bab ii tinjauan pustaka -...

27
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Filariasis Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh nyamuk Mansonia, Anopheles, Culex, Armigeres. Cacing tersebut hidup di saluran dan kelenjar getah bening dengan manifestasi klinik akut berupa demam berulang, peradangan saluran dan saluran kelenjar getah bening. Pada stadium lanjut dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan, payudara dan alat kelamin (Chin J, 2006). Pengertian lain menjelaskan filariasis adalah penyakit menular menahun yang disebabkan cacing filaria yang menyerang saluran dan kelenjar getah bening (Depkes RI, 2008), sedangkan menurut Gandahusada dkk tahun 2003 filariasis limfatik adalah penyakit yang disebabkan oleh salah satu dari 3 jenis cacing filaria yaitu : Wuchereria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori yang penularannya melalui vektor nyamuk. Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa filariasis adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria yang hidup di saluran dan kelenjar limfe serta ditularkan oleh berbagai spesies nyamuk. Infeksi cacing filaria dapat menyebabkan gejala klinis dan akut. B. Gejala Klinis Gejala klinis filariasis terdiri dari gejala klinis akut dan kronis. Pada dasarnya gejala klinis filariasis yang disebabkan oleh infeksi Wucheria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori adalah sama, tetapi gejala klinis akut tampak lebih jelas dan lebih berat pada infeksi oleh B. malayi dan B. timori.

Upload: lyquynh

Post on 05-Feb-2018

277 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/152/jtptunimus-gdl-candrianay... · Hidrokel adalah pembengkakan kantung buah pelir karena terkumpulnya

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Filariasis

Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular menahun yang

disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan oleh nyamuk Mansonia,

Anopheles, Culex, Armigeres. Cacing tersebut hidup di saluran dan kelenjar

getah bening dengan manifestasi klinik akut berupa demam berulang,

peradangan saluran dan saluran kelenjar getah bening. Pada stadium lanjut

dapat menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, lengan, payudara

dan alat kelamin (Chin J, 2006). Pengertian lain menjelaskan filariasis adalah

penyakit menular menahun yang disebabkan cacing filaria yang menyerang

saluran dan kelenjar getah bening (Depkes RI, 2008), sedangkan menurut

Gandahusada dkk tahun 2003 filariasis limfatik adalah penyakit yang

disebabkan oleh salah satu dari 3 jenis cacing filaria yaitu : Wuchereria

bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori yang penularannya melalui vektor

nyamuk.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa filariasis adalah

penyakit menular menahun yang disebabkan oleh cacing filaria yang hidup di

saluran dan kelenjar limfe serta ditularkan oleh berbagai spesies nyamuk.

Infeksi cacing filaria dapat menyebabkan gejala klinis dan akut.

B. Gejala Klinis

Gejala klinis filariasis terdiri dari gejala klinis akut dan kronis. Pada dasarnya

gejala klinis filariasis yang disebabkan oleh infeksi Wucheria bancrofti,

Brugia malayi dan Brugia timori adalah sama, tetapi gejala klinis akut

tampak lebih jelas dan lebih berat pada infeksi oleh B. malayi dan B. timori.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/152/jtptunimus-gdl-candrianay... · Hidrokel adalah pembengkakan kantung buah pelir karena terkumpulnya

10

infeksi W. bancrofti dapat menyebabkan kelainan pada saluran kemih dan alat

kelamin, tetapi infeksi oleh B. malayi dan B. timori tidak menimbulkan

kelainan pada saluran kemih dan alat kelamin (Depkes RI, 2008).

1. Gejala Klinis Akut

Gejala klinis akut berupa limfadenitis, limfangitis, adenolimfangitis yang

disertai demam, sakit kepala, rasa lemah dan dapat pula terjadi abses.

Abses dapat pecah yang kemudian mengalami penyembuhan dengan

menimbulkan parut, terutama di daerah lipat paha dan ketiak. Parut lebih

sering terjadi pada infeksi B. malayi dan B. timori dibandingkan dengan

infeksi W. brancofti, demikian juga dengan timbulnya limfangitis dan

limfadenitis. Sebaliknya, pada infeksi W. brancofti sering terjadi

peradangan buah pelir, peradangan epididimis dan peradangan funikulus

spermatikus (Depkes RI, 2008).

2. Gejala Klinis Kronis

a. Limfedema

Pada infeksi W. brancofti terjadi pembengkakan seluruh kaki, seluruh

lengan, skrotum, penis, vulva, vagina, dan payudara, sedangkan pada

infeksi Brugia, terjadi pembengkakan kaki di bawah lutut, lengan di

bawah siku dimana siku dan lutut masih normal (Depkes RI, 2008).

b. Lymph Scrotum

Lymph scrotum pelebaran saluran limfe superfisial pada kulit scrotum,

kadangkadang pada kulit penis, sehingga saluran limfe tersebut mudah

pecah dan cairan limfe mengalir keluar dan membasahi pakaian.

Ditemukan juga lepuh (vesicles) besar dan kecil pada kulit, yang dapat

pecah dan membasahi pakaian, hal ini mempunyai risiko tinggi

terjadinya infeksi ulang oleh bakteri dan jamur, serangan akut berulang

dan dapat berkembang menjadi limfedema skrotum. Ukuran skrotum

kadang-kadang normal kadang-kadang membesar (Notoatmodjo, 1997)

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/152/jtptunimus-gdl-candrianay... · Hidrokel adalah pembengkakan kantung buah pelir karena terkumpulnya

11

c. Kiluria

Kiluria adalah kebocoran atau pecahnya saluran limfe dan pembuluh

darah di ginjal (pelvis renal) oleh cacing filaria dewasa spesies W.

brancofti, sehingga cairan limfe dan darah masuk ke dalam saluran

kemih. Gejala yang timbul pada kiluria adalah air kencing seperti susu,

karena air kencing banyak mengandung lemak dan kadang-kadang

disertai darah (haematuria), sukar kencing, kelelahan tubuh, kehilangan

berat badan (Depkes RI, 2008).

d. Hidrokel

Hidrokel adalah pembengkakan kantung buah pelir karena

terkumpulnya cairan limfe di dalam tunica vaginalis testis. Hidrokel

dapat terjadi pada satu atau dua kantung buah pelir, dengan gambaran

klinis dan epidemiologis sebagai berikut:

1) Ukuran skrotum kadang-kadang normal tetapi kadang-kadang sangat

besar sekali, sehingga penis tertarik dan tersembunyi.

2) Kulit pada skrotum normal, lunak dan halus.

3) Akumulasi cairan limfe disertai dengan komplikasi yaitu Chyle

(Chylocele), darah (haematocele) atau nanah (pyocele). Uji

transiluminasi dapat digunakan untuk membedakan hidrokel dengan

komplikasi dan hidrokel tanpa komplikasi. Uji transiluminasi ini

dapat dikerjakan oleh dokter Puskesmas yang sudah dilatih.

4) Hidrokel banyak ditemukan didaerah endemis W. bancrofti dan dapat

digunakan sebagai indikator adanya infeksi W. bancrofti.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/152/jtptunimus-gdl-candrianay... · Hidrokel adalah pembengkakan kantung buah pelir karena terkumpulnya

12

C. Penentuan Stadium Limfedema

Limfedema terbagi dalam 7 stadium (tabel 2.1) menggambarkan akan tanda

hilang tidaknya bengkak, ada tidaknya lipatan kulit, ada tidaknya nodul

(benjolan), mossy foot (gambaran seperti lumut) serta adanya hambatan

dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari. Penentuan stadium ini penting bagi

petugas kesehatan untuk memberikan perawatan dan penyuluhan yang tepat

kepada penderita. Penentuan stadium limfedema mengikuti kriteria berikut :

1. Penentuan stadium limfedema terpisah antara anggota tubuh bagian kiri

dan kanan, lengan dan tungkai.

2. Penentuan stadium limfedema lengan (atas, bawah) atau tungkai (atas,

bawah) dalam satu sisi, dibuat dalam satu stadium limfedema.

3. Penentuan stadium limfedema berpihak pada tanda stadium yang terberat.

4. Penentuan stadium limfedema dibuat 30 hari setelah serangan akut

sembuh.

5. Penentuan stadium limfedema dibuat sebelum dan sesudah pengobatan

dan penatalaksanaan kasus.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/152/jtptunimus-gdl-candrianay... · Hidrokel adalah pembengkakan kantung buah pelir karena terkumpulnya

13

Tabel 2.1 Stadium Limfedema / tanda kejadian bengkak, lipatan dan benjolan

pada penderita kronis filariasis.

No Gejala Stadium 1 Stadium 2 Stadium 3 Stadium 4 Stadium 5 Stadium 6 Stadium 7

1 Bengkak

di kaki

Menghilang

waktu bangun

tidur pagi

Menetap Menetap menetap Menetap

meluas

Menetap

meluas

Menetap

meluas

2 Lipatan

kulit

Tidak ada Tidak ada Dangkal

Dangkal Dalam

kadang

dangkal

Dangkal

dalam

Dangkal

dalam

3 Nodul Tidak ada Tidak ada Tidak ada Ada Kadang-

kadang

Kadang-

kadang

Kadang-

kadang

4 Mossy

lesion*)

Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Ada

Kadang-

kadang

5 Hambatan

berat

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

Tidak

Ya

*) gambaran seperti lumut Sumber : Pedoman Penatalaksanaan Kasus Klinis Filariasis,

Depkes RI 2008

D. Diagnosis

Diagnosis pasti ditegakkan dengan ditemukannya mikrofilaria dalam darah

tepi, kiluria, eksudat, varises limpe dan cairan limpe dan cairan hidrokel atau

ditemukannya cacing dewasa pada biopsi kelenjar limfe atau pada penyinaran

didapatkan cacing yang sedang mengadakan kalsifikasi. Sebagai diagnosis

pembantu pemeriksaan darah menunjukkan adanya eosinofili antara 5-15%.

Juga tes intradermal dan tes fiksasi komplemen dapat membantu menegakkan

diagnosis.

E. Patogenesis

Perkembangan klinis filariasis dipengaruhi oleh faktor kerentanan individu

terhadap parasit, seringnya mendapat tusukan nyamuk, banyaknya larva

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/152/jtptunimus-gdl-candrianay... · Hidrokel adalah pembengkakan kantung buah pelir karena terkumpulnya

14

infektif yang masuk ke dalam tubuh dan adanya infeksi sekunder oleh bakteri

atau jamur. Secara umum perkembangan klinis filariasis dapat dibagi menjadi

fase dini dan fase lanjut. Pada fase dini timbul gejala klinis akut karena

infeksi cacing dewasa bersama-sama dengan infeksi oleh bakteri dan jamur.

Pada fase lanjut terjadi kerusakan saluran limfe kecil yang terdapat dikulit.

Pada dasarnya perkembangan klinis filariasis tersebut disebabkan karena

cacing filaria dewasa yang tinggal dalam saluran limfe menimbulkan

pelebaran (dilatasi) saluran limfe dan penyumbatan (obstruksi), sehingga

terjadi gangguan fungsi sistem limfatik (DepKes RI, 2008)

1. Penimbunan cairan limfe menyebabkan aliran limfe menjadi lambat dan

tekanan hidrostatiknya meningkat, sehingga cairan limfe masuk

kejaringan menimbulkan edema jaringan. Adanya edema jaringan akan

meningkatkan kerentanan kulit terhadap infeksi bakteri dan jamur yang

luka kecil maupun besar. Keadaan ini dapat menimbulkan peradangan

akut (acute attack).

2. Terganggunya pengangkutan bakteri dari kulit atau jaringan melalui

saluran limfe ke kelenjar limfe. Akibatnya bakteri tidak dapat

dihancurkan (fagositosis) oleh sel Reticulo Endothelial System (RES),

bahkan mudah berkembang biak dapat menimbulkan peradangan akut

(acute attack).

3. Kelenjar limfe tidak dapat menyaring bakteri yang masuk dalam kulit.

Sehingga bakteri mudah berkembang biak yang dapat menimbulkan

peradangan akut (acute attack).

4. Infeksi bakteri berulang menyebabkan serangan akut berulang (recurrent

acute attack) sehingga menimbulkan berbagai gejala klinis sebagai

berikut:

a. Gejala peradangan lokal, berupa peradangan oleh cacing dewasa

bersama-sama dengan bakteri, yaitu : Limfangitis (peradangan di

saluran limfe), Limfadenitis (peradangan di kelenjar limfe), Adeno

limfangitis (peradangan saluran dan kelenjar limfe), Abses.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/152/jtptunimus-gdl-candrianay... · Hidrokel adalah pembengkakan kantung buah pelir karena terkumpulnya

15

Peradangan oleh spesies W. bancrofti di daerah genital (alat kelamin)

dapat menimbulkan epididimitis, funikulitis dan orkitis.

b. Gejala peradangan umum, berupa; demam, sakit kepala, sakit otot,

rasa lemah dan lain-lainnya.

5. Kerusakan sistem limfatik, termasuk kerusakan saluran limfe kecil yang

ada di kulit, menyebabkan menurunnya kemampuan untuk mengalirkan

cairan limfe dari kulit dan jaringan ke kelenjar limfe sehingga dapat

terjadi limfedema.

6. Pada penderita limfedema, adanya serangan akut berulang oleh bakteri

atau jamur akan menyebabkan penebalan dan pengerasan kulit,

hiperpigmentasi, hiperkeratosis dan peningkatan pembentukan jaringan

ikat (fibrouse tissue formation) sehingga terjadi peningkatan stadium

limfedema, dimana pembengkakan yang semula terjadi hilang timbul

(pitting) akan menjadi pembengkakan menetap (non pitting).

F. Rantai Penularan Filariasis

Penularan filariasis dapat terjadi bila ada tiga unsur, yaitu

1. Sumber penularan, yakni manusia atau hospes reservoir yang mengandung

mikrofilaria dalam darahnya.

2. Vektor, yakni nyamuk yang dapat menularkan filariasis.

3. Manusia yang rentan terhadap filariasis.

Seseorang dapat tertular filariasis, apabila orang tersebut mendapat gigitan

nyamuk infektif, yaitu nyamuk yang mengandung larva infektif (larva stadium

3 = L3). Pada saat nyamuk infektif menggiggit manusia, maka larva L3 akan

keluar dari probosis dan tinggal di kulit sekitar lubang tusukan nyamuk. Pada

saat nyamuk menarik probosisnya, larva L3 akan masuk melalui luka bekas

gigitan nyamuk dan bergerak menuju ke sistem limfe. Berbeda dengan

penularan pada malaria dan demam berdarah, seseorang dapat terinfeksi

filariasis, apabila orang tersebut mendapat gigitan nyamuk infektif ribuan kali,

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/152/jtptunimus-gdl-candrianay... · Hidrokel adalah pembengkakan kantung buah pelir karena terkumpulnya

16

sedangkan pada penularan malaria dan demam berdarah seseorang akan sakit

dengan sekali gigitan nyamuk yang infektif .

Di samping sulit terjadinya penularan dari nyamuk ke manusia,sebenarnya

kemampuan nyamuk untuk mendapatkan mikrofilaria saat menghisap darah

yang mengandung mikrofilaria juga sangat terbatas, nyamuk yang menghisap

mikrofilaria terlalu banyak dapat mengalami kematian, tetapi jika mikrofilaria

yang terhisap terlalu sedikit dapat memperkecil jumlah mikrofilaria stadium

larva L3 yang akan ditularkan. Kepadatan vektor, suhu dan kelembaban sangat

berpengaruh terhadap penularan filariasis. Suhu dan kelembaban berpengaruh

terhadap umur nyamuk, sehingga mikrofilaria yang telah ada dalam tubuh

nyamuk tidak cukup waktunya untuk tumbuh menjadi larva infektif L3 (masa

inkubasi ekstrinsik dari parasit). Masa inkubasi ekstrinsik untuk W. bancrofti

antara 10-14 hari, sedangkan B. malaVyi dan B. timori antara 8-10 hari.

Periodisitas mikrofilaria dan perilaku menggigit nyamuk berpengaruh terhadap

risiko penularan. Mikrofilaria yang bersifat periodik nokturna (mikrofilaria

hanya terdapat di dalam darah tepi pada waktu malam) memiliki vektor yang

aktif mencari darah pada waktu malam, sehingga penularan juga terjadi pada

malam hari.

Di daerah dengan mikrofilaria sub periodik nokturna dan non periodik,

penularan terjadi siang dan malam hari. Khusus untuk B. malayi tipe sub

periodik dan non periodik nyamuk Mansonia menggigit manusia atau kucing,

kera yang mengandung mikrofilaria dalam darah tepi, maka mikrofilaria

masuk kedalam lambung nyamuk menjadi larva infektif Di samping faktor-

faktor tersebut, mobilitas penduduk dari daerah endemis filariasis ke daerah

lain atau sebaliknya, berpotensi menjadi media terjadinya penyebaran filariasis

antar daerah (DepKes RI, 2008)

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/152/jtptunimus-gdl-candrianay... · Hidrokel adalah pembengkakan kantung buah pelir karena terkumpulnya

17

G.Tatalaksana kasus klinis Filariasis

Semua kasus klinis penyakit filariasis baik stadium dini, stadium lanjut dengan

gejala akut yang berupa demam berulang dan gejala peradangan yang lainnya

diberi obat-obatan yaitu antipiretik, analgetik, antibiotik sampai gejala akut

teratasi. Selanjutnya diberi pengobatan Dietyl Carbamazine Citrate (DEC) 3 x

1 tablet selama 10 hari serta parasetamol 3 x 1 tablet dalam 3 hari pertama.

Penderita klinis tersebut diikut sertakan dalam program pengobatan masal

dengan DEC 6 mg/kg BB dan Albendazole 400 mg sekali setahun pertahun

berikutnya. Disamping diberi obat-obatan seperti diatas, tiap stadium

memerlukan penanganan khusus sesuai dengan stadium yang dialami.

Hasil penelitian yang dilakukan Burkot dkk (2006) didapatkan hasil bahwa

pengobatan filariasis dengan menggunakan kombinasi DEC dan Albendazole

lebih efektif jika dibandingkan pengobatan hanya menggunakan DEC. Hal ini

dibuktikan dengan terjadinya pengurangan level antigen cacing dewasa dan

pengurangan reaksi klinis dalam menginfeksi manusia. Kombinasi DEC dan

Albendazole lebih efektif mengurangi prevalensi filariasis dan kepadatan

mikrofilaria untuk waktu lebih lama.

H. Faktor-Faktor Risiko Kejadian Filariasis

1. Faktor Agent

Filariasis di Indonesia disebabkan oleh tiga spesies cacing filaria, yaitu W.

bancrofti, B. malayi, B. timori. Cacing filaria (Nematoda:Filarioidea) baik

limfatik maupun non limfatik, mempunyai ciri khas yang sama sebagai

berikut: dalam reproduksinya tidak lagi mengeluarkan telur melainkan

mikrofilaria (larva cacing), dan ditularkan oleh Arthropoda (nyamuk).

Mikrofilaria mempunyai periodisitas tertentu, artinya mikrofilaria berada di

darah tepi pada waktu-waktu tertentu saja. Misalnya pada W. bancrofti

bersifat periodik nokturnal, artinya mikrofilaria banyak terdapat di dalam

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/152/jtptunimus-gdl-candrianay... · Hidrokel adalah pembengkakan kantung buah pelir karena terkumpulnya

18

darah tepi pada malam hari, sedangkan pada siang hari banyak terdapat di

kapiler organ dalam seperti jantung dan ginjal disebut periodik diurnal

(Depkes RI, 2008).

32 Varian subperiodik baik nokturnal maupun diurnal dijumpai pada filaria

limfatik Wuchereria dan Brugia. Periodisitas mikrofilaria berpengaruh

terhadap risiko penularan filarial. Daerah endemis filariasis pada umumnya

adalah daerah dataran rendah, terutama di pedesaan, pantai, pedalaman,

persawahan, rawa-rawa dan hutan. Secara umum, filariasis W. bancrofti

tersebar di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku

dan Papua.

W. bancrofti tipe pedesaan masih banyak ditemukan di Papua, Nusa

Tenggara Timur, sedangkan W. bancrofti tipe perkotaan banyak ditemukan

di kota seperti di Bekasi, Tangerang, Pekalongan dan Lebak. B. malayi

tersebar di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan beberapa pulau di

Maluku. B. timori terdapat di kepulauan Flores, Alor, Rote, Timor dan

Sumba, umumnya endemik di daerah persawahan.( Pratiknunya, 2000)

Secara epidemiologi cacing filaria dibagi menjadi 6 tipe, yaitu

a. Wuchereria bancrofti tipe perkotaan (urban)

Ditemukan di daerah perkotaan seperti Bekasi, Tangerang,

Pekalongan dan sekitarnya memiliki periodisitas nokturna, ditularkan

oleh nyamuk. Cx. quinquefasciatus yang berkembang biak di air

limbah rumah tangga.

b. Wuchereria bancrofti tipe pedesaan (rural)

Ditemukan di daerah pedesaan luar Jawa, terutama tersebar luas di

Papua dan Nusa Tenggara Timur, mempunyai periodisitas nokturna

yang ditularkan melalui berbagai spesies nyamuk Anopheles dan

Culex.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/152/jtptunimus-gdl-candrianay... · Hidrokel adalah pembengkakan kantung buah pelir karena terkumpulnya

19

c. Brugia malayi tipe periodik nokturna

Mikrofilaria ditemukan di darah tepi pada malam hari. Jenis nyamuk

penularnya adalah Anopheles barbirostis yang ditemukan di daerah

persawahan.

d. Brugia malayi tipe subperiodik nokturna

Mikrofilaria ditemukan di darah tepi pada siang dan malam hari,

tetapi lebih banyak ditemukan pada malam hari. Jenis nyamuk

penularnya adalah Mansonia spp yang ditemukan di daerah rawa.

e. Brugia malayi tipe non periodik

Mikrofilaria ditemukan di darah tepi baik malam maupun siang hari.

Jenis nyamuk penularnya adalah Mansonia bonneae dan Mansonia

uniformis yang ditemukan di hutan rimba.

f. Brugia timori tipe periodik nokturna

Mikrofilaria ditemukan di darah tepi pada malam hari. Jenis nyamuk

penularnya adalah An. barbirostris yang ditemukan di daerah

persawahan Nusa Tenggara Timur, Maluku Tenggara.

Secara umum daur hidup spesies cacing tersebut tidak berbeda. Daur hidup

parasit terjadi di dalam tubuh manusia dan tubuh nyamuk. Cacing dewasa

(makrofilaria) hidup di saluran dan kelenjar limfe, sedangkan anaknya

(mikrofilaria) ada di dalam sistem peredaran darah.

a. Makrofilaria

Cacing dewasa (Makrofilaria) berbentuk silindris, halus seperti

benang berwarna putih susu dan hidup di dalam system limfe.

Cacing betina bersifat ovovivipar dan berukuran 55-100 mm x 0,16

mm, dapat menghasilkan puluhan ribu Mikrofilaria. Cacing jantan

berukuran lebih kecil kurang lebih 55 x 0,09 mm dengan ujung ekor

melingkar (Notoatmodjo, 1997).

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/152/jtptunimus-gdl-candrianay... · Hidrokel adalah pembengkakan kantung buah pelir karena terkumpulnya

20

b. Mikrofilaria

Cacing dewasa betina setelah mengalami fertilisasi mengeluarkan

puluhan ribu anak-anak cacing yang disebut microfilaria yang

mempunyai sarung. Ukuran microfilaria 200-600 x 8 um. Secara

mikroskopis morfologi mikrofilaria dari berbagai spesies dapat

dibedakan berdasarkan : susunan inti badan, jumlah dan letak inti

pada ujung ekor, terutama ruang kepala serta keadaan sarung

(Notoatmojo,1997).

Tabel 2.2 Perbedaan Jenis Mikrofilaria yang terdapat di Indonesia dalam Sediaan

Darah dengan Pewarnaan Giemsa

No Morfologi/karateristik W. bancrofti B. malayi B. timor

1 Gambaran umum dalam sediaan

darah

Melengkung

mulus

Melengkung

kaku dan patah

Melengkung

kaku dan patah

2 Perbandingan lebar dan panjang

kepala

1 : 1 1 : 2 1 :3

3

Warna sarung dengan pewarna

Giemsa

Tidak berwarna Merah muda Tidak berwarna

4 Ukuran panjang dalam micron 224-296 177-220 265-323

5 Inti badan Tersusun rapi Berkelompok Berkelompok

6 Jumlah inti di ujung ekor 0 2 2

7 Gambaran ujung ekor Seperti pita

kerah ujung

Ujung agak

tumpul

Ujung agak

tumpul

Sumber : Pedoman Penatalaksanaan Kasus Klinis Filariasis, Depkes RI 2008

c. Larva dalam tubuh nyamuk

Pada saat nyamuk vektor menghisap darah yang mengandung

mikrofilaria, maka mikrofilaria akan terbawa masuk kedalam

lambung nyamuk dan selanjutnya bergerak menuju otot atau jaringan

lemak di bagian dada. Setelah ± 3 hari, mikrofilaria berkembang

menjadi larva stadium 1 (L1), bentuknya seperti sosis berukuran 125-

250 um x 10-17 um, dengan ekor runcing seperti cambuk. Setelah ± 6

hari dalam tubuh nyamuk, larva berkembang menjadi larva stadium 2

(L2) yang berukuran 200-300 um x 15-30 um, dengan ekor yang

tumpul atau memendek. Pada stadium ini larva menunjukkan adanya

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/152/jtptunimus-gdl-candrianay... · Hidrokel adalah pembengkakan kantung buah pelir karena terkumpulnya

21

gerakan. Hari ke 8-10 pada spesies Brugia atau hari ke 10-14 pada

spesies Wuchereria, larva dalam nyamuk berkembang menjadi larva

stadium 3 (L3) yang berukuran ± 1400 um x 20 um. L3 tampak

panjang dan ramping disertai dengan gerakan yang aktif. Stadium ini

merupakan bentuk infektif dari cacing filarial.

2. Faktor Manusia dan Nyamuk (Host)

a. Manusia

1) Karakteristik Individu

Karakteristik individu merupakan ciri-ciri yang dimiliki oleh

seseorang yang berhubungan dengan semua aspek kehidupan

dengan lingkungannya. Karakteristik tersebut terbentuk oleh

faktor-faktor biologis dan sosiopsikologis. Faktor biologis

meliputi genetik, sistem syaraf dan hormonal, sedangkan faktor

sosiopsikologis terdiri dari komponen-komponen kognitif

(intelektual), konatif (kebiasaan dan kemauan bertindak), afektif

(emosional) Menurut Kotler (1980) yang dikutip oleh Zahid

(1997) karakteristik individu diklasifikasikan menjadi dua yaitu

karakteristik demografi dan karakteristik psikografi.

Karakteristik demografi meliputi umur, jenis kelamin, ukuran

keluarga, daur kehidupan keluarga, penghasilan, pekerjaan,

pendidikan, agama, ras, bangsa dan tingkat sosial.

a) Umur

Filariasis menyerang pada semua kelompok umur. Pada

dasarnya setiap orang dapat tertular filariasis apabila

mendapat tusukan nyamuk infektif (mengandung larva

stadium 3) ribuan kali (Depkes RI, 2008).

Variabel umur untuk beberapa penyakit memegang peranan

penting dalam kaitannya dengan kejadian dan pelebaran suatu

penyakit. Konsekuensi hubungan umur seseorang dengan

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/152/jtptunimus-gdl-candrianay... · Hidrokel adalah pembengkakan kantung buah pelir karena terkumpulnya

22

terjadinya penyakit, untuk mengetahui potensi seseorng

untuk terpapar dengan sumber infeksi. Hasil penelitian yang

dilakukan oleh Kadarusman (2003) variabel umur merupakan

salah satu variabel yang berhubungan dengan terjadinya

filariasis. Badan Pusat Statistik mengkategorikan umur

menjadi usia muda umur 15-24 tahun, usia dewasa umur 25-

49 tahun dan usia tua umur 59 tahun.

b) Jenis kelamin

Semua jenis kelamin dapat terinfeksi mikrofilaria. insiden

filariasis pada laki-laki lebih tinggi daripada insiden filariasis

pada perempuan karena umumnya laki-laki lebih sering

kontak dengan vektor karena pekerjaannya (Depkes RI,

2008).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kadarusman

(2003) dan Njenga, S.M et all (2000) menghasilkan bahwa

variabel jenis kelamin merupakan salah satu variabel yang

berhubungan dengan terjadinya filariasis. Karakteristik jenis

kelamin dan hubungannya dengan sifat keterpaparan dan

tingkat ketentanan memegang peranan tersendiri. Hal ini

disebabkan banyak penyakit infeksi terjadi pada jenis

kelamin tertentu dibandingkan dengan jenis lainnya. Secara

umum, laki-laki mengalami angka kematian yang lebih tinggi

dibandingkan dengan wanita untuk hampir semua penyakit

sedangkan wanita mengalami angka kesakitan yang lebih

tinggi (Sub. Dit. Surveilans Depkes RI, 2000). Penyakit

filariasis pada laki-laki umumnya menunjukkan angka infeksi

mikrofilaria rate lebih besar daripada wanita. Hal ini

disebabkan karena pada umumnya laki-laki lebih lebih

terpapar karena pekerjaannya sehingga kemungkinan

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/152/jtptunimus-gdl-candrianay... · Hidrokel adalah pembengkakan kantung buah pelir karena terkumpulnya

23

terjadinya infeksi (kontak dengan faktor) lebih sering

daripada perempuan.

c) Imunitas

Orang yang pernah terinfeksi filariasis sebelumnya tidak

terbentuk imunitas dalam tubuhnya terhadap filaria demikian

juga yang tinggal di daerah endemis biasanya tidak

mempunyai imunitas alami terhadap penyakit filariasis. Pada

daerah endemis filariasis, tidak semua orang terinfeksi

filariasis dan orang yang terinfeksi menunjukkan gejala

klinis. Seseorang yang terinfeksi filariasis tetapi belum

menunjukkan gejala klinis biasanya terjadi perubahan

patologis dalam tubuhnya (Depkes RI, 2008).

d) Ras

Penduduk pendatang pada suatu daerah endemis filariasis

mempunyai risiko terinfeksi filariasis lebih besar dibanding

penduduk asli. Penduduk pendatang dari daerah non endemis

ke daerah endemis, misalnya transmigran, walaupun pada

pemeriksaan darah jari belum atau sedikit mengandung

mikrofilaria, akan tetapi sudah menunjukkan gejala klinis

yang lebih berat (Depkes RI, 2008)

2) Faktor Perilaku

a) Pengetahuan

Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa pengetahuan adalah

hasil “tahu” yang terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini

terjadi melalui pancaindera manusia yakni indera

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba yang

sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata

dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/152/jtptunimus-gdl-candrianay... · Hidrokel adalah pembengkakan kantung buah pelir karena terkumpulnya

24

yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang

(overt behavior). Karena dari pengalaman dan penelitian

ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih

langgeng daripada perilaku yang tifak didasari oleh

pengetahuan.

Notoatmodjo (2003) menuliskan bahwa pengetahuan yang

tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan,

antara lain:

(1) Tahu. Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang

dipelajari sebelumnya.

(2) Memahami. Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk

menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui,

dan dapat menginterpretaso materi tersebut secara benar.

(3) Aplikasi. Diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada sotuaso

atau kondisi sebenrnya.

(4) Analisis. Suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi

masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan

masih ada kaitannya satu sama lain.

(5) Sintesis. Menunjuk kepada suatu kemampuan untuk

meletakan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam

suatu bentuk keseluruhan yang baru.

(6) Evaluasi. Berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu

materi atau objek.

Pendidikan merupakan proses belajar yang dapat

menghasilkan perubahan pada diri individu, kelompok dan

masyarakat. Perubahan tersebut karena usaha yang disadari

dan dapat karena kemampuan baru yang berlaku untuk waktu

yang relatif lama (Notoatmojo, 1997). Pendidikan merupakan

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/152/jtptunimus-gdl-candrianay... · Hidrokel adalah pembengkakan kantung buah pelir karena terkumpulnya

25

salah satu faktor yang akan mempengaruhi perilaku individu.

Makin tinggi tingkat pendidikan diharapkan dapat menerima

pesan-pesan kesehatan dan mengerti cara-cara pencegahan

penyakit. Penelitian yang dilakukan Marzuki (2010) bahwa

ada hubungan pengetahuan dengan kejadian filariasis.

2) Sikap

Sikap merupakn reaksi atau respons yang msih tertutup dari

seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap nyata

menunjukan konotasi adanya stimulus tertentu yang dalam

kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat

emosional terhadap stimulus sosial.

Upaya pencegahan gigitan nyamuk. Kegiatan ini hampir

seluruhnya dilaksanakan sendiri oleh masyarakat seperti

berusaha menghindarkan diri dari gigitan nyamuk vektor

(mengurangi kontak dengan vektor) misalnya menggunakan

obat nyamuk semprot atau obat nyamuk bakar, mengoles

kulit dengan obat anti nyamuk, atau dengan cara

memberantas nyamuk. Menurut Astri (2006) diketahui bahwa

kebiasaan tidak menggunakan obat anti nyamuk malam hari

ada hubungan dengan kejadian filariasis.

3) Tindakan

Suatu sikap belum termasuk dalam suatu tindakan (overt

behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu

perbuatan nyata diperlukan faktor pendorong atau suatu

kondisi yang menunjukan seperti fasilitas (Notoatmodjo,

2003). Menurut Sarwono (2002) sikap terbentuk dari

pengalaman melalui proses belajar. Proses belajar itu sendiri

dapat terjadi melalui proses pengkondisian atau melalui

proses belajar sosial atau karena pengalaman secara

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/152/jtptunimus-gdl-candrianay... · Hidrokel adalah pembengkakan kantung buah pelir karena terkumpulnya

26

langsung. Rahayuningsih (2008) menjabarkan bahwa sikap

merupakan bagaimana individu suka atau tidak suka

terhadap sesuatu yang pada akhirnya menentukan perilaku

individu tersebut. Sikap menyukai cenderung mendekat,

mencari tahu dan bergabung. Sementara sikap tidak

menyukai cenderung menghindar atau menjauhi.

Kebiasaan untuk berada di luar rumah sampai larut malam,

dimana vektornya bersifat eksofilik dan eksofagik akan

memudahkan gigitan nyamuk. Menurut hasil penelitian

Kadarusman (2003) diketahui bahwa kebiasaan keluar pada

malam hari ada hubungan dengan kejadian filariasis.

Pemakaian kelambu sangat efektif dan berguna untuk

mencegah kontak dengan nyamuk. Hasil penelitian yang

dilakukan oleh Ansyari (2004) menyatakan bahwa

kebiasaan tidak menggunakan kelambu waktu tidur sebagai

faktor risiko kejadian filariasis.

b. Nyamuk

Di Indonesia hingga saat ini telah teridentifikasi 23 spesies nyamuk

dari 5 genus yaitu : Mansonia, Anopheles, Culex, Aedes dan

Armigeres. Nyamuk termasuk serangga yang melangsungkan siklus

kehidupan di air. Kelangsungan hidup nyamuk akan terputus apabila

tidak ada air. Nyamuk dewasa sekali bertelur sebanyak ± 100-300

butir, besar telur sekitar 0,5 mm. Setelah 1-2 hari menetas menjadi

jentik, 8-10 hari menjadi kepompong (pupa), dan 1-2 hari menjadi

nyamuk dewasa (Depkes RI, 2008).

Daerah Pekalongan nyamuk yang paling utama sebagai vektor

filariasis adalah spesies dari Culex yaitu Culex quinquefasciatus

(Dinkes Kab. Pekalongan, 2011)

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/152/jtptunimus-gdl-candrianay... · Hidrokel adalah pembengkakan kantung buah pelir karena terkumpulnya

27

Culex quinquefasciatus adalah genus dari nyamuk yang berperan

sebagai vektor filariasis W. Bancrofti (Rosdiana S,2009). Nyamuk

dewasa dapat berukuran 4–10 mm (0,16–0,4 inci). Morfologi nyamuk

Cx. quinquefasciatus memiliki tiga bagian tubuh umum: kepala, dada

dan perut. Nyamuk Cx. quinquefasciatus biasa bertelur dan

menetaskan telur di perairan tawar yang relatif kotor, seperti di got

saluran air, tempat pembuangan air limbah rumah tangga, kolam dan

sawah

1) Tempat Berkembang Biak

Cx. quinquefasciatus suka berkembang biak di air keruh dan

kotor dekat seperti genangan air, got terbuka, kolam, empang

ikan dan selokan yang kotor. Pada penelitian terbukti bahwa

selokan yang tersumbat merupakan tempat yang paling ideal

untuk perkembangbiakan nyamuk Cx. Quinquefasciatus

(Muslim, 2005). Genangan air yang kotor seperti air limbah

rumah tangga merupakan tempat yang baik sekali bagi

perkembangbiakan nyamuk Cx. quinquefasciatus karena pada

tempat-tempat tersebut nyamuk Cx. quinquefasciatus mudah

mendapatkan nutrisi dan bahan organik untuk perkembangan

larva nyamuk.

2) Perilaku Makan

Nyamuk Cx. quinquefasciatus bersifat antropofilik dan zoofilik

artinya menyukai darah manusia dan menghisap darah hewan

vertebrata berdarah panas sebagai bahan makanannya. Nyamuk

Cx. quinquefasciatus mengigit pada malam hari dan biasanya

berdiam diri di dalam ruangan sebelum dan sesudah mengigit.

Nyamuk Cx. quinquefasciatus suka menggigit manusia dan

hewan terutama pada malam saat matahari terbenam Cx.

quinquefasciatus menggigit beberapa jam setelah matahari

terbenam sampai sebelum matahari terbit. Aktivitas puncak

menggigit nyamuk ini adalah pada pukul 01.00-02.00 (Prince

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/152/jtptunimus-gdl-candrianay... · Hidrokel adalah pembengkakan kantung buah pelir karena terkumpulnya

28

PW, 2003). Pola menggigit nyamuk Cx. quinquefasciatus di

dalam dan di luar rumah. Pada penelitian yang dilakukan terbukti

bahwa fluktuasi menggigit Cx. quinquefasciatus di dalam dan di

luar rumah relatif sama.

3) Kesukaan beristirahat

Setelah menggigit orang atau hewan nyamuk akan beristirahat

selama 2-3 hari. Pada saat hinggap posisi tubuh nyamuk tidak

menukik tapi mendatar. Pada umumnya nyamuk Cx.

quinquefasciatus suka beristirahat dalam rumah yaitu di tempat

gelap dan lembab di gantungan baju dan di balik perabotan

rumah tangga yang berwarna gelap. Jika di luar rumah nyamuk

Cx. quinquefasciatus suka beristirahat pada kandang ternak

karena suhu kelembaban kandang ternak sangat cocok untuk

nyamuk Cx. Quinquefasciatus (Prince PW, 2003).

3. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan dapat menunjang kelangsungan hidup hospes.

Hospes reservoir dan vektor filariasis yang ada di suatu daerah

endemis dapat diduga jenisnya dengan melihat keadaan lingkungan.

Untuk pencegahan filariasis hingga sekarang hanya dilakukan dengan

menghindari gigitan nyamuk. Untuk mendapatkan infeksi diperlukan

gigitan nyamuk yang banyak (Gandahusada dkk, 2000 ). Perilaku

nyamuk sebagai vektor filariasis menentukan distribusi filariasis. Hasil

penelitian yang dilakukan Mardesni (2006) yang menyatakan bahwa

terdapat hubungan antara konstruksi rumah yaitu plafon dengan

kejadian filariasis. Namun pada hasil penelitian Rahayu (2005)

diketahui bahwa tidak ada hubungan bermakna antara plafon dengan

filariasis.

Lingkungan sangat berpengaruh terhadap distribusi kasus filariasis dan

mata rantai penularannya. Biasanya daerah endemis B. malayi adalah

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/152/jtptunimus-gdl-candrianay... · Hidrokel adalah pembengkakan kantung buah pelir karena terkumpulnya

29

daerah dengan hutan rawa, sepanjang sungai atau badan air lain yang

ditumbuhi tanaman air. Daerah endemis W. bancrofti tipe perkotaan

(urban) adalah daerah-daerah perkotaan yang kumuh, padat

penduduknya dan banyak genangan air kotor sebagai habitat dari

vektor yaitu nyamuk Cx. quinquefasciatus. Secara umum lingkungan

dapat dibedakan menjadi lingkungan fisik, lingkungan biologik dan

lingkungan sosial, ekonomi dan budaya (Depkes RI, 2008)

a. Lingkungan Fisik

Lingkungan fisik mencakup antara lain keadaan iklim, keadaan

geografis, struktur geologi, suhu, kelembaban dan sebagainya.

Lingkungan fisik erat kaitannya dengan kehidupan vektor, sehingga

berpengaruh terhadap munculnya sumber-sumber penularan filariasis.

Lingkungan fisik dapat menciptakan tempat-tempat perindukan dan

peristirahatan nyamuk Cx. Quinquefasciatus (Prince PW, 2003).

1) Temperatur Udara

Kondisi lingkungan yang mendukung pertumbuhan telur Culex

quinquefasciatus sampai dewasa berkisar 25-30OC, pada suhu ini

perkembangan Cx. quinquefasciatus menjadi lebih cepat yaitu

dari waktu normal 10 menjadi 7 hari untuk perkembangan telur

hingga dewasa. Hal ini akan meningkatkan pertumbuhan dan

perkembangan serta meningkatkan kegiatan reproduksi dan

akhirnya akan meningkatkan populasi nyamuk. Sebaliknya pada

suhu yang rendah metabolisme akan turun atau berhenti sama

sekali. Pertumbuhan nyamuk Cx. quinquefasciatus berhenti sama

sekali bila suhu kurang dari 100

C atau lebih dari 400

C (Prince

PW, 2003).

2) Kelembaban Udara

Kelembaban mempengaruhi umur nyamuk, jarak terbang,

kecepatan berkembang biak, kebiasaan menggigit, istirahat Cx.

Quinquefasciatus (Prince PW, 2003). Kelembaban udara akan

mempengaruhi metabolisme di dalam tubuh nyamuk demikian

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/152/jtptunimus-gdl-candrianay... · Hidrokel adalah pembengkakan kantung buah pelir karena terkumpulnya

30

juga lamanya waktu perkembangan nyamuk. Kelembaban udara

berpengaruh juga terhadap waktu penetasan telur karena semakin

tinggi kelembaban akan semakin cepat menetas. Demikian pula

waktu peletakkan telur Cx. quinquefasciatus meningkat bila

keadaan kelembaban udara juga meningkat.

Sistem pernapasan nyamuk Cx. quinquefasciatus menggunakan

pipa udara yang disebut trakhea dengan lubang-lubang pada

dinding tubuh nyamuk (spiracle). Adanya spiracle yang terbuka

lebar tanpa ada mekanisme pengaturannya menyebabkan

terjadinya penguapan yang mengakibatkan keringnya cairan tubuh

Cx. quinquefasciatus saat kelembaban rendah. Selain itu,

kelembaban udara juga berpengaruh terhadap tingkat aktivitas

nyamuk Cx. quinquefasciatus. Kelembapan udara yang paling

ideal untuk nyamuk Cx. quinquefasciatus adalah 80%. Pada

kelembaban udara < 60 % umur nyamuk Cx. quinquefasciatus

akan menjadi pendek, nyamuk akan cepat lelah, kering dan cepat

mati (Prince PW, 2003)

3) Curah Hujan

Hujan dapat menambah jumlah tempat perkembangbiakan

nyamuk (breeding place) atau dapat pula menghilangkan tempat

perindukan. Curah hujan yang tinggi menyebabkan tempat

perindukan yang berupa genangan-genangan air akan meluap dan

akan menghanyutkan larva. Musim hujan akan menyebabkan

adanya genangan air, baik di selokan maupun di kolam-kolam

terbuka sehingga tempat tersebut sangat ideal digunakan Cx.

quinquefasciatus untuk berkembang biak (Magdalena H, 2005).

4) Arus Air

Pada umumnya nyamuk Cx. quinquefasciatus menyukai aliran air

yang statis sebagai tempat perindukannya. Penelitian

membuktikan adanya genangan air merupakan faktor risiko

kejadian filariasis.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/152/jtptunimus-gdl-candrianay... · Hidrokel adalah pembengkakan kantung buah pelir karena terkumpulnya

31

5) Sinar Matahari

Sinar matahari memiliki pengaruh yang berbeda untuk tiap

spesies nyamuk. Nyamuk Cx. quinquefasciatus lebih menyukai

tempat berkembang biak pada tempat yang kotor dan ada sinar

matahari. Tempat-tempat tersebut meliputi genangan air, got-got

terbuka dekat rumah dan kolam. Sedangkan untuk tempat istirahat

nyamuk Cx. quiquefasciatus adalah tempat gelap di dalam rumah.

6) Keberadaan Sawah dan Rawa

Nyamuk Cx. quinquefasciatus memilih tempat perindukan di air

tercemar dan terpapar sinar matahari langsung seperti air sawah.

Penelitian di Bangka Barat membuktikan bahwa keberadaan rawa

merupakan faktor risiko filariasis (Nasrin, 2008).

7) Keberadaan Kolam, Parit dan Genangan Air

Nyamuk Cx. quinquefasciatus berkembang biak pada tempat-

tempat yang kotor. Tempat-tempat seperti kolam, parit dan

genangan air merupakan tempat yang paling disukai oleh nyamuk

Cx. quinquefasciatus untuk meletakkan telurnya. Beberapa

penelitian membuktikan bahwa keberadaan kolam, parit dan

genangan air merupakan faktor risiko terjadinya filariasis (Nasrin,

2008).

b. Lingkungan Biologik

Lingkungan biologik dapat mempengaruhi populasi baik larva

maupun nyamuk dewasa. Lingkungan biologik yang dimaksud

seperti biota air baik tumbuh-tumbuhan maupun hewan di dalam

tempat perindukan. Cx. quinquefasciatus menyukai tempat-tempat

yang ada sinar matahari sebagai tempat perkembangbiakan. Contoh

lingkungan biologik yang mendukung keberadaan nyamuk Cx.

quinquefasciatus adalah keberadaan semak-semak dan tanaman air

Adanya berbagai jenis ikan pemakan larva seperti ikan kepala

timah (Panchax spp), gambusia, nila, mujair dan lain-lain akan

mempengaruhi populasi nyamuk di suatu daerah. Selain itu

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/152/jtptunimus-gdl-candrianay... · Hidrokel adalah pembengkakan kantung buah pelir karena terkumpulnya

32

keberadaan ternak merupakan faktor risiko penularan filariasis

karena kandang ternak dapat menjadi tempat peristirahatan nyamuk

Cx. quinqeufasciatus. Kandang ternak bersuhu cenderung hangat

sehingga disukai nyamuk Cx. Quinqeufasciatus (Depkes RI, 2008).

Akhirnya, untuk memberantas dan memutuskan penularan penyakit

filariasis ini, selain melakukan pengobatan pada penderita juga perlu

dilakukan pemberantasan vektor penyakitnya. Caranya, bisa dengan

menggunakan herbisida yang mematikan tumbuhan inangnya. Atau

bisa juga secara mekanis melakukan pembersihan perairan dari

tumbuhan air yang dijadikan inang oleh nyamuk Cx.

Quinqeufasciatus

c. Lingkungan Kimia

Dari lingkungan ini yang baru diketahui pengaruhnya adalah kadar

garam dari tempat perkembangbiakan. Sebagai contoh An.

sundaicus tumbuh optimal pada air payau yang kadar garamnya

berkisar antara 12 – 18% dan tidak dapat berkembang biak pada

kadar garam 40% ke atas, meskipun dibeberapa tempat di Sumatera

Utara An. sundaicus sudah ditemukan pula dalam air tawar. An.

letifer dapat hidup ditempat yang asam.

d. Lingkungan Sosial, Ekonomi, dan Budaya

Lingkungan sosial, ekonomi dan kultur adalah lingkungan yang

timbul sebagai akibat adanya interaksi antar manusia, termasuk

perilaku, adat istiadat, budaya, kebiasaan dan tradisi penduduk.

Kebiasaan bekerja di kebun pada malam hari atau kebiasaan keluar

pada malam hari, atau kebiasaan tidur perlu diperhatikan karena

berkaitan dengan intensitas kontak vektor (bila vektornya menggigit

pada malam hari). Insiden filariasis pada laki-laki lebih tinggi

daripada insidens filariasis pada perempuan karena umumnya laki-

laki lebih sering kontak dengan vektor karena pekerjaannya

(Notoatmojo,1997)

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/152/jtptunimus-gdl-candrianay... · Hidrokel adalah pembengkakan kantung buah pelir karena terkumpulnya

33

I. Kerangka Teori

2.1. Skema Kerangka Teori Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Filariasis

Sumber: Widoyono (2008) dan Modifikasi Depkes RI (2008)

Kejadian

Filariasis

Faktor Lingkungan

Lingkungan Fisik : Temperatur Udara,

Kelembaban, Curah

Hujan, Arus Air, Sinar

Matahari, Sawah dan

Rawa, kolam, Parit, dan

Genangan Air

Lingkungan Biologi :Semak-semak dan

Tanaman Air,

Keberadaan Ternak

Lingkungan Kimia : Kadar Garam

Lingkungan Sosial, Ekonomi, Budaya

Faktor Agent :

Wucheria Brancofti

Burgai Malayi

Burgai Timori

Faktor Host

Manusia:Karakteristik Individu:

Umur, Jenis, Kelamin,

Imunitas, Ras,

Faktor Perilaku:

Pengetahuan, Sikap,

Tindakan

Nyamuk:Culex, Mamsonia,

Anopeles, Aedes, dan

Armigeres.

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/152/jtptunimus-gdl-candrianay... · Hidrokel adalah pembengkakan kantung buah pelir karena terkumpulnya

34

J. Kerangka Konsep

Variabel Independent

Karakteristik Individu

Umur

Jenis Kelamin

Faktor Perilaku

Pengetahuan

Sikap

Tindakan

Faktor Lingkungan

Keberadaan tempat berkembangbiak

vektor

Keberadaan tempat

istirahat vektor

Kejadian Filariasis

Variabel Dependent

2.2. Skema Kerangka Konsep Faktor yang berhubungan dengan kejadian filariasis

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/152/jtptunimus-gdl-candrianay... · Hidrokel adalah pembengkakan kantung buah pelir karena terkumpulnya

35

K. Variabel Penelitian

Variabel Bebas disini adalah faktor karakteristik individu berupa umur dan

jenis kelamin, faktor perilaku berupa pengetahuan, sikap, tindakan, faktor

lingkungan berupa keberadaan tempat isatirahat vektor dan keberadaan

tempat berkembangbiak vektor. Sedangkan untuk variabel terikat adalah

kejadian filariasis.

L. Hipotesis

Hipotesis adalah sebuah pernyataan tentang hubungan yang diharapkan

antara dua variabel atau lebih yang diuji secara empiris. Prinsip uji hipotesis

adalah melakukan perbandingan antara nilai sampel ( data hasil penelitian )

dengan nilai hipotesis (nilai populasi ) yang diajukan.

Dua jenis Hipotesis :

1. Hipotesis nol (Ho) adalah tadak ada hubungan antara variabel satu dengan

yang lain.

2. Hipotesis alternative (Ha) adalah yang menyatakan ada hubungan variabel

satu dengan yang lain.