psikologi pend. bab 1 s d 9

40
PSIKOLOGI PENDIDIKAN BAB I PENDAHULUAN 1. Kedudukan Psikologi Pendidikan Psikologi adalah studi tentang tingkah laku manusia dan hubungan-hubungan manusia. Menurut Gerungan, 1972, h.22-5 mengajukan pembagian psikologiyaitu : I. Psikologi Teoritis dan II. Psikologi Terlaksana(Aplied Psykology). keduannya dibedakan yaitu: Psikologi Teoritis A. Psikologi Umum : menguraikan dan menyelidiki kegiatan-kegiatan psikis manusia dewasa dan normal, termasuk kegiatan pengamatan, Pemikiran< intelegensi, perasaan, kehendak, motif- motif dst. B. Psikologi Khusus : menguraikan dan menyelidiki segi-segi khusus kegiatan psikis manusia. Dan segi-segi khusus tersebut adalah: 1) Psikologi Perkembangan (Psikologi Genetik) menguraikan kegiatan psikis manusia dari kecil , dewasa dan lebih lanjut 2) Psikologi Kepribadian (tipe-tipe kepribadian) 3) Psikologi Social(tentang kegiatan situasi social, siatuasi kelompok, massa) 4) Pikologi Pendidikan (situasi pendidikan, situasi belajar) 5) Psikologi Diperensial (perbedaan antar individu, kecakapan-kecakapan, intelegesi) 6) Psikopatologi (tentang kegiatan manusia yang berjiwa abnormal) Psikologi Terlaksana (Aplied Psykology ). A. Psikodiagnostik, dalam pemilihan jabatan atau studi antara lain wawancara, obeservasi dan test psikologi, dapat menentukan struktur kepribadian orang, intelegensi, dll B. Psikologi Perusahaan, membantu dalam hal : Psikologi kepemimpinan, Seleksi pegawai, memperbaiki lingkungan kerja, bimbingan penyeluhan pegawai . dll C. Pesikologi Pendidikan, membantu usaha-usaha dalam hal menyelidiki cara pendidikan sebaiknya, cara-cara evaluasi yang ojektif, bimbingan dan penyuluhan dll. 1 Kelompok 1>>>Asep Z . S.> Bidel Natipu >Dedi Priyanto >Dwi Indarwati

Upload: independent

Post on 10-Jan-2023

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN

1. Kedudukan Psikologi Pendidikan Psikologi adalah studi tentang tingkah laku manusia dan

hubungan-hubungan manusia. Menurut Gerungan, 1972, h.22-5mengajukan pembagian psikologiyaitu : I. Psikologi Teoritis dan II.Psikologi Terlaksana(Aplied Psykology). keduannya dibedakan yaitu:

Psikologi Teoritis A. Psikologi Umum : menguraikan dan menyelidiki kegiatan-kegiatan

psikis manusia dewasa dan normal, termasuk kegiatan pengamatan, Pemikiran< intelegensi, perasaan, kehendak, motif-motif dst.

B. Psikologi Khusus : menguraikan dan menyelidiki segi-segi khusus kegiatan psikis manusia. Dan segi-segi khusus tersebut adalah:

1) Psikologi Perkembangan (Psikologi Genetik) menguraikan kegiatan psikis manusia dari kecil , dewasa dan lebih lanjut

2) Psikologi Kepribadian (tipe-tipe kepribadian)3) Psikologi Social(tentang kegiatan situasi social,

siatuasi kelompok, massa)4) Pikologi Pendidikan (situasi pendidikan, situasi belajar)5) Psikologi Diperensial (perbedaan antar individu,

kecakapan-kecakapan, intelegesi)6) Psikopatologi (tentang kegiatan manusia yang berjiwa

abnormal)

Psikologi Terlaksana (Aplied Psykology ).A. Psikodiagnostik, dalam pemilihan jabatan atau studi antara lain

wawancara, obeservasi dan test psikologi, dapat menentukan struktur kepribadian orang, intelegensi, dll

B. Psikologi Perusahaan, membantu dalam hal : Psikologi kepemimpinan, Seleksi pegawai, memperbaiki lingkungan kerja, bimbingan penyeluhan pegawai . dll

C. Pesikologi Pendidikan, membantu usaha-usaha dalam hal menyelidiki cara pendidikan sebaiknya, cara-cara evaluasi yangojektif, bimbingan dan penyuluhan dll.

1Kelompok 1>>>Asep Z . S.> Bidel Natipu >Dedi Priyanto >Dwi Indarwati

2. Psikologi Umum Dan Psikologi PendidikanPsikologi Pendidikan tidak ada hubungannya dengan hukum-

hukum belajar pada umumnya, Tatapi perhatiannya diarahkan padakepada jenis-jenis belajar yang dapat dihubungkandengan cara yang efektif guna menghasilkan dengan sengaja perubahan- perubahan kognitif yang stabil dan bernilai social, oleh sebabitu pendidikan mengacu kepada belajar yang terbimbing atau dimanipulasikan yang diarahkan kepada tujuan-tujuan yang praktis.

Dijelaskan oleh Crow dan Crow (1958, hal 8) dikatakan bahwa“Psikologi menjelaskan bagaimana perkembangan manusia itu dihubungkan dengan belajar; pendidikan berusaha menyediakan belajar apa; psikologi pendidikan menjelaskan tentang bagaimana dan kapan belajar itu dilakukan”Bahwa Psikologi Pendidikan tidak lain implementasi dari psikologi umum dalam bidang pedidikan, anggapan tersebut krn adanya subjeck matter yang sama yang dibahas oleh keduanya seperti masalah belajar

3. Sejarah Singkat Psikologi Pendidikan Psikologi Pendidikan adalah cabang ilmu pengetahuan yang

usiaanya relatip muda, pada sekitar abad 17 Herbart dan Pestalozzi, keduanya berusaha memasukan psikologi kedalam bidang pendidikan, namaun cara kerjanya didasarkan atas perenungan dan pemikiran (filsafat) tanpa diuji kebenaran dengan penelitian empiris, pada abad ini masi menyatu dengan filsafat.

Pada abad 19 Edwar L. Thorndike, percobaannya dengan hewan , behasil merumuskan hokum-hukum belajar untuk menegaskan keyakinannya antara galat dan gamak(Trial and error). Thorndike menggunakan Eksperimental dalam usahanya untuk mendapatkan prinsip prinsip dasar yang menekankan perbedaaan-perbedaaan belajar manusia, hasil temuannya ini dilaporkan dalam karyanya yang berjudul Educational Psichologyyang terbit tahun 1913

4. Pengertian Psikologi PendidikanPengertian Psikologi menurut Witherington (Buchori, M.

1978, hlm.35) “Psikologi pendidikan adalah Studi yang sitematis tentang proses-proses dan factor-faktor yang terdapat dalam pendidikan manusia”.

2Kelompok 1>>>Asep Z . S.> Bidel Natipu >Dedi Priyanto >Dwi Indarwati

Kemudian Penulis buku ini menyimpulkan Psikologi pendidkan adalah Suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia yang berlangsung dalam proses belajar-mengajar.

5. Ruang Lingkup Psikologi PendidikanSejauh studi yang telah dilakkukan oleh Samuel Smith

(Pintner et al. 1953, hlm ix, yang dikutip oleh SumardiSuryabrata, 1984, h.2-4) terhadap 18 buah bukutentangpsikologi pendidikan telah berhasil mengelopokan pokok bahasanyang dikupas oleh para ahli yang diselidiki menjadi 16 macam,yaitu : (1) The Science of educational psychology (2) Heredity (3) Psycal structures(4) Growth (5) Behavior processes (6) Nature and scope of learning (7)Factors that condition of lerning (8) law and theories of lerning (9)Measurement : Basic principles and definitions (10) Transfer of training :subject matter (11) Practical aspect of Measurment (12) Element ofstatistics (13) Mental hygins (14) Character Education (15) Psycology ofsecondary school subject (16) Psicology of elementary scool subject

Dalam pendidikan formal, paling tidak ada lima hal yangterkait, kemudian disebut sebagai factor-faktor pendidikanyaitu : Tujuan pendidikan, Pendidik, terdidik,alat danlingkungan, dari kelima faktor tesebut dianggap paling sentraldalam proses pendidkan yaitu “terdidik”.

Pendidikan pa hakikatnya merupakan usaha yang dilakukandengan sadar, dengan tujuan mengubah tingkahlaku terdidikkearah yang diharapkan, dengan memerlukan waktu yang disebutdengan proses.

6. Methode Psikologi Pendidikan

Para ahli ilmu jiwa pendidikan dalam upaya menghidup suburkanpsikologi pendidikan, melalui penelitian maka menggunakanmetode suatu keharusan , adapun methode riset yang sudah lazimdigunakan dalam psikologi antara lain yaitu : 1) Methode percoban (eksperimental) maksudnya adalah untuk

“mengetes” keyakinan atau pendapat tentang tingkah lakumanusia dalam situasi atau kondisi tertentu (Crow dan Crow,1958, hal 14-15). Dengan kata lain, eksperimen dilakaukandengan anggapan bahwa situasi atau kondisi dapat dikontroldengan teliti. Kebenaran-kebenaran psikologi semuladidasarkan atas terkaan-terkaan. pemikiran, dan

3Kelompok 1>>>Asep Z . S.> Bidel Natipu >Dedi Priyanto >Dwi Indarwati

perenungan, kini didasarkan atas percobaan-percobaanseperti halnya ilmu pengetahuan lainnya.

2) Methode pengamatan (obeservasi)methode ini bisa dibedakanmenjadi dua yaitu pengamatan yang dilakukan sekilas ataudangkal (incidental observation), dan pengamatan yangdilakukan dengan sengaja atau sistematis

3) Methode test (Test Methode), Test merupakan intrumenriset yang penting dalam psikologi masa sekarang,digunakan untuk menakar semua jenis kemampuan, minat,bakat, prestasi, sikap dan ciri kepribadian.

7. Manfaat Psikologi Pendidikan Bagi Guru

Psikologi Pendidikan sebagai suatu ilmu pengetahuanmerupakan suatu keharusan di lembaga-lembaga pendidikan guru,penegasan ini berdasarkan atas dua dimensi pemikiran,pertama; sifat dan jenis belajar dan factor-faktor yangmepengaruhinya yang kemudian dapat diidentifikasi secarameyakinkan. Kedua, pengetahuan yang serupa itu dapatdisistematisikan dan disampaikan secara efektif kepada paracalon guru. Dari kedua dimensi pemikiran inilah para calonguru dapat mengambil manfaat dan keuntungannya.Walaupun demikian, perlu disadari bahwa psikologi pendidikanbukan merupakan satu-satunya syarat untuk mempersiapkan danmenjadikan seeorang bisa menjadi yang baik, sebab masih banyakpersyaratan lainnya antara, seperti bakat, minat, komitmen,motivasi, dan latihaan serta penguasaan metodologi pengajaran

BAB IIPERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN

1. Pengertian Pertumbuhan Dan Perkembangan Pertumbuhan perkembangan berarti perubahan, Crow dan Crow

dalam bukunya Child Development and Ajustment, a study of childpsychology, 1962, hlm 38 membedakan pengertian kedua istilahtersebut : pertumbuhan pada umumnya dibatasi oleh perubahan

4Kelompok 1>>>Asep Z . S.> Bidel Natipu >Dedi Priyanto >Dwi Indarwati

structural dan filosofis (fa’ali) dalam pembentukan jasmaniahseseorang sejak dalam janinmelalui masa-masa prenatal (sebelumlahir)sampai kedewasaannya . sedangkan perkembangan adalahberhubungan erat baik dengan pertumbuhan maupun kemampuan-kemampuan pembawaan dari tingkah laku yang peka terhadaapperansangan-perangsangan (stimuli) sekitar. Rumusan yang samajuga dikemukakan oleh Wasty Soemanto, 1983 hal 41 dan54 :”Pertumbuhan dinyatakan dalam bentuk perubahan-perubahan yangterjadi pada bagian-bagian material… perkembangan dapat diartikansebagai perubahan kualitatif daari fungsi-fungsi.Manusia disebut matang bilamana fisisk dan psikisnya telahmengalami pertumbuhan dan perkembangan sampai tingkat-tingkattertentu (arifin, HM. 1977, hlm. 102-103).

Pertumbuhan dan perkembangan dan perkembangan tidak dapat dipisahkan, keduanya digunakan unttuk menerangkan perubahan –perubahan progresif yang terjadi pada indidvidu, baik jasmani atau rohani

2. Faktor-Faktor PerkembanganFaktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan, yang kemudian melahirkn berbagai macam teoriseperti dibawah ini : a. Theori Nativisme (Kelahiran,pemabawaan)

Menurut teoti ini bahwa perkembanagan individu ditentukan olehpembawaan atau kekuatan-kekuatan kodrati yang dibawa sejaklahir. Aliran ini disebut juga Biologisme, karenamementingkan individu saja,tanpa pengaruh-pengaruh dari luaratau pula disebut Negetivisme, karena serba menafikan ataumenegatifkan segala yang dating dari luar. Tokoh utama aliranini adalah Schopenhauer, filosof asal Jerman.

b. Teori Empirisme (pengalaman)Perkembangan individu ditentukan oleh adanya pengalaman,pengaruh dari luar, termasuk pendidikan (ajar). Aliran ini disebut sosiologisme Disampin itu pula aliran ini disebut juga Pedagogik-optimisme,Karena pendidikan (ajar) dan segala pengaruh dari luardianggap berkuasa atau mengubah kekuatan-kekuatan yang dibawasejak lahir. Tokoh utamanya ialah John Locke

c. Teori Korvengensi (berpadu, bertemu)Teori ini menganggap bahwa Perkembangan individu merupakanperpaduan antara pembawaan dan pengaruh dari luar,keduaunsurini salin melengkapi. Tokohnya adalah William Stern, tokoh ini tidak menunjukansecara jelas perimbangan dalam arti , manakah yang lebihdominan dari kedua factor tersebut

5Kelompok 1>>>Asep Z . S.> Bidel Natipu >Dedi Priyanto >Dwi Indarwati

3. Prinsip-Prinsip Hereditas Dan Implikasinya Untuk PendidikanHereditas (heredity) adalah proses penurunan atau

pemindahan ciri-ciri khas dari generasi ke generasi berikutnyadengan perantaraan Plasma benih. Jadi yang diturunkan ataudipindahkan ialah strukturnya, bukan bentuk prilakunya, seperti,pola-pola berjalan, berbicara, merasa, berfikir dan mengaalami.

Perlu dipahami oleh pendidik mengenai prinsip-prinsiphereditas karena mengandung manfaat dan kegunaan tertentu dalampraktek pendidikan, menurut Crow dan Crow dalam bukunyaEducational Psycholgy halaman 35-38 mengemukakan empat prinsiphereditas.a. PrinsipReproduksi (reproduction)

Prinsip ini menyatakan bahwa hereditas itu berlangsung denganperantaraan sel-sel benih (germ cell), bukan melalui sel-selsomatis dan badan. Prinsip Reproduksi ini menjelaskan bahwasifat-sifat yang diperoleh orang tua, norma-norma yangdimiliki orang tua sebagai hasil belajar atau pengalaman tidakdapat diturunkan kepada anak atau tidak nmempengaruhi keadaansel benih. Contohnya ; seorang anak yang ingin naik sepedasendiri tidak dengan sendirinya atau otomatis dapatmengendarai sepeda walaupun orang tuanya menjadi juarapembalap sepeda.

b. Prinsip Konformitas (Conformity)Prinsip ini menyatakan bahwa setiap jenis species kanmenurunkan jenis speciesnya sendiri, artinya bahwa makhlukmanusia tidak mungkin melahirkan maakhluk lain yang bukanmanusia.Hal-hal yang ditunkan disini meliputi ciri-ciri biologisseperti bentuk struktur jasmani, susunan syaraf, warna kulit,warna rambut dan lain sebaginanya.

c. Prinsip Varians (variation)Prinsip ini menyatakan bahwa suatu species disamping memilkikesamaaan juga memiliki saling berbeda, inilah yang membedakanantara individu yang satu dengan individu yang lain. Olehsebab itu dapatlah dimaklumi bahwa didunia ini tidak ada duaorang yang persis sama, meskipun ia berasal dari anak kembaridentik (identical twins) yaitu anak kembar yang tumbuh darisatu sel telur yang sama.

d. Prinsip Regresi filial (filial regression)Prinsip ini menyatakan bahwa ciri-ciri yang terdapat pada anakakan memperlihatkan kecenderungan sampai kepada keadaan rata-rata (average), hukum ini mengandung pengertian bahwa anakorang tuanya yang cerdas ada kecenderungan menjadi kurang

6Kelompok 1>>>Asep Z . S.> Bidel Natipu >Dedi Priyanto >Dwi Indarwati

cerdas atau sebaliknya mengungguli kecerdaasan orang tuanya,disebabkan orang tua bukan produsen atau pabrik gen, melaikansebagi pembawa gen saja.

4. Perlengkapan Dasar Dan Ajar Yang TerpentingPerlengkapan dasar adalah Perlengakapan yang dimilki

organism berdasarkan atas hereditas, bukan diperoleh karena usahaatau kegiatan belajar. Dengan kata lain perlengakapan ini adasejak lahir (sifat bawaan), sedangkan yang dimaksud denganperlengkapan ajar adalah perlengkaapan yang diperoleh organismkarena usaha-usaha belajar.

Menurut Witherington (buchori, M., 1978 halaman 48-56 ada 6perlengkapan dasar yang penting diketahui oleh para pendidik ;a. Gerakan atau Action

Gerakan yang timbul pada makhluk manusia bersifat, dinamisartinya selalu menuju kerah perubahan mulai dalam kandungan,dilahirkan (bayi) sampai dewasa melalui jenjang yang dilakukan, sedangkan pada makhluk lain selain manusia bersifat statis.

b. Susunan badanAnak dilhirkan dengan strukur jasmani atau badan dan tersusundari organ-organ tertentu pula, seperti alat indera mengadakankontak dengan dunia dengan sadar. Kesemuanya menujukankesamaan untuk semua anak pada tingkat umur yang sebaya.

c. Kepekaan atau sensivitasKepekaan yang ada pada organisme selain pada manusia terbataspada perangsangan seperti panas, cahaya, tekanan udara danlain sebaginya. Sedangkan pada manusia lebih luas lagimisalnya peka terhadap perasaan orang lain, terhadap sosiocultural seperti radio, televisi dsb.

d. PlastisitasSetiap organisme ada kapasitas untuk mengalami perubahan baaikjasmani ataupun rohani dan mungkin juga mengadakan penyesuaiandiri dengan hampir segala macam situasi kongkrit-abstrak-fisik-psikis.

e. Dorongan dorongan Mengingat banyaknya dorongan yang terdapat pada diri manusia,ada yang membaginya menurut dasar, arah dan kegunaanya danadapula yang membagi menurut sifat doronganya. yaitu ;Penggolongan yang pertama (menurut dasar arah dan kegunaannya,dibedakan menjadi tiga;

1) Dorongan mempertahankan hidup atau diri2) Dorongan mempertahankan keturunan

7Kelompok 1>>>Asep Z . S.> Bidel Natipu >Dedi Priyanto >Dwi Indarwati

3) Dorongan mengembangkan diri

Sedangakan menurut penggolongan kedua (menurut sifatnya) dapatdibedakan menjadi 5 bagian (Masrun dan Sri Mulyani Maraniah1977, hlm 21) yaitu :1) Dorongan Psikologi (lapar, haus, istirahat dsb)2) Dorongan Emosional (rasa takut, Marah dsb)3) Dorongan social (bergaul, meniru dsb)4) Dorongan mental (ilmu pengetahuan, kecakapan, keterampilandsb)5) Dorongan spiritual (Percaya pada yang gaib, Tuhan Yang MahaEsa)

f. Kapasitas Untuk BelajarKapasitas ini memungkinkan manusia untuk dapat memahami danmenguasai berbagai macam pengetahuan dan ketrampilan yangsangat diperlukan bagi kehidupan, kalau kapasitas inidiperoleh dari hereditas, tentu akan menghasilkan perubahanyang dinamis dan fungsional, yang semakin lama bertambah luasdan mendalam.

5. Prinsip-Prinsip Pertumbuhan Dan Perkembangan

Witherington (Buchori, M., 1978, hlm 159 -67) mengemukakanSembilan prinsip pertumbuhan dan perkembangan, yaitu : 1) Efek usaha-usaha belajar tergantung kepada tingkat kedewasaan

yang telah dicapai, dikenal dengan kedewasan atau kematangan(maturity) contohnya melatih anak berumur 6 bulan untukbelajar jalan.

2) Pertumbuhan lebih cepat dengan jalannyadalam tahun-tahunpertama, prinsip ini berlaku untuk asfek fisik dan psikissekaligus.

3) Setiap individu mempunyai tempo dan irama perkembangannyasendiri dalam arti ada yang cepat, sedang atau lambat, adayang tetap berjiwa anak; ada yang cepat berfikir dan bertindakseperti orang dewasa, maka dikatakaan memiliki iramaperkembangan.

4) Setiap golongan individu (species) mengikuti polabperkembangan umum yang sama. Seperti; anak baru bisa berdiritegak setelah dapat duduk, semua anak umur 6 tahun padaumumnya dianggap matang untuk mengikuti pelajaran disekolahdasar.

8Kelompok 1>>>Asep Z . S.> Bidel Natipu >Dedi Priyanto >Dwi Indarwati

5) Sifat-sifat psikis timbul bersama-sama dan tidak secaraberturut-turut, dalam suatu teori bahwa sifat-sifat psikisadalah “daya” yang berkembang secara berurutan.

6) Hereditas dan lingkungan yang sama pentingnya bagi pertumbuhandan perkembangan, prinsip ini dikenal dengan prinsip“konvergensi” yang menganggap bahwa perkembangan individuadalah hasil kerjasama dari kedua factor tersebut.

7) Pertumbuhan dapat terlambat dan dapat pula diercepat, misalnyaKurang gizi, kekurangan kesempatan atau sikap psikis yangsalah.

8) Pertumbuhan dan perkembangan meliputi individuasi danintegrasi, dengan bertambahnya umur, bertambah pulallahperkembangannya dan kemudian terjadilah proes diferensiasi dansejalan dengan itu terjadi pula proses integrasi.

9) Pada saat umur kronologis biasanya anak perempuan lebih dewasadari pada anak laki-laki..

6. Kematangan Anak Untuk BersekolahDalam uraian terdahulu dikatakan bahwa Kematangan menunjuk

pada keadaan perkembangan, dan juga proses perkembangan, dengandemikian seorang pemuda diakatakan matang apabila ia telahmencapai petumbuhan penuh (purna).Ada dua macam kematangan yaitu kematangan umum dan kematangankhusus, Kematangan umum organisme mengakibatkan kegiatanmeningkat dan daya belajar yang lebih tingggi atau lebih besar;sedangkan kematangan khusus dari berbagai indera , syaraf danototmemungkinkan kita untuk memberikan respon yang sebelumnyatidak mungkin. Ini berarti pola tingkah lakuyang baru takdiragukan lagi merupakan hasil bersama dari kematangan belajar.Para ahli ilmu jiwa anak memperkrakan bahwa anak umur 6 tahunpada umumnya sudah matang bersekolah , perkiraan ini ditandaihal-hal sebagai berikut:

1) Mencapai perkembangan fisik yang memadai2) Mempunyai perasaan kemasyaratakatan yang memungkinkan untuk

menyesuaikan diri dengan teman sebaya3) Mempunyai minat yang cukup pada bebrapa kecakapan4) Berkesanggupan untuk bekerja sekedarnya.

Menurut Havighurst, dalam bukunya Human Devolopment andeducation, yang diterjemahkan oleh IKPTM Kom. Fakultas IlmuPendidikan Universitas Gajah Mada, Hlm 10-14 sebagai berikut :

1) Mempelajari kecakapan-kecakapan jasmaniah yang dibutuhkanuntuk permainan sehari-hari;

9Kelompok 1>>>Asep Z . S.> Bidel Natipu >Dedi Priyanto >Dwi Indarwati

2) Membentuk sikap yang baik terhadap diri sendiri sebagaimakhluk yang tumbuh;

3) Belajar bergaul dengan teman sebaya;4) Mengembangkan kecekatan-kecekatan dasar dalam membaca,

menulis dan berhitung;5) Mempelajari peranan social laki-laki atau anita yang layak;6) Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk

kehidupan sehari-hari dan7) Mengembangkan kata hati, kesusilaan dan norma nilai.

Fungsi ini baru dapat dijalankan dengan baik antara lainjika kematangan anak diketahui dengan baik. Terutama pada saatdipandang sudah matang untuk bersekolah.

BAB IIIINTELIGENSI DAN PENAKARANNYA

1. Pengertian InteligensiInteligensi merupakan salah satudari beberapa gejala ke jiwaanyang sulit dipahami. Padahal sudah tidak diragukan lagiperanannya dalam berbagai bidang kehidupan terutama dalam bidang

10Kelompok 1>>>Asep Z . S.> Bidel Natipu >Dedi Priyanto >Dwi Indarwati

pendidikan dan pengajaran. Berbagai pengertian atau defenisi,yang oleh Freeman, 1962, hlm.149-51 ( Cecco, 1968,, hlm 98 )menjadi tiga defenisi:a. Intelligence is the adaptation or adjustment of the individual

to his total environment.b. Intelligence is the ability to learn;c. Intelligence is the ability to carry on abstract thinking.

Padadefinisi , yang pertama, yang ditekankan adalah kemampuanseseorang untuk mengatasi masalah-masalah baru dan situasi-situasi baru. Pada definisi yang kedua, yang ditekankan adalahdapat didiknya individu. Sedang pada defisnisi ketiga, yangditekankan adalah kapasitas individu untuk melakukan penalaranverbal dan matematik.

2. Teori-teori inteligensi

a. Teori dwi-faktor( Two –factor theory ). Teori ini dikemukakanoleh Charles Spearman ( 1904-1927 ), seorang ahli statisticbangsa Inggris, sebagai hasil analisi statistic terhadap item-item dalam test inteligensi. Spearman mengatakan bahwainteligensi tiap orang terdiridari : kemampuan Umum ( Generalability), kemampuan khusus ( special abilities )

b. Teori factor berganda ( Multiple-factor theory ). Teori inidikemukakan oleh LL Thurstone pada tahun 1938 sebagai bantahanterhadap dwi factor yang dikemukakan oleh spearman, Thurstonemenyimpulkan bahwa inteligensi itu mengandung tiga belasfactor tujuh diantaranya sebagai kemampuan psikis primer( primary mental abilities ) yaitu :1. The number factor (N) ( Faktor bilangan ) : yaitu kemampuan

mengerjakan hitungan dengan cepat dan tepat2. The verbal factor (V) ( Factor verbal ): yaitu kemampuan

yang diperoleh dalam test pemahaman verbal ( kemampuanberbahasa )

3. The space ( S ) ( Faktor ruang ):kemampuan ini barulahdiperoleh kalau para subyek mencoba menggunakan denganimajinasinya suatu objek dalam ruangan.

4. The word flurency factor ( W ) ( Faktor kelancaran berkata-kata ) yaitu kemampuan untuk mengingat kata-kata yangterpisah secara lancer dan tepat.

5. The reasoning factor (R) (Faktor penalaran ) :yaitukemampuan untuk menarik kesimpulan secara induksi dandeduksi suatu kaidah atau prinsip yang terkandung dalamrangkaian atau kelompok isinya.

6. The perceptual factor (P) ( Faktor persepsi ): yaitukemampuan untuk menanggapi dengan cepat dan cermat.

11Kelompok 1>>>Asep Z . S.> Bidel Natipu >Dedi Priyanto >Dwi Indarwati

7. The role memory factor ( M ) ( Faktor ingatan ): yaitukemampuan untuk mengingat dengan cepat (Atkinson, Rita L.,(et al.)1983, hlm.369: cecco, John P.De 1968, hlm.101).

c. Teori kuantita (Quantity theory). Teori ini di kemukakan olehEdward L. Thorndike (1874 –1949) kwalitasin telek itubergabung kepada kwantitakoneksi atau pertalian penghubung-penghubung syaraf (neural) teorinya yang dinyatakan dalampenjelasannya tentang tingkah-laku yang kemudian terkenaldengan sebuatan “stimulus – respon”

3. Tipe-tipe Test InteligensiTest inteligensi dapat di bagi menjadi dua macam yang pokok yaitutes individual dan kelompok. Tes individual, sesuai dengannamanya, diberikan kepada satu orang pada suatu saat.Masatestingnya kira-kira satu jam, dan selama masa itu, penguji(tester) mencatat jawaban-jawaban yang disampaikan teruji(testee) secara lisan. Tes kelompok diberikan kepada sejumlahsiswa, yang jawabannya biasanya tertulis, dengan lama waktutertentu.Karenaberbagai pertimbangan _ penghematan waktu dan biaya _ maka tes kelompok lebih banyak dilaksanakan dari pada test individual.Yang masing-masing dapat diuraikan sebagai berikut :

Test individual, yang paling terkenal adalah Skala Stanford-Binet (Stanford-Binet Scales).

Konsep William Stern dengan mengubah istilahnya menjadi“ Inteligence Quotient” disingkat dengan IQ.

M.A. adalahsingkatandarimental age( umur mental ataupsikis),yaitu umur kecerdasan sebagai mana dihasikan oleh tesinteligensi

C.A adalah singkatan dari chronological age( umur kalender atau umu rkronologis), yaitu umurseseorang sebagaimana di tunjukkan oleh hari kelahirannya atau lamanya ia hidup sejak tanggal lahirnya.

Dengan demikian, maka anak yang berumur 4 tahun yang mencapai umur psikis 5 tahun, I.Q nya adalah :5/4 X 100 =125.

Tesinteligensi individual lainnya yang telah digunakansecara luas, yang juga merupakan revisi dari skala Binet-Simon,adalah dua skala Wechsler :” Wechsler Adult Intelligence Scale,”di singkat WAIS dan “Wechsler Intelligence Scale for Children”,disingkat, WAIS yang pertama terbit pada tahun 1939, dengan nama

12Kelompok 1>>>Asep Z . S.> Bidel Natipu >Dedi Priyanto >Dwi Indarwati

" Wechsler-Bellevau Intelligence Scale”,disingkat W – B;kemudian direvisi pada tahun 1955, yang sampai sekarangdigunakan.

Tes Kelompok. Pada umumnya, sekolah menggunakan tesinteligensi kelompok, yang memiliki banyak karakteristik tesinteligensi individual.Pertama, seperti halnya Stanford-Binet danskala Wechsler, keduanya didasarkan atas teori kapasitas umum danatas anggapan bahwa penakaran terhadap kapasitas ini menghendakipengambilan sampel dari berbagai kegiatan mental.

Tes jenis ini pertama-tama dimulai di Amerika Serikatselama perang Dunia I yaitu mulai tahun 1917, dengan menggunakanArmy Alpha Tests, yang diperuntukkan bagi para prajurit yangdapat membaca dan menulis dan yang bisa berbahasa inggris, danArmy Beta Tests, yang diperuntukkan bag imereka yang buta hurufdan tidak bisa berbahasa inggris.

4. KegunaanTesInteligensi

Sudah begitu lama para ahli mencurahkan tenaga dan pikirannyauntuk menyusun tes inteligensi, baik individual maupun kelompok.Sehubungan denga itu, maka penggunaan dan penafsiran test inteligensi di dunia pendidikan mempunyai nilai dan kegunaan praktis, antaralain seperti yang dikemukakan Witherington ( Buchori, 1978, hlm 245-47) yaitu:

1. Penggolongan murid-murid disuatu kelas menurut kapasitasnyta.

2. Penentuan kedalam golongan-golongan menurut abilitasnya3. Penentuan diagnosis terhadap kesulitan-kesulitan belajar4. Bahan bimbingan ( belajar, jabatan atau pribadi )5. Bahan pertimbangan dalam menentukan tindakan a-sosial dan

kriminal6. Perkiraan keberhasilan dengan melakukan kegiatan yang

akan datang

BAB IVBELAJAR

1. Proses Belajar

13Kelompok 1>>>Asep Z . S.> Bidel Natipu >Dedi Priyanto >Dwi Indarwati

Belajar adalah perbuatan yang dilakukan secara terus-menerus sepanjang hayat manusia dan sekaligus merupakan suatukeharusan bagi manusia untuk melakukannya demi meningkatkan bobotdan kwalitas hidupnya. Unsur-unsur yang terkandung dalam situasipenting untuk belajar, ada tiga unsur yang bersama-sama membentukkejadian belajar yaitu: pelajar (learner), stimulus atau situasistimulus dan respon. Pelajar (learner) terdiri dari berbagaipotensi hereditasnya ( organ-organ indera, susunan syaraf pusatdan otot-otot)

Dalam bidang pendidikan, salah satu cara yang paling mudahmelukiskan kejadian belajar sebagai berikut. Guru memperlihatkanpada muri-murid gambar anjing dan menyuruh mereka agar memberikannama hewan tersebut. Tak ada respon. Kemudian ia menceritakankepada mereka bahwa gambar tersebut adalah gambar anjing herder -ia menyampaikan stimulus. Ketika ia memperlihatkan gambartersebut untuk kedua kalinya, maka tiap murid akan menjawab“anjing herder”. Jadi respon ini memperlihatkan perubahan perbuatanpara muridnya dari saat mereka berada dalam situasi stimulus hinggasaat sesudah mereka beradadalam situasi stimulus. Dari perbuatan yangberubah ini sehingga dapat disimpulkan telah terjadi belajar.

2. Pengertian belajar.a. Menurut Cronbach, dalam bukunya Educational Psychology,

1954hlm.47 (sumadi Suryabata 1984, hlm.251), menyatakanbelajar yang sebaik-baiknya adalahndengan mengalami; dandalam mengalami itu si pelajar menggunakan panca ideranya.

b. Menurut Berelson dan steiner dalam bukunya human behevior1964, hlm. 135, mengemukakan: “Learning :Change in behaviorresult from previous in similan situations”Dengan demikian menurut batasan di atas, yang tidak begitujauh dari batasan Cronbach, belajar dalam pengertian yanglebih luas mengacu pada akibat-akibat yang di timbulkanpengalaman, baik secara langsung maupun secara simbolik,terhadap tingkahlaku berikutnya.

c. Menurut Ernes R. Hilgard, dalam bukunya Theories of learning,1984, hlm.4 (Sumardi Suryabrata, 1984, hlm. 252),menyatakan:”Learning is the process by which an activityoriginates or is changed through training procedures (whetherinthe laboratory or in the natural environment) asdistinguished from change by factors not atributable totraining”Tegasnya, menurut Hilgard, belajar merupakan proses perbuatanyang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkanperubahan yang keadaannya berbeda dari perubahan yangditimbulkan oleh lainnya.

14Kelompok 1>>>Asep Z . S.> Bidel Natipu >Dedi Priyanto >Dwi Indarwati

3. Jenis-Jenis Belajara. Belajar secara sinyal ( signal Learning). Dalam jenis belajar

ini, yang sering pula disebut “pensyaratan Klasik” (classicalconditioning)=hewan atau individu memperoleh respo bersyarat terhadap sinyal yang diberikan.

b. Belajar secara stimulus – respon (stimulus response learning).c. Perangkaian (chaining) belajar keterampilan (skill learning)d. Asosiasi lisan (verbal association)e. Perbedaan berganda (multiple discrimination)dalam jenis

belajar ini siswa harus mempelajari respon-respon yang berbedadari perangsang-perangsang yang mungkin membingungkan.

f. Belajar konsep (concept learning)g. Belajar prinsip atau asas (Principle learning) dalam belajar

ini menghubungkan dua konsep ataulebih.h. Pemecahan masalah ( problem solving)

4. Faktor – faktor yang mempengaruhi belajara. Faktor atau perubahan struktur kognitif (cognitive structure

variables)b. Kesiapan yang berkembang (developmental readiness)c. Kemampuan itelektual (inteliectual ability)d. Faktor motifasi dan sikap (motivational and attitudional

factors)e. Faktor kepribadian (personality factor)

Kategori situasi (situational category) meliputi: faktor-faktor belajar sebagai berikut:a. Praktek (praktice) – frekwensi, distribusi, metode dan

kondisi-kondisi umum ( yang meliputi balikan atau hasil-hasil pengetahuan)

b. Susunan atau rencana bahan pengajaran (the arrangement of instructional) dalam arti jumlah, kesulitan, tingkat ukuran, logika yang mendasari, urutan, pengaturan kecepatan (pacing) dan penggunaan alat-alat peraga dalam pengajaran.

c. Faktor kelompok dan sosial tertentu (certain groupand social factors) racial segregation

d. Karakteristik guru (characteristiks of the teacher)

5. Teori-teori belajar1. Teori Ilmu Jiwa Daya (Faculty psycohology)2. Teori koneksionisme (conenctionism)3. Teori conditioning4. Teori gestalt (insight in learning)

15Kelompok 1>>>Asep Z . S.> Bidel Natipu >Dedi Priyanto >Dwi Indarwati

6. Prinsip-Prinsip BelajarNasition, hlm, 49-56, mengemukakan antaralainm;1. Agar seorang benar-benar belajar dia harus mempunyai tujuan2. Kebutuhan itu harus timbul dari atau berhubungan dengan

kebutuhan hidupnya dan bukan karena dipaksakan oleh oranglain3. Orang itu harus bersedia mengalami bermacam-macam kesukaran

dan berusaha dengan tekun untuk mencapai tujuan yang berharga baginya.

4. Belajar itu harus terbukti dari perubahan tingkah lakunya5. Selain tujuan pokok yang hendak dicapai, diperolehnya pula

hasil-hasil sambilan atau sampingan. Misalnya ia tidak hanya bertambah terampil membuat soal-soal ilmu tetapi memperoleh minat yang lebih besar untuk bidang studi itu.

6. Belajar akan lebih berhasil dengan jalan berbuat atau melakukan. Learning by doing. The process of learning by doing, reacting, undergoing, experiencing. Prinsip ini sangat penting.

7. Seorang belajar sebagai keseluruhan, tidak dengan otaknya, atau secara intelektual saja tetapi juga secara sosial dan emosional, etis dan sebagainya.

8. Dalam hal belajar seorang memerlukan bantuan dan bimbingan dari orang lain

9. Untuk belajar diperlukan “insinght”. Apa dipelajari harus benar-benar dipahami. Belajar bukan menghafal fakta logis lepas secara verbalistis

10. Disamping mengejar tujuan belajar yang sebenarnya, seorang sering mengejar tujuan-tujuan lain. Misalnya: Orang belajar main badminton, juga ingin menjadi juara, mencari keharuman dan nama baik sekolahnya dan sebagainya

11. Belajar lebih berhasil, apabila usaha itu memberi sukses yang menyenangkan

12. Ulangan dan latihan perlu akan tetapi harus didahului oleh pemahaman

13. Belajar hanya mungkin kalau ada kemauan dan hasrat untuk belajar

7. Transfer Belajar1. Teori disiplin formal2. Teori unsur-unsur yang identik3. Teori generalisasi

8. Mengingat dan lupaa. Mengingat

Menurut Kohnstamm, Ingatan adalah semua macam pekerjaan jiwa yang berhubungan dengan waktu; menurut W. Stern “ingatan

16Kelompok 1>>>Asep Z . S.> Bidel Natipu >Dedi Priyanto >Dwi Indarwati

sebagai hubungan pengalaman dengan masa yang lampau; ( Bigot, ( et al. ), hlm.105) ; dengan menurut linschoten ( Moh Amin, hlm. 101) mengingat berarti meletakkan atau belajar; memperoleh pengetahuan dan kecekatan dengan jalan pencaman secara aktif”.

b. Lupa (forgetting) lupa merupakan pengalaman manusia yang universal dan sekali gus pertanda atas ketidak sempurnaan dayaingatan manusia.Dewasa ini terdapat beberapa pandangan yang menerangkan sebab-sebab terjadinya lupa. Dan pandangan-pandangan tersebut sebagai berikut:1. Tidak pernah digunakan ( disused )2. Inhibisi interaktif ( interactive inhibilitions)3. Repressi, yaitu keadaan psikologi yang menekan

BAB VSIKAP, MINAT, DAN MOTIVASI

17Kelompok 1>>>Asep Z . S.> Bidel Natipu >Dedi Priyanto >Dwi Indarwati

Konsep sikap sudah lama menjadi pokok bahasan ilmu jiwa, khususnyailmu jiwa sosial. Dalam riset sering kita baca tema-tema sosial sangatmenonjol, yaitu yang berkenaan dengan ”situasi” tepat siakp itudidefinisikan menurut istilah-istilah sosial. ”misalnya sikap kehati-hatian dan ketlitian”.Sikap-sikap tersebut bukanlah dibawa sejak lahir akan tetapidipelajari dan dikembangkan sebagai pengiring pengalaman individu. Dankeadaan yang serupa itu berjalan pola-pola dan tingkah laku yang khasdan berhubungan erat dengan reaksi emosional yang bersangkutan.

Dari keterangan diatas dapatlah dimaklumi bahwa sikap (atitued)terutama merupakan keadaan batinlah, bukan merupakan peryataanlahiriyah (overt exspresson) merupakan kecendrungan dan kesiapan untukbertindak atau merespon, bukan merupakan merespon atau tindakan itusendiri.

Aspek-aspek sikap biasanya telah disepakati bahwa sikapmemperlihatkan tiga macam aspek komponen menurut Triandis (1) kongnitif,yaitu mengenai gagasan atau proposisi-proposisi yang menyatakanhubungan antara situasi dan objek sikap, (2) afektif, yaitu mengenaiemosi atau prasaan yang menyertai gagasan, (3) tingkahlaku, yaitumengenai kecendrungan atau kesiapan untuk bertindak.

Komponen kongnitif, secara teoritis, gagasan pokok yang digunakankalau komponen ini menghadapi ketidak tetapan atau ketidaksesuaiandiantara kepercayaan atau pendirian.

Komponen afektif, sikap berhubungan erat dengan reaksi emosioalyang menyenangkan maupun tidak menyenangkan. Dan munkin pula bersifatpositif ataupun sebaliknya.

Komponen kognitif, sama hal nya seperti komponen afektif bisaberubah-ubah dari positif ke negatif yang disertai prasaan yang tidakaktif ke sikap yang disertai prasaan yang kuat.

Komponen tingkahlaku, jenis-jenis tindakan yang diambil individujelas sangat dipengaruhi oleh sikap. Perlu ditambahkan bahwa carabertindak yang dipilih individu dalam setiap situasi khusus sebagianbesar akan ditentukan oleh seluk-beluk situasinya.

Bertolak dari ketiga aspek sikap tersebut di atas, kini dapatkita ketahui antara lain:

1. Dalam sikap selalu terdapat hubungan subjek-objek2. sikap bukan bersifat bawaan, melainkan dipelajari dan dibentuk

melalui pengalaman-pengalaman yang dialami3. Sikap dapat berubah-ubah sesuia dengan keadaan lingkungan

18Kelompok 1>>>Asep Z . S.> Bidel Natipu >Dedi Priyanto >Dwi Indarwati

4. Dalam sikap tersangkut tiga komponen yang menandai sikap yangdipelajari

5. Sikap tidak menghilang sekalipun kebutuhan sudah dipenuhi6. Sikap itu bersifat majemuk sesuai dengan banyaknya objek yang

dihadapi.

Sehubungan dengan pembentukan dan perubahan sikap, ada duafactor utama yang menentukan yaitu factor psikologis dan factorkultural. Faktor psikologis seperti motivasi, emosi, kebutuhan,pemikiran, kekuasaan dan kepatuhan. Kesemuanya merupakan faktor yangmemainkan peranan dalam menimbulkan atau mengubah sikap seseorang.

Dalam menentukan atau mengubah sikap bisa dilakukan dengan cara:

1. Adopsi melalui peniruan atau imitasi tingkahlaku2. Differensiasi atau individuasi3. integrasi dari banyak respon atas jenis yang sama4. Trauma

Pentingnya sikap: sikap yang mejadi pengerak (motivator)tingkahlaku yang penting dan menpengaruhi semua nilai manusia.

Dalam hubungan ini sikaporamg tua, guru dan tokoh masyarakatsangatlah penting. Disamping masing-masing harus diperlihatkan semacamsikap, sekaligus harus menyadari bahwa sikapnya harus di contoh danditiru.

MinatMinat dan interest bisa berhubungan dengan daya gerak yang

mendorong kita cendrung atau merasa tertarik pada orang, benda ataukegiatan ataupun bisa berupa pengalman yang afektif yang dirangsangoleh kegiatan itu sendiri. Dengan kata lain, minat dapat menjadipenyebab kegiatan dan penyebab partisipasi dalam kegiatan (crow &crow).

MotivasiIstilah motive berasal dari akar kata bahasa latin ”movere”,

yang kemudian menjadi ”motion” yang artinya gerak atau dorongan untukbergerak. Jadi motif merupakan daya dorong, daya gerak, atau penyebabseseorang untuk melakukan berbagai kegiatan dan dengan tujuantertentu. Hal ini sejalan dengan pengertian yang dikemukakan oleh woodworth dan Marquis, dalam bukunya psikology hal. 337 yaitu motif adalah

19Kelompok 1>>>Asep Z . S.> Bidel Natipu >Dedi Priyanto >Dwi Indarwati

sumber suatu set (kesiapan) yang menjadikan individu cendrung untukmelakukan kegiatan-kegiatan tertentu dan untuk mencapai tujuan-tujuantertentu.- Fungsi insentif : fungsi ini menghendaki agar guru memberikan

hadiah kepada siswa yang berprestasi dengan cara seperti medorongusaha lebih lanjut dalam mengejar tujuan instruksional.

- Fungsi disiplin : fungsi ini menghendaki agar guru mengontroltingkahlaku yang menyimpang dengan menggunakan hukuman dan hadiah.

Teori belajar sosial (social treaning theory). Teori inimenenkankan interaksi antara tingkahlaku dan lingkungan, denganmemusatkan pola-pola tingkahlaku yang dikembangkan oleh individu untukmegatasi lingkungan bukan dipusatkan pada dorongan-dorongan insting.

Usaha untuk mempermudah motivasi belajar, para ahli ilmu, paraahli pendidikan, para majer, semuanya tidak meragukan akan pentingnyamotivasi dalam berbagai bidang pekerjaan .

Uraian-uraian diatas tentang sikap, minat, dan motivasi,sekalipun secara garis besar, diharapkan dapat memberikan gambarantentang betapa pentingnya ketiga hal tersebut dalam proses belajar –mengajar.

BAB VIBERPIKIR DAN PEMECAHAN MASALAH

1. Berpikira. Pengertian berpikir

20Kelompok 1>>>Asep Z . S.> Bidel Natipu >Dedi Priyanto >Dwi Indarwati

Studi tentang berpikir manusia merupakan lapangan psikkologi yangpaling penting dan juga yang paling sulit dilakukan, mengingat,berpikir sebagian besar merupakan aktivitaspribadi. di kalangan ahliilmu jiwa asosiasi, misalnya menganggap bahwa berpikir adalahkelangsungan tanggapan-tanggapan yang disertai dengan sikap yang pasifdari subyek yang berpikir (Sumadi Suryabrata, 1984). di kalangan ahliilmu jiwa behaviorisme menganggap bahwa berfikir adalah suatu reaksisubmanifes yang untuk sementara menggantikan reaksi yang menentukan.Menurut ahli ilmu jiwa ini semua tingkah laku adalah tingkah lakujasmani dalam arti yang sesungguhnya (dakir, 1977)

Kesimpulan dari uraian diatas bahwa tidak ada defenisi berpikiryang khas dan bersifat teknis dalam psikologi. Hal ini disebabkan olehbanyak aspek yang terkandung dalam berpikir. Ada aspek berpikir yangdiarahkan kepada masalah yang disebut berpikir yang terarah danteratur (directed thingking). Study tentang berpikir manusia,sebenarnya mencangkup dua bidang riset yang luas, berpikir yangteratur dan berpikir yang tak teratur.

b. Tingkat-tingkat berpikir

Sesusai dengan perkembangan kemampuan kecerdasan, juga tingkatkesadaran manusia dalam berpikir mengalami perkembangan. Dari hasilanalisis pada ahli mereka menyapaikan dan menyimpulkan bahwa manusiamengalami berbagai tingkat berpikir, antara lain Crow & Crow dan Frohnahli ilmu jiwa aliran Koln, Jerman (Arifin, 1977, hlm. 192-193)

Menurut Crow & Crow, ada 4 tingkat berpikir manusia yaitu:1) Reveric or daydreaming: Kegiatan mental yang setaraf dengan

minat dan reaksi asosiasi yang sekarang.2) Aesthetic appreciation : Reaksi mental yang mempunyai

komponen-komponen emosi yang kuat.3) Accusition information: Raksi mental yang cukup untuk

mengasimilasikan dan mengingat fakta-fakta dan pengalaman-pengalaman baru.

4) Reflective thinking and creative thingking (problem –solving): Memberikan pertimbangan dan menimbulkan pengalamyang relevan dengan pemecahan suatu masalah (reflectivethinking), menolak pengalaman hingga timbulah gagasan baru(creative thinking).

Menurut Frohn ada 3 tingkat berpikir manusia yaitu:

21Kelompok 1>>>Asep Z . S.> Bidel Natipu >Dedi Priyanto >Dwi Indarwati

1) Tingkat kongkret yaitu berpikir dengan menggunakan persepsidan pengamatan menggunakan panca indra yang bersifat kongkret,tinggat berpikir ini dialami oleh anak-anak.

2) Tingkat skematis yaitu tingkat berpikir menggunakan bagan,diagram, sebagai ganti dari benda-benda konkrit.

3) Tingkay abstrak yaitu tingkat berpikir dengan menggunakanpengertian yang terbagi kedalam golongan-golongan, tingkatberpikir seperti ini pada umumnya terjadi pada orang dewasa.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa berpikir manusiasebenarnya merupakan proses yang dinamis. Dinamika berpikir itudimungkinkan oleh pengalaman yang luas, perbendaharaan bahsa yang kayadan didukung oleh pendidikannya yang baik.

2. Pemecahan Masalah a. Hakikat pemecahan masalah

Dari segi pendekatan, bisa dibedakan dalam dua jenis pemecahanyang pokok, keduanya terjadi pada semua tingkat umur. Kedua pendekatantersebut adalah secara gamak dan galat, dan secara penuh pengertian.Secara khas, pemecahan dengan penuh pengertian ini muncul secara tiba-tiba. Dengan demikian dapatlah ditegaskan bahwa pemecahan masalah inipada hakikatnya berhubungan dengan belajar prinsip bila ditinjau darisegi pendekatan dengan penuh pemahaman.b. Teknik-teknik pemecahan masalah

Ada beberapa teknik yang dapat digunakan untuk pemecahan masalahantara lain: 1) Berpikir reflektif oleh Dewey pertimbangan yang kuat, tetep dancermat terhadak keyakinan atau bentuk pengetahuan apapun yangcenderung dianggap benar (Skinner,(et al), 1950, hlm 235). atauseperti yang dikemukakan oleh Crow & Crow memberikan pertimbangan danmembangkitkan pengalaman yang relevan dengan pemecahan suatu kesulitanLangkah-langkah dalam suatu kegiatan berpikir reflektif yang digambarkan oleh Dewey sebagai berikut:

1. Kesadaran akan masalah 2. Memahami masalah3. Mengelompokan data4. Merumuskan hipotesis5. Menerima atau menolak hipotesis6. Menerima atau menolak kesimpulan

22Kelompok 1>>>Asep Z . S.> Bidel Natipu >Dedi Priyanto >Dwi Indarwati

2) Berpikir kreatif didefinisikan oleh Torrance dan kawan-kawannyasebagai proses menyadari kesenjangan atau mengalihkan atau salahmenanggapi unsur-unsurnya.

Berpikir kreatif sebagai salah satu teknik pemecahan masalahmempunyai tingkat-tingkat yaitu:

1. Persiapan, yang bersifat pendahuluan2. Inkubasi yaitu mengingkari masalah yang dihadapi dalam

beberapa saat3. Iluminasi yaitu proses bangkitnya pikiran yang jernih atau

mengarahkan gagasan yang dinyatakan hipotesis yang membawa ke pemecahan masalah4. Pembuktian dan perluasan

3) Belajar dengan menemukan didenisikan sebagai salah satu teknikpemecahan masalah. Namun dalam uraian pengertian belajar denganmenemukan akan lebih dititik beratkan kepada fungsi pendidik. Bertolakdengan pengertian diatas banyak bimbingan pengajaran yang bisadiberikan guru dalam pemecahan masalah, selanjutnya Wittrockmengelompokannya dalam empat bagian

1. Mengajar dengan ekspositori2. Memberikan prinsip yang berlaku tetapi memberikan pemecahan

masalah3. Guru tidak boleh memberikan prinsip tetapi ia boleh memberikan

pemecahan masalah4. Guru tidak boleh memberikan prinsip dan tidak boleh pula

memberikan pemecahan masalahDalam hal ini, guru diberikan peran yang luas khususnya dalam

memberikan bimbingan dengan tujuan mengajarkan berpikir bukanmengarkan pengetahuan yang sesungguhnya.ada 4 cara yang digunakan oleh guru dalam strategi mengajar yaitu:

1. Guru menyediakan pemusatan yaitu membentuk topic dan segipandangan khusus

2. Guru menyampaikan pemikiran pada tingat yang sama3. Guru mencantumkan pemikiran pada tingkat yang tertinggi 4. Guru mengkontrol pikiran dengan memberikan tugas kognitif

kepada siswa untuk dikerjakan.3. Nilainya bagi pendidikan

Program-program pendidikan yang diselenggarakan di sekolah banyakyang menggambarkan sistem berpikir dan metode inkwairi. sistemberpikir ini terdiri dari proposisi dan konsep yang mengarahkan arusinkwairi dan pemikiran.

23Kelompok 1>>>Asep Z . S.> Bidel Natipu >Dedi Priyanto >Dwi Indarwati

di bawah bimbingan guru yang terlatih baik, para pelajar akanmenerima latihan dengan sebaik-baiknya selagi mereka mengikutiprosedurberpikir reflektif. dengan usaha ini dimungkinkan bagi parapelajar untuk menyadari akan masalahnya, menegaskan, menempatkan,menilai dan mengorganisasikan informasi yang diperlukan, menemukan danmerumuskan hipotesis dan menilai hipotesis, dan menerapkanpemecahannya.terlatihnya para siswa dalam memcahkan masalah dari yang sederhanahingga yang komlpleks, pada gilirannya memberikan kemampuan tersendiribagi yang bersangkutan untuk digunakan dalam situasi-situasi lain dansetiap siswa mampu memechkan masalahnya ditemukan dan dipecahkansendiri, berarti mereka telah mempelajari sesuatu perbuatan yang lebihbaru dan mampu menggunakan pengetahuannya yang baru oleh sebab itu,memecahkan masalah menurut Gagne merupakan suatu bentuk belajar.

BAB VIIPRINSIP-PRINSIP MENGAJAR

24Kelompok 1>>>Asep Z . S.> Bidel Natipu >Dedi Priyanto >Dwi Indarwati

1. Pengertian Mengajar

Belajar dan mengajar merupakan suatu proses yang terpadu atauintegratif, sehingga fungsi dari satu fase atau seginyamempengaruhi fase atau segi lainnya.

Menurut Karl G. Garrison dan Robert A. Magoon, dalam bukunyaEducational Psychology: An Integration of Psychology and Aducational Practices, hlm 12(Proyek Pembinanaan Prasarana dan Sarana Perguruan TinggiAgama/IAIN di Jakarta, 1984/1985, hlm. 4), hubungan timbal-balikantara teori belajar dan teori mengajar itu meliputi: (1) formulasitujuan – pengalaman belajar; (2) perencanaan instruksi; dan (3)perencanaan penilaian mengenal hasil pengajaran dalam jangka waktutertentu. Ini berarti bahwa mengajar bukan semata-mata sebagaitujuan, akan tetapi agar para siswa mau belajar dan membantumemudahkan usaha belajarnya.

Dari uraian di atas dapatlah disimpulkan bahwa mengajar bukanlahusaha untuk menanamkan pengetahuan kepada para siswa dan bukan pulamenyampaikan kebudayaan mereka. Tetapi, mengajar adalah usahamengorganisasikan lingkngan dengan sebaik-baiknya danmenghubungkannya dengan para siswa sehingga terjadi proses belajar.Ini berarti bahwa tugas guru hanyalah menciptakan lingkungan yangmendorong anak untuk belajar, sedangkan kegiatan belajarnya datangdari dalam dirinya. Pengertian mengajar yanug serupa itu samadengan pengertian mendidik. Dan pengertian yang serupa inilah yangdianut oleh aliran progresif.

2. Aspek-aspek Psikologis Belajar-Mengajar

Menurut Crow & Crow, aspek psikologis belajar-mengajar (hlm 21),dapat dikemukakan secara ringkas seperti di bawah ini.a. Aspek Pengarahan (Directional Aspect)b. Aspek Motivasi (Motivation Aspect)c. Aspek Perkembangan Sikap (Attitude Development Aspect)d. Aspek Teknik (Technique Aspect)e. Aspek Pribadi (Personal Aspect)

3. Kompetensi Guru

Menurut Crow & Crow (hlm 26), kompetensi guru itu meliputi:a. Penguasaan subject-matter yang akan diajarkanb. Keadaan fisik dan kesehatannyac. Sifat-sifat pribadi dan kontrol emosinya

25Kelompok 1>>>Asep Z . S.> Bidel Natipu >Dedi Priyanto >Dwi Indarwati

BMencatat Tingkah

Laku

CProsedur

Instruksional

ATujuan

Instruksional

DPenilaian Perbuatan

Rangkaian Balikan Penilaian Perbuatan

d. Memahami sifat-hakikat dan perkembanugan manusiae. Pengetahuan dan kemampuannya untuk menerapkan prinsip-prinsip

belajarf. Kepekaan dan aspirasinya terhadap perbedaan-perbedaan kebudayaan,

agama dan etnisg. Minatnya terhadap perbaikan professional dan pengayaan cultural

yang terus-menerus

Dewasa ini, untuk program S1 dikembangkan apa yang disebut dengan“sepuluh kompetensi guru” (Raka Joni, 1980, hlm. 64-66, LampiranI), yaitu:a. Menguasai bahanb. Mengelola program belajar-mengajarc. Mengelola kelasd. Menggunakan media/sumbere. Menguasai landasan kependidikanf. Menelola interaksi belajar-mengajarg. Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaranh. Mengenal fungsi dan program bimbingan dan penyuluhani. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolahj. Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil penelitian

pendidikan guna keperluan pengajaran

4. Model-model Mengajar

Mengutip pendapat dari Gage, bahwa teori mengajar pada hakikatnyaingin menjawab tiga pertanyaan sekaligus, bagaimana guru bertindak,mengapa bertindak demikian dan bagaimana hasil atau pengaruhnya.

Sehubungan dengan pernyataan Gage di atas, berturut-turutdikemukakan beberapa model mengajar, yaitu: basis model mengajar,model Cybernetik, model interaksi dan model mengajar berdasarkancomputer.

Basis Model Mengajar (A Basic Teaching Model). Model mengajar inidikembangkan oleh Robert Glase (1962), dengan membagi prosesmengajar ke dalam empat komponen. Ada tiga tujuan yang ingindicapai oleh basis model mengajar ini, yaitu:a. Memberikan konseptalisasi proses mengajar yang mudah dan

sederhana, namun cukup memadaib. Membantu mengorganisasikan sekumpulan fakta, konsep dan prinsip

yang luas yang menjadi bidang atau lapangan psikologi pendidikan(Cecco, hlm 11).

26Kelompok 1>>>Asep Z . S.> Bidel Natipu >Dedi Priyanto >Dwi Indarwati

Energi PencarianKebutuhan Penseleksian Tindakan

Komponen pertama (A) ialah menentukan tujuan instruksional, yaitusiswa harus mencapai penyelesaian tugas pelajarannya, yangdiwujudkan dalam istilah tingkah laku. Komponen kedua; (B)menggambarkan tingkat pengetahuan siswa sebelum pelajaran dimulai.Ini berhubungan dengan apa yang pernah dipelajari sebalumnya,kemampuan dan perkembangan intelektualnya, keadaan motivasinya danfaktor-faktor sosial dan kebudayaan tertentu yang mempengaruhikemampuan belajarnya. Komponen ketiga; (C) menggambarkan prosesmengajar, termasuk pemilihan metode yang tepat dan bahan yangsesuai dengan tujuan pelajaran (kurikuler). Komponen yang terakhir(D) berupa test dan observasi yang digunakan untuk menentukanbagaimana siswa telah mencapai tujuan istruksional dengan baik.

Perlu diingat bahwa menurut konsepsi proses mengajar sekarangini, kepribadian guru bukanlah menjadi unsure pokok. Yangditekankan adalah mengajar yang meliputi rangkaian keputusan danpraktek yang luas, sehingga konsepsi ini berbeda dari konsepsitradisional dan konvensional yang lebih banyak menekankan kontakpribadi. Walaupun harus diakui, kombinasi kompetensi guru dankharisma pribadinya masih dianggap sangat penting, khususnya dalammenghadapi para pelajar yang masih kecil.

Model Cybernetik. Cybernetic adalah satu ilmu pengetahuan yangmempersoalkan prinsip pengendalian dan komunikasi yang diterapkanke dalam fungsi organisasi atau mesin yang majemuk. Ini seringdisinonimkan dengan umpan balik.

Menurut Wooddurff (1967) terdapat hubungan yang erat antaraproses (caraorganisme mengar) dengan mengajar. Tingkah laku manusiaditimbulkan oleh kausalitas system cybernetic (cybernetic system). Untukjelasnya mengenai tingkah laku manusia itu pada diagram berikutini:

Fungsi guru dalam hal ini adalah: merencanakan, mempersiapkan danmelengkapi perangsang yang penting untuk masukan simbolik(informasi verbal, kata-kata, angka-angka dan sebagainya) danmasukan referensial (obyek dan peristiwa-peristiwa) yang akanmembawa kepada konsep informasi yang cocok untuk membimbing siswamemanipulasikan proses konsep dan mempersiapkan umpan balik dari

27Kelompok 1>>>Asep Z . S.> Bidel Natipu >Dedi Priyanto >Dwi Indarwati

latihan itu (Proyek Pembinaan Prasarana dan Sarana Perguruan TinggiAgama/IAIN, hlm. 14-15).

Model Mengajar Berdasarkan Komputer (A Computer-Based Teaching Model). Modelmengajar ini dibangun oleh Lawrence Stolurow dan Daniel Davis(1965). Menurut model ini, kedudukan guru digantikan oleh komputerdalam mengambil keputusan dan memberikan pelajaran yang nyata.Prosesnya terbagi dalam dua fase: pra-tutorial dan tutorial. Padafase pra-tutorial mempunyai tujuan tunggal: memilihkan suatu programpengajaran untuk seorang siswa tertentu yang ingin mencapai tujuaninstruksional khusus. Sedangkan pada fase tutorial mempunyai dua tujuan:mengajukan program yang telah dipilih dalam praktek dan mencatatperbuatan siswa guna mengetahui apakah program barunya bisa lebihsesuai dengan program yang sebelumnya.

Adapun proses yang ditempuh oleh pra-tutorial dapat dijelaskansebagai berikut:

Masukan PencarianPenilaian

Hasil PengajaranTutorial

Karakteristik siswa:-Tingkat kecerdasan – Ap

-Tingkat pencapaian hasil belajarPe

Tujuan-tujuan:Topik TTingkat akhir –Pt

Perubahan T, t dan atau Pt

Mencari programpengajaran

Tanpa menempatkan program

Melokalisir program-program

Melokalisir satu program

Mengubah masukan dengan menggunakan prioritas jadwal

Penilaian alternatif (efisiensi kriteria)

Melaksanakan program pengajaran

Menambah tingkat PeMenerima Pe yang rendah untuk semua siswaMemperlihatkan bahan tinjauan test

Jadi pada fase ini ditetapkan tujuan instruksional dan tugaspenganalisaannya (T. Pt. t), karakteristik tingkahlaku yangditetapkan oleh tingkat perbuatannya pada pra-test atau tugas yangrelevan (pe) dan tingkat kecerdasannya (Ap).

Tujuan pada fase program tutorial ialah mentransformasikantingkat permasalahan siswa (Pe) ke dalam tingkat akhir perbuatankhas yang ditetapkan sebelumnya (Pt).

Selanjutnya, menurut Stoulurow dan Davis (1965) proses tutorialtersebut dapat dijelaskan ke dalam tingkat peubah:

28Kelompok 1>>>Asep Z . S.> Bidel Natipu >Dedi Priyanto >Dwi Indarwati

Pertama: menyusun isi unit; Kedua, penakaran tanggapan atastanggapan yang menghidangkan isi unit. Dan dalam menyusun kaidah-kaidah pengambilan keputusan ini, hendaknya benar-benardiperhatikan: (1) kelayakan atau kewajaran bahan perangsang, (2)ketepatan penakaran tanggapan, dan (3) kesahihan criteria, serta(4) tersedianya rangkaian urutan bahan perbaikan atau pengayaan.

Fase tutorial terdiri dari dua fungsi: Fungsi guru dalammenyampaikan program yang telah ditentukan pada fase pra-tutorialuntuk dilaksanakan. Fungsi professor, di samping menentukanperubahan-perubahan yang harus dibuat dalam program jika programnyamemang tidak efektif, juga memantau respon-respon yang diberikanpara siswa kalau mereka hanya menyelesaikan satu program.

Model Interaksi (An Interaction Model). Model ini dibangun oleh NedFlanders (1960), dengan mengelompokkan pernyataan siswa dan gurudalam sepuluh kategori atau kelompok. Ucapan guru dibagai menjadidua sub-kategori: (a) pengaruh tak langsung, yang meliputi :penerimaan, pujian, pemberanian, penggunaan ide-ide siswa, danmengajukan pertanyaan-pertanyaan, (b) pengaruh langsung, seperti:memberikan kuliah, pengarahan dan pembahasan atau penerimaanotoritas. Sedangkan ucapan siswa dibagi dalam dua bagian: (a)tanggapan siswa terhadap kegiatan guru, (b) penerimaan siswa ataskemampuan sendiri.

Selanjutnya, mengenai urutan peristiwa yang berulangkali dikelas, Flanders menguraikannya sebagai berikut: Pertama, perbedaanintelektual atau masalah tercipta; kedua, dimensi-dimensi yang luasdari masalahnya diidentifikasikan; ketiga, hubungan di dalam masalahtersebut dipisahkan; keempat, mulai melaksakan, seperti mengumpulkaninformasi, menerapkan suatu rumusan atau usaha pemecahan masalah;kelima, kemajuannya dinilai dan ditest; dan keenam, pengetahuan batuditerapkan untuk masalah mendatang dan ditafsirkan denganmengartikan.

BAB VIIIPENAKARAN DAN PENILAIAN

29Kelompok 1>>>Asep Z . S.> Bidel Natipu >Dedi Priyanto >Dwi Indarwati

1. Pengertian Penakaran dan Penelitian

Penakaran (measurement) adalah suatu proses penentuan tingkat,penentuan kecakapan dan ketrampilan, penentuan penguasaan akan sesuatudengan membandingkan berdasarkan norma-norma tertentu.

Penilaian (evaluation) adalah usaha penentuan nilai atau penaksiranterhadap kadar kekuatan sesuatu.

Dengan memperhatikan kedua pengertian tersebut, maka dapat kitaketahui bahwa penilaian (evaluasi) sifatnya lebih luas daripadapenakaran; dan dalam pengertian penilaian terkandung pula pengertianpenakaran. Dengan kata lain, penakaran merupakan alat penilaian. Disamping itu, hsil penakaran bersifat kuantitatif, sedangkan hasilpenilaian bersifat kualitatif.

2. Fungsi Penelitian

Adapun fungsi penilaian dalam dunia pendidikan antara lainmenyediakan dan menemukan bahan untuk:

a. Mendiagnosakan (menentukan kelemahan dan atau “kekuatan sertakesanggupan”) murid dalam menguasai bahan yang telah disampaikan;

b. Menentukan komponen-komponen yang perlu diperbaiki (misalnyametode mengajar, materi pelajaran, alat peraga, tujuan dansebagainya);

c. Mendiagnosakan kesanggupan atau kemampuan guru dalam melaksanakanprogram belajar-mengajar;

d. Menyediakan bahan yang diperlukan murid dalam rangka memberikanbimbingan dan konseling atau penyuluhan kepada murid, baik secaraindividu maupun secara kelompok

3. Tujuan Penelitian

Penilaian (evaluasi) pendidikan pada hakikatnya merupakan alatkontrol terhadap pelaksanaan pendidikan atau merupakan alat yangmenyediakan atau memberikan informasi bagi usaha dan pencapaian tujuanpendidikan yang diinginkan. Dari itu, evaluasi pendidikan dilaksanakandengan tujuan:

a. Membangkitkan motivasi (mendorong proses belajar-mengajar);b. Mengetahui prestasi murid;c. Mengetahui kelemahan dan kesulitan dan bagaimana meniadakan atau

mengatasinya (terapi);d. Mengadakan seleksi, yang meliputi: bagi kenaikan kelas atau

kelulusan, pengelompokkan, jurusan, penentuan belajar kelas danmengetahui bakat anak didik;

e. Memberikan laporan tentang kemajuan atau perkembangan muridkepada orang tua/wali, kepada jawatan atau lembaga pendidikan

30Kelompok 1>>>Asep Z . S.> Bidel Natipu >Dedi Priyanto >Dwi Indarwati

lanjutan yang akan dimasuki, yaitu yang dijelmakan dalam bentukraport, ijazah, STTB (Surat Tanda Tamat Belajar) atau piagam;

f. Sebagai feed back atau balikan program/kurikulum pendidikan yangbersangkutan. Tegasnya untuk keperluan penelitian.

4. Prinsip-prinsip Penelitian

Sebelum penilaian (evaluasi) dilaksanakan, kiranya perludiperhatikan terlebih dahulu prinsip-prinsip penilaian yang nantinyadapat digunakan sebagai pedoman kebijaksanaan dalam melaksanakannya.

Adapun prinsip-prinsip penilaian yang akan dibicarakan di bawah iniberlaku dalam dunia pendidikan, yaitu:

a. Prinsip komprehensif. Prinsip ini mengajarkan kepada kita bahwaseluruh aspek pribadi anak perlu dinilai. Misalnya:

1. Bagaimana hafalannya;2. Bagaimana pemahamannya;3. Bagaimana kecepatan menangkap dan meresponnya;4. Bagaimana ketrampilannya;5. Bagaimana sikap dan perilakunya6. Bagaimana kecepatan dan ketepatannya;7. dll.

b. Prinsip kontinuitas. Prinsip ini menyatakan kepada kita bahwa evalusiitu hendaknya dilaksanakan secara berkesinambungan, sekurang-kurangnyaada tiga tahap, yaitu:

1. Tahap pendahuluan (initial), yangs sering disebut dengan “pre-test”;

2. Tahap formatif, yang berfungsi untuk memperlihatkan prosesbelajr-mengajar yang sering diistilahkan dengan “post test”;

3. Tahap sumatif, yang berfungsi untuk menentukan hasil belajaranak, yang sering disebut dengan “final test”.

c. Prinsip obyektifitas. Dalam melaksanaknan penilaian hendaknya dihindariperasaan “suka atau tidak suka”, agar hasil penilaan benar-benarmencapai obyektifitas.

d. Prinsip validitas (kesahihan). Yang dimaksud adalah menakar apa yanghendak ditakar. Jenis kesahihan dimaksud ada empat macam, yaitu:validitas ramalan, validitas yang ada sekarang, validitas isi danvaliditas konstruksi (Crow & Crow, 1985, hlm. 376).

e. Prinsip reliabilitas. Artinya, memiliki keajegan atau ketepatan(consistency) atau dapat dipercaya kebenarannya.

f. Prinsip diskriminatif. Artinya, mempunyai kemampuan membedakan.g. Prinsip mudah digunakan. Prinsip ini mengandung nilai praktis dari

suatu test (practicability)

5. Obyek Penilaian

31Kelompok 1>>>Asep Z . S.> Bidel Natipu >Dedi Priyanto >Dwi Indarwati

Ada tiga ranah atau domain, yang disebut taksonomi (atauklasifikasi, menurut Simpson) rinciannya sebagai berikut :a.) Ranah kognitif (cognitive domain) ini meliputi :

(1) pengetahuan (knowledge)(2) pemahaman (comprehension)(3) penerapan (aplication)(4) analisa (analisys)(5) sintesa (sinthesis)(6) evaluasi (evaluation)

b.) Ranah afektif (affective) ini meliputi :(1.) penerimaan (receiveing)(2.) merespon (responding)(3.) penilaian (valuing)(4.) organisasi (organization)(5.) karakterisasi menurut nilai atau kompleks nilai

(characterization by a value or value complex)c.) Ranah psikomotorik (psychomotoric domain) meliputi :

(1.) persepsi (perception)(2.) kesiapan (set)(3.) gerakan yang terbimbing (guided response)(4.) gerakan yang terbiasa (mechanical response)(5.) gerakan yang kompleks (complex respons)(6.) penyesuaian pola gerakan (adjustment)(7.) kreatifitas (creativity) (hlm. 149-150: lihat pula Nasution,

1982, hlm. 35-36)

Adapun penjelasan berikut contoh soal untuk evaluasi dari masing-masing ranah dapat dikemukakan seperti dibawah ini.

a.) Ranah kognitif

(1.) Pengetahuan, yang dimaksud ialah tingkat kemampuan yangharus dikuasai siswa untuk mengenal (recognation) dan mengingatkembali (recall) konsep, fakta dan informasi.

(2.) Pemahaman, yang dimaksud ialah tingkat kemampuan yangdiharapkan agar dikuasai siswa untuk memahami atau menangkapmakna dan fakta dari bahan yang dipelajari.

(3.) Penerapan, ialah kemampuan yang dituntut agar yangbersangkutan mampu menerapkan atau menggunakan apa yang telahdiketahui dan dipahami dalam situasi yang baru.

(4.) Analisa, yaitu kemampuan untuk menguraikan atau merincisesuatu ke dalam unsure-unsurnya, sehingga struktur keseluruhandapat dipahami dengan sebaik-baiknya.

(5.) Sintesa, yaitu kemampuan untuk membentuk atau menyatukanunsur-unsur menjadi suatu bentuk yang menyeluruh.

32Kelompok 1>>>Asep Z . S.> Bidel Natipu >Dedi Priyanto >Dwi Indarwati

(6.) Evaluasi, yaitu kemampuan untuk membentuk pendapat yangmengandung penilaiann atas suatu pernyataan, konsep, situasi, dansebagainya berdasarkan suatu kriteria tertentu.

b.) Ranah afektif

(1.) Penerimaan, yaitu kepekaan terhadap suatu perangsang dankesediaan untuk memperhatikannya, seperti buku pelajaran,penjelasan guru, walaupun demikian, penerimaan dan perhatian disini masih pasif.

(2.) Merespon (responding), yaitu kerelaan untuk memperlihatkanreaksi terhadap norma tertentu; dan merasa puas dalam merespon .

(3.) Penelitian, yaitu mencakup kemampuan untuk memberikan penilaianterhadap sesuatu dan membawa diri sesuai dengan penilaian itu.

(4.) Organisasi, yaitu mencakup kemampuan untuk membentuk suatukonsep tentang suatu nilai sebagai pedoman dan pegangan dalamkehidupan; dan menyusun suatu system nilai.

(5.) Karakteristik menurut suatu nilai atau kompleks nilai (pembentukan polahidup), yaitu mencakup kemampuan untuk menghayati dan mewujudkannilai-nilai dalam kehidupannya sedemikian rupa sehingga menjadimilik pribadinya dan menjadi bagian dari pribadinya.

c.) Ranah psikomotorik

(1.) Persepsi, yaitu mencakup kemampuan untuk membedakan secaratepat dua perangsang atau lebih, berdasarkan cirri-ciri fisikyang khas dari masing-masing perangsang tersebut.

(2.) Kesiapan, yaitu mencakup kemampuan untuk menempatkan dirinyadalam memulai suatu gerakan atau serangkaian gerakan, baik secarajasmani maupun mental.

(3.) Gerakan yang terbimbing, yaitu mencakup kemampuan menirukanserangkaian gerakan yang dicontohkan.

(4.) Gerakan yang terbiasa, yaitu mencakup kemampuan untuk melkukanserangkaian gerakan dengan lancer, tanpa memperhatikan lagicontoh yang pernah diberikan, karena sudah terlatih secukupnya.

(5.) Penyelesaian pola gerakan, yaitu mencakup kemampuan untukmengadakan perubahan dan menyesuaikan pola gerakan dengan kondisisetempat atau dengan persyaratan khusus yang berlaku.

(6.) Kreativitas, yaitu mencakup kemampuan untuk melahirkan pola-polagerakan yang baru, yang sepenuhnya berdasarkan prakarsanyasendiri.

6. Alat-alat Penelitian

Observasi, sebagai salah satu alat penilaian non test ditujukan untukmenilai aspek atau ranah psikomotorik.

33Kelompok 1>>>Asep Z . S.> Bidel Natipu >Dedi Priyanto >Dwi Indarwati

Secara garis besar, teknik observasi, ditinjau dari segi rencanakerja observer (petugas observasi), dapat dibedakan menjadi dua jenis,yaitu:

a.) Observasi yang terstruktur atau terkontrol (structured or controlled observation).Dalam observasi jenis ini, observer telah menentukan kerangkakerja yang memuat aspek-aspek atau gejala-gejala apa yangdiamati.

b.) Observasi yang tak terstruktur (unstructured obesrvation). Dalam observasi jenisini, pengamat tidak dibatasi oleh suatu kerangka kerja yangpasti; kecuali hanya dibatasi oleh tujuan itu sendiri.

7. Bentuk-bentuk Test

Adapun macam-macam test yang sering digunakan dalam bidang pendidikadan pengajaran dapat dibedakan sebagai berikut:

a.) Dari segi jumlah testee, terdiri dari:(1.) Test berkelompok, yaitu yang diberikan dan dikerjakan

secara berkelompok;(2.) Test perorangan (individual), yaitu test yang diberikan

kepada perorangan. (Penjelasan lebih lanjut, lihat hlm. 69)b.) Dari segi tujuannya:

(1.) Test diagnostik, yaitu test yang dilaksanakan untukmenemukan ataupunmengetahui kelemahan, kesulitan, dansebagainya yang dialami seorang anak.

(2.) Test prognostik, yaitu test dilaksanakan untuk meramalkankemampuan anak dimasa mendatang berdasarkan hasil test yangsekarang.

c.) Dari segi penyampainnya:(1.) Test verbal (tes lisan), yaitu tes yang disampaikan secara

lisan oleh seorang penguji (tester) atau lebih dan dijawabsecara lisan pula oleh teruji (testee).

(2.) Test non-verbal, yaitu tes yang diberikan dalam bentuktulisan atau perbuatan.

d.) Dari segi waktu yang diberikan:(1.) Power test, yaitu tes yang diberikan untuk mengetahui

kemmpuan seseorang anak dalam waktu yng rlatif tak terbatas,misalnya boleh satu jam, boleh satu hari atau lebih.

(2.) Speed test, yaitu yang penjawabannya dibatasi oleh waktuyang relattif singkat, misalnya, 15, 20, atau 30 menit, dansebagainya.

e.) Dari segi obyek yang di test:(1.) Test kemampuan (ability test), yaitu tes yang diberikan dengan

tujuan untuk menakar kemampuan seorang: macamnya bisa berupa:a. Test intelegensi atau tes kapasitas, yaitu untuk

meramalkan atau mengetahui kemampuan seseorang dalambidang tertentu dikemudian hari.

34Kelompok 1>>>Asep Z . S.> Bidel Natipu >Dedi Priyanto >Dwi Indarwati

b. Test kecakapan nyata (achievement test), yaitu tes yangdiberkan dengan maksud untuk menakar kecakapan seseorangdalam suatu bidang diselenggarakannya tes.

(2.) Tes kepribadian (personality test), yaitu tes yang digunakanuntuk mengetahui kadar kepribadian seseorang.

f.) Dari segi pembuatannya:(1.) Test yang telah dibakukan (standarized test), sifatnya

obyektif dan dibuat atau disusun oleh para ahli tes yangberpengalaman.

(2.) Test buatan sendiri-dalam hal ini oleh guru yangbersangkutan-untuk keperluan, ujian dan sebagainya seperetiyang sudah lazim dilakukan di lingkungan sekolah manapun.

g.) Dari segi proses atau waktu pelaksanaannya:(1.) Test pendahuluan (initial) atau pretest, yaitu tes yang diberikan

sebelum pengajaran dimulai, dan bertujuan untuk mengetahuisampai dimana siswa menguasai bahan pengajaran yang hendakdiajarkan;

(2.) Test formatif atau posttest, yaitu tes yang diberikan padaakhir ssetiap program.

(3.) Tes terakhir atau sumatif atau final test, yaitu test yangdiberikan pada setiap akhir satu pokok bahasan program yanglebih besar; fungsinya ialah untuk menentukan angka atau hasilbelajar siswa dalam tahap-tahap tertentu (akhir catur wulanuntuk SD; akhir semester – untuk SMP dan seterusnya).

h.) Dari segi bentuk itemnya:(1.) Test essay (test uraian), yaitu test yang jawabannya dalam

bentuk cerita atau uraian atau karangan, baik secara bebas (freeessay) maupun terbatas (limited essay);

(2.) Test obyektif (objective test), yaitu test yang memberikankemungkinan kepada testee jawaban yang telah tersedia, dengandisertai nomor penilaian yang telah ditentukan

8. Beberapa Petunjuk dan Cara Pemberian Skor

Setiap tes memiliki kelemahan dan kekurangan, disamping adanyakebaikan pada masing-masing test, maka untuk meniadakan ataumengurangi kelemahannya, berturut-turut dikemukakan beberapapetunjuknya; kemudian dikemukakan pula cara memberikan skornya.

a. Test lisan (verbal test) – soal dan jawabannya disampakan secara lisan.Kebaikannya, antara lain:1) Dapat dilaksanakan dengan cepat dan hasilnya dapat segera

diketahui oleh testee;2) Pada situasi tertentu, test ini merupakan satu-satunya teknik

untuk mengetahui tingkat pengetahuan seseorang (testee).

35Kelompok 1>>>Asep Z . S.> Bidel Natipu >Dedi Priyanto >Dwi Indarwati

Kelemahannya, antara lain:1) Guru harus selalu mengngat jawaban-jawabannya testee, disamping

mengajukan pertanyaan berikutnya;2) Bobot pertanyaan yang diberikan kepada testee belum tentu sama;Hal-hal yang perlu dipertimbangkan:1) Hendaknya diusahakan agar situasinya tidak menakutkan, sehingga

testee dapat berpikr dan menjawab dengan tenang;2) Pilih dan persiapkan pokok-pokok pertanyaan dengan sebaik-

baiknya, sambil memperhatikan jumlah testee, pertanyaan danvariasinya;

3) Perlu dijaga bobot pertanyaan yang disampakan kepada setiaptestee;

4) Yang perlu dipertimbangkan dalam pemberian skor ialah perihalkelancaran jawaban, kelengkapan menjawab dan kemampuan dalammempertahankan pendapat;

5) Skor maksimun yang diberikan pada testee hendaknya sama denganskor ujian tertulis yaitu 100.

b. Test perbuatan (performance test) pertanyaan dan perintah disampaikansecara lisan (verbal) atau tertulis, biasanya dalam bentuk tugas-tugas dan penilaiannya dilakukan baik terhadap proses pelaksanaanmaupun hasilnya.Kebaikannya, antara lain:1) Pengetahuan dan pengertian yang diperoleh dapat segera diketahui

lewat praktek;2) Menghindari verbalisasi;3) Terpenuhinya prinsip belajar (learning by doing).Kelemahannya, antara lain:1) Memerlukan waktu dan tempat khusus;2) Menyerap tenaga, disamping perlu menyediakan alat-alat khusus;3) Butir 1 dan 3 semakan terasa bila jumlah testee cukup banyak.Hal-hal yang perlu diperhatikan:1) Tentukan lebih dahulu hal-hal yang akan dinilai: cara

melakukannya, prestasinya;2) Skornya ialah 100 dengan memperhatikan aspek-aspek di atas.

c. Test tertulis – pertanyaa dan jawaban disampaikan secara tertulis.Kebaikannya, antara lain:1) Lebih mudah menyusunnya dibandingkan dengan obyektif test2) Ekonomis (waktu, tenaga, dan biaya)3) Merupakan latihan yang baik untuk mengemukakan pendapat, pikiran,

gagasan, dan harapan secara sistematis dalam menganalisissesuatu.

Kelemahannya, antara lain:

36Kelompok 1>>>Asep Z . S.> Bidel Natipu >Dedi Priyanto >Dwi Indarwati

1) Tingkat validitasnya atau keshihannya rendah, karena tidakmenggambarkan seluruh kemampuan testee mengenai bahan yang dites;

2) Tingkat reliabilitasnya, pada umumnya kurang, mengingat jumlahsoal dan minat testee terhadapnya berbeda-beda;

3) Agak sulit memberikan skor, karena banyak kemungkinan jwaban yanghomogen.

Hal-hal yang perlu diperhatikan, antara lain:1) Waktu yang disediakan untuk menyelesaikan soal hendaknya

dipertimbangkan dengan sungguh-sungguh.2) Setiap jawaban baku untuk setiap nomor soal perlu disiapkan

dengan maksud untuk menghindari kekhilafan;3) Mementukan skor maksimum untuk setiap soal.

Rumusnya adalah:

Keterangan:s = skor maksimum setiap nomor soalw = waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan soalW = waktu yang diperlukan untuk meneyelesaikan seluruh soal100 = jumlah maksimum skor untuk seluruh soal

d. Test obyektifKebaikannya, antara lain:1) Dapat digunakan untuk menilai bahan dalam jumlah banyak;2) Para siswa dapat menjawabnya secara bebas, baik dalam bentuk

pilihan maupun isian;3) Memaksa para siswa untuk mempelajarinya seluruh bahanKelemahannya, antara lain:1) Kurang memberikan kesempatan untuk menyatakan isi hati, pikiran

atau pendapatnya;2) Kemungkinan untuk menerka-nerka jawaban besar sekali;3) Penyusunnya tidak ekonomis (menyerap waktu, tenaga, dan biaya)

37Kelompok 1>>>Asep Z . S.> Bidel Natipu >Dedi Priyanto >Dwi Indarwati

s=wWx100

BAB IXREMEDIAL TEACHING

1. Pengertian Remedial Teaching

Salah satu darai sepuluh kompetentensi guru adalah“mengelola interaksi belajar mengajar” yang langkah-langkahnyaantara lain : mengenal kemampuan (entry behavior) anak didik danmerencanakan dan melaksanakan pengajaran remedial, langkahtersebut ditempuh berdasarkan kenyataan bahwa anak didik yangdihadapi guru dikelas memiliki perbedaan tersendiri termasukdalam kemapuan. Langkah mengenal kemampuan anak didik bisadilakukan dengan observasi. Remedial Teaching atau pengajaran perbaikan dapat diartikansebagai barikut : “bentuk pengajaran yang diberikan kepadaseoarang murid untuk membantu memecahkan kesulitan belajar yangdihadapi” (Djumhur dan Moh.surya, 1981, hlm.109).

2. Maksud dan tujuan Kegiatan Remedial Teaching

Diselenggarakannya Kegiatan remedial teaching itu memilikimaksud dan tujuan, baik dalam arti luas atau ideal maupun dalam

38Kelompok 1>>>Asep Z . S.> Bidel Natipu >Dedi Priyanto >Dwi Indarwati

arti sempit, atau operasional. Dalam arti Luas atau ideal remediateaching bertujuan memberikan” bantuan“ baik berupa perlakuanpengajaran maupun berupa bimbingan dalam upaya mengatasi kasus-kasus yang dihadapi siswa. Bantuan yang berupa bimbingan lebihbanyak menekankan pada kesejahteraan mental siswa. Kemudian dalam arti sempit atau opersional, kegiatan remedialteaching bertujuan untuk memberikan bantuan yang berupa perlakuanpengajaran kepada siswa yang lambat, sulit, gagal belajar, agarmereka secara tuntas dapat menguasai bahan pelajaran yangdiberikan kepada mereka. (Ischak dan Warji, 1987, hlm.34-36)

3. Jenis-Jenis Kegiatan Remedial Teaching

Jenis-jenis kegiatan Remedial Teaching tidak dapat dipisahkandari pembicaraan mengenai factor-faktor yang terkandung dalamkegiatan tersebut. Menurut Nana Sukmadinata dan Thomas, factor-faktor yang dimaksud antara lain :1) Sifat Perbaikan, yang pokok adalah

a) Meyederhanakan konsep-konsep yang kompleksb) Menjelaskan konsep-konsep yang takaburc) Memperbaiki konsep-konsep yang disalah tafsirkan

2) Jumlah siswa yang memerlukan bantuan bantuan perbaikan3) Tempat kegiatan perbaikan diberikan 4) Waktu penyelenggaraan; Meliputi; pagi, siang, malam hari dan

sebaginya5) Siapa yang memberikannya; Tentunya guru yang bersangkutan,

bisa juga meminta bantuan teman sekelasnya.6) Methode yang digunakan; misalnya method ceramah, Diskusi,

Demontrasi, Tanya jawab dll.7) Sarana / Alat yang sesuai dengan kegiatan tersebut; maksudnya

bisa buku-buku, lembar kegiatan, lembar kerja, gambar dll.8) Tingkat kesulitan belajar siswa; bisa dibedaka menjadi tiga

tingkatan : ringan,sSedang dan berat.

Dengan memperhatikan factor-faktor yang terdapat dalamkegiatan remedial teaching, kini dapat diplih dan ditentukanbentuk-bentuk kegiatan yang lainnya, antara lain :

a) Mengajarkan kembali (reteaching) bahan yang sama, tetapidengan cara penyajian yang berbeda

b) Bimbingan individu / kelompok kecilc) Menyuruh siswa mempelajari sendiri sumber-sumber yang ditunjuk

gurud) Menggunakan alat-alat audio-visual yang lebih banyake) Bimbingan oleh wali kelas, guru bidang studi dan guru BP

(ischak dan Warji 1987, hlm.42-43)

39Kelompok 1>>>Asep Z . S.> Bidel Natipu >Dedi Priyanto >Dwi Indarwati

Sebagai penutup uraian ini, kiranya perlu kita sadari bahwa“ remedial teaching” berikut bentuk-bentuk kegiatannya bukanlahsuatu resep yang pasti. Karena perlu ketelitian dan kesungguhanserta kemampuan menggunakan sumber yang cukup .

40Kelompok 1>>>Asep Z . S.> Bidel Natipu >Dedi Priyanto >Dwi Indarwati