bab 2 tinjauan teoritis gagal jantung 2.1 tinjauan
TRANSCRIPT
6
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS GAGAL JANTUNG
2.1 Tinjauan Teoritis Medis Gagal Jantung
2.1.1 Anatomi Fisiologi Jantung
Gambar 2.1 Anatomi Jantung
(Sumber:Info Sehat, 2014)
Menurut Wijaya A S & Putri Y M (2007). Jantung merupakan sebuah
organ dalam tubuh manusia yang termasuk dalam sistem sirkulasi.
Jantung bertindak sebagai pompa sentral yang memompa darah untuk
menghantarkan bahan-bahan metabolisme yang diperlukan ke seluruh
jaringan tubuh dan mengangkut sisa-sisa metabolisme untuk
dikeluarkan dari tubuh.
7
Sistem sirkulasi sendiri memiliki 3 komponen, yaitu:
a. Jantung
Pompa yang melakukan tekanan terhadap darah agar timbul
gradient dan darah dapat mengalir ke seluruh tubuh.
b. Pembuluh darah
Saluran untuk mendistribusikan darah dari jantung ke semua bagian
tubuh dan mengembalikannya ke jantung. Terbagi atas tiga tipe
pembuluh darah, yaitu :
Pembuluh arteri, yang berfungsi untuk mengangkut oksigen
melalui darah dari jantung ke seluruh jaringan tubuh, mengecil
seiring perjalanananya menjauhi jantung.
Pembuluh kapiler, yang merupakan penghubung antara
pembuluh darah arteri dan vena. Lapisan dindingnya yang tipis
memudahkan oksigen, nutrisi, karbon dioksida dan bahan sisa
lainnya keluar atau masuk ke organ sekitarnya.
Pembuluh vena, yang berfungsi untuk menyalurkan aliran darah
yang berisi bahan sisa kembali ke jantung untuk di pecahkan
dan di keluarkan dari tubuh. Pembuluh vena semakin membesar
ketika mendekati jantung.
c. Darah
Medium transportasi dimana darah akan membawa oksigen dan
nutrisi. Darah berjalan melalui sistem sirkulasi ke dan dari jantung
melalui 2 lengkung vaskuler (pembuluh darah) yang
terpisah.Sirkulasi paru terdiri atas lengkung tertutup pembuluh
darah yang mengangkut darah antara jantung dan paru.
Sirkulasi sistemik terdiri atas pembuluh darah yang mengangkut
darah antara jantung dan sistem organ.Walaupun secara anatomis
8
jantung adalah satu organ, sisi kanan dan kiri jantung berfungsi
sebagai dua pompa yang terpisah.
Jantung terbagi atas separuh kanan dan kiri serta memiliki empat
ruang, bilik bagian atas dan bawah di kedua belahnya. Bilik bagian
atas disebut dengan atrium yang menerima darah yang kembali ke
jantung dan memindahkannya ke bilik bawah, yaitu ventrikel yang
berfungsi memompa darah dari jantung.
Kedua belahan jantung dipisahkan oleh septum atau sekat, yaitu
suatu partisi otot kontinu yang mencegah pencampuran darah dari
kedua sisi jantung.Pemisahan ini sangat penting karena separuh
jantung kanan menerima dan memompa darah beroksigen rendah
sedangkan sisi jantung sebelah kiri memopa darah beroksigen
tinggi.Jantung berfungsi sebagai pompa ganda.
Darah yang kembali dari sirkulasi sistemik (dari seluruh tubuh)
masuk ke atrium kanan melalui vena yang besar yang dikenal
sebagai vena cava.Darah yang masuk ke atrium kanan berasal dari
jaringan tubuh telah di ambil O2-
nya dan di tambahi dengan CO2.
Darah yang miskin akan oksigen tersebut mengalir dari atrium
kanan melalui katup ventrikel kanan, yang memompanya keluar
melalui arteri pulmonalis ke paru. Dengan demikian, sisi kanan
jantung memompa darah yang miskin oksigen ke sirkulasi paru. Di
dalam paru, darah akan kehilangan CO2-nya dan menyerap O
2segar
sebelum dikembalikan ke atrium kiri melalui vena pulmonalis.
Darah kaya oksigen yang kembali ke atrium kiri ini kemudian
mengalir ke dalam ventrikel kiri, bilik pompa yang memompa atau
mendorong darah ke semua sistem tubuh kecuali paru. Jadi, sisi kiri
9
jantung memompa darah yang kaya akanO2 ke dalam sirkulasi
sistemik. Arteri besar yang membawa darah menjauhi ventrikel kiri
adalah aorta.Aorta bercabang menjadi arteri besar dan mendarahi
berbagai jaringan tubuh.
Sirkulasi sistemik memompa darah ke berbagai organ, yaitu ginjal,
otot, otak, dan semuanya. Jadi darah yang keluar dari ventrikel kiri
tersebar sehingga masing-masing bagian tubuh menerima darah
segar. Darah arteri yang sama tidak mengalir dari jaringan ke
jaringan. Jaringan akan mengambil O2 dari darah dan
menggunakannya untuk menghasilkan energi. Dalam prosesnya,
sel-sel jaringan akan membentuk CO2
sebagai produk buanagan
atau produk sisa yang ditambahkan ke dalam darah. Darah yang
sekarang kekurangan O2 dan mengandung CO
2 berlebih akan
kembali ke sisi kanan jantung. Selesailah satu siklus dan terus
menerus berulang siklus dan terus menerus berulang siklus yang
sama setiap saat.
Walaupun tidak terdapat katup antara atrium dan vena namun hal
ini tidak menjadi masalah.Hal ini di sebabkan oleh dua hal, yaitu
karena tekanan atrium biasanya tidak jauh lebih besar dari tekanan
vena serta tempat vena kava memasuki atrium biasanya tertekan
selama atrium berkontraksi (anonim, 2010).
Proses mekanisme siklus jantung:Jantung secara berselang-seling
berkontraksi untuk mengosongkan isi jantung dan berelaksi untuk
mengisi darah.Siklus jantung terdiri atas periode sistol (kontraksi
dan pengosongan isi) dan diastol (relaksasi dan pengisian jantung).
Atrium dan ventrikel mengalami siklus sistol dan diastol terpisah.
Kontraksi terjadi akibat penyebaran eksitasi (mekanisme listrik
10
jantung) ke seluruh jantung.Sedangkan relaksasi timbul setelah
repolarisasi atau tahapan relaksasi otot jantung.
Menurut Balai Informasi Teknologi LIPI (2009), Aktifitas
kontraksi jantung untuk memompa darah ke seluruh tubuh selalu di
dahului oleh aktifitas listrik. Aktifitas listrik ini du mulai pada
nodus sinoatrial (nodus SA) yang terletak pada celah antara vena
vaca superior dan atrium kanan.Nodus SA mengawali gelombang
depolarisasi secara spontan sehingga menyebabkan timbulnya
potensial aksi yang di sebarkan melalui sel-sel otot atrium, nodus
atrioventrikuler (nodus AV), berkas His, serabut Purkinje dan
akhirnya ke seluruh otot ventrikel.
Potensial aksi ini di cetuskan oleh nodus-nodus pacemaker yang
terdapat di jantung dan di pengaruhi oleh beberapa jenis elektrolit
seperti K+, Na+, dan Ca++. Gangguan terhadap kadar elektrolit
tersebut di dalam tubuh terhadap kadar elektrolit tersebut di dalam
tubuh dapat mengganggu mekanisme aliran listrik jantung.
2.1.2 Definisi
Menurut Sudoyo, dkk (2009) Gagal jantung adalah sindrome klinis
(sekumpulan tanda dan gejala), ditandai ileh sesak napas dan fatik
(saat istirahat atau saat beraktivitas) yang disebabakan oleh kelainan
stuktur atau fungsi jantung. Gagal jantung dapat disebabkan oleh
gangguan yang mengakibatkan terjadinya pengurangan pengisian
ventrikel (disfungsi diastolik) dan/atau kontraktilitas miokardial
(disfungsi sistolik).
Brunner and Suddarth (2001) gagal jantung adalah ketidakmampuan
jantung untuk memompa darah untuk memenuhi kebutuhan jaringan
akan oksigen dan nutrien. J. Charles Reeves, dkk (2001) gagal jantung
11
kongestif atau congestive heart failure (CHF) adalah kondisi dimana
fungsi jantung sebagai pompa untuk mengantarkan darah yang kaya
oksigen ke tubuh tidak cukup untuk memenuhi keperluan-keperluan
tubuh.
Diane C. Baughman dan Jo Ann C. Hockley (2000) gagal jantung
kongetif adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah
dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan
terhadap oksigen dan nutrien.
2.1.3 Etiologi
Secara umum, gagal jantung dapat disebabkan oleh berbagai hal yang
dapat dikelompokkan menjadi :
2.1.3.1 Disfungsi Miokard
Iskemia Miokard
Infark Miokard
Miokarditis
Kardiomiopati
2.1.3.2 Beban tekanan berlebihan opada sistolik (sistolik overload)
Stenosis Aorta
Hipertensi
Koartasio Aorta
2.1.3.3 Beban volume berlebihan pada diastolic (diastolic overload)
Insufisiensi katup mitral dan trikuspidalis
Tranfusi berlebihan
2.1.3.4 peningkatan kebutuhan metabolic (demand overload)
Anemia
Tirotoksikosis
Biri-biri
Penyakit paget
12
2.1.3.5 Gangguan pengisian ventrikel
Primer (gagal distensi sistolik) : Perikarditis restriktif dan
Tamponade jantung
Sekunder : stenosis mitral dan stenosis trikuspidalis
2.1.3.6 faktor-faktor perkembangan gagal jantung :
Aritmia akan mengganggu fungsi mekanisme jantung
dengan mengubah rangsangan listrik yang memulai respon
mekanis.
Infeksi sistemik dan infeksi paru-paru, respon tubuh
terhadap infeksi akan memaksa jantung untuk memenuhi
kebutuhan tubuh akan metabolisme yang meningkat
Emboli paru, secara mendadak akan meningkatkan
resistensi terhadap reaksi ventrikel kanan, memicu
terjadinya gagal jantung kanan.
2.1.4 Patofisiologi
2.1.4.1 Mekanisme dasar
Kelainan kontraktilitas pada gagal jantung akan menggangu
kemampuan pengosongan ventrikel. Kontraktilitas ventrikel
kiri yang menurun mengurangi cardiac output dan
meningkatkan volume ventrikel.
Dengan meningkatnya EDV (volume akhir diastolik
ventrikel) maka terjadi pula peningkatan tekanan akhir
diastolik kiri (LEDV).Dengan meningkatnya LEDV, maka
terjadi pula peningkatan tekanan atrium (LAP) karena atrium
dan ventrikel berhubungan langsung ke dalam anyaman
vaskuler paru-paru. Jika tekanan hidrostatik dari anyaman
kapiler paru-paru melebihi tekanan osmotic vaskuler, maka
akan terjadi transudasi cairan melebihi kecepatan drainase
limpatik, maka akan terjadi edema interstitial. Peningkatan
13
lebih lanjut dapat mengakibatkan cairan merembes ke alveoli
dan terjadilah edema paru-paru.
2.1.4.2 Respon Kompensatorik
a. Meningkatnya aktivitas adrenergik simpatik
Menurunnya cardiac output akan meningkatkan aktivitas
adrenergic simpatik yang dengan merangsang pengeluaran
katekolamin dan saraf-saraf adrenergic jantung dan
medulla adrenal.
Denyut jantung dan kekuatan kontraktil akan meningkat
untuk menambah cardiac output, juga terjadi vasokontriksi
arteri perifer untuk menstabilkan tekanan arteri dan
retribusi volume darah dengan mengurangi aliran darah ke
prgan-organ yang rendah metabolismenya seperti kulit dan
ginjal agar perfusi ke jantung dan keotak dapat
dipertahankan. Vasokontriksi akan meningkatkan aliran
balik vena kesisi kanan jantung yang selanjutnya akan
menambah kekuatan kontriksi.
b. meningkatnya beban awal akibat aktivitas sistem rennin
angiotensin aldosteron (RAA)
aktivitas RAA menyebabkan retensi Na dan air oleh
ginjal, meningkatkan volume ventrikel-ventrikel tegangan
tersebut. Penignkatan beban awal ini akan menambah
kontrakbilitas miokardium
c. Atropi ventrikel
respon kompensatorik terakhir pada gagal jantung adalah
hidrotropi miokardium akan bertambah tebalnya dinding.
14
d. efek negatif dari respon kompensatorik
pada awalnya respon kompensatorik menguntungkan
namun pada akhirnya dapat menimbulkan berbagai gejala,
meningkatkan laju jantung dan memperburuk tingkat
gagal jantung.
Resistensi jantung yang dimaksudkan untuk meningkatkan
kekuatan kontraktilitas mengakibatkan bendungan paru-
paru dan vena sistemik dan edema.fase kontruksi arteri
dan redistribusi aliran darah mengganggu perfusi jaringan
pada anyaman vaskuler yang terkena menimbulkan tanda
serta gejala, misalnya berkurangnya jumlah air kemih
yang dikeluarkan dan kelemahan tubuh. Vasokontriksi
arteri juga menyebabkan beban akhir dengan memperbesar
resistensi terhadap ejeksi ventrikel, beban akhir juga
meningkat kalau dilatasi ruang jantung.
Akibat kerja jantung dan kebutuhan miokard akan oksigen
juga meningkat, yang juga ditambah lagi adanya hipertensi
miokard dan perangsangan simpatik lebih lanjut. Jika
kebutuhan miokard akan oksigen tidak terpenuhi maka
akan terjadi iskemia miokard, akhirnya dapat timbul beban
miokard yang tinggi dan serangan gagal jantung yang
berulang.
15
Pathway
Bagan 2.1 Pathway Gagal Jantung
hipervolemia Hipertensi
Pe preload
Pe kekuatan
kontraksi ventr. kiri
pe perfusi organ
sistemik
pe TD
sistemik
Stenosis katup
pe
afterload
Pe beban
kerja jantung
Pe kekuatan
kontraksi ventr. kanan
Pe aliran balik
sistemik
pe venous return
depan
Aktivasi rennin
angiotensin-
aldosteron
pe renal
blood
Edema
Retensi Na
dan air
Katup
inkompetent
Kerusakan
miokardium
Pe ADH
Mendesak
lobus hepar
Edema
ektremitas
Kematian sel
hepar fibrosis
sirosis
Pe tekanan
vena porta
Akumulasi cairan
di sirkulasi
mesenteriks Asites
belakang
g
pe
preload
pe LA
preload
pe tek.
Kapiler
pulmoner
Edema
pulmoner
pe RV
preload
pe RA preload
MK: risiko tinggi
gangguan integirtas
kulit
MK:
kelebihan
volme cairan
MK: risiko
tinggi gangguan
integritas kulit
16
2.1.5 Manifestasi Klinis
2.1.5.1 Gagal jantung kiri
Menyebabkan kongestif, bendngan pada paru dan gangguan
pada mekanisme kontrol pernapasan. Gejalanya meliputi:
dispnea, orthopnea, paroxismal nocturnal dispnea, batuk,
mudah lelah, ronchi, gelisah dan cemas.
2.1.5.2 Gagal jantung kanan
Menyebabkan peningkatan vena sistemik. Gejalanya
meliputi: oedem perifer, peningkatan BB, distensi vena
jugularis, hepatomegali, asites, pitting edema, anoreksia, dan
mual.
2.1.5.3 Secara luas peningkatan COP dapat menyebabkan perfusi
oksigen kejaringan rendah, sehingga menimbulkan gejala:
pusing, kelelahan, tidak toleran terhadap aktifitas dan panas
dan ekstremitas dingin.
2.1.5.4 Perfusi pada ginjal dapat menyebabkan pelepasan rennin
serta sekresi aldosteron dan retensi cairan dan natrium yang
menyebabkan peningkatan volume intravaskuler.
Meningkatnya volume intravaskuler Kongestif jaringan akibat tekanan
arteri dan vena meningkat akibat penurunan curah jantung.Manifestasi
kongesti berbeda tergantung pada kegagalan ventrikel mana yang
terjadi.
Gagal Jantung Kiri : Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri
karena ventrikel kiri tidak mampu memompa darah yang datang dari
paru. Manifestasi klinis yang terjadi yaitu :
Dispnea, Terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli dan
mengganggu pertukaran gas. Dapat terjadi ortopnea. Beberapa
pasien dapat mengalami ortopnoe pada malam hari yang
dinamakan Paroksimal Nokturnal Dispnea (PND)
17
Batuk malam hari
Mudah lelah, Terjadi karena curah jantung yang kurang yang
menghambat jaringan dan sirkulasi normal dan oksigen serta
menurunnya pembuangan sisa hasil katabolisme. Juga terjadi
karena meningkatnya energi yang digunakan untuk bernafas dan
insomnia yang terjadi karena distress pernafasan dan batuk
Kegelisahan atau kecemasan, Terjadi karena akibat gangguan
oksigenasi jaringan, stress akibat kesakitan bernafas dan
pengetahuan bahwa jantung tidak berfungsi dengan baik
Gagal jantung Kanan :
Kongestif jaringan perifer dan visceral
Oedema ekstremitas bawah (oedema dependen), biasanya oedema
pitting, penambahan BB
Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen
terjadi akibat pembesaran vena hepar
Anoreksia dan mual, terjadi akibat pembesaran vena dan statis vena
dalam rongga abdomen
Nokturia
Kelemahan
2.1.6 Klasifikasi
Menurut NYHA (New York Heart Association) :
a. Klasifikasi I
Gejala : aktivitas biasa tidak menimbulkan kelelahan, dyspnea,
palpitasi, tidak ada kongesti pulmonal atau hipotensi perifer,
asimptomatik, kegiatan sehari-hari tidak terbatas.
Prognosa : baik
b. Klasifikasi II
Gajala :kegiatan sehari-hari sedikit terbatas, gejala tidak ada saat
istirahat
18
Prognosa : baik
c. Klasifikasi III
Gejala : kegiatan sehari-hari terbatas, klien merasa nyaman saat
istirahat
Prognosa : baik
d. Klasifikasi IV
Gejala : insufisiensi jantung ada saat istirahat
Prognosa : buruk
Klasifikasi menurut gejala dan intensitas gejala : (Morton,2012)
a. Gagal jantung akut
timbulnya gejala secara mendadak, biasanya selama beberapa hari
atau beberapa jam
b. Gagal jantung kronik
Perkembangan gejala selama beberapa bulan sampai beberapa
tahun dan menggambarkan keterbatasan kehidupan sehari-hari
Klasifikasi gagal jantung menurut letaknya :
a. Gagal jantung kiri merupakan kegagalan ventrikel kiri untuk
mengisi atau mengosongkan dengan benar dan dapat lebih lanjut
dklasifikasikan menjadi disfungsi sistolik dan diastolik
b. Gagal jantung kanan merupakan kegagalan ventrikel kanan untuk
memompa secara adekuat. Penyebab gagal jantung kanan yang
paling sering terjadi adalah gagal jantung kiri, tetapi gagal jantung
kanan dapat terjadi dengan adanya ventrikel kiri benar-benar
normal dan tidak menyebabkan gagal jantung kiri.Gagal jantung
kanan dapat juga disebabkan oleh penyakit paru dan hipertensi
arteri pulmonary primer.
19
2.1.7 Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Diagnostik gagal jantung(CHF) antara lain :
2.1.7.1. Pemeriksaan foto toraks seringkali menunjukkan
kardiomegali (rasio kardiotorasik (CTR) > 50%), terutama
bila gagal jantung sudah kronis. Kardiomegali dapat
disebabkan oleh dilatasi ventrikel kiri atau kanan, LVH,
atau kadang oleh efusi perikard.Derajat kardiomegali tidak
berhubungan dengan fungsi ventrikel kiri.Dapat
mengungkapkan adanya pembesaran jantung, oedema atau
efusi pleura yang menegaskan diagnosa CHF
2.1.7.2. Elektrokardiografi memperlihatkan beberapa abnormalitas
pada sebagian besar pasien (80-90%), termasuk gelombang
Q, perubahan ST-T, hipertropi LV, gangguan konduksi,
aritmia.
2.1.7.3. Ekokardiografi harus dilakukan pada semua pasien dengan
dugaan klinis gagal jantung. Dimensi ruang jantung, fungsi
ventrikel (sistolik dan diastolik), dan abnormalitas gerakan
dinding dapat dinilai dan penyakit katub jantung dapat
disinggirkan.
2.1.7.4 Pemeriksaan Lab meliputi : Tes darah direkomendasikan
untuk menyinggirkan anemia dan menilai fungsi ginjal
sebelum terapi di mulai. Disfungsi tiroid dapat
menyebabkan gagal jantung sehingga pemeriksaan fungsi
tiroid harus selalu dilakukan.Elektrolit serum yang
mengungkapkan kadar natrium yang rendah sehingga hasil
hemodelusi darah dari adanya kelebihan retensi air, K, Na,
Cl, Ureum, gula darah
20
2.1.7.5 Pencitraan radionuklida menyediakan metode lain untuk
menilai fungsiventrikel dan sangat berguna ketika citra yang
memadai dari ekokardiografi sulit diperoleh. Pemindahan
perfusi dapat membantu dalam menilai fungsional penyakit
jantung koroner.
2.1.8 Penatalaksanaan Medis
Terapi oksigen
Monitor: tanda vital, masukan dan keluaran, EKG, pulse oksimetri,
dan variable hemodinamik
Diuretik: furosemide (Lasix), bumetanide (Bumex), metolazone
(Zaroxolyn), spironolactone (Aldactone), acetazolamide (Diamox)
Nesiritide (Natrecor)
Posisi: semi-fowler
Aktivitas: tirah baring, latihan ROM yang aktif dan latihan
isometrik
Terapi I.V: penggantian elektrolit
Pemeriksaan Laboratorium: Gas darah arteri (GDA), natrium,
kalium, BUN, kreatinin, enzim jantung dan BNP
Pemasangan dauer kateter
IABP
Alat bantu ventrikel kiri
Analgesik: morfin (I.V)
Vasodilator: nitropruside (Nipride)
Inotrop jantung: dopamine (Intropin), dobutamine (dobutrex)
Glikosida jantung: digoksin (Lanoxin)
Nitrat: isosorbide dinitrate (Isordil), nitrogliserin (Nitro-bed)
Inhibitor ACE: captopril (Capoten), enalapril (Vasotec), lisinopril
(Prinivil)
Inhibitor fosfodiesterase: inamrinone (Inocor)
21
Diet: rendah-natrium, membatasi cairan
2.1.9 Prognosis
Angka harapan hidup pada penderita gagaljantung di usia lanjut
sebesar <35% dalamlima tahun. Pada pasien yang dirawat dengan
gagal jantung, angka harapan hidup satu tahun dapat kurang dari 50%.
Pada sebuah studi retrospektif laki-laki usia tua (rata-rata 89 tahun)
yang dirawat di rumah sakit dalam jangka lama, mortalitas satu tahun
sebesar 87%. Prognosis akan memburuk dengan meningkatnya klas
fungsional NYHA. Berbagai keadaan medis (tekanan darah, faktor
komorbid, status fungsional), keadaan sosial (penikahan, status sosial)
dan psikososial (depresi dan kesehatan jiwa) memiliki efek signifikan
terhadap harapan hidup.
2.1.10 Komplikasi
a. Edema paru akut terjadi akibat gagal jantung kiri
b. Syok kardiogenik : stadium dari gagal jantung kiri, kongestif akibat
penurunan curah jantung dan perfusi jaringan yang tidak adekuat
ke organ vital (jantung dan otak)
c. Episode trombolitik
Thrombus terbentuk karena imobilitas pasien dan gangguan
sirkulasi dengan aktivitas thrombus dapat menyumbat pembuluh
darah
d. Efusi perikardial dan temponade jantung
Masuknya cairan kekantung perikardium, cairan dapat
meregangkan pericardium sampai ukuran maksimal. COP menurun
dan aliran balik vena ke jantung
22
2.2 Tinjauan Teoritis Keperawatan
Menurut Dalami (2010) proses keperawatan merupakan sarana atau wahana
kerjasama perawat dan pasien, yang umumnya pada tahap awal, peran
perawat lebih besar dari peran pasien. Namun pada proses sampai akhir
diharapkan peran pasein lebih besar daripada peran perawat, sehingga
kemandirian pasien dapat tercapai. Kemandirian pasien merawat diri dapat
pula digunakan sebagai kriteria kebutuhan terpenuhi dan atau masalah
teratasi.
2.2.1 Pengkajian
Menurut Dalami (2010) pengkajian merupakan tahap awal dan dasar
utama dari proses keperawatan. Tahap pengkajian terdiri atas
pengumpulan data dan perumusan kebutuhan atau masalah klien.Data
yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, sosial, dan
spiritual.
Data pengakajian dasar fisik
2.2.1.1 Aktivitas/ istirahat
Ada beberapa gejala pada aktivitas/ istirahat:
a. Keletihan, kelelahan terus sepanjang hari.
b. Insomnia.
c. Nyeri dada dengan aktivitas.
d. Dispnea pada saat istirahat atau pada pengerahan tenaga.
Adapun tanda dari aktivitas/istirahat adalah gelisah,
perubahan status mental: letargi, TTV berubah pada aktivitas.
2.2.1.2 Sirkulasi
Gejala dari sirkulasi adalah:
a. Riwayat hipertensi, MCI, episode gagal jantung
sebelumnya.
23
b. Penyakit katup jantung, bedah jantung, endocarditis, SLE,
anemia, syok septik, bengkak pada kaki, telapak kaki,
abdomen, sabuk terlalu kuat (pada gagal jantung kanan).
Tanda dari sirkulasi adalah:
a. TD mungkin menurun (gagal pemompaan), normal GJK
ringan/kronis atau tinggi (kelebihan volume cairan/
peningkatan TD).
b. Tekanan nadi menunjukkan peningkatan volume
sekuncup.
c. Frekuensi jantung takikardi (gagal jantung kiri).
d. Irama jantung: sistemik, misalnya; febrelasi atrium,
kontraksi
e. Nadi apical disritmia, misal: PMI mungkin menyebar dan
berubah posisi secara imperior kiri.
f. Bunyi jantung S3 (gallop) adalah diagnostik, S4 dapat
terjadi, S1 dan S2 mungkin lemah.
g. Murmur sistolik dan diastolik dapat menandakan adanya
katup atau insupesiensi.
h. Nadi: periver berkurang, perubahan dalam kekuatan
denyutan dapat terjadi, nadi sentral mungkin kuat, missal:
nadi jugularis coatis abdominal terlihat.
i. Warna kulit: kebiruan, pucat, abu-abu, sianotik.
j. Punggung kuku: pucat atau sianotik dengan pengisian
kapiler lambat.
k. Hepar: pembesaran/ dapat teraba, replek, hepato jugularis.
l. Bunyi napas: krekels, ronchi.
m. Edema: mungkin dependen, umum atau pitting,
khususnya pada ekstrenitas.
n. DVJ:
24
2.2.1.3 Integritas Ego
Gejala integritas ego yaitu:
a. Ansietas, khawatir, takut.
b. Stress yang b.d pengakit/finansial.
Tanda dari integritas ego adalah berbagai manipestasi
perilaku, missal: ansietas cemas, marah, ketakutan.
2.2.1.4 Eliminasi
Gejala dari eliminasi adalah penurunan berkemih, urine
berwarna gelap, berkemih malam hari (nokturia), deari/
konstipasi.
2.2.1.5 Makanan/cairan
Gejala yang muncul
a. Kehilangan nafsu makan.
b. Mual/ muntah.
c. Penambahan BB signifikan.
d. Pembengkakan pada ekstrinetas bawah.
e. Pakaian/ sepatu terasa sesak.
f. Diet tinggi garam/ makanan yang telah diproses, lemak
gula dan kafien.
g. Penggunaan dioretik
Tanda yang muncul ada dua macam
a. Penambahan BB cepat.
b. Distensi abdomen (asites), edema (umum, dependen, atau
pitting).
2.2.1.6 Hygiene
Gejala yang muncul:
Keletihan, kelemahan, kelelahan selam aktivitas perawatan
diri.
Tanda yang muncul adalah penampilan menandakan
kelalaian perawatan personal.
25
2.2.1.7 Neurosensori
Gejala yang muncul diantaranya: kelemahan, peningkatan
episode pingsan.
Tanda yang muncul diantaranya: letargi, kuat fikir,
disoreintasi, perubahan perilaku, mudah tersinggung.
2.2.1.8 Nyeri/ kenyamanan
Gejala yang muncul:
a. Nyeri dada, angina akut atau kronis.
b. Nyeri abdomen kanan atas.
Tanda yang muncul:
a. Tidak tenang, gelisah.
b. Fokus menyempit (menarik diri).
c. Perilaku melindungi diri.
2.2.1.9 Pernapasan
Gejala yang muncul:
a. Dyspnea saat aktivitas, tidur sambil duduk atau dengan
beberapa bantal.
b. Batuk dengan / tanpa sputum.
c. Riwayat penyakit paru kronis.
d. Penggunaan bantuan pernapasan, missal oksigen atau
medikasi.
Tanda yang muncul:
a. Pernapasan takipnea, napas dangkal, pernapasan laboral,
penggunaan otot aksesori.
b. Penapasan nasal faring.
c. Batuk kering/ nyaring/ non produktif ataau mungkin
batuk terus menerus dengan/ tanpa sputum.
d. Sputum: mungkin bercampur darah, merah muda/
berbuih, edema pulmonal.
26
e. Bunyi napas: mungkin tidak terdengar dengan krakels
banner dan mengi.
f. Fungsi ental: mungkin menurun, letargik, warna kulit
pucat, sianosis.
2.2.1.10 Pemeriksaan Penunjang
a. Redistribusi vaskular pada lobus-lobus atas paru
Kardiomegali
b. Kimia darah
Hiponatremia
Hyperkalemia pada tahap lanjut dari gagal jantung
BUN dan kretinin meningkat
c. Urine
Lebih pekat
Bj meningkat
Na meningkat
d. Fungsi hati
Pemanjangan masa protombin.
Peningkatan bilirubin dan enzyme hati (SGOT dan
SGPT meningkat).
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
2.2.2.1 Penurunan curah jantung b.d perubahan kontraktilitas
miocard, perubahan struktural, perubahan frekuensi, irama
dan konduksi listrik.
2.2.2.2 Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai
oksigen dengan kebutuhan tubuh.
2.2.2.3 Resiko tinggi kerusakan pertukaran b.d perubahan membran
kapiler alveolus.
2.2.2.4 Kelebihan volume cairan b.d menurunnya laju filtrasi
glomerulus atau meningkatnya produksi ADH dan retensi
natrium dan air.
27
2.2.2.5 Gangguan perfusi jaringan perifer b.d stasis vena
2.2.2.6 Kecemasan b.d kesulitan nafas dan kegelisahan akibat
oksigenasi yang tidak adekuat.
2.2.2.7 Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b.d
anoreksia, mual dan muntah
2.2.2.8 Resiko kurang pengetahuan mengenai program perawatan b.d
tidak bisa menerima perubahan gaya hidup baru yang
dianjurkan.
2.2.2.9 bersihan jalan napas tidak efektif b.d peningkatan produksi
sekret, sekret tertahan, sekret kental, peningkatan energi dan
kelemahan.
2.2.3 Intervensi
2.2.3.1 Penurunan curah jantung
Penurunan curah jantung b.d perubahan kontraktilitas
miocard, perubahan structural, perubahan frekukensi, irama
dan konduksi listrik. Tujuan dari intervensi ini diharapkan
curah jantung kembali adekuat.
Kreteria hasil:
a. TTV dalam batas normal
b. Ortopnea tidak ada
c. Nyeri dada tidak ada
d. Terjadi penurunan episode dispnea
e. Hemodiamik DBN
Intervensi terbagi dua yakni intervensi mandiri dan intervensi
kolaborasi. Intervensi mandiri mencakup:
a. Auskultasi nadi apikal, kaji prekuensi dan irama jantung
b. Catatat bunyi jantung
c. Palpasi nadi perifer
d. Pantau TD
28
e. Kaji kulit terhadap pucat dan sianosis
f. Kaji perubahan sensasi (letargi, bingung, oreintasi cemas)
g. Berikan istirahat psikologis dan lingkungan yang tenang,
bantu pasien mengatasi stress
h. Berikan istirahat semi fowler pada tempat tidur/ kursi
i. Tinggikan kaki, hindari tekannan pada bawah lutut
Intervensi kolaborasi mencakup:
a. Berikan oksigen sesuai indikasi
b. Berikan obat sesuai indikasi;
Vasodilator netrat, digoxin (lanoksin)
Katopril
Pantau EKG dan perubahan foto dada
Pantau pemeriksaan lab BUN, kreatinin
2.2.3.2 Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai
oksigen dengan kebutuhan tubuh. Tujuan: diharapkan klien
dapat beraktivitas dengan bantuan minimal atau peningkatan
toleransi aktivitas.
Kriteria hasil:
Menurunnya kelemahan dan kelelahan
HB meningkat
Diaphoresis berkurang / tidak ada
TTV DBN
Intevensi:
Mandiri:
Periksa TTV sebelum dan segera setelah aktivitas,
khususnya bila pasein menggunakan pasodilator, dioretik
Catat respon cardio pulmonal terhadap aktivitas, catat
takikardia, disretmia, dispmia, pucat
29
Kaji penyebab kelemahan, contoh pengobatan nyeri otot
Evaluasi peningkatan intoleransi aktivitas
Kolaborasi:
Implementasi program rehabilitasi jantung aktivitas
Diet yang sesuai