tugas ujian ikkk

13
Didy Kurniawan, S. Ked 0408481141 6008 Tugas Ujian Stase IKKK 1. Pemeriksaan fenoma koebner ? Jawab : Fenomena Koebner : kecenderungan terbentuk lesi pada daerah traumatik pada kulit. Dengan cara menggunakan gelas objek atau scalp tumpul. Tentukan terlebih dahulu kulit normal dan kulit yang mengandung lesi, lakukan penggoresan pada daerah lesi kearah lateral. Ditunggu hasilnya 7-14 hari kemudian Hasil positif : Tampak lesi baru pada daerah yang digores yang sama dengan lesi sebelumnya (isomorfik). Sitasi jawaban :

Upload: didy-kurniawan

Post on 16-Sep-2015

282 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

g

TRANSCRIPT

Didy Kurniawan, S. Ked 04084811416008

Tugas Ujian Stase IKKK

1. Pemeriksaan fenoma koebner ?Jawab : Fenomena Koebner : kecenderungan terbentuk lesi pada daerah traumatik pada kulit. Dengan cara menggunakan gelas objek atau scalp tumpul. Tentukan terlebih dahulu kulit normal dan kulit yang mengandung lesi, lakukan penggoresan pada daerah lesi kearah lateral.

Ditunggu hasilnya 7-14 hari kemudian Hasil positif : Tampak lesi baru pada daerah yang digores yang sama dengan lesi sebelumnya (isomorfik).Sitasi jawaban :http://dermatology.about.com/od/glossaryk/g/koebner.htm, diakses tanggal 7 April 2015

2. Penyebab likenifikasi? Likenifikasi terdapat pada penyakit apa saja?Jawab:Garukan yang berulang pada kulit (scratching), gosokan (rubbing), dan trauma mekanis lainnya yang bersifat kronis dapat menyebabkan penebalan pada epidermis, dengan perubahan kolagen pada dermis superfisial. Perubahan ini dapat menyebabkan penebalan pada kulit disertai dengan garis-garis kulit yang nampak jelas (accentuated skin markings). Penyakit-penyakit dengan likenifikasi diantaranya liken simpleks kronik, dermatitis atopik, dermatitis numularis (discoid eczema), liken planus, liken sklerosus, dan infeksi helminth.

Sitasi jawaban : Garg A, Levin N, Bernhard J. Structure of Skin Lesions and Fundamentals of Clinical Diagnosis. In: Fitzpatricks Dermatology In General Medicine. 8th ed. London. 2011. p.263. Apa perbedaan krim dan salap? Bagaimana aplikasinya?a. Salap adalah bahan berlemak atau seperti lemak, yang pada suhu kamar berkonsistensi seperti mentega. Bahan dasar biasanya vaselin, tetapi dapat pula lanolin atau minyak.Indikasi pemberian salap : Dermatosis yang kering dan kronik. Dermatosis yang dalam dan kronik, karena daya penetrasi salap paling kuat jika dibandingkan dengan bahan dasar lainnya. Dermatosis yang bersisik dan berkrusta.b. Krim adalah campuran W (water, air), O (oil, minyak) dan emulgator. Terdapat dua jenis krim : Krim W/O: air merupakan fase dalam dan minyak fase luar. Krim O/W: minyak merupakan fase dalam dan air fase luar.Selain itu dipakai emulgator, dan biasanya ditambah bahan pengawet, misalnya paraben dan juga dicampur dengan parfum. Berbagai bahan aktif dapat dimasukkan di dalam krim.Indikasi penggunaan krim : Indikasi kosmetik. Dermatosis yang subakut dan luas, yang dikehendaki ialah penetrasi yang lebih besar daripada bedak kocok. Krim boleh digunakan di daerah yang berambut. Sitasi:Hamzah M. Dermatoterapi. In: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 6th ed. Jakarta: Djuanda A; 2011. p. 342.

4. Kortikosteroid golongan poten kuat apa saja ?Jawab : Clobetasol propionate 0.05% (Dermovate) Betamethasone dipropionate 0.05% (Diprolene) Halobetasol proprionate 0.05% (Ultravate, Halox) Diflorasone diacetate 0.05% (Psorcon)

Sitasi jawaban :Hamzah M. Dermatoterapi. In: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 6th ed. Jakarta: Djuanda A; 2011. p. 347-348.

5. Apa itu waktu paruh ?Jawab :Waktu paruh, dilambangkan dengan t1/2, dari suatu obat adalah waktu yang dibutuhkan oleh separuh konsentrasi obat untuk dieliminasi. Metabolisms dan eliminasi mempengaruhi waktu paruh obat, contohnya, pada kelainan fungsi hati atau ginjal, waktu paruh obat menjadi lebih panjang dan lebih sedikit obat dimetabolisasi dan dieliminasi. Jika suatu obat diberikan terns menerus, maka dapat terjadi penumpukan obat. Kerja obat dapat berlangsung beberapa jam, hari, minggu, atau bulan. Lama kerja tergantung dari waktu paruh obat, jadi waktu paruh merupakan pedoman yang penting untuk menentukan interval dosis obat. Obat- obat dengan waktu paruh pendek, seperti penisilin G (t1/2 nya 2 jam), diberikan beberapa kali sehari; obat-obat dengan waktu paruh panjang, seperti digoksin (36 jam), diberikan sekali sehari. Jika sebuah obat dengan waktu paruh panjang diberikan dua kali atau lebih dalam sehari, maka terjadi penimbunan obat di dalam tubuh dan mungkin dapat menimbulkan toksisitas obat. Jika terjadi gangguan hati atau ginjal, maka waktu paruh obat akan meningkat. Dalam hal ini, dosis obat yang tinggi atau seringnya pemberian obat dapat menimbulkan toksisitas obat.Sitasi jawaban :Dipiro JT, Blouin RA, Preneur JM, Spruill WJ, 1988, Concept in Clinical Pharmacocinetics: A self- Intructional Course, AmericanSociety of Hospital Pharmacist, Bethesda

6. Apa kepanjangan dari gameksan ?Jawab :Gama Benzena heksa kloridaSitasi jawaban :Hamzah M. Dermatoterapi. In: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 6th ed. Jakarta: Djuanda A; 2011. p. 347-348.7. Berapa persen sedian benzyl benzoat ?Jawab :Sediaan Benzyl benzoat 20-25 %Sitasi Jawaban :Hamzah M. Dermatoterapi. In: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 6th ed. Jakarta: Djuanda A; 2011. p. 346.

8. Diagnosis banding duh tubuh pada wanita ?Jawab :1. Servitisitis Gonore2. Vaginosis Bakterialis3. Kandidiasis vulvovaginalis4. Trikomoniasis5. IGNS (Infeksi Genital non- Spesifik)Duh Tubuh Wanita

IGNSServitisitis GonoreTrikomoniasisKandidiasis VulvovaginalisVaginosisBakterialis

WarnaKekuingaMukopurule/ kuningKuning kehijauanPutih, kepala sususAbu-Abu homogen

JumlahSedikitBanyakBanyakSedikit- banyakSedikit

Viskositas EncerKentalEncer berbusaKentalEncer

LaboratoriumPMN>5/ LPBGnokokus gram (-)Trikomonas vaginalisPseudo hifa BlastoporaClue cell

BauTidak enakTidak berbauBau busukBau asamBau amis

Sitasi Jawaban :Daili S. Penyakit Kelamin. In: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 6th ed. Jakarta: Djuanda A; 2011. p. 369-385.9. Gejala limfogranuloma venereum ? Jawab :Gejala mula timbul dalam waktu 3-12 hari atau lebih setelah terinfeksi. Pada penis atau vagina muncul lepuhan kecil berisi cairan yang tidak disertai nyeri. Lepuhan ini berubah menjadi ulkus (luka terbuka) yang segera membaik sehingga seringkali tidak diperhatikan oleh penderitanya. Selanjutnya terjadi pembengkakan kelenjar getah bening pada salah satu atau kedua selangkangan. Kulit diatasnya tampak merah dan teraba hangat, dan jika tidak diobati akan terbentuk lubang (sinus) di kulit yang terletak diatas kelenjar getah bening tersebut. Dari lubang ini akan keluar nanah atau cairan kemerahan, lalu akan membaik; tetapi biasanya meninggalkan jaringan parut atau kambuh kembali.Gejala lainnya adalah demam, tidak enak badan, sakit kepala, nyeri sendi, nafsu makan berkurang, muntah, sakit punggung dan infeksi rektum yang menyebabkan keluarnya nanah bercampur darah. Akibat penyakit yang berulang dan berlangsung lama, maka pembuluh getah bening bisa mengalami penyumbatan, sehingga terjadi pembengkakan jaringan. Infeksi rektum bisa menyebabkan pembentukan jaringan parut yang selanjutnya mengakibatkan penyempitan rektum.Sitasi jawaban :Daili S. Penyakit Kelamin. In: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 6th ed. Jakarta: Djuanda A; 2011. p. 413

10. Apa perbedaan Gonore dengan Sifilis ?Jawab :

1. SifilisSifilis disebabkan oleh suatu kuman kecil yang bentuknya berpilin-pilin yang disebut spicochaeta. Kuman kecil ini dipindahkan dari seseorang kepada orang lain terutama melalui hubungan kelamin. Masa inkubasi berkisar antara 2-6 minggu, setelah itu masuk ke fase laten

Lesi Primer (Sifilis Primer)Berupa tukak yang biasanya timbul di daerah genital eksterna dalam waktu 3 minggu setelah kontak. Pada perempuan, kelainan sering ditemukan di labia mayor, labia minor, fourchette, atau serviks. Gambaran klinik dapat khas, akan tetapi dapat juga tidak khas. Lesi awal berupa papul beindurasi yang tidak nyeri, kemudian permukaannya mengalami nekrosis dan ulserasi dengan tepi yang meninggi, teraba keras, dan berbatas tegas. Lesi Sekunder (Sifilis Sekunder)Ditandai dengan malase, demam, nyeri kepala, limfadenopati generalisata, ruam generalisata dengan lesi di palmar, plantar, mukosa oral atau genital, kondiloma lata di daerah intertrigenosadan alopesia. Lesi kulit biasanya simetris. Treponema Paliidum banyak ditemukan pada lesi di selaput lender atau lesi yang basah seperti kondiloma lata. Sifilis LatenMerupakan fase sifilis tanpa gejala klinik dan hanya pemeriksaan serologic yang relative. Hal ini mengindikasikan organisme ini masih tetap ada di dalam tubuh, dan dalam perjalanannya fase ini dapat berlangsung selama bertahun-tahun, bahkan seumur hidup. Kurang lebih 2/3 pasien sifilis laten yang tidak diobati akan tetap dalam fase ini selama hidupnya. Lesi Sifilis TersierTerjadi pada 1/3 pasien yang tidak diobati. Fase ini dapat terjadi sejak beberapa bulan hingga beberapa tahun setelah fase laten dimulai. Treponema Pallidum menginvasi dan menimbulkan kerusakan pada system saraf pusat, system kardiovaskuler, mata, kulit, serta organ lain. Pada sistem kardiovaskuler dapat terjadi aneurisma aorta dan endokarditis.2. GonoreGonore adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorhoeae yang menginfeksi lapisan dalam saluran kandung kemih, leher rahim, rektum, tenggorokan, serta bagian putih mata. Penyakit gonore ini dapat mneyebar melalui aliran darah ke bagian tubuh lainnya terutama pada kulit dan persendian. Masa inkubasi umumnya berkisar antara 2-4 hari. gejala: Pada wanita: Nyeri abdominal bagian bawah Uretritis dengan nyeri tekan, frekuensi urine, dan disuria Adanya rabas purulen dari kelenjar Skene atau Bartholini (Skenitis atau Bartholinitis) Penyakit Radang Panggul (PRP) akut pada wanita yang tidak hamil Riwayat adanya rabas vagina, metroragia, dan menoragia vagina yang berwarna kuning atau hijau, purulen, atau mukopurulen Demam Rasa sakit atau terjadi perdarahan saat berhubungan badan Pada pria: Keluar lelehan dari penis Rasa sakit/terbakar saat BAK Rasa sakit atau pembengkakan di Testis Tidak menunjukkan tanda-tanda sama sekali

Sitasi jawaban :Daili S. Penyakit Kelamin. In: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 6th ed. Jakarta: Djuanda A; 2011. p. 369