psikologi anak 1

36
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terdapat beberapa faktor yang menjadi penghambat keberhasilan dalam proses belajar mengajar. Kesulitan dalam belajar merupakan salah satu faktor penghambat dalam tercapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Sebagai guru sudah sepatutnya kita bisa menyadari dan bisa memecahkan permasalah yang terjadi dalam proses pembelajaran tersebut. Faktor-faktor psikologis yang berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar, jumlahnya banyak sekali, dan masing-masingnya tidak dapat dibahas secara terpisah. Perilaku individu, termasuk perilaku belajar, merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas yang lahir sebagai hasil akhir saling pengaruh antara berbagai gejala, seperti perhatian, pengamatan, ingatan, pikiran dan motif. 1.2 Rumusan Masalah Adapun permasalah dalam penulisan makalah ini adalah

Upload: independent

Post on 26-Feb-2023

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Terdapat beberapa faktor yang menjadi penghambat keberhasilan

dalam proses belajar mengajar. Kesulitan dalam belajar merupakan

salah satu faktor penghambat dalam tercapai tujuan pembelajaran

yang telah ditetapkan. Sebagai guru sudah sepatutnya kita bisa

menyadari dan bisa memecahkan permasalah yang terjadi dalam

proses pembelajaran tersebut.

Faktor-faktor psikologis yang berpengaruh terhadap proses dan

hasil belajar, jumlahnya banyak sekali, dan masing-masingnya

tidak dapat dibahas secara terpisah.

Perilaku individu, termasuk perilaku belajar, merupakan

totalitas penghayatan dan aktivitas yang lahir sebagai hasil

akhir saling pengaruh antara berbagai gejala, seperti perhatian,

pengamatan, ingatan, pikiran dan motif.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun permasalah dalam penulisan makalah ini adalah

1.      Faktor apa saja yang memperngaruhi proses belajar?

2.      Apa saja aspek-aspek psikologi dalam belajar?

3.      Apa saja teori-teori belajar psikologi?

4.      Apa yang dimaksud dengan kesulitan belajar?

5.      Bagaimana memberikan bimbingan dalam belajar?

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Pengertian Belajar

Menurut Winkel, belajar adalah semua aktivitas mental atau

psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dalam lingkungan,

yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengelolaan

pemahaman.

Menurut Ernest R. Hilgard dalam (Sumardi Suryabrata, 1984:252)

belajar merupakan proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja,

yang kemudian menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda dari

perubahan yang ditimbulkan oleh lainnya.

Sifat perubahannya relatif permanen, tidak akan kembali kepada

keadaan semula. Tidak bisa diterapkan pada perubahan akibat

situasi sesaat, seperti perubahan akibat kelelahan, sakit, mabuk,

dan sebagainya.

Sedangkan Pengertian Belajar menurut Gagne dalam bukunya The

Conditions of Learning 1977, belajar merupakan sejenis perubahan

yang diperlihatkan dalam perubahan tingkah laku, yang keadaaannya

berbeda dari sebelum individu berada dalam situasi belajar dan

sesudah melakukan tindakan yang serupa itu. Perubahan terjadi

akibat adanya suatu pengalaman atau latihan. Berbeda dengan

perubahan serta-merta akibat refleks atau perilaku yang bersifat

naluriah.

2.2 Pengertian Psikologi

Psikologi berasal dari kata dalam bahasa Yunani Psychology yang

merupakan gabungan dan kata psyche dan logos. Psyche berarti jiwa

dan logos berarti ilmu. Secara harafiah psikologi diartikan

sebagal ilmu jiwa. Istilah psyche atau jiwa masih sulit

didefinisikan karena jiwa itu merupakan objek yang bersifat

abstrak, sulit dilihat wujudnya, meskipun tidak dapat dimungkiri

keberadaannya. Dalam beberapa dasawarsa ini istilah jiwa sudah

jarang dipakai dan diganti dengan istilah psikis.

Ada banyak ahli yang mengemukakan pendapat tentang pengertian

psikologi, diantaranya:

1.        Pengertian Psikologi menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia

Jilid 13 (1990), Psikologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku

manusia dan binatang baik yang dapat dilihat  secara langsung

maupun yang tidak dapat dilihat secara langsung.

2.        Pengertian Psikologi menurut Dakir (1993), psikologi membahas

tingkah laku manusia dalam hubungannya dengan lingkungannya.

3.        Pengertian Psikologi menurut Muhibbin Syah (2001), psikologi

adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku terbuka dan

tertutup pada manusia baik selaku individu maupun kelompok, dalam

hubungannya dengan lingkungan. Tingkah laku terbuka adalah

tingkah laku yang bersifat psikomotor yang meliputi perbuatan

berbicara, duduk , berjalan dan lain sebgainya, sedangkan tingkah

laku tertutup meliputi berfikir, berkeyakinan, berperasaan dan

lain sebagainya.

4.        Dari beberapa definisi tersebut diatas dapat disimpulkan

bahwa pengertian psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah

laku manusia, baik sebagai individu maupun dalam hubungannya dengan

lingkungannya. Tingkah laku tersebut berupa tingkah laku yang

tampak maupun tidak tampak, tingkah laku yang disadari maupun

yang tidak disadari.

Dapat diketahui bahwa pengertian psikologi merupakan ilmu tentang

tingkah laku. Pada hakekatnya tingkah laku manusia itu sangat

luas, semua yang dialami dan dilakukan manusia merupakan tingkah

laku. Semenjak bangun tidur sampai tidur kembali manusia dipenuhi

oleh berbagai tingkah laku. Dengan demikian objek ilmu

psikologi sangat luas. Karena luasnya objek yang dipelajari

psikologi, maka dalam perkembangannya ilmu psikologi dikelompokkan

dalam beberapa bidang, yaitu :

1.        Psikologi Perkembangan, yaitu ilmu yang mempelajari tingkah

laku yang terdapat pada tiap-tiap tahap perkembangan manusia

sepanjang rentang kehidupannya.

2.        Psikologi Pendidikan, yaitu ilmu yang mempelajari tingkah laku

manusia dalam situasi pendidikan.

3.        Psikologi Sosial, ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia

dalam berhubungan dengan masyarakat sekitarnya.

4.        Psikologi Industri, ilmu yang mempelajari tingkah laku yang

muncul dalam dunia industri dan organisasi.

5.        Psikologi Klinis, ilmu  yang mempelajari tingkah laku manusia

yang sehat dan tidak sehat, normal dan tidak normal, dilihat dari

aspek psikisnya.

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar

Secara umum faktor-faktor yang memengaruhi hasil wajar

dibedakan atas dua kategori, yaitu faktor internal dan faktor

eksternal. Kedua faktor tersebut saling memengaruhi dalam proses

belajar individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar.

3.1.1 Faktor internal

Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam

diri individu dan dapat memengaruhi hasil belajar individu.

Faktor-faktor internal ini meliputi faktor fisiologis dan

psikologis.

1) Faktor fisiologis

Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan

dengan kondisi fisik individu. Faktor-faktor ini dibedakan

menjadi dua macam. Pertama, keadaan tonus jasmani. Keadaan tonus

jasmani pada umumnya sangat memengaruhi aktivitas belajar

seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan

pengaruh positif terha¬dap kegiatan belajar individu.

Sebalikrtya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat

tercapainya hasil belajar yang maksimal. Oleh karena keadaan

tonus jasmani sangat memengaruhi proses belajar, maka perlu ada

usaha untuk menjaga kesehatan jasmani. Cara untuk menjaga

kesehatan Jasmani antara lain adalah: 1) menjaga pola makan yang

sehat dengan memerhatikan nutrisi yang masuk ke dalam tubuh,

karena kekurangan gizi atau nutrisi akan mengakibatkan tubuh

cepat lelah, lesu, dan mengantuk, sehingga tidak ada gairah untuk

belajar; 2) rajin berolahraga agar tubuh selalu bugat dan sehat;

3) istirahat yang cukup dan sehat.

Kedua, keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses

belajar berlangsung, peran fungsi fisiologi pada tubuh manusia

sangat memengaruhi hasil belajar, terutama pancaindra. Pancaindra

yang berfungsi dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar

dengan baik pula. Dalam proses belajar, pancaindra merupakan

pintu masuk bagi segala informasi yang diterima dan ditangkap

oleh manusia, sehingga manusia dapat mengenal dunia luar.

Pancaindra yang memiliki peran besar dalam aktivitas belajar

adalah mata dan telinga. Oleh karena itu, baik guru maupun siswa

perlu menjaga pancaindra dengan baik, baik secara preventif

maupun yang,bersifat kuratif, dengan menyediakan sarana belajar

yang memenuhi persyaratan, memeriksakan kesehat¬an fungsi mata

dan telinga secara periodik, mengonsumsi makanan yang bergizi,

dan lain sebagainya.

2) Faktor psikologis

Faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang

yang dapat memengaruhi proses belajar. Bebera¬pa faktor

psikologis yang utama memengaruhi proses belajar adalah

kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap, dan bakat.

- Kecerdasan/inteligensi siswa

Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemampu¬an psiko-

fisik dalam mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan

lingkungan melalui cara yang tepat. Dengan demikian, kecerdasan

bukan hanya berkaitan dengan kualitas otak saja, tetapi juga

organ-organ tubuh yang lain. Namun bila dikaitkan dengan

kecerdasan, tentunya otak merupakan organ yang penting

dibandingkan organ yang lain, karena fungsi otak itu sendiri

sebagai pengendali tertinggi (executive control) dari hampir

seluruh aktivitas manusia.

Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling penting

dalam proses belajar siswa, karena itu menenentukan kualitas

belajar siswa. Semakin tinggi tingkat inteli¬gensi seorang

individu, semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses

dalam belajar. Sebaliknya, semakin rendah tingkat inteligensi

individu, semakin sulit indivi¬du itu mencapai kesuksesan

belajar. Oleh karena itu, perlu bimbingan belajar dari orang

lain, seperti guru, orangtua, dan lain sebagainya. Sebagai faktor

psikologis yang penting dalam mencapai kesuksesan belajar, maka

pengetahuan dan pemahaman tentang kecerdasan perlu dimiliki oleh

setiap calon guru atau guru profesional, sehingga mereka dapat

memahami tingkat kecerdasan siswanya.

Pemahaman tentang tingkat kecerdasan individu dapat diperoleh

oleh orangtua dan guru atau pihak-pihak yang berkepentingan

melalui konsultasi dengan psikolog atau psikiater. Sehingga dapat

diketahui anak didik berada pada tingkat kecerdasan yang mana,

amat superior, superior, rata¬rata, atau mungkin lemah mental.

Informasi tentang taraf kecerdasan seseorang merupakan hal yang

sangat berhar¬ga untuk memprediksi kemampuan belajar seseorang. -

Pemahaman terhadap tingkat kecerdasan peserta didik akan membantu

mengarahkan dan merencanakan bantuan yang akan diberikan kepada

siswa.

- Motivasi

Motivasi adalah salah satu faktor yang memengaruhi keefektifan

kegiatan belajar siswa. Motivasilah yang mendo¬rong siswa inginn

melakukan kegiatan belajar. Para ahli psikologi mendefinisikan

motivasi sebagai proses di dalam diri individu yang aktif,

mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat

(Slavin, 1994). Motivasi juga diartikan sebagai pengaruh

kebutuhan-kebutuhan dan keinginan terhadap intensitas dan arah

perilaku seseorang. Dari sudut sumbernya, motivasi dibagi menjadi

dua, yairu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motiva¬si

intrinsik adalah semua faktor yang berasal dari dalam diri

individu dan memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu. Seperti

seorang siswa yang gemar membaca, maka ia tidak perlu disuruh-

suruh untuk membaca, karena memba¬ca tidak hanya menjadi

aktivitas kesenangannya, tapi bisa jadi juga telah menjadi

kebutuhannya. Dalam proses belajar, motivasi intrinsik memiliki

pengaruh yang lebih efektif, karena motivasi intrinsik relatif

lebih lama dan tidak tergan¬tung pada motivasi dari luar

(ekstrinsik).

Menurut Arden N. Frandsen (Hayinah, 1992), yang termasuk dalam

motivasi intrinsik untuk belajar antara lain adalah:

1.        Dorongan ingin tahu dan ingin menyelediki dunia yang lebih

luas;

2.        Adanya sifat positif dan kreatif yang ada pada manusia dan

keinginan untuk maju;

3.        Adanya keinginan untuk mencapai prestasi sehingga mendapat

dukungan dari orang-orang penting, misal¬kan orangtua, saudara,

guru, atau teman-teman, dan lain sebagainya;

4.        Adanya kebutuhan untuk menguasai ilmu atau pengeta¬huan yang

berguna bagi dirinya, dan lain-lain.

Motivasi ekstrinsik adalah faktor yang datang dari luar diri

individu tetapi memberi pengaruh terhadap kemauan untuk belajar.

Seperti pujian, peraturan, tata tertib, reladan guru orangtua,

dan lain sebagainya. Kurangnya respons dari lingkungan secara

positif akan memengaruhi semangat belajar seseorang menjadi

lemah.

- Minat

Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan

kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap

sesuatu. Menurut Reber (Syah, 2003), minat bukanlah istilah yang

populer dalam psikologi disebabkan ketergantungannya terhadap

berbagai faktor internal lainnya, seperti pemusatan perhatian,

keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan.

Namun lepas dari kepopulerannya, minat sama halnya dengan

kecerdasan dan motivasi, karena memberi penga¬ruh terhadap

aktivitas belajar. Karena jika seseorang tidak memiliki minat

untuk belajar, ia akan tidak bersemangat atau bahkan tidak mau

belajar. Oleh karena itu, dalam konteks belajar di kelas, seorang

guru atau pendidik lainnya perlu membangkitkan minat siswa agar

tertarik terhadap materi pelajaran yang akan dipelajarinya.

Untuk membangkitkan minat belajar siswa tersebut, banyak cara

yang bisa digunakan. Antara lain, pertama, dengan membuat materi

yang akan dipelajari semenarik mungkin dan tidak membosankan,

baik dari bentuk buku materi, desain pembelajaran yang

membebaskan siswa untuk mengeksplor apa yang dipelajari,

melibatkan seluruh domain belajar siswa (kognitif, afektif,

psikomotorik) sehingga siswa menjadi aktif, maupun performansi

guru yang menarik saat mengajar. Kedua, pemilihan jurusan atau

bidang studi. Dalam hal ini, alangkah baiknya jika jurusan atau

bidang studi dipilih sendiri oleh siswa sesuai dengan minatnya.

- Sikap

Dalam proses belajar, sikap individu dapat memeng¬aruhi

keberhasilan proses belajarnya. Sikap adalah gejala internal yang

berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau

merespons dengan cara yang relatif tetap terhadap objek, orang,

peristiwa dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif

(Syah, 2003). Sikap siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh

perasaan senang atau tidak senang pada performan guru, pelajaran,

atau lingkungan sekitarnya. Dan untuk mengan tisipasi munculnya

sikap yang negatif dalam belajar, guru sebaiknya berusaha untuk

menjadi guru yang profesional dan bertanggung jawab terhadap

profesi yang dipilihnya. Dengan profesionalitas, seorang guru

akan berusaha membe¬rikan yang terbaik bagi siswanya; berusaha

mengembangkan kepribadian sebagai seorang guru yang empatik,

sabar, dan tulus kepada muridnya; berusaha untuk menyajikan

pelajar¬an yang diampunya dengan baik dan menarik sehingga

membuat siswa dapat mengikuti pelajaran dengan senang dan tidak

menjemukan; meyakinkan siswa bahwa bidang srudi yang dipelajari

bermanfaat bagi diri siswa.

- Bakat

Faktor psikologis lain yang memengaruhi proses belajar adalah

bakat. Secara umum, bakat (aptitude) didefinisikan sebagai

kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai

keberhasilan pada masa yang akan datang (Syah, 2003). Berkaitan

dengan belajar, Slavin (1994) mendefinisi¬kan bakat sebagai

kemampuan umum yang dimiliki seorang siswa untuk belajar. Dengan

demikian, bakat adalah kemam¬puan seseorangyang menjadi salah

satu komponen yang diperlukan dalam proses belajar seseorang.

Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang

dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses belajarnya

sehingga kernungkinan besar ia akan berhasil.

Pada dasarnya, setiap orang mempunyai bakat atau potensi untuk

mencapai prestasi belajar sesuai dengan kemampuannya masing-

masing. Karena itu, bakat juga diartikan sebagai kemampuan dasar

individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa tergantung upaya

pendidikan dan latihan. Individu yang telah memiliki bakat

tertentu, akan lebih mudah menyerap segala informasi yang

berhubung¬an dengan bakat yang dimilikinya. Misalnya, siswa yang

berbakat di bidang bahasa akan lebih mudah mempelajari bahasa-

bahasa lain selain bahasanya sendiri.

3.1.2 Faktor-Faktor Eksogen/Eksternal

Selain karakteristik siswa atau faktor-faktor endogen, faktor-

faktor eksternal juga dapat memengaruhi proses belajar siswa.

Dalam hal ini, Syah (2003) menjelaskan bahwa faktor faktor

eksternal yang memengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua

golongan, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan

nonsosial.

1) Lingkungan social

a.         Lingkungan sosial masyarakat. Kondisi lingkungan masya¬rakat

tempat tinggal siswa akan memengaruhi belajar siswa. Lingkungan

siswa yang kumuh, banyak pengang¬guran dan anak telantar juga

dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa, paling tidak siswa

kesulitan ketika memer¬lukan teman belajar, diskusi, atau

meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum dimilikinya.

b.        Lingkungan sosial keluarga. Lingkungan ini sangat memengaruhi

kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orangtua,

demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan keluarga, semuanya

dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa. Hubungan

antara anggota keluarga, orangtua, anak, kakak, atau adik yang

harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan

baik.

c.         Lingkungan sosial sekolah, seperti guru, administrasi, dan

teman-teman sekelas dapat memengaruhi proses belajar seorang

siswa. Hubungan yang harmonis antara ketiganya dapat menjadi

motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik di sekolah. maka

para pendidik, orangtua, dan guru perlu memerhatikan dan memahami

bakat yang dimili¬ki oleh anaknya atau peserta didiknya, antara

lain dengan mendukung, ikut mengembangkan, dan tidak memaksa anak

untuk memilih jurusan yang tidak sesuai dengan bakatnya.

2) Lingkungan nonsosial.

Faktor faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah:

a.         Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak

panas dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau/kuat, atau

tidak terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk dan tenang.

Lingkungan alamiah tersebut merupa¬kan faktor-faktor yang dapat

memengaruhi aktivitas belajar siswa. Sebaliknya, bila kondisi

lingkungan alam tidak mendukung, proses belajar siswa akan

terhambat.

b.        Faktor instrumental, yaitu perangkat belajar yang dapat

digolongkan dua macam. Pertama, hardware, seperti gedung sekolah,

alat-alat belajar, fasilitas belajar, lapang¬an olahragd dan lain

sebagainya. Kedua, software, seperti kurikulum sekolah,

peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, silabi, dan lain

sebagainya.

Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa). Faktor ini

hendaknya disesuaikan dengan usia perkembang¬an siswa, begitu

juga dengan metode mengajar guru, disesuaikan dengan kondisi

perkembangan siswa. Karena itu, agar guru dapat memberikan

kontribusi yang positif terhadap aktivitas belajar siswa, maka

guru harus mengua¬sai materi pelajaran dan berbagai metode

mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan kondisi siswa.

3.2 Aspek-Aspek Psikologis Dalam Belajar

3.2.1  Persepsi

Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses

penginderaan yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh

individu melalui alat indra, alat indra tersebut merupakan

penghubung antara individu dengan dunia luar .Proses terjadinya

stimulus mengenai alat indra merupakan proses.stimulus yang

diterima alat indra diteruskan oleh syaraf sensoris ke otak,

proses ini yang disebut sebagai proses Fisiologis. Kemudian

terjadilah proses diotak sebagai pusat kesadaran sehingga

individu menyadari apa yang dilihat, didengar ataupun diraba.hal

inilah yang dilihat sebagai proses psikologis.dalam proses

persepsi perlu adanya perhatian sebagai langkah persiapan dalam

persepsi itu.Hal ini dikarenakan bukan hanya satu stimulus tetapi

berbagai macam stimulus yang ditimbulkan oleh keadaan

disekitarnya namun tidak semua stimulus mendapatkan respons

individu untuk dipersepsi. Stimulus mana yang akan dipersepsi

atau mendapatkan respons dari individu tergantung pada perhatian

individu yang bersangkutan .

3.2.2 Belajar

Belajar adalah “ Learning is a process of progressive behavior

adatation “ Belajar itu merupakan suatu proses adaptasi prilaku

yang bersipat progresif. Belajar adalah “ Learning is a change in

ferformance as a result of practice” Belajar membawa perubahan

dalam performance dan perubahan itu sebagai  akibat dari

pelatihan. Pengertian latihan adalah usaha dari individu yang

belajar. Belajar merupakan kegiatan yang kompleks, hasil belajar

berupah kapabilitas.setelah belajar seseorang memiliki

ketampilan,sikap,dan pengetahua.

Dari beberapa pendapat para ahli tentang pengertian belajar

akhirnya dapat disimpulkan bahwa belajar adalah serangkaian

kegiatan jiwaraga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku

sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan

lingkungan yang ,menyangkut Kognitif,Afektif dan Psikomotor.

3.2.3 Faktor Psikologis Dalam Belajar

-            Minat

Adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal

atau aktifitas tanpa ada yang menyuruh.

-            Kecakapan ( IQ )

Seseorang yang umumnya mudah belajar dan hasilnya pun cendrung

baik ,sebaliknya orang yang intlegensinya rendah cendrung

mengalami kekurangan dalam belajar, lambat berpikir sehinggah

prestasi belajarpun rendah.

-            Bakat

Bakat merupakan kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang

masih perlu dikembangkan atau latihan.

-            Motivasi

Motivasi adalah kondisipsikologis yang mendorong seseorang untuk

melakukan sesuatu.

-            Kemampuan Kognitif

Didalam dunia pendidikan ada tiga tujuan pendidikan:

kognitif,afektif dan fsikomotor.ranah kognitif merupakan

kemampuan yang selalu dituntut kepada anak didik untuk dikuasai,

karena ini merupakan dasar bagi penguasaan ilmu pengetahuan.

3.3 Teori Belajar

3.3.1 Teori Belajar Psikologi Behavioristik

Menurut Teori Behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah

laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan

respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu apabila ia mampu

menunjukkan perubahan tingkah laku. Dengan kata lain,

belajarmerupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal

kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai

hasil interaksi antara stimulus dan respon. Para ahli psikologi

dalam rumpun behaviorisme ingin meneliti psikologi secara

obyektif.

Menurut teori ini yang terpenting adalah masukan atau input

yang berupa stimulus(S) dan keluaran atau output yang berupa

respon (R). Sedangkan apa yang terjadi di antara stimulus (s) dan

respon (r) dianggap tidak penting diperhatikan karena tidak bisa

diamati. Faktor lain yang juga dianggap penting oleh aliran

behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement) penguatan

adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya respon. Bila

penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan

semakinkuat. Begitu juga bila penguatan dikurangi (negative

reinforcement) respon pun akan tetap dikuatkan.

Prinsip-prinsip teori behaviorisme:

1. Obyek psikologi adalah tingkah laku

2. semua bentuk tingkah laku di kembalikan pada reflek

3. mementingkan pembentukan kebiasaan

3.3.2 Teori Belajar Psikologi Kognitif

Psikologi kognitif adalah kajian studi ilmiah mengenai proses-

proses mental atau pikiran. Bagaimana informasi diperoleh,

dipresentasikan dan ditransfermasikan sebagai

pengetahuan.Psikologi kognitif juga disebut psikologi pemrosesan

informasi. Tingkah laku seseorang didasarkan pada tindakan

mengenal/ memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi.

Prinsip Dasar Psikologi Kognitif

1. Belajar aktif

2. Belajar lewat interaksi social

3. Belajar lewat pengalaman sendiri

Teori psikologi kognitif berkembang dengan ditandai lahirnya

teori Gestalt (Mex Weitheimer) yang menyatakan bahwa pengalaman

itu berstruktur yang terbentuk dalam suatu keseluruhan. Konsep

yang penting dalam teori ini INSIGHT, yaitu: pengamatan atau

pemahaman mendadak terhadap hubungan antara bagian-bagian di

dalam suatu situasi masalah.

3.3.3 Teori Belajar Psikologi Humanistik.

Teori humanistik merupakan salah satu aliran dalam psikologi

yang muncul pada tahun 1950-an, dengan akar pemikiran dari

kalangan eksistensialisme yang berkembang pada abadpertengahan.

Pada akhir tahun 1950-an, para ahli psikologi,

seperti :AbrahamMaslow, Carl Rogers dan Clark Moustakas

mendirikan sebuah asosiasi profesional yang berupaya mengkaji

secara khusus tentang berbagai keunikan manusia, seperti

tentang : self (diri), aktualisasi diri, kesehatan, harapan,

cinta, kreativitas, hakikat, individualitas dan sejenisnya.

Kehadiran psikologi humanistik muncul sebagai reaksi atas

aliran psikoanalisis dan behaviorisme serta dipandang sebagai

“kekuatan ketiga “ dalam aliran psikologi. 

Dalam mengembangkan teorinya, psikologi humanistik sangat

memperhatikan tentang dimensi manusia dalam berhubungan dengan

lingkungannya secara manusiawi dengan menitik-beratkan pada

kebebasan individu untuk mengungkapkan pendapat dan menentukan

pilihannya, nilai-nilai, tanggung jawab personal, otonomi, tujuan

dan pemaknaan. Dalam hal ini, James Bugental (1964) mengemukakan

tentang 5 (lima) dalil utama dari psikologi humanistik, yaitu:

1.        Keberadaan manusia tidak dapat direduksi ke dalam komponen-

komponen,

2.        Manusia memiliki keunikan tersendiri dalam berhubungan dengan

manusia lainnya,

3.        Manusia memiliki kesadaran akan dirinya dalam mengadakan

hubungan dengan orang lain,

4.        Manusia memiliki pilihan-pilihan dan dapat bertanggung jawab

atas pilihan-pilihanya, dan

5.        Manusia memiliki kesadaran dan sengaja untuk mencari makna,

nilai dan kreativitas.

Sebaliknya, psikologi humanistik pun mendapat kritikan bahwa

teori-teorinya tidak mungkin dapat memfalsifikasi dan kurang

memiliki kekuatan prediktif sehingga dianggap bukan sebagai suatu

ilmu (Popper, 1969, Chalmers, 1999).

Hasil pemikiran dari psikologi humanistik banyak dimanfaatkan

untuk kepentingan konseling dan terapi, salah satunya yang sangat

populer adalah dari Carl Rogers dengan client-centered therapy,

yang memfokuskan pada kapasitas klien untuk dapat mengarahkan

diri dan memahami perkembangan dirinya, serta menekankan

pentingnya sikap tulus, saling menghargai dan tanpa prasangka

dalam membantuindividu mengatasi masalah-masalah kehidupannya.

Rogers menyakini bahwa klien sebenarnya memiliki jawaban atas

permasalahan yang dihadapinya dan tugas konselor hanya membimbing

klien menemukan jawaban yang benar. Menurut Rogers, teknik-teknik

asesmen dan pendapat para konselor bukanlah hal yang penting

dalam melakukan treatment atau pemberian bantuan kepada klien.

Selain memberikan sumbangannya terhadap konseling dan terapi,

psikologi humanistik juga memberikan sumbangannya bagi pendidikan

alternatif yang dikenal dengan sebutan pendidikan humanistik

(humanistic education). Pendidikan humanistik berusaha

mengembangkan individu secara keseluruhan melalui pembelajaran

nyata. Pengembangan aspek emosional, sosial, mental, dan

keterampilan dalam berkarier menjadi fokus dalam model pendidikan

humanistik ini.

3.4 Kesulitan Belajar

Kesulitan belajar siswa mencakup pengetian yang luas,

diantaranya : (a) learning disorder; (b) learning disfunction;

(c) underachiever; (d) slow learner, dan (e) learning

diasbilities. Di bawah ini akan diuraikan dari masing-masing

pengertian tersebut.

1.        Learning Disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan

dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya

respons yang bertentangan. Pada dasarnya, yang mengalami

kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi

belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya respons-respons

yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih

rendah dari potensi yang dimilikinya. Contoh : siswa yang sudah

terbiasa dengan olah raga keras seperti karate, tinju dan

sejenisnya, mungkin akan mengalami kesulitan dalam belajar menari

yang menuntut gerakan lemah-gemulai.

2.        Learning Disfunction merupakan gejala dimana proses belajar

yang dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun

sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan adanya subnormalitas

mental, gangguan alat dria, atau gangguan psikologis lainnya.

Contoh : siswa yang yang memiliki postur tubuh yang tinggi

atletis dan sangat cocok menjadi atlet bola volley, namun karena

tidak pernah dilatih bermain bola volley, maka dia tidak dapat

menguasai permainan volley dengan baik.

3.        Under Achiever mengacu kepada siswa yang sesungguhnya

memiliki tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas

normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah. Contoh :

siswa yang telah dites kecerdasannya dan menunjukkan tingkat

kecerdasan tergolong sangat unggul (IQ = 130 – 140), namun

prestasi belajarnya biasa-biasa saja atau malah sangat rendah

4.        Slow Learner atau lambat belajar adalah siswa yang lambat

dalam proses belajar, sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih

lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf

potensi intelektual yang sama.

5.        Learning Disabilities atau ketidakmampuan belajar mengacu

pada gejala dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari

belajar, sehingga hasil belajar di bawah potensi intelektualnya.

Siswa yang mengalami kesulitan belajar seperti tergolong dalam

pengertian di atas akan tampak dari berbagai gejala yang

dimanifestasikan dalam perilakunya, baik aspek psikomotorik,

kognitif, konatif maupun afektif . Beberapa perilaku yang

merupakan manifestasi gejala kesulitan belajar, antara lain :

1.        Menunjukkan hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata

nilai yang dicapai oleh kelompoknya atau di bawah potensi yang

dimilikinya.

2.        Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah

dilakukan. Mungkin ada siswa yang sudah berusaha giat belajar,

tapi nilai yang diperolehnya selalu rendah

3.        Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajarnya dan

selalu tertinggal dari kawan-kawannya dari waktu yang disediakan.

4.        Menunjukkan sikap-sikap yang tidak wajar, seperti: acuh tak

acuh, menentang, berpura-pura, dusta dan sebagainya.

5.        Menunjukkan perilaku yang berkelainan, seperti membolos,

datang terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu

di dalam atau pun di luar kelas, tidak mau mencatat pelajaran,

tidak teratur dalam kegiatan belajar, dan sebagainya.

6.        Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, seperti :

pemurung, mudah tersinggung, pemarah, tidak atau kurang gembira

dalam menghadapi situasi tertentu. Misalnya dalam menghadapi

nilai rendah, tidak menunjukkan perasaan sedih atau menyesal, dan

sebagainya.

7.        Sementara itu, Burton (Abin Syamsuddin. 2003)

mengidentifikasi siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar,

yang ditunjukkan oleh adanya kegagalan siswa dalam mencapai

tujuan-tujuan belajar. Menurut dia bahwa siswa dikatakan gagal

dalam belajar apabila :

8.        Dalam batas waktu tertentu yang bersangkutan tidak mencapai

ukuran tingkat keberhasilan atau tingkat penguasaan materi

(mastery level) minimal dalam pelajaran tertentu yang telah

ditetapkan oleh guru (criterion reference).

9.        Tidak dapat mengerjakan atau mencapai prestasi semestinya,

dilihat berdasarkan ukuran tingkat kemampuan, bakat, atau

kecerdasan yang dimilikinya. Siswa ini dapat digolongkan ke dalam

under achiever.

10.    Tidak berhasil tingkat penguasaan materi (mastery level) yang

diperlukan sebagai prasyarat bagi kelanjutan tingkat pelajaran

berikutnya. Siswa ini dapat digolongkan ke dalam slow learner

atau belum matang (immature), sehingga harus menjadi pengulang

(repeater)

Untuk dapat menetapkan gejala kesulitan belajar dan menandai

siswa yang mengalami kesulitan belajar, maka diperlukan kriteria

sebagai batas atau patokan, sehingga dengan kriteria ini dapat

ditetapkan batas dimana siswa dapat diperkirakan mengalami

kesulitan belajar. Terdapat empat ukuran dapat menentukan

kegagalan atau kemajuan belajar siswa: (1) tujuan pendidikan; (2)

kedudukan dalam kelompok; (3) tingkat pencapaian hasil belajar

dibandinngkan dengan potensi; dan (4) kepribadian.

3.5 Bimbingan Belajar

Bimbingan belajar merupakan upaya guru untuk membantu siswa

yang mengalami kesulitan dalam belajarnya. Secara umum, prosedur

bimbingan belajar dapat ditempuh melalui langkah-langkah sebagai

berikut:

1. Identifikasi kasus

Identifikasi kasus merupakan upaya untuk menemukan siswa yang

diduga memerlukan layanan bimbingan belajar. Robinson dalam Abin

Syamsuddin Makmun (2003) memberikan beberapa pendekatan yang

dapat dilakukan untuk mendeteksi siswa yang diduga mebutuhkan

layanan bimbingan belajar, yakni :

Call them approach; melakukan wawancara dengan memanggil semua

siswa secara bergiliran sehingga dengan cara ini akan dapat

ditemukan siswa yang benar-benar membutuhkan layanan bimbingan.

Maintain good relationship; menciptakan hubungan yang baik,

penuh keakraban sehingga tidak terjadi jurang pemisah antara guru

dengan siswa. Hal ini dapat dilaksanakan melalui berbagai cara

yang tidak hanya terbatas pada hubungan kegiatan belajar mengajar

saja, misalnya melalui kegiatan ekstra kurikuler, rekreasi dan

situasi-situasi informal lainnya.

Developing a desire for counseling; menciptakan suasana yang

menimbulkan ke arah penyadaran siswa akan masalah yang

dihadapinya. Misalnya dengan cara mendiskusikan dengan siswa yang

bersangkutan tentang hasil dari suatu tes, seperti tes

inteligensi, tes bakat, dan hasil pengukuran lainnya untuk

dianalisis bersama serta diupayakan berbagai tindak lanjutnya.

Melakukan analisis terhadap hasil belajar siswa, dengan cara

ini bisa diketahui tingkat dan jenis kesulitan atau kegagalan

belajar yang dihadapi siswa. Melakukan analisis sosiometris,

dengan cara ini dapat ditemukan siswa yang diduga mengalami

kesulitan penyesuaian social

2. Identifikasi Masalah

Langkah ini merupakan upaya untuk memahami jenis,

karakteristik kesulitan atau masalah yang dihadapi siswa. Dalam

konteks Proses Belajar Mengajar, permasalahan siswa dapat

berkenaan dengan aspek : (a) substansial – material; (b)

struktural – fungsional; (c) behavioral; dan atau (d)

personality. Untuk mengidentifikasi masalah siswa, Prayitno dkk.

telah mengembangkan suatu instrumen untuk melacak masalah siswa,

dengan apa yang disebut Alat Ungkap Masalah (AUM). Instrumen ini

sangat membantu untuk mendeteksi lokasi kesulitan yang dihadapi

siswa, seputar aspek : (a) jasmani dan kesehatan; (b) diri

pribadi; (c) hubungan sosial; (d) ekonomi dan keuangan; (e)

karier dan pekerjaan; (f) pendidikan dan pelajaran; (g) agama,

nilai dan moral; (h) hubungan muda-mudi; (i) keadaan dan hubungan

keluarga; dan (j) waktu senggang.

3. Diagnosis

Diagnosis merupakan upaya untuk menemukan faktor-faktor

penyebab atau yang melatarbelakangi timbulnya masalah siswa.

Dalam konteks Proses Belajar Mengajar faktor-faktor yang penyebab

kegagalan belajar siswa, bisa dilihat dari segi input, proses,

ataupun out put belajarnya. W.H. Burton membagi ke dalam dua

bagian faktor – faktor yang mungkin dapat menimbulkan kesulitan

atau kegagalan belajar siswa, yaitu : (a) faktor internal; faktor

yang besumber dari dalam diri siswa itu sendiri, seperti :

kondisi jasmani dan kesehatan, kecerdasan, bakat, kepribadian,

emosi, sikap serta kondisi-kondisi psikis lainnya; dan (b) faktor

eksternal, seperti : lingkungan rumah, lingkungan sekolah

termasuk didalamnya faktor guru dan lingkungan sosial dan

sejenisnya.

4. Prognosis

Langkah ini untuk memperkirakan apakah masalah yang dialami

siswa masih mungkin untuk diatasi serta menentukan berbagai

alternatif pemecahannya, Hal ini dilakukan dengan cara

mengintegrasikan dan menginterpretasikan hasil-hasil langkah

kedua dan ketiga. Proses mengambil keputusan pada tahap ini

seyogyanya terlebih dahulu dilaksanakan konferensi kasus, dengan

melibatkan pihak-pihak yang kompeten untuk diminta bekerja sama

menangani kasus – kasus yang dihadapi.

5. Remedial atau referal (Alih Tangan Kasus)

Jika jenis dan sifat serta sumber permasalahannya masih

berkaitan dengan sistem pembelajaran dan masih masih berada dalam

kesanggupan dan kemampuan guru atau guru pembimbing, pemberian

bantuan bimbingan dapat dilakukan oleh guru atau guru pembimbing

itu sendiri. Namun, jika permasalahannya menyangkut aspek-aspek

kepribadian yang lebih mendalam dan lebih luas maka selayaknya

tugas guru atau guru pembimbing sebatas hanya membuat rekomendasi

kepada ahli yang lebih kompeten.

6. Evaluasi dan Follow Up

Cara manapun yang ditempuh, evaluasi atas usaha pemecahan

masalah seyogyanya dilakukan evaluasi dan tindak lanjut, untuk

melihat seberapa pengaruh tindakan bantuan (treatment) yang telah

diberikan terhadap pemecahan masalah yang dihadapi siswa.

Berkenaan dengan evaluasi bimbingan, Depdiknas telah

memberikan kriteria-kriteria keberhasilan layanan bimbingan

belajar, yaitu :

-          Berkembangnya pemahaman baru yang diperoleh siswa berkaitan

dengan masalah yang dibahas;

-          Perasaan positif sebagai dampak dari proses dan materi yang

dibawakan melalui layanan, dan

-          Rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh siswa sesudah

pelaksanaan layanan dalam rangka mewujudkan upaya lebih lanjut

pengentasan masalah yang dialaminya.

-          Sementara itu, Robinson dalam Abin Syamsuddin Makmun (2003)

mengemukakan beberapa kriteria dari keberhasilan dan efektivitas

layanan yang telah diberikan, yaitu apabila:

-          Siswa telah menyadari (to be aware of) atas adanya masalah

yang dihadapi.

-          Siswa telah memahami (self insight) permasalahan yang

dihadapi.

-          Siswa telah mulai menunjukkan kesediaan untuk menerima

kenyataan diri dan masalahnya secara obyektif (self acceptance).

-          Siswa telah menurun ketegangan emosinya (emotion stress

release).

-          Siswa telah menurun penentangan terhadap lingkungannya.

BAB IV

KESIMPULAN

Secara umum faktor-faktor yang memengaruhi hasil wajar

dibedakan atas dua kategori, yaitu faktor internal dan faktor

eksternal. Kedua faktor tersebut saling memengaruhi dalam proses

belajar individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar.

Faktor Psikologis Dalam Belajar adalah sebagai berikut:

-            Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan

pada suatu hal atau aktifitas tanpa ada yang menyuruh.

-            Kecakapan ( IQ ). Seseorang yang umumnya mudah belajar dan

hasilnya pun cendrung baik ,sebaliknya orang yang intlegensinya

rendah cendrung mengalami kekurangan dalam belajar, lambat

berpikir sehinggah prestasi belajarpun rendah.

-            Bakat merupakan kemampuan bawaan yang merupakan potensi

yang masih perlu dikembangkan atau latihan.

-            Motivasi adalah kondisipsikologis yang mendorong seseorang

untuk melakukan sesuatu.

-            Kemampuan Kognitif. Didalam dunia pendidikan ada tiga

tujuan pendidikan: kognitif,afektif dan fsikomotor.ranah kognitif

merupakan kemampuan yang selalu dituntut kepada anak didik untuk

dikuasai, karena ini merupakan dasar bagi penguasaan ilmu

pengetahuan.

DAFTAR PUSTAKA

http://streetballspot.blogspot.com/2012/04/psikologi-belajar.html

http://belajarpsikologi.com/pengertian-psikologi/

http://majalahsiantar.blogspot.com/2012/10/faktor-yang-mempengaruhi-proses-belajar.html