bab ii tinjauan pustaka -...
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Susu
1. Definisi Susu
Dalam SK Dirjen Peternakan No. 17 Tahun 1983, dijelaskan definisi susu
adalah susu sapi yang meliputi susu segar, susu murni, susu pasteurisasi, dan susu
sterilisasi. Secara biologis, susu merupakan sekresi fisiologis kelenjar ambing
sebagai makanan dan proteksi imunologis (immunological protection) bagi bayi
mamalia.1
2. Alat Penghasil Susu pada Sapi
Alat penghasil susu pada sapi disebut Ambing. Ambing terdiri dari 4
kelenjar yang berlainan, yang dikenal sebagai perempatan (quarters). Masing-
masing perempatan dilengkapi dengan suatu saluran ke bagian luar yang disebut
puting. Saluran ini berhubungan dengan saluran yang sebenarnya menyimpan
susu. Kelenjar tersebut terdiri dari banyak saluran cabang yang lebih kecil yang
berakhir pada suatu pelebaran yang disebut alveoli, dimana susu dihasilkan. Susu
dihasilkan dan disimpan hampir secara terus-menerus pada saat pemerahan. Hal
ini dapat diperlambat atau terhenti sama sekali oleh tekanan susu yang terkumpul
dalam alveoli. Oleh karena itu, seringnya pemerahan akan mengurangi tekanan ini
dan baik untuk produksi susu. Pada waktu pemerahan sapi mengeluarkan susunya.
Hal ini merupakan gerakan tak sadar yang dikendalikan oleh syaraf perasa yang
membawa ”perintah” dari ambing ke otak. Perintah itu berasal dari isapan anak
sapi atau pencucian dan penggunaan tangan dari pemerah pada puting ambing.
Hormon yang mempengaruhi keluarnya susu dilepaskan ke dalam aliran darah
oleh gerakan ini. Kondisi yang menakutkan atau membuat sapi marah pada waktu
pemerahan mempengaruhi produksi hormon tersebut.5
3. Komposisi Susu
Komposisi susu terdiri atas air (water), lemak susu (milk fat), dan bahan
kering tanpa lemak (solids nonfat). Kemudian, bahan kering tanpa lemak terbagi
lagi menjadi protein, laktosa, mineral, asam (sitrat, format, asetat, laktat, oksalat),
enzim (peroksidase, katalase, pospatase, lipase), gas (oksigen, nitrogen), dan
vitamin (vit. A, vit. C, vit. D, tiamin, riboflavin). Persentase atau jumlah dari
masing-masing komponen tersebut sangat bervariasi karena dipengaruhi berbagai
faktor seperti faktor bangsa (breed) dari sapi.1
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Komposisi Susu
Komposisi susu dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut :5
a. Waktu Pemerahan
Unsur laktosa dan protein dalam susu relatif konstan dan menunjukkan
keragaman yang kecil bila pemerahan dilakukan pada siang hari. Tetapi
kandungan lemak susu mungkin berbeda jika pemerahan dilakukan pada pagi
hari dan kemudian pada sore hari. Susu yang diperoleh pagi hari mengandung
0,5 sampai 2% lebih banyak lemak dari pada susu yang diperah pada waktu
sore hari. Semakin teratur jarak antara pemerahan, semakin teratur pula
kandungan lemak pada susu tersebut.
b. Urutan Pemerahan
Urutan pemerahan susu pada sapi akan menunjukkan keragaman dalam
komposisi. Pada saat-saat pertama pemerahan selalu diperoleh susu yang
paling sedikit mengandung lemak (1%) dan pada saat terakhir pemerahan
diperoleh sisa-sisa yang paling banyak lemaknya (>7%).
c. Keragaman Akibat Musim
Kandungan lemak pada susu biasanya menurun pada akhir musim semi
dan akan meningkat lagi menjelang musim dingin. Hal ini dipengaruhi oleh
suhu lingkungan.
d. Umur Sapi
Umur sapi hanya berpengaruh sedikit terhadap komposisi susu. Selama
jangka waktu 10 tahun, kandungan lemak menurun kira-kira 0,2%.
e. Makanan Ternak
Makanan ternak mempunyai banyak pengaruh pada komposisi susu. Hal
ini dikarenakan sapi dapat mengambil zat-zat makanan dari persediaan yang
ada di dalam tubuh dalam jumlah yang cukup besar. Kurangnya pemberian
makanan akan mengurangi volume hasil susu.
f. Faktor-faktor Lain
Yaitu seperti pemalsuan dengan air atau bahan lain, kegiatan bakteri,
kurangnya adukan dalam pengambilan contoh dan faktor-faktor lain yang
sejenis.
5. Sifat fisik dan Kimiawi Susu
Susu mempunyai sifat-sifat fisik dan kimiawi sebagai berikut :5
a. Kerapatan
Kerapatan susu bervariasi antara 1,0260 dan 1,0320 pada suhu 20°C. Hal
ini disebabkan oleh perbedaan kandungan lemak dan zat-zat padat bukan
lemak.
b. pH
pH susu segar berada diantara 6,6-6,7.
c. Sifat-sifat Krim
Butiran-butiran lemak pada susu timbul ke permukaan bagian atas
membentuk suatu lapisan krim yang jelas.
d. Warna
Susu mempunyai warna putih kebiru-biruan sampai kuning kecoklatan.
Warna putih adalah akibat penyebaran butiran-butiran koloid lemak, kalsium
kaseinat dan kalsium fosfat. Sedangkan warna kuning adalah karoten dan
riboflavin. Jenis sapi dan jenis makanan dapat berpengaruh pada warna susu.
e. Cita rasa
Cita rasa asli susu hampir tidak dapat diterangkan, tetapi yang jelas
rasanya menyenangkan dan agak manis. Rasa manis berasal dari laktosa,
sedangkan rasa asin berasal dari klorida.
f. Penggumpalan
Penggumpalan/ pengentalan merupakan salah satu sifat susu yang paling
khas. Penggumpalan dapat disebabkan oleh kegiatan enzim (enzim rennet/
dadi) atau penambahan asam.
B. Kontaminasi Susu
Kontaminasi susu oleh mikroorganisme dapat terjadi selama pemerahan (milking),
penanganan (handling), penyimpanan (storage), dan aktivitas pra-pengolahan (pre-
processing) lainnya. Mata rantai produksi susu memerlukan proses yang steril dari
hulu hingga hilir, sehingga bakteri tidak mendapat kesempatan untuk tumbuh dan
berkembang dalam susu.6
Populasi mikroorganisme dalam setiap makanan/ minuman dipengaruhi oleh
berbagai faktor, seperti tersedianya nutrien, air, suhu, pH, oksigen, dan lain-lain. Bila
populasinya meningkat, dapat menimbulkan berbagai masalah antara lain :7
a. Dapat menentukan taraf mutu bahan makanan.
b. Mengakibatkan kerusakan Pangan.
c. Dapat digunakan untuk membuat produk-produk pangan khusus.
d. Merupakan sarana penularan beberapa penyakit perut menular.
e. Keracunan makanan, yang tidak jarang mengakibatkan kematian.
Mikroba dalam air susu mempunyai pengaruh tertentu yaitu:8
a. Susu merupakan substrat yang baik untuk pertumbuhan mikroba, hal ini
disebabkan karena kadar airnya tinggi, pH-nya netral dan kaya akan zat-zat
makanan yang diperlukan oleh mikroba.
b. Air susu dalam kelenjar susu sifatnya netral.
c. Air susu yang telah keluar dapat terkontaminasi dengan mikroba-mikroba yang
berasal dari beberapa hal yaitu manusia, tubuh lembu, titik lembu dan alat-alat
yang digunakan.
Pada saat susu diperah dari sapi yang sehat, susu mengandung mikroorganisme
yang telah memasuki saluran puting susu melalui lubang puting. Jasad-jasad renik itu
terbilas bersama susu selama berlangsungnya pemerahan. Dari saat susu diperah
sampai dituangkan ke dalam wadah-wadah, segala sesuatu yang bersinggungan
dengan air susu tersebut merupakan sumber potensial bagi mikroorganisme.
Mikroorganisme yang terdapat dalam susu dibagi dalam kategori – kategori
berdasarkan 3 ciri utama yaitu:9
a. Ciri–ciri Biokimia
Susu mentah dengan mutu kesehatan yang baik akan memberikan rasa asam
yang khas apabila dibiarkan pada keadaan yang memungkinkan pertumbuhan
bakteri.
b. Ciri-ciri Suhu
Bakteri yang terdapat dalam susu dapat digolongkan berdasarkan suhu
pertumbuhan dan ketahanannya terhadap panas. Pertimbangan ini sangat praktis,
karena suhu rendah digunakan untuk mencegah atau menghambat pertumbuhan
mikroba yang merusak susu dan suhu tnggi (pasteurisasi) digunakan untuk
mengurangi populasi mikroba, memusnahkan patogen, dan secara umum
memperbaiki mutu penyimpanan susu.
c. Patogenitas
Mikroorganisme patogenik dapat masuk ke dalam susu dari beberapa sumber
dan bila tidak dimusnahkan akan menyebabkan penyakit.
C. Jenis-jenis Bakteri Pada Susu
Makhluk hidup telah diklasifikasikan berdasarkan persamaan-persamaan yang
dimilikinya. Carolus Linnaeus merupakan ilmuwan yang pertama kali melakukan
klasifikasi makhluk hidup pada awal abad ke-18. Monera dan protista merupakan
organisme yang paling tua. Organisme yang termasuk monera adalah bakteri dan
ganggang biru. Bakteri memiliki ukuran yang sangat kecil, sehingga dapat pula
digolongkan sebagai mikroorganisme. 5
Bakteri yang dapat mencemari susu terbagi menjadi dua golongan, yaitu bakteri
patogen (pathogenic bacteria) dan bakteri pembusuk (spoilage bacteria). Kedua
macam bakteri tersebut dapat menimbulkan penyakit yang ditimbulkan oleh susu
(milkborne diseases) seperti tuberkulosis, bruselosis, dan demam tipoid (typhoid
fever). Pembusukan susu oleh bakteri dapat menyebabkan degradasi protein,
karbohidrat, dan lemak yang terkandung dalam susu.5
Dari semua penyakit yang ditularkan melalui susu, tuberkulosis adalah yang
paling menonjol. Mycobacterium bovis adalah penyebab penyakit pada sapi dan
dapat dipindahkan ke dalam susu, terutama bila ambingnya terkena infeksi.
Brucelosis yang disebabkan karena infeksi pada sapi disebabkan oleh Brucella
abortus, organisme yang menyebabkan terjadinya keguguran kandungan. Penyakit
ini bersifat menular dan gejala-gejala infeksi pada manusia adalah demam yang
berselang-seling, banyak keringat, sakit kepala, dan sakit seluruh badan.5
Kualitas susu akan menurun jika terdapat bakteri pembusuk di dalamnya.
Pembusukan (spoilage) adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
penurunan kualitas dari warna, tekstur, aroma, dan rasa makanan hingga pada titik di
mana makanan tersebut tidak cocok dan tidak menimbulkan selera manusia.5
Bakteri yang terlibat dalam proses pembusukan pada susu adalah bakteri-bakteri
psikotropik. Bakteri yang dapat membuat enzim proteolitik dan lipolitik ekstraseluler
(Pseudomonas fragi dan Pseudomonas fluorescens) juga dapat menyebabkan
kebusukan pada susu. Bakteri psikotropik dapat dimusnahkan dengan pemanasan
pada proses pasteurisasi, namun Pseudomonas fragi dan Pseudomonas fuorescens
tetap stabil pada suhu panas. Bakteri lain yang dapat hidup setelah proses
pasteurisasi adalah Clostridium, Bacillus, Cornebacterium, Arthrobacter,
Lactobacillus, Microbacterium, dan Micrococcus. Bacillus mampu menggumpalkan
susu dengan mencerna lapisan tipis fosfolipid di sekitar butir-butir lemak melalui
enzim yang dihasilkannya.5
Kerusakan Susu Oleh Mikroba antara lain :10.11
a. Pembentukan asam
Pembentukan asam disebabkan oleh bakteri laktat yang bersifat
homofermentatif (banyak menghasilkan asam laktat dan sedikit menghasilkan
asam asetat, CO2 dan zat volatile) atau heterofermantatif yang memproduksi
sejumlah zat yang bersifat volatile disamping asam laktat.
b. Pembentukan gas
Dalam pembentukan gas selalu diikuti oleh asam. Pembentukan utama
disebabkan oleh bakteri Enterobacterium coli, Clostridium sp, Baccilus sp, gas H2
dan CO2 dan bakteri laktat. Dalam lemari es, Clostridium dan Baccilus sp tumbuh
sedangkan bakteri lain tidak. Pada suhu ruangan umumnya tumbuh bakteri
Enterobacterium coli sedangkan pada suhu lebih tinggi yang tumbuh adalah
pembentukan spora.
c. Pemecahan protein
Hidrolisis protein susu oleh mikroba biasanya diikuti oleh pembentukan
aroma getir , yang disebabkan oleh beberapa polipeptida, bakteri proteolitik yang
aktif pada susu adalah spesies Micrococcus, Alkaligenus, Pseudomonas, Proteus,
Achromo bacter, Flaropacterium dan semuanya termasuk bakteri yang tidak
membentuk spora.
d. Pembentukan lendir
Pembentukan lendir terjadi pada susu yang disimpan pada suhu rendah dan
akan berkurang dengan kenaikan kadar asam pada suhu tinggi.
Terdapat 2 macam lendir dalam susu diantaranya adalah:
1) Pada permukaan yang disebabkan oleh bakteri Micrococcus frudenruchii.
2) Pada saluran bagian susu yang disebabkan oleh Aerogenes, Aerobacter cloase,
Enterobacterium coli, Streplactis.
Bakteri pada pembentukan lendir pada air susu dapat berasal dari air, kotoran
sapi, peralatan dan makanan sapi, maka pencegahan atau pengurangan
kontaminasi dari sumber-sumber tersebut dapat mencegah terbentuknya lendir
pada air susu.
e. Perubahan lemak
Lemak pada susu dapat mengalami dekomposisi oleh bakteri, kapang, khamir
yang mengeluarkan enzim lipase sehingga menimbulkan bau tengik dan tidak
enak. Contoh bakteri tersebut adalah Pseudomonas, Proteus, Achromobacter,
Alkaligenes.
f. Pembentukan alkali
Bakteri yang berperan dalam pembentukan alkali pada susu hidup pada suhu
yang berbeda (suhu rendah, pertengahan). Bakteri ini menyebabkan reaksi alkalis
karena pembentukan amoniak dan urea makhluk hidup atau asam organik.
g. Perubahan bau
Penyimpangan aroma oleh bakteri sebagai berikut :
1) Aroma asam dihasilkan oleh Streptococcus cactis, Leuconostoc sp, dan
Clostridium sp.
2) Aroma getir dihasilkan oleh bakteri prosteolitik.
3) Bau terbakar dihasilkan oleh Streptococcus lactis.
4) Bau gudang disebabkan oleh bakteri Aerobakter oxytocum.
5) Bau sabun disebabkan oleh bakteri Pseudomonas sopolactica.
6) Bau lobak disebabkan oleh Enterobacterium coli.
7) Bau ikan disebabkan oleh bakteri Pseudomonas.
h. Perubahan warna
Perubahan warna terutama disebabkan oleh:
1) Warna kuning disebabkan oleh bakteri Pseudomonas syncantha,
flavobakterium sp.
2) Warna coklat disebabkan oleh bakteri Pseudomonas fluoresescens.
3) Warna biru disebabkan oleh Pseudomonas Suncyanea, Streptococcus lactis dan
bakteri Ceotridium sp yang termasuk golongan kapang.
4) Warna kuning disebabkan oleh bakteri Pseudomonas syncantha dan bakteri
Flavobacterium sp.
D. Tindakan Sanitasi
Tindakan sanitasi adalah upaya higienis untuk pengamanan bahan makanan,
dengan cara mencegah serta mengurangi kontaminasi kuman. Ada beberapa
tindakan yang dapat dilakukan, yaitu :6
a. Saluran susu dari alveoler berakhir pada lubang puting yang biasanya terkotori
oleh lantai, sehingga jumlah kuman pada air susu yang keluar akan bertambah
banyak. Untuk menghindarinya, buanglah pancaran pertama dari pemerahan.
Sebelum diperah, lakukan teat dipping (pencelupan puting) pada cairan
desinfektan. Tindakan ini bisa mengurangi angka pertambahan kuman secara
signifikan.
b. Pekerja pemerahan harus bebas dari penyakit menular. Kalau terserang batuk atau
diare, pekerja jangan memerah dulu (tapi boleh melakukan pekerjaan lain).
Tangan dan kukunya harus bersih. Usahakan tidak bersin atau meludah di lokasi
pemerahan. Lebih dianjurkan lagi mengenakan pakaian bersih dan masker.
c. Sanitasi kandang, terutama bagian lantai, harus diperhatikan. Sebelum memerah,
kandang harus bersih sehingga bebas dari pencemaran kuman. Dalam keadaan
kotor, angin dan gerakan ekor sapi memudahkan kotoran masuk ke wadah air
susu.
d. Mencegah pertumbuhan kuman, mengingat pertumbuhan bakteri sangat cepat,
jumlah kecil pada awal pemerahan dapat berkembang hingga merusak dan
menurunkan kualitas susu. Karena itu, pertumbuhan kuman perlu ditekan. Salah
satu cara yang efektif menekan pertumbuhan kuman adalah melalui pendinginan.
Susu dalam wadahnya dapat ditempatkan sementara pada bak berlapis seng atau
aluminium, diisi dengan timbunan es batu, dibubuhi garam dapur, dan serbuk
gergaji. Cara ini dapat menurunkan suhu hingga lebih rendah dari 10°C. Jika
penyimpanan agak lama, diperlukan pengadukan secara berkala sehingga suhu
merata. Gunakan pengaduk yang berbahan stainless steel. Peternak di daerah
pegunungan bisa juga menerapkan teknologi sederhana, dengan mengalirkan air
dingin secara terus-menerus pada bak di mana wadah susu ditempatkan. Cara ini
bisa menghasilkan suhu sekitar 10-15°C. Cara lain yang lebih modern adalah
surface cooler, refrigerator (lemari es) dan cooling unit. Teknik pendinginan ini
dilakukan dengan tujuan menunda waktu pengiriman. Susu bisa tahan selama 12
jam pada suhu 12°C, 12-24 jam pada suhu 8°C, dan 72 jam pada suhu 4°C.
e. Membunuh kuman. Pemanasan merupakan teknik yang umum digunakan untuk
membunuh kuman dalam susu. Susu yang telah dipanaskan bisa disimpan lebih
lama, dan tidak membahayakan konsumen. Cara ini memang bisa mengubah
susunan gizi air susu, tetapi sangat kecil artinya dibandingkan dengan bahayanya
(jika tak dipanaskan).
E. Kerangka Teori
Organisme-organisme Pencemar
Suhu, keasaman
Hygiene Personal
Sanitasi di TPS Alat-alat pemerahan yang
tidak bersih
Sanitasi di Peternak
Jumlah Bakteri pada Susu
Gambar 2.1. Kerangka Teori
Sumber : 5, 17, 18
F. Kerangka Konsep
Variabel Bebas Sumber (asal) Susu :
1. Peternak Sapi Perah 2. TPS
Variabel Pengganggu - Suhu - Keasaman - Hygiene personal - Sanitasi lingkungan - Perbedaan waktu (transportasi
dari peternak ke TPS)
Variabel Terikat Jumlah Bakteri
Susu Sapi
Gambar 2.2. Kerangka Konsep
G. Hipotesis
Ada perbedaan jumlah bakteri susu sapi pada peternak sapi perah dan TPS di
kelurahan Kemiri kecamatan Mojosongo kabupaten Boyolali.