bab ii tinjauan pustaka -...

41
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini penulis akan membahas tentang tinjauan pustaka, dengan penekanan pembahasan pada tinjauan teori tentang: perilaku hidup bersih sehat, perilaku, dukungan keluarga, anak Sekolah Dasar, kerangka teori, kerangka konsep, variabel penelitian, hipotesis. A. Perilaku 1. Pengertian Perilaku Perilaku dari pandangan biologis adalah merupakan suatu kegiatan atau aktifitas organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu aktifitas dari manusia itu sendiri. Perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung atau secara tidak langsung (Notoatmodjo, 2003). Menurut Skiner (1938) dalam (Notoatmodjo, 2003) merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Bila dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) yaitu : a. Perilaku tertutup (convert behavior) Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesadaran, dan sikap

Upload: vunhi

Post on 06-Feb-2018

227 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-yayukekaku... · fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah ... Kesediaan

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini penulis akan membahas tentang tinjauan pustaka, dengan

penekanan pembahasan pada tinjauan teori tentang: perilaku hidup bersih sehat,

perilaku, dukungan keluarga, anak Sekolah Dasar, kerangka teori, kerangka

konsep, variabel penelitian, hipotesis.

A. Perilaku

1. Pengertian Perilaku

Perilaku dari pandangan biologis adalah merupakan suatu kegiatan

atau aktifitas organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia pada

hakikatnya adalah suatu aktifitas dari manusia itu sendiri. Perilaku adalah

apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara

langsung atau secara tidak langsung (Notoatmodjo, 2003). Menurut Skiner

(1938) dalam (Notoatmodjo, 2003) merumuskan bahwa perilaku merupakan

respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).

Bila dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku

dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) yaitu :

a. Perilaku tertutup (convert behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau

tertutup (convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih

terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesadaran, dan sikap

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-yayukekaku... · fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah ... Kesediaan

8

yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut dan belum

dapat diamati secara jelas oleh orang lain.

b. Perilaku terbuka (overt behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata

atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam

bentuk tindakan atau praktek. Yang demikian mudah diamati atau dilihat

oleh orang lain

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku,

menurut Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2003) adalah:

a. Faktor-faktor Pendukung (Predisposing Factors)

Faktor pendukung adalah faktor pemicu atau anteseden terhadap

perilaku yang menjadi dasar atau motivasi bagi perilaku mencakup :

pengetahuan, sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan

masyarakat terhadap hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai

yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan , tingkat sosial ekonomi, dan

sebagainya. Faktor-Faktor ini terutama yang positif mempermudah

terwujudnya perilaku maka sering disebut faktor pemudah.

b. Faktor-faktor Pemungkin (Enabling Factors)

Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau

fasilitas kesehatan bagi masyarakat, lingkungan fisik misalnya : air

bersih, tempat pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja,

ketersediaan makanan yang bergizi, dan sebagainya. Termasuk juga

fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik,

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-yayukekaku... · fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah ... Kesediaan

9

posyandu, polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktek swasta, dan

sebagainya. Untuk berperilaku sehat, masyarakat memerlukan saran dan

prasarana pendukung. Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau

memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan, maka faktor-faktor ini

disebut faktor pemungkin.

c. Faktor-faktor Pendorong (Reinforcing Factors)

Faktor-faktor ini mencakup faktor sikap dan perilaku tokoh

masyarakat (toma), tokoh agama (toga), sikap dan perilaku para petugas

termasuk petugas kesehatan, termasuk juga disini undang-undang,

peraturan baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan

kesehatan. Untuk berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan

hanya perlu pengetahuan dan sikap positif, dan dukungan fasilitas saja,

melainkan diperlukan perilaku contoh (acuan) dari para tokoh

masyarakat, tokoh agama, para petugas, lebih-lebih para petugas

kesehatan. Disamping itu undang-undang juga diperlukan untuk

memperkuat perilaku masyarakat tersebut.

2. Teori Perubahan Perilaku

Menurut Notoatmodjo (2003), teori-teori yang berhubungan

dengan perubahan perilaku antara lain :

a. Teori Stimulus Organisme (S-O-R)

Teori ini di dasarkan pada asumsi bahwa penyebab terjadinya perilaku

tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi

dengan organisme.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-yayukekaku... · fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah ... Kesediaan

10

b. Teori festinger (Dissonance Theory)

Teori ini berkonsep imbalance concep (tidak seimbang), yang berarti

keadaan cognitive dissonance merupakan ketidakseimbangan psikologis

yang diliputi oleh ketegangan diri yang berusaha untuk mencapai

keseimbangan kembali. Dissonance (ketidakseimbangan) terjadi karena

dalam individu terdapat dua elemen kognisi yang saling bertentang,

yakni pengetahuan, pendapat atau keyakinan.

c. Teori Fungsi

Teori ini menyatakan bahwa perubahan perilaku tergantung pada

kebutuhan. Hal ini berarti bahwa stimulus yang dapat mengakibatkan

perubahan perilaku seseorang adalah stimulus yang dapat dimengerti

dalam konteks kebutuhan orang tersebut.

d. Teori Kurt Lewin

Teori ini menyatakan bahwa perilaku manusia adalah suatu

keadaan yang seimbang antara kekuatan-kekuatan pendorong (driving

forces). Dan kekuatan-kekuatan penahan (restining forces). Perilaku ini

dapat berubah apabila terjadi ketidakseimbangan antara kedua kekuatan

tersebut didalam diri seseorang sehingga ada tiga kemungkinan terjadi

perubahan perilaku pada diri seseorang, yakni;

1. Kekuatan-kekuatan pendorong meningkat

2. Kekuatan-kekuatan penahan menurun

3. Kekuatan pendorong meningkat, kekuatan penahan menurun.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-yayukekaku... · fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah ... Kesediaan

11

3. Bentuk-bentuk Perubahan Perilaku

Menurut Notoatmodjo (2003), bentuk perubahan perilaku sangat

bervariasi, sesuai dengan konsep yang digunakan oleh para ahli dalam

pemahannya terhadap perilaku. Menurut WHO, perubahan perilaku dapat

dikelompokkan menjadi tiga, yakni:

a. Perubahan alamiah (Natural Change)

Perilaku manusia selalu berubah, sebagian perubahan ini disebabkan

karena kejadian alamiah.

b. Perubahan terencana (Planned Change)

Perubahan perilaku ini terjadi karena memang direncanakan sendiri

oleh subyek.

c. Kesediaan untuk berubah (Readdiness to Change)

Kesediaan seseorang untuk menerima inovasi, baik secara cepat

maupun perlahan dapat terjadi karena kesediaan seseorang untuk

berubah.

4. Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan adalah segala bentuk pengalaman dan interaksi

individu dengan lingkungan, khususnya menyangkut pengetahuan dan sikap

tentang kesehatan, serta tindakan yang berhubungan dengan kesehatan.

Berdasarkan batasan perilaku dari Skiner perilaku kesehatan adalah suatu

respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan

dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan

minuman serta lingkungan (Notoatmodjo, 2002).

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-yayukekaku... · fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah ... Kesediaan

12

Menurut Becker (1979) dalam Notoatmodjo (2002), klasifikasi

tentang perilaku kesehatan meliputi:

a. Perilaku Hidup Sehat

Adalah perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan

seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan perilaku

ini mencakuup antara lain makan dengan menu yang seimbang

(approprite diet), olahraga teratur, tidak merokok, tidak minum-minum

keras dan narkoba istirahat cukup, megendalikan stress, perilaku dengan

gaya lain yang positif bagi kesehatan.

b. Perilaku sakit (Illness Behavior)

Perilaku sakit ini mencakup respons seseorang terhadap sakit dan

penyakit, persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang : penyebab

dan gejala penyakit, pengobatan penyakit, dan sebagainya.

c. Perilaku peran sakit (The Sick Role Behavior)

Dari segi sosiologi orang sakit (pasien) mempunyai peran yang

mencakup hak-hak orang sakit (right) dan kewajiban sebagai orang sakit

sendiri maupun orang lain (terutama keluarganya), yang selanjutnya

disebut perilaku peran orang sakit.

B. Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat

1. Pengertian

Perilaku hidup bersih sehat (PHBS) adalah upaya untuk

memberdayakan anggota rumah tangga agar sadar, mau dan mampu

melakukan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS), untuk memelihara

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-yayukekaku... · fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah ... Kesediaan

13

dan meningkatkan kesehatannya, mencegah risiko terjadinya penyakit dan

melindungi diri dari ancaman penyakit serta berperan aktif dalam gerakan

kesehatan masyarakat (Dinas Kesehatan Provinsi jawa Tengah, 2006),

merupakan wujud keberadaan masyarakat yang sadar, mau dan mampu

mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)

PHBS adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau

menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan

masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan

melakukan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku

melalui pendekatan pimpinan (advocacy), bina suasana (social support) dan

pemberdayaan masyarakat (empowerment) sebagai suatu upaya untuk

membantu masyarakat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, dalam

tatanan tatanan masing-masing, agar dapat menerapkan cara-cara hidup

sehat dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya

(Departemen Kesehatan RI, 2000).

2. Tujuan PHBS

Tujuan dari pelaksanaan program PHBS adalah untuk

meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku serta kemandirian keluarga

dalam mengatasi masalah kesehatan (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa

Tengah, 2006). Sedangkan menurut Depkes RI (1997) tujuan dari PHBS

adalah untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan, dan

kemampuan masyarakat untuk hidup bersih dan sehat, serta meningkatkan

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-yayukekaku... · fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah ... Kesediaan

14

peran serta aktif masyarakat termasuk dunia usaha, dalam upaya

mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.

3. Sasaran PHBS

Sasaran dari program PHBS menurut Depkes RI (1997) ada lima

tatanan meliputi :

a. Tatanan Rumah Tangga

Sasaran PHBS di rumah tangga adalah seluruh anggota keluarga secara

keseluruhan dan terbagi dalam :

1) Sasaran primer

Adalah sasaran utama dalam rumah tangga yang akan dirubah

perilakunya atau anggota keluarga yang bermasalah (individu dalam

keluarga yang bermasalah).

2) Sasaran sekunder

Adalah sasaran yang dapat mempengaruhi individu dalam keluarga

yang bermasalah misalnya, kepala keluarga, ibu, orang tua, tokoh

keluarga, kader tokoh agama, tokoh masyarakat, petugas kesehatan

dan lintas sektor terkait, PKK.

3) Sasaran tersier

Adalah sasaran yang diharapkan dapat menjadi unsur pembantu dalam

menunjang atau mendukung pendanaan, kebijakan, dan kegiatan

untuk tercapainya pelaksanaan PHBS misalnya, kepala desa, lurah,

camat, kepala Puskesmas, guru, tokoh masyarakat dan lain-lain.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-yayukekaku... · fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah ... Kesediaan

15

b. Tatanan Institusi Pendidikan

Sasaran PHBS di tatanan institusi pendidikan (termasuk madrasah atau

pondok pesantren) adalah seluruh anggota institusi pendidikan dan

terbagi dalam :

1) Sasaran primer

Adalah sasaran utama dalam institusi pendidikan yang akan dirubah

perilakunya adalah murid dan guru yang bermasalah (individu atau

kelompok dalam institusi pendidikan yang bermasalah).

2) Sasaran sekunder

Adalah sasaran yang dapat mempengaruhi individu dalam institusi

pendidikan yang bermasalah misalnya, kepala sekolah, guru, orang tua

murid, kader kesehatan sekolah, tokoh masyarakat, petugas kesehatan

dan lintas sektor terkait, PKK.

3) Sasaran tersier

Adalah sasaran yang diharapkan dapat menjadi unsur pembantu dalam

menunjang atau mendukung pendanaan, kebijakan, dan kegiatan

untuk tercapainya pelaksanaan PHBS di institusi pendidikan misalnya,

kepala desa, lurah, camat, kepala Puskesmas, Diknas, guru, tokoh

masyarakat dan orang tua murid.

c. Tatanan tempat kerja

Sasaran PHBS di tatanan tempat kerja (pabrik, kontor, dan

sebagainya) adalah seluruh anggota karyawan tempat kerja dan terbagi

dalam :

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-yayukekaku... · fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah ... Kesediaan

16

1). Sasaran primer

Adalah sasaran utama dalam Tatanan tempat kerja yang akan dirubah

perilakunya adalah para karyawan atau buruh yang bermasalah.

2) Sasaran sekunder

Adalah sasaran yang dapat mempengaruhi individu dalam tempat

kerja yang bermasalah misalnya, pengurus atau serikat pekerja

3) Sasaran tersier

Adalah sasaran yang diharapkan dapat menjadi unsur pembantu dalam

menunjang atau mendukung pendanaan, kebijakan, dan kegiatan

untuk tercapainya pelaksanaan PHBS di tempat kerja misalnya,

direksi atau pemilik.

d. Tatanan tempat umum

Sasaran PHBS di tatanan tempat umum (seperti tempat ibadah, pasar,

warung, hotel, terminal atau stasiun, tempat hiburan, dan lain-lain),

adalah semua orang dewasa atau remaja dan terbagi dalam :

1). Sasaran primer

Adalah sasaran utama dalam Tatanan tempat umum yang akan

dirubah perilakunya adalah pengunjung atau pengguna tempat-tempat

umum yang bermasalah.

2) Sasaran sekunder

Adalah sasaran yang dapat mempengaruhi individu dalam tempat

umum yang bermasalah misalnya, pengurus atau pegawai.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-yayukekaku... · fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah ... Kesediaan

17

3) Sasaran tersier

Adalah sasaran yang diharapkan dapat menjadi unsur pembantu dalam

menunjang atau mendukung pendanaan, kebijakan, dan kegiatan

untuk tercapainya pelaksanaan PHBS di tempat umum misalnya,

direksi atau pemilik baik pemerintah atau swasta.

e. Tatanan institusi kesehatan

Sasaran PHBS di tatanan institusi kesehatan (puskesmas, rumah sakit,

klinik, dan lain-lain) adalah semua orang dewasa atau remaja dan terbagi

dalam :

1). Sasaran primer

Adalah sasaran utama dalam Tatanan institusi kesehatan yang akan

dirubah perilakunya adalah pasien dan keluarga atau pengunjung yang

bermasalah.

2) Sasaran sekunder

Adalah sasaran yang dapat mempengaruhi individu dalam tempat

umum yang bermasalah misalnya, petugas kesehatan.

3) Sasaran tersier

Adalah sasaran yang diharapkan dapat menjadi unsur pembantu dalam

menunjang atau mendukung pendanaan, kebijakan, dan kegiatan

untuk tercapainya pelaksanaan PHBS di tempat umum misalnya,

pimpinan, direktur atau pemilik baik pemerintah atau swasta.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-yayukekaku... · fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah ... Kesediaan

18

Tabel 1 : Sasaran PHBS menurut Depkes RI (1997)

Tatanan PHBS Sasaran primer

Sasaran sekunder Sasaran tersier Prioritas

RUMAH TANGGA

Anggota keluarga

ibu Kepala keluarga KIA, Gizi, Kesling, Gaya Hidup, Sarkes atau JPKM

INSTITUSI PENDIDIKAN

Seluruh siswa Guru, karyawan, OSIS

Kepala sekolah atau pengelola atau pemilik

Kesling, gaya hidup, sarkes atau JKPM

TEMPAT KERJA

Seluruh karyawan

Pengurus atau serikat pekerja

Direksi atau pemilik

Kesling, gaya hidup

TEMPAT UMUM

Pengunjung atau pengguna jasa

Pegawai atau karyawan

Direksi atau pemilik

Kesling atau gaya hidup

INSTITUSI KESEHATAN

Pasien atau pengunjung

Petugas kesehatan

Pimpinan atau direktur

Kesling, gaya hidup, KIA, gizi

4. Strategi PHBS adalah cara atau pendekatan yang dilakukan untuk mencapai

tujuan PHBS. Dalam hal ini ada tiga strategi utama dalam melakukan PHBS.

Dapat digambarkan dalam tabel berikut :

Tabel 2 : Strategi PHBS menurut Depkes RI (1997)

Strategi Sasaran Tujuan Cara Yang Dilakukan PEMBERDAYAAN (EMPOWERMENT)

Primer Peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku (PHBS)

Penyuluhan perorangan, kelompok dan massal, pelatihan atau orientasi, mendistribusikan bahan penyuluhan.

PEMBINAAN SUASANA (SOCIAL SUPPORT)

sekunder Pengembangan pendapat umum, opini, norma

Pendekatan perorang dan kelompok

PENDEKATAN PIMPINAN (ADVOCACY)

tersier Persetujuan, dukungan

Konsultasi, pertemuan

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-yayukekaku... · fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah ... Kesediaan

19

5. Tatanan PHBS

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah (2006) program perilaku

hidup sehat (PHBS) dilakukan berbagai tatanan, seperti tatanan rumah

tangga, institusi pendidikan, tempat kerja, tempat umum, institusi kesehatan.

Khusus untuk Provinsi Jawa Tengah menfokuskan pada 3 jenis tatanan yaitu

tatanan rumah tangga, tatanan institusi pendidikan dan tatanan tempat

umum. Pemilihan pada tiga jenis tatanan tersebut didasarkan pada

pertimbangan bahwa ketiga tatanan tersebut mempunyai daya ungkit yang

besar dalam pencapaian derajat kesehatan.

a. Tatanan Rumah Tangga

Rumah tangga adalah wahana atau wadah dimana orang tua (bapak

dan ibu) dan anak serta anggota keluarga yang lain dalam melaksanakan

kehidupan sehari-hari. Selain itu PHBS adalah upaya untuk

memberdayakan anggota rumah tangga agar sadar, mau dan mampu

melakukan PHBS untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya,

mencegah resiko terjadinya penyakit dan melindungi diri dari ancaman

penyakit serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat.

b. Institusi Pendidikan

Institusi pendidikan adalah tempat diselenggarakannya proses

belajar mengajar secara formal, dimana terjadi transformasi ilmu

pengetahuan dari para guru atau pengajar kepada anak didiknya dalam

berperilaku hidup bersih dan sehat. Institusi pendidikan yang dimaksud

adalah tingkat SD atau MI, SLTP atau MTS-SLTP atau MA.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-yayukekaku... · fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah ... Kesediaan

20

c. Tempat umum

Tempat ibadah adalah saran yang digunakan untuk kegiatan

keagamaan atau ibadah bagi masyarakat sesuai dengan agama yang

dianut. PHBS ditempat ibadah merupakan suatu upaya yang dilakukan

untuk memberdayakan dan meningkatkan kemampuan pengurus maupun

pengunjung dalam berperilaku hidup bersih dan sehat.

6. Perilaku Siswa Dalam Memelihara Kebersihan Dan Kesehatan Pribadi

Menurut Ananto (2006), memelihara kebersihan dan kesehatan

pribadi adalah salah satu upaya pendidikan kesehatan yang diberikan kepada

peserta didik di Sekolah atau Madrasah dan di rumah. Melalui peningkatan

kebersihan dan kesehatan pribadi kesehatannya menjadi lebih baik,

“Kebersihan pangkal kesehatan”. Slogan ini tidak dapat kita pungkiri

kebenarannya, oleh sebab itu hendaknya setiap orang selalu berupaya

memelihara dan meningkatkan taraf kebersihan pribadinya, anatara lain

dengan cara-cara berikut.

a. Membiasakan hidup bersih dan sehat.

Kebiasaan yang baik maupun yang buruk, biasanya terjadi tampa

disadari oleh yang memilki kebiasaan itu. Hal ini di sebabkan karena

kebiasaan merupakan hal yang terbentuk dalam jangka waktu yang cukup

lama, sehingga kebiasaan tersebut seolah-olah menjadi bagian yang tidak

terpisahkan dari orang yang memilikinya. Contoh kebiasaan negative

(buruk) misalnya, meludah atau membuang sampah disembarang tempat,

menggigit-gigit jari atau benda dan sebagainya. Contoh kebiasaan yang

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-yayukekaku... · fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah ... Kesediaan

21

positif (baik) misalnya, teliti dalam memilih sesuatu, selalu tepat dalam

waktunya (tidur, bangun pagi, berangkat ke sekolah, atau berolahraga

secara teratur). Kebiasaan yang telah terbentuk dan menjadi bagian dari

kehidupan sehari-hari sangat sukar diubah.

Menurut Departemen Kesehatan RI (1990), ada lima pesan utama

dalam membiasakan hidup bersih sehat pada kehidupan sehari-hari

diantaranya :

1) Mencuci tangan yang benar pada saat sebelum makan atau minum,

sebelum menyiapkan atau memegang makanan, setelah buang air

besar yang dapat mencegah penularan penyakit.

Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun dapat

mematikan kuman yang melekat di tangan. Hal ini membantu

mencegah masuknya kuman ke dalam mulut. Anak-anak sering

sekali mempunyai kebiasaan memasukkan jari tangan ke mulut, oleh

karena itu sangat penting mencuci tangan anak sebelum makan dan

setelah buang air besar guna mencegah penularan penyakit.

2) Penggunaan jamban yang sehat untuk keperluan buang air besar

dapat mencegah penyebaran penyakit.

Tindakan yang penting dan dapat dilakukan oleh keluarga

untuk mencegah penyebaran penyakit terutama penyakit diare adalah

membuang kotoran manusia secara aman yaitu di jamban. Kuman

dapat tertelan oleh manusia melalui air minum, makanan dan alat

makan. Untuk mencegah terjadinya hal tersebut : gunakan jamban

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-yayukekaku... · fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah ... Kesediaan

22

untuk buang air besar, jamban harus dibersihkan secara teratur dan

bersih dari lalat dan amankan sumber air bersih dari pencemaran

atau kotoran manusia dan kotoran hewan.

3) Memanfaatkan air bersih yang sehat dapat mencegah penularan

penyakit.

Perlindungan terhadap sumber air bersih sangat penting

untuk mencegah penyebaran kuman penyakit yakni dengan cara :

menjauhkan jarak sumber air bersih dari jamban dan buangan air

limbah, menjaga kebersihan peralatan penyimpanan air bersih

(gentong, ember, dan sebagainya), menjaga agar binatang jauh dari

sumber air bersih. Keluarga dapat menjaga agar air tetap bersih di

rumah dengan : menyimpan air minum dalam wadah yang bersih dan

tertutup, mengambil air dengan gayung yang bersih, melarang

minum langsung dan mencegah agar tanggan tidak masuk dalam

wadah air, serta menjauhkan binatang dari rumah. Air yang diminum

harus dimasak duhulu dan dimasukkan dalam tempat (teko, cerek,

kendi, gelas) yang bersih. Hal ini sangat penting terutama bila

diberikan kepada anak-anak balita karena daya tahan tubuh mereka

terhadap kuman penyakit masih rendah dibanding orang dewasa.

4) Pengolahan makanan atau minum yang bersih dan sehat dapat

mencegah penularan penyakit.

Kuman dalam makanan dapat masuk ke dalam tubuh dan

menyebabkan orang sakit. Tetapi makanan dapat dijaga tetap aman

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-yayukekaku... · fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah ... Kesediaan

23

dengan : makanan di masak dengan baik, terutama daging dan

unggas, memakan makan segera setelah dimasak, sehingga tidak

menjadi basi, menjaga makanan agar tetap bersih, terlindnug dari

lalat dan binatang lainnya, membersihkan alat-alat makan dicuci

dengan air bersih dan sabun untuk mencegah pencemaran kuman.

5) Penangganan sampah yang sehat dapat mencegah penyebaran

penyakit dan pencemaran lingkungan.

Kuman penyakit dapat disebarkan oleh lalat, yang membiak

pada sampah seperti sisa-sisa makanan dan kulit buah serta sayuran.

Setiap keluarga hendaknya membuat lubang khusus untuk menanam,

mambakar sampah setiap hari atau membuang sampah pada tempat

yang telah disediakan.

b. Memelihara kebersihan pribadi.

Menurut Ananto (2006), upaya memelihara kebersihan pribadi

peserta didik tidak terlepas dari upaya pendidikan secara keseluruhan dan

pendidikan kesehatan pada khususnya, karena menjaga kebersihan

pribadi secara optimal, tidak mungkin terwujud tampa adanya

penanaman sikap hidup bersih dan sehat sejak dini. Hidup sehat sangat

didambakan oleh semua manusia, karena kalau kesehatannya terganggu

yang akan berakibat pada dirinya sendiri. Kehidupan modern menuntut

kepada kita agar selalu berupaya memelihara dan meningkatkan

kesehatan pribadi merupakan kesehatan masyarakat, maka diharapkan

dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam mencapai

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-yayukekaku... · fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah ... Kesediaan

24

tingkat kesehatan pribadi. Wujud dari orang berperilaku menjaga

kesehatan pribadi jika dia peduli terahadap pemeliharan : kulit, rambut,

kuku, mata, mulut dan gigi, hidung, telinga, tenggorokan pemeliharaan

kebersihan pakaian.

1) Menjaga kebersihan kulit

Kulit mempunyai peranan yang penting dalam menjaga dan

memelihara kesehatan tubuh agar tetap sehat. Oleh sebab itu,

kesehatan kulit harus selalu terjaga dengan baik. Kulit yang sehat akan

dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Untuk itu, kulit harus selalu

dipelihara kebersihannya. Cara membersihkan kulit secara keseluruhan

umunya dilakukan dengan mandi, karena mandi berguna untuk

menghilangkan kotoran yang melekat pada permukaan kulit;

menghilangkan bau keringkat, merangsang peredaran darah dan syaraf,

serta mengembalikan kesegaran tubuh (Ananto, 2006).

Menurut Tim Pembina UKS Prop. Jawa Barat (2004), cara

mandi yang baik dan benar meliputi:

a) Mandi sekurang-kurangnya 2 kali sehari (pagi dan sore hari)

b) Seluruh permukaan kulit disiram dengan air yang dipakai untuk

mandi.

c) Seluruh permukaan tubuh atau kulit digosok dengan sabun untuk

menghilangkan kotoran yang menempel dikulit terutama pada

bagian yang lembab dan bagian yang berlemak (lipatan telinga,

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-yayukekaku... · fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah ... Kesediaan

25

ketiak, lipatan paha, jari kaki atau tangan dan muka) sampai

kotoran hilang.

d) Setelah digosok dengan sabun pada seluruh permukaan tubuh atau

kulit kemudian disiram dengan air bersih.

e) Keringkan seluruh permukaan tubuh atau kulit dengan handuk

pribadi atau milik sendiri yang bersih dan kering.

f) Sesudah mandi memakai pakaian yang bersih

2) Memelihara kesehatan kaki dan tangan (kuku)

Menutut Tim Pembina UKS Prop. Jawa Barat (2004), kaki dan

tangan merupakan bagian dari anggota gerak yang banyak sekali

dipergunakan dalam kegiatan sehari-hari dan fungsi yang cukup

penting, karena tangan selalu dipakai memegang sesuatu, maka tangan

akan cepat kotor, demikian juga kaki karena letaknya langsung

dipermukaan tanah, maka kaki juga mudah kotor. Kuku yang kotor

dapat menjadi sarang penyakit yang selanjutnya dapat ditularkan

kepada bagian tubuh yang lain. Oleh karena itu,baik kuku jari tangan

maupun jari kaki harus selalu diperlihara kebersihanya (Ananto,

2006). Ciri-ciri kuku yang sehat adalah kuku tumbuh dengan baik,

kuat, bersih dan halus.

Menjaga kesehatan kaki dan tangan dengan cara menjaga

kebersihannya :

a) Mencuci tangan setelah selesai memegang sesuatu yang kotor

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-yayukekaku... · fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah ... Kesediaan

26

b) Mencuci kaki setiap selesai bermain di luar rumah dan sebelum

tidur.

c) Pakailah alas kaki (sandal, sepatu) bila bermain di tempat yang

lembab, di tanah kotor.

d) Saat mandi bersihkan sela-sela kaki dan tangan.

Untuk menjaga kebersihan dan kesehatan kuku sebaiknya kuku

yang panjang akan mempermudah kotoran masuk dan sebagai

tempat tinggal kuman. Cara menjaga kesehatan kuku :

(1) Memotong ujung kuku sampai beberapa millimeter dari tempat

perlekatan antara kuku dan kulit, dan sesuaikan dengan bentuk

ujung jari.

(2) Mengkikir tepi kuku yang telah dipotong agar menjadi rapi dan

tidak tajam.

(3) Mencuci kuku dengan sabun dan sikat sampai bersih dengan

menggunakan air hangat, lalu keringkan dengan handuk kecil

atau lap.

(4) Sebaiknya memotong kuku seminggu sekali.

3) Memelihara kebersihan rambut.

Rambut mudah menjadi kotor karena banyak debu yang

menempel, lebih-lebih orang yang bekerja di daerah berdebu atau

memakai minyak rambut, bila rambut jarang dibersihkan akan

menjadi kotor dan dapat menjadi sarang kutu rambut.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-yayukekaku... · fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah ... Kesediaan

27

Menurut Ananto (2006), untuk menjaga kebersihan atau

pemeliharaan kesehatan rambut, yang harus dilakukan adalah:

a) Mencuci rambut

Frekuensi pencucian rambut sangat tergantung dari:

(1) Tebal tipisnya rambut, semakin tebal makin sering dicuci.

(2) Lingkungan atau tempat berada seseorang, misalnya pada

lingkungan yang berdebu orang tersebut harus sering mencuci

rambutnya.

(3) Seseorang yang sering memakai minyak rambut harus sering

mencuci rambutnya.

Adapun cara-cara mencuci rambut yang benar adalah dengan

memakai sampho. Paling sedikit dua kali seminggu secara teratur.

Rambut disiram dengan air bersih kemudian digosok dengan

menggunakan bahan pembersih tersebut (sampho) dan dipijat agar

kotoran yang melekat dapat terlepas dan untuk memperlancar

sirkulasi darah sehingga rambut menjadi lebih sehat. Rambut

kemudian dibilas dengan air bersih sampai semua kotoran dan

sampho terbuang. Selanjutnya rambut dikeringkan dengan handuk

bersih milik sendiri (Tim Pembina UKS Prop. Jawa Barat, 2004).

b) Menyisir rambut

Tujuan menyisir rambut adalah merapikan, memijat kulit

kepala dan membersihkan rambut dari debu dan kotoran. Menyisir

rambut harus memakai sisir sendiri karena melalui sisir dapat

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-yayukekaku... · fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah ... Kesediaan

28

ditularkan penyakit dan kutu rambut. Maka sisir yang baik adalah

sisir yang tidak terlalu jarang dan tidak terlalu rapat, lentur serta

menpunyai ujung yang tumpul. Apabila sisir kotor harus

dibersihkan lebih dahulu sebelum dipakai kembali (Tim Pembina

UKS Prop. Jawa Barat, 2004).

4) Memelihara kebersihan dan kesehatan mata.

Indera penglihatan merupakan bagian tubuh manusia yang

mempunyai fungsi sangat penting untuk memungkinkan manusia

tersebut menerima informasi dari lingkungan kehidupan sekitarnya.

a) Mata sebaiknya di bersihkan setiap hari atau sewaktu-waktu

sebaiknya dibersihkan menggunakan kapas yang dibasahi oleh air

yang sudah dimasak. Caranya ialah dengan menyapu kapas mulai

dari pinggir mata terus kearah tengah (menuju hidung), lakukan hal

ini berulang-ulang hingga mata terasa bersih.

b) Jangan menggosok mata dengan tangan yang kotor, kain atau

saputangan yang kotor atau saputangan orang lain.

c) Periksakan mata setahun sekali ke dokter spesialis mata atau ke

petugas kesehatan.

d) Biasakan membaca pada tempat yang cukup terang dengan jarak

antara mata dan objek yang dibaca tidak kurang dari 30 cm.

e) Biasakan makan makanan yang banyak mengadung vitamin A.

f) Berikan istirahat secukupnya.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-yayukekaku... · fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah ... Kesediaan

29

5) Memelihara kebersihan mulut dan gigi

Mulut, termasuk lidah dan gigi merupakan sebagian dari alat

pencernaan makanan. Gigi, terdiri dari jaringan tulang keras, terdapat

pada rahang atas dan rahang bawah. Mulut dan gigi merupakan satu

kesatuan karena gigi terdapat di rongga mulut. Dengan membersihkan

gigi berarti kita selalu membersihkan rongga mulut dari sisa-sisa

makanan yang biasanya tertinggal di antara gigi dan gusi. Pada waktu

menyikat atau mengosok gigi harus diingat bahwa arah penyikatan

yang baik adalah dari gusi ke permukaan gigi, sehingga selain

membersihkan gigi juga dapat melakukan pengurutan terhadap gusi.

Menggosok gigi juga dapat pula dengan gerakan maju mundur dan

pendek-pendek selama 2 menit dan sedikitnya 8x gerakan unttuk

permukaan gigi yang dipakai untuk mengunyah, setelah selesai disikat

kumur-kumur dengan air yang bersih.meggosok gigi lebih baik

dilakukan setelah selesai makan (makan pagi) dan pada waktu malam

ketika akan tidur dengan menggunakan sikat pribadi.

Karakteristik sikat gigi yang baik meliputi bulu sikatnya tidak

terlalu keras dan tidak terlalu lunak ; permukaan bulu sikat gigi rata ;

kepala sikat gigi kecil, dan tangkai sikat gigi lurus.

6) Memelihara kesehatan telinga.

Telinga berfungsi sebagai alat pendengaran dan keseimbangan

tubuh. Cara menjaga kesehatan atau kebersihan telinga adalah :

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-yayukekaku... · fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah ... Kesediaan

30

a) Bersihkan daun telingga, lekuk telinga, lipatan belakang telinga

dengan handuk bersih atau kapas yang diberi sabun agar semua

menjadi bersih.

b) Menjaga telinga jangan sampai kemasukan air, benda asing, karena

dapat mengakibatkan infeksi telinga bagian dalam.

c) Jangan sekali-kali membersihkan telinga dengan benda yang tajam,

kotor karena dapat melukai bagian dalam telinga dan dapat

mendorong kotoran masuk kedalam telinga.

d) Menjaga telinga dari trauma.

7) Memelihara kesehatan hidung.

Hidung adalah jalan masuk dan keluar udara sewaktu bernafas. Di

dalam rongga hidung terdapat bulu-bulu dan lendir yang keluar dari

kelenjar didinding rongga hidung. Fungsi dari bulu dan lendir adalah

untuk menyaring udara yang masuk dari kotoran debu sehingga udara

yang masuk keparu-paru lebih bersih, oleh karena itu di dalam rongga

hidung selalu terdapat kotoran. Cara menjaga kebersihkan atau

kesehatan hidung dengan :

a) Selalu mencuci lubang hidung dengan air bersih sewaktu mandi,

sehingga kotoran hidung dapat keluar tanpa melukai selaput hidung

yang sangat halus.

b) Menjaga hidung dari trauma yang dapat melukai atau menyederai

hidung.

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-yayukekaku... · fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah ... Kesediaan

31

8) Memelihara kesehatan tenggorokan.

Tenggorokan berfungsi sebagai jalan nafas untuk menuju keparu-

paru. Kita harus selalu menjaga kesehatan atau kebersihan dengan

jalan :

a) Menjaga jangan sampai ada benda asing yang masuk tenggorokan

karena hal ini dapat berakibat fatal.

b) Jangan berbicara sewaktu sedang makan, karena dapat

menyebabkan makanan masuk ke dalam tenggorokan, yang akan

menyebabakan tersumbatnya jalan nafas.

9) Memakai Pakaian yang Bersih dan Serasi

Pakaian yang dimaksud di sini meliputi pakaian yang erat

hubungannya dengan kesehatan seperti kemeja, baju, celana, rok

termasuk pakaian dalam, sepatu, sandal dan lain-lain. Kegunaan

pakaian adalah untuk malindungi kulit dari kotoran yang berasal dari

luar dan juga untuk membantu mengatur suhu tubuh.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam hal pakaian ini antara

lain sebagai berikut.

a) Pakaian hendaknya diganti setiap selesai mandi dan bila kotor atau

basah karena keringat atau kena air hujan.

b) Kenakan pakaian yang sesuai dengan ukuran tubuh.

c) Pakaian hendaknya dibedakan sesuai dengan ukuran keperluan

antara lain : pakaian rumah, pakaian sekolah, pakaian untuk kelur

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-yayukekaku... · fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah ... Kesediaan

32

rumah, pakaian olahraga, pakaian untuk rekreasi, resepsi atau

pesta, dan pakaian tidur.

d) Pakaian yang telah dipakai keluar rumah hendaknya jangan dipakai

untuk tidur, karena kemungkinan telah terkena debu atau kotoran.

e) Jangan dibiasakan memakai pakaian orang lain untuk mencegah

tertular penyakit (terutama penyakit kulit).

C. Dukungan Keluarga

1. Keluarga

Menurut Effendy (1995) keluarga adalah dua atau lebih dari dua

individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan

atau pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga,

berinteraksi satu sama lain dan di dalam peranannya masing-masing dan

menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan.

Dukungan keluarga adalah sebagai suatu proses hubungan antara

keluarga dengan lingkungan sosial. Ketiga dimensi interaksi dukungan

sosial keluarga tersebut bersifat reprokasitas (sifat dan hubungan timbale

balik), advis atau umpan balik (kuantitas dan kualitas komunikasi) dan

keterlibatan emosional (kedalam intimasi dan kepercayaan) dalam

hubungan sosial (Friedman, 1998). Sedangkan menurut Sarason (1983)

dalam kuncoro (2002) mengatakan bahwa dukungan keluarga adalah

keberadaan, kesediaan, kepedulian dari orang-orang yang dapat

diandalkan, menghargai dan menyayangi kita.

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-yayukekaku... · fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah ... Kesediaan

33

2. Fungsi Keluarga

Fungsi keluarga menurut model Friedman (1998) sebagai berikut :

a Fungsi afektif

Fungsi afektif (fungsi pemeliharan kepribadian): untuk stabilitas

kepribadiaan kaum dewasa, untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan

para anggota keluarga, untuk memiliki dan dimiliki dalam keluarga,

untuk dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lain, untuk saling

menghargai dan kehangatan didalam keluarga.

b Fungsi sosialisasi

Merupakan interaksi atau hubungan dalam keluarga bagaimana

keluarga belajar disiplin, norma, budaya dan perilaku. Untuk

sosialisasi primer anak-anak yang bertujuan untuk membuat mereka

menjadi anggota keluarga masyarakat yang produktif dan juga sebagai

penganugrahan status anggota.

c Fungsi Reproduksi

Fungsi reproduksi bertujuan untuk menjaga kelangsungan generasi dan

juga untuk berlangsungnya hidup masyarakat.

d Fungsi Ekonomi

Fungsi ekonomi bertujuan untuk mengadakan sumber-sumber ekonomi

yang memadai dan pengalokasian sumber-sumber tersebut secara

efektif.

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-yayukekaku... · fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah ... Kesediaan

34

e Fungsi perawatan kesehatan

Fungsi perawatan kesehatan bertujuan untuk menyediakan kebutuhan-

kebutuhan fisik-pangan, sandang, papan dan perawatan kesehatan serta

kemampuan keluarga untuk melakukan lima tugas kesehatan dalam

keluarga serta kemauan keluarga untuk mengatasi masalah kesehatan

yang sedang dihadapi :

a) Mengenal masalah kesehatan, keluarga mengetahui pengertian,

tanda dan gejala, faktor penyebab, serta persepsi keluarga.

b) Mengambil keputusan, keluarga mengetahui masalah yang

dirasakan keluarga, keluarga merasa takut akan akibat dari

tindakan penyakit.

c) Merawat anggota yang sakit, keluarga mengetahui keadaan

penyakit, mengetahui sifat dan perawatan yang dibutuhkan,

mengetahui keberadaan fasilitas pelayanan kesehatan, sikap

keluarga terhadap yang sakit.

d) Memelihara lingkungan yang sehat, sumber-sumber keluarga yang

dimiliki, keuntungannya memanfaatkan pemeliharaan lingkungan,

pentingnya hygien sanitasi, kekompakan antar anggota keluarga.

e) Memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada, keberadaan fasiltas

kesehatan, keuntungan yang dapat diperoleh dan fasilitas kesehatan

terjangkau oleh keluarga.

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-yayukekaku... · fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah ... Kesediaan

35

3. Bentuk dukungan keluarga

Menurut Dinas kesehatan Prop. Jawa Tengah(2005), bentuk

dukungan keluarga terdiri empat macam dukungan yaitu :

a. Dukungan Instrumental atau material (Tangible Assistance)

Merupakan dukungan untuk memberikan dukungan secara

langsung dalam bentuk pinjaman, pemberian atau pelayanan. Penyedian

fasilitas juga termasuk dalam dukungan instrumental, dimana fasilitas

tersebut sangat berpengaruh terhadap terbentuknya perilaku hidup

bersih dan sehat pada diri anak, misalnya menyediakan tempat

pembuang sampah, menyediakan tempat mencuci tangan beserta

sabunnya, menyediakan air bersih (untuk memasak, mandi, mencuci),

menyediakn jamban atau WC dan lain-lain. Aspek dari dukungan

material meliputi dukungan yang diberikan dalam bentuk uang,

peralatan, waktu, modifikasi lingkungan dan menyediakan fasilitas

yang dibutuhkan oleh anggota keluarga (menyediakan jamban, tempat

sampah dan sebagainya),

b. Dukungan Informasional (Information Support)

Merupakan dukungan yang berupa pemberian informasi, saran dan

umpan balik tentang bagaimana seseorang untuk mengenal dan

mengatasi masalahnya dengan lebih mudah. Informasi yang diberikan

diantaranya mengajarkan menggosok gigi tiga kali sehari (pagi, sore,

malam), mengajarkan mencuci tangan sebelum dan sesudah makan

dengan cara yang benar dan mengunakan sabun, memberi pengetahuan

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-yayukekaku... · fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah ... Kesediaan

36

tentang pentingnya berperilaku hidup berih sehat dan sebagainya.

Aspek dari dukungan informasi meliputi dukungan yang diberikan

dalam bentuk nasehat, usulan, saran, petunjuk, dan pemberian

informasi.

c. Dukungan Penghargaan (Appraisal Support)

Merupakan dukungan keluarga yang bisa membuat kita

mempunyai perasaan bahwa kita ini bernilai, dan masuk hitungan.

Penghargaan diri adalah suatu bagaian yang penting dari manajemen

stres yang sukses. Kita mendapatkan dukungan dan pengahargaan dari

hubungan kita dengan seseorang yang akrap dan saling percaya dan

memberikan rasa tentram. Keluarga bertindak sebagai umpan balik,

membimbing dan menangani pemecahan masalah dan sebagai sumber

dari validator identitas anggota keluarga. Aspek dari dukungan

penghargaan meliputi dukungan yang diberikan dalam bentuk ungkapan

hormat, memberi sesuatu yang berharga (hadiah), reward, dan dorongan

untuk maju.

d. Dukunagn Emosional (Emotional Support)

Keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk

istirahat dan pemulihan serta membatu penguasaan terhadap emosi.

Merupakan dukungan emosional yang mencakup ungkapan empati,

kepedulian dan perhatian terhadap orang yang bersangkutan misalnya

penegasan, reward, pujian dan sebagainya. Aspek dari dukungan

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-yayukekaku... · fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah ... Kesediaan

37

penghargaan meliputi dukungan yang diberikan dalam bentuk

kepercayaan, perhatian, mendengarkan.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga menurut Anwar,

(2000. Peranan gizi dan pola asuh dalam meningkatkan kualitas tumbuh

kembang anak ¶ 3, http://anak ad.co.k.diperoleh tanggal 20 maret 2008)

adalah sebagai berikut:

a. Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan dan pengetahuan orang tua serta pengalaman sangat

berpengaruh dalam mendukung anak untuk meningkatkan kesehatannya

dengan cara membiasakan berperilaku hidup bersih sehat.

b. Lingkungan

Lingkungan banyak mempengaruhi perkembangan anak, maka tidak

mustahil jika lingkungan juga ikut serta mewarnai dukungan keluarga

yang diberikan orang tua terhadap anaknya.

c. Sosial budaya

Latar belakang budaya mempengaruhi keyakinan, nilai dan kebiasaan

individu, dalam memberikan dukungan termasuk cara pelaksanaan

kesehatan pribadi. Sering kali orang tua mengikuti cara-cara yang

dilakukan oleh masyarakat dalam mendukung anak atau kebiasaan-

kebiasaan masyarakat sekitarnya dalam mendukung anak. Orang tua

mengharapkan kelak anaknya dapat diterima dimasyarakat dengan baik,

oleh karena itu budaya dalam mendukung anak juga mempengaruhi

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-yayukekaku... · fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah ... Kesediaan

38

setiap orang tua dalam memberikan dukungan keluarga terhadap

anaknya.

d. Ekonomi

Ekonomi mempengaruhi dukungan keluarga dalam memenuhi

sarana dan prasarana (fasilitas) bagi anggota keluarganya. Dimana

tingkat ekonomi tiap keluarga berbeda-beda, misalnya keluarga yang

berpendapatan tinggi maka kerluarga tersebut akan mampu memenuhi

fasilitas rumah tangga secara lengkap dan akan mendukung anggota

keluarganya untuk berperilaku hidup bersih sehat.

5. Sumber dukungan keluarga

Menurut Rook dan Dooley (1985) dalam Kuncoro (2002, Dukungan

sosial pada remaja ¶ 5, http://www.Epsikologi.com/remaja, htm diperoleh

tanggal 20 maret 2008) ada dua sumber dukungan keluarga yaitu sumber

natural dan sumber artifisial. Dukungan keluarga yang natural diterima

seseorang melalui interaksi sosial dalam kehidupannya secara spontan

denagn orang-orang yang berada di sekitarnya misalnya anggota keluarga

(anak, istri, suami dan kerabat) teman dekat dan relasi. Dukungan keluarga

ini bersifat non formal sementara itu dukungan keluarga artifisial adalah

dukungan sosial yang dirancang kedalam kebutuhan primer seseorang

misalnya dukungan keluarga akibat bencana alam melalui berbagai

sumbangan sosial. Sehingga sumber dukungan keluarga natural memiliki

berbagai perbedaan jika dibandingkan dengan dukungan keluarga artifisial

perbedaan tersebut terletak pada :

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-yayukekaku... · fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah ... Kesediaan

39

a. Keberadaan sumber dukunagn keluarga natural bersifat apa adanya

tanpa dibuat-buat sehingga lebih mudah diperoleh dan bersifat spontan.

b. Sumber dukungan keluarga yang natural memiliki kesesuaian dengan

nama yang berlaku tentang kapan sesuatu harus diberikan.

c. Sumber dukungan keluarga yang natural berakar dari hubungan yang

telah berakar lama.

d. Sumber dukungan keluarga yang natural memiliki keragaman dalam

penyampikan dukungan sosial, mulai dari pemberian barang nyata

hingga sekedar menemui seseorang dengan menyampaikan salam.

e. Sumber dukungan keluarga yang natural terbebas dari beban dan label

psikologis.

6. Peranan keluarga

Menurut Effendy (1998) peran keluarga menggambarkan seperangkat

perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu

dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari

oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga,kelompok dan masyarakat.

Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai

berikut :

a. Peran ayah

Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anaknya yang berperan sebagai

pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai

kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta anggota

masyarakat dari lingkungannya.

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-yayukekaku... · fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah ... Kesediaan

40

b. Peran ibu

Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk

mengurus rumah tangga sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya,

pelindung, dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta

sebagai anggota masyarakat dari lingkungan.

c. Peran anak

Anak-anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai dengan tingkat

perkembangan baik fisik, mental, sosial dan spiritual.

7. Tugas-tugas perkembangan keluarga dengan anak usia sekolah

a. Mensosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan prestasi sekolah

dan mengembangkan hubungan dengan teman sebaya yang sehat.

b. Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan.

c. Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga.

D. Anak Usia Sekolah Dasar

1. Pengertian Anak Usia Sekolah Dasar

Masa anak merupakan masa meletakkan landasan yang kokoh bagi

terwujudnya manusia seutuhnya, yang akan menjadi sumber daya insane

dan modal pembangunan bangsa. Kesadaran akan fungsi anak dan nilai

subtantifnya melatar belakangi dikembangnya berbagai upaya pembinaan

dan pengembangan anak, diantaranya upaya pembinaan kesehatan anak usia

Sekolah Dasar (Dinkes Prov. Jawa Tengah, 2004).

Menurut (Notoatmodjo, 2005) anak usia Sekolah Dasar (6 tahun-

18 tahun) mempunyai persentase yang paling tinggi dibanding dengan

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-yayukekaku... · fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah ... Kesediaan

41

kelompok umur yang lain. Anak usia sekolah merupakan kelompok yang

sangat peka untuk menerima perubahan atau pembaharuan, karena

kelompok anak sekolah sedang berada dalam taraf pertumbuhan dan

perkembangan. Pada taraf ini anak dalam kondisi peka terhadap stimulus

sehingga mudah dibimbing, diarahkan dan ditanamkan kebiasaan-kebiasaan

yang baik, termasuk kebiasaan hidup sehat. Sekolah merupakan komunitas

yang telah terorganisasi, sehingga mudah dijangkau dalam rangka

pelaksanaan usaha kesehatan masyarakat.

Menurut Wong (2001), anak usia Sekolah Dasar dimulai saat anak

masuk Sekolah Dasar sekitar usia 6 tahun, pubertas sekitar usia 12 tahun

merupakan tanda akhir masa kanak-kanak menengah. Langkah

perkembangan selama anak mengembangkan kompetensi dalam

keterampilkan fisik, kognitif, dan psikososial.

Pada waktu masuk sekolah anak memasuki usia yang pada saat itu

kesadaran sosial berkembang pesat dan menjadi pribadi yang sosial yang

merupakan salah satu tugas perkembangan yang utama dalam periode ini.

Anak menjadi anggota suatu kelompok teman sebaya yang didefinisikan

oleh Havighurst sebagai suatu “kumpulan orang yang kurang lebih berusia

sama yang berfikir dan bertindak bersama-sama” (Hurlock, 2001).

Sedangkan menurut Stanhope dan Lancaster (1998) pada anak usia

Sekolah Dasar, anak-anak sedang bekerja kearah perkembangan pemikiran

industri, dengan menggunakan kemampuan kognitif mereka yang sedang

berkembang dari penalaran dan realisme, menjadi orang yang mampu

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-yayukekaku... · fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah ... Kesediaan

42

membedakan, mengkategorikan, menyelesaikan masalah dan

mengkonseptualisasi, menuntun anak untuk mencapai kecakapan sosial,

kognitif dan fisik.

2. Pertumbuhan dan perkembangan menurut (Soetjiningsih, 1995) sebagai

berikut:

a. Pertumbuhan anak usia Sekolah Dasar

Pertumbuhan (Growht) berkaitan dengan masalah perubahan dalam

besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu,

yang bisa di ukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran

panjang (cm, meter). Umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi

natrium dan nitrogem tubuh) (Soetjiningsih, 1995). Pada usia sekolah

pertumbuhan tinggi dan berat badan cenderung lebih stabil, rata-rata

akan tumbuh 5cm (2 inci) setiap tahunnya, serta berat badan akan

bertambah 2-3kg (4,5-6,5pon) pertahun, terdapat sedikit perbedaan

pertumbuhan antara laki-laki dengan perempuan anak laki-laki akan

lebih tinggi serta lebih berat dibanding perempuan (Wong, 2001).

b. Perkembangan anak usia Sekolah Dasar

Perkembangan (Development) adalah bertambahnya kemampuan

(skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola

yang teratur dan dapat diramalkan sebagai proses pematangan

(Soetjiningsih, 1995) :

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-yayukekaku... · fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah ... Kesediaan

43

a) Perkembangan Psikologi Erikson

Selama masa ini anak berjuang untuk mendapatkan kompetisi dan

ketrampilan yang penting bagi mereka untuk berfungsi sama seperti

dewasa. Anak usia sekolah yang mendapatkan keberhasilan positif

merasa adanya perasaan berharga. Anak-anak yang menghadapi

kegagalan dapat merasakan mediokritas (biasa saja) atau perasaan

tidak berharga yang dapat mengakibatkan menarik diri dari sekolah

dan sebaya.

b) Perkembangan kognitif piaget

Perkembangan kognitif pada usia Sekolah Dasar adalah pada

kemampuan untuk berfikir dengan cara logis tentang disini dan saat

ini dan bukan tentang abstraksi. Pemikiran anak usia sekolah tidak

lagi didominasi oleh persepsinya dan sekaligus kemampuan

memahami dunia secara luas mereka mulai menggunakan proses

pemikiran yang logis dengan materi konkret (objek, manusia dan

peristiwa yang dapat mereka lihat dan sentuh).

c) Perkembangan Moral Kohlberg

Kebutuhan kode moral dan aturan sosial menjadi lebih nyata sesuai

peningkatan kemampuan kognitif dan pengalaman sosial anak

sekolah, mereka memandang aturan sebagai prinsip dasar kehidupan

bukan hanya perintah dari yang memiliki otoritas.

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-yayukekaku... · fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah ... Kesediaan

44

d) Perkembangan Spiritual

Pada usia ini anak-anak mulai berfikir tentang agama, mempunyai

keinginan besar untuk belajar sekitar Tuhan mereka dan mulai

membandingkan antara surga dan neraka (Whaley & Wong, 2001).

e) Perkembangan Psikososial

Menurut Patricia (2005), tugas perkembangan psikososial pada

anak usia Sekolah dasar adalah industri versus inferioritas. Selama

masa ini anak berjuang untuk mendapatkan kompetensi dan

keterampilan yang penting bagi mereka untuk berfungsi sama seperti

dewasa, anak usia sekolah yang mendapat keberhasilan positif merasa

adanya perasaan berharga. Periode usia sekolah dasar merupakan

periode kritis untuk menerima latihan perilaku dan kesehatan menuju

kehidupan dewasa yang sehat sehinga perlu adanya promosi kesehatan

atau pendidikan kesehatan selama periode usia sekolah yang bertujuan

untuk meningkatkan penerimaaan pengetahuan dan keterampilam

untuk merawat diri yang kompeten dan menginformasikan pembuatan

keputusan tentang kesehatan.

Menurut Stanhope dan Lancaster (1998) perkembangan psikososial

berawal dari umur 6-12 tahun, anak-anak memperluas aspek-aspek

sosial dan kognitif mereka. Mereka belajar untuk mengkostribusi,

mengkolaborasi dan bekerjasama untuk menjadi anggota produktif

dari teman sebayanya. Perkembangan kesadaran membolehkan

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-yayukekaku... · fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah ... Kesediaan

45

mereka untuk membedakan, mengkategorikan, memecahkan masalah

dan mengerti sebab akibatnya.

Kesehatan lingkungan bagi kelompok usia ini tidak saja ditujukan

pada kebersihan diri dan lingkungan fisiknya, tetapi lebih ditekankan

pada faktor lingkungan psikososial. Lingkungan psikososial yang

dimaksud adalah lingkungan keluarga, lingkungan, pergaulan

disekolah dan diluar sekolah yang turut mempengaruhi perkembangan

dan pertumbuhan siswa. Kegiatan yang dapat dilaksanakan antara

lain: kebersihan fisik bagi diri maupun lingkungannya (pembinaan

kebersihan pribadi siswa, pembinaan kebersihan lingkungan sekolah,

kegiatan sekolah, lingkungan di rumah maupun lingkungan sekolah)

(Narendra, 2005)

Page 40: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-yayukekaku... · fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah ... Kesediaan

46

E. Kerangka Teori

Gambar 1.

Kerangka teori pendidikan kesehatan menurut model Preced dalam Notoatmodjo,

2003

Reinforcing factors - Dukungan keluarga - Dukungan teman - Dukungan tenaga

kesehatan

Enabling factors (ketersediaan sumber fasilitas) - Puskesmas - Rumah sakit - Poliklinik - Posyandu - polindes

Predisposing factors - Pengetahuan - Sikap - Kepercayaan - Tradisi - Nilai - Tingkat pendidikan - Sosial ekonomi, dll

Perilaku kesehatan

Page 41: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/104/jtptunimus-gdl-yayukekaku... · fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah ... Kesediaan

47

F. Kerangka Konsep

Variabel Independent Variabel Dependent

Gambar 2. Kerangka Konsep

G. Variabel Penelitian

Variabel merupakan gejala yang menjadi fokus penelitian untuk

diamati. Ada dua variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu :

1. Variabel indipendent : Dukungan keluarga

2. Variabel dependent : Perilaku hidup bersih sehat pada anak Sekolah

Dasar.

H. Hipotesa

Berdasarkan tujuan dan rumusan masalah maka hipotesis yang dapat

dikemukakan adalah ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga

dengan perilaku hidup bersih sehat pada anak Sekolah Dasar se-Kecamatan

Pageruyung Kabupaten Kendal.

Dukungan keluarga Perilaku Hidup Bersih Sehat