modul akuntansi keuangan lanjutan - repository bsi

104
1 MODUL AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN Yulia, S.E., M.M. NIP. 200809937 PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI FAKULTAS TEKNIK DAN INFORMATIKA UNIVERSITAS BINA SARANA INFORMATIKA 2021

Upload: khangminh22

Post on 29-Apr-2023

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

MODUL

AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN

Yulia, S.E., M.M.

NIP. 200809937

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI FAKULTAS TEKNIK DAN INFORMATIKA

UNIVERSITAS BINA SARANA INFORMATIKA 2021

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Waa Ta'ala yang telah memberikan kemampuan untuk Penulis, sehingga dapat menyusun modul akuntansi keuangan lanjutan 1, sebagai sebagai lanjutan dari pengantar akuntansi, akuntansi keuangan menengah. Modul ini muncul adanya kebutuhan yang harus ada dengan acuan garis – garis Besar Program Belajar (GBPB) yang mengikuti perkembangan dilapangan, sehingga Modul ini akan tetap up to date. Isi Inti Pokok pada modul ini adalah agar mahasiswa/mahasiswi, pelajar maupun pengusaha dan siapapun yang berminat dapat mudah memahami dan menguasai permasalahan bisnis yang sangat komplek.

Penulis merasa bahwa penyusunan modul akuntansi keuangan lanjutan 1 sangat dibutuhkan sekali bagi para mahasiswa/ mahasiswi atau pihak lain yang ingin mempelajari Akuntansi Keuangan lanjutan 1 yang mudah dipelajari. Modul Akuntansi keuangan lanjutan 1. Oleh karena itu, penyusun berharap Modul ini bermanfaat bagi lembaga pendidikan dan mahaiswa/mahasiswi serta pihak lain yang mempelajarinya.

Penulis sangat sadar bahwa semua insane pasti mempunyai kelemahan-kelemahan oleh karena itu penyusun menyadari dalam penyusunan modul ini masih ada kekurangan-kekurangan baik dalam pemadatan materi maupun bahasa serta kelengkapan kasus, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan sumbang saran dari rekan-rekan yang membaca modul ini untuk dapat menjadi modul yang lebih lengkap dan lebih baik. Besar harapan modul Akuntansi Keuangan Lanjutan 1 ini dapat dijadikan modul pegangan para pembaca, sehingga dipakai oleh masyarakat luas.

Pontianak, Agustus 2020

Yulia, S.E., M.M.

ii

DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar ...................................................................................................................... i

Daftar Isi ............................................................................................................................... ii

Bab I Usaha Persekutuan ...................................................................................................... 1

Bab II Pembagian Laba Rugi Persekutuan ............................................................................ 15

Bab III Pembubaran Persekutuan ......................................................................................... 22

Bab IV Likuiditas Persekutuan ............................................................................................. 27

Bab V Joint Venture............................................................................................................. 37

Bab VI Penjualan Angsuran ................................................................................................. 44

Bab VII Penjualan Konsinyasi ............................................................................................. 78

Bab VIII Penggabungan Usaha ............................................................................................ 81

1

BAB I USAHA PERSEKUTUAN

A. Pengertian Persekutuan dan Unsur Pokok Persekutuan

1. Pengertian Persekutuan Secara umum Persekutuan dapat didefinisikan sebagai suatu gabungan atau asosiasi dari

dua individu atau lebih untuk memiliki dan menyelenggarakan suatu usaha secara bersama dengan tujuan untuk memperoleh laba.

2. Unsur Pokok Persekutuan yaitu : Gabungan atau asosiasi para sekutu.

Sebagai suatu asosiasi dari beberapa sekutu ( individu ) maka persekutuan tidak dapat dipisahkan dengan kesepakatan atau perjanjian, yaitu perjanjian untuk mendirikan, memiliki, dan mengelola persekutuan. Pemilikan dan pengelolaan bersama. Didalam Persekutuan harus selalu dituntut adanya kebersamaan, yaitu : a) Persekutuan dimiliki bersama. b) Persekutuan dikelola bersama. c) Kalau ada risiko ditanggung bersama. d) Kalau memperoleh laba dibagi bersama.

3. Tujuan untuk memperoleh laba. Laba dibagi secara adil menurut rasio atau metode pembagian laba yang telah disepakati.

B. Ketentuan di dalam Perjanjian Persekutuan Perjanjian persekutuan akan berisi ketentuan-ketentuan yang disepakati oleh para sekutu mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan persekutuan sampai pembubarannya. Isi perjanjian antara lain : 1. Ketentuan mengenai persekutuan. 2. Ketentuan mengenai sekutu. 3. Ketentuan yang berhubungan dengan modal persekutuan. 4. Ketentuan mengenai pembagian laba. 5. Ketentuan yang berhubungan dengan pembubaran persekutuan. 6. Ketentuan mengenai pertanggungan ( asuransi ) terhadap masing-masing sekutu.

Isi perjanjian persekutuan akan dipakai sebagai : • Dasar pencatatan setoran modal. • Dasar perhitungan modal. • Dasar pembagian laba. • Dasar pencatatan transaksi-transaksi persekutuan yang menyangkut modal. • Dasar pembagian aktiva dalam likuidasi.

Dari uraian diatas terlihat bahwa perjanjian mempunyai peranan yang sangat penting dalam persekutuan mulai dari pendirian hingga pembubarannya.

C. Penggolongan Persekutuan Persekutuan dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu : 1. Persekutuan Firma ( Fa ), adalah :

2

Suatu usaha kerjasama yang didirikan untuk menjalankan perusahaan dengan menggunakan nama bersama dan semua sekutu dalam usaha tersebut bertanggung jawab penuh (dan biasanya ikut aktif) mengelola perusahaan.

2. Persekutuan Komanditer ( cv ), adalah : Suatu bentuk perjanjian kerja sama untuk berusaha di mana salah satu atau lebih dari anggotanya bertanggung jawab terbatas. a. Sekutu Aktif, adalah :

Sekutu yang ikut aktif mengelola perusahaan dan bertanggung jawab penuh dengan seluruh harta pribadinya.

b. Sekutu Pasif (Silent Partner), adalah : Sekutu yang hanya menyetor modal saja tanpa ikut mengelola perusahaan.

3. Joint Stock Company, adalah : Persekutuan yang struktur modalnya terbagi atas saham-saham yang dapat dipindahtangankan. Besarnya saham masing-masing sekutu didalam Joint Stock Company tidak menunjukkan besarnya tanggung jawab sekutu yang bersangkutan melainkan hanya menunjukkan besarnya kepemilikan.

D. Karakteristik Utama Persekutuan Karakteristik utama adalah merupakan sifat utama atau ciri khas persekutuan yang meliputi:

1. Mutual Agency Masing-masing sekutu merupakan agen (wakil, perantara, perpanjangan tangan ) dari persekutuan.

2. Limited Life Umur persekutuan adalah terbatas. Hal-hal yang mebatasi umur persekutuan antara lain perjanjian persekutuan, ketentuan hukum serta putusan pengadilan. Sewaktu-waiktu persekutuan dapat bubar karena masuknya sekutu baru, pengunduran sekutu dan sebagainya.

3. Unlimited Liability Tanggung jawab masing-masing sekutu ( kecuali sekutu pasif ) tidak terbatas pada modal yang telah disetor saja.

4. Ownership of an Interset in a Partnership Kekayaan yang telah disetor ke dalam persekutuan sudah bukan lagi milik sekutu penyetor, melainkan milik semua sekutu.

5. Participation on Partnership Profit Masing-masing sekutu mempunyai hak di dalam pembagian laba atau rugi persekutuan.

6. Right to Dispose of a Partnership Interest Masing-masing sekutu mempunyai hak untuk menjual atau memindahkan haknya atas modal dan hak atas laba kepada orang lain, baik kepada anggota sekutu maupun bukan.

7. Mutual Liabiliy Semua sekutu bertanggung jawab terhadap utang persekutuan. Jadi utang persekutuan adalah juga utang seluruh sekutu

E. Alasan Pemilihan Persekutuan Atau Bentuk Badan Usaha Lainnya

Pertimbangan untuk memilih bentuk badan usaha berupa persekutuan atau bukan adalah berdasarkan kelemahan dan kelebihan persekutuan dibandingkan bentuk badan usaha lainnya seperti perseroan terbatas dan lain-lain. Oleh karena itu perlu dibahas mengenai kelebihan dan kelemahan persekutuan.

Kelebihan Bentuk Usaha Persekutuan: 1. Bentuk persekutuan seperti firma lebih mudah dalam pendiriannya.

3

2. Bentuk persekutuan seperti firma juga lebih mudah dalam pembubarannya misalkan akan berubah menjadi bentuk perseroan terbatas.

3. Bentuk persekutuan juga mempunyai kebebebasan dan keluwesan dalam menentukan bentuk usahanya.

4. Kebebasan masing-masing sekutu dalam pengambilan keputusan. 5. Persekutuan hanya wajib melaporkan pajaknya tetapi bukan pembayar pajaknya karena yang

membayar pajak adalah para sekutu yang memperoleh laba persekutuan. Pajaknya berupa pajak penghasilan.

Kelemahan Bentuk Usaha Persekutuan: 1. Tanggung jawab pribadi sekutu akan hutang perusahaan. 2. Kelangsungan hidup perusahaan biasanya terbatas karena ikut ditetukan oleh perjanjian dalam

pendirian persekutuan. 3. Kesulitan dalam memindahtangankan kepentingan pemilik.

F. Akuntansi Dalam Persekutuan

Pada persekutuan laba atau rugi selalu dibagi di antara para sekutu sesuai dengan metode pembagian laba yang telah disepakati. Pembagian laba adalah pemindahan saldo laba ( rugi ) persekutuan ke rekening modal masing-masing sekutu. Mengenai modal sekutu pada dasarnyamerupakan keseluruhan dari hak para sekutu terhadap persekutuan. Pada umumnya hubungan ekonomis antara persekutuan dan para sekutu ditampung di dalam tiga rekening, yaitu :

1. Rekening “ Modal ”

Rekening modal menunjukkan besarnya hak modal sekutu yang bersangkutan. Modal masing masing sekutu berasal dari setoran modal mula-mula. Selanjutnya akan bertambah dengan setoran tambahan modal dan pembagian laba serta berkurang dengan pengambilan modal dam pembgian rugi. Rekening modal akan didebit apabila berkurang dan dikredit apabila bertambah.

2. Rekening “ prive ”

Rekening prive juga diselenggarakan untuk tiap-tiap sekutu. Rekening akan didebit apabila terjadi pengambilan harta persekutuan untuk sekutu. Sedangkan Rekening akan dikredit dengan bagian laba ( apabila tidak langsung ditutup ke rekening modal ).

Pada akhir periode saldo rekening “ prive ” ini akan dipindah ke rekening “ modal ” sekutu yang bersangkutan yaitu :

• Ke sisi debit, apabila rekening prive bersaldo debit. • Ke sisi kredit apabila rekening prive bersaldo kredit.

Jadi setelah tutup buku saldo rekening prive selalu nol. 3. Rekening “ Utang Kepada Sekutu ”

Rekening ini akan di debit apabila utang kepada sekutu berkurang dan di kredit apabila utang kepada sekutu bertambah. Dalam hal persekutuan dilikuidasi maka saldo rekening ini ikut

4

dipertimbangkan di dalam menghitung bagian kas sekutu yang bersangkutan. Di dalam neraca saldo disajikan pada kelompok pasiva, yaitu utang.

4. Rekening ‘ Piutang Kepada Sekutu ”

Rekening ini didebit apabila piutang kepada sekutu bertambah dan dikredit apabila piutang kepada sekutu berkurang. Dalam hal persekutuan dilikuidasi (dilebur) yaitu mengurangi hak sekutu yang bersangkutan. Didalam neraca saldo rekening disajikan dalam kelompok aktiva, yaitu piutang.

Piutang kepada pihak ketiga:

LATIHAN: 1.1 Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, silakan anda mengerjakan

latihan berikut ini ! 1) Apa yang dimaksud dengan Persekutuan dalam arti luas maupun dalam arti sempit ? 2) Apa saja yang menjadi ketentuan dalam perjanjian pendirian persekutuan? 3) Sebutkan jenis persekutuan ! 4) Apa yang dimaksud dengan silent partner? 5) Sebutkan karakteristik utama dari persekutuan!

Pembentukan Persekutuan A. Pembentukan Persekutuan Baru

Yaitu merupakan pembentukan persekutuan yang samasekali baru berdasarkan kesepatan dua orang sekutu atau lebih.

Masing-masing sekutu menyetor modal untuk mendirikan perusahaan baru yang akan dimiliki bersama. Setoran modal tersebut dapat berupa kas, aktiva nonkas atau bahkan aktiva tidak berujud seperti kemampuan lebih yang dimiliki oleh seorang sekutu diatas kemampuan sekutu yang lain. Bila aktiva berupa non-kas maka penilaian besarnya modal harus dengan persetujuan masing-masing sekutu agar mendapatkan nilai yang wajar dan memenuhi prinsip keadilan sehingga biasanya digunakan nilai pasarnya yang wajar. Penurunan nilai aktiva juga harus ditetapkan secara bersama.

Bila terdapat kemampuan lebih dari sekutu maka perlakuan terhadap kemampuan lebih yang dimiliki sekutu ada 2 metode pengakuan modal yaitu: 1. Metode Bonus 2. Metode Goodwill

Metode Bonus : Di asumsikan bhw jumlah Setoran modal mula-mula = jumlah rerata modal mula-mula Metode Goodwill Mengasumsi bhw jumlah setoran modal mula-mula = jumlah rerata modal mula-mula di+ goodwill yang diakui

5

A.1. Setoran Modal berupa Kas (contoh dan penyelesaiannya) Tuan Artha & Tuan Graha sepakat mendirikan usaha persekutuan firma dengan nama

“GATRA ”. Sebagai setoran awal masing-masing sekutu menyetorkan sbb :

Artha : Sebesar Rp 240.000.000 sedangkan Graha sebesar Rp 200.000.000).

a) Bagaimana pengakuan dan pencatatan setoran modal awal pendirian persekutuan tersebut dengan menggunakan metode bonus dan metode goodwill? Buatlah juga jurnal yang diperlukan! Jawab A.1. :

a) Jurnal untuk Setoran Modal ke Fa. GATRA dalam Rp

Bila dalam pendirian persekutuan tidak ada ketentuan proporsi pengakuan modal di dalam perjanjian, maka proporsi pengakuan modal dengan metode bonus besarnya dibagi rata (dibagi sama besar). Dengan demikian penyelesaian soal A.1 adalah: Masing-masing modal diakui sebesar Rp 220.000.000,- (440.000.000 ÷ 2) oleh karena pengakuan modal dalam Fa. GATRA dengan menggunakan metode Bonus maka perhitungannya seperti berikut:

b) Pengakuan Modal dengan Metode Bonus

* Jurnal untuk mencatat besarnya bonus Modal Artha 20.000.000,- Modal Graha 20.000.000,-

Neraca Fa. “GATRA ”

c) Pengakuan Modal dengan Metode Goodwill

Keterangan Setoran Modal

Metode Goodwill

Besarnya Goodwill

(1) (2) (2-1)

Setoran Artha

Setoran Graha

Jumlah Setoran

240.000.000

200.000.000

240.000.000

240.000.000

0

40.000.000

440.000.000 480.000.000 40.000.000

6

Jurnal untuk mencatat besarnya goodwill Goodwill 40.000.000,- Modal Graha 40.000.000,-

Neraca Fa. “GATRA ”

Demikian contoh sederhana tentang pembentukan persekutuan (Fa) dengan setoran modal awalnya berupa uang kas. Dalam contoh ini juga telah dijelaskan bagaimana kita melakukan perhitungan dan perekayasaan pencatatan apabila salah satu dari anggota sekutu mempunyai kemampuan lebih dalam persekutuan, sehingga pengakuan modal-nya terhadap setoran modal para sekutu dapat diakui dengan menggunakan 2 metode yaitu Bonus dan Goodwill.

Sub pembahasan berikutnya adalah pembentukan Fa. dengan setoran modal awalnya berupa Aktiva Non-kas. Apabila penyetoran modalnya berupa aktiva non-kas maka penilaian besarnya modal harus memenuhi prinsip keadilan dan biasanya di nilai berdasarkan harga pasar yang wajar. Berikut adalah contoh sederhana mengenai penyetoran modal berupa aktiva non-kas.

A.2. Penyetoran Modal berupa Aktiva Non-Kas (contoh dan penyelesaiannya) Bapak Upin & Ipin mendirikan usaha dengan nama “PT. MAKMUR”. Masing-masing

menyetorkan modal: Upin berupa uang tunai (Kas) Rp 150.000.000.- dan Ipin berupa Gedung, Tanah dan Truk dengan nilai Rp 225.000.000,-; Rp 160.000.000,- dan Rp 175.000.000,-.

Dari informasi ini Saudara diminta (a) menyusun bagaimana cara mengakui setoran modal awal pendirian persekutuan tersebut apabila menggunakan metode bonus dan metode goodwill? (b) buatlah jurnal yang diperlukan dan Neraca awal atas setoran perdirian firma tersebut! Jawab A.2. : a). Jurnal untuk mencatat setoran Modal Upin dan Ipin ke PT MAKMUR adalah (Rp)

Kas 150.000.000,- Gedung 225.000.000,- Tanah 160.000.000,- Truk 175.000.000,-

Modal Upin 150.000.000,- Modal Ipin 560.000.000,-

Keterangan Setoran Modal

Metode Bonus

Besarnya Bonus

(1) (2) (1-2)

Setoran Upin

Setoran Ipin

150.000.000

560.000.000

355.000.000

355.000.000

(205.000.000)*

205.000.000

7

b). Pengakuan Modal

dengan Metode Bonus

Jurnal untuk mencatat besarnya bonus: (Bonus untuk Ipin) Modal Ipin ….. 205.000.000,- Modal Upin ….. 205.000.000,- Neraca awal atas setoran modal Upin dan Ipin : (metode bonus)

Neraca PT. “MAKMUR ”

Atau bisa juga dibuat seperti

berikut: Neraca PT. “MAKMUR ”

c). Pengakuan Modal dengan

Metode Goodwill

Keterangan Setoran Modal

Metode Bonus

Besarnya Bonus

(1) (2) (1-2)

Setoran Upin

Setoran Ipin

150.000.000

560.000.000

560.000.000

560.000.000

410.000.000

0

Jumlah Setoran 710.000.000 710.000.000 0

Aktiva

Kas 710.000.000,-

Total 710.000.000,-

Pasiva

Modal Upin 355.000.000,-

Modal Ipin 355.000.000,-

Total 710.000.000,-

Aktiva

Kas 150.000.000,-

Gedung 225.000.000,-

Tanah 160.000.000,-

Truk 175.000.000,-

Total Aktiva 710.000.000,-

Pasiva

Modal Upin 355.000.000,-

Modal Ipin 355.000.000,-

Total Pasiva 710.000.000,-

8

Jumlah Setoran 710.000.000 1.120.000.000 140.000.000

Jurnal untuk mencatat besarnya goodwill

Goodwill 410.000.000,- Modal Upin 410.000.000,-

Neraca Fa. “GATRA ”

Aktiva

Kas 710.000.000,-

Goodwill 410.000.000,-

Jumlah 1.120.000.000,-

Pasiva

Modal Upin 560.000.000,-

Modal Ipin 560.000.000,-

Jumlah 1.120.000.000,-

B. Mengubah Pemilikan Perusahaan Perseorangan Yang Sudah Ada Adanya peluang dan kerja-sama dalam bisnis, biasa pemilik perusahaan ingin

mengembangankan perusahaan dengan menambah/ membuka peluang bagi orang atau pengusaha lain untuk bergabung dalam perusahaan. Apabila ini dilakukan maka pencatatan atas bergabungnya pihak lain tersebut akan dicatat melalui satu dari dua metode pencatatan yang digunakan, yaitu metode pembukuan lama (berdasarkan pembukuan/ pencatatan dari perusahaan sebelumnya) dan metode pembukuan baru. Perlakuan atas perubahan kepemilikan ini akan mengakibatkan adanya hal-hal sebagai berikut: • Penilaian (kembali) Aktiva Bersih yang Disetor atau Revaluasi Aktiva • Penentuan Modal masing-masing Sekutu • Pembukuan atau akuntansinya disesuaikan dengan metode pembukuan yang digunakan.

SKEMA PERUBAHAN PERUSAHAAN PERORANGAN MENJADI PERSEKUTUN

9

Contoh Soal Pendirian Persekutuan Yang Sudah Ada: Pada awal tahun 2001 Upin dan Ipin sepakat mendirikan Persekutuan “Murah Rejeki”. Upin sudah

mempunyai perusahaan perseorangan “Sumber Rejeki” yang bergerak di bidang servis dan perawatan kendaraan bermotor dan akan menggunakan aktiva bersih perusahaan perseorangan tersebut sebagai setoran modal. Sedangkan Ipin akan menyetor modal berupa kas sebesar Rp 375.000.000,- untuk mendirikan persekutuan baru. Neraca perusahaan perseorangan Upin pada saat itu sebagai berikut:

Perusaha Jasa “Sumber Rejeki” Neraca per 31 Desember 2000

(dalam Rp) Aktiva:

Kas

Piutang Dagang

Persediaan Brg. Dagang

Tanah

Gedung

Akumulasi Penyusutan

Mebel dan Peralatan

Akumulasi Penyusutan

Total Aktiva

Pasiva :

Utang Bank

Modal

Total Pasiva

37.500.000

22.500.000

37.500.000

45.000.000

52.500.000

42.000.000

15.000.000

10.500.000

22.500.000

12.000.000

202.500.000

82.500.000

120.000.000

202.500.000

Dalam hubungannya dengan setoran Upin tersebut telah disepakati adanya penyesuaian sebagai berikut :

1. Cadangan kerugian piutang diakui sebesar 10 % dari saldo piutang dagang. 2. Persediaan barang dagangan dinilai berdasarkan nilai pasarnya yaitu Rp 60.000.000 3. Diakuinya adanya goodwill sebesar Rp 15.000.000 4. Nilai tanah disepakati sebesar Rp 75.000.000 5. Diakuinya adanya utang biaya sebesar Rp 6.000.000

Pertanyaan: a) Atas transaksi tersebut diatas buatlah Neraca dan pencatatan pembentukan persekutuan dengan

metode pembukuan lama (metode pembukuan melanjutkan pencatatan persekutan lama)?

10

b) Atas transaksi tersebut diatas buatlah Neraca dan pencatatan pembentukan persekutuan dengan metode pembukuan baru?

Jawab B.1. : a) Pengakuan Modal Pendirian Persekutuan “Murah Rejeki” Menggunakan Metode Buku Lama:

√ Persediaan : - Nilai Pasar Persd. Brg. Dagangan 60.000.000 - Nilai Buku 52.500.000

Kenaikan nilai persd. Brg Dagangan 7.500.000

√ Tanah : - Nilai Pasar Tanah 75.000.000 - Nilai Buku 42.000.000

Kenaikan nilai Tanah 33.000.000

Pengakuan adanya Goodwill 15.000.000 Jumlah penambahan modal karena Penilaian kembali 55.500.000

(Revaluasi Aktiva) - Cadangan Kerugian Piutang (10% x 45.000.000) 4.500.000 - Utang Biaya 6.000.000 Jumlah Pengurangan Modal karena penilaian kembali (10.500.000)

Kenaikan Modal Upin karena Revaluasi Aktiva 45.000.000

√ Jurnal penyesuaian atas Revaluasi aktiva (penilaian kembali) yaitu :

Persediaan Barang Dagangan 7.500.000 Tanah 33.000.000 Goodwill 15.000.000

Cadangan Kerugian Piutang 4.500.000 Utang Biaya 6.000.000 Modal Upin 45.000.000

√ Mencatat setoran Ipin :

Kas 375.000.000 Modal Ipin 375.000.000

Dengan demikian untuk mengakui adanya penilaian kembali (revaluasi) atas aktiva tetap yang diserahkan Upin tersebut kita diwajibkan mencatat dan menilai kembali untuk rekening persediaan barang dagangan, Tanah, goodwill serta cadangan kerugian piutang dan utang. Sekaligus mencatat setoran Ipin berupa kas. Dan dalam metode pembukuan lama ini , neraca dari persekutuan baru yang mereka dirikan merupakan gabungan antara nilai aktiva perusahaan lama + penyesuaian + setoran modal sekutu baru, yaitu sebagai berikut:

11

Perusaha Jasa “Murah Rejeki” Neraca per 1 Januari 2001

b) Pengakuan Modal Pendirian Persekutuan “Murah Rejeki” Menggunakan Metode Buku Baru :

Pertanyaan dan Latihan Untuk memperluas cakrawala pemahaman saudara mengenai materi pembentukan persekutuan,

silahkan mengerjakan latihan berikut ini ! 1. Apa yang dimaksud dengan“Ownership of an Interest in a Partnership”? 2. Apa yang dimaksud dengan “Right to Dispose of Partnership Interest”? 3. Sebutkan cara pembentukan persekutuan ! 4. Apa perbedaan pembentukan persekutuan antara metode goodwill dengan metode bonus? 5. Tiga orang yaitu Doni, Endah (keduanya bekas foto model) dan Ferdy 2001 mendirikan

persekutuan yang usahanya berupa foto studio bernama “ MODEL “. Mereka menyetorkan modal, masing-masing:

• Doni Rp 12.500.000 dan kursi dengan nilai buku Rp 3.000.000 dan nilai pasar Rp 5.000.000 • Endah Rp 15.000.000 dan peralatan foto dengan nilai buku Rp 2.500.000 dan nilai pasarnya

Rp 4.500.000. • Ferdy Rp 2.000.000 dan Ruko dengan nilai buku Rp 20.000.000 namun nilai pasarnya Rp

23.000.000 Berapakah besarnya setoran modal yang diakui bila persekutuan yang akan didirikan

menggunakan metode bonus? Buatlah laporan pengakuan setoran dan jurnal untuk setiap transaksi yang berkaitan dengan setoran modal tersebut dan neracanya setelah ada pemberian bonus!

6. Tiga orang yaitu Andi, Beni, dan Cindy pada tahun 1991 mendirikan persekutuan yang usahanya berupa café bernama “ MOGE “. Mereka menyetorkan modal sebesar:

12

• Andi Rp. 10.500.000 dan kursi dengan nilai buku Rp. 3000.000 dan nilai pasar Rp. 4000.000. • Beni Rp. 13.000.000 dan peralatan dapur dengan nilai buku Rp. 2500.000 dan nilai pasarnya

Rp. 4500.000. • Cindy Rp. 1000.000 dan tanah dan bangunan dengan nilai buku Rp 19.000.000 namun nilai

pasarnya Rp. 21.000.000. Berapakah besarnya setoran modal yang diakui bila persekutuan yang akan didirikan

menggunakan metode goodwill? Buatlah laporan pengakuan setoran, jurnal untuk setiap transaksi yang berkaitan dengan setoran modal tersebut dan neracanya setelah ada pengakuan goodwill!

7. Perhatikan neraca dari perusahaan dagang di bawah ini!

Perusahaan dagang “ SANTOSO” Neraca Per 31 Desember 2000

Aktiva : Kas Piutang Dagang Cad. Kerugian Piutang Persediaan Brg. Dagang Tanah Gedung Akumulasi Penyesutan Mebel dan Peralatan Akumulasi Penyusutan Total Aktiva Pasiva : Utang Bank Modal Burhan Total Pasiva

77.500.000 (5.000.000) 60.000.000 (22.500.000) 30.000.000 (12.000.000)

45.000.000 72.500.000 52.500.000 45.000.000 37.500.000 18.000.000 270.500.000 112.500.000 158.000.000 270.500.000

Pada 10 Januari 2001 Tuan Burhan dan Tuan Teddy sepakat untuk mendirikan persekutuan baru dengan nama “RUKUN SANTOSO”. Tuan Burhan sebelumnya telah memiliki perusahaan perorangan dengan neraca seperti diatas dan Tuan Teddy akan menyetorkan modal berupa kas sebesar Rp. 170.000.000. Bila kemudian terdapat beberapa hal untuk penyesuaian berikut:

1. Cadangan kerugian piutang perlu diakui sebesar 10% dari saldo piutang dagang. 2. Persediaan dinilai dari nilai pasarnya sebesar Rp. 50 juta, 3. Diakui adanya goodwill yang timbul dari usaha yang dijalankan selama ini sebsar Rp. 15 juta. 4. Nilai tanah dinilai kembali seharga Rp. 45 juta. Diakui adanya hutang gaji sebesar Rp 7 juta.

Buatlah system pencatatan secara lengkap untuk mendirikan persekutuan “RUKUN SANTOSO” dengan metode pembukuan lama (berdasarkan neraca perusahaan “SANTOSO” milik Tuan Burhan).

13

RANGKUMAN: • Pengakuan setoran modal dengan metode bonus maka penghitungannya = total modal sekutu

dibagi banyaknya sekutu. Besarnya bonus = sebelum memperoleh bonus dikurangi setelah memperoleh bonus.

• Pengakuan setoran modal dengan metode goodwill maka penghitungannya modal masing-masing sekutu dinaikkan sebesar setoran modal tertinggi sehingga besarnya goodwill = setelah pengakuan goodwill dikurangi modal masing-masing sebelumnya.

• Pembentukan persekutuan dimana salah satu sekutunya sudah mempunyai perusahaan sebelumnya: Pencatatan akuntansinya dengan metode pembukuan lama maka harus melakukan penyesuaian terhadap penilaian kembali aktiva non-kasnya, kemudian langsung menambahkan dalam neracanya.

TES FORMATIF 1 Pilih salah satu jawaban yang paling tepat dari beberapa alternatif jawaban yang disediakan !

1) Berikut ini yang bukan merupakan prinsip pemilikan dan pengelolaan bersama,adalah: A. Pemilikan bersama dari persekutuan B. Bila ada resiko ditanggung bersama C. Bila memperoleh laba dibagi bersama D. Silent Partner tidak memperoleh laba, hanya gaji saja. E. Tidak ada jawaban yang benar

2) Pernyataan berikut ini yang bukan merupakan ketentuan yang diatur di dalam perjanjian persekutuan adalah:

A. Ketentuan mengenai Sekutu B. Ketentuan mengenai Pembagian Hutang. C. Ketentuan mengenai Pembagian Laba D. Ketentuan mengenai Permodalan E. Tidak ada jawaban yang benar

3) Karakteristik persekutuan adalah umurnya terbatas, hal ini disebut juga: A. Unlimited Liability B. Mutual Liability C. Limited Life D. Mutual Agency E. Tidak ada jawaban yang benar

4) Karakteristik persekutuan yang menyebutkan “ Participation on Partnership Profit”, artinya adalah: A. Masing-masing sekutu mempunyai hak di dalam pembagian laba atau rugi persekutuan. B. Kekayaan yang disetor ke dalam sekutu sudah bukan lagi milik sekutu penyetor. C. Tanggung jawab masing-masing sekutu tidak terbatas, kecuali sekutu pasif sebatas modal saja D. Masing-masing sekutu berpartisipasi sebagai agen (wakil) E. Tidak ada jawaban yang benar

5) Karakteristik persekutuan yang menyebutkan “Mutual Liability”, artinya adalah: A. Masing-masing sekutu mempunyai hak di dalam pembagian laba atau rugi persekutuan B. Kekayaan yang disetor ke dalam sekutu sudah bukan lagi milik sekutu penyetor C. Tanggungjawab terhadap utang persekutuan adalah pada sekutu-sekutunya D. Tanggung jawab masing-masing sekutu tidak terbatas, kecuali sekutu pasif sebatas modal saja E. Tidak ada jawaban yang benar

6) Yang menyebabkan modal persekutuan dicatat disisi kredit adalah: A. Penambahan Piutang

14

B. Penambahan modal dan pembagian laba C. Transaksi Prive D. Penambahan hutang E. Tidak ada jawaban yang benar

7) Berikut ini pernyataan yang benar mengenai cara mendirikan persekutuan dengan mengubah pemilikan perusahaan perseorangan yang sudah ada:

A. Pengakuan Aktiva Bersih yang disetor B. Pembukuan Hutang masing-masing sekutu C. Penilaian Modal masing-masing sekutu D. Penentuan modal masing-masing sekutu E. Tidak ada jawaban yang benar

8) Yang menyebabkan rekening Prive di dalam persekutuan dicatat disisi debet adalah, kecuali: A. Penerimaan laba persekutuan B. Pembayaran gaji sebagai pembagian laba C. Pembayaran bonus sebagai pembagian laba D. Bagian rugi yang harus ditanggung sekutu E. Tidak ada jawaban yang benar

9) Apabila Avin dan Huges mendirikan persekutuan Gono-Gini dengan perbandingan modal 1: 3 dengan total modal Rp. 600 juta apabila kemudian masuk sekutu baru Reza yang menyetor modal Rp. 240 juta maka besarnya modal bila diakui dengan metode bonus adalah sebesar:

A. Rp. 240 juta B. Rp. 300 juta C. Rp. 270 juta D. Rp. 280 juta E. Tidak ada jawaban yang benar

10) Apabila Avin, Huges dan Reza yang mendirikan persekutuan Gono-Gini tersebut diatas (no.9), Modalnya diakui dengan metode goodwill. Atas masuknya Reza sebagai sekutu baru maka besarnya goodwill Reza adalah:

A. Rp. 50 juta B. Rp. 60 juta C. Rp. 40 juta D. Rp. 55 juta E. Tidak ada jawaban yang benar

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Jawaban yang benar dalam diskusi kelas dan refensi buku, dan hitunglah jumlah jawaban yang benar. Kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan dalam materi Kegiatan Belajar 1.

Rumus

Arti tingkat penguasaan materi : 90 % - 100 % = baik sekali 80 % - 89 % = baik 70 % - 79 % = sedang < 70 % = baik sekali

15

BAB II PEMBAGIAN LABA - RUGI PERSEKUTUAN

Pendahuluan

Karakteristik utama yang kelima dari persekutuan adalah participation in partnership profit maka laba rugi persekutuan harus dibagi kepada para sekutu secara adil, artinya adil dalam pembagian laba kepada masing-masing sekutu disesuaikan dengan kontribusinya baik berupa waktu, modal dan kemampuan pribadi dalam menghasilkan laba.

Di samping itu adil juga berarti tidak ada perbedaan yang mencolok dari besarnya masing-masing bagian rugi-laba yang diberikan kepada sekutu. Oleh karena itu diperlukan metode penghitungan untuk pembagian laba-rugi yang disepakati bersama. Selanjutnya metode-metode yang dapat digunakan akan dibahas ke dalam dua bagian atau topik, yaitu:

1. Macam-macam Metode Pembagian Laba 2. Metode Pembagian Laba dengan Penghitungan Khusus

Tujuan yang ingin didapat dari pembelajaran dari materi ini adalah:

1. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami prinsip pembagian laba-rugi persekutuan dan latar belakangnya.

2. Mahasiswa dapat menyebutkan dan memahami 3 metode yang dapat digunakan dalam pembagian laba-rugi persekutuan.

3. Mahasiswa dapat menghitung, menjurnal serta menyusun laporan pembagian laba dengan masingmasing metode yang ada.

Metode Pembagian Laba A. Pengertian Metode Pembagian Laba

Metode pembagian laba adalah metoda atau cara yang digunakan untuk dasar penghitungan pembagian laba. Ada berbagai macam Metode Pembagian Laba yang digunakan: 1. Laba dibagi sama 2. Laba dibagi dengan rasio tertentu 3. Laba dibagi menurut perbandingan modal 4. Laba dibagi dengan memperhitungkan bunga modal dan sisanya dibagi menurut metode 1,2, atau

3. 5. Laba dibagi dengan memperhitungkan gaji dan atau bonus dan sisanya dibagi menurut metode

1,2 atau 3 6. Laba dibagi dengan memperhitungkan bunga modal serta gaji dan atau bonus dan sisanya dibagi

menurut metode 1,2 atau 3

1. Laba Dibagi Sama (Kasus 1) Masing-masing sekutu selalu mendapatkan bagian laba yang sama. Misalnya : A menyetor = Rp 51.000.000

B menyetor = Rp 54.000.000 C menyetor = Rp 45.000.000 Jumlah modal disetor Rp 150.000.000

Maka apabila persekutuan memperoleh laba Rp 9.000.000,- dan metode pembagian laba memakai metode dibagi sama maka rerata masing-masing sekutu mendapatkan laba Rp 3.000.000 (9.000.000 ÷3 ).

16

2. Laba Dibagi Dengan Rasio Tertentu (Kasus 2) Misalnya : Sekutu A = Rp 51.000.000

Sekutu B = Rp 54.000.000 Sekutu C = Rp 45.000.000

Rp 150.000.000 Laba atau rugi persekutuan dibagi dengan rasio 3 : 4 : 3, dengan laba Rp 9.000.000 Maka :

Sekutu A = 30 % x Rp 9.000.000 = Rp 2.700.000 Sekutu B = 40 % x Rp 9.000.000 = Rp 3.600.000 Sekutu C = 30 % x Rp 9.000.000 = Rp 2.700.000

3. Laba Dibagi Dengan Rasio Modal (Kasus 3) yang jenisnya antara lain: a. Modal Mula-mula adalah modal masing-masing sekutu pada saat persekutuan berdiri. b. Modal Awal Periode adalah saldo modal pada awal periode yang bersangkutan. Pada

umumnya saldo modal masing-masing sekutu setiap periodenya mengalami perubahan karena berbagai macam sebab, seperti :

a) Setoran modal. b) Penarikan modal. c) Pemindahan saldo rekening prive. d) Bagian laba. e) Pembebanan bagian rugi.

c. Modal Akhir Periode adalah saldo rekening “ Modal “ pada akhir periode sebelum pemindahan saldo rekening “ prive “ dan pembagian laba atau rugi. Pada umumnya saldo modal akhir ini setiap periodenya juga mengalami perubahan.

d. Modal Rata-rata adalah modal rata-rata masing-masing sekutu selama satu periode. e. Dalam menghitung besarnya modal rata-rata ini ada 2 faktor yang diperhitungkan, yaitu

saldo modal dan jangka waktu, sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut:

Untuk menguji pemahaman Saudara mengenai metode pembagian laba rugi (cara ke 3) ini, silakan saudara mengerjakan latihan berikut ini. (Cermatilah cara menghitung dan analisisnya seperti “Clue” yang ada ditabel tersebut)

LATIHAN 1 Perhatikan rekapitulasi saldo modal sekutu X, Y dan Z pada Tahun 2000 di bawah ini, untuk menjawab soal no. 1 sampai dengan 4!

Sekutu Periode Saldo Modal

Sekutu X 1/1-1999 1/5-1999 1/9-1999

Rp. 64.000.000 Rp. 70.000.000 Rp. 75.000.000

Sekutu Y 1/1-1999 1/7-1999

Rp. 64.000.000 Rp. 74.000.000

Sekutu Z 1/1-1999 1/4-1999 1/8-1999

Rp. 60.000.000 Rp. 70.000.000 Rp. 80.000.000

Laba yang dibagi pada akhir tahun 1999 adalah sebesar Rp 25.000.000

17

1. Berdasarkan tabel di atas hitunglah pembagian rugi-laba persekutuan X, Y dan Z berdasarkan saldo modal awal!

2. Berdasarkan tabel di atas hitunglah pembagian rugi-laba persekutuan X, Y dan Z berdasarkan saldo modal akhir!

3. Bila ada tambahan informasi sebagai berikut: Bunga modal 10%, Gaji perbulan X, Y dan Z masing-masing Rp. 600.000, Rp. 600.000, dan Rp. 750.000, Bonus 5% untuk X karena prestasi kerjanya. Pembagian laba perusahaan pada akhir tahun 1999 meningkat menjadi Rp. 50.000.000, maka: 3.1. Hitunglah pembagian laba mereka setelah bunga modal, gaji dan bonus mereka dengan metode rasio modal rata-rata. 3.2. Buatlah laporan perubahan modal bila diketahui prive X, Y dan Z masing-masing Rp.5.000.000, Rp. 6.500.000, dan Rp. 6.500.000.

4. Buatlah jurnal dari semua transaksi akuntansi dari soal no. 3 dan laporan perubahan modalnya! Langkah pengerjaan kasus 3, Latihan 1 : (a) Hitung rasio modal rata-ratanya dengan melihat periodenya; (b) Hitung bunga modal masingmasing = prosentase x Jml modal rata-ratanya. (c) Hitung gaji disetahunkan untuk masing-masing sekutu. (d) Buatlah daftar perhitungan pembagian laba yang disusun mulai dari bunga modal, gaji sampai pada bonus, kemudian ketiganya dijumlahkan. (e) Laba perusahaan total dikurangi jumlah tersebut kemudian sisanya dibagi sebesar rasio modal rata-ratanya.

Pembagian Laba dengan Perhitungan Khusus Dalam metode ini, semua faktor yang menentukan besarnya andil masing-masing sekutu di dalam menghasilkan laba atau rugi. Perubahan metode pembagian laba ini harus disetujui oleh para sekutu. Metode pembagiannya adalah sebagai berikut :

1. Laba dibagi dengan memperhitungkan bunga modal 2. Laba dibagi dengan memperhitungkan Gaji dan/ atau Bonus 3. Laba dibagi dengan memperhitungkan Bunga modal, Gaji dan/ atau Bonus 4. Penghitungan Perubahan Metode Pembagian Laba 5. Jurnal Pembagian Laba

1. Laba dibagi dengan memperhitungkan bunga modal

Dalam metode ini, bunga modal dan sisanya dibagi menurut metode laba dibagi rata, rasio tertentu, atau rasio modal. Bunga dapat dihitung berdasarkan rasio modal sebagai berikut:

1. Modal mula-mula 2. Modal awal periode 3. Modal akhir periode 4. Modal rata-rata 5. Kelebihan modal diatas jumlah tertentu.

Besarnya bagian laba masing-masing sekutu adalah sama dengan bunga modal ditambah bagian

sisanya. Apabila setelah diperhitungkan bunga tersebut menjadi minus, yang berarti rugi, maka besarnya bagian laba masing-masing sekutu adalah sama dengan bunga modal dikurangi denganbagian sisa rugi. Bunga modal ini hanya sebagai alat pembagian laba saja, sehingga tidak mempengaruhi besarnya laba

2. Laba dibagi dengan memperhitungkan Gaji dan/ atau Bonus Di dalam metode ini laba yang ada dikurangi gaji dan atau bonus terlebih dahulu baru kemudian

sisanya dibagi menurut laba dibagi rata, rasio tertentu atau metode rasio modal.

18

sehingga sisa tersebut dapat positif maupun negatif. Bila negatif berarti mengalami rugi riil meskipun sebenarnya ada laba namun setelah dikurangi gaji dan bonus menjadi rugi karena gaji dan bonusnya terlalu besar. Gaji biasanya dihitung dalam satuan waktu satu tahun (disetahunkan) sedangkan bonus dihitung dengan prestasi atau berdasarkan setoran modalnya.

3. Laba dibagi dengan memperhitungkan Bunga Modal, Gaji dan/ atau Bonus Dalam metode ini pertama-tama laba dikurangi bunga modal, gaji dan bonus (gabungan metode 1

dan 2) kemudian sisanya dibagi menurut metode laba dibagi rata, rasio tertentu atau metode rasio modal. Dalam metode ini, semua faktor yang menentukan besarnya andil masing-masing sekutu di dalam menghasilkan laba atau rugi. Perubahan metode pembagian laba ini harus disetujui oleh para sekutu.

Contoh Soal: Perhatikan tabel Fa “X” tentang rekapitulasi setoran modal masing-masing sekutu menurut periodenya

Periode setoran Sekutu X Sekutu Y Sekutu Z 1 Jan 2001 55.000.000 65.000.000 60.000.000 1 April 2001 60.000.000 - - 1 Juni 2001 65.000.000 70.000.000 60.000.000 1 Agustus 2001 75.000.000 72.000.000 75.000.000 1 Sept 2001 - 78.000.000 -

Apabila dalam satu tahun operasi Fa “X” memperoleh laba sebesar Rp 36.000.000,- maka Hitunglah :

1. Pembagian laba masing-masing sekutu berdasarkan metode rasio tertentu! 2. Pembagian laba masing-masing sekutu berdasarkan metode modal awal! 3. Pembagian laba masing-masing sekutu berdasarkan metode modal akhir! 4. Pembagian laba masing-masing sekutu berdasarkan metode modal rata-rata! 5. Buatlah jurnal untuk pencatatan laba dengan metode rata-rata! 6. Buatlah laporan perubahan modal setelah penentuan laba berdasarkan metode rata-rata!

Jawaban Soal I: Diketahui komposisi setoran modal masing-masing sekutu sebagai berikut:

Periode setoran Sekutu X Sekutu Y Sekutu Z 1 Jan 2001 55.000.000 65.000.000 60.000.000 1 April 2001 60.000.000 - - 1 Juni 2001 65.000.000 70.000.000 60.000.000 1 Agustus 2001 75.000.000 72.000.000 75.000.000 1 Sept 2001 - 78.000.000 - 255.000.000 285.000.000 195.000.000

Maka perhitungan Laba Rugi untuk masing-masing metode sebagai berikut: 1. Metode rasio tertentu

Jumlah Modal Proporsi Laba yang dibagi dengan Sekutu Rasio Tententu

X 255,000,000,- 0,35* 36.000.000 12.489.796 Y 285,000,000,- 0,39 36.000.000 13.959.184 Z 195,000,000,- 0,27 36.000.000 9.551.020

100% 36.000.000

19

2. Metode Modal awal Jumlah Modal Proporsi Laba yang dibagi dengan

Sekutu Rasio tertentu X 55,000,000,- 0,31*) 36.000.000 11.000.000 Y 65,000,000,- 0,36 36.000.000 13.000.000 Z 60,000,000,- 0,33 36.000.000 12.000.000 100% 36.000.000

3. Metode Modal Akhir Jumlah Modal Proporsi Laba yang dibagi dengan

Sekutu Rasio Tertentu X 75,000,000,- 0,33 36.000.000 11.842.105 Y 78,000,000,- 0,34 36.000.000 12.315.789 Z 75,000,000,- 0,33 36.000.000 11.842.105 100

4. Metode Modal Rata-rata Sekutu Periode Modal Modal Rerata

X 1/1 - 1/4 = 3/12 55.000.000 13.750.000

1/4 – 1/6 = 2/12 60.000.000 10.000.000 1/6 – 1/8 = 2/12 65.000.000 10.833.333 1/8 – 31/12 = 5/12 75.000.000 31.250.000

65.833.333

Y 1/1 – 1/6 = 5/12 65.000.000 27.083.333

1/6 – 1/8 = 2/12 70.000.000 11.666.667 1/8 – 1/9 =1/2 72.000.000 6.000.000 1/9 – 31/12 = 4/12 78.000.000 26.000.000 70.750.000

Z 1/1 - 1/6 = 5/12 60.000.000 25.000.000

1/6 – 1/8 = 2/12 60.000.000 10.000.000 1/8 -31/12 = 5/12 75.000.000 31.250.000 66.250.000

Jumlah Modal Proporsi Laba yang dibagi dengan Rerata Sekutu Rasio Tertentu X 65,833,333,- 0,32 36.000.000 11.520.000 Y 70,750,000,- 0,35 36.000.000 12.600.000 Z 66,250,000,- 0,33 36.000.000 11.880.000

100% 36.000.000

20

Jurnal-jurnal yang diperlukan dalam pembagian laba: Rugi – laba 36.000.000,-

Modal X 11.742.362 Modal Y 12.440.958 Modal Z 11.816.680

Laporan Perubahan Modal

Setoran = Saldo akhir – Saldo awal

II. Menghitung pembagian Laba dengan memperhitungkan Bunga Modal, Gaji dan Bonus

Periode setoran Sekutu X Sekutu Y Sekutu Z 1 / 1’ 01 55.000.000 65.000.000 60.000.000 1 / 4 ‘01 60.000.000 - - 1 / 6 ‘01 65.000.000 70.000.000 60.000.000 1 / 8 ‘01 75.000.000 72.000.000 75.000.000

1 / 11 ‘01 - 78.000.000 -

Laba yang dibagi Rp 36.000.000. Masing-masing sekutu melakukan prive sbb: Sekutu X 6.000.000 Sekutu Y 7.500.000 Sekutu Z 6.500.000 Diketahui informasi sebagai berikut:

a) laba Rp 40.000.000 b) gaji sekutu X = Rp 550.000 c) gaji sekutu Y = Rp 700.000 d) gaji sekutu Z = Rp 450.000 e) bonus untuk sekutu Y sebesar 5 % dari laba total f) bunga modal 5% dari modal awal g) proporsi pembagian laba berdasarkan rasio modal awal.

Pertanyaan:

Hitung berapa pembagian laba-rugi setelah memperhitungkan bunga modal; gaji & bonus?

Keterangan Setoran X Setoran Y Setoran Z Saldo

Setoran Laba Prive

55.000.000 20.000.000 11.742.362

( 6.000.000 )

65.000.000 13.000.000 12.440.958

( 7.500.000 )

60.000.000 15.000.000 11.816.680 ( 6.500.000)

Modal akhir 80.692.800 82.887.600 80.419.600

21

Jawaban permasalahan soal II

22

BAB III

PEMBUBARAN PERSEKUTUAN

Pembubaran Persekutuan Suatu persekutuan dinyatakan dibubarkan apabila perjanjian bersama yang semula

diadakan untuk menjalankan usaha bersama telah berakhir.

Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Pembubaran Persekutuan A. Pembubaran atas dsr perjanjian persekutuan (Act Of The Parties). Karena :

• Berakhirnya jangka waktu yang ditentukan dalam perjanjian • Persetujuan bersama • Pengunduran diri seorang anggota persekutuan

B. Pembubaran atas dasar bekerjanya undang-undang, karena : • Kematian seorang/beberapa orang anggota • Bangkrutnya seorang/lebih anggota persekutuan. • Kejadian tertentu yang mengakibatkan tidak dapat bertindaknya persekutuan yang disebabkan

perbuatan individu anggota yang, membawa nama persekutuan. • Ada perang didalam suatu negara dari salah seorang anggota persekutuan

C. . Pembubaran atas dasar keputusan pengadilan, karena : • Ketidakmampuan seorang anggota untuk memenuhi kewajibannya terhadap perjanjian

persekutuan • Tindakan seorang anggota yg mengakibatkan tdk adanya keserasian dalam usaha yg sedang

berjalan • Perselisihan intern antar anggota • Tidak mungkin lagi utk mendapatkan keuntungan secara kontinue dari usaha persekutuan • Kecurangan didalam pembentukan formasi persekutuan

Persoalan Akuntansi Dalam Pembubaran Persekutuan

Jika ada anggota baru yg masuk, berarti persekutuan yg lama bubar & terbentuk persekutuan yg baru. Perjanjian persekutuan harus dirubah atau dibuat yg baru & ditentukan pembagian laba rugi yg baru.

Pembelian sebagian hak penyertaan dari anggota persekutuan Persekutuan YE

Neraca 1 Desember 2012

Kas 5.000.000 Hutang Dagang 12.000.000

Piutang Dagang 7.000.000 Modal Y 4.000.000

Aktiva Tetap 10.000.000 Modal E 6.000.000

Total 22.000.000

22.000.000

23

Tn. S masuk dengan membeli hak Tn. Y ½ bagian dan membeli hak Tn. E ¼ bagian,maka pencatatan pemindahan hak penyertaan atau modal sebagai berikut :

Ø Modal Tn. Y 2.000.000 Ø Modal Tn. E 1.500.000 Ø Modal Tn. S 3.500.000

Oleh karena itu persekutuan berubah dari “YE” menjadi persekutuan “YES” dengan neraca sbb:

Persekutuan “YES” Neraca 1 Desember 2012

Kas 5.000.000 Hutang Dagang 12.000.000

Piutang Dagang 7.000.000 Modal Y 2.000.000

Aktiva Tetap 10.000.000 Modal E 4.500.000

Modal S 3.500.000

Total Aktiva 22.000.000 Total Passiva 22.000.000

Pembelian seluruh hak penyertaan dari anggota sekutu lama

Jika Tn. I masuk dengan membeli seluruh hak Tn.Y dengan harga 3.000.000 maka pencatatan yang dilakukan persekutuan sbb: Modal Y 2.000.000 Modal I 2.000.000 (kelebihan pembayaran dianggap keuntungan pribadi untuk Tn. Y sehingga tidak perlu dilakukan pencatatan oleh persekutuan) Suatu penyertaan (investasi) dengan memberikan bonus dan atau goodwill kepada anggota pemllik yang lama

Ø Apabila sebuah persekutuan telah berjalan dengan sukses, maka biasanya kepada anggota baru yang akan masuk dibebani kewajiban-kewajiban terhadap antara lain :

Ø Bagian penyertaan daripada anggota baru harus dikurangi dengan lumlah tertentu sebagai bonus kepada anggota pemilik lama

Ø Goodwill persekutuan harus diadakan dan dikredit sebagai penambahan modal anggota-anggota pemilik yang lama.

Pemberian bonus kepada anggota pemilik lama

Berikut ini adalah modal dan pembagian laba pada persekutuan “NOA” Keterangan Saldo Modal Pembagian laba/rugi Modal N 4.000.000 25 % Modal O 5.000.000 35 % Modal A 6.000.000 40 % Jumlah 15.000.000 100 %

Kemudian Tn. H masuk dengan menyetorkan modal sebesar 3.000.000 dan diakui haknya sebesar 15 % dari jumlah modal persekutuan yang baru.

Modal Tn. H 15 % x 18.000.000 = 2.700.000 Setoran Tn. H = 3.000.000

24

Bonus kepada anggota lama = 300.000 Kelebihan setoran Tn.H dianggap sebagai bonus untuk sekutu lama yang dibagikan sesuai dengan ketentuan laba (rugi) yang telah disepakati.Sehingga modal sekutu lama akan bertambah masing-masing sbb: Tn.N 25% x 300.000 = 75.000 Tn.O 35% x 300.000 = 105.000 Tn.A 40% x 300.000 = 120.000

Maka Jurnal untuk mencatat masuknya Tn.H adalah sbb. Kas 3.000.000

u Modal N 75.000 u Modal O 105.000 u Modal A 120.000 u Modal H 2.700.000

Pembentukan Goodwill untuk anggota pemilik lama

Dari contoh setoran modal Tn.H di atas,maka goodwill yang akan dibentuk untuk sekutu lama adalah sbb. 100 x 3.000.000 = 20.000.000 (pembulatan) 15

Total modal yang sesungguhnya =18.000.000 Goodwill yang harus dibentuk = 2.000.000

Berikut ini pembagian goodwill sesuai perhitungan kesepakatan laba(rugi) Modal Tn.N 25% x 2.000.000 = 500.000 Modal Tn.O 35% x 2.000.000 = 700.000 Modal Tn.A 40% x 2.000.000 = 800.000

Jurnal yang harus dicatat oleh persekutuan adalah: Goodwill 2.000.000

u Modal Tn.N 500.000 u Modal Tn.O 700.000 u Modal Tn.A 800.000 Kas 3.000.000 u Modal Tn.H 3.000.000

Suatu penyertaan (investasi) dengan memberikan bonus atau goodwill kepada anggota yang baru

u Bonus atau goodwill yang diberikan kepada anggota yang baru timbul karena persekutuan yang ada mungkin mengharapkan adanya keuntungan yang lebih besar apabila calon anggota tertentu masuk ke dalam persekutuannya.

u Dalam hal ini akan terjadi kemungkinan-kemungkinan sebagai berikut : u Bagian modal anggota pemilik lama dikurangi dan diberikan sebagai bonus kepada anggota

yang baru, atau u Goodwill harus dibentuk dan dikredit pada rekening modal anggota yang baru.

25

Pemberian bonus kepada anggota baru

Persekutan Tn.N,Tn.O,Tn.A setuju untuk memasukkan Tn.H kedalam persekutuan dengan menyetorkan modal sebesar 3.000.000 diakui haknya sebesar 20% daro total modal persekutuan yang baru,maka pencatatannya adalah sbb.

Modal Tn.H 20% x 18.000.000= 3.600.000 Setoran Tn.H 3.000.000 Bonus kepada anggota baru 600.000

Perhitungan pengurangan masing-masing modal pada sekutu lama

Tn.N 25% x 600.000 = 150.000 Tn.O 35% x 600.000 = 210.000 Tn.A 40% x 600.000 = 240.000 Jurnal untuk mencatat masuknya Tn.H Kas 3.000.000 Modal Tn.N 150.000 Modal Tn.O 210.000 Modal Tn.A 240.000 Ø Modal Tn.H 3.600.000

Pembentukan Goodwill untuk anggota baru

Apabila kelebihan 600.000 dari setoran modal Tn.H dianggap sebagai goodwill,maka masing-masing modal anggota lama tidak berubah dan berikut pencatatannya. Kas 3.000.000 Goodwill 600.000 u Modal Tn.H 3.600.000

Pengunduran Diri Seorang Sekutu Pengunduran diri salah seorang sekutu, di mana kegiatan perusahaan tetap dilanjutkan oleh

sekutu yang tinggal. Hal ini para sekutu yang lama harus membayar kepada sekutu yang mengundurkan diri. Pembayaran kepada sekutu yang keluar ada 2 (dua) kemungkinan yaitu:

1. Pembayaran lebih besar dari saldo modalnya. 2. Pembayaran lebih kecil dari saldo modalnya.

• Pembayaran Kepada Sekutu yang Mengundurkan Diri Suatu Jumlah yang Melebihi Saldo

Modalnya. Pembayaran kepada sekutu yang keluar melebihi saldo modalnya, pencatatannya ada 3 (tiga) metode:

a) Selisihnya dicatat sebagai bonus. b) Selisihnya dicatat sebagai goodwill. c) Modal persekutuan dinilai kembali dengan dasar jumlah selisihnya.

• Pembayaran Kepada Sekutu yang Mengundurkan Diri Dengan Jumlah yang Lebih Kecil Daripada Saldo modalnya.

26

Pencatatan pembayaran kepada sekutu yang keluar lebih kecil dari saldo modalnya, ada dua metode yaitu goodwill dan bonus.

Pengunduran diri seorang sekutu dapat menyebabkan pembubaran perusahaan sepenuhnya. Sebaliknya, perusahaan dapat dilanjutkan tanpa hambatan, sementara penyelesaian dengan sekutu yang mengundurkan diri dilakukan dengan:

1. Pembelian kepentingannya oleh salah seorang sekutu yang lain atau dengan 2. Pembayaran kepadanya uang kas perusahaan atau aktiva lainnya untuk memenuhi kepentingannya.

Penyelesaian pembayaran oleh persekutuan firma kepada sekutu yang mengundurkan diri

mengakibatkan penurunan aktiva perusahaan, yang dibarengi dengan penghapusan modal sekutu yang mengundurkan diri. Jika penyelesaian ditangguhkan sampai tanggal pengunduran diri, maka perkiraan modal sekutu yang mengundurkan diri ditutup dan perkiraan kewajiban di kredit sebesar jumlah yang harus dibayarkan dalam penyelesaian.

27

BAB IV LIKUIDASI PERSEKUTUAN

Pengertian

Likuidasi adalah suatu keadaan dimana baik persekutuan maupun usaha perusahaannya dibubarkan semua. Pengunduran diri atau disasosiasi (disasosiation) adalah konsep hokum untuk pengunduran diri sekutu karena: 1. Sekutu meninggal 2. Sekutu secara sukarela mengundurkan diri (Misalnya Pensiun) 3. Keputusan pengadilan, seperti: (a) Sekutu terlibat dalam tindakan yang melanggar hokum yang secara

signifikan berakibat negative bagi persekutuan, (b) sekutu melanggar perjanjian persekutuan, (c) sekutu menjadi debitor dalam kebangkrutan, dan (d) sekutu individual sudah tidak mampu melaksanakan kewajiban berdasarkan perjanjian persekutuan.

Tidak seluruh disasosiasi menimbulkan pembubaran persekutuan. Banyak disasosiasi hanya

melibatkan pembelian kepemilikan sekutu yang mengundurkan diri dibandingkan melakukan terminasi dan pembubaran bisnis persekutuan.

Prosedur Likuidasi : 1. Rekening –rekening pembukuan harus disesuaikan dan ditutup. Laba dan rugi bersih selama periode

terakhir diperhitungkan ke rekening modal masing – masing, sesudah itu dikatakan persekutuan siap untuk dilikuidasi ;

2. Pada proses pengubahan aktiva menjadi uang tunai, apabila ada perbedaan antara nilai buku dan nilai realisasi yang menunjukkan keuntungan atau kerugian harus dibagi di antara anggota sesuai dengan perbandingan pembagian laba (rugi). Saldo modal selanjutnya dipakai sebagai dasar penyelesaian.

3. Apabila dijumpai keadaan di mana salah seorang anggota mempunyai saldo debit di dalam rekening modalnya, di lain pihak ia mempunyai piutang kepada persekutuan, maka piutang kepada persekutuan itu dipakai untuk menutup saldo debit rekening modal yang Di samping itu pada prinsipnya apabila seorang anggota mengalami defisit maka anggota yang lain berkewajiban untuk menutupnya terlebih dahulu.

4. Apabila uang tunai sudah tersedia untuk dibagi, maka pertama-tama harus dibayarkan terlebih dahulu kepada para kreditur extern, baru sesudah itu dibayarkan saldo –saldo modal masing – masing anggota.

Pembubaran (dissolution)

Pembubaran (dissolution) merupakan pengakhiran persekutuan. Kejadian-kejadian yang dapat menyebabkan pembubaran dan terminasi bisnios persekutuan adalah sebagai berikut: 1. Dalam persekutuan, sewaktu-waktu, seorang sekutu dapat mengeluarkan pemberitahuan pengunduran

diri dari persekutuan. Pengunduran diri sewaktu-waktu ini dapat terjadi sebagian besar, hanya dalam pemahaman secara lisan diantara para sekutu dan tidak ada ketentuan para sekutu dan tidak ada ketentuan pasti atau tindakan spesifik yang diambil. Perjanjian persekutuan dapat menghindari kejadian sperti ini yang dapat menyebabkan bubarnya persekutuan dengan memasukkannya, sebuah ketentuan untuk membeli kepemilikan sekutu yang keluar dari persekutuan.

2. Pada persekutuan yang didirikan dengan batas waktu dan tujuan tertentu, pembubaran dapat terjadi karena: (a) seorang sekutu meninggal atau mengundurkan diri karena melakukan kesalahan, pealing tidak terdapat setengah sekutu yang tinggal memtuskan menghentikan bisnis persekutuan, (b) ketika

28

seluruh sekutu setuju untuk menghentikan persekutuan, atau (c) ketika batas waktu atau tujuan yang dimaksud telah terpenuhi atau selesai.

3. Adanya keputusan pengadilan bahwa: (a) tujuan ekonomis persekutuan tampaknya tidak dapat tercapai, (b) seorang sekutu terlibat dalam suatu tindakan terkait dengan bisnis persekutuan yang membuat bisnis persekutuan tidak mungkin dilanjutkan secara praktik.

Proses pembubaran usaha ini meliputi dua tahap, yaitu : 1. Proses mengubah harta kekayaan yang akan menjadi uang tunai, yang disebut dengan proses realisasi; 2. Proses pembayaran kembali utang-utang kepada kreditur dan pembayran kembali sisa modal kepada

para anggota, yang disebut juga dengan proses likuidasi. Likuidasi berlangsung setelah proses realisasi berakhir Apabila semua anggota persekutuan mengalami deficit modal, maka secara pribadi dinyatakan mampu untuk menutupi kewajiban-kewajibannya. Maka penyelesaian yang dapat dilakukan antara lain : 1. Anggota-anggota yang mengalami deficit modalnya menyetorkan sejumlah uang kepada perusahaan

untuk menutup deficit modal tersebut, tentunya pertama-tama harus dibayarkan kepada kreditur bayarkan kepada anggota sebesar hak mereka masing-masing.

2. Pelunasan sisa hutang kepada kreditur oleh salah satu pemilik. Pelunasan hutang ini boleh dilakukan oleh anggota yang mengalami deficit saldo modalnya maupun oleh anggota yang masih mempunyai hak klaim di dalam perusahaan, tetapi tetap harus mengutamakan hak kreditur untuk melunasi semua hutang yang dimiliki oleh persekutuan.

LIKUIDASI SEKALIGUS Likuidasi persekutuan secara sekaligus (Lump-sump liquidation) merupakan proses likuidasi dimana seluruh asset dikonversikan menjadi kas dalam waktu yang sangat pendek, kreditor eksternal dibayar, dan pembayaran tunggal secara gabungan dilakukan kepada para sekutu atas bagian modal yang disetorkan. Meskipun kebanyakan likuidasi persekutuan terjadi selama periode yang lebih panjang. Realisasi Aset

Pada umumnya sebuah perusahaan mengalami kerugian ketika menjual asetnya. Perusahaan dapat melakukan: - Cuci gudang karena akan tutup dimana persediaan diturunkan nilainya sehingga mencapai dibawah

harga jual normal dengan maksud untuk mendorong penjualan dengan segera. - Piutang usaha persekutuan menawarkan potongan tunai dalam jumlah besar untuk pembayaran piutang

tepat waktu atau piutang tersebut dijual kepada perusahaan anjak piutang (Factor) - Aset-aset persekutuan termasuk piutang dari sekutu dan sejumlah kontribusi yang disyaratkan kepada

sekutu untuk menutupi modal deficit digunakan untuk membayar kreditor persekutuan Beban likuidasi

Proses likuidasi juga melibatkan beberapa beban seperti biaya hokum dan akuntansi tambahan. Persekutuan juga menanggung biaya penghentian usaha, seperti biaya iklan khusus dan biaya menvcari agen penjual peralatan yang khusus. Beban ini dialokasikan terhadap akun modal para sekutu dalam rasio distribusi laba dan rugi.

29

Ilustrasi Likuidasi Sekaligus Aldi, Bayu dan Citra pada 1 Mei 20X5, pada tahun 20X4 melakukan penyesuaian persentase

distribusi laba rugi berdasarkan besarnya peran masing-masing sekutu. Hasil penyesuaian distribusi laba rugi tersebut adalah: Aldi; 40%; bayu, 40% dan Citra 20%. Ringkasan neraca saldo perusahaan per tanggal 1 Mei 20X5, pada saat para sekutu memutuskan untuk melikuidasi usaha, adalah sebagai berikut:

Persekutuan ABC Neraca Saldo 1 Mei 20X5 Kas 10.000.000 Aset non kas 90.000.000 Kewajiban 42.000.000 Modal, Aldi (40%) 34.000.000 Modal, Bayu (40%) 10.000.000 Modal Citra (20%) 14.000.000 Total 100.000.000 100.000.00 Persamaan dasar akuntansi akuntansi, yaitu Aset – Kewajiban = Ekuitas Pemilik, dapat digunakan dalam akuntansi persekutuan. Dalam kasus ini, ekuitas pemilik adalah jumlah akun modal sekutu adalah sebagai berikut :

Aset - Kewajiban = Ekuitas Pemilik Rp 100.000.000-42.000.000 = 58.000.000

Tiga Kasus berikut ini menunjukkan konsep likuidasi persekutuan yang digunakan secara umum

Kasus 1 Persekutuan masih solven dan tidak terdapat deficit dalam akun modal sekutu

Kasus 2 Persekutuan Masih solven dan timbul deficit pada akun modal sekutu

Kasus 3 Persekutuan tidak solven dan deficit timbul dalam akun modal sekutu

Ilustrasi Kasus 1 Persekutuan masih solven dan tidak terdapat deficit dalam akun modal sekutu

Aset non kas dijual dengan harga Rp 80.000.000 pada tanggal 1 Mei 20X5 dengan kerugian sebesar Rp 10.000.000. Kreditor eksternal dibayar sebesar Rp 42.000.000 pada tanggal 20Mei dan sisa kas sebesar Rp 48.000.000 didistribusikan kepada para sekutu pada tanggal 30 Mei 20X5.

Observasi penting lainnya adalah sebagai berikut: - Saldo sebelum likuidasi diperoleh dari neraca saldo pada tanggal 1 Mei 20X5. - Kerugian sebesar Rp 10.000.000 didistribusikan langsung kepada akun modal para sekutu - Kreditor eksternal dibayarkan sebelum distribusi kas kepada para sekutu - Pembayaran kepada para sekutu dilakukan dengan slado modal kredit - Saldo pasca likuidasi sebesar nol, yang menandakan bahwa seluruh akun telah ditutup dan persekutuan

benar-benar telah dilikuidasi dan dihentikan sepenuhnya.

30

PERSEKUTUAN ABC Laporan Likuidasi dan Realisasi Persekutuan

Likuiditas Sekaligus Kas Aset Kewajiban Saldo Modal

nonkas Aldi, 40% Bayu, 40% Citra, 20% Saldo sebelum likuidasi, 1 Mei 10.000.000 90.000.000 (42.000.000) (34.000.000) (10.000.000) (14.000.00) Penjualan aser Rp 80.000.000 dan 80.000.000 (90.000.000) . 0 4.000.000 4.000.000 2.000.000 distribusi kerugian Rp 10.000.000 90.000.000 0 (42.000.000) (30.000.000) (6.000.000) (12.000.00) Pembayaran untuk kreditor eksternal (42.000.00) . 0 (42.000.000) . 0 . 0 . 0 48.000.000 0 0 (30.000.000) (6.000.000) (12.000.00) Pembayaran sekaligus kepada para (48.000.000) . 0 . 0 30.000.000 6.000.000 12.000.000 sekutu Saldo Pasca likuidasi . 0 . 0 . 0 . 0 . .0 . 0

Catatan: Tanda kurung bmenunjukkan jumlah kredit Laporan realisasi dan likuidasi persekutuan merupakan dasar untuk ayat jurnal yang mencatat proses likuidasi sebagai berikut: Jurnal Realisasi seluruh nonkas persekutuan ABC dan distribusi kerugian sebesar Rp 10.000.000 dengan menggunakan rasio laba dan rugi.

Tanggal Akun Ref Debit Kredit Mei 15 Kas 80.000.000 20X5 Modal, Aldi 4.000.000 Modal, Bayu 4.000.000 Modal, Citra 2.000.000 Aset nonkas 90.000.000

Jurnal Pembayaran kepada kreditor eksternal

Tanggal Akun Ref Debit Kredit Mei 20 Kewajiban 42.000.000 20X5 Kas 42.000.000

Jurnal Pembayaran sekaligus kepada para sekutu

Tanggal Akun Ref Debit Kredit Mei 30 Modal, Aldi 30.000.000 20X5 Modal, Bayu 6.000.000 Modal, Citra 12.000.000 Kas 48.000.000

31

Kasus 2 Persekutuan Masih solven dan timbul deficit pada akun modal sekutu

Defisit akun modal sekutu dapat terjadi jika saldo kredit akun modal sekutu terlampau rendah untuk dapat menanggung bagian kerugian yang ditentukan. Defisit modal dapat terjadi kapan saja selama proses likuidasi. Defisit tersebut dapat dihilangkan melalui salah satu dari dua cara berikut:

1. Para sekutu menginvestasikan kas atau asset lain untuk mengeliminasi kan deficit modal 2. Defisit modal sekutu didistribusikan kepada sekutu yang lain berdasarkan rasio pembagian laba

dan rugi yang terjadi. Pendekatan yang digunakan bergantung pada kondisi solvensi sekutu yang mengalami defidit modal. Seorang sekutu yang secara pribadi masih solven dan memiliki kekayaan bersih untuk mengeliminasi deficit modal harus melakukan investasi tambahan pada persekutuan untuk menutup dsefisit tersebut. Di sisi lain, jika sekutu tersebut secara pribadi tidak solven, yaitukewajiban pribadi melebihi asset pribadinya – maka sekutu lain yang menanggung deficit sekutu yang tidak solven dengan mengalokasikannya kedalam akun modal masing-masing sesuai dengan rasio pembagian laba dan rugi yang berlaku.

Distribusi sekaligus berikut mengilustrasikan poin-poin ini:

1. Laporan keuangan pribadi ketiga sekutu tersebut sebagai berikut.

Aldi Bayu Citra Aset Pribadi 150.000.000 12.000.000 42.000.000 Kewajiban Pribadi (86.000.000) (16.000.000) (14.000.000) Kekayaan (deficit) Bersih 64.000.000 (4.000.000) 28.000.000

2. Aset nonkas persekutuan dijual seharga Rp 35.000.000 pada tanggal 15 Mei 20X5, dan kerugian

sebesar Rp 55.000.000 dialokasikan kepada akun modal para sekutu 3. Kreditor eksternal dibayar sebesar Rp 42.000.000 pada tanggal 20 Mei 20X5 4. Oleh karena Bayu secara pribadi tidak solven, maka deficit modal Bayu sebesar Rp 12.000.000

dialokasikan kepada sekutu lainnya. 5. Sisa kas sebesar Rp 4.000.000 didistribusikan kepada para sekutu sebagai pembayaran sekaligus pada

tanggal 30 Mei 20X5. Pengamatan dari ilustrasi ini adalah sebagai berikut: 1. Kerugian sebesar Rp 55.000.000 dari realisasi asset non kas dialokasikan menurut rasio pembagian laba

dan rugi para sekutu, yaitu 40 persen untuk Aldi, 40 Persen untuk Bayu dan 20 Persen untuk Citra. Bagian Bayu atas kerugian penghapusan asset, sebesar Rp 22.000.000 menimbulkan deficit akun modal sebesar Rp 12.000.000. Bayu secara pribadi tidak solven dan tidak mampu untuk melakukan investasi tambahan untuk menghapus deficit modal.

2. Kreditor eksternal dibayar sebelum dilakukan distribusi kepada para sekutu. 3. Defisit Bayu sebesar Rp 12.000.000 didistribusikan kepada Aldi dan Citra menurut rasio laba dan rugi

yang berlaku. Aldi menanggung dua pertiga (40/60) dari deficit Bayu dan Citra menanggung sebesar sepertiga (20/60).

4. Distribusi atas deficit Bayu menimbulkan deficit dalam akun modal Citra. Citra harus memberikan kontribusi Rp 1.000.000 untuk menutup deficit modalnya.

32

5. Pembayaran sekaligus dilakukan kepada Aldi sebesar kredit modal Rp 4.000.000 6. Saldo Pasca Likuidasi seluruhnya adalah nol, yang menunjukkan bahwa seluruh akun telah ditutup dan

persekutuan secara penuh telah dilikuidasi dan dihentikan.

PERSEKUTUAN ABC Laporan Likuidasi dan Realisasi Persekutuan

Likuidasi sekaligus Kas Aset Kewajiban Saldo Modal nonkas Aldi, 40% Bayu, 40% Citra, 20%

Saldo sebelum likuidasi, 1 Mei 10.000.000 90.000.000 (42.000.000) (34.000.000) (10.000.000) (14.000.000

) Penjualan aset dan distribusi

kerugian 80.000.000 (90.000.000) . 0 22.000.000 22.000.000 11.000.000 Rp 55.000.000 45.000.000 0 (42.000.000) (12.000.000) 12.000.000 (3.000.000) Pembayaran untuk kreditor

eksternal (42.000.000

) . 0 42.000.000) . 0 . 0 . 0 3.000.000 0 0 (12.000.000) 12.000.000 (3.000.000) Distribusi deficit sekutu yang

insolven (12.000.000) 40/60 x Rp 12.000.000 8.000.000 20/60 x Rp 12.000.000 . . . . . 4.000.000 3.000.000 0 0 (4.000.000) 0 1.000.000 Kontribusi dari Citra untuk

menutup 1.000.000 . . . . (1.000.000) Modal deficit 4.000.000 0 0 (4.000.000) 0 0 Pembayaran sekaligus kepada

para (4.000.000) . 0 . 0 4.000.000 . . sekutu Saldo Pasca likuidasi . 0 . 0 . 0 . 0 . .0 . 0 Notes : Tanda kurung menunjukkan Jumlah kredit LIKUIDASI BERTAHAP Likuidasi Bertahap merupakan likuidasi yang secara umum memerlukan beberapa bulan dalam penyelesaiannya dan mencakup pembayaran secara periodic, atau cicilan /bertahap, kepada para sekutunya selama masa likuidasi. Kebanyakan likuidasi persekutuan dilakukan dalam periode yang diperpanjang dengan tujuan memperoleh jumlah realisasi asset yang sebesar mungkin. Umumnya para sekutu menerima pembayaran periodic selama likuidasi karena mereka memerlukan dana tersebut untuk keperluan pribadi. Likuidasi bertahap mencakup distribusi kas kepada para sekutu sebelum likuidasi asset sepenuhnya dilakukan. Pihak akuntan secara khusus harus berhati-hati pada saat mendistribusikan kas, karena dapat saja terjadi suatu peristiwa di masa mendatang yang mungkin mengubah jumlah yang harus dibayarkan kepada masing-masing sekutu. Panduan Praktis berikut dapat digunakan untuk membantu para akuntan dalam menatukan pembayaran bertahap yang aman kepada para sekutu.

33

1. Tidak mendistribusikan kas kepada para sekutu hingga seluruh kewajiban dan beban likuidasi actual maupun potential telah dibayarkan atau telah dicadangkan seperlunya.

2. Antisipasilah kemungkinan terburuk, atau yang paling membatasi sebelum menentukan jumlah uang tunai yang dapat diterima oleh masing-masing sekutu. a. Aumsikan bahwa seluruh asset non kas yang tersisa akan dihapuskan sebagai kerugian, yaitu

asumsikan bahwa tidak ada yang dapat direalisasikan lagi dari penghapusan asset. b. Asumsikan bahwa deficit yang timbul pada akun modal para sekutu akan didistribusikan kepada

sekutu yang tersisa, asumsikan bahwa deficit tersebut tidak akan dihapuskan oleh kontribusi modal tambahan para sekutu.

3. Setelah akuntans mengasumsikan kondisi terburuk yang terburuk dapat terjadi, maka sisa saldo kredit pada akun modal menunjukkan distribusi asset dank as yang aman yang dapat didistribusikan kepada masing-masing sekutu dalam jumlah yang terkait.

ILUSTRASI LIKUIDASI BERTAHAP

Aldi, Bayu dan Citra memutuskan untuk untuk melakukan likuidasi terhadap usaha mereka selama beberapa periode waktu dan menerima distribusi kas yang tersedia secara bertahap selama proses likuidasi. Ringkasan neraca saldo perusahaan per tanggal 1 Mei 20X5, pada saat para sekutu memutuskan untuk melikuidasi usaha, adalah sebagai berikut. Persentase pembagian laba rugi masing-masing sekutu juga ditunjukkan.

Persekutuan ABC Neraca Saldo 1 Mei 20X5 Kas 10.000.000 Aset non kas 90.000.000 Kewajiban 42.000.000 Modal, Aldi (40%) 34.000.000 Modal, Bayu (40%) 10.000.000 Modal Citra (20%) 14.000.000 Total 100.000.000 100.000.00

Berikut adalah penjelasan mengenai kasus tersebut.

1. Laporan keuangan pribadi ketiga sekutu tersebut pada tanggal 1 Mei 20X5 adalah sebagai berikut

Aldi Bayu Citra Asset Pribadi 150.000.000 12.000.000 42.000.000 Kewajiban Pribadi (86.000.000) (16.000.000) (14.000.000)

Kekayaan (deficit) bersih 64.000.0000 (4.000.000) 28.000.000

34

Bayu secara pribadi tidak solven, sedangkan Aldi dan Citra secara pribadi masih solven. 2. Aset non kas persekutuan dijual sebagai berikut: Nilai Buku Nilai wajar Kerugian 5/15/X5 55.000.000 45.000.000 10.000.000 6/15/X5 30.000.000 15.000.000 15.000.000 7/15/X5 5.000.0000 5.000.000

3. Kreditor Eksternal dibayar sebesar Rp 42.000.000 pada tanggal 20 Mei 4. Para sekutu bersepakat untuk menyimpan cadangan tunai sebesar Rp 10.000.000 selama proses likuidasi yang digunakan untuk membayar beban likuidasi yang mungkin timbul . 5. Para sekutu bersepakat untuk mendistribusikan kas yang tersedia pada akhir setiap bulan ,

yaitu likuidasi bertahap akan dilakukan pada tanggal 31 Mei dan 30 Juni. Distribusi terakhir pada sekutu akan dilakukan pada tanggal 31 Juli 20X5, yaitu akhir proses likuidasi.

Transaksi Selama Bulan Mei 20X5

Peristiwa yang terjadi selama bulan Mei 20X5 menghasilkan distribusi sebesar Rp 5.000.000 kepada setiap sekutu. Prosedur yang digunakan untuk menghasilkan jumlah ini adalah sebagai berikut:

1. Penjualan asset yang bernilai Rp 55.000.000 menghasilkan kerugian sebesar Rp 10.000.000 2. Pembayaran sebesar Rp 42.000.000 dilakukan kepada kreditor ekstenal atas kewajiban yang

diketahui. 3. Kas yang tersediadidistribusikan pada tanggal 21 Mei 20X5.

Transaksi Selama Bulan Juni 20X5

Berlanjut dengan transaksi untuk bulan Juni 20X5 adalah sebagai berikut:

1. Aset nonkas sebesar Rp 30.000.000 dijual pada tanggal 15 Juni dengan kerugian sebesar Rp 15.000.000. kerugian tersebut didistribusikan kepada para sekutu menurut rsio pembagian laba rugi, yang menghsilkan saldo modal bayu sebesar nol.

2. Pada tanggal 30 Junio 20X5, kas yang tersedia didistribusikan kepada para sekutu sebagai pembayaran bertahap.

Transaksi Selama Bulan Julii 20X5Berlanjut dengan transaksi untuk bulan Juli 20X5 adalah sebagai berikut: 1. Aset yang tersisa dijual sebesar nilai bukunya Rp 5.000.000 2. Biaya likuidasi actual sebear Rp 7.500.000 dibayarkan dan dialokasikan kepada para sekutu sesuai

dengan rasio pembagian laba rugi, sehingga menghasilkan deficit sebesar Rp 3.000.0000 dalam akun Modal Bayu. Sisa sebesar Rp 2.500.000 dari cadangan Rp 10.000.000 untuk beban dikeluarkan agar dapat didistribusikan kepada para sekutu.

35

3. Oleh karena Bayu secara pribadi tidak solven dan tidak dapat memberikan kontribusi kepada persekutuan., maka deficit sebesar Rp 3.000.000 tersebut didistribusikan kepada Aldi dan Citra sesuai dengan rasio pembagian laba rigu. Perhatikan bahwa ini deficit actual, bukan perkiraan deficit

4. Sisa kas sebesar Rp 7.500.000 dibayarkan kepada Aldi dan Citra menuru saldo modal masing-masing. Setelah distribusi akhir ini, seluruh saldo akan menjadi nol, yang mengindikasikan penyelesaian proses likuidasi.

PERSEKUTUAN ABC

Laporan Likuidasi dan Realisasi Persekutuan Likuidasi Bertahap

Kas Aset Kewajiban Saldo Modal

nonkas Aldi, 40% Bayu, 40% Citra, 20% Saldo sebelum likuidasi, 1 Mei 10.000.000 90.000.000 (42.000.000) (34.000.000) (10.000.000) (14.000.000) Penjualan aset dan distribusi kerugian 45.000.000 (55.000.000) . 0 4.000.000 4.000.000 2.000.000 Rp 10.000.000 55.000.000 35.000.000 (42.000.000) (30.000.000) (6.000.000) (12.000.000)

Pembayaran kepada kreditor (42.000.000) . 42.000.000 . . .

13.000.000 35.000.000 0 (30.000.000) (6.000.000) (12.000.000) Pembayaran kepada sekutu (skedul 1, (3.000.000) . . 3.000.000 . . gbr. 16-5 10.000.000 35.000.000 0 (27.000.000) (6.000.000) (12.000.000) Juni 20X5 Penjualan asset dan distribusi kerugian 15.000.000 (30.000.000) . 6.000.000 6.000.000 3.000.000 sebesar Rp 15.000.000 25.000.000 5.000.000 0 (21.000.000) 0 (9.000.000) Pembayaran kepada sekutu (skedul 2, (15.000.000) . . 11.000.000 . 4.000.000 gbr. 16-5 10.000.000 5.000.000 0 (10.000.000) 0 (5.000.000) Juni 20X5 Penjualan asset sebesar nilai buku 5.000.000 (5.000.000) . . . . 15.000.000 0 0 (10.000.000) 0 (5.000.000) Pembayaran biaya likuidasi Rp (7.500.000) . . 3.000.000 3.000.000 1.500.000 7.500.000 7.500.000 0 0 (7.000.000) 3.000.000 (3.500.000) Distribusi deficit sekutu yang insolven 40/60 x Rp 3.000.000 2.000.000 (3.000.000) 20/60 x Rp 3.000.000 . . . . . 1.000.000 7.500.000 0 0 (5.000.000) 0 (2.500.000) Pembayaran untuk sekutu (7.500.000) . 0 0 5.000.000 . 2.500.000 Saldo Pasca likuidasi, 31 Juli . 0 . 0 . 0 . 0 . .0 . 0

36

Skedul Pembayaran Aman pada para sekutu dalam likuidasi bertahap

PERSEKUTUAN ABC Skedul Pembayaran Aman Kepada Sekutu

Saldo Modal Aldi, 40% Bayu, 40% Citra, 20% Skedul 1, 31 Mei 20X5 Perhitungan distribusi kas yang tersedia per 31 Mei 20X5 Saldo modal, 31 Mei, sebelum distribusi (30.000.000) (6.000.000) (12.000.000) Asumsikan terjadi kerugian penuh Rp 35.000.000 atas sisa asset non kas dan kemungkinan 18.000.000. 18.000.000 9.000.000. terjadinya beban likuidasi dimasa mendatang Rp 10.000.000 (12.000.000 12.000.000 (3.000.000) Asumsikan potensi deficit modal Bayu harus ditanggung oleh Aldi dan Citra : (12.000.000) 40/60 x Rp 12.000.000 8.000.000 20/60 x Rp 12.000.000 . . 4.000.000 (4.000.000) 0 1.000.000 Asumsikan bahwa deficit modal Citra harus ditanggung oleh Aldi 1.000.000 . (1.000.000) Pembayaran aman kepada sekutu, 31 Mei (3.000.000) 0 0 Skedul 1, 30 Juni 20X5 Perhitungan distribusi kas yang tersedia per 30 Juni 20X5 Saldo modal, 30 Juni, sebelum distribusi (21.000.000) 0 (9.000.000) Asumsikan terjadi kerugian penuh Rp 35.000.000 atas sisa asset non kas dan kemungkinan 6.000.000. 6.000.000 3.000.000. terjadinya beban likuidasi dimasa mendatang Rp 10.000.000 (15.000.000) 6.000.000 (6.000.000) Asumsikan potensi deficit modal Bayu harus ditanggung oleh Aldi dan Citra : (6.000.000) 40/60 x Rp 6.000.000 4.000.000 20/60 x Rp 6.000.000 . . 2.000.000 Pembayaran aman kepada sekutu, 31 Mei (11.000.000) 0 (4.000.000)

37

BAB V JOINT VENTURE

Pengertian Dan Contoh Joint Venture

Pada dasarnya joint venture tidak berbeda banyak dengan persekutuan, yaitu kerja sama beberapa pihak untuk menyelenggarakan usaha bersama dalam jangka waktu tertentu. Kerja sama tersebut akan berakhir setelah tujuan tercapai atau pekerjaan selesai. Perbedaan yang pokok antara joint venture dengan persekutuan adalah umurnya, dalam arti bahwa umur joint venture jauh lebih pendek jika dibandingkan dengan umur persekutuan yang biasa. Misalnya A dan B bekerja sama menjual barang-barang kerajinan, si A menyediakan barang jenis X dan B menyediakan barang jenis Y dan tempat stand di alun-alun utara Yogyakarta disewa dengan pembayaran patungan keduanya. Atau Tuan Tanah A dan Developer Bangunan B kerjasama selama pembangunan perumahan dan kota wisata.

Jadi pada dasarnya joint venture merupakan kerjasama antara 2 atau lebih orang atau badan yang saling menguntungkan pihak-pihak terkait karena tersirat perjanjian pembagian laba-rugi yang jelas dan merupakan komitmen disamping itu jangka waktu yang dibutuhkan terbatas misalnya dibatasi oleh tercapainya tujuan. Tidak memerlukan prosedur yang sulit untuk pembubaran usahanya seperti perusahaan persekutuan, kecuali bila joint venture terdiri dari dua persekutuan yang sama-sama bangkrut.

Pengertian Anggota Joint Venture

Para anggota (pihak yang menyelenggarakan) joint venture sering disebut dengan istilah venture atau partner atau juga disebut sekutu. Disebut juga sekutu karena kedudukannya seperti sekutu dalam persekutuan. Anggota joint venture dapat berupa perseorangan, persekutuan, perseorangan terbatas dan sebagainya. Pada umumnya semua partner ikut mengelola jalannya perusahaan. Salah satu di antara para sekutu tersebut bertindak sebagai manajernya, yang disebut managing partner. Biasanya orang atau badan yang dianggap cakap dan modalnya relatif besar dibandingkan lainnya.

Pembagian Laba Dalam Joint Venture

Seperti halnya persekutuan, maka laba joint venture juga hak para anggota. Oleh karena itu laba joint venture akan dibagikan kepada para sekutu. Cara (metode) pembagian labanya juga akan diatur di dalam perjanjian. Metode pembagian laba yang dapat dipakai juga sama dengan metode pembagian laba persekutuan, yaitu :

a) Laba dibagi sama, b) Laba dibagi dengan ratio tertentu, c) Laba dibagi sesuai dengan ratio modal, yaitu:

1) Modal mula-mula, 2) Modal awal periode, 3) Modal akhir periode dan 4) Modal rata-rata.

d) Laba dibagi dengan memperhitungkan bunga modal dan sisanya dibagi menurut cara a, b, atau c. e) Laba dibagi dengan memperhitungkan gaji dan bonus dan sisanya dibagi menurut cara a, b, atau c. f) Laba dibagi dengan memperhitungkan bunga modal, gaji serta bonus dan sisanya dibagi menurut

cara a, b, atau c.

38

Akuntansi Joint Venture

Pada dasarnya akuntansi joint venture dapat diselenggarakan dengan 2 metode, yaitu:

1) Metode akuntansi terpisah 2) Metode akuntansi tidak terpisah.

1. Metode Akuntansi Terpisah

Di dalam metode ini joint venture menyelenggarakan akuntansi secara tersendiri. Akuntansi yang diselenggarakan oleh joint venture ini pada dasarnya sama dengan akuntansi yang diselenggarakan oleh persekutuan. Dalam hal ini joint venture akan menyelenggarakan rekening-rekening:

a) Aktiva. b) Utang. c) Modal untuk masing-masing sekutu. d) Penghasilan. e) Biaya.

Dalam metode ini masing-masing sekutu hanya akan mencatat investasi senndiri saja. Jadi para sekutu hanya akan mencatat apabila haknya berubah. Metode ini biasanya dipakai oleh joint venture yang umurnya relatif panjang. Contoh 1

Dalam rangka perayaan Sekaten tahun 1991 A, B, dan C sepakat untuk mengadakan joint venture yang bergerak dalam bidang penjualan pakaian dan mainan anak-anak selama selama perayaan Sekaten di alun-alun utara Yogyakarta. Setoran modal masing-masing sekutu disepakati:

- A. Rp 10.000.000,00

- B. Rp 10.000.000,00

- C. Rp 15.000.000,00

Cara pembagian laba disepakati:

a. A sebagai managing partner mendapat bonus sebesar 20% dari laba. b. Sisa laba setelah dikurangi bonus akan dibagi:

- A 30%

- B 30%

- C 40%

Transaksi yang terjadi selama beroperasinya joint venture tersebut adalah:

1. A menyetor modal berupa kas sebesar Rp 10.000.000,00. 2. Joint venture membayar biaya sewa tempat sebesar Rp 2.500.000,00. 3. B menyetor kas sebesar Rp 10.000.000,00 sebagai setoran modal. 4. C menyerahkan barang dagangan sebagai setoran modal. Harga perolehan 5. Barang dagangan tersebut Rp 14.000.000,00 akan tetapi nilainya disepakati Rp 15.000.000,00. 6. Joint venture membeli tambahan barang dagangan seharga Rp 9.000.000,00. Pembelian ini

dilakukan oleh managing partner. 7. Joint venture membayar berbagai macam biaya usaha sebesar Rp 3.500.000,00. 8. Joint venture berhasil menjual semua barang dagangan seharga Rp 35.000.000,00 secara tunai. 9. Rugi – laba joint venture dihitung dan dibagikan kepada para partner.

39

10. Joint venture dibubarkan dan semua kas dibagikan kepada para sekutu.

Apabila joint venture menyelenggarakan akuntansi secara terpisah, maka pencatatan baik oleh joint venture maupun oleh masing-masing partner dapat dilihat pada setoran modal. Perhitungan pembagian laba dapat dilihat pada table di bawah ini. Pembagian kas tersebut didasarkan pada saldo modal masing-masing partner setelah pembagian laba.

Pembagian Rugi-laba Joint venture ABC

2. METODE AKUNTANSI TIDAK TERPISAH

Dalam metode ini joint venture tidak menyelenggarakan akuntansi secara tersendiri. Akuntansi terhadap joint venture diselenggarakan oleh masing-masing sekutu (partner). Dalam hal ini akuntansinya dapat dibagi menjadi 2, yaitu yang diselenggarakan managing partner (sekutu manajer) dan yang diselenggarakan oleh non-managing partner (sekutu biasa). Akuntasi yang diselenggarakan oleh masing-masing partner tersebut adalah :

a. Managing Partner

Pada dasarnya managing partner akan menyelenggarakan rekening secara lengkap, yaitu rekening-rekening aktiva, utang, modal, pendapatan dan biaya. Rekening modal biasanya namanya diganti dengan rekening sekutu yang bersangkutan. Jadi rekening modal C misalnya diganti dengan rekening C. Pada umumnya elemen pendapatan dan biaya pada joint venture tidak komplek. Oleh karena itu rekening pendapatan dan biaya biasanya digabung menjadi satu di dalam rekening “joint venture”.

Oleh karena akuntansi tersebut dicampur dengan akuntansi perusahaannya sendiri, maka untuk membedakannya setiap rekening joint venture diberi tanda tersendiri, yaitu dengan penambahan istilah “joint venture” pada setiap rekening. Dengan demikian rekening-rekening yang diselenggarakan managing partner meliputi:

40

Aktiva-joint venture 1) Utang-joint venture 2) Rekening sekutu atau partner 3) Rekening joint venture.

Penggunaan masing-masing rekening tersebut adalah sebagai berikut:

(1) Rekening Aktiva - Joint Venture Rekening ini menunjukkan semua aktiva joint venture yang ada (di tangan managing partner). Rekening ini akan didebit kalau bertambah dan dikredit kalau berkurang. Termasuk dalam kelompok rekening ini misalnya:

(a) Kas-joint venture.

(b) Piutang Wesel-joint venture.

(c) Piutang Dagang-joint venture.

(2) Rekening Utang – Joint venture Rekening ini menunjukkan semua utang joint venture. Rekening ini akan didebit kalau berkurang dan dikredit kalau bertambah. Rekening utang-joint venture ini jarang terjadi.

(3) Rekening Sekutu Masing-masing partner hanya akan menyelenggarakan rekening Sekutu untuk partner yang lain. Jadi tidak akan menyelenggarakan rekening untuk diri sendiri. Jadi managing partner hanya akan menyelenggarakan rekening sekutu untuk non-managing partner. Besarnya hak (modal) sekutu yang bersangkutan tidak kelihatan secara langsungdi dalam rekening tertentu, akan tetapi dihitung dengan cara membandingkan jumlah saldo debit dengan jumlah saldo kredit. Pada dasarnya jumlah aktiva bersih joint venture adalah sama dengan jumlah hak masing-masing partner ditambah laba joint venture, yaitu saldo kredit rekening joint venture. Oleh karena itu maka hak managing partner dapat dihitung sebagai berikut:

Hasil saldo perhitungan ini harus dan selalu sama dengan saldo rekening managing partner yang diselenggarakan oleh sekutu yang lain ( Non-managing partner ).

Rekening bersaldo debit:

Rekening yang bersaldo debit hanya satu, yaitu

Aktiva joint venture………………………………… xxx

Rekening bersaldo kredit:

Rekening yang bersaldo kredit yaitu:

- Utang - joint venture……………………………… xxx

- Joint-venture……………………………………… xxx

41

(4) Joint Venture Rekening ini merupakan gabungan dari rekening pendapatan dan biaya. Jadi rekening ini didebit dengan biaya dan dikredit dengan pendapatan. Jadi saldo rekening ini akan menunjukkan laba atau rugi , yaitu saldo debit menunjukkan rugi dan sebaliknya saldo kredit menunjukkan laba.

Jadi managing partner akan menyelenggarakan 4 rekening. Selisih antara jumlah saldo debit dengan jumlah saldo kredit adalah hak managing partner. Hubungan antara keempat rekening dengan hak managing partner adalah sebagai berikut :

Jenis rekening Saldo

Rekening bersaldo debit :

Aktiva-joint venture xxx

Rekening bersaldo kredit :

1. Utang-joint venture xxx

2. Joint venture xxx (dapat pula bersaldo D yang berarti rugi)

3. Modal-non-managing partner xxx +

Jumlah saldo kredit xxx

Hak managing partner = jumlah saldo debit – Jumlah saldo kredit

b. Non-Managing Partner

Non-managing partner hanya menyelenggarakan 2 macam rekening, yaitu : (1) Rekening joint venture. (2) Rekening sekutu (Partner).

Penggunaan masing-masing rekening tersebut adalah sebagai berikut:

(1) Rekening Joint Venture Pemakaian rekening ini sama dengan pemakaian rekening “joint venture” yang diselenggarakan oleh managing partner, yaitu didebit dengan biaya dan dikredit dengan pendapatan, sehingga saldonya menunjukkan laba atau rugi, yaitu saldo debit menunjukkan rugi dan saldo kredit menunjukkan laba.

(2) Rekening Sekutu (Rekening Partner) Rekening modal yang diselenggarakan oleh non-managing partner ada 2, yaitu:

(a) Rekening managing partner. (b) Rekening sekutu non-managing partner yang lain.

Pemakaian kedua macam rekening modal ini ada perbedaaan yang cukup prinsipil, yaitu: Rekening Managing partner

Rekening ini dipakai untuk menampung aktiva bersih joint venture yang dititipkan pada managing partner dan hak atau modal managing partner. Oleh karena itu saldo rekening ini menunjukkan selisih antara aktiva bersih joint venture yang dititipkan pada managing partner dengan modal managing partner. Aktiva bersih joint venture adalah selisih antara aktiva-joint venture dengan utang-joint venture. Dengan demikian mekanisme pendebitan dan pengkreditan rekening ini adalah:

42

Pendebitan Pendebitan dilakukan apabila terjadi transaksi yang berakibat: - Aktiva joint venture bertambah, - Utang joint venture berkurang dan - Modal atau managing partner berkurang. Pengkreditan Pengkreditan dilakukan apabila terjadi transaksi yang berakibat: - Aktiva joint venture berkurang, - Utang joint venture bertambah dan - Modal atau hak managing partner bertambah. Pada umumnya aktiva bersih joint venture yang dititipkan pada managing partner lebih besar daripada hak managing partner. Oleh karena itu rekening managing partner pada umumnya bersaldo debit. (b) Rekening non-managing partner

Masing-masing non-managing partner hanya akan menyelenggarakan rekening non-managing partner untuk partner yang lain. Sedangkan untuk dirinya sendiri tidak akan diselenggarakan rekening. Besarnya modal non-managing partner yang bersangkutan akan tercermin pada selisih antara rekening yang bersaldo debit dengan rekening yang bersaldo kredit, yaitu:

Rekening yang bersaldo debit:

- Rekening managing partner xxx

Rekening yang bersaldo kredit:

- Rekening joint-venture xxx

- Rekening non-managing partner lain xxx +

Jumlah kredit xxx –

Hak partner yang bersangkutan xxx

Dengan demikian masing-masing non-managing partner hanya menyelenggarakan 2 (dua) jenis rekening, masing-masing dengan saldo debit atau kredit sebagai berikut:

Jenis Rekening Saldo

__________________________________ _________________________________ Rekening bersaldo debit:

Rekening managing partner xxx

Rekening bersaldo kredit:

Rekening non-managing partner xxx

Rekening joint venture xxx (dapat debet apabila rugi)

Jumlah saldo kredit xxx

Hak sekutu yang bersangkutan = Jumlah saldo debit – jumlah saldo kredit

43

Contoh 2

Dari data pada contoh 1 akan tetapi menggunakan metode akuntansi tidak terpisah yaitu: Dalam rangka perayaan Sekaten tahun 1991 A, B, dan C sepakat untuk mengadakan joint venture yang bergerak dalam bidang penjualan pakaian dan mainan anak-anak. Modal masing-masing sekutu disepakati: - A Rp 10.000.000,00 - B Rp 10.000.000,00 - C Rp 15.000.000,00. Cara pembagian laba disepakati: a. A sebagai managing partner mendapat bonus 20% dari laba. b. Sisa laba setelah dikurangi bonus akan dibagi: - A 30% - B 30% dan - C 40% Transaksi yang terjadi selama beroperasinya joint venture tersebut adalah: 1. A menyetor modal berupa kas sebesar Rp. 10.000.000,00. 2. Joint venture membayar biaya sewa tempat sebesar Rp 2.500.000,00. 3. B menyetor kas sebesar Rp. 10.000.000,00 sebagai setoran modal. 4. C menyerahkan barang dagangan setoran modal. Harga perolehan barang dagangan tersebut Rp

14.000.000,00, akan tetapi nilainya disepakati Rp.15.000.000,00. 5. Joint venture membeli tambahan barang dagangan seharga Rp. 9.000.000,00. 6. Joint venture membayar berbagai macam biaya usaha sebesar Rp 3.500.000,00. 7. Joint venture berhasil menjual semua barang dagangan seharga Rp 35.000.000,00 secara tunai. 8. Rugi-laba joint venture dihitung dan dibagikan kepada para partner. 9. Joint venture dibubarkan dan semua kas dibagikan kepada para sekutu.

Jurnal yang dibuat untuk mencatat transaksi-transaksi tersebut baik oleh joint venture maupun masing-masing partner dapat dilihat pada Tabel pembagian rugi laba joint venture ABC pada halaman berikut ini. Mengenai pembagian labanya sama saja dengan apabila menggunakan metode akuntansi terpisah.

44

BAB VI PENJUALAN ANGSURAN

I. Pendahuluan Metode penjualan angsuran pada mulanya berasal dari penjualan rumah pada perusahaan real

estate, tetapi pada masa sekarang penjualan dengan metode ini telah berkembang pada perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan kendaraan (seperti mobil, motor), mesin, alat-alat rumah tangga (seperti kulkas, mesin cuci, ac, tv, dsb) dan lainnya. Bahkan pada beberapa jenis industri metode penjualan angsuran ini telah menjadi kunci utama dalam mencapai operasi skala besar.

Metode penjualan angsuran ini cukup berkembang pesat dan disukai di kalangan usahawan dan juga di kalangan pembeli. Bagi usahawan metode ini telah meningkatkan jumlah penjualan yang tentunya meningkatkan laba, bagi pembeli mereka merasa lebih ringan dalam hal pembayaran untuk melunasi barang yang dicicil tersebut.

Meskipun dengan metode ini resiko atas tidak tertagihnya piutang akan meningkat, tetapi kelemahan metode ini dapat diatasi dengan meningkatnya volume penjualan perusahaan.

Bagi akuntan, penjualan angsuran menimbulkan beberapa masalah. Masalah utama adalah : “membandingkan antara beban dan pendapatan” (matching of costs and revenues), yaitu : a. Apakah laba kotor dari penjualan angsuran dianggap telah direalisasi pada saat terjadinya penjualan

ataukah harus diakui selama masa kontrak angsuran tersebut? b. Apa yang harus dilakukan terhadap beban sehubungan dengan penjualan angsuran yang terjadi pada

periode setelah penjualan tersebut? c. Bagaimana menangani persoalan piutang usaha angsuran yang tidak dapat tertagih, pertukaran, dan

pemilikkan kembali barang angsuran? II. Pengertian Penjualan Angsuran

Penjualan angsuran adalah penjualan barang atau jasa yang dilaksanakan dengan perjanjian dimana pembayaran dilakukan secara bertahap atau berangsur. Biasanya pada saat barang atau jasa diserahkan kepada pembeli, penjual menerima uang muka (down payment) sebagai pembayaran pertama dan sisanya diangsur dengan beberapa kali angsuran. Karena penjualan harus menunggu beberapa periode untuk menagih seluruh piutang penjulannya, maka biasanya pihak penjual akan membebankan bunga atas saldo yang belum diterimanya.

Resiko atas tidak tertagihnya piutang usaha angsuran ini sangat tinggi, mungkin saat akan dilakukan penjualan angsuran telah dilakukan survei atas pembeli dan memperoleh hasil yang baik. Karena penagihan piutang usaha angsuran memakan waktu yang cukup lama (beberapa periode), hal tersebut kemungkinan dapat merubah hasil survei yang telah dilakukan semula terhadap pembeli. Untuk menghindari hal-hal demikian, penjual biasanya akan membuat kontrak jual beli (security agreement), yang memberikan hak kepada penjual untuk menarik kembali barang yang telah di jual dari pembeli.

Untuk mengurangi barang angsuran tersebut dari resiko terbakar atau hilang, pihak penjual dapat menetapkan syarat bagi pembeli agar barang angsuran tersebut diasuransikan untuk kepentingkan pihak penjual. Premi asuransi ditanggung oleh pembeli, jika barang angsuran hilang atau terbakar, pihak asuransi akan membayar ganti rugi kepada penjual dan bukan pembeli. Kadang kala mungkin jiwa dari pembeli diwajibkan oleh penjual untuk diasuransikan dengan premi auransi atas tanggungan si pembeli.

45

Jadi untuk melindungi kepentingan penjual dari kemungkinan tidak ditepatinya kewajiban-kewajiban oleh pihak pembeli, maka terdapat beberapa bentuk perjanjian atau kontrak penjualan angsuran, sebagai berikut : 1. Perjanjian penjualan bersyarat (conditional sales contract), di mana barang-barang telah diserahkan,

tetapi hak atas barang-barang masih berada di tangan penjual sampai seluruh pembayarannya sudah lunas.

2. Pada saat perjanjian ditandatangani dan pembayaran pertama telah dilakukan, hak milik dapat diserahkan kapada pembeli, tetapi dengan menggadaikan atau menghipotikan untuk bagian harga penjualan yang belum dibayar kapada si penjual.

3. Hak milik atas barang-barang untuk sementara diserahkan kepada suatu badan “trust” (trustee) sampai pembayaran harga penjualan dilunasi. Setelah pembayaran lunas oleh pembeli, baru trustee menyerahkan hak atas barang-barang itu kepada pembeli. Perjanjian semacam ini dilakukan dengan membuat akta kepercayaan (trust deed / trust indenture).

4. Beli sewa (lease-purchase) dimana barang-barang yang telah diserahkan kepada pembeli. Pembayaran angsuran dianggap sewa sampai harga dalam kontrak telah dibayar lunas, baru sesudah itu hak milik berpidah kepada pembeli.

Penjualan angsuran dengan bentuk-bentuk perjanjian tersebut di atas dilaksanakan untuk barang-barang tidak bergerak/barang yang bukan barang dagang, seperti : gedung, tanah, dan aktiva-aktiva tetap lainnya. Apabila terjadi tidak dipenuhinya kewajiban-kewajiban oleh pembeli, maka penjual tetap memiliki hak untuk memiliki kembali barang yang dijualnya, tetapi nilainya sisa barang itu mungkin akan lebih rendah dari nilai barang berdasarkan perhitungan yang sesuai dengan perjanjian yang ada sehingga pemilikan kembali tersebut dapat menimbulkan kerugian.

Untuk mengurangi kemungkinan kerugian yang terjadi pemilikan kembali, maka faktor-faktor yang harus diperhatikan oleh penjual adalah sebagai berikut : 1. Besarnya pembayaran pertama atau down payment harus cukup untuk menutup besarnya semua

kemungkinan terjadinya penurunan harga barang tersebut dari semula barang baru menjadi barang bekas.

2. Jangka waktu pembayaran di antara angsuran yang satu dengan yang lain hendaknya tidak terlalu lama, kalau dapat tidak lebih dari satu bulan.

3. Besarnya pembayaran angsuran periodik harus diperhitungkan cukup untuk menutup kemungkinan penurunan nilai barang-barang yang ada selama jangka pembayaran yang satu dengan pembayaran angsuran berikutnya.

Sehubungan dengan banyaknya resiko yang mungkin akan dijumpai oleh penjual atau dengan kata

lain adanya kemungkinan tidak ditepatinya kewajiban-kewajiban oleh pihak pembeli, maka diperlukan beberapa solusi terbaik untuk mengatasi resiko-resiko tersebut. Solusi tersebut antara lain :

1. melakukan survei atas pembeli. 2. membuat kontrak jual-beli (security agreement) yang isi kontrak tersebut berlainan untuk setiap bidang

usaha. 3. mengasuransikan barang angsuran tersebut. 4. menetapkan periode pembayaran cicilan yang tidak terlalu panjang, misalnya tiap bulan. 5. uang muka harus dapat melebihi penurunan nilai barang.

46

6. beli sewa (lease-purchase) artinya barang-barang yang dibeli secara angsuran yang sudah berada di tangan pembeli dianggap barang sewaan sampai semua biaya dalam Perjanjian dibayar lunas, barulah hak milik berpindah kepada pembeli.

7. dan lain-lain. III. Metode Pengakuan Laba Kotor Pada Penjualan Angsuran

Untuk menghitung laba bersih pada penjualan angsuran adalah sangat kompleks, karena beban sehubungan dengan penjualan angsuran tersebut tidak hanya terjadi pada saat penjualan angsuran tersebut dilakukan, melainkan akan terjadi sepanjang penjualan angsuran tersebut belum dilunasi.

Sesuai dengan konsep akuntasni yaitu membandingkan antara beban dengan pendapatan, maka pada saat penjualan angsuran dapat ditentukan nilai dari penjualan, harga pokok dan beban yang terjadi pada periode tersebut. Karena penagihan penjualan angsuran meliputi beberapa periode, timbul masalah bagaimana beban yang terjadi pada periode berikutnya (misalkan beban penagihan, administrasi, perbaikan dan pemilikan kembali) sehubungan penagihan piutang usaha angsuran tersebut.

Untuk menghitung laba kotor dalam penjualan angsuran pada prakteknya dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu : 1. Pengakuan Laba Kotor pada saat terjadinya penjualan angsuran. 2. Pengakuan Laba Kotor sejalan dengan realisasi penerimaan kas.

1. Pengakuan Laba Kotor pada saat terjadinya penjualan angsuran

Dalam metode ini seluruh laba kotor diakui pada saat terjadinya penjualan angsuran, atau dengan kata lain sama seperti penjualan pada umumnya yang ditandai oleh timbulnya piutang/tagihan kepada pelanggan. Apabila prosedur demikian diikuti maka sebagai konsekuensinya pengakuan terhadap biaya-biaya yang berhubungan dam dapat diidentifikasikan dengan pendapatan-pendapatan yang bersangkutan harus pula dilakukan.

Beban untuk pendapatan dalam periode yang bersangkutan harus meliputi biaya-biaya yang diperkirakan akan terjadi dalam hubungannya dengan pengumpulan piutang atas kontrak penjualan angsuran, kemungkinan tidak dapatnya piutang itu direalisasikan maupun kemungkinan rugi sebagai akibat pembatalan kontrak. Terhadap biaya yang ditaksir itu biasanya dibentuk suatu rekening Cadangan Kerugian Piutang.

Jika Aktiva Tetap dijual secara angsuran, perusahaan akan mendebit piutang usaha angsuran dan mengkredit perkiraan aktiva yang bersangkutan serta mengkredit pula laba atas penjualan aktiva tersebut. Jurnalnya adalah:

Piutang usaha angsuran xxxxxx Aktiva Tetap xxxxxx

Laba atas penjualan aktiva tak gerak xxxxxx Pada metode ini memakai asumsi bahwa seluruh beban sehubungan dengan penjualan

angsuran terjadi pada periode yang sama dengan penjualannya. Mengenai beban pada periode berikutnya, yaitu misalnya beban tidak tertagihnya piutang dan lain sebagainya, harus diestimasi pada periode terjadinya penjualan nagsuran yaitu dengan mendebit perkiraan beban dan mengkredit perkiraan penilaian asset seperti penyisihan biaya penjualan angsuran dan penyisihan piutang angsuran.

47

Jurnalnya adalah: Beban usaha xxxxxx Penyisihan piutang angsuran xxxxxx

Jika pada periode berikutnya penjualan angsuran tersebut terjadi, perkiraan penyisihan tersebut akan didebit, dan kas yang dikeluarkan serta saldo piutang usaha yang tidak tertagih akan dikredit. Jurnalnya adalah: Penyisihan piutang angsuran xxxxxx Kas xxxxxx

Piutang usaha angsuran xxxxxx

2. Laba kotor diakui sejalan dengan realisasi penerimaan kas (proporsional) Dalam metode ini laba kotor diakui sesuai dengan realisasi penerimaan kas dari

penjualan angsuran yang diterima pada periode akuntansi yang bersangkutan. Prosedur yang menghubungkan tingkat keuntungan dengan realisasi penerimaan angsuran pada perjanjian penjualan angsuran adalah: a. Penerimaan pembayaran pertama dicatat sebagai pengembalian harga pokok (Cost) dari

barang-barang yang dijual atau service yang diserahkan, sesudah seluruh harga pokok (Cost) kembali, maka penerimaan-penerimaan selanjutnya baru dicatat sebagai keuntungan. Prosedur ini dianggap sangat konservatif. Dapat didukung jika timbul keraguan mengenai nilai yang dapat diperoleh kembali, baik yang berkaitan dengan saldo atau sisa kontrak cicilan maupun yang berkaitan dengan barang-barang yang terkena pemilikan kembali.

b. Penerimaan pembayaran pertama dicatat sebagai realisasi keuntungan yang diperoleh sesuai dengan kontrak penjualan; sesudah seluruh keuntungan yang ada terpenuhi, maka penerimaan-penerimaan selanjutnya dicatat sebagai pengumpulan kembali atau pengembalian harga pokok (Cost).

c. Setiap penerimaan pembayaran yang sesuai dengan perjanjian dicatat baik sebagai pengembalian harga pokok (Cost) maupun sebagai realisasi keuntungan di dalam perbandingan yang sesuai dengan posisi harga pokok dan keuntungan yang terjadi pada saat perjanjian penjualan angsuran ditandatangani. Di dalam hal ini keuntungan akan selalu sejalan dengan tingkat pembayaran angsuran selama jangka perjanjian.

Metode ini memberikan kemungkinan untuk mengakui, keuntungan prosporsional dengan tingkat penerimaan pembayaran angsuran. Di dalam akuntansi prosedur demikian dikenal dengan metode angsuran atau dasar angsuran (installment method or installment basis).

Pada metode ini jika Aktiva Tetap dijual secara angsuran, perusahaan akan mendebit perkiraan piutang usaha angsuran dan mengkredit harta yang bersangkutan serta mengkredit laba kotor yang ditangguhkan (yang belum direalisasi). Jurnalnya adalah: Piutang usaha angsuran xxxxxx Aktiva Tetap xxxxxx Laba kotor yang ditangguhkan (yang belum direalisasi) xxxxxx

48

Mengenai penagihan piutang usaha angsuran tersebut akan dicatat dengan mendebit perkiraan kas dan mengkredit perkiraan piutang usaha Jurnalnya adalah: Kas xxxxxx Piutang usaha angsuran xxxxxx Selanjutnya pada akhir periode, saat dilakukan jurnal penyesuaian akan dicatat sbb:

Jurnalnya adalah: Laba kotor yang belum direalisasi xxxxxx Laba kotor yang direalisasi xxxxxx

Laba kotor yang belum direalisasi adalah selisih antara penjualan angsuran dengan harga pokoknya. Laba kotor yang belum direalisasi akan direalisasi pada saat penerimaan piutang usaha angsuran yaitu dengan mengalikan presentase laba kotor dengan kas yang diterima dari piutang usaha angsuran tersebut.

Untuk menghitung presentase laba kotor yaitu dengan membagi laba kotor yang belum dieralisasi dengan penjualan angsuran yang bersangkutan dan hasilnya dikalikan 100%.

Laba kotor ditangguhkan = Penjualan – HPP (Harga Pokok Penjualan) % Laba kotor = (Laba kotor yang belum direalisasi : Penjualan angsuran) x 100%

Contoh soal:

1. PT Osaka telah membeli sebuah tanah di daerah Jakarta dengan harga perolehan Rp. 170.000.000,00. di samping itu PT Osaka juga membayar biaya-biaya lainnya seharga Rp. 10.000.000,00 Pada tanggal 1 mei 2000, PT Handoko membeli tanah tersebut seharga Rp. 240.000.000,00. PT Handoko membayar uang muka sebesar Rp. 40.000.000,00 dan sisanya akan dibayar angsuran sebanyak 10 kali setengah tahunan, setiap kali angsuran Rp. 20.000.000,00. PT Osaka mengenakan bunga 18% pertahun terhadap sisa angsuran. Komisi dan beban penjualan dibayar tunai sebesar 2% dari harga jual. Periode akuntansi perusahaan sama dengan tahun fiskal. Diminta : Catatlah transaksi-transasksi tersebut ke dalam jurnal untuk tahun 2000 dan 2001, dengan menggunakan metode: a. Laba kotor diakui pada saat penjualan b. Laba kotor diakui sejalan dengan realisasi penerimaan kas Jawaban: a. Laba kotor diakui pada saat penjualan 1 Mei 2000

• Penjualan tanah dengan harga jual Piutang usaha angsuran Rp. 240.000.000,00 Tanah Rp. 180.000.000,00 Laba atas penjualan tanah Rp. 60.000.000,00

• Penerimaan uang muka Kas Rp. 40.000.000,00

Piutang usaha angsuran Rp. 40.000.000,00

49

• Dibayar komisi dan beban penjualan (2% x Rp. 240.000.000,00)

Beban komisi dan penjualan Rp. 4.800.000,00 Kas Rp. 4.800.000,00

1 November 2000 • Dibayar angsuran pertama dan bunga (6/12 x 18% x Rp. 200.000.000,00)

Kas Rp. 38.000.000,00 Piutang usaha angsuran Rp. 20.000.000,00 Pendapatan bunga Rp. 18.000.000,00

31 Desember 2000 • Jurnal penyesuaian bunga (2/12 x 18% x Rp. 180.000.000)

Piutang Bunga Rp. 5.400.000,00 Pendapatan bunga Rp. 5.400.000,00

• Realisasi Laba kotor Tidak ada jurnal

• Ayat jurnal penutup Laba atas penjualan tanah Rp. 60.000.000,00 Pendapatan bunga Rp. 23.400.000,00 Beban komisi dan penjualan Rp. 4.800.000,00 Ikhtisar Rugi/Laba Rp. 78.600.000,00

1 Januari 2001 • Ayat jurnal pembalik

Pendapatan bunga Rp. 5.400.000,00 Piutang bunga Rp. 5.400.000,00

1 Mei 2001

• Penerimaan angsuran dan bunga (6/12 x 18% x Rp. 180.000.000,00) Kas Rp. 36.200.000,00

Piutang usaha angsuran Rp. 20.000.000,00 Pendapatan bunga Rp. 16.200.000,00

1 November 2001

• Penerimaan angsuran dan bunga (6/12 x 18% x Rp. 160.000.000,00) Kas Rp. 34.400.000,00 Piutang usaha angsuran Rp. 20.000.000,00

Pendapatan bunga Rp. 14.400.000,00 31 Desember 2001

• Ayat jurnal penyesuaian bunga (2/12 x 18% x 140.000.000,00) Piutang bunga Rp. 4.200.000,00 Pendapatan bunga Rp. 4.200.000,00

50

• Realisasi laba kotor Tidak ada jurnal

• Ayat jurnal penutup

Pendapatan bunga Rp. 29.400.000,00 Ikhtisar rugi laba Rp. 29.400.000,00

b. Laba kotor diakui sejalan dengan penerimaan kas

1 Mei 2000 • Penjualan tanah seharga Rp. 240.000.000,00

Piutang usaha angsuran Rp. 240.000.000,00 Tanah Rp. 180.000.000,00 Laba kotor yang belum direalisasi Rp. 60.000.000,00

• Penerimaan uang muka Kas Rp. 40.000.000,00 Piutang usaha angsuran Rp. 40.000.000,00

• Dibayar komisi dan beban penjualan (2% x Rp. 240.000.000,00) Beban komisi dan penjualan Rp. 4.800.000,00 Kas Rp. 4.800.000,00

1 November 2000 • Dibayar angsuran pertama dan bunga (6/12 x 18% x Rp. 200.000.000,00)

Kas Rp. 38.000.000,00 Piutang usaha angsuran Rp. 20.000.000,00 Pendapatan bunga Rp. 18.000.000,00

31 Desember 2000

• Jurnal penyesuaian bunga (2/12 x 18% x Rp.180.000.000,00) Piutang bunga Rp. 5.400.000,00 Pendapatan bunga Rp. 5.400.000,00

• Realisasi Laba kotor Laba kotor yang belum direalisasi Rp. 15.000.000,00 Laba kotor direalisasi Rp. 15.000.000,00

• Ayat jurnal penutup Laba Kotor direalisasi Rp. 15.000.000,00 Pendapatan bunga Rp. 23.400.000,00 Beban komisi dan penjualan Rp. 4.800.000,00 Ikhtisar rugi/laba Rp. 33.600.000,00

51

1 januari 2001 • Ayat jurnal pembalik

Pendapatan bunga Rp. 5.400.000,00 Piutang bunga Rp. 5.400.000,00

1 Mei 2001

• Penerimaan angsuran dan bunga (6/12 x 18% x Rp. 180.000.000,00) Kas Rp. 36.200.000,00 Piutang usaha angsuran Rp. 20.000.000,00 Pendapatan bunga Rp. 16.200.000,00

1 November 2001

• Penerimaan angsuran dan bunga (6/12 x 18% x Rp. 160.000.000,00) Kas Rp. 34.400.000,00 Piutang usaha angsuran Rp. 20.000.000,00 Pendapatan bunga Rp. 14.400.000,00

31 Desember 2001

• Ayat jurnal penyesuaian bunga (2/12 x 18% x Rp. 140.000.000,00) Piutang bunga Rp. 4.200.000,00 Pendapatan bunga Rp. 4.200.000,00

• Realisasi laba kotor (10% x Rp.40.000.000,00) Laba kotor yang belum direalisasi Rp. 10.000.000,00 Laba kotor direalisasi Rp. 10.000.000,00

• Ayat jurnal penutup

Laba kotor direalisasi Rp. 10.000.000,00 Pendapatan bunga Rp. 29.400.000,00 Iktisar rugi/laba Rp. 39.400.000,00

Pada penjualan angsuran dengan metode pengakuan laba kotor dilakukan pada saat penjualan

terjadi maka laba kotor yang diakui adalah sebesar Rp. 60.000.000,00 pada tahun 2000, yaitu pada saat penjualan terjadi (jurnal tanggal 1 mei 2000) dan tidak diakui lagi pada tahun-tahun berikutnya.

Sedangkan pada metode pengakuan laba kotor sejalan dengan penerimaan kas (metode proporsional) juga akan mengakui laba kotor sebesar Rp. 60.000.000,00 pula. Hal ini dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tahun Penerimaan Angsuran Persentase Laba Kotor Pengakuan Laba Kotor 2000 Rp. 60.000.000 25% Rp. 15.000.000 2001 Rp. 40.000.000 25% Rp. 10.000.000 2002 Rp. 40.000.000 25% Rp. 10.000.000 2003 Rp. 40.000.000 25% Rp. 10.000.000 2004 Rp. 40.000.000 25% Rp. 10.000.000 2005 Rp. 20.000.000 25% Rp. 5.000.000 Rp. 240.000.000 Rp. 60.000.000

52

Apabila kewajiban tidak dapat dipenuhi oleh pihak pembeli, maka pihak penjual akan menarik

kembali harta yang telah dijual. Pencatatan atas penarikan kembali harta tersebut tergantung dari metode pengakuan laba kotor yang digunakan. Jika laba kotor laba kotor diakui pada saat penjualan terjadi, maka harta yang dimiliki tersebut diakui sebesar harga pasar yang wajar, kemudian membatalkan saldo piutang usaha angsuran dan menimbulkan keuntungan atau kerugian karena pemilikan kembali. Jika menggunakan metode pengakuan laba kotor sejalan dengan penerimaan kas, maka harta yang dimiliki tersebut diakui sebesar harga pasar yang wajar, kemudian membatalkan laba kotor yang belum direalisasi serta saldo piutang usaha angsuran dan menimbulkan keuntungan atau kerugian karena pemilikan kembali. Contoh kasus ketidakmampuan pelunasan piutang usaha angsuran adalah:

2. Mengacu pada soal no 1 bila pada tanggal 1 Mei 2002, PT. Handoko tidak dapat membayar

(memenuhi) kewajibannya. PT Osaka kemudian menarik hartanya kembali dan pada tanggal tersebut tanah itu dinilai menurut harga pasarnya yaitu sebesar Rp. 150.000.000,00. PT. Handoko menerima 5% dari jumlah yang telah dibayarnya tetapi tidak termasuk bunga. Diminta: Buatlah perhitungan rugi/laba dan jurnal pemilikan kembali untuk a. Laba kotor diakui pada saat penjualan b. Laba kotor diakui sejalan dengan penerimaan kas Jawaban: a. Laba kotor diakui pada saat penjualan

Jumlah piutang yang diterima Rp. 100.000.000,00 Jumlah yang dikembalikan kepada PT Handoko (5%) (Rp. 5.000.000,00)

Rp. 95.000.000,00 Harga pokok tanah Rp. 180.000.000,00 Nilai pasar (Rp. 150.000.000,00) Penurunan nilai tanah (Rp. 30.000.000,00) Total laba pemilikan kembali Rp. 65.000.000,00 Laba kotor yang telah diakui (Rp. 60.000.000,00) Laba (rugi) pemilikan kembali Rp. 5.000.000,00

• Jurnal pemilikan kembali Tanah Rp. 150.000.000,00 Kas Rp. 5.000.000,00 Piutang usaha angsuran Rp. 140.000.000,00 Laba atas pemilikan kembali Rp. 5.000.000,00

b. Laba kotor diakui sejalan dengan penerimaan kas Jumlah piutang yang diterima Rp. 100.000.000,00 Jumlah yang dikembalikan (5%) (Rp. 5.000.000,00) Rp. 95.000.000,00

53

Harga pokok tanah Rp. 180.000.000,00 Nilai pasar (Rp. 150.000.000,00) Penurunan nilai tanah (Rp. 30.000.000,00) Total laba pemilikan kembali Rp. 65.000.000,00 Laba kotor yang telah diakui (Rp. 25.000.000,00) Laba (Rugi) karena pemilikan kembali Rp. 40.000.000,00

• Jurnal pemilikan kembali

Tanah Rp. 150.000.000,00 Laba kotor yang belum direalisasi Rp. 35.000.000,00 Kas Rp. 5.000.000,00 Piutang usaha angsuran Rp. 140.000.000,00

Laba atas pemilikan kembali Rp. 40.000.000,00

Untuk kedua metode di atas masih diperlukan jurnal lagi, yaitu jurnal untuk menutup pendapatan bunga sebesar Rp. 4.200.000,00 sebagai kerugian.

• Ayat jurnal pembalik

1 Januari 2002 Pendapatan bunga Rp. 4.200.000,00 Piutang bunga Rp. 4.200.000,00

• Ayat jurnal penutup Laba Ditahan Rp. 4.200.000,00 Pendapatan bunga Rp. 4.200.000,00

IV. PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PADA PENJUALAN ANGSURAN

A. Neraca Penyusunan neraca pada perusahan yang melakukan penjualan nagsuran sama dengan penjualan biasa, hanya terdapat hal yang harus dieprhatikan adalah:

1. Piutang usaha angsuran biasanya dikelompokkan sebaagi aktiva lancar dan harus dijelaskan pada penjelasan laporan keuangan atau dengan catatan kaki yang mengungkapkan tanggal jatuh temponya. Hal ini dengan asumsi bahwa definisi dari aktiva lancar adalah sumber-sumber yang diharapkan dapat direalisir menjadi kas atau dijual. Maka jangka waktu piutang usaha angsuran tersebut diabaikan.

2. Laba kotor yang belum direalisasikan dapat dikelompokkan: a) Kelompok kewajiban atau pendapatan yang belum direalisasi. b) Pengurang piutang usaha angsuran. c) Kelompok modal yang menjadi bagian dari laba yang ditahan

Cara yang paling umum adalah laba kotor yang belum direalisasi dicatat sebagai kelompok kewajiban.

54

B. Laporan Rugi/Laba dan Daftar analisa realisasi laba kotor Di dalam penyusunan perhitungan rugi/laba untuk penjualan angsuran, harus dipisahkan antara penjualan biasa dengan angsuran. Laba kotor penjualan angsuran periode tersebut dikurangi dengan saldo laba kotor yang belum direalisasi pada akhir periode, yang menghasilkan laba kotor periode tersebut yang telah direalisasi.

V. PENGAKUAN LABA PENJUALAN ANGSURAN DALAM KAITANNYA DENGAN UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN • Undang-undang Perpajakan No. 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan

Menurut salah satu metode penjualan angsuran bahwa laba kotor diakui sejalan dengan tagihan uang kas yang diterima, sehingga laba kotor akan diakui untuk beberapa periode fiskal. Sedangkan menurut pajak penghasilan sesuai dengan undang-undang no.7 bahwa laba hasrus diakui pada saat penjualan dilakukan. Sehingga terdapat perbedaan persepsi antara laba menurut metode penjualan angsuran dengan undang-undang pajak penghasilan. Menurut Prinsip Akuntansi Indonesia pasal 9 tentang pajak penghasilan, yaitu:

a) Dalam Perhitungan rugi/laba, jumlah pajak penghasilan dapat dihitung berdasarkan laba menurut akuntansi atau laba kena pajak, dengan tarif sebagaimana ditetapkan oleh fiskus.

b) Dalam hal pajak penghasilan dihitung menurut laba akuntansi, selisih perhitungan tersebut dengan hutang pajak (yang dihitung menurut laba kena pajak), yang disebabkan “perbedaan waktu” pengakuan pendapatan dan beban untuk tujuan akuntansi dengan tujuan pajak akan ditampung ke dalam pos “pajak penghasilan yang ditangguhkan” dan dialokasikan pada beban pajak pengahsilan tahun-tahun berikutnya. Sehingga dengan demikian jika perusahaan menghitung laba menurut metode pengakuan laba kotor sejalan dengan penerimaan kas hasil penjualan angsuran, maka selisih antara pajak penghasilan perusahaan dengan pajak pengahsilan menurut fiskus ditampung dalam perkiraan pajak penghasilan yang ditangguhkan (belum direlisasi).

Contoh soal: 1. Bila PT Handoko mendapatkan laba untuk tahun 1999 sebesar Rp. 10.250.000,00.

Sedangkan menurut undang-undang pajak penghasilannya adalah Rp. 9.500.000,00. Buatlah jurnal untuk menyesuaikannya! Pajak penghasilan menurut perusahaan Rp. 10.250.000,00 Pajak pengahsilan menurut UU pajak penghasilan Rp. 9.500.000,00 Selisih Rp. 750.000,00

• Jurnal untuk mencatat pembebanan pajak tersebut Ikhtisar rugi/laba Rp. 10.250.000,00 Hutang pajak (PPh pasal 29) Rp. 9.500.000,00 Pajak penghasilan yang ditangguhkan Rp. 750.000,00

Jika perusahaan menggunakan metode pengakuan laba kotor pada saat penjualan angsuran, maka tidak terdapat perbedaan antara laba menurut perusahaan dengan laba menurut pajak.

55

• Undang-undang perpajakan No.8 tahun 1983 tentang pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas barang mewah

Untuk perusahaan dagang umumnya dan perusahaan dagang angsuran harus ditetapkan apakah perusahaan tersebut adalah pengusaha kena pajak (PKP) atau non PKP. Bila perusahaan tersebut adalah PKP, maka untuk seluruh penjualan barang dagangnya harus dikenakan PPN. Dan bila merupakan non PKP maka tidak boleh dipungut PPN. PPN yang dikenakan atas nilai jual ini disebut sebagai PPN keluaran. Sedangkan PPN atas barang yang dibeli merupakan PPN masukkan. PPN masukkan dapat dikreditkan dengan PPN keluaran. Selain itu perusahaan juga membayar pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM), bila barang yang dibeli merupakan kategori barang mewah. Tarif ini berkisar anatar 10% - 30%. PPnBM ini dikenakan hanya sekali pada pengusaha dan tidak daoat dikreditkan dengan PPN keluarannya sehingga harus dimasukkan sebagai harga pokok barang yang dibelinya.

VI. BUNGA PADA PENJUALAN ANGSURAN

Dalam penjualan angsuran pihak penjual biasanya juga memperhitungkan bunga atas saldo angsuran yang belum dibayar disamping memperhitungkan laba. Bunga dalam penjualan angsuran harus dipisahkan dari pengakuan laba kotor dari hasil usaha bagi pihak penjual, sedangkan untuk pihak pembeli unsur bunga harus dipisahkan dari harga perolehan dari barang angsuran yang dimilikinya. Dalam menghitung bunga, dapat dilakukan denagn beberapa cara, yaitu:

a) Bunga dihitung dari saldo pokok pinjaman yang belum dilunasi selama jangka waktu angsuran (bunga dihitung dari saldo menurun), disebut Long End Interest.

b) Bunga dihitung dari akumulasi pembayaran angsuran yang telah jatuh tempo (tidak termasuk uang muka) yang dihitung sejak pembayaran angsuran pertama sampai dengan paling akhir, disebut Short End Interest.

c) Bunga dihitung secara anuitet. Setiap periode sama besarnya dan di dalam setiap pembayaran angsuran mengandung unsure pelunasan angsuran dan bunga.

d) Bunga selama masa pembayran angsuran diitung dari harga kontrak awal setelah diperhitungkan dnegan uang muka.

Contoh Soal: PT Handoko menjual tanahnya secara angsuran. Pada tanggal 1 Februari 1998, dijual tanah secara angsuran dengan harga jual sebesar Rp. 10.000.000,00. Pembeli membayar uang muka sebesar Rp. 1.000.000,00 dan sisanya dibayar secara angsuran sebanyak 10 kali bulanan dengan bunga sebesar 12% pertahun. Harga perolehan tanah adalah Rp. 8.000.000,00. Buat perhitungan bunga dan jurnal yang diperlukan untuk 3 bulan pertama ! Jawaban: 1. Bunga dihitung dari saldo pokok pinjaman yang belum dilunasi selama jangka waktu

angsuran. Pada cara ini bunga yang dibebankan pada setiap kali angsuran dihitung dari saldo pokok pinjaman awal periode tersebut. Bunga yang dibayar setiap periode akan makin lama makin kecil, sesuai dengan makin kecilnya saldo pinjaman penjualan angsuran tersebut. Perhitungan bunga dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

56

Tgl Angsuran Pokok

Bunga 1 % per bulan

Jumlah yang harus dibayar

Saldo Pokok Pinjaman

1/2/98 10.000.000 1/2/98 1.000.000 1.000.000 9.000.000 1/3/98 900.000 90.000 990.000 8.100.000 1/4/98 900.000 81.000 981.000 7.200.000 1/5/98 900.000 72.000 972.000 6.300.000 1/6/98 900.000 63.000 963.000 5.400.000 1/7/98 900.000 54.000 954.000 4.500.000 1/8/98 900.000 45.000 945.000 3.600.000 1/9/98 900.000 36.000 936.000 2.700.000 1/10/98 900.000 27.000 927.000 1.800.000 1/11/98 900.000 18.000 918.000 900.000 1/12/98 900.000 9.000 909.000 0

Jurnal

1/2/98 Kas 1.000.000 Piutang Angsuran 9.000.000 Peralatan 8.000.000 Keuntungan Penjualan Aktiva Tetap 2.000.000 1/3/98 Kas 990.000 Piutang Angsuran 900.000 Pendapatan Bunga 90.000 1/4/98 Kas 981.000 Piutang Angsuran 900.000 Pendapatan Bunga 81.000 1/5/98 Kas 972.000 Piutang Angsuran 900.000 Pendapatan Bunga 72.000

2. Bunga dihitung dari akumualsi pembayaran angsuran yang telah jatuh tempo (tidak

termasuk uang muka) Cara ini menghitung bunga dari akumulasi pembayaran angsuran yang telah jatuh tempo. Dengan demikian bunga yang dibebankan makin lama makin besar, seiirng dengan makin membesarnya akumulasi pembayaran angsuran tiap periode. Pembayaran bunga dengan metode ini tidak sesuai dengan system bunga accrual. Pada sitem tersebut, bunga dihitung dari saldo pinjaman yang belum dilunasi dan bukan dari akumualsi angsuran yang jatuh tempo. Oleh karena itu jika perusahaan membuat laporan keuangan tiap akhir periode, maka harus dilakukan penyesuaian atas bunga menurut system accrual.

57

Perhitungan bunga dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tgl Angsuran

Pokok Bunga 1 % per bulan

Jumlah yang harus dibayar

Saldo Pokok Pinjaman

1/2/98 10.000.000 1/2/98 1.000.000 1.000.000 9.000.000 1/3/98 900.000 9.000 909.000 8.100.000 1/4/98 900.000 18.000 918.000 7.200.000 1/5/98 900.000 27.000 927.000 6.300.000 1/6/98 900.000 36.000 936.000 5.400.000 1/7/98 900.000 45.000 945.000 4.500.000 1/8/98 900.000 54.000 954.000 3.600.000 1/9/98 900.000 63.000 963.000 2.700.000 1/10/98 900.000 72.000 972.000 1.800.000 1/11/98 900.000 81.000 981.000 900.000 1/12/98 900.000 90.000 990.000 0

Jurnal

1/2/98 Kas 1.000.000 Piutang Angsuran 9.000.000 Peralatan 8.000.000 Keuntungan Penjualan Aktiva Tetap 2.000.000 1/3/98 Kas 909.000 Piutang Angsuran 900.000 Pendapatan Bunga 9.000 1/4/98 Kas 918.000 Piutang Angsuran 900.000 Pendapatan Bunga 18.000 1/5/98 Kas 927.000 Piutang Angsuran 900.000 Pendapatan Bunga 27.000

3. Bunga dihitung secara anuitet

Pada cara ini pembayaran setiap periodenya sama besarnya, dan setiap pembayran tersebut meliputi pembayaran pokok pinjaman dan pembayran bunga. Pembayaran dengan cara ini disebut sebagai pembayaran anuitet. Untuk mencari jumlah pembayran anuitet setiap periode digunakan rumus:

T = Jumlah angsuran yang belum lunas T = Ann 1- 1/(1 + i )n Ann= Pembayaran angsuran setiap periode

i n = Jumlah periode angsuran; i = Bunga per periode

58

Dalam contoh diatas maka pembayaran anuitet dapat dicari sebagai berikut : Rp. 9.000.000 = Ann 1- 1/(1+1%)10 1%

Rp. 9.000.000 = Ann x 9,4713045 Ann = 950.238, 692 dibulatkan menjadi 950.239

Tgl Angsuran Pokok

Bunga 1 % per bulan

Jumlah yang harus dibayar

Saldo Pokok Pinjaman

1/2/98 10.000.000 1/2/98 1.000.000 1.000.000 9.000.000 1/3/98 860.239 90.000 950.239 8.139.761 1/4/98 868.841 81.398 950.239 7.270.920

1/5/98 877.530 72.709 950.239 6.393.390

1/6/98 886.305 63.934 950.239 5.507.085

1/7/98 895.168 55.071 950.239 4.611.917

1/8/98 904.120 46.119 950.239 3.707.797

1/9/98 913.161 37.078 950.239 2.794.636

1/10/98 922.293 27.946 950.239 1.872.343

1/11/98 931.516 18.723 950.239 940827

1/12/98 940.827 9.412 950.239 0

Jurnal

1/2/98 Kas 1.000.000 Piutang Angsuran 9.000.000 Peralatan 8.000.000 Keuntungan Penjualan Aktiva Tetap 2.000.000 1/3/98 Kas 950.239 Piutang Angsuran 860.239 Pendapatan Bunga 90.000 1/4/98 Kas 950.239 Piutang Angsuran 868.841 Pendapatan Bunga 81.398 1/5/98 Kas 950.239 Piutang Angsuran 877.530 Pendapatan Bunga 72.709

59

4. Bunga selama masa pembayaran angsuran dihitung dari harga kontrak awal setelah

diperhitungkan dengan uang muka. Pada cara ini bunga untuk setiap periode dihitung dari saldo awal pokok pinjaman setelah dikurangi dengan uang muka. Sehingga dengan demikian buinga yang dibebankan untuk setiap periode sama besarnya dan jumlah angsuran ditambah bunga periode terebut akan menghasilkan jumlah yang sama besar pula.

Contoh terkait diatas: Bunga untuk setiap periode = 1% x Rp. 9.000.000,00 = Rp. 90.000,00 Angsuran untuk setiap periode = Rp. 900.000 + Rp. 90.000,00 = Rp. 990.000,00 Tabel perhitungan bunga

Tgl Angsuran Pokok

Bunga 1 % per bulan

Jumlah yang harus dibayar

Saldo Pokok Pinjaman

1/2/98 10.000.000 1/2/98 1.000.000 1.000.000 9.000.000 1/3/98 900.000 90.000 990.000 8.100.000 1/4/98 900.000 90.000 990.000 7.200.000 1/5/98 900.000 90.000 990.000 6.300.000 1/6/98 900.000 90.000 990.000 5.400.000 1/7/98 900.000 90.000 990.000 4.500.000 1/8/98 900.000 90.000 990.000 3.600.000 1/9/98 900.000 90.000 990.000 2.700.000 1/10/98 900.000 90.000 990.000 1.800.000 1/11/98 900.000 90.000 990.000 900.000 1/12/98 900.000 90.000 990.000 0

Jurnal

1/2/98 Kas 1.000.000 Piutang Angsuran 9.000.000 Peralatan 8.000.000 Keuntungan Penjualan Aktiva Tetap 2.000.000 1/3/98 Kas 990.000 Piutang Angsuran 900.000 Pendapatan Bunga 90.000 1/4/98 Kas 990.000 Piutang Angsuran 900.000 Pendapatan Bunga 90.000 1/5/98 Kas 990.000 Piutang Angsuran 900.000 Pendapatan Bunga 90.000

60

Dari keempat cara di atas, bila dipandang dari sudut perusahaan yang melakukan penjualan angsuran, maka cara yang terakhir yang menghasilkan bunga lebih besar dari cara yang lainnya. Biasanya dalam dunia usaha penjualan angsuran digunakan metode anuitas atau dengan menggunakan bunga flat.

VII. Hubungan Penjualan Angsuran Dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK)

Dalam hubungannya dengan SAK, penjualaan angsuran dapat dikatakan berhubngan dengan: a. PSAK NO. 16 tentang Aktiva Tetap Dan Aktiva Lain-Lain

Hal ini dikarenakan, kebanyakan penjualan angsuran adalah aktiva tetap sebuah perusahaan, seperti : gedung, tanah, peralatan. Dalam penjualan aktiva tetap ini akan muncul piutang dan bunga.

b. PSAK NO. 44 tentang Akuntansi Aktivitas Pengembangan Real Estat Hal ini dikarenakan, penjualan angsuran pada mulanya adalah penjualan real estat, ditambah lagi penjualan real estat sampai sekarang masih merupakan cicilan, jarang sekali yang membayar langsung karena begitu besar biaya yang harus dikeluarkan sehingga lebih baik di cicil.

c. PSAK NO. 46 tentang Akuntansi Pajak Penghasilan Hal ini dikarenakan, dalam perhitungan pajak penghasilan dari sebuah perusahaan, kadang kala terdapat selisih pajak dan juga pengaturan atas selisih pajak ini harus disesuaikan sehingga tidak menimbulkan suatu kerancuan.

d. PSAK NO. 47 tentang Akuntansi Tanah Hal ini dikarenakan, dalam prakteknya tanah adalah suatu aktiva yang banyak diperjual belikan dengan angsuran, karena mahalnya harga tanah terlebih lagi di kota besar.

e. PSAK NO. 48 tentang Penurunan Nilai Aktiva Hal ini dikarenakan, dalam penjualan angsuran bila si pembeli tidak mampu membayar maka akan terdapat pemilikan kembali akan aktiva tersebut dan biasanya harganya cendenrung menurun dari harga sewaktu menjual aktiva tersebut secara angsuran.

VIII. Variasi Soal 1. PT Surken yang bergerak dalam bidang ekspor impor akan menjual aktiva tetap miliknya,

yaitu 3 bidang tanah di Irian, Maluku dan di Sulawesi. a. Tanah di Irian berharga pokok Rp. 190.000.000,00 dan akan dibeli oleh PT Handoko

seharga Rp. 250.000.000,00. Disamping itu PT Surken membayar komisi dan beban penjualan sebesar 1 % dari harga jual. Rencananya penjualan akan menggunakan metode cicilan yang mangakui laba kotor pada saat penjualan, PT Handoko akan mencicil pembayaran sebanyak 5 kali setengah tahunan dan PT Surken mengenakan bunga sebesar 12 % atas cicilan tersebut serta PT Handoko telah membayar Rp. 50.000.000,00. Sebelumnya PT Surken juga telah membayar Rp. 10.000.000,00 untuk biaya pengurusan tanah yang di Irian tersebut. PT Handoko membeli tanah tersebut tanggal 1 April 1999.

b. Tanah di Maluku akan dibeli oleh PT Surkep, tanah di Maluku ini rencananya akan dicatat dengan metode laba kotor sejalan dengan penerimaan kas. Harga beli tanah di sana adalah Rp. 145.000.000,00 dan biaya untuk penggantian biaya surat tanah sebesar Rp. 5.000.000,00. PT Surkep membeli tanah tersebut pada tanggal 29

61

februari 1998 seharga Rp. 200.000.000,00 dengan cicilan sebanyak 5 kali setengah tahunan dan sudah memberikan uang muka sebesar Rp. 20.000.000,00. Bunga yang dikenakan sebesar 12 %, dan PT Surken membayar komisi dan beban penjualan sebesar 2 % dari harga jual.

c. Tanah di Sulawesi akan dibeli oleh PT Gadifs. Tanah tersebut memiliki harga beli Rp. 300.000.000,00 (dengan surat-surat). PT Gadifs membeli tanah tersebut tanggal 1 maret 1998 seharga Rp. 400.000.000, dengan metode cicilan yang mengakui laba kotor pada saat penjualan. PT Gadifs juga membayar uang muka sebesar Rp. 100.000.000,00 dan sisanya diangsur 10 kali dan atas angsuran tersebut dikenakan bunga 12%. Untuk beban komisi penjualan PT Surken membayar Rp. 10.000.000,00. Malangnya, PT Gadifs salah dalam berinvenstasi sehingga tanggal 1 maret 2000 tidak mampu memenui kewajibannya. PT Surken terpaksa harus menarik kembali tanahnya, dan pada waktu itu harga tanah tersebut Rp. 250.000.000,00 dan dikembalikan 15% dari jumlah yang telah dibayar.

Pertanyaan : Buatlah seluruh jurnal yang mencatat transaksi penjualan tersebut untuk 2 tahun !

Jawaban : a. Laba kotor diakui pada saat penjualan

1 April 1999 • Mencatat penjualan tanah

Piutang usaha angsuran Rp. 250.000.000,00 Tanah Rp. 200.000.000,00 Laba atas penjualan tanah Rp. 50.000.000,00

• Mencatat penerimaan uang muka Kas Rp. 50.000.000,00 Piutang usaha angsuran Rp. 50.000.000,00

• Membayar komisi dan beban penjualan (1% x Rp. 250.000.000,00) Beban penjualan Rp. 2.500.000,00 Kas Rp. 2.500.00,00

1 Oktober 1999

• Mencatat pembayaran angsuran pertama dan bunga (6/12 x 12% x Rp. 200.000.000,00) Kas Rp. 32.000.000,00 Piutang usaha angsuran Rp. 20.000.000,00 Pendapatan bunga Rp. 12.000.000,00

31 Desember 1999 • Mencatat jurnal penyesuaian bunga (3/12 x 12% x Rp. 180.000.000,00)

Piutang Bunga Rp. 5.400.000,00 Pendapatan Bunga Rp. 5.400.000,00

• Ayat Jurnal Penutup Laba atas penjualan tanah Rp. 50.000.000,00 Pendapatan bunga Rp. 17.400.000,00

62

Beban penjualan Rp. 2.500.000,00 Ikhtisar Rugi/Laba Rp. 64.900.00,00 1 Januari 2000

• Mencatat ayat jurnal pembalik Pendapatan bunga Rp. 5.400.000,00 Piutang bunga Rp. 5.400.000,00

1 April 2000

• Mencatat pembayaran angsuran kedua dan bunga (6/12 x 12% x Rp. 180.000.000,00) Kas Rp. 30.800.000,00 Piutang usaha angsuran Rp. 20.000.000,00 Pendapatan bunga Rp. 10.800.000,00

1 Oktober 2000 • Mencatat pembayaran angsuran ketiga dan bunga

Kas Rp. 29.600.000,00 Piutang usaha angsuran Rp.20.000.000,00 Pendapatan bunga Rp. 9.600.000,00

31 Desember 2000

• Ayat jurnal penyesuaian bunga (3/12 x 12% x 140.000.000,00) Piutang bunga Rp. 4.200.000,00 Pendapatan bunga Rp. 4.200.000,00

• Ayat jurnal penutup Pendapatan bunga Rp. 19.200.000,00 Ikhtisar Rugi/Laba Rp. 19.200.000,00

1 Januari 2001 • Ayat jurnal pembalik

Pendapatan bunga Rp. 4.200.000,00 Piutang bunga Rp. 4.200.000,00

1 April 2001 • Mencatat pembayarn angsuran dan bunga (6/12 x 12% x Rp. 140.000.000,00)

Kas Rp. 28.400.000,00 Piutang usaha angsuran Rp. 20.000.000,00 Pendapatan bunga Rp. 8.400.000,00

b. Laba kotor diakui sejalan dengan penerimaan kas 29 Februari 2000

• Mencatat penjualan tanah Piutang usaha angsuran Rp. 200.000.000,00

63

Tanah Rp. 150.000.000,00 Laba kotor yang ditangguhkan Rp. 50.000.000,00

• Mencatat penerimaan uang muka Kas Rp. 20.000.000,00

Piutang usaha angsuran Rp. 20.000.000,00

• Membayar beban dan komisi penjualan (2% x Rp. 200.000.000,00) Beban penjualan Rp. 4.000.000,00 Kas Rp. 4.000.000,00

1 September 2000 • Dibayar angsuran dan bunga (6/12 x 12%x 180.000.00,00)

Kas Rp. 30.800.000,00 Piutang usaha angsuran Rp. 20.000.000,00 Pendapatan bunga Rp. 10.800.000,00

31 Desember 2000 • Ayat jurnal Penyesuaian (4/12 x 12% x Rp 160.000.000,00)

Piutang bunga Rp. 6.400.000,00 Pendapatan bunga Rp. 6.400.000,00

• Realisasi Laba kotor % LK = (50jt/200jt) x 100%=25%; LKBD=25% x Rp. 50jt = Rp. 12.500.000,00 Laba kotor yang ditangguhkan Rp.12.500.000,00 Laba kotor yang direalisasikan Rp. 12.500.000,00

• Ayat Jurnal Penutup Laba kotor yang direalisasikan Rp. 12.500.000,00 Pendapatan bunga Rp. 17.200.000,00 Beban penjualan Rp. 4.000.000,00 Ikhtisar Rugi/Laba Rp. 25.700.000,00

1 Januari 2001 • Ayat Jurnal Pembalik

Pendapatan bunga Rp. 6.400.000,00 Piutang bunga Rp. 6.400.000,00

29 Februari 2001

• Penerimaan angsuran dan bunga (6/12 x 12% x Rp. 160.000.00,00) Kas Rp. 29.600.000,00 Piutang usaha angsuran Rp. 20.000.000,00 Pendapatan bunga Rp. 9.600.000,00

64

1 September 2001 • Penerimaan angsuran dan bunga (6/12 x 12% x Rp. 140.000.000,00)

Kas Rp. 28.400.000,00 Piutang usaha angsuran Rp. 20.000.000,00 Pendapatan bunga Rp. 8.400.000,00

31 Desember 2001

• Ayat jurnal penyesuaian bunga (4/12 x 12% x Rp. 120.000.000,00) Piutang bunga Rp. 4.800.000,00 Pendapatan bunga Rp. 4.800.000,00

• Realisasi Laba kotor (25% x Rp. 50.000.000,00 – Rp.12.500.000,00 ) Laba kotor yang ditangguhkan Rp. 9.375.000,00 Laba kotor yang direalisasi Rp. 9.375.000,00

• Ayat jurnal penutup Pendapatan bunga Rp. 16.400.000,00 Laba kotor yang direalisasi Rp. 9.375.000,00 Ikhtisar Rugi/Laba Rp. 25.775.000,00

1 Januari 2002

• Ayat Jurnal Pembalik Piutang Bunga Rp. 4.800.000,00 Pendapatan Bunga Rp. 4.800.000,00

29 Februari 2002

• Dibayar angsuran dan bunga (6/12 x 12% x Rp. 120.000.000,00) Kas Rp. 27.200.000,00 Piutang usaha angsuran Rp. 20.000.000,00 Pendapatan bunga Rp. 7.200.000,00

c. Laba kotor diakui pada saat penjualan

1 Maret 1998 • Mencatat penjualan tanah

Piutang usaha angsuran Rp. 400.000.000,00 Tanah Rp. 300.000.000,00 Laba atas penjualan tanah Rp. 100.000.000,00

• Mencatat penerimaan uang muka Kas Rp. 100.000.000,00 Piutang usaha angsuran Rp. 100.000.000,00

• Mencatat beban dan komisi penjualan Beban penjualan Rp. 10.000.000,00 Kas Rp. 10.000.000,00

65

1 September 1998 • Dibayar angsuran pertama dan bunga (6/12 x 12% x Rp. 200.000.000,00)

Kas Rp. 32.000.000,00 Piutang usaha angsuran Rp. 20.000.000,00 Pendapatan bunga Rp. 12.000.000,00

31 Desember 1998 • Ayat jurnal penyesuaian (4/12 x 12%x Rp. 180.000.000,00)

Piutang bunga Rp. 7.200.000,00 Pendapatan bunga Rp. 7.200.000,00

• Ayat jurnal penutup Laba atas penjualan tanah Rp. 100.000.000,00 Pendapatan bunga Rp. 19.200.000,00 Beban penjualan Rp. 10.000.000,00 Ikhtisar Rugi/Laba Rp. 118.200.000,00

1 Januari 1999 • Ayat jurnal pembalik

Pendapatan bunga Rp. 7.200.000,00 Piutang bunga Rp. 7.200.000,00

1 Maret 1999 • Dibayar angsuran dan bunga (6/12 x 12% x Rp. 180.000.000,00)

Kas Rp. 30.800.000,00 Piutang usaha angsuran Rp. 20.000.000,00 Pendapatan bunga Rp. 10.800.000,00

1 September 1999

• Dibayar angsuran dan bunga (6/12 x 12%x Rp. 160.000.000,00) Kas Rp.29.600.000,00 Piutang usaha angsuran Rp. 20.000.000,00 Pendapatan bunga Rp. 9.600.000,00

31 Desember 1999 • Ayat jurnal penyesuaian bunga (4/12 x 12%x Rp. 140.000.000,00)

Piutang bunga Rp. 5.600.000 Pendapatan bunga Rp. 5.600.000,00

• Ayat jurnal penutup Pendapatan bunga Rp. 18.800.000,00 Ikhtisar Rugi/Laba Rp. 18.800.000,00

1 Januari 2000 • Ayat jurnal pembalik

Pendapatan bunga Rp. 5.600.000,00 Piutang bunga Rp. 5.600.000,00

66

Kemudian PT Gadifs tidak dapat memenuhi kewajibannya, sehingga Jumlah piutang yang telah diterima Rp. 160.000.000,00 Jumlah yang dikemnbalikan (15%) (Rp. 24.000.000,00) Rp. 136.000.000,00 Harga pokok tanah Rp 300.000.000,00 Nilai pasar (Rp.250.000.000,00)

Penurunan nilai tanah (Rp. 50.000.000,00)

Total laba pemilikan kembali Rp. 86.000.000,00

Laba kotor yang telah diakui (Rp. 100.000.000,00)

Rugi karena pemilikan kembali Rp (14.000.000,00)

Jurnal pemilikan kembali tanah:

Tanah Rp. 250.000.000,00

Rugi atas pemilikan kembali Rp. 14.000.000,00

Kas Rp. 24.000.000,00 Piutang usaha angsuran Rp. 240.000.000,00

Contoh soal dan penyelesaian : Penjualan angsuran barang tak bergerak dengan metode laba kotor diakui secara periodik (pada saat penjualan dilakukan) 1 Sept 1990 Dijual mesin (aktiva tetap) kepada PT B dengan harga Rp. 500 juta yang nilai bukunya Rp. 400 juta.

Piutang-PT B 500.000.000

Mesin 400.000.000

Keuntungan penjualan aktiva tetap 100.000.000

Diterima uang muka (d/p) Rp. 100 juta dan sisanya dengan wesel hipotik yang dapat diangsur selama 4 kali angsuran semesteran @ Rp. 100 juta ditambah bunga 12% per tahun atas saldo yang belum dibayar. Angsuran dilakukan tiap 1/3 dan 1/9.

Kas 100.000.000

Wesel Hipotik 400.000.000

Piutang-PT B 500.000.000

Dibayar biaya penjualan sebesar Rp. 2 juta

Biaya penjualan 2.000.000

Kas 2.000.000

67

31 Desember 1990 Jurnal penyesuaian untuk bunga yang masih harus diterima selama 4 bulan yaitu sebesar 16 juta (4/12 * 12% * 400.000.000)

Piutang Bunga 16.000.000

Pendapatan bunga 16.000.000

Jurnal penutup:

Keuntungan atas penjualan aktiva tetap 100.000.000

Pendapatan bunga 16.000.000

Biaya penjualan 2.000.000

Ikt. R/L 114.000.000

1 Januari 1991 Jurnal Pembalik:

Pendapatan bunga 16.000.000

Piutang bunga 16.000.000

1 Maret 1991 Diterima angsuran pertama sebesar 100 juta ditambah bunga

Kas 124.000.000

Wesel hipotik 100.000.000

Pendapatan bunga 24.000.000

1 September 1991 Diterima angsuran pertama sebesar 100 juta ditambah bunga

Kas 118.000.000

Wesel hipotik 100.000.000

Pendapatan bunga 18.000.000

31 Desember 1991 Jurnal penyesuaian untuk bunga yang masih harus diterima selama 4 bulan yaitu sebesar 8 juta (4/12 * 12% * 200 juta)

Piutang Bunga 8.000.000

Pendapatan bunga 8.000.000

Jurnal penutup:

Pendapatan bunga 34.000.000

Ikt. R/L 34.000.000

68

1 Januari 1992 Jurnal Pembalik:

Pendapatan bunga 8.000.000

Piutang bunga 8.000.000

1 Maret 1992 Diterima angsuran pertama sebesar 100 juta ditambah bunga

Kas 112.000.000

Wesel hipotik 100.000.000

Pendapatan bunga 12.000.000

1 September 1992 Diterima angsuran pertama sebesar 100 juta ditambah bunga

Kas 106.000.000

Wesel hipotik 100.000.000

Pendapatan bunga 6.000.000

31 Desember 1992 Jurnal penutup:

Pendapatan bunga 10.000.000

Ikt. R/L 10.000.000

Masalah yang berhubungan dengan pembatalan penjualan angsuran Seandainya pada soal tersebut diatas, PT B (si pembeli) tidak mampu membayar angsuran pada tanggal 1 Maret 1992 dan pihak penjual (PT A) setuju untuk membatalkan penjualan angsuran dengan menyerahkan wesel hipotik dengan saldo Rp. 200 juta dan memiliki kembali mesin tersebut. Mesin tersebut menunjukkan nilai pasar wajar sebesar Rp. 190 juta.

Mesin 190.000.000

Kerugian atas pemilikan kembali 10.000.000

Wesel hipotik 200.000.000

Jurnal untuk mencatat bunga yang tak tertagih adalah:

Kerugian atas bunga wesel hipotik yang tak tertagih 8.000.000

Pendapatan bunga 8.000.000

69

Masalah Bunga dalam Penjualan Angsuran :

a. Bunga dihitung dari sisa kontrak selama jangka waktu angsuran. Cara ini disebut: “Long end interest” Contoh: Sebuah mesin dengan nilai buku sebesar Rp. 400.000.000,- dijual seharga Rp. 500.000.000,- pada tanggal 1 September 1990. Pada tanggal 1 September 1999 diterima uang muka sebesar Rp. 35.900.000,- sisanya diangsur dengan 4 kali angsuran semesteran, ditambah bunga 20% pertahun yang dihitung dari saldo piutang (sisa harga kontrak berjalan) atau menggunakan metode “Long end interest”. Maka perhitungan besarnya bunga, angsuran pokok dan jumlah pembayaran adalah sbb:

b. Bunga dihitung dari setiap angsuran yang dibayar, yang dihitung sejak tanggal perjanjian sampai tanggal jatuh tempo tiap angsuran. Cara ini disebut Short End Interest. Contoh: Sebuah mesin dengan nilai buku sebesar Rp. 400.000.000,- dijual seharga Rp. 500.000.000,- pada tanggal 1 September 1990. Pada tanggal 1 September 1999 diterima uang muka sebesar Rp. 35.900.000,- sisanya diangsur dengan 4 kali angsuran semesteran, ditambah bunga 20% pertahun yang dihitung dari saldo angsuran pokok selama berjalannya jangka waktu angsuran atau menggunakan metode “Short end interest”. Maka perhitungan besarnya bunga, angsuran pokok dan jumlah pembayaran adalah sbb:

c. Besarnya pembayaran angsuran sama, yang terdiri dari angsuran pokok + bunga yang dihitung dari saldo berjalan harga kontrak selama jangka waktu angsuran. Cara ini disebut Metode Anuitas.

Contoh: Sebuah mesin dengan nilai buku sebesar Rp. 400.000.000,- dijual seharga Rp. 500.000.000,- pada tanggal 1 September 1990. Pada tanggal 1 September 1999 diterima uang muka sebesar Rp. 35.900.000,- sisanya diangsur dengan 4 kali angsuran semesteran yang sama, dan sudah termasuk bunga 20% pertahun yang dihitung dari saldo berjalan sis harga kontrak atau

Tgl Bunga Angsuran Pokok Jumlah SisaPembayaran harga kontrak

1/9/90 500,000,000 1/9/90 35,900,000 35,900,000 464,100,000 1/3/91 46,410,000 116,025,000 162,435,000 348,075,000 1/9/91 34,807,500 116,025,000 150,832,500 232,050,000 1/3/92 23,205,000 116,025,000 139,230,000 116,025,000 1/9/92 11,602,500 116,025,000 127,627,500 -

Tgl Bunga Angsuran Pokok Jumlah SisaPembayaran harga kontrak

1/9/90 500,000,000 1/9/90 35,900,000 35,900,000 464,100,000 1/3/91 11,602,500 116,025,000 127,627,500 348,075,000 1/9/91 23,205,000 116,025,000 139,230,000 232,050,000 1/3/92 34,807,500 116,025,000 150,832,500 116,025,000 1/9/92 46,410,000 116,025,000 162,435,000 -

70

menggunakan metode anuitas”. Maka perhitungan besarnya bunga, angsuran pokok dan jumlah pembayaran adalah sbb:

d. Bunga dihitung secara periodik berdasar saldo awal harga kontrak. Contoh: Sebuah mesin dengan nilai buku sebesar Rp. 400.000.000,- dijual seharga Rp. 500.000.000,- pada tanggal 1 September 1990. Pada tanggal 1 September 1999 diterima uang muka sebesar Rp. 35.900.000,- sisanya diangsur dengan 4 kali angsuran semesteran yang sama, belum termasuk bunga 20% pertahun yang dihitung dari saldo awal harga kontrak dengan jangka waktu antar periode pembayaran. Maka perhitungan besarnya bunga, angsuran pokok dan jumlah pembayaran adalah sbb:

Contoh soal :

PT. ALTAR Neraca

Per 1 Januari 2008 Aktiva Lancar Kewajiban Lancar Kas 30.000.000 Utang Usaha 20.000.000 Piutang Usaha 25.000.000 PPN keluaran 4.000.000 Piutang Usaha angsuran: Laba kotor yang 2005 10.000.000 ditangguhkan: 2005 4.000.000 2006 25.000.000 2006 8.750.000 2007 45.000.000 2007 13.500.000 Persediaan barang dagang 117.000.000 Total Kewajiban 50.250.000 PPN masukan 3.000.000 225.000.000 Aktiva Tetap Ekuitas Tanah 50.000.000 Modal saham 150.000.000 Bangunan 75.000.000 Laba ditahan 168.500.000 Akumulasi Penyusutan (11.250.000) 318.500.000 Nilai buku aktiva tetap 113.750.000 Total aktiva 368.750.000 Total utang & ekuitas 368.750.000

Tgl Bunga Angsuran Pokok Jumlah SisaPembayaran harga kontrak

1/9/90 500,000,000 1/9/90 35,900,000 35,900,000 464,100,000 1/3/91 46,410,000 100,000,000 146,410,000 364,100,000 1/9/91 36,410,000 110,000,000 146,410,000 254,100,000 1/3/92 25,410,000 121,000,000 146,410,000 133,100,000 1/9/92 13,310,000 133,100,000 146,410,000 0

Tgl Bunga Angsuran Pokok Jumlah SisaPembayaran harga kontrak

1/9/90 500,000,000 1/9/90 35,900,000 35,900,000 464,100,000 1/3/91 46,410,000 116,025,000 162,435,000 348,075,000 1/9/91 46,410,000 116,025,000 162,435,000 232,050,000 1/3/92 46,410,000 116,025,000 162,435,000 116,025,000 1/9/92 46,410,000 116,025,000 162,435,000 -

71

Catatan : - PT. Altar sebagai pengusaha kena pajak (PKP)

- Uang muka penjualan angsuran untuk suatu periode meliputi pelunasan sebagian piutang usaha angsuran dan seluruh tagihan atas pajak pertambahan nilai transaksi selama tahun 2008, jurnal penyesuaian dan jurnal penyesuaian dan jurnal penutup pada akhir periode antara lain :

1. Penjualan tahun 2008 terdiri atas : Penjualan tunai Rp 27.000.000 Penjualan kredit Rp 56.000.000 Penjualan angsuran Rp 120.000.000 Rp 203.000.000 Pajak pertambahan nilai 10% Rp 20.300.000 Jumlah Rp 223.300.000 Harga pokok penjualan untuk : Penjualan biasa Rp 67.000.000 Penjualan angsuran Rp 90.000.000 2. Penerimaan uang muka dari penjualan angsuran sebesar Rp 20.000.000 (termasuk PPN Rp 12.000.000) 3. Pembelian barang dagang secara kredit : Harga beli Rp 150.000.000 PPN Rp 15.000.000 Rp 165.000.000 4. Pembayaran PPN ke Kas Negara yang terdiri atas : PPN keluaran Rp 20.000.000 PPN masukan (Rp 16.000.000) Jumlah yang dibayar Rp 4.000.000 5. Penerimaan piutang sebagai berikut : Piutang usaha Rp 40.000.000 Piutang usaha angsuran 2005 Rp 10.000.000 Piutang usaha angsuran 2006 Rp 15.000.000 Piutang usaha angsuran 2007 Rp 22.000.000 Piutang usaha angsuran 2008 Rp 60.000.000 6. Pembayaran utang usaha Rp 158.000.000 Beban operasi Rp 22.500.000 7. Penyusutan bangunan 5% per tahun dari harga perolehan 8. Realisasi laba kotor atas penerimaan piutang usaha angsuran selama tahun 2008 9. Jurnal penutup (persediaan barang dagang akhir adalah Rp 110.000.000) 10. Pajak penghasilan atas laba usaha perusahaan tahun 2008 11. Laba/rugi dipindahkan ke perkiraan laba yang ditahan

72

Jurnal yang diperlukan selama tahun 2008 sebagai berikut (dengan metode perpetual) : No Transaksi Debit Kredit 1. Kas 29.700.000 Piutang usaha 61.600.000 Piutang usaha angsuran 2008 120.000.000 Piutang usaha angsuran-PPN 12.000.000 Penjualan 83.000.000 Penjualan angsuran 120.000.000 PPN keluaran 20.300.000 (mencatat penjualan tunai, kredit dan angsuran) Harga pokok penjualan 67.000.000 Harga pokok penjualan angsuran 90.000.000 Persediaan barang dagang 157.000.000 (mencatat penerimaan uang muka + PPN) 2. Kas 20.000.000 Piutang usaha angsuran 2008 8.000.000 Piutang usaha angsuran-PPN 12.000.000 (mencatat penerimaan uang muka + PPN) 3. Persediaan barang dagang 150.000.000 PPN masukkan 15.000.000 Utang usaha 165.000.000 (mencatat pembelian barang secara kredit) 4. PPN keluaran 20.000.000 Kas 4.000.000 PPN masukkan 16.000.000 (mencatat pembayaran PPN ke kas negara) 5. Kas 147.000.000 Piutang usaha 40.000.000 Piutang usaha angsuran 2005 10.000.000 Piutang usaha angsuran 2006 15.000.000 Piutang usaha angsuran 2007 22.000.000 Piutang usaha angsuran 2008 60.000.000 (mencatat pelunasan piutang usaha dan piutang usaha angsuran) 6. Utang usaha 158.000.000 Beban Operasi 22.500.000 Kas 180.500.000 (mencatat pelunasan hutang usaha dan Beban Operasi) Jurnal penyesuaian 7. Beban operasi (beban penyusutan) 3.750.000 Akumulasi penyusutan bangunan 3.750.000

73

(mencatat beban penyusutan bangunan) 8. Penjualan angsuran 120.000.000 Harga pokok penjualan angsuran 90.000.000 Laba kotor yang ditangguhkan 2008 30.000.000 (mencatat laba kotor yang ditangguhkan) 9. Laba kotor yang ditangguhkan 2005 4.000.000 Laba kotor yang ditangguhkan 2006 5.250.000 Laba kotor yang ditangguhkan 2007 6.600.000 Laba kotor yang ditangguhkan 2008 17.000.000 Realisasi laba kotor 32.850.000 (mencatat realisasi laba kotor 2005-2008) Jurnal penutup : 10. Realisasi laba kotor 32.850.000 Penjualan 83.000.000 Harga pokok penjualan 67.000.000 Beban operasi 26.250.000 Ikhtisar L/R 22.600.000 (menutup perkiraan nominal) 11. Ikhtisar Laba-Rugi 4.650.000 Utang PPh psl 29 4.650.000 (mencatat PPh.atas laba : 15% x Rp 10.000.000 = Rp 1.500.000 25% x Rp 12.600.000 = Rp 3.150.000 Rp 4.650.000 12. Ikhtisar R/L 17.950.000 Laba ditahan 17.950.000 (memindahkan ikhtisar R/L ke laba ditahan)

Contoh soal dan penyelesaian penjualan angsuran barang bergerak.

PT. A NERACA

Per 31 Desember 1992 (Jutaan Rp)

Kas 500 Hutang Usaha 60 Persediaan BD 400 LK yg belum direalisasi th 92 50 Piutang Usaha (biasa) 300 LK yg belum direalisasi th 91 40 Piutang Usaha Cicilan th 92 200 Modal Saham 500 Piutang Usaha Cicilan th 91 100 Laba yang ditahan 850 1.500 1.500

74

Penjualan cicilan th 92 dengan tingkat laba kotor 25% dan penjulan cicilan th 91 dengan tingkat laba kotor 40%. Transaksi dan ayat jurnal untuk PT. A yang berhubungan dengan penjulan biasa dan penjualan angsuran th. 1993 adalah sbb: 1 Januari 1993 sampai dengan 31 Desember 1993 Pembelian barang dagang secara kredit Rp. 300.000.000,- Pembelian 300.000.000 Hutang Usaha 300.000.000 Penjualan terdiri dari : Tunai 400 juta Kredit 300 juta Cicilan 200 juta Kas 400.000.000 Piutang Usaha 300.000.000 Penjualan 700.000.000 Piutang Usaha Cicilan th 93 200.000.000 Penjualan Cicilan 200.000.000 Menerima pembayaran dari debitur atas : Piutang Usaha 280 juta Piutang Usaha Cicilan th. 93 100 juta Piutang Usaha Cicilan th. 92 100 juta Piutang Usaha Cicilan th. 91 70 juta 550 juta Kas 550.000.000 Piutang Usaha 280.000.000 Piutang Usaha Cicilan – th. 93 100.000.000 Piutang Usaha Cicilan – th. 92 100.000.000 Piutang Usaha Cicilan – th. 91 70.000.000 Pembayaran untuk : Hutang Usaha 350 juta -/- Potongan ( 3 juta) 347 juta Biaya operasi 53,5 juta Jumlah kas yg dikeluarkan 400,5 juta Hutang Usaha 350.000.000 B. Operasi 53.500.000 Potongan pembelian 3.000.000 Kas 400.500.000 Jurnal penyesuaian. Bila pada th. 93 tingkat laba kotor dari penjualan adalah 50% maka Harga Pokok barang yang berkaitan dengan penjulan adalah Rp. 100 juta. HPP Cicilan 100.000.000 Pengiriman atas penjualan Cicilan 100.000.000 Untuk menutup perkiraan penjualan cicilan dengan HPP cicilan serta mencatat LK yang belum direalisasi.

75

Penjualan Cicilan 200.000.000 HPP Cicilan 100.000.000 LK yang belum direalisasi th. 93 100.000.000 Jurnal penyesuaian untuk mencatat LK yang direalisasi untuk : Th. 93 = 50% x 100 juta = 50 juta Th. 92 = 25% x 100 juta = 25 juta Th. 91 = 40% x 70 juta = 28 juta 103 juta LK yang belum direalisasi th. 93 50.000.000 LK yang belum direalisasi th. 92 25.000.000 LK yang belum direalisasi th. 91 28.000.000 LK yang direalisasi 103.000.000 Untuk menutup perkiraan persediaan awal, pembelian, potongan, pembelian , dan penyisihan atas penjualan cicilan. Ikhtisar R/L 597.000.000 Pengiriman atas penjulan cicilan 100.000.000 Potongan pembelian 3.000.000 Persediaan BD (awal) 400.000.000 Pembelian 300.000.000 Untuk mencatat persediaan akhir. Persediaan BD (akhir) 150.000.000 Ikhtisar R/L 150.000.000 Jurnal penutup akhir untuk perkiraan-perkiraan yang belum ditutup. Penjualan (biasa) 700.000.000 LK yang direalisasi 103.000.000 Biaya operasi 53.500.000 Ikt. R/L 749.500.000 Jurnal untuk mencatat pajak yang terhutang : 10% x 25 juta = 2,5 juta 15% x 25 juta = 3,75 juta 30% x 252,5 juta = 75,75 juta 82 juta Pajak penghasilan 82.000.000 Hutang pajak penghasilan 82.000.000 Jurnal untuk menutup pajak penghasilan ke Ikt. R/L. Ikt. R/L 82.000.000 Pajak penghasilan 82.000.000 Jurnal untuk memindahkan laba bersih ke laba yang ditahan. Ikt. R/L 220.500.000 Laba yang ditahan 220.500.000

76

Masalah tukar-tambah dalam penjualan cicilan barang bergerak. Misalkan barang dagangan dengan harga pokok Rp. 72 juta dijual seharga Rp. 100 juta. Sebagai pengganti uang muka, maka diterima barang bekas dengan nilai tukar tambah sebesar Rp. 30 juta. Perusahaan memperkirakan biaya perbaikan barang bekas ini sebesar Rp. 2 juta dan harga jual setelah diperbaiki sebesar 25 juta. Perusahaan biasanya mengharapkan laba kotor sebesar 12% atas penjualan barang bekas. Nilai barang tukar tambah dan selisih nilai tukar tambah dihitung sbb : Jumlah yang ditetapkan atas tukar tambah Rp. 30 juta Nilai barang tukar tambah : Rp. 25 juta Nilai penjualannya Dikurangi: Biaya perbaikan Rp. 2 juta Laba kotor yg diharapkan atas penjualan kembali barang bekas =Rp. 3 juta (Rp. 5 juta) (Rp. 20 juta) Nilai tukar lebih Rp. 10 juta Jurnal untuk mencatat penjualan cicilan dengan tukar tambah ini adalah sbb : Barang dagangan (tukar tambah) Rp. 20.000.000 Nilai tukar lebih atas penj. cicilan dg tukar tambah Rp. 10.000.000 Piutang penjualan cicilan Rp. 70.000.000 Penjualan Cicilan Rp. 100.000.000 HPP Cicilan Rp. 72.000.000 Barang dagangan Rp. 72.000.000 Persentase laba kotor = 18 juta : 90 juta x 100% = 20% Masalah pembatalan penjualan angsuran barang bergerak akibat ketidakmampuan membayar. Misalkan penjualan cicilan th. 93 Rp. 200.000.000 Tingkat LK atas penjualan cicilan th. 93 Rp. 50.000.000 Pada tahun ’94, seorang customer tidak mampu membayar kontrak penjualan cicilan sebesar Rp. 10 juta yang berasal dari transaksi th. 93 dan total yang telah ditagih pada th. 93 adalah Rp. 5 juta. Barang dimiliki kembali dan dinilai sebesar Rp. 2 juta. Maka jurnal untuk mencatat ketidakmampuan membayar dan kepemilikan kembali adalah: Barang dagangan (pemilikan kembali) Rp. 2.000.000 LK yang belum direalisasi th. 93 Rp. 2.500.000 Kerugian atas pemilikkan kembali Rp. 500.000 Hutang Usaha Cicilan th. 93 Rp. 5.000.000

Soal 1 PT. Maryana mempunyai data mengenai penjualan angsuran barang dagangan untuk tahun : 2001, 2002, dan 2003. Data-data tersebut adalah .

77

Tahun Persentase Piutang Angsuran Jum. yg ditagih Piut. Angsuran Laba Kotor 1 Januari 2003 dalam th. 2003 per 31 Des 2003 2001 30 % 130.000.000 130.000.000 - 2002 40 % 150.000.000 84.000.000 66.000.000 2003 40 % - 180.000.000 180.000.000

Diminta : Buatlah semua jurnal yang diperlukan pada th. 2003. Soal 2 Pada tanggal 1 April 2000, PT. Noki menjual sebidang tanah seharga Rp. 500 juta Harga Pokok tanah tersebut sebesar Rp. 300 juta. Perjanjian pembayaran disetujui sbb : • Dibayar Rp. 50 juta. • Sisanya diterbitkan hipotik. Bunga hipotik 12% dibayarkan bersamaan dengan angsuran setiap 1 April

dan 1 Oktober, dimulai 1 Oktober 2000. Tiap-tiap angsuran pokok sebesar Rp. 150 juta. Pada saat terjadinya transaksi penjualan, PT Noki membayar biaya-biaya berupa komisi, biaya akte hipotik dll sebesar Rp. 600.000,- Diminta : Buatlah jurnal dalam pembukuan PT. Noki, bila :

a. Laba dari penjualan angsuran diakui pada periode terjadinya penjualan. b. Laba dari penjualan angsuran diakui sebanding dengan penerimaan pembayaran

78

BAB VII PENJUALAN KONSINYASI

Konsinyasi merupakan suatu perjanjian dimana salah satu pihak yang memiliki barang menyerahkan sejumlah barang kepada pihak tertentu untuk dijualkan dengan memberikan komisi. Pengamanat (Consignor) Pihak yang menyerahkan barang.

Komisioner (Consignee) Pihak yang menerima barang. Karakteristik Konsinyasi

1. Barang-barang konsinyasi harus dilaporkan sebagai persediaan oleh pengamanat karena hak milik atas barang-barang konsinyasi masih berada ditangan pengamanat. Barang- barang konsinyasi tidak boleh diakui sebagai persediaan oleh pihak komisioner (consignee).

2. Pengiriman barang konsinyasi tidak mengakibatkan timbulnya pendapatan baik bagi pengamanat maupun bagi komisioner sampai barang dagangan dapat dijual kepada pihak ketiga.

3. Pihak pengamanat (consignor) sebagai pemilik barang tetap bertanggung jawab sepenuhnya terhadap semua biaya yang berhubungan dengan barang-barang konsinyasi sejak saat pengiriman sampai dengan saat komisioner berhasil menjual barang tersebut kepada pihak ketiga. Kecuali ditentukan lain dalam perjanjian diantara kedua belah pihak.

4. Komisioner dalam batas kemampuannya mempunyai kewajiban untuk menjaga keamanan dan keselamatan barang-barang komisi yang diterimanya itu.

Alasan-alasan Konsinyor untuk mengadakan perjanjian Konsinyasi : 1) Konsinyasi merupakan cara untuk lebih memperluas pemasaran. 2) Resiko-resiko tertentu dapat dihindarkan misalnya komisioner bangkrut maka barang konsinyasi

tidak ikut disita. 3) Harga eceran barang tersebut lebih dapat dikontrol.

Alasan Komisioner menerima perjanjian Konsinyasi, antara lain :

1) Komisioner terhindar dari resiko kegagalan memasarkan barang tsb. 2) Komisioner terhindar dari resiko rusaknya barang atau adanya fluktuasi harga. 3) Kebutuhan akan modal kerja dapat dikurangi.

Kontrak Kerja (Hak & Kewajiban Consignee) Hak Komisioner : • berhak untuk mendapatkan komisi dan meminta penggantian atas beban-beban yang telah

dikeluarkannya sehubungan dengan penerimaan dan penjualan barang-barang konsinyasi. • berhak untuk memberikan jaminan kepada pelanggannya atas barang-barang komisi yang terjual,

dan pengamat wajib untuk menanggung beban jika ada kerusakan atau mutu yang kurang baik dari barang-barang konsinyasi yang telah diberikan jaminan oleh komisioner kepada pelanggannya.

• untuk menjamin pemasaran barang-barang konsinyasi, komisioner berhak memberikan syarat-syarat pembayaran kepada pelanggan seperti yang berlaku pada umumnya untuk barang-barang yang sejenis, meskipun pengamat dapat mengadakan pembatasan-pembatasan yang harus dinyatakan dalam perjanjian.

79

Kewajiban Komisioner : • melindungi keamanan dan keselamatan barang-barang yang diterima dari pihak pengamanat. • mematuhi dan berusaha semaksimal mungkin untuk menjual barang-barang milik pengamanat

sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang diatur dalam perjanjian. • mengelola secara terpisah baik dari segi fisik maupun administratif terhadap barang-barang milik

pengamanat, sehingga identitas barang-barang tersebut tetap dapat diketahui setiap saat. • membuat laporan secara periodik tentang barang yang diterima, barang-barang yang berhasil dijual

dan barang-barang yang masih dalam persediaan serta mengadakan penyelesaian keuangan seperti dinyatakan dalam perjanjian.

Masalah akuntansi bagi komisioner :

1. transaksi consignor dicatat secara terpisah 2. transaksi tidak dicatat secara terpisah dari transaksi penjualan reguler perusahaan komisioner.

Masalah akuntansi bagi pengamanat : - diselenggarakan terpisah dari transaksi penjualan reguler - tidak diselenggarakan secara terpisah

Apabila diselenggarakan pembukuan secara terpisah, maka komisioner harus membentuk rekening “barang-barang komisi”. Contoh : Fa Baru berusaha dibidang perdagangan elektronik. Khusus untuk pesawat TV mengadakan kerjasama consignor dengan PT Jaya. Dengan ketentuan, Fa Baru diberikan komisi 25% dari penjualan. Ongkos angkut lokal ditanggung pihak pengamanat. Harga jual Rp 100.000 setiap pesawat TV.

Pencatatan pada buku komisioner (Fa Baru) Dalam ribuan

Transaksi Terpisah Tidak terpisah 1. penerimaan barang 100 TV @ Rp 100.000

Memorandum Memorandum

2. dijual 100 TV Piutang dagang 10000 Barang-barang komisi 10000

Piutang dagang 10000 Penjualan 10000 Pembelian 7500 Hutang PT Jaya 7500

3. dibayar ongkos angkut lokal

Barang-barang komisi 50 kas 50

Hutang PT Jaya 50 Kas 50

4. penerimaan piutang Kas 10000 Piutang dagang 10000

Kas 10000 Piutang dagang 10000

5. komisi hasil penjualan

Barang-barang komisi 2500 Pendapatan komisi 2500

6. pengiriman perhitungan penjualan

Barang-barang Komisi 7450 Kas 7450

Hutang PT Jaya 7450 Kas 7450

80

Masalah akuntansi bagi pengamanat : - diselenggarakan terpisah dari transaksi penjualan reguler - tidak diselenggarakan secara terpisah Metode administrasi barang dagangan : - metode perpetual - metode phisik Pencatatan pada buku pengamanat (PT Jaya) Secara terpisah (dalam ribuan) Transaksi Metode perpetual Metode phisik Pengiriman barang Barang-barang

konsinyasi 60 Persediaan produk jadi 60

Barang-barang konsinyasi 60 Pengiriman barang konsinyasi 60

Dibayar ongkos angkut Barang-barang konsinyasi 40 Kas 40

Barang-barang konsinyasi 40 Kas 40

Diterima perhitungan penjualan - mencatat hasil penjualan

Piutang dagang 7450 Penjualan konsinyasi 7450

Piutang dagang 7450 Penjualan konsinyasi 7450

- mencatat HPP HPP konsinyasi 6000 B. penjualan knsnyasi 40 Barang-barang konsinyasi 6040

HPP konsinyasi 6000 B. penjualan knsnyasi 40 Barang-barang konsinyasi 6040

Diterima uang dari Fa Baru

Kas 7450 Piutang dagang 7450

Kas 7450 Piutang dagang 7450

Menutup ke R/L

Pengiriman barang konsinyasi 6000 Rugi-laba 6000

Secara tidak terpisah (dalam ribuan) Transaksi Metode perpetual Metode phisik Pengiriman 100 buah TV Barang-barang

konsinyasi 6000 Persediaan produk jadi 6000

Barang-barang konsinyasi 6000 Pengiriman barang konsinyasi 6000

Dibayar ongkos angkut Ongkos angkut 40 Kas 40

Ongkos angkut 40 Kas 40

Mencatat hasil penjualan Piutang dagang 7450 Hasil penjualan 7450

Piutang dagang 7450 Hasil penjualan 7450

Mencatat HPP HPP 6000 Barang-barang Konsinyasi 6000

Menghapus saldo pengiriman barang konsinyasi

Pengiriman barang Konsinyasi 6000 Barang-barang konsinyasi 6000

81

BAB VIII PENGGABUNGAN BADAN USAHA (BUSINESS COMBINATIONS)

Penggabungan badan usaha adalah usaha untuk menggabungkan suatu perusahaan dengan satu atau lebih perusahaan lain ke dalam satu kesatuan ekonomis.

Dari segi organisasinya usaha mengembangkan perusahaan, dapat dilakukan melalui salah satu dari dua jalan berikut: a. Mengadakan ekspansi (perluasan usaha) dari usaha yang telah ada atau Internal business expansion. b. Mengadakan penggabungan badan usaha atau External business expansion.

Di lihat dari segi cara pembentukannya, penggabungan usaha jmelalui external business expansion kini dapat dibedakan menjadi 2 cara, berikut: 1. Penggabungan badan usaha

Menggabungkan beberapa perusahaan yang telah ada sebelumnya menjadi satu perusahaan yang baru, atau berfungsinya beberapa perusahaan ke dalam satu perusahaan yang baru.

2. Pemilikan sebagian besar saham-saham perusahaan lain Dengan dimilikinya sebagian besar saham-saham perusahaan lain, berarti berhak untuk sepenuhnya mengendalikan operasi dan manajemen perusahaan lain tersebut.

Bentuk-bentuk Penggabungan Badan Usaha Dari segi jenis usaha perusahaan yang bergabung: 1. Penggabungan horizontal

Terjadi apabila perusahaan-perusahaan yang bergabung menjalankan fungsi produksi dan penjualan barang-barang sejenis.

2. Penggabungan vertical Apabila perusahaan yang semula merupakan langganan terhadap produk (jasa) yang diasilkan oleh perusahaan lain, atau sebaliknya perusahaan lain itu adalah suplies bahan baku baginya dan kemudian mengadakan penggabungan perusahaan; maka penggabungan demikian disebut penggabungan vertikal.

3. Penggabungan konglomerat Merupakan kombinasi dari penggabungan horizntal dan vertikal. Terbentuk apabila perusahaan-perusahaan yang bergabung bukan perusahaan-perusahaan sejenis dan tidak pula mempunyai hubungan langganan – supplier.

Dilihat menurut kejadian hukumnya

1. Merger Penggabungan perusahaan dengan jalan pemilikan langsung oleh suatu perusahaan terhadap harta milik dari satu atau lebih perusahaan lain yang di gabungkan.

2. Konsolidasi Dalam proses penggabungan itu dibentuk sebuah perusahaan baru dengan tujuan khusus untuk membeli (mengambil alih) harta milik dan mengakui hutang-hutang dari dua atau lebih perusahaan yang telah ada.

Persoalan yang Timbul dalam Penggabungan Perusahaan

Masalah Kontribusi Relatip Perusahaan yang Bergabung - Kontribusi relatip dari kekayaan bersih - Kontribusi relatip dari laba yang diproyeksikan

82

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Dasar yang Akan Dipakai Di dalam Menentukan Besarnya Kontribusi Relatip dari Masing-Masing Pihak

Ada dua faktor yang harus dipertimbangkan: 1. Apakah perusahaan yang baru dibentuk akan mengeluarkan satu jenis atau golongan surat berharga

(modal saham) saja. 2. Apakah perusahaan yang baru dibentuk akan mengeluarkan dua atau lebih jenis (golongan) surat

berharga (modal saham). Penggabungan Perusahaan Dengan Mengeluarkan Satu Jenis Modal Saham Contoh 1: PT Anon, PT Dian dan PT Dani bersepakat untuk bergabung dengan membentuk satu perusahaan baru dengan nama PT Siwi Peni. Kekayaan bersih menurut harga pasar dan keuntungan rata-rata selama lima tahun terakhir yang oleh masing-masing pihak dipercaya akan dapat dipertahankan untuk 5 tahun mendatang adalah sebagai berikut:

PT Anon (Rp)

PT Dian (Rp)

PT Dani (Rp)

Jumlah (Rp)

Kekayaan bersih yang diserahkan 15.000.000 22.500.000 37.500.000 75.000.000

Kekayaan bersih relatip terhadap kekayaan total 20% 30% 50% 100%

Jumlah keuntungan yang di kontribusikan 2.250.000 2.250.000 3.000.000 7.500.000

Keuntungan relatip dari keuntungan total 30% 30% 40% 100%

PT Siwi Peni mengeluarkan satu jenis saham atas dasar ratio kekayaan bersih, pemegang saham

PT Anon, PT Dian, dan PT Dani masing-masing akan menerima modal saham tersebut dengan perbandingan; 20 : 30 : 50. Dengan demikian, pembagian modal dalam hubungannya dengan kontribusi masing-masing terhadap kekayaan bersih sebesar Rp.75.000.000 tetap sama seperti halnya pada saat sebelum mereka bergabung. Akan tetapi keuntungan sebesar Rp. 7.500.000 di kemudian hari akan dibagi sesuai dengan perbandingan modal saham yang dimiliki. Hal ini akan berakibat kerugian bagi pemegang saham PT Anon di satu pihak dan keuntungan bagi pemegang saham PT Dani di pihak yang lain.

Sebaliknya, jika modal dibagikan sesuai dengan perbandingan tingkat keuntungan relatip yang disumbangkan. Pemegang saham PT Anon, PT Dian, dan PT Dani masing-masing akan menerima jumlah sahm dengan perbandingan 30 : 30 :40. Dengan demikian meskipun pembagian keuntungan yang kelak diperoleh dapat dipertahankan seperti sediakala, kan tetapi para pemegang saham tidak dapat mempertahankan pemilikan terhadap kekayaan bersih yang diserahkan kepada perusahaan yang baru dibentuk. Hal ini berakibat para pemegang saham PT Anon akan mempunyai klaim terhadap net assets lebih besar dari jumlah yang ditanamkan, sebaliknya bagi para pemegang sahan PT Dani, klaim terhadap net assets pada perusahaan yang baru akan lebih kecil dibandingkan dari jumlah yang diinvestasikan.

Untuk menghindarkan ketidak-adilan sebagaimana disebutkan di atas, maka kontribusi dari masing-masing pihak harus ditentukan lebih lanjut dengan memperhatikan adanya kemampuan lebih untuk mendapatkan leuntungan dan menambah jumlah tersebut kepada kekayaan bersih yang diserahkan. Sedang sebgai dasar alokasi modal saham selanjutnya adalah kontribusi relatp daripada kekayaan bersih masing-masing yang telah ditambah dengan gooswill tersebut. Contoh 2: Jika dari contoh 1 di atas, di tentukan sebagai berikut: Tingkat laba normal dari jumlah investasi adalah 6%. Kelebihan laba di atas laba normal, dikapitalisasikan dengan tingkat kapitalisasi 20% untuk menentukan besarnya goodwill.

83

Dengan ketentuan tersebut, maka jumlah kontribusi relatip yang diperhitungkan dengan mempertimbangkan kedua faktor itu dihitung sebagai berikut:

PT Anon (Rp)

PT Dian (Rp)

PT Dani (Rp)

Jumlah (Rp)

Kekayaan bersih yang diserahkan (tanpa goodwill)

15.000.000 22.500.000 37.500.000 75.000.000

Goodwill: Laba rata-rata 2.250.000 2.250.000 3.000.000 Laba normal 6% 900.000 1.350.000 2.250.000 Kelebihan di atas laba normal 1.350.000 900.000 750.000

Kapitalisasi kelebihan laba normal 20%

6.750.000 4.500.000 3.750.000 15.000.000

Kontribusi relatip kekayaan bersih (termasuk goodwill)

21.750.000 (24%)

27.000.000 (30%)

41.250.000 (46%)

90.000.000 (100%)

Pada cara ini Modal Saham PT Siwi Peni, selanjutnya dikeluarkan dan dibagikan kepada masing-

masing pihak atas dasar kontribusi relatip dari kekayaan bersih termasuk goodwill. Sedang besarnya kekayaan yang harus diakui oleh perusahaan yang baru dibentk dalam penggabungan perusahaan dapat dipakai dua dasar. Pertama perusahaan yang baru dibentuk dapat mengakui besarnya kekayaan yang diserahkan oleh masing-mmasing pihak sebesar kekayaan bersih termasuk goodwill. Kedua besarnya kekayaan yang diakui dan dicatat hanya sebesar kekayaan bersih riil, tidak termasuk goodwill.

Dibawah ini adalah prosedur pembukuan pada buku-buku PT Siwi Peni; masing-masing apabila modal saham dikeluarkan dalam hubungan nya dengan kontribusi kekayaan bersih termasuk goodwill, dan kontribusi yang diakui sebesar kekayaan bersih riil tanpa goodwill.

Keterangan Goodwill diakui PT Siwi Peni mengeluarkan 9.000 lb saham biasa, nominal @ Rp. 10.000

Kontribusi kekayaan bersih termasuk goodwill: PT Anon = Rp. 21.750.000 PT Dian = Rp. 27.000.000 PT Dani = Rp. 41.250.000 Jumlah = Rp. 90.000.000

Goodwil Rp. 15.000.000 (D) Macam-macam aktiva Rp. 75.000.000 (D) Modal Saham Rp. 90.000.000 (K)

Alokasi Modal Saham = PT Anon = Rp. 21.750.000 : 10.000 = 2.175 lb PT Dian = Rp. 27.000.000 : 10.000 = 2.700 lb PT Dani = Rp. 41.250.000 :10.000 = 4.125 lb Jumlah = 9.000lb

84

Meskipun pada masing – masing cara itu jumlah lembar saham yang di bagikan berbeda satu sama lain, akan tetapi cara alokasi tersebut memungkinkan prosentase pemilikan oleh masing-masing perusahaan yang terdahulu di dalam perusahaan yang baru di bentuk tetap sama. Pada cara ini klaim terhadap kekayaan bersih dan bagian terhadap keuntungan dari perusahaan terdahulu dalam perusahaan yang baru, akan menjadi sebgai berikut:

Kesimpulan: Jika keuntungan relatip yang diserahkan berbeda dengan kekayaan bersih relatipnya dan satu jenis saham dikeluarkan dalam penggabungan perusahaan, maka perbandingan semula baik dalam hak atas bagian laba maupun klaim terhadap kekayaan bersihnya kedua-duanya tidak dapat dipertahankan dalam perusahaan yang baru.

Keterangan

Goodwill Tidak Diakui PT Siwi Peni mengeluarkan 7.500 lb Saham Biasa, nominal @ Rp. 10.000

PT Siwi Peni mengeluarkan 18.750 lb Saham Biasa, nominal @ Rp. 10.000

Kontribusi kekayaan bersih termasuk goodwill: PT Anon = Rp. 15.000.000 PT Dian = Rp. 22.500.000 PT Dani = Rp. 37.500.000 Jumlah = Rp. 75.000.000

Macam-macam Aktiva Rp. 75.000.000 (D) Modal Saham Rp. 75.000.000 (K)

Macam-macam Aktiva Rp. 75.000.000 (D) Modal Saham Rp. 52.250.000 (K) Agio Saham Rp. 18.750.000 (K)

Alokasi Modal Saham: PT Anon = !".$%&

'&.&&& x 7.500 lb =

1.812 lb PT Dian = !$.&&&

'&.&&& x 7.500 lb =

2.250 lb PT Dani = (".!%&

'&.&&& x 7.500 lb =

3.438 lb Jumlah = 7.500 lb

Alokasi Modal Saham: PT Anon = !".$%&

'&.&&& x 18.7500 lb

= 4.375 lb PT Dian = !$.&&&

'&.&&& x 18.750 lb =

5.625 lb PT Dani = (".!%&

'&.&&& x 18.250 lb =

8.750 lb Jumlah = 18.750 lb

PT Anon PT Dian PT Dani Jumlah Jumlah kontribusi kekayaan bersih Jumlah kekayaan yang di kontribusikan

20 % 30%

30 % 30%

50% 40%

100% 100%

Klaim terhadap kekayaan bersih dan hak atas pembagian laba, dalam perusahaan yang baru

24% 30% 46% 100%

85

Penggabungan Perusahaan dengan Mengeluarkan dua atau lebih Jenis Modal Saham Jika dikehendaki agar proporsi pemilikan dan hak-hak dari masing-masing pihak dapat

dipertahankan dalam perusahaan yang baru, maka perlu dikeluarkan lebih dari satu jenis saham. Cara mengalokasikan modal saham tersebut, jika dikeluarkan lebih dari satu jenis diatur sebagai

berikut: 1) Keuntungan relatip dari masing-masing pihak harus dikapitalisasikan dengan suatu tingkat atau

tertentu. Suatu prioritas saham harus dikeluarkan dan dibagikan kepada masing-masing pihak, sesuai dengan jumlah kekayaan bersih riil yang diserahkan.

2) Saham biasa yang dikeluarkan adalah sebesar slisih antara modal saham yang harus dikeluarkan dikurangi dengan jumlah modal saham prioritas.

3) Preferensi saham prioritas terhadap kekayaan, dimaksudkan agar klaim terhadap kekayaan dlam perusahaan yang baru sama dengan kekayaan riil yang diserahkannya. Sedang saham prioritas juga harus berpartisipasi penuh, dimaksudkan agar ratio pembagian laba tetap dapat di pertahankan. Dengan demikian itu mencakup keharusan untu dipertimbangkannya atau dikapitalisasikannya

kemampuan memperoleh laba di atas laba normal dengan suatu tingkat tertentu. Apabila laba yang diperoleh oleh perusahaan baru dibentuk kurang dari jumlah laba yang didapat oleh masing-masing perusahaan sebelum digabungkan, maka hak atas laba dalam perusahaan yang baru tidak lagi sama dengan kontribusi relatip masing-masing pihak. Hal ini terjadi karena saham biasa yang dkeluarkan atas dasar laba di atas normal yag diperhitungkan itu ternyata tidak dapat direalisasikan.

Berarti, modal statuair untuk seluruh golongan saham dlam perusahaan yang baru dibentuk dan dibagikan kepada masing-masing pihak yang bergabung harus didasarkan atas kontribusi relatip dari keuntungannya. Prosentase yang dipakai sebagai dasar untuk mengkapitalisasikan laba tidak boleh lebih besar dari rentabilitas yang paling rendah di antara perusahaan yang bergabung dan hak prioritas atau preferensi atas pembagian laba dari Saham Prioritas. Laba yang diharapkan dari masing-masing perusahaan terdahulu dikapitalisasikan dengan satu prosentase tertentu, untuk menentukan jumlah saham yang akan dikeluarkan sebagai pembayaran atas kekayaan bersih yang diserahkan.

Apabila prosentase yang digunakan untuk mengkapitalisasikan laba melampaui rate of return dari kekayaan bersih riil, akan berakibat jumlah pembayaran kepada perusahaan terdahulu kurang dari jumlah kekayaan bersih riil yang diserahkan. Agar klaim terhadap kekayaan bersih di dalam perusahaan yang baru sesuai dengan kontribusinya, harus dikeluarkan modal saham yang nilainya lebih besar dari jumlah yang harus dibayar kepada perusahaan yang digabungkan tersebut.

Jika tingkat kapitalisasi yang dipakai lebih kecil dari prioritas hak atas laba dari saham preferen, ketidaksesuaian akan terjadi di dalam pembagian laba di antara perusahaan yang terdahulu. Untuk mencapai keseimbagngan pembagian laba di antara perusahaan yang terdahulu diperlukan laba minimum pada perusahaan yang baru dibentuk jauh lebih besari dari tingkat laba yang diharapkan. Contoh 3 : PT. Anon, PT. Dian, dan PT. Dani pada contoh 1 bermaksud untuk mengadakan penggabungan badan usaha dengan membentuk perusahaan baru bernama PT Siwi Peni. Untuk itu telah disetujui PT Siwi Peni akan mengeluarkan 1.000 lembar 6% Sahan Prioritas, nominal @ Rp 100.000,00 per lembar dan 3.000 lembar Saham Biasa dengan nilai nominal @ Rp 25.000,00 per lembar. Data tentang kekayaan bersih yang akan diserahkan oleh masing-masing perusahaan dan laba yang diproyeksikan untuk setiap perusahaan itu nampa pada tabel berikut : Perusahaan Kontribusi

kekayaan bersih

Jumlah kekayaan bersih relatip

Laba yang diproyeksikan

Kontribusi relatip yang diproyeksikan

Prosentase laba dari kekayaan bersih (ROA)

PT Anon 15.000.000 20% 2.250.000 30% 15% PT Dian 22.500.000 30% 2.250.000 30% 10% PT Dani 37.500.000 50% 3.000.000 40% 8% Jumlah 75.000.000 100% 7.500.000 100% 10%

86

Berdasar uraian tersebut, besarnya modal saham yang harus dikeluarkan untuk pembayaran kekayaan bersih yang diserahkan oleh masing-masing perusahaan menurut golongan saham sesuai dengan prosentase yang dipakai untuk mengkapitalisasi kemampuan memperoleh laba beserta pengaruhnya terhadap pembagian laba kelak di kemudian hari. A. Tingkat kapitalisasi laba adalah 6% sama dengan prioritas yang diberikan kepada Pemegang Saham Preferen (Prioritas) Penentuan besarnya nominal saham yang harus dikeluarkan dan alokasinya kepada masing-masing perusahaan yang bergabung yaitu : PT Anon (Rp) PT Dian (Rp) PT Dani (Rp) Total (Rp) Laba yg diproyeksikan

2.250.000 2.250.000 3.000.000 7.500.000

Rentabilitas kekayaan bersih riil yg diserahkan :

6% dari 15.000.000

900.000 - - 900.000

6% dari 22.500.000

- 1.350.000 - 1.350.000

6% dari 37.500.000

- - 2.250.000 2.250.000

Rentabilitas u/ goodwill yg diperhitungkan

1.350.000

900.000

750.000

3.000.000

Modal saham yg dikeluarkan :

6% Saham Prioritas, sbsr kekayaan bersih riil

15.000.000 (150 lb)

22.500.000 (225 lb)

37.500.000 (375 lb)

75.000.000 (750 lb)

Saham biasa, sbsr goodwill yg dibentuk

1.350.000/0,06 22.500.000 (900 lb)

- - 22.500.000 (900 lb)

900.000/0,06 - 15.000.000 (600 lb)

- 15.000.000 (600 lb)

2.750.000/0,06 Jumlah

- 37.500.000

- 37.500.000

12.500.000 (500 lb) 50.000.000

12.500.000 (500 lb) 125.000.000

87

Apabila hal ini terjadi, maka laba (keuntungan) PT Siwi Peni sebesar Rp 7.500.000,00 di kemudian hari akan memberikan hak atas laba kepada para pemegang saham (perusahaan terdahulu) masing-masing 6% dari nominal sham yang dimilikinya seperti berikut : PT Anon PT Dian PT Dani Total Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Untuk Saham Prioritas: 6% dari nominal Untuk Saham Biasa : 6% dari nominal

900.000 1.350.000

20 45

1.350.000 900.000

30 30

2.250.000 750.000

50 25

4.500.000 3.000.000

100 100

Bagian laba stlh pggbgan Bagian laba sblm pggbgan (kontribusi)

2.250.000 2.250.000

30 30

2.250.000 2.250.000

30 30

3.000.000 3.000.000

40 40

7.500.000 7.500.000

100 100

Keuntungan (kerugian)

- - - - - - - -

Ratio pembagian laba antara para pemegang saham perusahaan terdahulu = 30% : 30% : 40%,

sesuai dengan kontribusi relatipnya dalam perusahaan gabungan, akan dapat dipertahankan apabila PT Siwi Peni meperoleh laba lebih besar atau sama dengan Rp 7.500.000,00. Jumlah laba dibawah Rp 7.500.000,00 pada perusahaan yang baru dibentuk, berarti tidak dapat direalisasikanya jumlah laba sebelum terjadinya penggabungan yang tidak dipertahankan, sehungga pihak-pihak tertentu akan merasa untung dengan adanya penggabungan tersebut. Risiko demikian itu akan menimpa pada pihak-pihak tertentu yang kontribusi relatip kekayaan bersihnya berbeda dengan kontribusi relatip keuntungannya. Pada contoh ini, risiko itu akan berlaku antara PT Anon dan PT Dani. laba sebesar Rp 4.500.000,00 yang didapat PT Siwi Peni misalnya, akan berakibat ratio pembagian laba di antara pemegang saham perusahaan terdahulu menjadi = PT Anon : PT Dian : PT Dani = 20% : 30% : 50%. Jumlah laba yang semakin mendekati jumlah yang dipoyeksikan, akan mengubah ratio pembagian laba menuju ke arah ratio keseimbangan tersebut.

88

B. Tingkat Kapitalisasi Laba sebesar 8%, di atas prosentase hak prioritas yang diberikan kepada Pemegang Saham Preferen (Prioritas) Apabila laba dikapitalisasi dengan tingkat 8%, maka jumlah modal saham yang harus dikeluarkan oleh perusahaan yang baru dibentuk sebesar Rp 93.750.000,00 terdiri dari Saham Preferen Rp 75.000.000,00 dan saham biasa Rp 18.750.000,00. Alokasi sahm tersebut kepada (pemegang saham) perusahaan terdahulu, sebagai berikut : PT Anon (Rp) PT Dian (Rp) PT Dani (Rp) Total (Rp) Laba yg diproyeksikan

2.250.000 2.250.000 3.000.000 7.500.000

Rentabilitas kekayaan bersih riil yg diserahkan :

8% dari 15.000.000

1.200.000 - - 1.200.000

8% dari 22.500.000

- 1.800.000 - 1.800.000

8% dari 37.500.000

- - 3.000.000 3.000.000

Return on unrecorded intangibles (goodwill)

1.050.000

450.000

-

1.500.000

Modal saham yg dikeluarkan :

6% Saham Preferen, sbsr kekayaan bersih riil

15.000.000 22.500.000 37.500.000 75.000.000

Saham biasa, sbsr goodwill yg dibentuk :

1.050.000/0,08 13.125.000 - - 13.125.000 450.000/0,08 - 5.625.000 - 5.625.000 Jumlah 28.125.000 28.125.000 37.500.000 93.750.000

89

Pembagian laba sebesar Rp 7.500.000,00 di kemudian hari akan memberikan hak atas laba kepada para pemegang saham (perusahaan terdahulu) sebagai berikut :

PT Anon PT Dian PT Dani Total Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah % Tahap 1: Untuk Saham Preferen: 6% dari nominal Untuk Saham Biasa : 6% dari nominal

900.000 787.500

20 70

1.350.000 337.500

30 30

2.250.000 -

50 -

4.500.000 1.125.000

100 100

Tahap 2- Sisa Laba : Untuk Saham Preferen 80% Untuk Saham Biasa 20%

300.000 262.500

20 70

450.000 112.500

30 30

750.000 -

50 -

1.500.000 375.000

100 100

Jumlah 2.250.000 30 2.250.000 30 3.000.000 40 7.500.000 100 Bagian laba sblm pgbgan

2.250.000

30

2.250.000

30

3.000.000

40

7.500.000

100

Komposisi pembagian laba tetap dapat dipertahankan seperti keadaan sebelum terjadinya

penggabungan. Akan tetapi apabila tingkat kapitalisasi laba leih besar dari hak prioritas atas pembagian laba yang diberikan kepada saham preferen dan presentase itu tidak lebih besar dari rate of return terendah di antara peusahaan-perusahaan yang bergabung, maka komposisi pembagian laba dapat dipertahankan sejak tingkat laba yang dibentuk sama dengan hak prioritas saham preferen. Pada contoh sejak PT Siwi Peni memperoleh laba sebesar Rp 5.625.000,00 (6% dari Rp 93.750.000,00), pembagian laba akan mencapai komposisi sebelum terjadi penggabungan, meskipun jumlah laba itu belum mencapai laba yang diproyeksikan.

Pembagian laba sebesar Rp 5.625.000 akan memberikan hak atas laba masing-masing sebesar PT Anon Rp 1.687.500, PT Dian Rp 1.687.500, PT Dani Rp 2.250.000.

90

C. Tingkat Kapitalisasi Laba sebesar 5%, lebih rendah dari hak prioritas pembagian laba yang diberikan kepada Pemegang Saham Preferen (Prioritas) Pada cara ini modal saham yang dikeluarkan perusahaan yang baru dibentuk akan berjumlah Rp 150.000.000,00 terdiri dari masing-masing Rp 75.000.000,00 untuk setiap golongan saham. Perhitungan moda saham yang harus dikeluarkan dan alokasinya kepada masing-masing pihak adalah sebagai berikut : PT Anon (Rp) PT Dian (Rp) PT Dani (Rp) Total (Rp) Laba yg diproyeksikan

2.250.000 2.250.000 3.000.000 7.500.000

Rentabilitas kekayaan bersih riil yg diserahkan :

5% dari 15.000.000

750.000 - - 750.000

5% dari 22.500.000

- 1.125.000 - 1.1250.000

5% dari 37.500.000

- - 1.875.000 1.875.000

Return on unrecorded intangibles (goodwill)

1.500.000

1.125.000

1.125.000

3.750.000

Modal saham yg dikeluarkan :

6% Saham Preferen, sbsr kekayaan bersih riil

15.000.000

22.500.000

37.500.000

75.000.000

Saham biasa, sbsr goodwill yg dibentuk

1.500.000/0,05 30.000.000 - - 30.000.000 1.125.000/0,05 - 22.500.000 - 22.500.000 1.125.000/0,05

45.000.000 45.000.000

22.500.000 60.000.000

22.500.000 150.000.000

Sedang pembagian laba sebesar Rp 7.500.000,00 dikemudian hari tidak akan memberikan hak-hak

sesuai komposisi pada saat sebelum diadakan penggabungan, meskipun jumlah tersebut sesuai dengan laba yang diproyeksikan.

91

Hal ini disebabkan hak prioritas pembagian laba yang diberikan kepada saham preferen lebih besar dari tingkat laba yang diharapkan. Pembagian laba sebesar Rp 7.500.000,00 akan menghasilkan komposisi sebagai berikut :

PT Anon (Rp) PT Dian (Rp) PT Dani (Rp) Total (Rp) Untuk Saham Preferen, 6% dari nominal Untuk Saham Biasa, 4% dari nominal

900.000 1.200.000

1.350.000 900.000

2.250.000 900.000

4.500.000 3.000.000

Jumlah 2.100.000 2.250.000 3.150.000 7.500.000 Bagian laba stlh pgbgan

28%

30%

42%

100%

Bagian laba sblm pgbgan

30%

30%

40%

100%

Pada cara ini komposisi pembagian laba itu akan mencapai komposisi seperti keadaan sebelum

penggabungan, apabila tingkat laba perusahaan yang baru dibentuk minima 6% dari jumlah aktivanya atau sebesar Rp 9.000.000,00, yaitu sama dengan hak prioritas yang diberikan kepada pemegang saham preferen, yaitu :

PT Anon (Rp) PT Dian (Rp) PT Dani (Rp) Total (Rp) Untuk Saham Preferen, 6% dari nominal Untuk Saham Biasa, 6% dari nominal

900.000 1.800.000

1.350.000 1.350.000

2.250.000 1.350.000

4.500.000 4.500.000

Jumlah 2.700.000 2.700.000 3.600.000 9.000.000 Bagian laba stlh pgbgan

30%

30%

40%

100%

Bagian laba sblm pgbgan

30%

30%

40%

100%

D. Kapitalisasi Laba sebesar 10%, lebih besar dari tingkat laba yang paling rendah diantara perusahaan-perusahaan yang bergabung Modal saham yang dikeluarkan oleh perusahaan yang baru dibentuk berjumlah Rp 75.000.000,00. Dengan demikian tidak ada goodwill yang harus diperhitungkan di dalan penggabungan badan usaha. Pada cara ini pembagian laba oleh perusahaan yang baru , tidak akan pernah mencapai komposisi semula pada saat sebelum terjadi penggabungan. Pembagian laba sebesar Rp 7.500.000,00 di kemudian hari akan berakibat komposisi pembagian laba menjadi sebagai berikut : Setelah Penggabungan Komposisi sblm

penggabungan Jumlah % PT Anon PT Dian PT Dani

1.500.000 2.250.000 3.750.000

20% 30% 50%

30% 30% 40%

Total 7.500.000 100% 100% Komposisi pembagian laba demikian itu akan terjadi pada setiap tingkat laba yang didapat oleh

perusahaan yang baru.

92

Meskipun dalam penggabungan ini, misalnya ada goodwill yang dibentuk tetapi selama tingkat kapitalisasi laba adalah lebih besar dari tingkat laba paling rendah di antara perusahaan yang bergabung, maka komposisi keseimbangan pembagian laba itu tidak pernah dapat dicapai.

E. Tingkat Kapitalisasi Laba Normal berbeda dengan Laba di atas Normal Penentuan jumlah modal saham yang harus dikeluarkan oleh perusahaan yang baru dibentuk sebagai pembayaran atau kekayaan bersih yang diserahkan oleh perusahaan – perusahaan terdahulu dihitung dengan mengkapitalisasi laba yang diproyeksikan untuk masing – masing perusahaan dengan suatu prosentase tertentu. Prosentase tersebut diperlakukan sama untuk keseluruhan laba yang diharapkan, tanpa dibedakannya kemampuan untuk memperoleh laba yang normal dan kemampuan untuk memperoleh laba diatas normal dari masing – masing perusahaan. Contoh 4 : Kapitalisasi Laba Normal 5%, Laba di atas Normal 10% PT EVS didirikan dengan menggabungkan sumber – sumber potensial yang dimiliki oleh PT Dahlia dan PT Wijaya. Akte pendirian yang mengatur tentang permodalan PT EVS sebagai berikut : Modal Statutair sebesar Rp 500.000.000,00 terdiri dari : 5% Saham Preferen. Tidak berpartisipasi sebanyak 2.500 lembar,@Rp 100.000,00/lembar

Rp 250.000.000,00

Saham Biasa, sebanyak 5.000 lembar, @Rp 50.000,00/lembar

Rp 250.000.000,00

Jumlah Rp 500.000.000,00 Informasi keuangan PT Dahlia dan PT Wijaya, yang digunakan sebagai titik tolak dalam penggabungan kedua perusahaan tersebut : PT Dahlia PT Wijaya Kekayaan Bersih Riil Rp 50.000.000 Rp 150.000.000 Laba yang Diproyeksikan Rp 7.500.000 Rp 15.000.000 Prosentase laba dari kekuasaan bersih

15%

10%

Sesuai dengan ketentuan dan uraian di atas, maka perhitungan penentuan jumlah modal saham PT EVS yang harus dikeluarkan dalam penggabungan PT Dahlia dan PT Wijaya serta alokasinya kepada masing – masing pihak yaitu : Perhitungan PT Dahlia PT Wijaya Total Laba diproyeksikan -tingkat laba atas kekuasaan bersih riil yang diserahkan 5% dari 50.000.000 5% dari 150.000.000

7.500.000 2.500.000 -

15.000.000 - 7.500.000

22.500.000 2.500.000 7.500.000

-tingkat laba atas aktiva tak berwujud, yang tidak dibukukan

5.000.000

7.500.000

12.500.000

Modal saham yang harus dikeluarkan : -5% saham preferen, sebesar kekayaan bersih riil -saham biasa, sebesar goodwill yang diperhitungkan : a. 5.000.000 :0,10

50.000.000

150.000.000

200.000.000

93

b. 7.500.000 :0,10 50.000.000 -

- 75.000.000

50.000.000 75.000.000

Jumlah 100.000.000 225.000.000 325.000.000 Ratio pembagian laba setelah penggabungan -tingkat laba atas kekayaan bersih riil -tingkat laba atas aktiva tak berwujud

25% 40%

75% 60%

100% 100%

Ratio pembagian laba keseluruhan

33"/+%

66!/+%

100%

Tabel berikut memperlihatkan berbagai kemungkinan ratio pembagian laba kepada para pemegang

saham perusahaan – perusahaan terdahulu pada setiap tingkat laba yang dicapai oleh PT EVS.

Tingkat laba setelah penggabungan

Pembagian laba Ratio pembagian laba sebelum penggabungan

Ratio pembagian laba setelah penggabungan

Keuntungan (kerugian)

Jumlah (Rp) % PT.Dahlia PT.Wijaya PT Dahlia PT.Wijaya PT.Dahlia PT.Wijaya PT.Dahlia PT.Wijaya

5000 1,00 1.250 3.750 33,30 66,70 25,0 75,0 (8,30) 8,30 10000 2,00 2.500 7.500 33,30 66,70 25,0 75,0 (8,30) 8,30 15000 3,00 4.500 10.500 33,30 66,70 30,0 70,0 (3,30) 3,30 20000 4,00 6.500 13.500 33,30 66,70 32,50 67,50 (0,80) 0,80 22500 4,50 7.500 15.000 33,30 66,70 33,30 66,70 0 0 25000 5,00 8.500 16.500 33,30 66,70 34,0 66,0 0,70 (0,70) 30000 6,00 10.500 19.500 33,30 66,70 35,0 65,0 1,70 (1,70) 35000 7,00 12.500 22.500 33,30 66,70 35,70 64,30 2,40 (2,40) 40000 8,00 14.500 25.500 33,30 66,70 36,25 63,75 2,95 (2,95) 45000 9,00 16.500 28.500 33,30 66,70 36,60 63,40 3,30 (3,30) 50000 10,00 18.500 31.500 33,30 66,70 37,0 63,0 3,70 (3,70)

Masalah Akuntansi Dalam Penggabungan Badan Usaha Dilihat dari segi akuntansi, apabila dua atau lebih badan usaha diselenggarakan bersama atau digabungkan, dengan tujuan untuk melanjutkan usaha – usahanya terdahulu, sebagai akibat adanya kombinasi tersebut dibedaka dalam 2 cara pencatatan, yaitu : 1. Penggabungan Badan Usaha atas dasar Pembelian (By Purchase)

Penggabungan badan usaha atas dasar pembelian terjadi apabila dalam suatu kombinasi usaha dari dua atau lebih badan usaha dimana bagian yang terpenting dari pemilikan perusahaan atau perusahaan – perusahaan yang diperoleh itu dieliminasikan. Atau jika penggabungan badan usaha tersebut berakibat para pemilik perusahaan yang bergabung tidak lagi ikut berpartisipasi secara substansiil.

Terdapat beberapa faktor yang digunakan untuk menentukan seberapa jauh adanya suatu kepemilikan baru atas penerusan dari pemilikan lama di dalam suatu kombinasi usaha, yaitu :

- Apabila saham – saham yang diterima oleh beberapa pemilik dari perusahaan yang terdahulu tidak secara substansial sebanding dengan kepentingannya pada perusahaan terdahulu.

- Apabila bagian – bagian hak suara yang ada di antara perusahaan yang tergabung itu berubah secara material melalui pengeluaran hak kepemilikan yang lebih utama.

- Apabila ada suatu rencana yang pasti untuk menarik bagian terpenting dari modal saham yang dikeluarkan kepada para pemilik dari satu atau lebih perusahaan yang bergabung. Atau terdapat

94

perubahan substansial di dalam pemilikan yang terjadi segera sebelum atau segera sesudah kombinasi.

- Apabila manajemen dari salah satu perusahaan yang bergabung itu dieliminasikan, atau pengaruhnya terhadap manajemen secara keseluruhan perusahaan – perusahaan sedemikian kecil, maka merupakan petunjuk adanya “pembelian”.

- Contoh 5 : Berikut adalah neraca PT Danny, PT Hanny, dan PT Sanny pada tanggal 1 Juli 1979. PT Danny PT Hanny PT Sanny Aktiva lain lain 150.000.000 93.750.000 75.000.000 Jumlah 150.000.000 93.750.000 75.000.000 Hutang Modal saham @50.000/lembar Modal saham @100.000/lembar Modal saham @50.000/lembar Agio saham Laba ditahan (defisit)

56.250.000 75.000.000 - - 26.250.000 (7.500.000)

30.000.000 - 37.500.000 - 11.250.000 15.000.000

26.250.000 - - 37.500.000 7.500.000 3.750.000

Jumlah hutang dan modal 150.000.000 93.750.000 75.000.000

Pada saat posisi keuangan masing – masing seperti tersebut di atas para pemegang saham bersepakat untuk mengadakan penggabungan badan usaha. PT Danny yang akan tetap meneruskan usaha – usahanya bersedia membeli kekayaan bersih PT Hanny dan PT Sanny. Sebagai alat pembayaran PT Danny akan mengeluarkan modal sahamnya yang pada tanggal tersebut mempunyai harga pasar @ Rp 50.000/lembar. Penilaian kembali terhadap harta kekayaan PT Hanny dan PT Sanny sesuai dengan persetujuan bersama mengakibatkan kenaikan kekayaan bersih PT Hanny sebesar Rp 11.250.000 dan kekayaan bersih PT Sanny sebesar Rp 7.500.000.

Jumlah saham PT Danny yang akan dikeluarkan sesuai dengan kontribusi kekayaan bersih setelah diadakan penilaian kembali, untuk para pemegang saham PT Hanny dan PT Sanny dihitung sebagai berikut : PT Hanny PT Sanny Jumlah Jumlah aktiva (nilai buku) Jumlah kenaikan nilai aktiva

93.750.000 11.250.000

75.000.000 7.500.000

168.750.000 18.750.000

Jumlah aktiva (penilaian) Jumlah hutang (per buku)

105.000.000 30.000.000

82.500.000 26.250.000

187.500.000 56.250.000

Jumlah kekayaan bersih 75.000.000 56.250.000 131.250.000 Jumlah saham yang harus dikeluarkan (kekayaan bersih dibagi Rp 50.000)

1500 lembar

1.125 lembar

2.625 lembar

Jurnal untuk mencatat pemilikan aktiva dan pengakuan hutang PT Hanny dan PT Sanny serta pengeluaran 2.625 lembar saham oleh PT Danny dan penerimaan modal saham serta pembagiannya kepada para pemegang saham PT Hanny dan PT Sanny, menurut penggabungan badan usaha yang dinyatakan sebagai by purchase sebagai berikut : Transaksi Buku PT Danny Buku PT Hanny Buku PT Sanny Pemilikan aktiva,pengakuan hutang, pengeluaran modal saham

Aktiva 187.500 Hutang 56.250 Modal 131.250

-

-

Penyerahan kekayaan bersih dan penerimaan saham

Saham - saham PT Danny 75.000 Hutang 30.000

Saham –saham PT Danny 56.250 Hutang 26.250

95

dari PT Danny oleh PT Hanny dan PT Sanny serta pencatatan atas laba kenaikan nilai kekayaan (penilaian kembali)

-

Aktiva 93.750 Laba yang ditahan 11.250

Aktiva 75.000 Laba yang ditahan 7.500

Pembagian saham PT Danny kpada para pemegang saham PT Hanny dan PT Sanny dan menutup rekening hak para pemegang saham. PT Hanny: tiap pemegang 1 lbr dengan 4 lbr saham PT Danny. PT Sanny: tiap pemegang 1 lbr dengan 1.50 lbr saham PT Danny

Modal 37.500 Agio modal saham 11.250 Laba dithn26.250 Saham–saham PT.Danny 75.000 Terdiri dari Saldo sebelum penilaian kembali 15.000 Laba penilaian kembali 11.250 Jumlah 26.250

Modal 37.500 Agio modal saham 7.500 Laba dithn 11.250 Saham–saham PT.Danny 56.250 Terdiri dari Saldo sebelum penilaian kembali 3.750 Laba penilaian kembali 7.500 Jumlah 11.250

Berikut neraca yang akan disusun oleh PT Danny :

PT Danny

Neraca, per 1 Juli 1979

Aktiva

Aktiva lain – lain 337.500.000

Jumlah Aktiva 337.500.000

Hutang dan modal

Hutang 112.500.000

Modal saham 206.250.000

Agio saham 26.250.000

Laba yang ditahan (7.500.000)

225.000.000

Jumlah hutang dan modal 337.500.000

96

contoh 6 : Apabila dalam penggabungan PT Danny, PT Hanny, PT Sanny pada contoh 5 ditentukan : - Penggabungan badan usaha, dilakukan dengan membentuk perusahaan yang sama sekali baru, dengan

nama PT Satria. - Penilaian kembali terhadap harta kekayaan PT Danny tidak mengakibatkan kenaikan maupun

penurunan kekayaan bersih serta posisi keuangannya. Sedang penilaian kembali terhadap harta kekyaan PT Hanny dan PT Sanny tetap berlaku.

- Sebagai pembayaran atas kekayaan bersih yang dikontribusikan oleh PT Danny, PT Hanny dan PT Sanny, akan dikeluarkan modal saham PT Satria dengan ketentuan satu lembar saham untuk tiap – tiap kekayaan bersih yang diserahkan sebesar Rp 50.000. Banyaknya saham yang harus dikeluarkan oleh PT Satria dan alokasi kepada masing – masing

perusahaan yang terdahulu : PT Danny PT Hanny PT Sanny Jumlah Jumlah aktiva (penilaian) Jumlah hutang

150.000.000 (56.250.000)

105.000.000 (30.000.000)

82.500.000 (26.250.000)

337.500.000 (112.500.000)

Jumlah kekayaan bersih yang diserahkan

93.750.000

75.000.000

56.250.000

225.000.000

Jumlah saham yang harus dikeluarkan (kekayaan bersih dibagi 50.000)

1.875 lembar

1.500lembar

1.125 lembar

4.500 lembar

Menurut konsep penggabungan badan usaha yang dinyatakan sebagai pembelian , transaksi tersebut oleh PT Satria akan dicatat dalam jurnal sebagai berikut, jika dinyatakan : Nilai nominal saham PT Satria 45.000/lembar Nilai nominal saham PT Satria 35.000/lembar Nilai nominal saham PT Satria 25.000/lembar Transaksi Nominal saham PT

Satria 45.000/lembar

Nominal saham PT Satria 35.000/lembar

Nominal saham PT Satria 25.000/lembar

Pemilikan aktiva dan pengakuan hutang PT Danny, PT Hanny, PT Sanny serta pengeluaran saham sebanyak 4.500 lembar

Aktiva lain –lain (pen.) 337.500 Hutang 112.500 Modal 202.500 Agio 22.500

Aktiva lain –lain (pen.) 337.500 Hutang 112.500 Modal 157.500 Agio 67.500

Aktiva lain –lain (pen) 337.500 Hutang 112.500 Modal 112.500 Agio 112.500

Penggabungan Badan Usaha atas dasar penyatuan Kepentingan (by pooling of interest) Dari segi akuntansi penggabungan ini terjadi apabila: Pada suatu kombinasi usaha dari dua atau lebih badan usaha, di mana pemegang-pemegang dari bagian penting atas pemilikan masing-masing badan usaha itu menjadi pemilik dari badan usaha yang kemudian

97

memiliki harta kekayaan dan usaha-usaha dari perusahaan yang bergabung, baik secara langsung atau melalui satu atau lebih anak perusahaan.

Faktor lain yang merupakan petunjuk adanya penggabungan badan usaha yang bersifat penyatuan kepentingan: 1) Badan usaha yang tunggal itu dapat berupa satu diantara perusahaan yang bergabung atau badan usaha

yang tunggal itu dapat berupa suatu badan usaha yang dibentuk sama sekali baru. 2) Sesudah kombinasi usaha dilakukan, kekayaan bersih dari semua badan usaha yang bergabung (pada

umumnya) akan dipegang oleh badan usaha tunggal tersebut. Prosedur akuntansi – Penggabungan Badan Usaha atas dasar “Penyatuan Kepentingan” (pooling of

interest) Apabila kombinasi usaha dianggap sebagai suatu “pooling of interest” maka tidak diperlukan dasar-dasar baru tentang accountabilitynya. Menurut konsep ini, badan usaha yang baru dianggap sebagai kelanjutan dari semua badan usaha yang bergabung, baik dalam bentuk suatu badan usaha yang tunggal maupun sebagai induk perusahaan dengan satu atau beberapa anak perusahaan. Oleh sebab itu apabila ada satu atau lebih dari badan usaha yang bergabung itu tetap melanjutkan eksistensinya dalam suatu bentuk hubungan afiliasi dan terdapat persyaratan-persyaratan untuk adanya pooling of interest; maka gabungan saldo laba yang itdak dibagi di dalam neraca konsolidasi adalah merupakan keharusan. Untuk memperoleh gambaran yang konkrit tentang prosedur pencataatan dinyatakan sebagai penyatuan kepentingan, berikut ini diberikan contoh-contoh dengan menggunakan data yang sama pada contoh-contoh no. 5 dan no. 6. Contoh 7: Apabila pada contoh no. 5 dinyatakan bahwa penggabungan pt Danny, pt Sanny sebagai suatu penyatuan kepentingan, maka jurnal yang harus dibuat oleh pt Danny untuk mencatat pemilikan harta kekayaan pt Hanny sebesar Rp. 93.750.000,00 dan pt Sanny sebesar Rp. 75.000.000,00 dan pengakuan hutang-hutangnya masing-masing sebesar Rp 30.000.000,00 dan Rp. 26.250.000,00 serta pengeluaran modal saham sebanyak 2.625 lembar adalah sebagai berikut:

Penggabungan dinyatakan sebagai “pooling of interest”

Penggabungan dinyatakan sebagai “by purchase”

Aktiva lain-lain (nilai buku) Rp.168.750.000 (d) Hutang-hutang Rp.56.250.000 (k) Modal saham (2625 lembar) Rp.75.000.000(k) Agio saham Rp.18.750.000 (k) Laba yg ditahan Rp.18.750.000 (k)

Aktiva lain-lain (penilaian) Rp.187.500.000 (d) Hutang-hutang Rp.56.250.000 (k) Modal Saham (2.625 lembar Rp.131.250.000 (k)

98

Adapun neraca PT Danny menurut konsep by pooling of interest akan sebagai berikut: “PT Danny” Neraca, per 1 Juli 1979 Aktiva Aktiva lain-lain Rp. 318.750.000 Jumlah Aktiva Rp. 318.750.000 Hutang dan Modal Hutang-hutang Rp. 112.500.000 Modal Saham Rp. 150.000.000 Agio Saham Rp. 45.000.000 Laba yg ditahan Rp. 11.250.000* Rp. 206.250.000 Jumlah Hutang dan Modal Rp. 318.750.000 * Terdiri dari: (15.000.000 + 3.750.000 – 7.500.000) Contoh no 8. Apabila dalam penggabungan pt Danny, pt Hanny, dan pt Sanny dengan membentuk sebuah perusahaan baru pt Satria pada contoh no 6 di muka, dianggap sebagai penggabungan usaha yang dinyatakan sebagai penyatuan kepentingan ( by pooling of interest), maka pencatatan yang harus dilakukan oleh pt Satria terhadap pengeluaran saham sebanyak 4.500 lembar; masing-masing 1.875 lembar kpd pt Danny 1.500 lembar kpd pt Hanny dan 1.125 lembar kpd pt Sanny akan nampak sbb :

Transaksi Penggabungan dinyatakan sbg “pooling of interest”

Penggabungan dinyatakan sbg “by purchase”

A. pemilikan harta dan pengakuan hutang-hutang pt Danny, pt Hanny, dan pt Sanny oleh pt Satria dan pengeluaran saham sebanyak 4.500 lembar nominal @ Rp. 45.000 per lembar

Aktiva Lain-lain (nilai buku) Rp. 318.750.000 D Hutang-hutang Rp. 112.500.000 K Modal Saham Rp. 202.500.000 K Laba yg ditahan Rp. 3.750.000 K

Aktiva lain-lain (pemilikan) Rp. 317.500.000 D Hutang-hutang Rp.112.500.000 K Modal Saham Rp. 202.500.000 K Agio Saham Rp. 22.500.000 K

B. pemilikan harta dan pengakuan hutang-hutang pt Danny, pt Hanny dan pt Sanny oleh pt Satria dan pengeluaran 4.500 lembar saham nominal @ Rp. 35.000 per lembar

Aktiva Lain-lain (nilai buku) Rp. 318.750.000 D Hutang-hutang Rp. 112.500.000 K Modal Saham Rp. 157.500.000 K Agio Saham Rp. 37.500.000 K Laba yg ditahan Rp. 11.250.000 K

Aktiva lain-lain (pemilikan) Rp. 317.500.000 D Hutang-hutang Rp.112.500.000 K Modal Saham Rp. 202.500.000 K Agio Saham Rp. 67.500.000 K

C. pemilikan harta dan pengakuan hutang-hutang pt Danny, pt Hanny, pt Sanny oleh pt Satria serta pengeluaran 4.500 lembar saham nominal @ Rp. 25.000 per lembar

Aktiva Lain-lain (nilai buku) Rp. 318.750.000 D Hutang-hutang Rp. 112.500.000 K Modal Saham Rp. 112.500.000 K Agio Saham Rp. 82.500.000 K Laba yg ditahan Rp. 11.250.000 K

Aktiva lain-lain (pemilikan) Rp. 317.500.000 D Hutang-hutang Rp.112.500.000 K Modal Saham Rp. 112.500.000 K Agio Saham Rp. 112.500.000 K

Pada transaksi A terjadi kenaikan modal statuatir sebesar: Rp. 52.500.000 dari hasil perhitungan sbb:

99

Modal Statuatir, pt Satria terdiri dari : 4.500 lembar saham nominal @ Rp.45.000 Rp. 202.500.000 Modal Statuatir, sblm terjadi penggabungan : Pt Danny Rp. 75.000.000 Pt Hanny Rp. 37.500.000 Pt Sanny Rp. 37.500.000

Rp. 150.000.000 Modal statuatir, dinaikan dengan Rp. 52.500.000

Kenaikan modal statuatair mengakibatkan harus dikapitalisasinkannya seluruh agio saham yang ada dan sebagian laba yang ditahan menjadi modal statutair dengan perincian sbb: Jumlah modal statutair yang baru: (4.500 lembar @ Rp. 45.000 Rp. 202.500.000 Jumlah Modal Statuatir yang lama: (Rp. 75.000.000 + Rp. 37.500.000 + Rp. 37.500.000) Rp. 150.000.000 Selisih Kurang Rp. 52.500.000 Ditutup dengan: Kapitalisasi agio saham: (Rp. 26.250.000 + Rp. 11.250.000 + Rp. 7.500.000) = Rp. 45.000.000 Kapitalisasi sebagian laba yang ditahan Rp. 7.500.000

Rp. 52.500.000 0

Dengan demikian saldo laba yang ditahan pada perusahaan yang baru tinggal Rp. 3.750.000 (Rp. 11.250.000 – Rp. 7.500.000) seperti nampak pada jurnal tsb di muka. Pada transaksi B modal stratuatir perusahaan yang baru naik sebesar Rp. 75.000.000 dibanding dengan modal stratuatir sebelumnya. Oleh sebab itu, kekurangan tsb cukup ditutup dengan hanya sebagaian dari saldo Agio Saham. Dengan demikian dalam perusahaan yang baru komponen modalnya akan terdiri dari Modal saham, 4.500 lembar nominal @ Rp. 35.000 Rp. 157.500.000 Agio Saham (Rp. 45.000.000 – 7.500.000) Rp. 37.500.000 Laba yg ditahan Rp. 11.250.000 Jumlah Rp. 206.250.000 Sedang pada transaksi C di mana terjadi pengurangan modal stratuair (sebelumnya Rp. 150.000.000 menjadi Rp. 112.500.000 berakibat harus pula dikurangkannya saldo modal stratuair untuk kemudian ditambahkan kepada komponen modal lainnya yang berasal dari para pemilik, dalam hal ini Agio saham. Dengan demikian sesuai pula dengan jurnal pada contoh no. 7C; saldo hak-hak para pemegang saham dalam perusahaan yang baru (pt Satria) akan terdiri dari: Modal Saham Rp. 112.500.000 Agio Modal Saham ( Rp. 45.000.000 + Rp.37.500.000 Rp. 82.500.000 Laba yg ditahan Rp. 11.250.000 Jumlah Rp. 11.250.000

100

Akibat-akibat Adanya prosedur penggabungan Badan Usaha yang Alternatip Adanya dua prossedur penggabungan di mana masig-masing mempunyai konsekuensi khususnya terhadap dasar pencatatannya yang satu sama lain berbeda tsb, akan mengakibatkan pula posisi keuangan perusahaan gabungan yang berbeda-beda pada masing-masing cara. Ada dua kesimpulan yang dapat diambil sebagai berikut: 1) Adanya metode penggabungan yang alternatip, di mana satu sama lain menggunakan dasar-dasar

pencatatan yang berbeda, dan mengakibatkan pula perbedaan dalam posisi keuangan dan hasil usaha periodik di kemudian hari bagi perusahaaan gabungan.

2) Pengaruh metode yang alternatip mempunyai akibat yang lebih penting terhadap laba-rugi periodik daripada pengaruhnya terhadap neraca. Hal ini sesuai dengan semakin beralihnya sudut pandangan dari pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan dewasa ini dari semula pada posisi keuangan menjadi laba rugi periodik yang merupakan titik perhatian dalam rangka menilai dan menginterprestasikan tentang masa depan perusahaan.

101

DAFTAR PUSTAKA A. Beams, Floyd, dan Amir Abadi Yusuf. 1999. Akuntansi Keuangan Lanjutan Di Indonesia. Buku

I. Salemba Empat: Jakarta. A. Beams, Floyd, Brozovsky, dan Shoulders. 2002. Akuntansi Keuangan Di Indonesia. Buku I.

Salemba Empat: Jakarta. Ikatan Akuntansi Indonesia. 2004. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 22 Tentang

Penggabungan Usaha. Salemba Empat: Jakarta. Ikatan Akuntansi Indonesia. 2014. Standar Akuntansi Keuangan Per Efektif 1 Januari 2015.

Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia Mamduh M Hanafi, A. H. 2009. Analisis Laporan Keuangan. UPP STIM YKPN. R. Drebin, Allan. 1996. Akuntansi Keuangan Lanjutan. Edisi Kelima. Erlangga: Jakarta. Ratnaningsih, Dewi. 2015. Akuntansi Keuangan Lanjutan. Yogyakarta: Cahaya Arma Pustaka. Rosyadi, Imron. 2005. Dasar-Dasar Teori Portofolio Dan Analisis Sekuritas. Jilid I. FE UMS:

Surakarta. Sabeni, Arifin dan Mas’ud Machfoedz. 1992. Akuntansi Lanjutan I. Yogyakarta:BPFE

Yogyakarta. Suparwoto. 1990. Akuntansi Keuangan Lanjutan : Laporan Keuangan Konsolidasi Pendekatan

Terpadu. Edisi Kesatu. BPFE: Yogyakarta. Suparwoto. 1997. Akuntansi Keuangan Lanjutan. Edisi Ketiga. BPFE: Yogyakarta. Tandelilin, Eduardus. 2001. "Analisis Investasi Dan Manajemen Portofolio". Edisi Kesatu. BPFE:

Yogyakarta. Widayat, Utoyo. 1999. Akuntansi Angsuran, Konsinyasi, dan Cabang. FE Universitas Indonesia. Yunus, Hadori dan Hananto. 1981. "Akuntansi Keuangan Lanjutan". Edisi I. BPFE: Yogyakarta. Yunus, Hadori. 2013. Akuntansi Keuangan Lanjutan. Edisi Pertama. Cetakan Ketujuh.

Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.