresi virus menjadi pertimbangan
117 Serokonvessi menjadi pertimbangan
118 Resistensi menjadi pertimbangan
119 Harga menjadi pertimbangan
131
120 Efek keamanan menjadi pertimbangan
Perilaku Purnabeli
121 Merekomendasikanproduk kepada juniornya
122 Selalu menggunakan produk yang sama
123 Menggunakan produk kompetitor
124 Mempromosikan produk kepada koleganya
125
Merasa menjadi bagian dari produk dengan mengikuti
kegiatan-kegiatan promosinya
Demikianlah kuesioner ini, saya Ibnu Subroto, Mahasiswa Program
Pascasarjana Magister Manajemen Universitas Mercubuana Jakarta, mengucapkan
banyak terima kasih atas kesediaan dan kerja sama professor/dokter untuk mengisi
kuesiner ini. Saya pastikan bahwa semua informasi yang disampaikan bersifat
rahasia dan hanya dipergunakan untuk kepentingan akademis..
Jakarta, November 2015
(Ibnu Subroto)
Lampiran 3 Reliabilitas Kualitas Produk (X1)
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.937 25
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item
Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-Total
Correlation
Cronbach's Alpha if
Item Deleted
VAR00001 73.3667 184.930 .681 .933
VAR00002 73.4333 183.564 .721 .932
VAR00003 73.3667 182.792 .770 .932
VAR00004 73.2000 194.717 .366 .937
VAR00005 73.1000 187.886 .571 .934
VAR00006 73.0667 187.237 .615 .934
VAR00007 73.4000 191.145 .491 .935
VAR00008 73.4333 191.357 .503 .935
VAR00009 73.4000 180.662 .850 .930
VAR00010 73.2667 187.375 .581 .934
132
VAR00011 73.1667 185.316 .677 .933
VAR00012 73.2333 181.082 .735 .932
VAR00013 72.5667 188.599 .693 .933
VAR00014 72.6333 188.033 .716 .933
VAR00015 72.7000 187.321 .705 .933
VAR00016 72.7667 183.357 .857 .931
VAR00017 73.1000 189.817 .662 .934
VAR00018 72.9667 188.861 .689 .933
VAR00019 72.4667 190.257 .372 .938
VAR00020 72.7667 189.289 .578 .934
VAR00021 73.4333 181.220 .756 .932
VAR00022 73.4000 181.903 .736 .932
VAR00023 73.2000 179.890 .854 .930
VAR00024 73.3667 203.964 -.072 .945
VAR00025 73.2000 196.648 .367 .942
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
76.1667 202.902 14.24438 25
rtabel = 0.361
Catatan :
Butir dinyatakan Tidak Valid = Butir No.24
Lampiran 4 Reliabilitas Harga (X2)
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.938 25
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item
Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-Total
Correlation
Cronbach's Alpha if
Item Deleted
VAR00001 71.8000 213.890 .683 .934
VAR00002 71.8667 214.809 .627 .935
VAR00003 71.7667 213.426 .609 .935
VAR00004 71.7667 223.357 .369 .938
VAR00005 71.9333 216.892 .586 .935
VAR00006 71.9667 218.102 .452 .937
VAR00007 72.2667 219.582 .459 .937
VAR00008 71.7333 213.995 .675 .934
VAR00009 71.5667 218.323 .586 .936
VAR00010 71.8333 218.902 .561 .936
VAR00011 71.9333 218.271 .626 .935
VAR00012 71.9000 211.197 .786 .933
VAR00013 71.8333 212.626 .691 .934
VAR00014 71.6000 212.800 .601 .935
VAR00015 71.7333 210.823 .736 .933
VAR00016 71.4333 214.806 .543 .936
VAR00017 72.0333 219.826 .505 .936
133
VAR00018 72.3000 218.631 .547 .936
VAR00019 71.3000 217.252 .637 .935
VAR00020 71.7000 212.907 .701 .934
VAR00021 71.2333 212.116 .616 .935
VAR00022 71.1000 207.334 .676 .934
VAR00023 71.2000 213.959 .642 .935
VAR00024 71.4000 216.110 .514 .937
VAR00025 71.6000 216.524 .497 .937
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
74.7000 233.183 15.27032 25
rtabel = 0.361
Catatan :
Seluruh Butir dinyatakan valid atau tidak ada butir dinyatakan gagal
Lampiran 5 Reliabilitas Penjualan Personal (X3)
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.916 25
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item
Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-Total
Correlation
Cronbach's Alpha if
Item Deleted
VAR00001 71.3000 149.321 .720 .909
VAR00002 71.3667 149.137 .711 .909
VAR00003 71.3000 149.114 .729 .909
VAR00004 71.1333 156.809 .472 .914
VAR00005 71.0333 155.068 .467 .914
VAR00006 71.0000 154.345 .515 .913
VAR00007 71.3333 154.161 .572 .912
VAR00008 71.3667 154.861 .561 .912
VAR00009 71.3333 147.678 .787 .908
VAR00010 71.2000 151.131 .637 .911
VAR00011 71.1000 150.576 .673 .910
VAR00012 71.1667 147.523 .700 .909
VAR00013 70.5000 155.983 .549 .913
VAR00014 70.5667 156.392 .521 .913
VAR00015 70.6333 155.620 .528 .913
VAR00016 71.2667 151.995 .634 .911
VAR00017 71.3333 153.057 .461 .914
VAR00018 71.3667 150.240 .610 .911
VAR00019 71.3667 158.102 .399 .917
VAR00020 71.1667 159.868 .226 .919
VAR00021 71.2667 157.444 .397 .915
VAR00022 71.4333 158.875 .389 .917
VAR00023 70.9000 158.369 .394 .916
VAR00024 70.8667 157.361 .387 .915
VAR00025 71.1000 155.128 .463 .914
134
rtabel = 0.361
Catatan :
Butir dinyatakan Tidak Valid = Butir No.20
Lampiran 6 Reliabilitas Citra Merek(Y)
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.894 25
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item
Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-Total
Correlation
Cronbach's Alpha if
Item Deleted
VAR00001 69.8333 143.454 .394 .893
VAR00002 70.4667 135.430 .683 .886
VAR00003 70.4333 137.702 .463 .890
VAR00004 70.3333 134.644 .583 .887
VAR00005 70.4000 134.386 .601 .887
VAR00006 70.3000 143.734 .371 .894
VAR00007 70.4000 145.628 .391 .897
VAR00008 70.6000 141.283 .450 .893
VAR00009 70.2000 140.303 .485 .890
VAR00010 70.1667 141.868 .447 .891
VAR00011 70.4333 139.771 .455 .890
VAR00012 70.3000 136.217 .481 .890
VAR00013 70.4000 138.248 .381 .894
VAR00014 71.1000 139.472 .620 .888
VAR00015 69.8333 132.695 .641 .886
VAR00016 69.4667 130.326 .719 .883
VAR00017 69.7000 139.114 .512 .889
VAR00018 70.0000 131.724 .736 .883
VAR00019 70.1667 142.075 .386 .894
VAR00020 70.0667 129.444 .747 .882
VAR00021 70.6333 136.585 .589 .887
VAR00022 70.8333 137.040 .635 .887
VAR00023 70.6000 142.110 .391 .894
VAR00024 70.7333 140.133 .457 .897
VAR00025 70.2000 136.648 .423 .892
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
73.2333 149.082 12.20990 25
rtabel = 0.361
Catatan :
Seluruh Butir dinyatakan valid atau tidak ada butir dinyatakan gagal
135
Lampiran 7 Reliability Keputusan Pelanggan (Z)
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.920 25
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Cronbach's Alpha
if Item Deleted
VAR00001 68.3667 166.585 .495 .917
VAR00002 68.4333 162.254 .669 .914
VAR00003 68.3667 162.309 .683 .914
VAR00004 68.2000 165.545 .666 .915
VAR00005 68.2667 167.444 .572 .916
VAR00006 68.5333 166.602 .516 .917
VAR00007 68.7333 170.064 .399 .919
VAR00008 68.1000 167.128 .482 .917
VAR00009 68.0667 164.478 .616 .915
VAR00010 68.4000 165.628 .616 .915
VAR00011 68.4333 165.426 .654 .915
VAR00012 68.4000 163.903 .604 .915
VAR00013 68.2333 164.737 .562 .916
VAR00014 68.4333 159.495 .704 .913
VAR00015 68.0667 163.926 .541 .916
VAR00016 67.9333 166.064 .594 .916
VAR00017 67.9667 164.999 .622 .915
VAR00018 68.2667 165.237 .490 .917
VAR00019 68.5000 167.086 .391 .921
VAR00020 68.0333 164.999 .555 .916
VAR00021 68.2333 165.840 .514 .917
VAR00022 68.5333 164.671 .604 .915
VAR00023 68.6667 167.678 .513 .917
VAR00024 68.6000 162.317 .646 .914
VAR00025 68.2333 179.289 -.038 .927
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
71.1667 179.247 13.38832 25
rtabel = 0.361
Catatan :
Butir dinyatakan Tidak Valid = Butir No.25
CATATAN :
VARIABEL JUMLAH
ITEM
BUTIR PERTANYAAN Cronbach's
Alpha TIDAK VALID VALID
KUALITAS PRODUK 25 1 24 0.937
HARGA 25 0 25 0.938
PENJUALAN PERSONAL 25 1 24 0.916
CITRA MEREK 25 0 25 0.894
KEPUTUSAN PELANGGAN 25 1 24 0.920
136
Lampiran 8 Deskripsi Data
Statistics
Kualitas Produk Harga
Penjualan
Personal Citra Merk
Keputusan
Pelanggan
N Valid 64 64 64 64 64
Missing 0 0 0 0 0
Mean 73.9063 75.9531 71.4375 87.0938 72.2500
Std. Error of Mean 1.34845 1.62499 1.19665 1.35212 1.55584
Median 75.0000 76.0000 70.0000 87.5000 73.5000
Mode 77.00 87.00 66.00a 83.00 73.00
Std. Deviation 10.78759 12.99991 9.57323 10.81697 12.44671
Variance 116.372 168.998 91.647 117.007 154.921
Skewness -.787 -.624 .262 -.485 -.315
Std. Error of Skewness .299 .299 .299 .299 .299
Kurtosis .941 .005 -.778 .673 -.146
Std. Error of Kurtosis .590 .590 .590 .590 .590
Range 54.00 59.00 39.00 54.00 55.00
Minimum 40.00 37.00 52.00 54.00 41.00
Maximum 94.00 96.00 91.00 108.00 96.00
Sum 4730.00 4861.00 4572.00 5574.00 4624.00
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown
Lampiran 9 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Kualitas Produk Harga
Penjualan
Personal Citra Merk
Keputusan
Pelanggan
N 64 64 64 64 64
Normal Parametersa,,b Mean 73.9063 75.9531 71.4375 87.0938 72.2500
Std. Deviation 10.78759 12.99991 9.57323 10.81697 12.44671
Most Extreme
Differences
Absolute .106 .132 .107 .056 .102
Positive .081 .067 .107 .047 .048
Negative -.106 -.132 -.068 -.056 -.102
Kolmogorov-Smirnov Z .847 1.054 .852 .445 .817
Asymp. Sig. (2-tailed) .470 .216 .462 .989 .516
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Lampiran 10 Regressi Variabel
Regression X1 . X2
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate
1 .575a .331 .320 10.71863
a. Predictors: (Constant), Kualitas Produk
137
Regression X2 . X3
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate
1 .693a .480 .471 9.45078
a. Predictors: (Constant), Penjualan Personal
Regression X1. X3
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 37.167 7.176 5.179 .000
Kualitas Produk .464 .096 .523 4.826 .000
a. Dependent Variable: Penjualan Personal
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
Citra Merk 87.0938 10.81697 64
Kualitas Produk 73.9063 10.78759 64
Harga 75.9531 12.99991 64
Penjualan Personal 71.4375 9.57323 64
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate
1 .591a .349 .317 8.94148
a. Predictors: (Constant), Penjualan Personal , Kualitas Produk, Harga
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 2574.433 3 858.144 10.734 .000a
Residual 4797.005 60 79.950
Total 7371.437 63
a. Predictors: (Constant), Penjualan Personal , Kualitas Produk, Harga
b. Dependent Variable: Citra Merk
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 53.743 9.340 5.754 .000
Kualitas Produk .204 .081 .403 2.518 .024
Harga .482 .128 .580 3.766 .000
Penjualan Personal .165 .067 .146 2.463 .033
a. Dependent Variable: Citra Merk
138
Descriptive Statistics
Mean Std. Deviation N
Keputusan Pelanggan 72.2500 12.44671 64
Kualitas Produk 73.9063 10.78759 64
Harga 75.9531 12.99991 64
Penjualan Personal 71.4375 9.57323 64
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate
1 .857a .734 .721 6.57650
a. Predictors: (Constant), Penjualan Personal , Kualitas Produk, Harga
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 7164.980 3 2388.327 55.221 .000a
Residual 2595.020 60 43.250
Total 9760.000 63
a. Predictors: (Constant), Penjualan Personal , Kualitas Produk, Harga
b. Dependent Variable: Keputusan Pelanggan
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 12.283 6.869 1.788 .079
Kualitas Produk .242 .096 .556 2.520 .027
Harga .856 .094 .895 9.089 .000
Penjualan Personal .114 .042 .488 2.715 .016
a. Dependent Variable: Keputusan Pelanggan
Model Summary
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate
1 .862a .743 .726 6.51647
a. Predictors: (Constant), Citra Merk, Kualitas Produk, Penjualan Personal , Harga
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 7254.602 4 1813.650 42.710 .000a
Residual 2505.398 59 42.464
Total 9760.000 63
a. Predictors: (Constant), Citra Merk, Kualitas Produk, Penjualan Personal , Harga
b. Dependent Variable: Keputusan Pelanggan
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 4.937 8.479 2.582 .015
Kualitas Produk .169 .047 .460 3.595 .014
Harga .791 .104 .726 7.615 .000
Penjualan Personal .137 .043 .305 3.186 .027
Citra Merk .147 .034 .419 4.323 .012
a. Dependent Variable: Keputusan Pelanggan
139
Lampiran 11 Korelasi Antar Dimensi
X3B X3C X3D X3E Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Z1 Z2 Z3 Z4 Z5
X1A Pearson
Correlation
.528*
*
.569*
*
-.111 .025 .341*
*
.208 .409*
*
-
.420*
*
.119 .251* .492*
*
.567*
*
.432*
*
.398*
*
Sig. (2-tailed) .000 .000 .380 .843 .006 .099 .001 .001 .349 .045 .000 .000 .000 .001
N 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64
X1B Pearson
Correlation
.823*
*
.798*
*
-.090 -.088 .481*
*
.388*
*
.349*
*
-.198 .115 .166 .394*
*
.572*
*
.216 .452*
*
Sig. (2-tailed) .000 .000 .481 .490 .000 .002 .005 .116 .367 .189 .001 .000 .086 .000
N 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64
X1C Pearson
Correlation
.343*
*
.315* -.031 -.020 .198 .101 .245 -.189 -.133 -.221 .154 .132 .032 .241
Sig. (2-tailed) .006 .011 .806 .875 .116 .427 .051 .134 .294 .079 .225 .297 .799 .055
N 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64
X1D Pearson
Correlation
.133 .184 -.211 -
.298*
-.054 .146 -.030 -.091 -.193 .093 .178 .106 .124 .212
Sig. (2-tailed) .294 .145 .095 .017 .671 .251 .816 .476 .126 .464 .160 .404 .328 .093
N 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64
X1E Pearson
Correlation
.284* .331*
*
-.130 -
.268*
.022 .069 .104 -.039 -.114 -.070 .057 .159 .135 .347*
*
Sig. (2-tailed) .023 .008 .305 .032 .861 .588 .415 .758 .371 .584 .654 .210 .289 .005
N 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64
X2A Pearson
Correlation
.393*
*
.423*
*
-.063 .059 .370*
*
.524*
*
.349*
*
-.019 .168 .533*
*
.403*
*
.436*
*
.491*
*
.574*
*
Sig. (2-tailed) .001 .001 .619 .642 .003 .000 .005 .881 .184 .000 .001 .000 .000 .000
N 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64
X2B Pearson
Correlation
.492*
*
.428*
*
.000 .061 .202 .402*
*
.309* .098 .087 .752*
*
.332*
*
.430*
*
.476*
*
.567*
*
Sig. (2-tailed) .000 .000 1.000 .633 .109 .001 .013 .440 .494 .000 .007 .000 .000 .000
N 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64
X2C Pearson
Correlation
.340*
*
.486*
*
-.149 -.123 .322*
*
.466*
*
.375*
*
-.234 .055 .369*
*
.865*
*
.555*
*
.678*
*
.388*
*
Sig. (2-tailed) .006 .000 .239 .334 .009 .000 .002 .063 .664 .003 .000 .000 .000 .002
N 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64
X2D Pearson
Correlation
.333*
*
.440*
*
-.156 -.241 .550*
*
.471*
*
.535*
*
-.169 .011 .190 .402*
*
.627*
*
.322*
*
.405*
*
Sig. (2-tailed) .007 .000 .219 .055 .000 .000 .000 .182 .933 .133 .001 .000 .010 .001
N 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64
X2E Pearson
Correlation
.583*
*
.606*
*
.000 .034 .431*
*
.529*
*
.352*
*
.043 .017 .387*
*
.312* .518*
*
.256* .408*
*
Sig. (2-tailed) .000 .000 1.000 .789 .000 .000 .004 .738 .897 .002 .012 .000 .041 .001
N 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64
X3A Pearson
Correlation
.274* .371*
*
-.224 -.022 .324*
*
.203 .346*
*
-
.366*
*
.160 .332*
*
.496*
*
.455*
*
.429*
*
.307*
Sig. (2-tailed) .028 .003 .076 .862 .009 .107 .005 .003 .205 .007 .000 .000 .000 .014
N 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64
X3B Pearson
Correlation
1 .670*
*
-.032 -.005 .323*
*
.229 .374*
*
-.212 .060 .208 .285* .500*
*
.165 .484*
*
Sig. (2-tailed) .000 .802 .968 .009 .068 .002 .093 .635 .099 .022 .000 .193 .000
N 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64
X3C Pearson
Correlation
.670*
*
1 -.031 -.150 .328*
*
.413*
*
.406*
*
-
.316*
.036 .197 .413*
*
.579*
*
.223 .493*
*
Sig. (2-tailed) .000 .809 .237 .008 .001 .001 .011 .777 .118 .001 .000 .077 .000
140
N 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64
X3D Pearson
Correlation
-.032 -.031 1 .615*
*
-.055 .085 .097 .113 -.144 -.083 -.223 -.151 -.194 -.053
Sig. (2-tailed) .802 .809 .000 .666 .506 .445 .374 .256 .513 .077 .235 .125 .676
N 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64
X3E Pearson
Correlation
-.005 -.150 .615*
*
1 -.040 .047 .071 .064 -.025 .034 -.117 -.113 -.028 .091
Sig. (2-tailed) .968 .237 .000 .756 .714 .575 .613 .844 .789 .356 .375 .829 .474
N 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64
Y1 Pearson
Correlation
.323*
*
.328*
*
-.055 -.040 1 .536*
*
.635*
*
-.017 .151 .268* .445*
*
.450*
*
.256* .275*
Sig. (2-tailed) .009 .008 .666 .756 .000 .000 .897 .234 .032 .000 .000 .042 .028
N 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64
Y2 Pearson
Correlation
.229 .413*
*
.085 .047 .536*
*
1 .562*
*
.153 .156 .486*
*
.494*
*
.569*
*
.496*
*
.463*
*
Sig. (2-tailed) .068 .001 .506 .714 .000 .000 .227 .218 .000 .000 .000 .000 .000
N 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64
Y3 Pearson
Correlation
.374*
*
.406*
*
.097 .071 .635*
*
.562*
*
1 -.132 .103 .210 .471*
*
.495*
*
.401*
*
.440*
*
Sig. (2-tailed) .002 .001 .445 .575 .000 .000 .299 .419 .096 .000 .000 .001 .000
N 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64
Y4 Pearson
Correlation
-.212 -
.316*
.113 .064 -.017 .153 -.132 1 .065 .151 -.211 -.109 -.078 -.096
Sig. (2-tailed) .093 .011 .374 .613 .897 .227 .299 .609 .234 .094 .391 .541 .448
N 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64
Y5 Pearson
Correlation
.060 .036 -.144 -.025 .151 .156 .103 .065 1 .046 .036 .218 .037 .038
Sig. (2-tailed) .635 .777 .256 .844 .234 .218 .419 .609 .721 .777 .084 .771 .763
N 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64
Z1 Pearson
Correlation
.208 .197 -.083 .034 .268* .486*
*
.210 .151 .046 1 .390*
*
.339*
*
.488*
*
.432*
*
Sig. (2-tailed) .099 .118 .513 .789 .032 .000 .096 .234 .721 .001 .006 .000 .000
N 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64
Z2 Pearson
Correlation
.285* .413*
*
-.223 -.117 .445*
*
.494*
*
.471*
*
-.211 .036 .390*
*
1 .568*
*
.756*
*
.360*
*
Sig. (2-tailed) .022 .001 .077 .356 .000 .000 .000 .094 .777 .001 .000 .000 .004
N 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64
Z3 Pearson
Correlation
.500*
*
.579*
*
-.151 -.113 .450*
*
.569*
*
.495*
*
-.109 .218 .339*
*
.568*
*
1 .467*
*
.578*
*
Sig. (2-tailed) .000 .000 .235 .375 .000 .000 .000 .391 .084 .006 .000 .000 .000
N 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64
Z4 Pearson
Correlation
.165 .223 -.194 -.028 .256* .496*
*
.401*
*
-.078 .037 .488*
*
.756*
*
.467*
*
1 .523*
*
Sig. (2-tailed) .193 .077 .125 .829 .042 .000 .001 .541 .771 .000 .000 .000 .000
N 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64
Z5 Pearson
Correlation
.484*
*
.493*
*
-.053 .091 .275* .463*
*
.440*
*
-.096 .038 .432*
*
.360*
*
.578*
*
.523*
*
1
Sig. (2-tailed) .000 .000 .676 .474 .028 .000 .000 .448 .763 .000 .004 .000 .000
N 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64 64