bab ii tinjauan pustaka -...
TRANSCRIPT
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 1-2 tahun
1. Pengertian Perkembangan
Perkembangan adalah perubahan tingkah laku dan kebiasaan yang
terjadi selama hidup dalam diri seseorang dari yang rendah sampai ke tahap
tinggi melalui proses pertumbuhan, pembelajaran, peningkatan kompetensi
serta kemampuan beradaptasi (Hockenberry, et al., 2008).
Menurut Soetjiningsih, et al. (2002) perkembangan adalah
bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang
lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai
hasil dari proses pematangan. Termasuk juga perkembangan emosi,
intelektual, bicara dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan
lingkungannya.
Kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan
adalah bertambahnya kemampuan fungsi tubuh yang dapat dilihat dari
berbagai aspek perkembangan seperti motorik, verbal, dan sosial sebagai
akibat dari interaksi dengan lingkungan sekitar serta hasil dari proses
pertumbuhan.
Perkembangan berkaitan dengan perubahan kualitatif dan
kuantitatif yang perubahannya terarah dan teratur sehingga menunjukkan
adanya hubungan nyata antara perubahan yang terjadi dalam diri anak
tersebut, ini akan mempengaruhi anak dengan bertambahnya usia mereka
(Hurlock, 2000). Perkembangan anak menggambarkan peningkatan
kematangan fungsi individu, dan merupakan indikator penting dalam
menilai kualitas hidup anak. Oleh karena itu perkembangan anak harus
dipantau secara berkala (Pusponegoro, et al., 2005).
Frakenburg, et al., (1981) dalam Soetjiningsih, et al. (2002) melalui
DDST (Denver Developmental Screening Test) mengemukakan 4
9
parameter perkembangan yang dipakai dalam menilai perkembangan anak
yaitu :
a. Personal social (kepribadian/tingkah laku sosial)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi
dan berinteraksi dengan lingkungannya.
b. Gerak motor halus (fine motor adaptive)
Aspek yang berhungan dengan kemampuan anak untuk mengamati
sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh
tertentu saja dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan
koordinasi yang cermat serta tidak memerlukan banyak tenaga
misalnya main puzzle, menempel, dan menggunting.
c. Bahasa (language)
Aspek yangberhubungan dengan kemampuan untuk memberikan
respon terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan.
d. Perkembangan motorik kasar (gross motor)
Aspek yang behubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh yang
melibatkan sebagian besar bagian tubuh karena dilakukan oleh otot-
otot yang lebih besar sehingga memerlukan cukup tenaga misalnya
berlari dan berjalan.
Pada umumnya anak memiliki pola perkembangan normal yang
merupakan hasil interaksi banyak faktor yang mempengaruhi
perkembangan anak. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
anak dapat dibagi menjadi 2, yaitu faktor dalam (internal) dan faktor luar
(eksternal):
a. Faktor dalam (internal)
Menurut Adriana (2011), beberapa faktor internal yang dapat
mempengaruhi perkembangan anak antara lain:
1) Genetik
Genetik adalah bawaan anak yaitu potensi anak yang akan menjadi
ciri khasnya. Ada beberapa kelainan genetik yang berpengaruh
10
pada tumbuh kembang anak seperti kerdil dan keterbalakangan
mental.
2) Keluarga
Ada kecendungan keluarga yang memiliki postur tubuh tinggi,
pendek, gemuk dan kurus. Anaknya juga memiliki postur tubuh
seperti keluarganya.
3) Umur
Kecepatan perkembangan yang pesat adalah masa prenatal, tahun
pertama kehidupan dan masa remaja
4) Jenis kelamin
Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat
daripada laki-laki.
b. Faktor luar (eksternal)
Faktor luar yang berasal lingkungan anak juga bisa mempengaruhi
perkembangan anak. Adriana (2011), mengemukakan beberapa faktor
eksternal yang dapat mempengaruhi perkembangan anak antara lain:
1) Faktor prenatal
a) Gizi
Nutrisi ibu hamil terutama dalam trimester akhir kehamilan akan
mempengaruhi perkembangan janin.
b) Mekanis
Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan
kongenital seperti club foot.
c) Toksin/zat kimia
Beberapa obat-obatan seperti aminopterin, thalidomid dapat
menyebabkan kelainan kongenital seperti palastoskisis.
d) Radiasi
Paparan sinar rontgen dapat menyebabkan kelainan pada janin
seperti spina bifida, retardasi mental dan deformitas anggota
gerak, kelainan kongenital mata, kelainan jantung.
11
e) Psikologi ibu
Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan salah/kekerasan
mental terhadap ibu hamil dan lain-lain.
2) Faktor Persalinan
Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala, asfiksia
dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak (Soetjiningsih, et al.,
2002).
3) Faktor Pasca Salin
Menurut Adriana (2011), faktor pasca salin dibagi menjadi berikut:
a) Gizi
Untuk tumbuh kembang anak diperlukan zat makanan yang
adekuat.
b) Penyakit kronis/kelainan kongenital
Tuberkulosis, anemia, kelainan jantung bawaan mengakibatkan
retardasi perkembangan jasmani.
c) Lingkungan dan kimia
Lingkungan adalah tempat anak tersebut hidup yang berfungsi
sebagai penyedia kebutuhan dasar anak, lingkungan pengasuhan
seperti interaksi ibu dan anak sangat mempengaruhi tumbuh
kembang anak. Sanitasi lingkungan yang kurang baik,
kurangnya sinar matahari, paparan sinar radioaktif, zat kimia
tertentu juga mempunyai dampak yang negatif bagi
perkembangan anak.
d) Psikologis
Hubungan anak dengan orang di sekitarnya. Seorang anak yang
tidak dikehendaki oleh orang tuanya atau anak yang selalu
merasa tertekan, akan mengalami hambatan dalam
perkembangannya.
12
e) Endokrin
Gangguan hormon, misalnya pada penyakit hipotiroid akan
menyebabkan anak mengalami pertumbuhan dan
perkembangan.
f) Sosio-ekonomi
Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan,
kesehatan lingkungan yang jelek dan ketidaktahuan akan
menghambat perkembangan anak.
g) Stimulasi
Perkembangan memerlukan rangsangan atau stimulus
khususnya dalam keluarga, misalnya penyediaan alat mainan,
sosialisasi anak, keterlibatan ibu dan anggota keluarga lain
terhadap kegiatan anak (Soetjiningsih, et al., 2002).
Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua peistiwa yang
berbeda tetapi saling berkaitan dan sulit untuk dipisahkan, pertumbuhan
mempunyai dampak aspek fisik sedangkan perkembangan berkaitan
dengan pematangan fungsi organ tubuh (Soetjiningsih, et al., 2002). Pada
setiap anak kedua peristiwa ini tidak selalu mempunyai proses yang sama,
ada beberapa anak yang mengalami dalam gangguan perkembangan.
Menurut buku Depkes RI (2010) beberapa gangguan yang sering
ditemukan pada perkembangan anak adalah:
a. Gangguan bicara dan bahasa
Kemampuan berbahasa merupakan indikator seluruh perkembangan
anak. Karena kemampuan berbahasa sensitif terhadap keterlambatan
atau kerusakan pada sistem lainnya, sebab melibatkan kemampuan
kognitif, motorik, psikologis, emosi dan lingkungan sekitar anak.
kurangnya stimulasi akan dapat menyebabkan gangguan bicara dan
berbahasa bahkan gangguan ini dapat menetap.
b. Cerebral palsy
Merupakan suatu kelainan gerakan dan postur tubuh yang tidak
progresif, yang disebabkan oleh karena suatu kerusakan/gangguan sel-
13
sel motorik pada susunan syaraf pusat yang sedang tumbuh/belum
selesai pertumbuhannya.
c. Sindrom down
Anak dengan sindrom down adalah individu yang dapat dikenal
mempunyai kecerdasan yang terbatas atau dikenal dengan
keterbelakangan mental. Ini menyebabkan perkembangan lebih lambat
dari anak yang normal.
d. Perawakan pendek (Sort stature)
Sort stature atau perawakan pendek merupakan suatu terminologi
mengenai tinggi bandan berada dibawah normal pada kurva
pertumbuhan yang berlaku pada populasi tersebut. Penyebab dapat
dikarenakan gangguan gizi, kelainan kromosom, penyakit sistemik atau
kelainan endokrin.
e. Gangguan autisme
Merupakan gangguan perkembangan pervasif pada anak yang gejalanya
muncul sebelum anak berumur 3 tahun. Pervasif berarti meliputi
seluruh aspek perkembangan sehingga gangguan tersebut sangat luas
dan berat, yang mempengaruhi anak secara mendalam. Gangguan
perkembangan yang ditemukan pada autisme mencakup bidang
interaksi sosial, komunikasi dan perilaku.
f. Retardasi mental
Merupakan suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensia yang rendah
(IQ<70) yang menyebabkan ketidakmampuan individu untuk belajar
dan beradaptasi terhadap tuntunan masyarakat atas kemampuan yang
dianggap normal.
g. Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH)
Merupakan gangguan dimana anak mengalami kesulitan untuk
memusatkan perhatian yang sesring kali disertai dengan hiperaktivitas
(Depkes RI, 2010).
14
2. Anak Usia 1-2 Tahun
Menurut Hockenberry, et al. (2008) istilah terrible twos sering
digunakan untuk menjelaskan masa toddler, yaitu periode dari usia 12-36
bulan. Masa ini merupakan masa eksplorasi lingkungan yang intensif karena
anak berusaha mencari tahu bagaimana semua terjadi dan bagaimana
mengontrol orang lain melalui perilaku mencari perhatian dan negativisme
(pernyataan tegas terhadap suatu kebutuhan). Perilaku ini bisa menjadi
sangat menantang bagi orang tua dan anak karena masing – masing belajar
untuk mengetahui satu sama lain dengan lebih baik.
Masa ini seorang anak akan mengalami pertumbuhan dan
perkembangan selama pengasuhan, pemeliharaan dan bimbingan dari orang
tuanya. Anak akan belajar mengembangkan keterampilan motorik, dengan
merangkak, berdiri, berjalan, melompat dan berlari. Kegiatan yang cukup
menyenangkan bagi masa anak ini adalah bermain-main. Dengan bermain
anak mampu mengembangkan keterampilan motorik, kecerdasan, inisiatif,
imajinasi, kreativitas, bakat, dan kemampuan sosialisasi (Patmonodewo,
2003). Selain itu, ciri yang spesifik pada usia toddler ini adalah si anak
masih memiliki kelekatan emosi dengan orang tua, takut berpisah dari orang
tua, biasanya suka membuat cerita yang tak masuk akal, berbohong dan
egosentris. Apa yang didinginkan berpusat pada diri sendiri (Dariyo, 2007).
Usia toddler merupakan masa dimana anak memerlukan kebutuhan
dasar yang harus dipenuhi untuk mencari perkembangan selanjutnya.
Soetjiningsih, et al. (2002) menggolongkan kebutuhan dasar anak usia
toddler menjadi 3 kebutuhan dasar yaitu kebutuhan asuh (kebutuhan fisik-
biomedis), asih (kebutuhan emosi dan kasih sayang), dan asuh (stimulasi).
a. Asuh (Kebutuhan fisik-biomedis)
Yang termasuk kebutuhan asuh menurut Nursalam, et al. (2005) adalah:
1) Nutrisi yang mencukupi dan seimbang
Pemberian nutrisi yang mencukupi pada anak haruslah dimulai sejak
dalam kandungan, untuk memperoleh kebutuhan nutrisi yang baik
toddler haruslah tercukupi kebutuhan protein dan kalori untuk
15
perkembanganya. Karena proteindan kalori membantu pertumbuhan
jaringan otot dan tingkat aktivitas yang tinggi.
2) Perawatan kesehatan dasar
Untuk mencapai kesehatan anak yang optimal diperlukan beberapa
upaya misalnya imunisasi, kontrol ke Puskesmas/Posyandu secara
berkala, dan diperiksakan bila sakit. Dengan upaya tersebut, keadaan
kesehatan anak dapat dipantau secara dini, sehingga bila ada
kelainan maka anak segera mendapat penanganan yang benar
(Nursalam, et al., 2005).
3) Pakaian
Usia 1-2 tahun perlu mandapat pakaian yang bersih dan nyaman
untuk dipakai. Karena aktivitas anak usia toddler lebih banyak,
hendaknya pakaian terbuat dari bahan yang mudah menyerap
keringat.
4) Perumahan
Dengan memberikan tempat tinggal yang layak maka hal tersebuut
akan membantu anak untuk tumbuh dan berkembang secara optimal.
Tempat tinggal yang layak tidak berarti rumah yang berukuran besar,
tetapi bagaimana upaya kita untuk mengatur rumah menjadi sehat,
cukup ventilasi serta terjaga kebersihan dan kerapiannya.
5) Higiene diri dan lingkungan
Kebersihan badan dan lingkungan yang terjaga berarti sudah
mengurangi resikotertularnya berbagai penyakit infeksi. Selain itu
lingkungan yang bersih akan memberikan kesempatan kepada anak
untuk melakukan aktivitas bermain secara aman.
6) Kesegaran jasmani (olah raga dan rekreasi)
Aktivitas olah raga dan rekreasi digunakan untuk melatih kekuatan
oto-otot tubuh dan membuang sisa metabolisme, selain itu juga
membantu meningkatkan motorik anak usia toddler, dan aspek
perkembangan lainnya. Aktivitas olah raga dan rekreasi bagi anak
16
usia toddler merupakan aktivitas bermain yang menyenangkan
(Adriana, 2011).
b. Asih (Kebutuhan emosi dan kasih sayang)
Pemenuhan kebutuhan emosi dan kasih sayang dapat dimulai
sedini mungkin, ikatan emosi dan kasih sayang yang erat antara orang tua
dan anak yang erat dapat berguna menentukan perilaku anak di kemudian
hari, dan juga dapat membantu merangsang otak anak serta merangsang
perhatian anak terhadap dunia luar (Nursalam, et al., 2005). Kebutuhan
asih yang dapat diberikan oleh orang tua pada anak menurut Nursalam, et
al. (2005) meliputi:
1) Kasih sayang orang tua
Orang tua yang harmonis akan mendidik dan membimbing anak
dengan penuh kasih sayang. Kasih sayang tidak berarti memanjakan
atau tidak pernah memarahi, tetapi bagaimana orang tua
menciptakan hubungan yang hangat dengan anak, sehingga anak
merasa aman dan senang
2) Rasa aman
Adanya interaksi yang harmonis antara orang tua dan anak akan
memberikan rasa aman bagi anak untuk melakukan aktivitas sehari-
hari.
3) Harga diri
Setiap anak ingin diakui keberadan dan keinginannya. Apabila anak
diacuhkan, maka hal ini dapat menyebabkan frustasi.
4) Dukungan atau dorongan
Dalam melakukan aktivitas, toddler perlu memperoleh dukungan
dari lingkungannya. Apabila orang tua sering melarang aktivitas
yang akan dilakukan, maka hal tersebut dapat menyebabkan anak
ragu-ragu dalam melakukan setiap aktivitasnya. Selain itu orang tua
perlu memberikan dukungan agar anak dapat mengatasi stressor atau
masalah yang dihadapi.
17
5) Mandiri
Agar anak usia toddler menjadi pribadi yang mandiri, maka sejak
awal anak harus dilatih untuk tidak selalu tergantung pada
lingkungannya. Dalam melatih anak untuk mandiri tentunya harus
menyesuaikan dengan kemampuan dan perkembangan anak.
6) Rasa memiliki
Anak perlu dilatih untuk mempunyai rasa memiliki terhadap barang-
barang yang dipunyainya, sehingga anak tersebut akan mempunyai
rasa tanggung jawab untuk memelihara barangnya.
c. Asah (kebutuhan stimulasi)
Stimulasi adalah perangsangan dari luar anak yang berupa latihan
dan bermain, ini merupakan pendidikan dan pelajaran yang diperoleh
anak dari orang disekitarnya (Soetjiningsih, et al., 2002). Stimulasi
adalah kebutuhan yang sangat penting untuk pertumbuhan dan
perkembangan anak usia toddler. Anak yang mendapat stimulasi tararah
dan taratur akan lebih cepat berkembang dibandingkan dengan anak yang
kurang mendapat stimulasi. Pemberian stimulus ini dapat diberikan
sedini mungkin supaya otak akan lebih cepat berkembang, asah
merupakan kebutuhan untuk perkembangan mental psikososial anak yang
dapat dilakukan dengan pendidikan dan pelatihan (Nursalam, et al.,
2005).
Periode terpenting dalam perkembangan anak adalah usia toddler.
Karena pada masa ini perkembangan dasar anak seperti kemampuan bahasa,
kreativitas, kesadaran sosial, emosional dan intelegensia berjalan sangat
cepat dan akan mempengaruhi perkembangan anak selanjutnya
(Soetjiningsih, et al., 2002).
3. Perkembangan Motorik Kasar Anak Usia 1-2 tahun
Perkembangan motorik kasar merupakan suatu rangakaian
peningkatan keterampilan dan kapasitas organ tubuh yang bisa dilihat secara
fisik seperti barlari, berjalan, melompat, dan menendang bola. Kegiatan ini
18
dipengaruhi oleh otot-otot besar yang memerlukan tenaga untuk
menggerakkan sebagian atau seluruh anggota tubuh (Santrock, 2007).
Perkembangan ini bisa menjadi suatu masalah bila tidak dipantau
dalam setiap tahapan umur anak terutama masa toddler, karena masa ini
merupakan masa kritis bagi perkembangan anak. Masa kritis yaitu dimana
anak perlu rangsangan/stimulasi yang berguna agar potensi gerak motor
kasar anak dapat berkembang optimal untuk tahapan perkembangan
selanjutnya (Soetjiningsih, et al., 2002).
Perkembangan motorik kasar anak usia toddler perlu mendapat
stimulasi yang terarah dari orang terdekat anak seperti orang tua untuk
mancapai perkembangan anak yang optimal di usianya. Menurut Depkes RI
(2010), berikut adalah beberapa perkembangan motorik kasar anak yang
harus dicapai untuk usia 1-2 tahun:
1) Usia 1 tahun
a) Anak sudah bisa jalan berpegangan
b) Anak sudah bisa menggelindingkan bola kecil
c) Anak sudah bisa merangkak naik dan turun tangga
d) Berjalan sambil berjinjit
e) Anak sudah bisa melempar dan menangkap bola
f) Anak sudah bisa berjalan mundur sambil berpegangan
2) Usia 2 tahun
a) Anak sudah bisa berjalan sendiri
b) Anak sudah bisa melompat-lompat
c) Anak sudah bisa naik tangga dan berlari
d) Menjaga keseimbangan tubuh
e) Menendang bola
4. Cara Mengukur Perkembangan Motorik Kasar
a. Denver II
Denver II adalah salah satu tes untuk mengetahui keterlambatan
perkembangan anak (Adriana, 2011). Dalam Denver II ini aspek
perkembangan yang dapat diukur yaitu: Personal social
19
(kepribadian/tingkah laku sosial), gerak motor halus (fine motor
adaptive), perkembangan bahasa (language), perkembangan motorik
kasar (gross motor). Kemudian untuk cara pengukuran dan penilaian
dapat diketahui sebagai berikut:
1) Tentukan umur anak saat pemeriksaan
2) Tarik garis lurus dengan menggunakan pensil dan penggaris yang
ada apada lembar DDST sesuai umur anak
3) Pada lembar observasi sektor perkembangan motorik kasar terdapat
2 warna yaitu putih dan biru, apabila garis lurus yang memotong
dilembar observasi di bagian warna biru maka anak harus sudah
bisa melakukan perkembangan tersebut, dan apabila anak belum
bisa melakukan perkembangan tersebut maka anak dikatakan delay
/ terjadi keterlambatan.
4) Untuk penilaiannya adalah lulus (passed=P), gagal (fail=F), yang
selanjutnya hasil tes diklasifikasikan kedalam normal dan delay
(keterlambatan). Normal bila anak mampu melakukan semua tes
yang diberikan, dan delay (keterlambatan) bila anak tidak mampu
melakukan satu atau lebih tes yang diberikan.
b. KPSP
KPSP (Kuesioner Pra Skrening Perkembangan) merupakan tes
pemeriksaan perkembangan anak dengan menggunakan kuesioner
(Depkes RI, 2010). Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk
mengetahui perkembangan anak normal atau menyimpang.
Pemeriksaan ini dilakukan oleh petugas kesehatan, guru TK, dan
petugas PAUD yang terlatih, adapun cara mengisi kuesionernya adalah
sebagai berikut:
1) Siapkan formulir KPSP menurut umur anak, formulir ini berisi 9-10
pertanyaan tentang kemampuan perkembangan yang telah dicapai
oleh anak.
2) KPSP terdiri dari 2 macam pertanyaan, yaitu:
a) Pertanyaan yag dijawab oleh ibu atau pengasuh anak
20
b) Perintah kepada ibu atau pengasuh anak untuk melaksanakan
tugas yang tertulis pada KPSP.
3) Pastikan orang tua atau pengasuh anak mengerti apa yang
ditanyakan kepadanya.
4) Setiap pertanyaan hanya ada satu jawaban yaitu “ya” atau “tidak”,
dan setelah selesai periksa kembali apakah semua pertanyaan sudah
terisi.
5) Kemudian untuk hasil interpretasinya adalah hitung berapa jumlah
“ya” dan berapa jumlah “tidak”. Apabila jumlah “ya” lebih dari 8
maka perkembangan anak dikatakan “normal”, dan bila jumlah
“tidak” lebih dari 2 maka dapat dikatakan anak tersebut mengalami
penyimpangan.
B. Stimulasi Orang Tua
1. Pengertian Stimulasi
Stimulasi adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak agar
anak tumbuh dan berkembang secara optimal. Setiap anak perlu mandapat
stimulasi rutin sedini mungkin dan terus menerus pada setiap kesempatan.
Stimulasi tumbuh kembang anak dilakukan oleh ibu dan ayah yang
merupakan orang terdekat dengan anak, anggota keluarga lain dan
kelompok masyarakat di lingkungan rumah tangga masing – masing dan
dalam kehidupan sehari – hari. Kemampuan dasar anak yang dirangsang
dengan stimulasi adalah kemampuan gerak kasar, kemampuan gerak halus,
kemampuan bicara, kemampuan bicara, dan kemampuan sosialisasi (Depkes
RI, 2010).
Menstimulasi perkembangan keterampilan anak sangat penting,
terutama dalam mengasah aspek psikomotorik anak. Aspek psikomotorik
anak sangat berperan dalam aspek kognitif dan afektif anak, sebab dengan
melatih keterampilan gerak anak, anak akan menjadi lebih aktif, pola
pikirnya berkembang dan tubuhnya akan menjadi sehat (Zaviera, 2008).
Stimulasi dari orang terdekat seperti orang tua sangatlah dibutuhkan anak
21
untuk mancapai perkembangan yang optimal di usianya. Anak yang
mendapat stimulasi terarah dan teratur akan lebih cepat berkembang
dibandingkan dengan anak yang kurang mendapat stimulasi (Soetjiningsih,
et al., 2002).
Dalam buku Depkes RI (2010) terdapat prinsip dasar dalam
memberikan stimulasi, yaitu :
a) Stimulasi dilakukan dengan landasan rasa cinta dan kasih sayang
b) Selalu tunjukkan sikap dan perilaku yang baik, karena anak akan
meniru tingkah lakuorang – orang terdekat dengannya
c) Berikan stimulasi sesuai dengan kelompok umur anak
d) Lakukan stimulasi dengan cara mengajak anak bermain, bernyanyi,
menyenangkan, tanpa paksaan dan tidak ada hukuman
e) Lakukan stimulasi secara bertahap dan berkelanjutan sesuai umur anak,
terhadap ke 4 aspek kemampuan dasar anak
f) Gunakan alat bantu / permainan yang sederhana, aman dan ada disekitar
anak
g) Beri kesempatan yang sama pada anak laki – laki dan perempuan
h) Anak selalu diberi pujian, bila perlu diberi hadiah atas keberhasilannya
Aktivitas sensori motor merupakan bagian yang berkembang paling
dominan pada masa toddler, perkembangan ini didukung oleh
stimulasi/rangsangan yang berasal dari luar diri anak tersebut. Menurut
Nursalam, et al. (2005) macam-macam stimulasi yang dapat diberikan orang
tua pada anaknya adalah:
a) Stimulasi Visual
Merupakan stimulasi awal yang penting pada tahap permulaan
perkembangan anak karena anak akan meningkatkan perhatiannya pada
lingkungan sekitar melalui penglihatannya.
b) Stimulasi Auditif
Merupakan stimulasi yang diberikan dengan suara-suara untuk melatih
pendengaran dan perilaku anak sehingga anak akan terbiasa dengan
yang mereka dengar dari sekitar mereka, disini orang tua berperan
22
penting dalam stimulasi ini karena semua yang diucapkan orang di
sekitar anak seperti orang tua akan di rekam oleh otak anak.
c) Stimulasi verbal
Merupakan stimulasi suara yang diberikan oleh orang disekitar anak.
Stimulasi ini merupakan kelanjutan dari stimulasi auditif karena setelah
anak mendengar ucapan-ucapan dari orang sekitar, maka anak akan
meniru ucapan tersebut dan tidak jarang anak juga akan melakukan
perintah yang sesuai dengan yang di ucapkan.
d) Stimulasi Taktil
Adalah stimulasi yang yang mencakup tentang perhatian dan kasih
sayang yang diperlukan oleh anak. Stimulus ini akan menimbulkan rasa
aman dan percaya diri pada anak sehingga anak akan lebih responsif
dan berkembang.
2. Orang Tua
Orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ibu dan ayah,
dan merupakan hasil dari sebuah ikatan pernikahan yang sah yang dapat
membentuk sebuah keluarga. Orang tua memiliki tanggung jawab untuk
mendidik, mengasuh dan membimbing anak-anaknya untuk mencapai
tahapan tertentu yang menghantarkan anak untuk siap dalam kehidupan
bermasyarakat.
Orang tua mempunyai peran masing-masing dalam keluarga. Ibu
didalam keluarga sebagai penanggung jawab utama atas anak, karena ibu
lebih sering berinteraksi dengan anak dan ibu juga mempunyai kasih yang
besar terhadap anak, dan pekerjaan rumah tangga dibanyak keluarga juga
msih dibebankan pada ibu (Santrock, 2007). Sedangkan ayah dalam
keluarga mempunyai peran sebagai kepala keluarga, dan bertanggung jawab
atas pengajaran moral pada anak, ayah juga mempunyai posisi sebagai
pencari nafkah bagi keluarga (Santrock, 2007).
Orang tua merupakan tempat utama bagi pembentukan
perkembangan, karena semua kegitan orang tua akan ditiru oleh anak.
Semua anak akan melalui tahapan masa meniru, dalam sama tersebut orang
23
tua memiliki peranan penting untuk memberikan batasan dan mengajarkan
pada anak hal mana saja yang dapat diterima oleh norma umum/ditanamkan
orang tua pada anak akan banyak mempengaruhi konsep dan perilaku yang
anak akan jalani. Karena apabila sang anak meniru hal-hal yang buruk saat
menjalani masa ini orang tua harus segera memperbaiki perilaku sang anak.
Tentu upaya yang dilakukan harus mempertimbangkan usia anak. Melalui
pengoreksian, anak akan mengenal batasan-batasan yang tidak boleh
dilanggar (Harjaningrum dan Dyah, 2007).
Peran orang tua dalam hal mendidik anak sudah seharusnya berada
pada urutan pertama, karena orang tualah yang paling mengerti benar akan
sifat-sifat baik dan buruk anak-anaknya, apa saja yang mereka sukai dan apa
saja yang mereka tidak sukai. Orang tua adalah yang pertama kali tahu
bagaimana perubahan dan perkembangan karakter dan kepribadian anak-
anaknya, hal-hal apa saja yang membuat anaknya malu dan hal-hal apa saja
yang membuat anaknya takut (Setiawan, 2009). Menstimulasi anak sedini
mungkin merupakan hal yang harus dilakukan oleh orang tua, karena
dengan stimulasi dini otak akan lebih mendapat rangsangan dan akan lebih
cepat berkembang, dan sebaiknya stimulasi dilakukan setiap berinteraksi
dengan anak misalnya ketika memadikan, ketika bermain dengan anak,
ketika menonton TV, dan menjelang tidur (Zaviera, 2008).
Orang tua mempunyai fungsi penting dalam membesarkan anak,
karena orang tua merupakan pengasuh anak sejak dari lahir hingga tumbuh
dewasa, sehingga pembentuk kepribadian dasar anak bersumber dari
pendidikan yang diberikan orang tua pada anak sejak dini. Menurut
Suprajitno (2004), fungsi orang tua dapat dikelompokkan menjadi sebagai
berikut:
a) Merawat
Orang tua memiliki tanggung jawab untuk merawat anak-anaknya
semenjak dia lahir hingga mereka mampu merawat dirinya sendiri.
Memakaikannya baju, memberinya makan, memandikannya, serta
berbagai hal untuk memastikan kesehatan fisik & psikisnya selalu
24
terjaga sehingga bisa tumbuh & berkembang dengan baik dan
sempurna.
b) Pelindung/penjaga
Orang tua akan selalu melindungi dan menjaga anak-anaknya dari
berbagai gangguan, baik internal maupun eksternal agar sang anak
selalu dalam kondisi aman. Gangguan internal yang datang dari dalam
diri anak itu sendiri misalnya berupa penyakit. Orang tua tidak akan
membiarkan anaknya digerogoti penyakit, ia akan segera mengobatinya
supaya anaknya kembali sehat. Sedangkan gangguan eksternal bisa
berasal dari berbagai sumber, entah gangguan saudaranya sendiri,
teman-temannya, binatang, lingkungan, cuaca, maupun lainnya. Orang
tualah yang akan selalu berusaha menjaganya hingga dia mampu
menjaga dirinya sendiri (Suprajitno, 2004).
c) Pemberi nafkah
memiliki anak itu memang memerlukan biaya tidak sedikit. Biaya agar
mereka bisa tumbuh kembang dengan baik, dengan aman & nyaman
mencapai kedewasaan dan kemandirian. Mulai dari ketika ia bayi
hingga ia dewasa dan sanggup menafkahi dirinya sendiri, merupakan
tanggung jawab orang tua untuk menyediakan biayanya.
d) Pendidik dan pelatih
Orang tua mendidik anak-anaknya sehingga mereka tahu mana yang
benar mana yang salah, mana yang baik dan mana yang buruk, mana
yang boleh dilakukan dan mana yang tidak. Mendidiknya bersosialisasi
dan mendorongnya belajar berbagai ilmu pengetahuan sebagai bekal
untuk kemandiriannya, baik melalui lembaga formal maupun non
formal. Dariyo (2007) juga menambahkan, bahwa orang tua perlu
melatih anak-anaknya untuk berbicara, berjalan, merawat & menjaga
dirinya sendiri, serta berbagai keterampilan dasar lain yang diperlukan,
hingga melatih mereka untuk mampu hidup mandiri .
25
e) Pemberi cinta dan kasih sayang
Semua apa yang dilakukan oleh orang tua, dan kenapa mereka mau
melakukannya, adalah karena mereka mencintai, menyayangi, dan
mengasihi anaknya. Nasihat, larangan, dan perintah merupakan wujud
lain dari rasa sayang orang tua terhadap anaknya walaupun terkadang
dipahami lain oleh anak-anaknya karena kekurang mengertian mereka.
Tanpa rasa cinta dan kasih sayang, akan sulit bagi orang tua untuk
melakukan berbagai hal bagi anak-anaknya. Karena rasa itulah, orang
tua mau merawat, melindungi, menafkahi, mendidik, dan melakukan
banyak hal lain demi anak-anaknya (Suprajitno,2004).
Sebagian besar waktu kehidupan anak dilalui bersama orang tua,
maka keberhasilan perkembangan anak dipengaruhi oleh cara orang tua
dalam mendidik anak. Cara didik anak yang salah dapat menyebabkan
gangguan pada perkembangan anak tersebut. Berikut merupakan tipe-
tipe/cara orang tua dalam mendidik anak menurut Dariyo (2007), yaitu:
1) Otoriter
Cara ini orang tua cenderung mengontrol perilaku dan sikap anak
melalui perintah yang tidak boleh dibantah. Supaya taat, orang tua tidak
segan-segan menerapkan hukuman yang keras terhadap anak,. Orang
tua beranggapan agar aturan itu stabil dan tak berubah, maka seringkali
tak menyukai tindakan anak yang memprotes, mengkritik, atau
membantahnya.
2) Permisif
Pada tipe ini justru orang tua merasa tidak peduli dan cenderung
memberi kesempatan serta kebebasan secara luas kepada anaknya.
Orang tua sering kali menyetujui terhadap semua tuntutan dan
kehendak anaknya, jadi anak merupakan sentral segala aturan dalam
keluarga. Dengan demikian orang tua tidak mempunyai kewibawaan.
Akibatnya segala pemikiran dan pendapat orang tua cenderung tidak
diperhatikan oleh anak, dan disini orang tua jarang atau bahkan tidak
pernah menghukum anak.
26
3) Demokratis
Tipe ini merupakan gabungan antara tipe permisif dan tipe otoriter.
Orang tua mengarahkan perilaku dan sikap anak dengan menekankan
alasan peraturan dan memberikan arahan terhadap sisi
negatifnya.dengan demikian orang tua dan anak dapat berdiskusi,
berkomunikasi atau berdebat secara konstruktif, logis, rasional demi
mencapai kesepakan bersama. Dariyo (2007) juga menambahkan tipe
demokratis ini akan dapat berjalan secara efektif bila ada 3 syarat yaitu:
a) Orang tua dapat menjalankan fungsi sebagai orang tua yang memberi
kesempatan kepada anak untuk mengemukakan pendapatnya
b) Anak memiliki sikap yang dewasa yakni dapat memahami dan
menghargai orang tua sebagai tokoh utama yang memimpin keluarga
c) Orang tua belajar memberi kepercayaan dan tanggung jawab
terhadap anaknya
4) Situasional
Tipe ini tertutup dan bahkan orang tua tidak tahu apa nama jenis
tipe/cara pengasuhan yang diberikan, sehingga secara tak beraturan
menggunakan campuran ke tiga tipe di atas. Jadi tidak ada patokan atau
parameter khusus yang menjadi dasar bagi orang tua untuk
menggunakan tipe permisif, otoriter maupun demokratis. Hal ini
disesuaikan dengan kondisi, situasi, tempat dan waktu bagi setiap orang
tua yang bersangkutan.
3. Cara Mengukur Stimulasi Orang Tua
Stimulasi adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak agar
anak secara optimal diusianya. Pengukuran stimulasi dapat dilakukan
dengan wawancara atau kuesioner yang menanyakan tentang isi materi yang
diukur dari subyek penelitian yaitu dari responden. Disini peneliti ingin
mengetahui sejauh mana interaksi antara orang tua dengan anak, karena
orang tua merupakan orang terdekat anak yang dapat merangsang
perkembangan anak untuk berkembang secara optimal (Depkes RI, 2010).
27
Perkembangan motorik
kasar anak usia 1-2
tahun
C. Kerangka Teori
Gambar 2.1. Kerangka Teori
Sumber : Soetjiningsih, et al. (2002), Nursalam, et al. (2005), dan Adriana (2011)
faktor eksternal
1. Faktor prenatal
a. Gizi
b. Mekanis
c. Zat kimia
d. Radiasi
e. Psikologi ibu
2. Faktor persalinan
3. Faktor pasca salin
a. Gizi setelah mlahirkan
b. Kelainan kongenital
c. Lingkungan
d. Psikologis anak
e. Endokrin
f. Sosio-ekonomi
g. Stimulasi
Faktor internal
1. Genetik
2. Keluarga
3. Umur
4. Jenis kelamin
Pemenuhan kebutuhan dasar anak :
1. Asuh (kebutuhan fisik-
biomedis),
2. Asih (kebutuhan emosi dan
kasih sayang),
3. Asah (kebutuhan stimulasi)
28
D. Kerangka Konsep
Variabel Perancu :
- Usia anak
- Sosio-ekonomi
Keterangan :
: Area penelitian
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
E. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
Dalam penelitian ini yang sebagai variabel bebas/independen adalah
stimulasi orang tua
2. Variabel Terikat
Dalam penelitian ini yang sebagai variabel terikat/dependen adalah
perkembangan motorik kasar anak usia 1-2 tahun
F. Hipotesa
Ada hubungan stimulasi orang tua dengan perkembangan motorik
kasar anak usia 1-2 tahun.
Stimulasi Orang Tua Perkembangan Motorik
Kasar Anak Usia 1-2 tahun