bab iia

22
BAB I PENDAHULUAN Dewasa ini, berdasarkan penelitian yang dilakukan Survei Demografi Kesehatan Indonesia pada tahun 2007, angka kematian ibu (AKI) masih tinggi yaitu sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2012, AKI sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Menurut angka kejadiannya, kematian ibu di Indonesia disebabkan oleh perdarahan sebesar 40-60%, infeksi 20-30%, dan keracunan 20-30% sisanya sekitar 5% disebabkan penyakit lain. Perdarahan antepartum merupakan kasus gawat darurat yang kejadiannya berkisar 3% dari semua persalinan, penyebabnya antara lain plasenta previa, solusio plasenta, dan perdarahan yang belum jelas sumbernya. Plasenta previa (prae = di depan, vias = jalan). Plasenta previa diartikan sebagai plasenta yang berada di depan jalan lahir. Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat yang abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri interna. Keadaan plasenta previa dapat menyebabkan bagian terendah sering kali terkendala untuk memasuki pintu atas panggul (PAP) atau menimbulkan kelainan janin dalam rahim. Kejadian plasenta previa lebih besar karena dipengaruhi oleh umur, paritas, riwayat abortus, dan riwayat seksio sesarea. Resiko placenta previa pada ibu yang berumur 35 tahun 2 kali lebih besar, multiparitas berisiko sebesar 1,3 kali, sedang riwayat abortus resiko placenta previa sebesar 4 kali dan pada riwayat seksio sesarea tidak ditemukan faktor resiko 1

Upload: dodi-maulana

Post on 05-Nov-2015

220 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

fhfjugtkih

TRANSCRIPT

14

BAB I

PENDAHULUAN

Dewasa ini, berdasarkan penelitian yang dilakukan Survei Demografi Kesehatan Indonesia pada tahun 2007, angka kematian ibu (AKI) masih tinggi yaitu sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2012, AKI sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Menurut angka kejadiannya, kematian ibu di Indonesia disebabkan oleh perdarahan sebesar 40-60%, infeksi 20-30%, dan keracunan 20-30% sisanya sekitar 5% disebabkan penyakit lain. Perdarahan antepartum merupakan kasus gawat darurat yang kejadiannya berkisar 3% dari semua persalinan, penyebabnya antara lain plasenta previa, solusio plasenta, dan perdarahan yang belum jelas sumbernya.

Plasenta previa (prae = di depan, vias = jalan). Plasenta previa diartikan sebagai plasenta yang berada di depan jalan lahir. Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat yang abnormal, yaitu pada segmen bawah rahim menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri interna. Keadaan plasenta previa dapat menyebabkan bagian terendah sering kali terkendala untuk memasuki pintu atas panggul (PAP) atau menimbulkan kelainan janin dalam rahim.

Kejadian plasenta previa lebih besar karena dipengaruhi oleh umur, paritas, riwayat abortus, dan riwayat seksio sesarea. Resiko placenta previa pada ibu yang berumur 35 tahun 2 kali lebih besar, multiparitas berisiko sebesar 1,3 kali, sedang riwayat abortus resiko placenta previa sebesar 4 kali dan pada riwayat seksio sesarea tidak ditemukan faktor resiko terjadinya placenta previa. Penyebab placenta previa di Indonesia masih sangat tinggi karena disebabkan oleh anak banyak (Multiparitas), usia (kurang 19 tahun dan lebih dari 35 tahun), hamil kembar, sudah mengalami kuret, riwayat seksio sesarea.

Plasenta previa dapat menyebabkan suatu kondisi yang buruk baik pada ibu dan janin. Komplikasi yang biasa terjadi akibat plasenta previa dibagi menjadi komplikasi pada ibu dan komplikasi pada janin. Komplikasi pada ibu yang paling mengancam adalah perdarahan uteri yang massif bahkan kematian. Pada janin kejadian plasenta previa menyebabkan tingginya angka morbiditas dan mortalitas akibat asfiksia intrautrinem, Berdasarkan data-data di atas, AKI yang disebabkan oleh perdarahan pasca persalinan masih sangat tinggi, dan plasenta previa adalah salah satu penyebabnya, untuk itu sangat penting . Mengetahui dan mengerti kondisi plasenta previa adalah sesuatu yang sangat diperlukan agar kejadian dan komplikasi plasenta previa, sehingga kejadian plasenta previa dapat dikendalikan.BAB IISTATUS PASIEN2.1 ANAMNESIS UMUM(22 April 2015 pukul 11.30 oleh Grup C)2.1.1 Identifikasi

Nama

: Ny. EAUsia

: 26 tahunPekerjaan

: IRTPendidikan

: SLTABangsa

: WNIAgama

: IslamAlamat: Lr. Cendarwasih I No. 20, Plaju Ilir, Plaju, PalembangMRS

: 18 April 2015 pukul 17.23No. Med Rec

: 887690Nama Suami

: Tn.MAUsia

: 29 tahunPekerjaan

: BuruhPendidikan

: SLTPBangsa

: WNIAgama

: Islam2.1.2 Riwayat Reproduksi

Menarche

: 14 tahunSiklus Haid

: Teratur, 30 hari

Lama Haid

: 7 hari

Banyak Haid

: 2 kali ganti pembalut

HPHT

: 29 Agustus 2014Taksiran Tanggal Persalinan

: 6 Juni 2015

Lama Hamil

: 33 minggu

Periksa Hamil

: Puskesmas, tiap bulanGerakan janin dirasakan sejak: usia kehamilan 5 bulan

2.1.3 Riwayat Pernikahan

Menikah 1 kali, lamanya 1 tahun2.1.4 Riwayat Sosial Ekonomi

Menengah kebawah2.1.5 Riwayat Gizi

Baik2.1.6 Riwayat Kontrasepsi

-2.1.7 Riwayat Obstetrik

G1P0A02.1.8 Riwayat Penyakit Sebelumnya

Riwayat keputihan: ada

Riwayat radang panggul: disangkal

Riwayat operasi

: disangkal2.1.9 Riwayat Kehamilan Dahulu

(Hamil pertama kali)2.1.10 Riwayat Persalinan : belum inpartuDikirim oleh

: - (datang sendiri)His mulai sejak: -Darah lendir sejak: -Rasa mengejan sejak: -Ketuban pecah sejak: -2.2 ANAMNESIS KHUSUSKeluhan Utama

Hamil kurang bulan dengan keluar darah dari kemaluanRiwayat Perjalanan Penyakit:

1 jam SMRS OS mengeluh keluar darah dari kemaluan. Warna darah merah segar banyaknya 2 kali ganti celana dalam, nyeri (-). Riwayat perut mules menjalar ke pinggang (-), riwayat keluar darah lendir (-), riwayat keluar air-air (-). Riwayat trauma (-), riwayat post coital (+), diurut-urut (-), riwayat minum jamu (-), merokok (-), riwayat demam selama kehamilan (+) hamil 3 bulan demam selama 5 hari dan hamil 6 bulan demam 5 hari, riwayat keputihan (+). Os kemudian dibawa ke RSMH Palembang. Os mengaku hamil kurang bulan dengan gerakan janin masih dirasakan.2.3 PEMERIKSAAN FISIK(18 April 2015 pukul 17.00 oleh dr. CV)2.3.1 Status Generalis

Keadaan Umum: Sakit sedangKesadaran

: Compos MentisTekanan Darah: 110/70 mmHgNadi

: 82 x/menitSuhu

: 36,5 0CRR

: 20 x/menitBB

: 58 kgTB

: 163 cm2.3.2 Status Spesifik

Kepala

: konjungtiva pucat (-/-), bibir sianosis (-/-)Leher

: Pembesaran KGB (-)

Thoraks

:

Cor: Jantung tidak membesar, ictus cordis tidak terlihat, bunyi jantung I, II reguler normal

Pulmo: Simetris, ronkhi (-)

Abdomen

: (Status Obstetri)

Ekstremitas

: edema -/-

Kulit

: sianosis -/-

Status neurologikus: reflex patologis -/-, reflex fisiologis +/+

2.3.3 Status Obstetri

a. Pemeriksaan LuarLeopold I: Tinggi fundus uteri proc. xyphoideus-pusat ( 27 cm), bagian teratas bokong

Leopold II: Memanjang, punggung kiri

Leopold III: Bagian terbawah kepala

Leopold IV: Penurunan 5/5

His

: 1x/10/10

DJJ: 150 x/menit

TBJ: 2170 gram

b. Pemeriksaan Dalam

Inspekulo: Portio livide, OUE tertutup, fluor (-), fluxus (+) darah tak aktif, E/L/P (-)

2.4 HASIL LAB

(18 April 2015)Hematologi

Hb

: 10,5 g/dl

Eritrosit: 5,04 x106/mm3Leukosit: 9700 /mm3Hematokrit: 32 %

Trombosit: 265.000/L

Diff. count: 0/1/74/18/7

HASIL USG

Tampak JTH preskep Biometri janin: BPD: 8,4 cm AC

: 27,4 cm HC

: 30,2 cm FL

: 6,37 cm EFW: 1,95 kg Plasenta di korpus posterior meluas hingga ke tepi OUI Ketuban cukup, SP= 3,2 cmKesan: hamil 33 minggu JTH Preskep dengan plasenta previa marginalis

2.5 DIAGNOSIS

G1P0A0 hamil 33 minggu belum inpartu dengan HAP e.c. plasenta previa marginalis Janin tunggal hidup presentasi kepala2.6 TATALAKSANA Ekspektatif Observasi DJJ, tanda vital, perdarahan IVFD RL gtt xx/menit Injeksi ceftriaxone 2x1 gr IV Injeksi dexamethasone 2x6 mg Nifedipine tab 4x10 mg PO Cygest (progesterone) 1x200 g per rectal2.7 PROGNOSIS

Ibu: dubia ad bonam

Janin: dubiaBAB IIITINJAUAN PUSTAKA

3.1 Definisi dan KlasifikasiPlasenta previa ialah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim sedemikian rupa sehingga menutupi sebagian atau seluruh dari ostium uteri internum.Klasifikasi :

1. Plasenta previa totalis atau komplit adalah plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri internum

2. Plasenta previa parsialis adalah plasenta yang menutupi sebagian ostium uteri internum

3. Plasenta previa marginalis adalah plasenta yang tepinya berada pada pinggir ostium uteri internum

4. Plasenta letak rendah adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim sedemikian rupa sehingga tepi bawahnya berada pada jarak lebih kurang 2 cm dari ostium uteri internum. Jarak yang lebih dari 2cm dianggap plasenta letak normal.1

Gambar 1. Plasenta Previa23.2 EpidemiologiPlasenta previa lebih banyak pada kehamilan dengan paritas tinggi, dan pada usia diatas 30 tahun. Pada beberapa rumah sakit umum pemerintah dilaporkan insiden plasenta previa berkisar 1,7% sampai dengan 2,9%. Di Negara maju insidensinya lebih rendah yaitu kurang dari 1%, hal ini kemungkinan disebabkan oleh berkurangnya wanita hamil paritas tinggi. Dengan meluasnya penggunaan ultrasnografi dalam obstetrik yang menungkinkan deteksi lebih dini insiden plasenta previa bisa lebih tinggi.33.3 EtiologiPenyebab blastokista berimplantasi pada segmen bawah rahim belum diketahui secara pasti. Mungkin secara kebetulan saja blastokista menimpa desidua di daerah segmen bawah rahim tanpa latar belakang lain yang mungkin. Teori lain mengemukakan sebagai salah satu penyebabnya adalah vaskularisasi desidua yang tidak memadai, mungkin sebagai akibat dari proses radang atau atrofi. Paritas tinggi, usia lanjut, cacat rahim misalnya bekas bedah sesar, kerokan, miomektomi, dan sebagainya berperan dalam proses peradangan dan kejadian atrofi di endometrium yang semuanya dapat dipandang sebagai faktor resiko bagi terjadinya plasenta previa. Cacat bekas bedah sesar berperan menaikkan insiden dua sampai tiga kali. Pada perempuan perokok dijumpai insidensi plasenta previa lebih tinggi 2 kali lipat. Hipoksemia akibat karbon mono-oksida hasil pembakaran rokok menyebabkan plasenta menjadi hipertrofi sebagai upaya kompensasi. Plasenta yang mengalami hipertrofi akan mendekati atau menutupi ostium uteri internum. Plasenta yang terlalu besar seperti pada kehamilan ganda dan eritroblastosis fetalis bisa menyebabkan pertumbuhan plasenta melebar ke segmen bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum.1,43.4 Patofisiologi

Pada trimester ketiga usia kehamilan dan mungkin juga lebih awal, oleh karena mulai terbentuknya segmen bawah rahim, tapak plasenta akan mengalami pelepasan. Dengan melebarnya isthmus uteri menjadi segmen bawah rahim, maka plasenta yang berimplantasi di situ sedikit banyak akan mengalami laserasi akibat pelepasan pada desidua sebagai tapak plasenta. Demikian pula pada waktu serviks mendatar (effacement) dan membuka (dilatation) ada bagian tapak plasenta yang terlepas. Pada tempat laserasi itu akan terjadi perdarahan yang berasal dari sirkulasi maternal yaitu dari ruangan intervillus dari plasenta. Oleh karena fenomena pembentukan segmen bawah rahim itu perdarahan pada plasenta previa betapa pun pasti akan terjadi (unavoidable bleeding). Perdarahan di tempat itu relatif dipermudah dan diperbanyak oleh karena segmen bawah rahim dan serviks tidak mampu berkontraksi dengan kuat karena elemen otot yang dimilikinya sangat minimal, dengan akibat pembuluh darah pada tempat itu tidak akan tertutup dengan sempurna. Perdarahan akan berhenti karena terjadi pembekuan kecuali jika ada laserasi mengenai sinus yang besar dari plasenta yang akan mengakibatkan perdarahan yang berlangsung lebih banyak dan lebih lama. Oleh karena pembentukan segmen bawah rahim itu akan berlangsung progresif dan bertahap, maka laserasi baru akan mengulang terjadinya perdarahan. Pada plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri internum perdarahan terjadi lebih awal dalam kehamilan oleh karena segmen bawah rahim terbentuk lebih dahulu pada bagian terbawah yaitu ostium uteri internum. Sebaliknya, pada plasenta previa parsialis atau letak rendah, perdarahan baru terjadi pada waktu mendekati atau mulai persalinan. Perdarahan pertama biasanya sedikit tetapi cenderung lebih banyak pada perdarahan berikutnya. Perdarahan pertama sudah bisa terjadi pada kehamilan di bawah 30 minggu tetapi lebih separuh kejadiannya pada umur kehamilan 34 minggu ke atas. Berhubung tempat perdarahan terletak dekat dengan ostium uteri internum, maka perdarahan lebih mudah terjadi ke luar rahim dan tidak membentuk hematoma retroplasenta yang mampu merusak jaringan lebih luas dan melepaskan tromboplastin ke dalam sirkulasi maternal. Dengan demikian sangat jarang terjadi koagulopati pada plasenta previa.1

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah dinding segmen bawah rahim yang tipis mudah diinvasi oleh pertumbuhan vili dari tropoblas, akibatnya plasenta melekat lebih kuat pada dindig uterus. Lebih sering terjadi plasenta akreta dan plasenta inkreta, bahkan plasenta perkreta yang pertumbuhan vilinya bisa sampai menembus vesica urinaria dan rektum bersama plasenta previa. Plasenta akreta dan inkreta lebih sering terjadi pada uterus yang sebelumnya pernah bedah sesar. Segmen bawah rahim dan serviks yang rapuh mudah robek oleh sebab kurangnya elemen otot yang terdapat disana. Kedua kondisi ini berpotensi meningkatkan kejadian perdarahan pasca persalanan pada plasenta previa, misalnya dalam kala 3 karena plasenta sukar melepas dengan sempurna (retensio plasenta) atau setelah uri lepas karena segmen bawah rahim tidak dapat berkontraksi dengan baik.1,5

3.5 DiagnosisDiagnosis plasenta previa ditegakkan berdasarkan pada gejala klinik, pemeriksaan khusus, dan pemeriksaan penunjang.1. Anamnesis

Terjadi perdarahan yang keluar dari vagina, terjadi pada usia kehamilan lanjut (akhir trimester 2 atau lebih). Perdarahan tanpa disertai rasa nyeri dan tanpa sebab. Perdarahan dapat berulang.

2. Pemeriksaan fisik umum

Keadaan umum: bervariasi dari normal hingga buruk

Kesadaran: bervariasi dari normal hingga koma

Tanda vital: bervariasi dari normal hingga syok

Keadaan ibu sangat dipengaruhi oleh derajat perdarahan. Pada perdarahan masif, dapat dijumpai tanda-tanda syok hipovolemi.

3. Pemeriksaan obstetri

Periksa Luar: bagian bawah janin belum masuk pintu atas panggul, biasanya disertai kelainan letak

Pemeriksaan inspekulo: perdarahan berasal dari ostium uteri interna

4. Pemeriksaan penunjang

Lokalisasi implantasi plasenta melalui USG transabdominal atau transvaginal. USG transbadominal dapat dilakukan untuk mengetahui letak implantasi plasenta namun USG transabdominal kurang sensisitf dalam melihat bagian plasenta posterior, karena kepala atau bagian terbawah janin dapat menutupi plasenta atau hasil USG terhalangi oleh vesica urinaria yang penuh. Oleh karena itu USG transvaginal lebih akurat dalam mendiagnosis plasenta previa. Selain itu, pada USG transvaginal juga sangat sensitif untuk mengetahui jarak pinggir plasenta dari OUI (sensitivitas 87,5% dan spesivitas 98,8%).63.6 TatalaksanaSetiap perempuan hamil yang mengalami perdarahan pada trimester kedua atau ketiga harus dirawat di rumah sakit. Pasien diminta untuk istirahat baring dan dilakukan pemeriksaan darah lengkap termasuk golongan darah dan faktor Rh. Jika kemudia perdarahan tidak banyak dan berhenti serta janin dalam keadaan sehat dan masih prematur, maka pasien dibolehkan pulang dan dilanjutkan dengan rawat rumah atau rawat jalan dengan syarat telah mendapat konsultasi yang cukup dengan pihak keluarga agar dengan segera kembali ke rumah sakit bia terjadi perdarahan ulang, walaupun kelihatannya tidak mencemaskan.

Tatalaksana yang diberikan pada pasien dengan plasenta previa dapat berupa tatalaksana ekspektatif atau aktif.

1. EkspektatifTujuan dari penangan ekspektatif adalah agar janin tidak lahir prematur.Syarat: Usia kehamilan < 37 minggu

Perdarahan tidak aktif

Belum inpartu

Keadaan umum ibu baik (Hb > 8 g%)

Janin hidupTindakan:

Tirah baring, mobilisasi bertahap

Tokolitik

Antibiotik

Lakukan pemeriksaan USG untuk menentukan lokasi implantasi plasenta, usia gestasi, profil biofisik, letak dan presentasi janin

Amniosentesis: tes kocok untuk uji maturitas paru

Pada kehamilan < 32 minggu berikan injeksi deksametason untuk pematangan paru2. Aktif

Penanganan secara aktif harus memenuhi syarat sebagai berikut:

Perdarahan aktif dan banyak

Keadaan umum ibu jelek, syok hipovolemik

Usia kehamilan 37 minggu atau taksiran berat janin > 2500 g

Inpartu

Janin mati atau terdapat anomali kongenital mayor

Bagian terbawah sudah jauh masuk pintu atas panggul (3/5-2/5)

Tindakan:

Perbaiki keadaan umum ibu

Berikan transfusi

Atasi syok

Setelah syok teratasi, pastikan diagnosis dan tentukan cara terminasi:

Bila keadaan umum ibu jelek : terminasi per abdominam (seksio sesaria)

Bila keadaan umum ibu baik: lakukan periksa dalam pada meja operasi.7Persalinan

Seksio sesaria merupakan cara kelahiran terpilih pada kasus plasenta previa. Kebanyakan seksio sesaria dilakukan melalui insisi melintang. Karena perdarahan dapat berasal dari insisi pada plasenta letak anterior, terkadang disarankan untuk melakukan insisi vertikal. Kelahiran per vaginam dapat dilakukan pada kasus plasenta previa marginalis dengan presentasi kepala. Pada cara ini, selaput ketuban biasanya dipecahkan terlebih dahulu untuk merangsang kelahiran.73.7 KomplikasiKomplikasi maternal dapat berupa perdarahan, syok, kematian, infeksi, emboli. Komplikasi plasenta previa pada janin dapat berupa prematur, perdarahan janin dan kematian.73.8 PrognosisPrognosis ibu dan anak pada plasenta previa dewasa ini lebih baik jika dibandingkan dengan masa lalu. Hal ini berkat diagnosis yang lebih dini dan tidak invasif dengan USG, disamping ketersediaan transfusi darah dan infus cairan telah ada di hampir semua rumah sakit kabupaten. Rawat inap yang lebih radikal ikut berperan terutama bagi kasus yang pernah melahirkan dengan seksio sesarea atau bertempat tinggal jauh dari fasilitas yang diperlukan. Penurunan jumlah ibu hamil dengan paritas tinggi dan usia tinggi berkat sosialisasi program keluarga berencana menambah penurunan insiden plasenta previa. Dengan demikian banyak komplikasi maternal dapat dihindarkan. Namun, nasib janin masih belum terlepas dari komplikasi kelahiran prematur baik yang lahir spontan maupun karena intervensi seksio sesarea.1,8BAB IV

ANALISIS KASUS

Pasien wanita usia 26 tahun, G1P0A0 hamil 33 minggu datang dengan keluhan keluar darah dari kemaluan 1 jam SMRS. Warna darah merah segar, banyaknya 2 kali ganti celana dalam, nyeri (-). Riwayat perut mules menjalar ke pinggang (-), riwayat keluar darah lendir (-), riwayat keluar air-air (-). Riwayat trauma (-), riwayat post coital (+), diurut-urut (-), riwiyat minum jamu (-), riwayat demam selama kehamilan (+) hamil 3 bulan demam selama 5 hari dan hamil 6 bulan demam 5 hari, riwayat keputihan (+). Os kemudian dibawa ke RSMH Palembang. Os mengaku hamil kurang bulan dengan gerakan janin masih dirasakan.Pada pemeriksaan obstetri didapatkan pada pemeriksaaan luar tinggi fundus uteri proc. xyphoideus-pusat (27 cm), bagian teratas bokong. Janin letak memanjang dengan punggung disebelah kiri. Bagian terbawah kepala dengan penurunan 5/5. Didapatkan His 1x/10/10, DJJ 150 x/menit, dan TBJ 2170 gram. Pada pemeriksaan dalam (inspekulo) didapatkan portio livide, OUE OUE tertutup, fluor (-), fluxus (+) darah tak aktif, E/L/P (-). Pada pasien dilakukan pemeriksaan USG didapatkan kesan hamil 33 minggu JTH Preskep dengan plasenta previa marginalis.Berdasarkan hasil anamnesis, OS dengan G1P0A0 hamil 33 minggu datang dengan keluhan keluar darah dari kemaluan 1 jam SMRS. Hal ini menandakan adanya perdarahan antepartum (trimester 3) yang biasanya disebabkan oleh plasenta previa atau solution plasenta. Perbedaan gejala klinis plasenta previa dan solutio plasenta dapat dilihat pada tabel 1.Tabel 1. Perbedaan gejala klinis plasenta previa dan solution plasentaPlasenta PreviaSolutio Plasenta

Warna DarahMerah segarMerah kehitaman

Nyeri-+ (terus menerus)

Nilai HbSesuai dengan jumlah darah yang keluarTidak sesuai dengan jumlah darah yang keluar

Keadaan JaninBaikBuruk

Pada pasien didapatkan warna darah merah segar, tidak ditemukan nyeri, nilai Hb 10,5 gr/dL, keadaan janin baik yang dilihat dari DJJ menunjukkan batas normal (150 x/menit), sehingga kemungkinan pasien mengalami solution plasenta dapat disingkirkan. Untuk konfirmasi diagnosis selanjutnya dilakukan pemeriksaan USG, dengan hasil janin tunggal dalam keadaan hidup, dan presentasi kepala, usia kehamilan 33 minggu (sesuai HPHT), didapatkan plasenta terletak di korpus posterior dan meluas hingga ke tepi OUI (plasenta previa marginalis).

Dari anamnesis, riwayat perut mules menjalar ke pinggang (-), riwayat keluar darah lendir (-), riwayat keluar air-air (-). Hal tersebut menunjukkan bahwa pasien belum inpartu. Riwayat trauma (-), riwayat post coital (+), diurut-urut (-), riwiyat minum jamu (-), riwayat demam selama kehamilan (+) hamil 3 bulan demam selama 5 hari dan hamil 6 bulan demam 5 hari, riwayat keputihan (+). Adanya riwayat keputihan menunjukkan bahwa kemungkinan etiologi plasenta previa pada pasien ini adalah infeksi.Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, pasien didiagnosis G1P0A0 hamil 33 minggu belum inpartu dengan HAP e.c plasenta previa marginalis. Pasien diberikan terapi ekspektatif karena Hb >8 gr/dL, keadaan umum baik, perdarahan tidak aktif, usia kehamilan < 37 minggu, janin hidup, dan belum inpartu. Terapi yang diberikan pada pasien ini adalah pengobservasian tanda vital ibu, DJJ, dan perdarahan. Diberikan antibiotik (injeksi ceftriaxone 2x1 gr IV) sebagai pencegahan terjadinya infeksi. Pasien diberikan kortikosteroid (injeksi dexamethasone 2x6 mg) untuk pematangan paru janin, obat tokolitik (nifedipine tab 4x10 mg PO) untuk mencegah timbulnya kontraksi, dan diberikan progesterone (cygest 1x200 g per rectal) untuk mencegah terjadinya kontraksi yang selanjutnya akan membantu mempertahankan janin. Pasien diedukasi untuk mengurangi aktivitas sehari-hari dan melakukan mobilisasi secara bertahap guna mengurangi terjadinya perdarahan berulang. Pasien dipulangkan setelah 3 hari perdarahan berhenti dan keadaan ibu semakin membaik.BAB V

KESIMPULAN

Pasien G1P0A0 hamil 33 minggu datang dengan keluhan perdarahan dari kemaluan. Dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang dilakukan, diketahui pasien mengalami perdarahan antepartum yang disebabkan oleh plasenta previa marginalis. Sehingga diagnosis pada pasien ini adalah G1P0A0 hamil 33 minggu belum inpartu dengan HAP e.c plasenta previa marginalis. Tatalaksana yang diberikan adalah tatalaksana ekspektatif.

DAFTAR PUSTAKA1. Chalik, T.M.A. Perdarahan Pada Kehamilan Lanjut dan Persalinan. Dalam Saifudin, AB, Rachimhadhi, T dan Winkjosastro, GH. Ilmu Kebidanan. ed. 4. Jakarta. PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2009: p. 495-503

2. Hacker NF, Moore JG, Gambone JC, 2007. Essentials of Obstetrics & Gynecology 4E, Elsevier Saunders, United States.

3. Fortner KB, Szymanski LM, Fox HE and Wallach EE. 2007. John Hopkins Manual of Gynecology and Obstetrics 3rd Edition. Baltimore, Maryland : Lippincott Williams & Wilkins.4. Manuaba, Ida Bagus Gede. 1998. Sinopsis Obstetry Jilid I. EGC. Jakarta.5. Saifudin, Abdul Bahri. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal. JHPIEGO. Jakarta.

6. Oppenheimer L, 2007. Diagnosis and Management of Placenta Previa. SOGC Clinical Practice Guideline. J Obstet Gynaecol Can 2007;29(3):261-266.

7. Chris Tanto, I Putu Gede. 2014. Perdarahan pada Kehamilan Tua dalam Kapita Selekta Kedokteran Edisi IV. Jakarta: Media Aesculapius.

8. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom Sl, Hauth JC, Gilstrap LC, Wenstrom KD (editors). 2005. Williams Obstetrics, 22nd ed. New York: McGraw-Hill. Chapter 35 Obstetrical Hemorrhage: 810-848.

15