psikologi kepribadian

31
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Carl Jung adalah seorang psikiater muda di Zurich ketika ia membaca Interpretation of dream karya Freud tak lama sesudah diterbitkan pada tahun 1900. Karna Jung sangat terkesan oleh ide- ide Freud, yang digunakan dan diujinya dalam praktiknya sendiri, maka Jung mengirim kepada Freud salinan dari tulisan-tulisannya, yang pada umumnya mendukung pandangan Freud. Pada tahun 1906 mulailah hubungan surat-menyurat yang teratur antara keduanya, dan tahun berikutnya Jung mengunjungi Freud di Wina untuk pertama kalinya dimana mereka bercakap-cakap tanpa putus selama 13 jam! Freud memutuskan bahwa Junglah yang akan menjadi penggantinya, “putra mahkotanya” seperti yang ditulisnya kepada Jung. Ketika Asosiasi Psikonalitik Internasional didirikan pada tahun 1910, Jung menjadi ketua yang pertama, jabatan yang dipegangnya sampai tahun 1914. Pada tahun 1909, Freud dan Jung mengadakan perjalanan bersama ke Universitas Clark di Worchester, Massachusetts, keduanya diundang untuk menyampaikan serangkaian ceramah pada perayaan 20 tahun berdirinya universitas tersebut. Akan tetapi 3 tahun kemudian, hubungan pribadi antara Freud dan Jung mulai dingin sampai akhirnya pada awal tahun 1913 mereka mengakhiri hubungan surat-menyurat pribadi dan beberapa bulan kemudian hubungan surat-menyurat mengenai masalah pekerjaan juga berakhir. Pada bulan April 1914, Jung meletakkan jabatan ketua Psikologi Analitik Jung 1

Upload: itb

Post on 08-Jan-2023

2 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Carl Jung adalah seorang psikiater muda di Zurich ketika ia

membaca Interpretation of dream karya Freud tak lama sesudah

diterbitkan pada tahun 1900. Karna Jung sangat terkesan oleh ide-

ide Freud, yang digunakan dan diujinya dalam praktiknya sendiri,

maka Jung mengirim kepada Freud salinan dari tulisan-tulisannya,

yang pada umumnya mendukung pandangan Freud. Pada tahun 1906

mulailah hubungan surat-menyurat yang teratur antara keduanya,

dan tahun berikutnya Jung mengunjungi Freud di Wina untuk pertama

kalinya dimana mereka bercakap-cakap tanpa putus selama 13 jam!

Freud memutuskan bahwa Junglah yang akan menjadi penggantinya,

“putra mahkotanya” seperti yang ditulisnya kepada Jung.

Ketika Asosiasi Psikonalitik Internasional didirikan pada

tahun 1910, Jung menjadi ketua yang pertama, jabatan yang

dipegangnya sampai tahun 1914. Pada tahun 1909, Freud dan Jung

mengadakan perjalanan bersama ke Universitas Clark di Worchester,

Massachusetts, keduanya diundang untuk menyampaikan serangkaian

ceramah pada perayaan 20 tahun berdirinya universitas tersebut.

Akan tetapi 3 tahun kemudian, hubungan pribadi antara Freud dan

Jung mulai dingin sampai akhirnya pada awal tahun 1913 mereka

mengakhiri hubungan surat-menyurat pribadi dan beberapa bulan

kemudian hubungan surat-menyurat mengenai masalah pekerjaan juga

berakhir. Pada bulan April 1914, Jung meletakkan jabatan ketua

Psikologi Analitik Jung 1

asosiasi, dan bulan Agustus, 1914, ia menarik diri dari

keanggotaan.

Perpecahan telah mencapai puncaknya. Freud dan Jung tidak

pernah saling bertemu lagi. Ada banyak laporan mengenai hubungan

freud dan jung termasuk laporan- laporan mereka sendiri (freud,

1949, 1925, jung, 1961), penulis biografi freud, ernest jone

(1955), dan orang- orang lain (Weigert, 1942; Dry, 1961).

Artikel- artikel yang diterbitkan jung selama masih dipengaruhi

freud, dan kecamannya kemudian terhadap psikoanalisis freud

diterbikan bersama- sama dengan jilid 4 seri Colledted works. Dua

artikel lain tentang freud di muat dalam jilid 15. Surat-

menyurat antara freud dan jung yang berjumlah 395 buah, selama

tahun 1906- 1913 telah diterbitkan (McGuire, 1974).

Meskipun penyebab perpecahan hubungan yang sebelumnya akrab

itu adalah kompleks dan sangat prinsipial, meliputi berbagai

ketidak cocokan dalam hal kepribadian maupun pandangan

intelektual, namun salah satu alasan yang penting adalah

penolakan jung terhadap panseksualisme frued. “alasan utamanya

ialah bahwa freud, mengidentifikasikan metodenya dengan teori

seks, yang saya anggap tidak dapat diterima” (komunikasi pribadi

dari jung, 1954). Jung mulai menyusun teori psikoanalisis dan

metode psikoterapinya sendiri yang menjadi terkenal sebagai

psikologi analisik yang garis- garisnya telah diletakan sebelum

pertemuannya dengan freud dan yang secara konsisten

dikembangkannya selama ia bersatu dengan freud ( jung, 1913).

Psikologi Analitik Jung 2

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas dan berdasarkan kenyataan-

kenyataan yang ada, Maka dari itu penulis merumuskan

permasalahan-permasalahan yang terdapat didalamnya, diantaranya

adalah:

1. Siapakah Tokoh dari Psikologi Analitik ini?

2. Apa sajakah Teori yang dipakai dalam Psikologi Analitik ini?

3. Adakah Contoh Kasus yang dipakai dalam Teori ini?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini diantaranya adalah :

1. Untuk mengetahui Tokoh dari teori Psikologi Analitik

2. Untuk dapat memahami Psikologi Analitik Jung

3. Untuk mengetahui teori Analitik Jung secara luas

1.4 Sistematis Penulisan

Adapun Sistematika yang akan kami bahas pada bab I adalah :

Pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penulisan, dan sistematika penulisan.

Pada bab II, Pembahasan, yaitu: Biografi psikologi Analitik

Carl Gustav Jung, Teori Psikologi Analitik Jung, Arkhetipe-

arkhetipe dalam teori, Contoh Kasus dalam Psikologi Analitik

Jung.

Psikologi Analitik Jung 3

Terakhir pada bab III, yaitu Penutup yang berisi Kesimpulan

yang akan menguraikan kesimpulan tentang materi yang kami bahas

dan saran-saran yang diberikan terhadap permasalahan yang ada.

Psikologi Analitik Jung 4

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Biografi Carl Gustav Jung

Sebelum membicaran ciri- ciri segi pandangan jung yang

menonjol dan khusus, marilah kita meninjau secara singkat

beberapa segi kehidupannya. Carl Gustav Jung lahir di Kesswyl,

suatu kota dikawasab Lake Costance di Canton Thurgau, swiss, pada

tanggal 26 Juli, 1875, dan besar di Basel. Ayahnya adalah seorang

pendeta pada Gereja Reformasi Swiss. Jung masuk Universitras

basel dengan tujuan untuk menjadi seorang arkeologi tetapi suatu

mimpi telah membangkitkan minatnya dalam study ilmu- ilmu alam

dan secara kebetulan dalam ilmu kedokteran. Setelah ia mendapat

gelar kedokteran dari universitas Basel ia menjadi asisten pada

Rumah Sakit Jiwa di Burghlzli, Zurich, dan Klinik Psikiatri

Zurich dan mulailah kariernya dalam psikiatri.dia membantu dan

kemudian bekerja sama dengan Eugen Bleuler, psikiater terkenal

yang mengembangkan konsep tentang skizofrenia, dan belajar

sebentar pada Pierre Jenet, murud dan pengganti Charcot di Paris.

Dalam tahun 1909 ia melepaskan pekerjaannya di Burgholzli dan

pada tahun 1913 ia melepaskan jabatan lektor dalam psikiatri pada

Universitas Zurich supaya dapat mencurahkan seluruh waktunya

untuk praktik privat, memberikan latihan, penelitian, bepergian

Psikologi Analitik Jung 5

dan menulis. Selama bertahun- tahun ia mengadakan seminar dalam

bahasa inggris untuk mahasiswa- mahasiswa yang berbahasa inggris,

dan tak lama setelah ia berhenti dari kegiatan mengajar, sebuah

lembaga pendidikan untuk menghormati namanya didikan di Zurich.

Pada tahun 1944 jurusan psikologi kedokteran pada

universitas basel dibuka khusus untuk jung, tetapi kesehatannya

yang memburuk membuatnya terpaksa berhenti dari jabatan ketua

setelah satu tahun ia meninggal tanggal 6 juni 1961, di Zurich

dalam usia 85 tahun. Belum ada biografi ferud yang ditulis oleh

Ernest Jones. Pada tahun kematian jung diterbitkanlah

otobiografi, memories, dreams, reflections (1961), yang sebgaian

ditulis sendiri oleh jung dan sebagian lain ditulis dan

diterbitkan oleh sekretaris pribadinya, Aniela Jaffe, dan

dilengkapi dengan bahan dari ceramah- ceramah yang diberikan

jung. Memories, dreams, reflections pertama- tama merupakan

otobiografi batiniah atau spiritual sekalipun juga mengandung

banyak informasi tentang pristiwa- peristiwa luar dalam kehidupan

jung. Suasana buku itu tercermin dalam kalimat pertamanya, “

kehidupanku adalah suatu kisah realisasi diri ketidak sadaran”.

Carl Gustav jung di akui sebagai salah seorang diantara

ahli- ahli pikir psikologi yang terkemuka abad XX. Selam 60

tahun, ia mengabdikan dirinya dengan segenap tenaga dan tujuan

tunggal untuk menganalisis proses- proses kepribadian manusia

yang sangat luas dan dalam. Tulusan- tulisannya sangat banyak dan

pengaruhnya tidak dapat duikur. Ia terkenal tidak hanya

Psikologi Analitik Jung 6

dikalangan orang- orang terdidik di semua bidang kehidupan.

Banyak tanda jasa dianugrahkan kepadanya antara lain gelar- gelar

kehormatan dari Universitas Harvard dan Oxford. Ia sering

memberikan kuliah di amerika serikat dan dinegara ini ia memiliki

banyak pengikut dan pengagum. Sebenarnya seluruh tulisan jung

sekarang tersedia dalam 20 jilid, terbitan dalam bahasa inggris.

Disamping surat- surat freud/jung yang telah disebut, 2 jilid

surat- surat jung juga telah ditebitkan. Ada juga satu jilid buku

berisi wawancara dan percakapan dengan jung.

Meskipun teori kepribadian jung biasanya di pandang sebagai

teori psikoanalitik karena tekanannya pada proses- proses tak

sadar, namun berbeda dalam sejumlah hal penting dengan teori

kepribadian Freud. Mungkin segi paling khusus dan paling mencolok

dalam pandangan jung tentang manusia adalah bahwa ia

menggabungkan teleologi dan kausalitas. Tingkah laku manusia

ditentukan tidak hanya oleh sejarah individu dan rasi

(kausalitas) tetapi juga oleh tujuan dan aspirasi- aspirasi

(teleologi). Baik masa lampau sebagai aktualitas maupun masa

depan sebagai potensialitas sama- sama membimbing tingkah laku

orang sekarang. Pandangan jung tentang kepribadian adalah

prospektif dalam arti bahwa ia melihat ke depan arah garis

perkembangan sang pribadi dimasa depan dan retrospektif dalam

arti bahwa ia memperhatikan masa lampau.

Mengutip kata- kata jung orang hidup dibimbing oleh tujuan

maupun sebab- sebab. Penekanan pada peranan tujuan dalam

Psikologi Analitik Jung 7

perkembangan manusia ini menjadikan jung jelas berbeda dari

Freud. Bagi Freud, hanya ada pengulangan yang tak habis- habisnya

atas tema- tema insting sampai ajal menjelang. Bagi jung, ada

perkembangan yang konstan dan seringkali kreatif, pancarian, ke

arah keparipurnaan dan kepenuhan, serta kerinduan untuk lahir

kembali. Teori jung juga berbeda dari semua pendekatan lain

tentang kepribadian karena tekanannya yang kuat pada dasar- dasar

ras dan filonetik kepribadian.

Jung melihat kepribadian indivudu sebagai produk dan wadah

sejarah leluhur. Manusia modern di bentuk dan di cetak ke dalam

bentuknya yang sekarang oleh pengalaman kumulatif generasi-

generasi masa lampau yang merentang jauh kebelakang sampai asal

usul manusia yang samar- samar dan tidak diketahui. Dasar- dasar

keperibadian bersifat arkhaik, primitif, dan bawaan, tak sadar

dan mungkin universal. Freud menekankan asal usul kepribadian

pada kanak- kanak sedangkan jung menekankan asal- usul

kepribadian pada ras. Manusia dilahirkan dengan membawa banyak

kecenderungan yang diwariskan oleh leluhur- leluhurnya,

kecenderungan ini membimbing tingkah lakunya dan sebagian

menentukan apa yang akan disadarinya dan diresponnya dalam dunia

pengalamannya. Dengan kata lain ada kepribadian kolektif

menjangkau dunia pengalaman dan diubah serta diperkaya oleh

pengalaman- pangalaman yang diterimanya. Kepribadian individu

merupakan hasil daya- daya batin yang mengenai dan dikenai oleh

daya- daya dari luar.

Psikologi Analitik Jung 8

Penghargaan yang tinggi terhadap latar belakang ras sang

pribadi ini dan pengaruhnya terhadap manusia dewasa ini

mengandung arti bahwa jung melebihi semua psikologi lain,

menyelidiki sejarah manusia untuk mengungkapkan apa saja yang

bisa di ungkapnya tentang asal usul ras dan evolusi kepribadian.

Ia meneliti mitologi, agama, lambang- lambang dan upacara-

upacara kuno, adat istiadat dan kepercayaan manusia primitif, dan

juga mimpi, penglihatan, simtom- simtom orang- orang neurotik,

dan halusinasi serta delusi para penderita psikosis, dalam rangka

mencari akar- akar dan perkembangan- perkembangan kepribadian

manusia, pengetahuan dan pemahamannya mungkin tidak terkalahkan

oleh para psikologi dewasa ini. Dry (1961) menyebutkan beberapa

di antara perkembangan- perkembangan intelektual penting pada

abad XIX yang agaknya mempengaruhi jung. Pertama, ada para

filusuf, khususnya Schopenhauer, Von Hartmann, dan Nietzsche,

dengan konsepsi mereka tentang ketidaksadaran, polaritas kearah

kesatuan, dan substitusi atas akal dengan kemauan atau intuisi

dalam memahami realitas.

2.2 Psikologi Analisis Jung

Menurut teori Jung, keseluruhan kepribadian (pikiran) atau

Psyche terbagi menjadi 3 bagian: Ego Sadar, Ketidaksadaran

Personal (kepribadian) beserta kompleks- kompleksnya,

Ketidaksadaran Kolektif beserta Arkhetipe- arkhetipe yaitu

persona, anima & animus, dan bayang- bayang atau shadow. Di

samping sistem- sistem yang saling tergantung ini terdapat sikap-

Psikologi Analitik Jung 9

sikap introversi dan ekstraversi, serta fungsi- fungsi pikiran,

perasaan, pendirian dan intuisi. Akhirnya terdapat diri (self)

yang merupakan pusat dari seluruh kepribadian. Kita akan

mengetahuinya lebih lanjut dengan pengertian secara menyeluruh

dibawah ini.

2.2.1 Ego Sadar

Ego adalah jiwa sadar yang terdiri dari persepsi-persepsi,

ingatan-ingatan, pikiran-pikiran, dan perasaan-perasaan sadar.

Ego melahirkan perasaan identitas dan kontinuitas seseorang, dan

dari segi pandangan sang pribadi ego dipandang berada pada

kesadaran. Ego yang dikemukakan oleh Jung ini sangat mirip dengan

ego yang diajukan oleh Freud dalam hal cakupan dan artinya, yaitu

aspek dari kepribadian yang disadari, ditambah dengan perasaan

akan diri (Jung percaya bahwa identitas personal ini, atau ego,

berkembang ketika individu berusia sekitar empat tahun).

2.2.2 Ketidaksadaran Pribadi

Ketidaksadaran pribadi adalah daerah yang berdekatan dengan

ego. Ketidaksadaran pribadi terdiri dari pengalaman-pengalaman

yang pernah sadar tetapi kemudian direpresikan, disupresikan,

dilupakan atau diabaikan serta pengalaman-pengalaman yang terlalu

lemah untuk menciptakan kesan sadar pada sang pribadi. Isi dari

ketidaksadaran pribadi, seperti isi bahan prasadar pada konsep

Freud, dapat menjadi sadar, dan berlangsung banyak hubungan dua

arah antara ketidaksadaran pribadi dan ego.

Psikologi Analitik Jung 10

Kompleks-kompleks. Kompleks adalah kelompok yang terorganisasi

atau konstelasi perasaan-perasaan, pikiran-pikiran, dan ingatan-

ingatan yang terddapat dalam ketidaksadaran pribadi. Kompleks

memiliki inti yang bertindak seperti magnet menarik atau

”mengkonstelasikan” berbagai pengalaman ke arah (Jung, 1934).

Sebagai contoh, misalnya kompleks ibu. Intinya sebagian lain

berasal dari pengalaman- pengalaman ras dengan ibu- ibu dan

sebagian berasal dari pengalaman anak dengan ibunya. Ide- ide,

perasaan- perasaan dan ingatan- ingatan yang berhubungan dengan

ibu ditarik ke inti tersebut dan membentuk suatu kompleks. Makin

kuat tenaga yang keluar dari inti makin banyak pengalaman yang

ditarik kearahnya. Jadi seseorang yang kepribadiannya di dominasi

oleh ibunya dikatakan mempunyai kompleks ibu yang kuat. Pikiran,

perasaan, dan perbuatannya dituntut oleh konsep tentang ibu, apa

yang dikatakan dan apa yang dirasakan ibu akan sangat bermakna

bagi orang tersebut, dan pandanagn tentang ibunya akan menguasai

pikirannya. Suatu komlpeks bisa bertindak sebagai kebpribadian

otonom yang memiliki kehidupan jiwa dan sumber penggeraknya

sandiri. Ia bisa memegang kontrol atas kepribadian atas

menggunakan pisikhe untuk tujuan-tujuannya sendiri, sebagaimana

Tolstoy pernah dikatakan didominasi oleh ide simplifikasi

sedangkan Napoleon oleh nafsu kekuasaan.

Inti tersebut dan banyak unsurnya yang terkait pada setiap

saat bersifat tak sadar, tetapi masing-masing kaitan tersebut

dapat dan seringkali menjadi sadar.

Psikologi Analitik Jung 11

2.2.3 Ketidaksadaran Kolektif

Konsep ketidaksadaran kolektif atau transpersonal merupakan

salah satu diantara segi-segi teori kepribadian Jung yang paling

original dan kontroversial. Ia merupakan sistem psikhe yang

paling kuat dan paling berpengaruh, dan pada kasus-kasus

patologis ia mengungguli ego serta ketidaksadaran pribadi (Jung,

1936, 1945).

Ketidaksadaran kolektif adalah gudang bekas-bekas ingatan

laten yang diwariskan dari masa lampau leluhur seseorang, masa

lampau yang meliputi tidak hanya sejarah ras manusia sebagai

suatu spesies tersendiri tetapi juga leluhur pramanusiawi atau

nenek moyang binatangnya. Ketidaksadaran kolektif adalah sisa

psikik perkembangan evolusi manusia, sisa yang menumpuk sebagai

akibat dari pengalaman-pengalaman yang berulang selama banyak

generasi. Ketidaksadaran kolektif hampir sepenuhnya terlepas dari

segala segi pribadi dalam kehidupan seorang individu dan

nampaknya bersifat universal. Semua manusia kurang lebih memiliki

ketidaksadaran kolektif yang sama. Jung menghubungkan sifat

universal ketidaksadaran kolektif itu dengan kesamaan struktur

otak pada semua ras manusia dan kesamaan ini sendiri disebabkan

oleh evolusi umum.

Ingatan- ingatan atau representasi- representasi ras tidak

diwariskan begitu saja, tetapi kita mewariskan kemungkinan

menghidupkan kembali pengalaman- pengalaman generasi- generasi

masa lampau. Itulah kecenderungan- kecenderungan yang membuat

Psikologi Analitik Jung 12

kita bereaksi terhadpa dunia secara selektif. Kecenderungan ini

diproyeksikan pada dunia. Misalnya karena manusia selalu

mempunyai ibu, maka setiap bayi dilahirkan dengan kecenderungan

untuk mepersepsikan dan bereaksi terhadap seorang ibu.

Pengetahuan tentang ibu yang diperoleh secara individual

merupakan pemenuhan suatu kemampuan yang diwariskan yang telah

dibentuk dalam otak manusia oleh pengalaman- pengalaman ras masa

lampau. Sebagaimana manusia lahir dengan kemampuan ini melihat

dunia dalam tiga dimensi dan mengembangkan kemampuan melalui

pengalaman dan pendidikan, demikian juga manusia dilahirkan

dengan membawa banyak kecenderungan untuk berfikir, merasakan,

dan mempersepsikan menurut pola- pola dan isi- isi tertentu yang

diaktualisasikan melalui pengalaman yang sudah menjadi milik

individu. Manusia cenderung takut pada gelap atau ular karena

bisa diasumsikan bahwa manusia primitif menemukan banyak bahaya

dalam kegelapan dan menjadi korban ular- ular berbisa. Ketakutan-

ketakutan laten ini bisa saja tidak berkembang pada manusia

modern kecuali jika mereka itu diperkuat oleh pengalaman-

pengalaman khusus, walaupun demikian tendesi itu ada dan membuat

orang rentan terhadap pengalaman semacam itu. ide- ide tertentu

mudah terbentuk, misalnya ide tentang “Ada Yang Tertinggi”,

karena kecenderungannya sudah tertanam kuat dalam otak dan hanya

butuh sedikit perkuatan lewat pangalaman individu menjadikannya

muncul dalam kesadaran dan mempengaruhi tingkah laku. Ingatan-

ingatan laten atau potensial ini tergantung pada struktur dan

jejak- jejak inheren yang sudah tertanam dalam otak sebagai hasil

Psikologi Analitik Jung 13

pangalaman kumulatif bangsa manusia. Jung menegaskan bahwa

menyangkal pewarisan ingatan- ingatan primordial ini sama saja

dengan menyangkal evolusi dan pewarisan otak.

Ketidak sadaran kolektif merupakan fondasi ras yang

diwariskan dalam keseluruhan struktur kepribadian. Diatasnya

dibangun aku, ketidaksadaran pribadi, dan semua hal lain yang

diperoleh individu. Apa yang dipelajari seseorang sebagai hasil

dari pengalaman secara substansial dipengaruhi oleh tidaksadaran

kolektif yang melakukan peran mengarahkan atau menyeleksi tingkah

laku sang pribadi sejak awal kehidupan. Bentuk dunia dimana ia

dilahirkan telah dihadirkan dalam dirinya dalam bentuk sebuah

gambaran yang sebenarnya. Gambaran yang sebenarnya ini menjadi

persepsi atau ide konkret lewat identifikasi dirinya dengan

objek- objek di dunia yang sesuai dengan gambaran itu.

pengalaman- pengalaman seseorang tentang dunia sebagian besar

dibentuk oleh ketidaksadaran kolektif, walaupun tidak sepenuhnya,

sebab kalu demikian maka tidak ada variasi dan perkembangan.

Kedua daerah ketidaksadaran dalam jiwa, yakni keridaksadaran

pribadi dan ketidaksadaran kolektif, dapat berjasa besar bagi

manusia. Ketidaksadaran memiliki kemungkinan- kemungkinan yang

dipisahkan dari alam sadar, karena dengan dipisahkan itu ia

mendapatkan semua materi yang bersifat subliminal, yakni semua

hal yang telah dilupakan atau diabaikan maupun kearifan dan

pengalaman selama abad- abad yang tak terhitung jumlahnya, yang

tertanam dalam organ- organ arkhetipenya. Di lain pihak apabila

Psikologi Analitik Jung 14

kebijaksanaan dari ketidaksadaran itu diabaikan oleh ego,

ketidaksadaran ini bisa mengganggu proses- proses rasional sadar

dengan menguasainya dan membelokannya kedalam bentuk- bentuk yang

menyimpang. Simtom- simtom, fobia- fobia, delusi- delusi, dan

irasionalitas lain berasal dari proses- proses ketidaksadaran

yang disisihkan itu.

2.3 ARKHETIPE – ARKHETIPE

Komponen- komoponen struktural dari ketidaksadaran kolektif

disebut dengan berbagai nama: arkhetipe- arkhetipe, dominan – dominan,

gambaran – gambaran, primordial, imago – imago, gambaran – gambaran mitoligis

dan pola – pola tingkah laku (jung, 1943). Arkhetipe adalah suatu bentuk

pikiran, (ide) universal yang mengandung unsure emosi yang besar,

bentuk pikiran ini menciptakan gambaran – gambaran atau visi –

visi yang kehidupan yang sadar normal berkaitan dengan aspek

tertentu dari sutuasi. Misalnya, arkhetipe ibu menghasilkan

gambaran tentang pigur ibu yang kemudian di identifikasi dengan

ibu yang sebenarnya.. dengan kata lain, bayi mewarisi konpesi

yang sudah terbentuk lebih duutentang ibu yang berseipat umum

yang sebagian menentukan bagaimana bayi tersebut akan

mempersepsikan ibunya. Persepsi banyi juga di pengaruhi sifat

ibudan oleh pengalaman – pengalaman bayi tersebut dengan ibunya.

Jadi pengalam bayi adalah produk bergabung antara satu

kecenderungan dari dalam untuk mempersepsikan dunia menurut cara

tertentu, dan hakikan nyata dunia yang bersangkutan. Keddua

factor tersebut biasanya berpadusecara harmonis sebab arkhetipe

Psikologi Analitik Jung 15

itu sendiri merupakan produk dari pengalaman – pengalaman ras

dengan dunia, dan pengalaman – pengalaman sama seperti pengalaman

yang akan dimiiki oleh setiap individu yang hidup dalam setiap

masa dan setiap manapun di dunia ini. Artinya, hakikan pada ibu –

apa yang mereka lakukan – tetap sama sepanjang sejarah ras ,

sehingga arkhetipe ibu yang diwarisi anak cocok dengan ibu

sebenarnya dengan siapa bayi itu berinteraksi.

Bagaimana asal usul arkhetipe? Ia merupakan suatu deposit

permanen dalam jiwa dari suatu pengalaman yang secara konstan

terulang selama banyak generasi. Misalnya, generasai – generasi

yang tak terhitung jumlahnya melihat matahari selalu beredar

setiap hari dari satu horizon ke horizon lain. Pengulangan

ketidak sadaran kolektif dalam bentuk suatu arkhetipe dewa

matahari, badan angkasa yang kuat, berkuasa, dan pemberi cahaya

yang di dewakan dan di sembah manusia. Konsepsi – konsepsi dan

gambaran – gambaran tertentu tentang dewa yang tertinggi

merupakan turunan dari arkhetipe matahari.

Dengan cara yang sama sepanjang hidupnya manusia di

hadapkanpada banyak sekali peristiwa kekuatan – kekuatan : gempa

bumi, air terjun, banjir, angin rebut, petir, kebakaran dan

sebagainya. Dari pengalaman – pengalan ini berkembanganlah

arkhetipe tentang energy, kecenderungan untunk mempersepsikan dan

terpersona oleh kekuatan serta keinginan untuk menciptakan dan

mengontrol kekuatan. Kesukaan anak – anak pada kembang api,

kegandrungan anak – anak muda pada mobil – mobil cepat serta

Psikologi Analitik Jung 16

obsesi orang – orang dewasa untuk melepaska enargi – energy atom

yang tersembunyi., semua berakar dari arkhetipe energy, mannusia

tergolong oleh arkhetipe ini untuk menemukan sumber – sumber yang

baru. Artinya arekhetipe – arkhetipe sebagai pusat – pusat tipe

energy raksasa yang bersipet otonom yang cenderung menghasilkan

pengulangan dan peluasan pengalaman – pengalaman yang sama ini.

Berger (1977) menyatakan bahwa arkhetipe – arkhetipe pada manusia

merupakan padanan detector - detector, bentuk yang belum lama di

temukan pada binatang yang lebih rendah.

Meskipun semua arkhetipe dapat dipandang sebagai sistem –

sistem dinamik otonom yang secara relative bisa menjadi tidak

bisa terggantung pada aspek – aspek lain kepribadian, namun

sejumlah arekhetipe telah berkembang sedemikian jauh sehingga

harus di pandang sebangai sistem – sistem terpisah dalam

kepribadian. Mereka ini persona, anima dan animus serta bayang-

banyang.

1. Persona

Persona adalah topeng yang dipakai sang pribadi sebagai

respon terhadap tuntutan – tuntutan kebiasaan dan tradisi

masyarakat, serta terhadap kebutuuhan – kebutuhan areketipal

sendiri (jung 1945) ia merupakan peranan yang di berikan oleh

masyarakat kepada seseorang, bagian yang oleh masyarakan di

harapkan dimainkan oleh seseorang dalam hidupnya.

Apabila ego mengidentifikasikan diri dengan person. Sebagai

mana sering kali terjadi, maka individu sadar akan bagian yang

Psikologi Analitik Jung 17

di mainkannnya daripada terhadap perasaan perasaan nya yang

sebenarnya. Ia menjadi tersaing dari dirinya , dan seluruh

kepribadianya yang menjadi rata atau yang berdimensi dua. Ia

menjadi manusia tiruan belaka, sekedar pantulan masyarakat bukan

pantulan seorang manusi otonom. Inti dari man person berkembang

adalah sebuah arkhetipe arkhetipe ini, seperti semua arkhetipe

berasal dari semua pengalaman – pengalaman ras; dalam hal ini,

pengalaman – pengalaman terssebut terdiri dari interaksi –

interaksi sosial, diman peran soaial merupakan tujuan yang

berguna bagi manusia sepanjang sejarahnya sebagai bintang –

bintang sosial. ( dalam beberapa hal, persona mirip konsep freud

tentang superego).

2. Anima dan animus

Jung mengaitkan sisi peminim kepribadian pria dan sisi

maskulin sisi kepribadian wanita dengan arkhetipe – arkhetipe.

Arkhetipe feminism pada pria disebut anima, arkhetipe masukulin

pada wanita pada wanita disebut animus (jung, 1945. 1954b).

arkhetipe ini , kendati bisa disebut kromosom – kromosom jenis

dan kelenjar – kelenjar seks adalah produk dari pengalaman –

pengalaman raspria dengan wanita dan wanita dengan pria. Dengan

kata lain, karn hidup bersama wanita selama berabad – abad pria

telah menjadi feminism; karena hidup bersam pria , wanita telah

menadi maskulin.

Anima dan animus juga menimbulkan kesalah pahaman dan

pertantangan apabila gambaran arkhetipenya di proyeksikan tanpa

Psikologi Analitik Jung 18

memperdulikan karakter yang sebenarnya, dan tidak menghiraukan

perbedaa – perbedaan antara yang ideal dan yang real, dia bisa

menderita kekecewaan pahit manakala ia menyadari bahwa keduanya

tidak identik.

3. Baying – bayang

Arkhetipe bayang – bayang juga mengakibatkan munculnya

pikiran – pikiran, perasaan – perasan dan tindakan – tindakan

yang menyenangkan dan patut dicela oleh masyarakat alam kesaran

dan tingkah laku.

Bayang – bayang dengan insting – insting binatangnya yang

bersipat vital dan berkobar – kobar memberikan kualitas penuh

atau tiga dimensi pada kepribadian. Ia membantu membulatkan sang

pribadi seutuuhnya (pembaca bisa melihat persamaan antara bayang

– banyang dan konsep freud tentang id).

4. Diri (self)

Dalam tulisan – tulisanya yang terdahulu, jung membandang

diri sama denga psike atau kepribadian secara keseluruhan. Akan

tetapi, ketika ia mulai menyelidiki dasra – dasar ras kepribdian

dan menemukan arkhetipe – arkhetipa, ia menemukan arkhetipe yang

mencerminkan perjuangan manusia ke arah kesatuan (Wilhelm dan

jung, 1931 ). Arkhetipe ini mengungkapkan diri melaluia berbagai

lambing, dan lambang utamanya adalah mandala atau lingkar magis

(jung, 1955a). dalam bukunyab psychology and alchemy (1944), jung

mengembangkan jengis psikologi tentang totalitas yang

Psikologi Analitik Jung 19

didasarkan pada lambang mandala. Konsep pokok dari psikologi

tentangkesatuan total diri adalah diri.

Diri adalah titik pusat kepribadian, disekitar mana semua

sistem lain terkonstelasikan. Ia mempersatukan sistem – sistem

ini dengan memberika kepribadian dengan kesatuan, keseimbangan

dan ksetabilan pada keribadian.

Diri adalah tujuan hidup, suatu tujuan yang terus menerus di

perjuangaknorng tetapi yang jarang tercapai. Konsep tentang diri

mngkin merupakan penemuan psikologis jung yang terpenting dan

merupakan puncak penlitian – penelitian yang intensef tentang

arkhetipe – arkhetipe.

5. Sikap

Jung membedakan dua sikap atau orientasi atau kpribadian,

yakni sikap aktraversi dan sikap introversi, sikap ekstrafersi

mengarakhan sang pribadi ke dunia luar, dunia objektip; sikap

introversi mengarahkan orang ke dunia dalam, dunia subjektif

(1921).

Kedua sikap yang berlawanan ini ada dalam kpribadian tetapi

diantaranya domina dan sadar, sedangkan yang lain kurang dominan

dan tak sadar . apabila ego lebih bersikap ekstrovert dalam

relasi dengan dunia, maka ketidak sadaran pribadinya akan

bersipat introvert.

6. Fungsi

Psikologi Analitik Jung 20

Ada empat fungsi psikologis fundamental: berfikir melibatkan

ide- ide dan intelek. Dengan berfikir manusia berusaha memahami

hakikat dunia dan dirinya sendiri. Perasaan adalah fungsi

evaluasi ia adalah nilai benda- benda entah bersifat positif

aatau negatif, bagi usbjek. Fungsi perasaan memberikan kepada

manusia pengalaman subjektifnya tentang kenikmatan dan rasa

sakit, amarah, ketakutan, kesedihan, kegembiraaan dan cinta.

Pendirian adalah fungsi perseptual atau fungsi kenyataan. Ia

mengahasilkan fakta- fakta konkret atau bentuk reprentasi dunia.

Intuisi adalah persepsi melalui proses- proses tak sadar dan isi

dibawah ambang kesadaran. Orang yang intuisi melampaui fakta-

fakta perasaan- perasaan dan ide- ide dalam mencari hakikat

kenyataan.

Sifat keempat fungsi diatas dapat dijelaskan dengan contoh

berikut. Andaikan seseorang berdiri dipinggir grand canyon sungai

colorado. Apabila fungsi perasaan lebih menonjol, maka ia akan

mengalami perasaan kagum, kemuliaan dan keindahan yang men

debarkan hati. Apabila ia disukai oleh fungsi pendiriaan maka ia

akan melihat canyon itu semata- mata seperti apa adanya atau yang

seperti yang tampak dalam potret. Apabila fungsi fikiran

menguasai egonya, maka ia akan berusaha memahami canyon itu

menurut prinsip- prinsip dan teori geologi. Akhirnya apabila

fungsi intuitif kuat, maka pengamatan itu akan cenderung melihat

grand canyon sebagai misteri alam yang memiliki arti yang dalam,

di mana sebagian artinya di wahyukan atau dirasakan sebagai

pengalaman mistik.

Psikologi Analitik Jung 21

Bahwa hanya terdapat fungsi psikologis tidak lebih dan tidak

kurang, jung menulis, “Saya sampai pada kesimpulan itu bertolak

dari dasar- dasar empiris murni”.

Pikiran dan perasaan disebut fungsi- fungsi rasio karena mereka

memakai akal, penilaian, abstraksi, dan generalisasi. Mereka

memungkinkan manusia menemukan hukum- hukum dalam alam semesta.

Penindraan dan intuisi dipandang sebagai fungsi irasional, karena

mereka didasarkan pada persepsi tentang hal- hal yang konkret,

khusus, dan aksidental.

Meskipun setiap orang memiliki keempat fungsi tersebut,

namun keempatnya tidak harus berkembang sama baiknya. Biasanya

salah satu diantara keempat fungsi itu berkembang jauh melampaui

ketiga lainnya, dan memainkan perannya yang lebih menonjol dalam

kesadran. Ini disebut fungsi superior. Salah satu dari ketiga

fungsi lainnya biasanya bertindak sebagai pelengkap terhadap

fungsi superior. Apabila kerja fungsi superior terhambat maka

secara otomatis fungsi pelengkap menggantikan fungsi superior.

Fungsi yang paling kurang berkembang dari keempat fungsi itu

disebut fungsi inferior. Fungsi itu direpresikan dan menjadi

tidak sadar. Fungsi inferior mengungkapkan diri dalam mimpi-

mimpi dan fantasi- fantasi. Fungsi inferior itu juga memiliki

fungsi pelengkap.

Apabila keempat fungsi itu ditempatkan dengan jarak yang sma

antara satu dengan yang lainnya pada keliling sebuah lingkaran,

mka pusat lingkaran itu merupakan sistensis dari keempat fungsi

Psikologi Analitik Jung 22

yang berkembang sepenuhnya. Dalam sintesis semacam itu tidak ada

fungsi superior atau fungsi inferior dan tidak ada fungsi

pelengkap. Keempatnya sama kuat dalam kepribadian. Sintesis

demikian itu hanya dapat terjadi bila diri telah diaktualisasikan

sepenuhnya.

Karena aktualisasi diri tidak mungkin tercapai secara penuh,

maka sintesis keempat fungsi tersebut merupakan tujuan ideal,

maka sintesis keempat fungsi tersebut merupakan tujuan ideal yang

diperjuangkan oleh kepribadian.

2.4 Interaksi di antara sistem- sistem kepribadian

Berbagai sistem dan sikap serta fungsi yang hendak mebangun

seluruh kepribadian saling berinteraksi dengan tiga cara yang

berbeda. Salah satu sistem bisa mengkompensasikan kelemahan

sistem lain, salah satu sistem bisa menentang sistem lain, atau

dua sistem atau lebih atau biasa bersatu membentuk sintesis.

Kompensasi bisa dijelaakan dengan interaksi antara sikap

interaversi dan introversi yang berlawanan. Apabila ekstaversi

merupakan sikap ego sadar yang domina atau superior maka

ketidaksdaran akan melakukan kompensasi dengan mengembangkan

sikap sikap intoversi yang direpresikan. Artinya apabila sikap

ekstaversi dikecewakan maka sikap introversi inferior yang tidak

sadar akan memegang kendali kepribadian dan menampilkan diri.

Suatu periode tingkah laku ekstraversi yang kuat biasanya diikuti

oleh suatu periode tingkah laku introversi. Mimpi- mimpi juga

bersifat kompensasi sehingga mimip- mimpi orang yang lebih

Psikologi Analitik Jung 23

dominan ekstravert akan memiliki kualitas introvert, sebaliknya,

mimpi- mimpi orang yang introvert akan cenderung bersifat

ekstrovert.

Kompensasi juga terjadi antar fungsi. Seseorang yang

menekankan pikiran dan perasaan dalam kesadrannya akan menjadi

intuitif, dan akan bertipe pengindraan secara tak sadar. Demikian

juga, ego dan anima pada seorang pria serta ego serta animus pada

seorang wanita melahirkan hubungan kompensatori satu sama lain.

Ego pria normal adalah maskulin sedangkan anima adalah feminim

dan ego wanita yang normal adalah feminim sedangkan animus

maskulin. Pada umumnya semua ini kesadaran dikompensasikan oleh

isi- isi ketidaksadaran. Prinsip kompensasi memberikan semacam

ekuilibrium atau keseimbangan antara unsur- unsur yang saling

bertentangan sehingga mencegah psikhe menjadi tidak seimbang

secra neurotis.

Sebenarnya semua teori kepribadian yang mempunyai keyakinan

atau pandangan apa saja berasumsi bahwa kepribadian mengandung

tendensi- tendensi berlawanan yang bisa berkonflik satu sama

lain. Tak terkecuali jung. Ia yakin bahwa suatu teori psikologi

tentang kepribadian harus didasarkan pada prinsip pertentangan

atau konflik karena tegangan- tegangan yang dihasilkan oleh

unsur- unsur yang bertentangan merupakan hakikat kehidupan itu

sendiri. Tanpa tegangan, maka tidak akan ada energi dan akibatnya

tidak ada kepribadian.

Psikologi Analitik Jung 24

Pertentangan terdapat dimana- mana dalam kepribadian antara

ego dan bayang- bayang, antara ego dan ketidaksadaran pribadi,

antar persona dan anima atau animus, antara persona dan

ketidaksadaran pribadi, antar kolektif dan ego, serta antara

ketidaksadaran kolektif dan pesona. Introversi bertentangan

dengan ekstraversi, pikiran bertentangan dengan perasaan, dan

pendriaan bertentangan dengan intuisi. Ego adalah seperti bola

bulu tangkis yang dipukul bolak- balik antara tuntutan- tuntutan

luar dari masyarakat dan tuntutan- tuntutan batin dari

ketidaksadaran kolektif. Sebagai akibat dari pertarungan ini

berkembanglah persona atau topeng. Persona kemudian diserang oleh

arkhetipe- arkhetipe lain dalam ketidaksadaran kolektif. Sisi

wanita pada pria, yakni anima, menyerbu kodrat maskulin pria dan

animus larut dalam feminitas wanita. Pertarungan antara daya-

daya rasional dan irasional dalam psikhe tidak pernah berakhir.

Konflik merupakan fakta kehidupan yang dimana- mana.

Haruskah kepribadian menjadi sebuah rumah yang terpecah

belah melawan dirinya sendiri? Jung yakin tidak. Unsur- unsur

yang berlawanan itu tidak hanya saling bertentangan, tetapi juga

saling menarik dan mencari. Situasi ini analog dengan suami

isteri yang saling bertengkar namun tetap dipersatukan justru

oleh perbedaan- perbedaan yang menimbulkan perselisihan tersebut.

Kesatuan dari yang berlawanan tercapai lewat apa yang oleh jung

disebut fungsi transenden. Bekerjanya fungsi ini menghasilakn

sistesis antara sistem- sistem yang bertentangan dan membentuk

Psikologi Analitik Jung 25

kepribadian yang seimbang dan terintegrasi. Pusat dari

kepribadian yang terintegrasi ini adalah diri (self).

2.5 Contoh Kasus

Michel adalah seorang mahasiswa yang ingin dapat bergabung

dengan teman- teman sebayanya, ia berusaha begitu keras sehingga

memiliki sifat minder (kompleks inferioritas). Ia terlalu

menghawatirkan bagaimana citra dirinya dibandingkan dengan

setatus orang lain, ia selalu berusaha untuk melebihi orang lain,

namun masih tetap merasa inferior. Apakah mungkin pola responnya

ini berhasil dari konflik yang tidak terselesaikan pada masa

kanak- kanak Michel? Istilah “Kompleks” diciptakan oleh C.G. Jung

untuk merujuk pada dorongan terepresi yang mempengaruhi perilaku

seseorang (seperti oedipus- kompleks pada freud). Namun istilah

tersebut pada akhirnya digunakan oleh psikoanalisa Alfred Adler

untuk menggambarkan perjuangan anak dalm menekan dan mengatasi

perasaaan kecil dan tidak berdaya. Sebagai contoh,seorang anak

laki- laki mungkin merasa dirinya inferior dalam segala hal,

mulai dari bakat berolahraga (dibandingkan dengan kakak laki-

lakinya) hingga ukuran penis (dibandingkan dengan ayahnya), dan

perjuangan intrapsikis untuk menghadapi hal- hal tersebut

pastilah terjadi. Adler menyebut hal ini sebagai kompleks

inferioritas, istilah yang sama dengan yang umum digunakan saat

ini.

Hal yang signifikan dari ide adler adalah idenya untuk

secara eksplisit menyatakan perbandingan dan persaingan dengan

Psikologi Analitik Jung 26

orang lain. Sara adalah teman michel yang berusia 19 tahun yang

berusaha meraih gelar dokter, terkadang tidak dapat tidur pada

malam hari karena mengkhawatirkan pilihan kariernya. Ia sukses

dalam kuliah sarjana kedokteran, tetapi ia adalah orang pertama

dalam keluarganya yang berkarier dibidang medis. Memang sebagian

besar keluarganya tidak pernag menginjak bangku kuyliah. Sebagai

tambahan ia juga meninggalkan teman- teman SMU- nya dan terkadang

merasa tidak yakin dengan apa yang harus ia lakukan.ia benci akan

komentar yang dilontarkan teman laki- lakinya tentang “dokter

wanita jelek”. Kita akan paham jika ia dikatakan memilki “krisis

identitas”.

BAB III

Psikologi Analitik Jung 27

KESIMPULAN

Carl Gustav Jung lahir di Kesswyl, suatu kota dikawasab Lake

Costance di Canton Thurgau, swiss, pada tanggal 26 Juli, 1875,

dan besar di Basel. Ayahnya adalah seorang pendeta pada Gereja

Reformasi Swiss. Jung masuk Universitras basel dengan tujuan

untuk menjadi seorang arkeologi tetapi suatu mimpi telah

membangkitkan minatnya dalam study ilmu- ilmu alam dan secara

kebetulan dalam ilmu kedokteran. Setelah ia mendapat gelar

kedokteran dari universitas Basel ia menjadi asisten pada Rumah

Sakit Jiwa di Burghlzli, Zurich, dan Klinik Psikiatri Zurich dan

mulailah kariernya dalam psikiatri.dia membantu dan kemudian

bekerja sama dengan Eugen Bleuler, psikiater terkenal yang

mengembangkan konsep tentang skizofrenia, dan belajar sebentar

pada Pierre Jenet, murud dan pengganti Charcot di Paris. Dalam

tahun 1909 ia melepaskan pekerjaannya di Burgholzli dan pada

tahun 1913 ia melepaskan jabatan lektor dalam psikiatri pada

Universitas Zurich supaya dapat mencurahkan seluruh waktunya

untuk praktik privat, memberikan latihan, penelitian, bepergian

dan menulis.

Menurut teori Jung, keseluruhan kepribadian (pikiran) atau

Psyche terbagi menjadi 3 bagian: Ego Sadar, Ketidaksadaran

Personal (kepribadian) beserta kompleks- kompleksnya,

Ketidaksadaran Kolektif beserta Arkhetipe- arkhetipe yaitu

persona, anima & animus, dan bayang- bayang atau shadow. Di

samping sistem- sistem yang saling tergantung ini terdapat sikap-

sikap introversi dan ekstraversi, serta fungsi- fungsi pikiran,

Psikologi Analitik Jung 28

perasaan, pendirian dan intuisi. Akhirnya terdapat diri (self)

yang merupakan pusat dari seluruh kepribadian.

Komponen- komoponen struktural dari ketidaksadaran kolektif

disebut dengan berbagai nama: arkhetipe- arkhetipe, dominan – dominan,

gambaran – gambaran, primordial, imago – imago, gambaran – gambaran mitoligis

dan pola – pola tingkah laku (jung, 1943). Arkhetipe adalah suatu bentuk

pikiran, (ide) universal yang mengandung unsure emosi yang besar,

bentuk pikiran ini menciptakan gambaran – gambaran atau visi –

visi yang kehidupan yang sadar normal berkaitan dengan aspek

tertentu dari sutuasi. Misalnya, arkhetipe ibu menghasilkan

gambaran tentang pigur ibu yang kemudian di identifikasi dengan

ibu yang sebenarnya.. dengan kata lain, bayi mewarisi konpesi

yang sudah terbentuk lebih duutentang ibu yang berseipat umum

yang sebagian menentukan bagaimana bayi tersebut akan

mempersepsikan ibunya. Persepsi banyi juga di pengaruhi sifat

ibudan oleh pengalaman – pengalaman bayi tersebut dengan ibunya.

Jadi pengalam bayi adalah produk bergabung antara satu

kecenderungan dari dalam untuk mempersepsikan dunia menurut cara

tertentu, dan hakikan nyata dunia yang bersangkutan. Keddua

factor tersebut biasanya berpadusecara harmonis sebab arkhetipe

itu sendiri merupakan produk dari pengalaman – pengalaman ras

dengan dunia, dan pengalaman – pengalaman sama seperti pengalaman

yang akan dimiiki oleh setiap individu yang hidup dalam setiap

masa dan setiap manapun di dunia ini. Artinya, hakikan pada ibu –

apa yang mereka lakukan – tetap sama sepanjang sejarah ras ,

Psikologi Analitik Jung 29

sehingga arkhetipe ibu yang diwarisi anak cocok dengan ibu

sebenarnya dengan siapa bayi itu berinteraksi.

Meskipun semua arkhetipe dapat dipandang sebagai sistem –

sistem dinamik otonom yang secara relative bisa menjadi tidak

bisa terggantung pada aspek – aspek lain kepribadian, namun

sejumlah arekhetipe telah berkembang sedemikian jauh sehingga

harus di pandang sebangai sistem – sistem terpisah dalam

kepribadian. Mereka ini persona, anima dan animus serta bayang-

banyang.

Psikologi Analitik Jung 30

DAFTAR PUSTAKA

Taniputera. 2005. Psikologi Kepribadian. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Alwisol. 2004. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press.

Hall, CS., & Lindzey, G. 1993. Teori- teori Psikodinamik

(Klinis). Ahli bahasa oleh Yustinus. Yogyakarta: Kanisius.

Psikologi Analitik Jung 31