gangguan kepribadian
TRANSCRIPT
GANGGUAN KEPRIBADIAN
MAKALAH
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Psikologi
oleh
Erlina Sugi Heria 1104186
Annisa Nur Pratiwi 1104163
Winda Prabaniti Wijaya 1104125
Gina Agytha Rahayu 1104166
Fadel Khafi 1104185
SEKOLAH TINGGI KESEJAHTERAAN SOSIAL
BANDUNG
2012
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kami, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Gangguan
Kepribadian” ini dengan lancar. Penulisan makalah ini bertujuan
untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen
pembimbing mata kuliah Psikologi.
Kami ucapkan terima kasih kepada ibu dosen pembimbing,
atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini. Juga
kepada rekan-rekan sekelompok atas bantuan dan kerjasamanya
sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.
Kami berharap, dengan membaca makalah ini dapat memberi
manfaat bagi kita semua, dan dapat menambah wawasan kita
terutama dalam hal Penanganan Penyandang Masalah Kesejahteraan
Sosial, khususnya bagi penanganan klien yang mengalami Gangguan
Kepribadian. Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, maka
dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
mendukung dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih
baik.
Bandung, 1 Maret 2012
PENULIS
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………………………………………………..…i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….….ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penulisan……………………………………………1
1.2 Tujuan Penulisan…………………………………………………….1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Gangguan Kepribadian……………………………..……..2
2.2 Faktor Penyebab Gangguan Kepribadian………………..
…………....3
2.3 Gejala Umum Gangguan Kepribadian………………………………...4
2.4 Klasifikasi dan Diskripsi Gangguan Kepribadian…..
…………………..5
2.5 Resiko Gangguan Kepribadian…………………………………………11
2.6 Treatment bagi Penderita Gangguan
Kepribadian…………………….12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan……………………………………………………….……17
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...….18
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penulisan
Gangguan kepribadian menurut Rusdi Malim (1998) yang
merujuk pada PPGDJ-III (Pedoman Penggolongan diagnose Gangguan
Jiwa III) adalah paranoid, schizoid, emosional tak stabil tipe
implusif dan ambang, historic, anankastik, cemas (menghindar),
dependen, khas lainnya yang tidak tergolongkan.
Gangguan Kepribadian adalah istilah umum untuk suatu jenis
penyakit mental di mana cara berpikir, memahami situasi, dan
berhubungan dengan orang lain tidak berfungsi.
Sedangkan gangguan kepribadian menurut Kaplan dan Saddock
adalah suatu varian dari sifat karakter tersebut yang diluar
rentang yang ditemukan pada sebagian besar orang. Hanya jika
sifat kepribadian tidak fleksibel dan maladaptif dan dapat
menyebabkan gangguan fungsional yang bermakna atau penderitaan
subyektif maka dimasukkan sebagai kelas gangguan kepribadian.
Jadi, pembuatan makalah ini bermaksud agar kita lebih paham
dan mengerti apa itu gangguan kepribadian serta sebagai salah
satu tugas dari mata kuliah Psikologi untuk Peksos II dengan
pokok bahasan Psikologi Abnormal.
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan Umum
Untuk memperoleh gambaran yang nyata tentang
apa itu gangguan kepribadian.
Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui apa itu pengertian dari gangguan
kepribadian
b. Mengetahui faktor penyebab timbulnya gangguan
kepribadian
c. Mengetahui gejala umum gangguan kepribadian
d. Mengetahui klasifikasi dan diskripsi gangguan
kepribadian
e. Mengetahui resiko gangguan kepribadian
f. Treatment bagi gangguan kepribadian
BAB II
PEMBAHASAN
2. 1 Pengertian Gangguan Kepribadian
Pengertian Gangguan Kepribadian Menurut beberapa ahli :
Koswara (1991) dalam pengertian sehari-hari kepribadian
adalah bagaimana individu menampilkan dan menimbulkan
kesan bagi individu lain.
Maramis (1999) kepribadian adalah keseluruhan pola
pikiran, perasaan, dan perilaku yang sering digunakan
oleh seseorang dalam usaha adaptasi yang terus menerus
terhadap hidupnya.
Rusdi Malim (1998) yang merujuk pada PPGDJ-III (Pedoman
Penggolongan diagnose Gangguan Jiwa III) adalah
paranoid, schizoid, emosional tak stabil tipe implusif
dan ambang, historic, anankastik, cemas (menghindar),
dependen, khas lainnya yang tidak tergolongkan.
Gangguan Kepribadian adalah istilah umum untuk suatu
jenis penyakit mental di mana cara berpikir, memahami
situasi, dan berhubungan dengan orang lain tidak
berfungsi.
Kaplan dan Saddock adalah suatu varian dari sifat
karakter tersebut yang diluar rentang yang ditemukan
pada sebagian besar orang. Kaplan dan Saddock
mendefinisikan kepribadian sebagai totalitas sifat
emosional dan perilaku yang menandai kehidupan
seseorang dari hari ke hari dalam kondisi yang
biasanya, kepribadian relatif stabil dan dapat
diramalkan.
Hanya jika sifat kepribadian tidak fleksibel dan maladaptif
dan dapat menyebabkan gangguan fungsional yang bermakna atau
penderitaan subyektif maka dimasukkan sebagai kelas gangguan
kepribadian. Orang yang mengalami kepribadian biasanya memiliki
tingkah laku yang kompleks dan berbeda-beda berupa :
Ketergantungan yang berlebihan
Ketakutan yang berlebihan dan intimitas
Kesedihan yang mendalam
Tingkah laku yang eksploitatif
Kemarahan yang tidak dapat dikontrol
Kalau masalah mereka tidak ditangani
Gangguan kepribadian merupakan suatu gangguan berat pada
karakter dan kecenderungan perilaku pada individu. Gangguan
tersebut melibatkan beberapa bidang kepribadian dan berhubungan
dengan kekacauan pribadi dan sosial. Gangguan itu dapat
disebabkan oleh faktor hereditas dan pengalaman hidup pada awal
masa kanak-kanak.
Diagnosa terjadinya gangguan kepribadian pada seseorang yang
di dasarkan pada bentuk perilaku, mood, sosial interaksi,
impulsif, dapat menjadi suatu hal yang kontroversial dan
merugikan individu bersangkutan, kebanyakan orang awam
memberikan sebutan label atau pelbagai stigma tertentu pada
mereka. Akibatnya, individu tersebut semakin enggan untuk
berobat dan melakukan isolasi diri.
Kemunculan gangguan kepribadian berawal kemunculan distres,
yang dilanjutkan pada penekanan perasaan-perasaan tersebut dan
berperilaku tertentu seperti orang mengalami distres pada
umumnya. Rendahnya fungsi interaksi sosial di lingkungan tempat
tinggal dan lingkungan kerja ikut memperburuk kondisi dan
suasana emosi dengan cara mendramatisir, menyimpan erat,
mengulang atau mengingat kembali suasana hati (obsesif), dan
antisosial.
Beberapa perilaku tersebut menganggu individu dan aktivitas
sehari-harinya, secara umum individu yang mengalami gangguan
kepribadian kesulitan untuk mempertahankan atau menlanjuti
hubungan dengan orang lain. Hal ini disebabkan oleh
permasalahan interpersonal yang kronis, atau kesulitan dalam
mengenal perasaan-perasaan (emosi) sendiri yang muncul dalam
dirinya.
Penderita gangguan kepribadian mempunyai karakteristik
perilaku yang kaku sulit menyesuaikan diri sehingga orang lain
seperti bersikap impulsif, lekas marah, banyak permintaan,
ketakutan, permusuhan, manipulatif, atau bahkan bertindak
kasar. Problem ketergantungan pada alkohol, gangguan mood,
kecemasan dan gangguan makan, melakukan hal-hal yang berbahaya
terhadap diri sendiri, keinginan bunuh diri, gangguan seksual
sering menjadi bagian dari permasalahan gangguan kepribadian.
2.2 Faktor Penyebab Gangguan Kepribadian
1. Faktor Genetika
Satu buktinya berasal dari penelitian gangguan psikiatrik
pada 15.000 pasangan kembar di Amerika Serikat. Diantara kembar
monozigotik, angka kesesuaian untuk gangguan kepribadian adalah
beberapa kali lebih tinggi dibandingkan kembar dizigotik.
Selain itu menurut suatu penelitian, tentang penilaian multiple
kepribadian dan temperamen, minat okupasional dan waktu luang,
dan sikap social, kembar monozigotikyang dibesarkan terpisah
adalah kira-kira sama dengan kembar monozigotik yang dibesarkan
bersama-sama.
2. Faktor Temperamental
Faktor temperamental yang diidentifikasi pada masa anak-anak
mungkin berhubungan dengan gangguan kepribadian pada masa
dewasa. Contohnya, anak-anak yang secara temperamental
ketakutan mungkin mengalami kepribadian menghindar.
3. Faktor Biologis
Hormon , orang yang menunjukkan sifat impulsive
seringkali juga menunukkan peningkatan kadar
testosterone, 17-estradiol dan estrone.
Neurotransmitter , penilaian sifat kepribadian dan
system dopaminergik dan serotonergik, menyatakaan
suatu fungsi mengaktivasi kesadaran dari
neurotransmitter tersebut. Meningkatkan kadaar
serotonin dengan obat seretonergik tertentu seperti
fluoxetine dapat menghasilkan perubahan dramatik pada
beberapa karakteristik kepribadian. Serotonin
menurunkan depresi, impulsivitas.
Elektrofisiologi , perubahan konduktansi elektrik pada
elektroensefalogram telah ditemukaan pada beberaapa
pasien dengan gangguan kepribadian, paling sering
pada tipe antisocial dan ambang, dimana ditemukan
aktivitas gelombang lambat.
4. Faktor Psikoanalitik
Sigmund Freud menyatakan bahwa sifat kepribadian berhubungan
dengan fiksasi pada salah satu stadium perkembangan
psikoseksual. Fiksasi pada stadium anal, yaitu anakyang
berlebihan atau kurang pada pemuasan anal dapat menimbulkan
sifat keras kepala, kikir dan sangat teliti.
2.3 Gejala Umum Gangguan Kepribadian
Individu dengan gangguan kepribadian sarat dengan pelbagai
pengalaman konflik dan ketidakstabilan dalam beberapa aspek
dalam kehidupan mereka. Gejala secara umum gangguan kepribadian
berdasarkan kriteria dalam setiap kategori yang ada. Secara
umum gangguan ini klasifikasikan berdasarkan :
1. Pengalaman dan perilaku individu yang menyimpang dari
social expectation. Penyimpangan pola tersebut pada
satu atau lebih:
o Cara berpikir (kognisi) termasuk perubahan persepsi dan
interpretasi terhadap dirinya, orang lain dan waktu.
o Afeksi (respon emosional terhadap terhadap diri
sendiri, labil, intensitas dan cakupan)
o Fungsi-fungsi interpersonal
o Kontrol terhadap impuls
2. Gangguan-gangguan tersebut bersifat menetap dalam diri
pribadi individu dan berpengaruh pada situasi sosial.
3. Gangguan kepribadian yang terbentuk berhubungan erat
dengan pembentukan distress atau memburuknya hubungan
sosial, permasalahan kerja atau fungsi-fungsi sosial
penting lainnya.
4. Pola gangguan bersifat stabil dengan durasi lama dan
gangguan tersebut dapat muncul dan memuncak menjelang
memasuki dewasa dan tidak terbatas pada episode penyakit
jiwa.
5. Gangguan pola kepribadian tidak disebabkan oleh efek-efek
psikologis yang muncul yang disebabkan oleh kondisi medis
seperti luka di kepala.
2.4 Macam-macam Gangguan Kepribadian
Kelompok A (cenderung berpikir atau berperilaku anehdan
eksentrik/ tampak aneh) :
Paranoid
Gangguan kepribadian paranoid ditandai oleh ketidakpercayaan
kepada orang lain dan kecurigaan berlebih bahwa orang di
sekitarnya memiliki motif jahat. Orang dengan kelainan ini
cenderung memiliki kepercayaan yang berlebihan pada
pengetahuan dan kemampuan mereka sendiri dan biasanya
menghindari hubungan dekat. Mereka mencari makna tersembunyi
dalam segala sesuatu dan membaca niat bermusuhan ke dalam
tindakanorang lain. Mereka suka mengetest kesetiaan teman
dan orang-orang terkasih dan sering tampak dingin dan
menjauh. Mereka biasanya suka menyalahkan orang lain dan
cenderung membawa dendam lama.
Gejala Paranoid Personality Disorder:
1. Enggan untuk memaafkan karena dianggap penghinaan.
2. Sensitivitas yang berlebihan.
3. Susah percaya kepada orang lain dan kemandirian
berlebihan.
4. Cenderung suka menyalahkan ke orang lain.
5. Selalu melakukan mengantisipasi terhadap pengkhianatan.
6. Agresif dan gigih untuk hak-hak pribadi.
7. Curigaan parah
Schizoid
Orang dengan gangguan kepribadian Schizoid menghindari
hubungan dengan orang lain dan tidak menunjukkan banyak
emosi. Tidak seperti avoidants, schizoids benar-benar lebih
suka menyendiri dan tidak diam-diam menginginkan
popularitas. Mereka cenderung mencari pekerjaan yang
memerlukan sedikit kontak sosial. keterampilan sosial mereka
lemah dan mereka tidak menunjukkan perlunya perhatian atau
penerimaan. Mereka dianggap tidak punya selera humor dan
jauh dan sering disebut sebagai “penyendiri.”
Gejala Schizoid Personality Disorder :
1. Lemahnya kemampuan interpersonal.
2. Kesulitan mengekspresikan kemarahan, bahkan ketika
diprovokasi “penyendiri” mentalitas, menghindari situasi
sosial.
3. Orang lain menganggap dia jauh, menyendiri, dan tidak bisa
terikat dengan orang lain.
4. Rendah gairah seksual
5. Tidak responsif pada pujian atau kritik
Schizotypal
Banyak yang percaya bahwa gangguan kepribadian schizotypal
mewakili skizofrenia ringan. Gangguan ini ditandai oleh
bentuk-bentuk berpikir dan memahami dengan cara yang aneh,
dan individu dengan gangguan ini sering mencari isolasi
dariorang lain . Mereka kadang-kadang percaya untuk memiliki
kemampuan indra yang ekstra atau kegiatan yang tidak
berhubungan berhubungan dengan mereka dalam beberapa cara
penting. Mereka umumnya berperilaku eksentrik dan sulit
berkonsentrasi untuk waktu yang lama. pidato mereka sering
lebih rumit dan sulit untuk diikuti.
Gejala Personality Disorder Schizotypal :
1. Aneh atau tingkah laku atau penampilan eksentrik.
2. Bertakhyul atau sibuk dengan fenomena paranormal.
3. Sulit untuk mengikuti pola bicara.
4. Perasaan cemas dalam situasi sosial.
5. Kecurigaan dan paranoia.
6. Suka berpikir menganai kepercayaan aneh atau magis.
7. Nampak pemalu, suka menyendiri, atau menarik diri dari
orang lain
Kelompok B (cenderung emosi dalam berpikir dan berperilaku) :
Antisosial
Banyak yang salah paham bahwa gangguan kepribadian
antisosial mengacu pada orang yang memiliki keterampilan
sosial yang buruk. Sebaliknya, gangguan kepribadian
antisosial ditandai oleh kurangnya hati nurani. Orang dengan
gangguan ini rentan terhadap perilaku kriminal, percaya
bahwa korban-korban mereka lemah dan pantas dimanfaatkan.
Antisocials cenderung suka berbohong dan mencuri. Sering
kali, mereka tidak hati-hati dengan uang dan mengambil
tindakan tanpa berpikir tentang konsekuensinya . Mereka
sering agresif dan jauh lebih peduli dengan kebutuhan mereka
sendiri daripada kebutuhan orang lain.
Gejala Gangguan Kepribadian antisosial :
1. Mengabaikan untuk perasaan orang lain.
2. Impulsif dan tidak bertanggung jawab pengambilan
keputusan.
3. Kurangnya rasa penyesalan karena merugikan orang lain.
4. Berbohong, mencuri, perilaku kriminal lainnya.
5. Mengabaikan untuk keselamatan diri dan orang lain
Ambang/ Borderline
Merupakan suatu gangguan kepribadian yang menyebabkan
penderita tidak memiliki rasa diri yang jelas dan konsisten
serta tidak pernah memiliki kepastian dalam nilai – nilai,
loyalitas, dan pilihan karier mereka. Mereka tidak tahan
berada dalam kesendirian, memiliki rasa takut di abaikan,
dan menuntut perhatian. Mudah mengalami perasaan depresi dan
perasaaan kosong yang kronis, mereka seringkali mencoba
bunuh diri dan melakukan tindakan memutilasi diri sendiri
(Davidson, Neale, Kring, 2004).
Gejala Gangguan Kepribadian Ambang/ Borderline :
1. Berupaya keras untuk mencegah agar tidak di abaikan
2. Ketidakstabilan dan intensitas ekstrem dalam hubungan
interpersonal
3. Rasa diri (sense of self) yang tidak stabil
4. Perilaku impulsif
5. Perilaku bunuh diri (berupa sinyal atau sungguh – sungguh
mencoba)
6. Kelabilan emosional yang ekstrem
7. Perasaan kosong yang kronis
8. Sangat sulit mengendalikan kemarahan
9. Pikiran paranoid dan sintom – sintom disosiatif yang di
picu oleh stres.
Histrionic
Orang dengan gangguan kepribadian Histrionicadalah pencari
perhatian konstan. Mereka perlu menjadi pusat perhatian
setiap waktu, sering menggangguorang lain untuk mendominasi
pembicaraan. Mereka menggunakan bahasa muluk-muluk untuk
menggambarkan kejadian sehari-hari dan mencari pujian
konstan. Mereka suka berpakaian ”yang memancing” atau
melebih-lebihkan kelemahannya untuk mendapatkan perhatian.
Mereka juga cenderung membesar-besarkan persahabatan dan
hubungan, percaya bahwa setiaporang menyukai mereka. Mereka
sering manipulatif.
Gejala Personality Disorder Histrionic :
1. Kebutuhan untuk menjadi pusat perhatian.
2. Berpakaian atau melakukan tindakan-tindakan provokatif.
3. Emosinya dapat berubah dengan cepat.
4. Melebih-lebihkan persahabatan.
5. Terlalu-dramatis , terkadang sangat ”lebay”.
6. Mudah dipengaruhi, gampang dibujuk.
Narcissistic
Gangguan kepribadian Narcissistic dicirikan oleh
keterpusatan diri. Seperti gangguan Histrionic, orang-orang
dengan gangguan ini senang mencari perhatian dan pujian.
Mereka membesar-besarkan prestasi mereka, mengharapkan orang
lain untuk mengakui mereka sebagai superior. Mereka
cenderung teman, karena mereka percaya bahwa tidak sembarang
orang yang layak menjadi teman mereka. Narsisis cenderung
membuat kesan pertama yang baik, namun mengalami kesulitan
menjaga hubungan jangka panjang. Mereka umumnya tidak
tertarik pada perasaan orang lain dan dapat mengambil
keuntungan dari mereka.
Gejala narsisistik Personality Disorder:
1. Membutuhkan pujian dan kekaguman berlebihan
2. Mengambil keuntungan dari orang lain
3. Merasa diri penting
4. Kurangnya empati
5. Berbohong, diri dan orang lain.
6. Terobsesi dengan fantasi ketenaran, kekuasaan, atau
kecantikan
Kelompok C (cenderung tampak cemas dan ketakutan) :
Avoidant
Gangguan kepribadian yang ditandai dengan kegelisahan sosial
yang ekstrim. Orang dengan gangguan ini sering merasa ”tidak
cukup”, menghindari situasi sosial, dan mencari pekerjaan
dengan sedikit kontak dengan orang lain. Avoidant takut
ditolak dan khawatir jika mereka memalukan diri mereka
sendiri di depan orang lain. Mereka membesar-besarkan
potensi kesulitan pada situasi baru untuk membuat orang
berpikir agar menghindari situasi itu. Sering kali, mereka
akan menciptakan dunia fantasi untuk pengganti yang asli.
Tidak seperti gangguan kepribadian skizofrenia, avoidant
merindukan hubungan sosial, tetapi belum merasa merekabisa
mendapatkannya. Mereka sering mengalami depresi dan memiliki
kepercayaan diri yang rendah.
Gejala Personality Disorder Avoidant :
1. Keengganan dalam relasi sosial; mundur dari orang lain
dalam mengantisipasi penolakan
2. Terobsesi denga tolakan atau kritikan dalam situasi sosial
3. Takut dianggap memalukan, sehingga menghindari kegiatan
baru
4. Miskin citra diri; perasaan tidak puas dalam kehidupan
sosial
5. Keinginan untuk meningkatkan hubungan sosial
6. Nampak sibuk sendiri dan tidak ramah
7. Menciptakan kehidupan fantasi rumit
Dependent
Gangguan kepribadian ini ditandai dengan kebutuhan untuk
dijaga. Orang dengan kelainan ini cenderung bergantung pada
orang dan merasa takut kehilangan mereka. Mereka mungkin
menjadi bunuh diri ketika berpisah dengan orang yang
dicintai. Mereka cenderung untuk membiarkan orang lain
mengambil keputusan penting bagi mereka dan sering melompat
dari hubungan satuke hubungan yang lainnya. mereka sering
bertahan dalam suatu hubungan, walaupun sering dikasari atau
disakiti. kepekaan berlebih terhadap penolakan umum. Mereka
sering merasa tak berdaya dan tertekan.
Gejala Gangguan Kepribadian Dependent :
1. Kesulitan membuat keputusan
2. Perasaan tidak berdaya saat sendirian
3. Berpikir ingin bunuh diri jika ditalak
4. Pasrah
5. Merasa terpuruk jika dikritik atau ketika tisak disetujui
idenya.
6. Tidak dapat memenuhi tuntutan hidup sehari hari
Obsesif-Kompulsif
Nama gangguan kepribadian Obsesif-Kompulsif (OCDP) mirip
dengan kecemasan obsesif-kompulsif, namun keduanya sangat
berbeda. Orang dengan gangguan kepribadian obsesif-kompulsif
terlalu fokus pada keteraturan dan kesempurnaan. Mereka
harus melakukan segalanya “benar” sering mengganggu
produktivitas mereka. Mereka cenderung untuk terjebak dalam
halhal yang detil, namun kehilangan gambaran yang lebih
besar. Mereka menetapkan standar yang tinggi tidak masuk
akal untuk diri mereka sendiri dan orang lain, dan cenderung
sangat kritis terhadap orang lain ketika mereka tidak hidup
sampai saat ini standar yang tinggi. Mereka menghindari
bekerja dalam tim, percaya orang lain terlalu ceroboh atau
tidak kompeten. Mereka menghindari membuat keputusan karena
mereka takut membuat kesalahan dan jarang murah hati dengan
waktu atau uang. Mereka sering mengalami kesulitan
mengekspresikan emosi.
Gejala Gangguan Kepribadian Obsesif-Kompulsif:
1. Mencari kesempurnaan dan disiplin yang berlebihan
2. Suka dengan ketertiban
3. Kaku
4. Kurang murah hati
5. Terlalu fokus pada detail dan aturan
6. Suka bekerja keras untuk bekerja, kadang berlebihan.
2.5 Resiko Gangguan Kepribadian
Individu yang tidak segera melakukan pengobatan, gangguan
kepribadian dapat berdampak pada :
(1) Isolasi sosial, kehilangan sahabat-sahabat terdekat yang
disebabkan ketidakmampuan untuk menjalani hubungan yang
sehat, rasa malu yang disebabkan putusnya hubungan dengan
masyarakat
(2) Bunuh diri, melukai diri sendiri sering terjadi pada
individu yang mengalami gangguan kepribadian ambang dan
cluster B
(3) Ketergantungan pada alkohol dan obat-obatan
(4) Depresi, kecemasan dan gangguan makan. Untuk semua
cluster mempunyai resiko berkembangnya problema psikologis
lainnya
(5) Perilaku berbahaya yang dapat merusak diri sendiri.
Penderita gangguan kepribadian ambang berpotensi melakukan
tindakan berbahaya, tanpa perhitungan seperti terlibat
pada seks bebas beresiko atau terlibat dalam perjudian.
Pada gangguan kepribadian dependen beresiko mengalami
pelecehan seksual, emosional, atau kekerasan fisik karena
individu ini hanya mengutamakan pada bertahan hubungan
semata (bergantung pada orang tersebut)
(6) Kekerasan atau bahkan pembunuhan. Perilaku agresif pada
gangguan kepribadian paranoid dan antisosial
(7) Tindakan kriminal. Gangguan kepribadian antisosial
mempunyai resiko lebih besar melakukan tindakan kriminal.
Hal ini dapat mengakibatkan diri bersangkutan dipenjara
(8) Gangguan simtom yang ada dapat menjadi lebih buruk
dikemudian hari bila tidak mendapatkan perawatan secara
baik.
2.6 Treatment bagi Penderita Gangguan Kepribadian
Treatment secara spesifik, menurut diskripsi gangguan
kepribadiannya :
Kelompok A
A. Paranoid
Psikoterapi – Pasien paranoid tidak bekerja baik dalam
psikoterapi kelompok, karena itu ahli terapi harus berhadapan
langsung dalam menghadapi pasien dan harus diingat bahwa
kejujuran merupakan halyang sangat penting bagi pasien.
Farmakoterapi – Farmakoterapi berguna dalam menghadapi
agitasi dan kecemasan. Pada sebagian besar kasus obat anti
anxietas sepertidiazepam dapat digunakan.
B. Skizoid
Psikoterapi – Dalam lingkungan terapi kelompok, pasien
gangguan kepribadiaan schizoid mungkin diam untuk jangka
waktu yang lama, namun suatu waktu, mereka akan ikut
terlibat.
Pasien harus dilindungi dari serangan agresif anggota
kelompok lain mengingat kecenderungan mereka akan ketenangan.
Dengan berjalaannya waktu, anggota kelompok menjadi penting
bagi pasien schizoid dan dapaat memberikan kontak sosial.
Farmakoterapi – Dengan antipsikotik dosis kecil, anti
depresan dan psikostimulan dapat digunakan dan efektif pada
beberapa pasien.
C. Skizotipal
Psikoterapi – Pikiran yang aneh dan ganjil pada pasien
gangguan kepribadian skizotipal harus ditangani dengan
berhati-hati. Beberapa pasien terlibat dalam pemujaan,
praktek religius yang aneh. Ahli terapi tidak boleh
menertawakan aktivitas tersebut atau mengadili kepercayaan
atau aktivitas mereka.
Farmakoterapi – Medikasi antipsikotik mungkin berguna
dalaam menghadapi gagasan mengenai diri sendiri, wahaam dan
gejala lain dari gangguan dan dapaat digunakan bersama-sama
psikoterapi. Penggunaan haloperidol dilaporkan memberikan
hasil positif pada.
Kelompok B
A. Antisosial
Psikoterapi – Jika pasien merasa berada diantara teman-
teman sebayanya, tidak adanya motivasi mereka untuk berubah
bisa menghilang, kemungkinan karena hal itulah kelompok yang
menolong diri sendiri akan lebih berguna dibandingkan di
penjara dalam menghilangkan gangguan.
Tetapi ahli terapi harus menemukan suatu cara untuk
menghadapi perilaku merusak pada pasien. Dan untuk mengatasi
rasa takut pasien terhadap keintiman, ahli terapi harus
mengagalkan usaha pasien untuk melarikan diri dari perjumpaan
dengan orang lain.
Farmakoterapi – Farmakoterapi digunakan untuk menghadaapi
gejala yang diperkirakan akan timbul seperti kecemasan,
penyerangan dan depresi.
B. Ambang/ Borderline
Psikoterapi – Pendekatan berorientasi realitas lebih
efektif dibandingkan interpretasi bawah sadar secaraa
mendalam. Terapi perilaku digunakan pada pasiem gangguan
kepribadian ambang untuk mengendalikan impuls dan ledakan
kemarahan dan untuk menurunkan kepekaan terhadaap kritik dan
penolakan.
Latihan keterampilan social, khususnya dengan video tape,
membantu pasien untuk melihat bagaimana tindakan mereka
mempengaruhi orang lain, hal ini untuk meningkatkan perilaku
interpersonal mereka.
Farmakoterapi – Antipsikotik dapat digunakan untuk
mengendalikan kemarahan, permusuhan dan episode psikotik yang
singkat. Antidepresan memperrbaiki mood yang terdepresi yang
sering ditemukan pada pasien.
Dialectical behavior therapy merupakan salah satu type
dari CBT berfokus pada coping skill, dalam terapi ini
individu belajar mengontrol perilaku dan emosi dengan teknik
kesadaran penuh, pasien dibantu untuk mengenal pelbagai
muatan emosinya tanpa perlu bereaksi (mengontrol perilakunya)
Terapi ini efektif untuk penyembuhan gangguan kepribadian
ambang.
DBT merupakan pendekatan yang mengkombinasikan client-
centered empathy dan penerimaan dengan menyelesaikan masalah
secara kognitif-behavioral dan social-skills training. DBT
mempunyai tiga tujuan utama, yaitu:
1. Mengajari individu untuk mengatur dan mengendalikan
tingkah laku dan emosi yang ekstrem.
2. Mengajari individu untuk menoleransi perasaan
distress.
3. Mengajari individu belajar untuk mempercayai pikiran
dan emosinya sendiri.
Istilah ”dialectic” mengacu pada sikap yang berlawanan,
yaitu di mana terapis harus menerima individu borderline apa
adanya sekaligus membantu individu tersebut untuk berubah.
Istilah ”dialectic” juga mengacu pada kenyataan bahwa
individu borderline tidak perlu membagi dunia secara
dikotomi, tetapi dapat mencapai suatu sintetsis. Dengan kata
lain, salah satu tujuan DBT adalah mengajari individu untuk
memandang dunia secara dialektik, suatu pemahaman bahwa hidup
terus berubah dan suatu hal tidak semuanya buruk atau
semuanya baik. Sedangkan aspek kognitif-behavioral dari DBT,
baik yang dilakukan secara individual atau dalam kelompok,
terdiri dari membantu individu belajar menyelesaikan masalah,
membantu untuk memperoleh penyelesaian masalah yang lebih
efektif dan dapat diterima secara sosial dan mengendalikan
emosi, meningkatkan kemampuan interpersonal, dan
mengendalikan amarah dan kecemasan.
Terapi dengan obat-obatan juga berfungsi dalam menangani
beberapa gejala tertentu yang ditunjukkan oleh pasien. Obat
antidepresan dan obat untuk penstabil mood sangat membantu
untuk menghilangkan perasaan depresi dalam diri penderita dan
keadaan diri labil yang mereka alami. Serta untuk mengatasi
distorsi kognitif pada penderita maka pemberian obat
antipsikosis sangatlah membantu.
C. Gangguan Kepribadian Historinic
Psikoterapi – Pasien dengan gaangguan kepribadian
histrionic seringkali tidak menyadari perasaan mereeka yang
sesungguhnya.
Psikoterapi berorientasi psikoanaliasis, baik dalam
kelompok atau individual.
Farmakoterapi – Farmaakoterapi dapaat ditaambaahkaan
jikaa gejala adalah menjadi sasarannya, seperti penggunaan
aantidepresan untuk depresi dan keluhan somatic, obat anti
anxietas untuk kecemasan dan antipsikotik untuk derealisasi
dan ilusi.
D. Gangguan Kepribadian Narsistik
Psikoterapi – Mengobati gangguan kepribadiaan naarsistik
sukaar karena pasien harus meninggalkaan narsismenya jika
ingin mendapatkan kemajuan.
Farmakoterapi – Lithium (eskalith) digunakaan pada pasien
yang memiliki pergeseran mood sebagai bagian dari gambaran
klinis. Dan karena rentan terhadap depresi, maka antidepresan
juga dapat digunakan
Kelompok C
A. Menghindar/ Avoid
Psikoterapi – Ahli terapi mendorong pasien untuk ke luar
ke dunia untuk melakukan apa yang dirasakan mereka memiliki
resiko tinggi penghinaan, penolakan dan kegagalan.
Tetapi ahli terapi harus berhati-hati saat memberikan
tugas untuk berlatih keterampilan social yang baru di luar
terapi, karena kegagalan dapat memperberat harga diri pasien
yang telah buruk.
Tetapi kelompok dapat membantu pasien mengerti efek
kepekaan mereka terhadap penolakan pada diri mereka sendiri
dan orang lain. Melatih ketegasan adalah bentuk terapi
perilaku yang dapat mengajarkan pasien untuk mengekspresikan
kebutuhan mereka secara terbuka dan untuk meningkatkan harga
diri mereka.
Farmakoterapi - Beberapa pasien tertolong oleh penghambat
beta, seperti atenolol (Tenormin), untuk mengatasi
hiperaktivitas sistem saraf otonomik, yang cenderung tinggi
pada pasien dengan gangguan kepribadian menghindar, khususnya
jika mereka menghadapi situasi yang menakutkan.
B. Dependen
Psikoterapi – Terapi yang digunakan yaitu melalui proses
kognitif behavioral, dengan menciptakan kemandirian pada
pasien, melatih ketegasan dan menumbuhkan rasa percaya diri.
Farmakoterapi – Benzodiazepine dan obat serotonergik
dapat berguna.
C. Obsesif Kompulsif
Psikoterapi – Pasien gangguan kepribadian obsesif
kompulsif seringkali tahu bahwa mereka sakit dan mencari
pengobatan ataas kemauaan sendiri. Asosiasi bebas dan terapi
yang tidak terlalu mengarahkan, sangat dihargai oleh pasien
gangguan ini.
Farmakoterapi – Clonazepam (klonopin) adalah suatu
benzodiazepine dengan anti konvulsan, pemakaian obat ini
untuk menurunkan gejala pada pasien dengan gangguan
kepribadian obsesif kompulsif parah.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Gangguan Kepribadian adalah istilah umum untuk suatu jenis
penyakit mental di mana cara berpikir, memahami situasi, dan
berhubungan dengan orang lain tidak berfungsi. Penderita
gangguan kepribadian mempunyai karakteristik perilaku yang kaku
sulit menyesuaikan diri sehingga orang lain seperti bersikap
impulsif, lekas marah, banyak permintaan, ketakutan,
permusuhan, manipulatif, atau bahkan bertindak kasar.
Berupa gangguan psikologis yang sangat mempengaruhi
kehidupan seseorang. Memiliki gangguan kepribadian negatif
dapat mempengaruhi pekerjaan seseorang, keluarga, dan kehidupan
sosial seseorang. Mereka yang memiliki gangguan
kepribadian memiliki beberapa fitur yang berbeda termasuk
gangguan psikologis dalam diri : kemampuan untuk memiliki
hubungan interpersonal yang sukses, kesesuaian dari jangkauan
emosi, cara memahami diri mereka sendiri, orang lain, dan
dunia, dan kesulitan memiliki kontrol impuls yang tepat.
Gangguan kepribadian menciptakan suatu pola perilaku meresap
dan pengalaman batin yang sangat berbeda dari norma-norma
budaya dan individu yang ada didalam masyarakat. Terkadang
berupa penyimpangan perilaku yang muncul secara dramatis tanpa
disadari. Oleh karena itu, mereka yang memiliki gangguan
kepribadian sering mengalami konflik dengan dirinya secara
pribadi, keluarga, maupun lingkungan sekitarnya.
Gangguan Kepribadian dikelompokkan menjadi 3 : cenderung
berpikir atau berperilaku aneh dan eksentrik/ tampak aneh,
cenderung emosi dalam berpikir dan berperilaku, serta cenderung
ketakutan dan cemas.
Namun, dari segala bentuk gangguan kepribadian tersebut
telah dilakukan beberapa treatment bagi penanganan penderita
gangguan kepribadian. Sehingga,seiring berjalannya waktu
perilaku tersebut dapat diminimalisir.
DAFTAR PUSTAKA
Suryabrata, Sumardi. 2008. Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada
Davidson, dkk. 2006. Psikologi Abnormal. Cetakan Kesembilan.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
http://indonesiaindonesia.com/f/47044-gangguan-kepribadian-
personality-disorder/
http://hadianiekaputri.blogspot.com/2010/11/makalah-gangguan-
kepribadian.html
http://www.indonesiaindonesia.com/f/47044-gangguan-kepribadian-
personality-disorder/
http://health.detik.com/read/2009/12/03/091252/1253138/770/
gangguan-kepribadian 9:23