skripsi lidya

201
GAMBARAN PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN SANITASI LINGKUNGAN DI DESA KACCIA KELURAHAN BAROMBONG KECAMATAN TAMALATE A. RAODAH IMRAN 10542025411 Skripsi Ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana kedokteran FAKULTAS KEDOKTERAN i

Upload: sri-wahyuni-sahir

Post on 16-Jan-2016

64 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

penelitian tentang ASI eksklusif

TRANSCRIPT

GAMBARAN PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN SANITASI

LINGKUNGAN DI DESA KACCIA KELURAHAN BAROMBONG

KECAMATAN TAMALATE

A. RAODAH IMRAN

10542025411

Skripsi Ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

kedokteran

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2015

i

Lampiran Pengesahan

PANITIA SIDANG UJIANFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

MAKASSAR

Skripsi dengan judul “GAMBARAN PENGETAHUAN KELUARGA

DENGAN SANITASI LINGKUNGAN DI DESA KACCIA KELURAHAN

BAROMBONG KECAMATAN TAMALATE” telah diperiksa, disetujui, serta

dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas

Muhammadiyah Makassar pada:

Hari/Tanggal : Selasa/ 10 Maret 2015

Waktu : 10.00

Tempat : Ruang Seminar

Ketua Tim Penguji :

(dr. Nurmila, M.kes)

Anngota Tim Penguji :

Anggota I

(dr. Rahasia Taufik, S.PM)

Anggota II

(Alimuddin, S.Ag, M.PdI)

ii

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan berkahnya sehingga

penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “GAMBARAN

PENGETAHUAN KELUARGA DENGAN SANITASI LINGKUNGAN DI

DESA KACCIA KELURAHAN TAMALATE KECAMATAN

BAROMBONG KOTA MAKASSAR”.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu persyaratan akademis untuk

menyelesaikan pendidikan pada Program S1 Fakultas Kedokteran Universitas

Muhammadiyah Makassar.

Pada kesempatan ini penulisan mengucapkan banyak terima kasih kepada

kedua orang tuaku yang tercinta, ayahanda H. A. Imran Ibrahim, S.Pd dan

Ibunda Hj. A. Rosnani,S.Pd, M.Pd yang tidak pernah berhenti memberikan do’a,

semangat, dan bantuan sehingga penulis dapat menyelesaikan tulisan ini.

Saudara-saudaraku : A. Miftahul Khair,S.Kep,NS dan A. Zulfikar Imran,

S.Ag yang selalu membantu, mendukung serta mendoakan penulis sehingga

tulisan ini selesai.

Terima Kasih kepada Kakak Ipar ku: Syawal,S.Ag, M.Ag yang selalu

membantu, mendukung serta mendoakan penulis sehingga tulisan ini selesai.

iii

Terima Kasih kepada keluarga besar ku: Pung Joha, Pung Udin, yang selalu

membantu, mendukung serta mendoakan penulis sehingga tulisan ini selesai.

Terima kasih yang tak terhingga kepada Ibunda dr. Nurmila, M.Kes Selaku

pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan

pengarahan dan koreksi kepada penulis selama penuyusunan skripsi ini.

Selanjutnya penulis juga ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Ayahanda Rektor (DR. Irwan Akib, M.Pd) dan segenap birokrasi institusi

Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah menyediakan fasilitas

dan kemudahan berupa instrumen-instrumen di mana penulis menimbah

ilmu.

2. dr. Mahmud Gaznawie, Ph.D. Sp. PA (K) selaku Ketua Program Studi

kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Segenap dosen Program Pendidikan Dokter Universitas Muhammadiyah

Makassar atas ilmu dan doa yang telah diberikan kepada penulis.

4. Segenap jajaran pimpinan dan staf Kelurahan Barombong, Kecamatan

Tamalate Kota Makassar atas kerjasama dan bimbingannya dalam

penyusunan skripsi ini.

5. Teman – teman kelompok Penelitian (Aan Sucitra, Arum Puspita, Nurul

Ariefah) terima kasih atas dukungan dan bantuannya.

6. Teman – teman Kelompok Belajar “Wanita Soleha” (Hajar Astuti,

Magfirah Sari, A. Tenri Hardianti, Maulidina ) terima kasih atas dukungan

dan doanya.

7. Teman- teman Serumah (Dwi Wahyuni, A.Farahnisa dan Putri Amali)

Terima kasih atas batuan, doa dan dukungannya selama ini.

iv

8. Terima kasih yang sebanyak-banyaknya buat kak Eky,dan kak Rina yang

telah membantu, meluangkan waktu nya untuk menyelesaikan skripsi ini.

9. Semua Keluarga Besar angkatan 2011 “ASTROCYTE”, Yang tidak dapat

disebutkan satu persatu, teman seperjuangan yang selalu mendukung dan

memberikan semangat selama proses penyusunan skripsi ini.

10. Semua kakak-kakak Angkatan 2008 “CEREBRUM”, 2009

“NEUROGLYA, dan 2010 HIPOTHALAMUS yang tidak bisa di

sebutkan satu per satu, terimakasih atas bantuan dukungan dan doa nya.

11. Semua adik-adik Angkatan 012 “Trigeminuss”, 013 “Riboflavin” yang

memberikan dorongan dan semangat semoga kalian nantinya dapat

menjalani penyusunan skripsi seperti ini dengan baik.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu

penulis senantiasa mengharapkan saran dan masukan guna perbaikan skripsi ini,

sehingga dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya,

Amin

Makassar, Maret 2015 Penulis

(A. Raodah Imran)

v

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSARSKRIPSI, MARET 2015

A. RAODAH IMRAN 10542 0254 11NURMILA“GAMBARAN PENGETAHUAN DENGAN SANITASI LINGKUNGAN DI DESA KACCIA KELURAHAN BAROMBONG KECAMATAN TAMALATE KOTA MAKASSAR“( iv + 74 halaman+ 9 tabel+ 10 gambar+ 31 lampiran )

ABSTRAK

Latar Belakang : Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Bila ditinjau lebih jauh mengenai Undang-Undang tersebut, maka manusia dengan lingkungan tidak bisa dipisahkan. Masalah sanitasi dasar (air bersih, akses fasilitas sanitasi, persampahan,drainase dan sebagainya) di Indonesia sudah seharusnya menjadi perhatian utama bagi pemerintah kita. Hal ini dikarenakan sanitasi merupakan hak dasar masyarakat yang sama halnya dan sejajar dengan hal berpendapat, hak mendapatkan pengobatan gratis, vaksinnasi, dan hak-hak lainnya. Sanitasi menjadi penting karena masyarakat membutuhkannya setiap melakukan aktifitasnya sehari-hari.Metode: Penelitian ini dilakukan di Desa Kaccia Kelurahan Barombong Kecamatan Tamalate Kota Makassar. Penelitian ini menggunakan design cross sectional study. Sampel penelitian ini dibagi menjadi dua kelompok yaitu tentang pengetahuan keluarga dengan sanitasi lingkungan. Penelitian ini dilaksanakan pada awal bulannovember 2014 sampai akhir bulan desember 2014. Analisis data dengan menggunakan analisis univariabel, analisis bivariabel Hasil: Hasil penelitian pada uji statistic menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan keluarga dengan sanitasi lingkungan. nilai P = < 0,000 (p<0,05), nilai OR= 12.692 (95% CI= 44.333 - 3.634).Hal ini berarti keluraga yang memiliki pengetahuan kurang yang rendah 12 kali lebih besar terhadap kurangnya sanitasi lingkungan dibandingkan dengan keluarga dengan pengetahuan yang tinggi.Kesimpulan :Penduduk desa KacciaRW VI/RT IV & V Kelurahan Barombong Kecamatan Tamalate, memiliki tingkat pendidikan tergolong rendah dimana kebanyakan penduduknya memiliki tingkat pendidikan SD dan SMP. Pembuangan air limbah di desa KacciaRW VI/RT IV & V Kelurahan Barombong Kecamatan Tamalate, belum memadai karena lebih dari setengah total rumah yang ada di wilayah tersebut belum memiliki SPAL.

vi

FACULTY OF MEDICINEUNIVERSITY MUHAMMADIYAH MAKASSAR

MARCH, 2014

A.RAODAH IMRAN 10542 0254 11NURMILA“REPRESENTATION OF KNOWLEDGE AND ENVIRONMENT SANITATION IN KACCIABAROMMBONG SUB DISTRICT TAMALATE DISTRICT MAKASSAR CITY “( iv + 74 page + 9 tables + 10 picture + 31 appendices )

ABSTRACT

Background: According to Law Number 32/2009 about the Protection and Living Environment Management. Living environment is a unity of thing, power, situation and living thing, include human being and their behavior, which effect the environment itself, the continuity of life, and human being welfare and the other creature. If we observe more about the law, so human being and environment could not be separated. Basic sanitation problem (clean water, sanitation facility acces, garbage, drainase and many more) in Indonesia it’s a must be the main focus to our goverment. Because sanitation is the people basic right which equal to giving opinion, get a free medical, vaccination, and another rights. Sanitation become important because people need it in their daily activity.Method : This research was done in Kaccia, Barombong Subdistrict, Tamalate District, Makassar City. This Research use design cross sectional study. The sample of the research divide into two groups, family knowledge and environment sanitation. This research was done in the early November 2014 till the end of December 2014. The data analysis used univariable analysis, bivariable analysis with the credibility level α=Result : The Research resultin statistic test shows that there were relation between family knowledge and environment sanitation. P value = < 0,000 (p<0,05), OR value=12.692 (95% CI= 44.333 - 3.634). It means that family which has less knowledge that low 12 times bigger toward the lack of environment sanitation compare with family with high knowledge.Conclusion : Kaccia’s people RW VI & V Barombong Subdistrict Tamalate District, that the people knowledge level is still low where most of the people educational backgound is elementary school and junior high school. The elimination of cesspool water in Kaccia RW VI/RT IV & V subdistrict Barombong District Tamalate were not enough because more than half of total house in that area didn’t have SPAL.

vii

DAFTAR ISI

Halaman Sampul........................................................................................ i

Lembar panitia sidang............................................................................... ii

Kata Pengantar.......................................................................................... iii

Abstrak ....................................................................................................... iv

Abstract....................................................................................................... v

Daftar isi...................................................................................................... vi

Daftar Tabel dan grafik............................................................................. x

BAB I PENDAHULUAN........................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah............................................................................ 4

C. Tujuan penelitian.............................................................................. 5

D. Manfaat Penelitian........................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................ 7

A. Tinjauan Umum Tentang Sanitasi Lingkungan............................... 7

B. Tinjauan Umum Tentang Sanitasi Jamban Keluarga,

Penyediaan air bersih, pengelolaan limbah, pengelolaan

sampah.............................................................................................. 9

a. Sanitasi Lingkungan Pemukiman................................................ 9

b. Sarana Air Bersih........................................................................ 9

c. Pengelolaan Air Minum.............................................................. 12

d. Sarana Pembuangan Kotoran (Jamban)...................................... 16

e. Sarana Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL)...................... 20

f. Sarana Pembuangan Sampah...................................................... 23

g. Kondisi Fisik Rumah.................................................................. 32

h. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan....................................... 34

viii

BAB III KERANGKA KONSEP.............................................................. 36

A. Konsep Pemikiran....................................................................... 39

B. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif.................................. 38

C. Hipotesis Penelitian ..................................................................... 36

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN................................................ 43

A. Desain Penelitian......................................................................... 43

B. Waktu dan Tempat Penelitian .................................................... 43

C. Populasi dan Sampel.................................................................... 43

D. Jenis Data..................................................................................... 44

E. Teknik Pengumpulan Data........................................................... 44

F. Teknik Analisis Data ................................................................... 45

BAB V HASIL PENELITIAN.................................................................. 46

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ......................................... 46

B. Karakteristik Sampel Penelitian ................................................ 47

C. Analisis Univariat...................................................................... 49

D. Hasil Analisis Bivariat............................................................... 55

BAB VI PEMBAHASAN .......................................................................... 59

A. Pengetahuan Keluarga ............................................................... 59

B. Hubungan Pengetahuan Keluarga dan Tentang Sanitasi

Lingkungan ............................................................................... 59

C. Sanitasi Lingkungan .................................................................. 61

BAB V TINJAUAN KEISLAMAN.......................................................... 71

A. Pendahuluan .............................................................................. 72

B. Pandangan Islam Terhadap Ilmu Pengetahuan ......................... 73

C. Pembahasan Umum Surah Al Mujadilah.................................... 74

D. Kesehatan dalam perspektif Al Qur’an dan Hadist.................... 78

E. Pandangan Islam Tentang Kebersihan Lingkungan................... 79

ix

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN................................................... 80

A. Kesimpulan ............................................................................... 80

B. Saran .......................................................................................... 81

Daftar Pustaka............................................................................................... 82

Riwayat Hidup.............................................................................................. 85

x

DAFTAR TABEL

Nomor Teks Halaman

2.1 Jenis Kegiatan pengelolaan Air Limbah menurut Tujuannya ………… 26

5.1 Distribusi tingkat pendidikan Kepala Keluarga ......................................... 48

5.2 Distribusi tingkat pekerjaan........................................................................ 49

5.3 Distribusi Pengetahuan Keluarga di Desa Kaccia

Kelurahan Barombong kecamatan Tamalate kota Makassar ..................... 50

5.4 Sumber air minum keluarga ....................................................................... 50

5.5 Distribusi sanitasi lingkungan di desa Kaccia kelurahan

Barombong kecamatan Tamalate Kota Makassar..................................... 51

5.6 Langkah-langkah untuk menentukan uji hipotesis yang sesuai

dengan panduan tabel uji hipotesis dan diagram alur ................................ 56

5.7 Hubungan Pengetahuan dengan Sanitasi Lingkungan ............................... 57

5.8 Ringkasan Hasil Analisis Bivariat tentang Pengetahuan

dengan Sanitasi Lingkungan ...................................................................... 58

xi

LAMPIRAN

1. Permohonan sebagai responden penelitian..................................................

2. Persetujuan menjadi responden penelitian...................................................

3. Daftar kuesioner gambaran pengetahuan dengan sanitasi lingkungan.......

4. Distribusi skoring tentang pengetahuan kepala keluarga(KK)

dengan sanitasi lingkungan ........................................................................

5. Gambar-gambar penelitian..........................................................................

6. Hasil SPSS..................................................................................................

7. Surat-surat penelitian..................................................................................

xii

13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan

dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Lingkungan hidup adalah kesatuan

ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk

manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan

perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Bila

ditinjau lebih jauh mengenai Undang-Undang tersebut, maka manusia dengan

lingkungan tidak bisa dipisahkan.1

Menurut HendrikL.Bloom ada 4 faktor yang mempengaruhi kesehatan,

baik kesehatan.Individu maupun kesehatan masyarakat, yaitu ketuurunan,

lingkungan, perilaku, dan pelayanan kesehatan. Status kesehatan akan tercapai

secara optimal pula. Salah satu faktor Masalah kesehatan adalah suatu masalah

yang sangat kompleks, yang saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di

luar dari segi kesehatannya sendiri, tapi harus dilihat dari segi-segi yang ada

pengaruhnya dengan masalah ‘sehat sakit’ atau kesehatan tersebut. 2

Menurut WHO (World Health Organization) kesehatan lingkungan

adalah suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia

danlingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari meliputi : penyediaan

air minum, pengelolaan air buangan dan pengendalian pencemaran,

pembuangan sampah padat, pengendalian vektor, pencegahan/pengendalian

14

pencemaran tanah oleh ekskreta manusia, higiene makanan termasuk hygiene

susu, pengendalian pencemaran udara, tindakan – tindakan sanitasi yang

berhubungan dengan keadaan epidemi/wabah, bencana alam dan perpindahan

penduduk, tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan.

3

Lingkungan merupakan salah satu factor yang sangat berperan dalam

riwayat timbulnya penyakit. Oleh karena itu pengetahuan mengenai segi-segi

penyehatan (sanitasi) lingkungan sangat berperan dalam tiap upaya kesehata,

baik secara individual maupun secara berkelompok dalam masyarakat.2

Masalah sanitasi dasar (air bersih, akses fasilitas sanitasi,

persampahan,drainase dan sebagainya) di Indonesia sudah seharusnya menjadi

perhatian utama bagi pemerintah kita. Hal ini dikarenakan sanitasi merupakan

hak dasar masyarakat yang sama halnya dan sejajar dengan hal berpendapat,

hak mendapatkan pengobatan gratis, vaksinnasi, dan hak-hak lainnya. Sanitasi

menjadi penting karena masyarakat membutuhkannya setiap melakukan

aktifitasnya sehari-hari.4

Menurut WHO, lebih dari 2,6 milyar orang pada wilayah pedesaan dan

perkotaan kini tidak memiliki akses terhadap sanitasi dasar (Soemirat, 2006)

Hampir 70% masyarakat masih terbiasa Buang Air Besar (BAB)

sembarangan. Dan diantara Negara-negara ASEAN, Indonesia masih

tertinggal dalam hal akses sanitasi,dimanaposisinta berada di bawah Filipina

dan Kamboja. Sementara Malaysia memiliki 96% cakupan sanitasi 5

15

Berdasarkan Riskesda (2010), proporsi penduduk atau rumah tangga

yang akses terhadap fasilitas sanitasi layak (dikaitkan layak apabila sarana

tersebut milik sendiri atau bersama, kloset jenis leher angsa dan pembunagan

akhir tinjanya ke tangki septic atau SPAL) provinsi sebesar 55,53%, dan akses

terhadap fasilitas sanitasi tidak layak sebesar 44,47%. Provinsipalingtinggi

akses terhadap fasilitas tidak layak adalah Provinsi Nusa Tenggara Timur

(74,65) dan terendah di DKI Jakarta (17,17%). Sementara itu, menurut

kualifikasi daerah, akses terhadap fasilitas santasi layak perkotaan hampir dua

kali lipat (71,45%) dibandingkan dengan di pedesaan (38,55%). Sedangkan

akses terhadap fasilitas sanitasi di perkotaan yang tidak layak (28,55%) dan di

pedesaan (61,45%) 6

Sesuai dengan Peraturan Daerah kota Makassar Nomor 13 tahun 2006

tentang rencana pembangunan jangka panjang Daerah (RPJPD) kota Makassar

tahun 2005-2025 dan rencana Pembangunan jangka menengah daerah

(RPJMD) yang tercantum dalam Perda Kota Makassar nomor 9 tahun 2006,

adapun arah pembagunan kota Makassar meyangkut sanitasi diantaranya: (1)

program pengembangan lingkungan sehat, dan (2) Program lingkungan sehat

perumahan. 7

Hasil survey dan investigasi sarana dan prasarana sanitasi air limbah

sebgaian besar 84,3% dari responden melakukan buang air besar di jamban

milik sendiri, sedangkan sisanya 7,6% yang melakukan praktek buang air

besar sembarangan dalam hal ini kebun yang berada di lingkungan mereka,

sebesar 4,3% responden melakukan buang air besar di toilet MCK umum dan

16

3 % responden BAB menumpang di tetangga, serta 0,8% responden BAB di

tempat lainya. 7

Di Kota Makassar sistem sanitasi off-site ini menggunakan teknologi

IPALKomunal dan MCK dengan total cakupan layanan 1208 KK atau

sebesar 0,5% dari jumlah rumah tangga di kota Makassar, system off-site ini

terdapat di Kelurahan Sambung jawa Kec. Mamajang, Kelurahan Manggala

Kec. Manggala, Kel Mariso Kec. Mariso, Kel.Daya dan

BulurokengKec.Biringkanaya, Kel Parang Tambung Kec.Tamalate dan

Kelurahan Barang Caddi Kec. Ujung Tanah.8

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis ingin mengetahui

apakah ada hubungan pengetahuan keluarga dengan gambaran sanitasi

lingkungan di Desa Kaccia di RT IV dan RT V, RW VI, Kelurahan

Barombong, Kecamatan Tamalate Tahun 2014?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran dan tingkat pengetahuan tentang sanitasi

lingkungan di Desa Kaccia, di RT 4 dan RT 5, RW VI Kelurahan

Barombong, Kecamatan Tamalate Tahun 2014.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui gambaran sanitasi lingkungan yang meliputi

tersedianya jamban keluarga, penyediaan air bersih, pengelolaan air

limbah, serta pengelolaan sampah dan upaya pengadaanya di Desa

17

Kaccia, di RT 4 dan RT 5, RW VI, Kelurahan Barombong, Kecamatan

Tamalate Tahun 2014.

b. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan keluarga terhadap sanitasi

lingkungan yang meliputi tersedianya jamban keluarga, penyediaan air

bersih, pengelolaan air limbah, serta pengelolaan sampah dan upaya

Ppengadaanya

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan, serta bahan

dalam penerapan ilmu metode penelitian, khususnya mengenai

gambaran pengetahuan dengan sanitasi lingkungan.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi tentang

sanitasi lingkungan.

2. Manfaat Aplikatif

a. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten, sebagai data yang diperlukan

untuk kegiatan penyuluhan serta membina partisipasi masyarakat

dalam meningkatkan cakupan pengadaan fasilitas jamban keluarga

dan pengadaannya di Desa Kaccia, di RT IV dan RT V, RW VI,

Kelurahan Barombong, Kecamatan Tamalate Tahun 2014.

b. Diharapkan dapat menjadi salah satu masukan bagi Kantor

Wilayah Departemen Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan dalam

menerapkan berbagai kebijakan untuk mencapai Indonesia Sehat

2010.

18

c. Bagi Pemerintah, sebagai masukan bagi Pemerintah Kabupaten

guna membuat kebijakan dalam pembagunan sarana sanitasi pada

fasilitas jamban, air bersih, pengelolaan air limbah, serta

pengelolaan sampah.

d. Bagi peneliti, sebagai pengalaman dan proses belajar dalam

menerapkan ilmu selama menempuh pendidkan di Fakultas

Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.

e. Bagi peneliti lain, dapat dijadikan bahan perbandingan untuk yang

ingin melakukan penelitian yang berhubungan dengan sanitasi

lingkungan.

3. Manfaat Metodologis

a. Secara metodologis, penelitian ini diharapkan bermanfaat dan

mampu memberi kontribusi untuk penelitian selanjutnya.

19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Sanitasi Lingkungan

Sanitasi lingkungan adalah status kesehatan suatu lingkungan yang

mencakup perumahan, pembuangan kotoran, penyediaan air bersih, dan

sebagainya.Banyak sekali permasalahan lingkungan yang harus dicapai dan

sangat mengganggu terhadap tercapainya kesehatan lingkungan.Kesehatan

lingkungan bisa berakibat positif terhadap kondisi elemen-elemen hayati dan

non hayati dalam ekosistem.Bila lingkungan tidak sehat maka sakitlah

elemennya, tapi sebaliknya jika lingkungan sehat maka sehat pulalah

ekosistem tersebut.Perilaku yang kurang baik dari manusia telah

mengakibatkan perubahan ekosistem dan timbulnya sejumlah masalah

sanitasi.2

Menurut Entjang, sanitasi lingkungan adalah pengawasan lingkungan

fisik, biologi, sosial, dan ekonomi yang mempengaruhi kesehatan manusia,

dimana lingkungan yang berguna di tingkatkan dan diperbanyak sedangkan

yang merugikan diperbaiki atau dihilangkan. Usaha dalam sanitasi lingkungan

di Indonesia terutama meliputi9 :

1. Menyediakan air rumah tangga yang baik, cukup kualitas maupun

kwantitasnya.

2. Mengatur pembuangan kotoran, sampah dan air limbah.

20

3. Mendirikan rumah-rumah sehat, menambah jumlah rumah agar rumah-

rumah tersebut menjadi pusat kesenangan rumah tangga yang sehat.

4. Pembasmian binatang-binatang penyebar penyakit seperti : lalat, nyamuk.

Istilah sanitasi mempunyai tujuan, yaitu mengusahakan cara hidup sehat

sehingga terhindar dari penyakit, tetapi dalam penerapannya mempunyai

arti yang sedikit berbeda. Usaha sanitasi lebih menitik beratkan pada

faktor lingkungan hidup manusia.10

Pengenalan usaha-usaha sanitasi ditujukan kepada seluruh masyarakat,

diutamakan kepada penduduk yang berpenghasilan rendah dan tingkat

pengetahuan rendah baik di kota maupun di desa. Langkah awal yang dapat

dilakukan adalah mengupayahkan perubahan perilaku masyarakat kea rah

yang lebih baik. Beberapa cara yang dapat diterapkan sebagai usaha

meningkatkan kesadaran dan peran serta masyarakat adalah sebagai berikut 19:

a. Mengalangkanpenyeluhan tentang hidup sehat

b. Member contoh lingkungan sehat bagi masyarakat

c. Menunjang kesehatan masyarakat dalam bidang sanitasi lingkungan.

d. Member penghargaan bagi lingkungan sehat

B. Tinjauan Umum Tentang Sanitasi Jamban keluarga, Penyediaan Air

Bersih, Pengelolaan Limbah, Pengelolaan Sampah

Sanitasi lingkungan yaitu usaha-usaha pengawasan yang bertujuan

terhadap faktor lingkungan yang dapat merupakan mata rantai penularan

penyakit. Ruang lingkup sanitasi lingkungan lebih terbatas disbanding dengan

ruang lingkup kesehatan lingkungannya, meliputi:

21

a. Sanitasi Lingkungan Pemukiman

Kesehatan perumahan dan lingkungan permukiman adalah kondisi

fisik, kimia, dan biologi di dalam rumah, di lingkungan rumah dan

perumahan sehingga memungkinkan penghuni mendapatkan derajat

kesehatan yang optimal.Persyaratan kesehatan perumahan dan

permukiman adalah ketentuan teknis kesehatan yang wajib di penuhi

dalam rangka melindungi penghuni dan masyarakat yang bermukim di

perumahan atau masyarakat sekitar dari bahaya atau gangguan kesehatan.11

b. Sarana Air Bersih

Masalah kesehatan lingkungan air bersih perlu diperhatikan dengan

baik karena menyangkut sumber air minum yang dikonsumsi sehari-hari.

Apabila sumber air minum yang dikonsumsi keluarga tidak sehat,maka

seluruh anggota keluaraga akan menghadapi masalah kesehatan atau

penyakit.12

Berdasarkan Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia

No.416/MenKes/Per/IX/1990 yang dimaksud aur bersih adalah air bersih

yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi

syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak.Air bersih

merupakan salah satu kebutuhan manusia untuk memenuhi standar

kehidupan manusia secara sehat. Ketersediaan air bersih yang terjangkau

dan berkelanjutan menjadi bagian terpenting bagi individu baik yang

tinggal di perkotaan maupun di pedesaan.1

22

Pemenuhan kebutuhan air bersih harus memenuhi dua syarat yaitu

kuantitas dan kualitas:

a. Syarat Kuantitatif

Syarat kuantitatif adalah jumlah air yang dibutuhkan setiap hari

tergantung kepada aktivitas dan tingkat kebutuhan. Secara kuantitas di

Indonesia diperkirakan dibutuhkan air sebanyak 138,5 liter/orang/hari

dengan perincian yaitu untuk mandi,cucikakus 12 liter, minum 2 liter, cuci

pakaian 10,7 liter, kebersihan rumah 31,4 liter, taman 11,8 liter, cuci

kendaraan 21,8 liter, wudhu 16,2 liter,lain-lain 33,3 liter.

b. Syarat Kualitatif

Syarat kualitas meliputi parameter fisik, kimia, radioaktivitas, dan

mikrobiologis yang memenuhi syarat kesehatan menurut Peraturan Mentri

Kesehatan RI 416/MenKes/Per/IX/1990 tentang Syarat dan Pengawaasan

kualitas Air.1

Air merupakan suatu sarana untuk menigkatkan derajat kesehatan

masyarakat karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam

penularan penyakit Menurut Notoatmodjo, penyediaan air bersih harus

memenuhi persyaratan yaitu 2 :

a. Syarat fisik : persyaratan fisik untuk air minum yang sehat adalah bening,

tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau.

b. Syarat bakteriologis : air merupakan keperluan yang sehat yang harus

bebas dari segala bakteri, terutama bakteri

patogen.

23

c. Syarat kimia : air minum yang sehat harus mengandung zat-zat tertentu

dalam jumlah yang tertentu pula. Kekurangan atau

kelebihan salah satu zat kimia didalam air, akan

menyebabkan gangguan fisiologis pada manusia.

Menurut Chandra (2006), Berdasarkan letak sumbernya, air dapat

dibagi menjadi air angkasa (hujan), air permukaan, dan air tanah.13

a. Air Angkasa

Air angkasa atau air hujan merupakan sumber utama air di

bumi.Walau pada saat presipitasi merupakan air yang paling bersih, air

tesebut cenderung mengalami pencemaran ketika berada di atmosfer.

Pencemaran yang berlangsung di atmosfer itu dapat disebabkan oleh

partikel debu, mikroorganisme, dan gas, misalnya, karbon dioksida,

nitrogen, dan ammonia.13

b. Air Permukaan

Air permukaan yang meliputi badan-badan air seperti sungai,

danau, telaga, waduk, raw, terjun, dam sumur permukaan, sebagian berasal

dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi. Air hujan tersebut kemudian

akan mengalami pencemaran baik oleh tanah, sampah maupun lainnya. 13

c. Air Tanah

Air tanah (ground water) berasal dari air hujan jatuh ke permukaan

bumi yang kemudian mengalami perkolasi atau penyerapan ke dalam

tanah dan mengalami proses filtrasi secara alamiah. Proses-proses yang

telah dialami air hujan tersebut, di dalam perjalanannya ke bawah tanah,

24

membuat air tanah menjadi lebih baik dan lebih murni dibandingakan air

permukaan. 13

c. Pengelolaan Air Minum

Ada beberapa cara pengelolaan air minum antara lain sebagai berikut 13:

a. Pengelolaan Secara Alamiah

Pengelolaan ini dilakukan dalam bentuk penyimpanan dari air

yang diperoleh daru berbagai macam sumber,seperti air

danau,airsungai,airsumu dan sebagainya. Di dalam penyimpanan ini

air dibiarkan untuk beberapa jam di tempatnya. Kemudian akan terjadi

koagulasi dari zat-zat yang terdapat didalam air dan akhirnya terbentuk

endapan. Air menjadi jernih karena partikel-partikel yang ada dalam

air akan ikut mengendap.

b. Pengelolaan Air dengan Menyaring

Penyaringan air secara sederhana dapat dilakukan dengan

kerikil, ijuk dan pasir.Penyaringan pasir dengan teknologi tinggi

dilakukan oleh PAM (Perusahaan Air Minum) yang hasilnya dapat

dikonsumsi umum.

c. Pengelolaan Air dengan Menambahkan Zat Kimia

Zat kimia digunakan dapt berupa 2 macam yakni zat kimia yang

berfungsi untuk koagulasi dan akhirnya mempercepat pengendapan

(misalnya tawas).Zat kimia yang kedua adalah berfungsi untuk

menyucihamakan (membunuh bibit penyakit yang ada didalam air,

misalnya klor (Cl).

25

d. Pengelolaan Air dengan Mengalirkan Udara

Tujuan utamanya adalah untuk menghilangkan rasa serta bau

yang tidak enak, menghilangkan gas-gas yang tak diperlukan, misalnya

CO2 dan juga menaikkan derajat keasaman air.

e. Pengelolaan Air dengan Memanaskan sampai Mendidih

Pengelolaan semacam ini tepat hanya untuk konsumsi kecil

misalnya untuk kebutuhan rumah tangga. Dilihat dari konsumsinya

pengelolaanair pada prinsipnya dapat digolongkan menjadi 2 yakni:

Pengelolaan Air Minum untuk Umum

Penampungan Air Hujan

f. Pengelolaan Air Sungai

Air sungai dialirkan ke dalam suatu bak penampungan I melalui

saringan kasar yang dapat memisahkan benda-benda padat dalam

partikel besar. Bak penampungan I tadi diberi saringan yang terdiri

dari ijuk, pasir, kerikil dan sebagainya.Kemudian air dialirkan ke bak

penampung II.Disini dibubuhkan tawas dan chlor.Dari sini baru

dialirkan ke penduduk atau diambil penduduk sendiri langsung ke

tempat itu. Agar bebas dari bakteri bila air akan diminum masih

memerlukan direbus terlebih dahulu.

g. Pengelolaan Mata Air

Mata air yang secara alamiah timbul dari desa-desa perlu

dikelolah dengan melndungi sumber mata ait tersebut agar tidak

tercemar oleh kotoran.Dari sini air tersebut dapat dialirkan ke rumah-

26

rumah penduduk melalui pipa-pipa bamboo/ penduduk langsung

mengambilnya sendiri ke sumber yang sudah terlindungi tersebut.

h. Pengelolaan Air Untuk Rumah Tangga

Air sumur pompa terutam air sumur pompa dalam sudah cukup

memenuhi persyaratan kesehatan. Tetapi sumur pompa ini di daerah

pedesaan masih mahal, disamping itu teknologi masih dianggap tinggi

untuk masyarakat pedesaan. Yang lebih umum di daera pedesaan

adalah sumur gali. Agar sumur pompa gali ini tidak tercemar oleh

kotoran di sekitarnya, perlu adanya syarat-syarat sebagai berikut:

- Harus ada bibir sumur agar bila musim hujan tiba air tanah tidak

akan masuk ke dalamnya.

- Pada bagian atas kurang lebih 3 m dari permukaan tanah harus

ditembok, agar air dari atas tidak dapat mengotori air sumur.

- Perlu diberi lapisan kerikil di bagian bawah sumur tersebut untuk

mengurangi kekeruhan.

- Sebagai pengganti kerikil, ke dalam sumur ini dapat dimasukkan

suatu zar yang dapat membentuk endapan misalnya aluminium

sulfat (tawas).

- Membersihkan air sumur yang keruh ini dapat dilakukan dengan

menyaringnya dengan saringan yang dapat dibuat sendiri dari

kaleng bekas.

27

i. Air Hujan

Kebutuhan rumah tangga akan air dapat dilakukan melalui

penampungan air hujan. Tiap keluarga dapat melakukan penampungan

air hujan dari atapnya masing-masing melalui aliran talanng.Pada

musim hujan hal ini tidak menjadi masalah tetapi pada musim kemarau

mungkin menjadi masalah. Untuk mengatasi keluarga memerlukan

tempat penampungan air hujan yang lebih besar agar mempunyai

tandon untuk musim kemarau.12

d. Sarana Pembuangan Kotoran (Jamban)

Jamban keluarga adalah suatu bangunan yang dipergunakan untuk

membuang tinja atau kotoran manusia atau najis bagi suatu keluarga yang

lazim disebut kakus atau WC atau menuumpukan kotoran manusia dalam

suatu tempat tertentu, dan tidak menjadi penyebab atau penyebar penyakit

dan mengotori lingkungan pemukiman.14 Bagi rumah yang belum

memiliki jamban, sudah dipastikan mereka itu memanfaatkan sungai,

kebun, kolam, atau tempat lainnya untuk Buang Air Besar (BAB).Dengan

masih adanya masyarakat di suatu wilayah yang Buang Air Besar (BAB)

sembarangan, maka wilayah tersebut terancam beberapa penyakit menular

yang berbasis lingkungan.

Selain itu dapat menimbulkan pencemaran lingkungan pada

sumber air dan bau busuk serta estetika. Semakin besar presentase yang

Buang Air Besar (BAB) sembarangan maka ancaman penyakit itu semakin

tinggi intensitasnya. Keadaan ini sama halnya dengan fenomena

28

bomwaktu, yang bisa terjadi ledakan penyakit pada suatu waktucepatatau

lambat. Sebaiknya semua orang Buang Air Besar (BAB) di jamban yang

memenuhi syarat, dengan demikian wilayahnya terbebas dari ancaman

penyakit penyakit tersebut.Dengan Buang Air Besar (BAB) di jamban

banyak penyakit berbasis lingkungan yang dapat dicegah, tentunya jamban

yang memenuhi syarat kesehatan.5

a. Jenis-jenis jamban yang digunakan.15 :

1) Jamban cemplung

Adalah jamban yang penampungannya berupa lubang yang

berfungsi menyimpan kotoran/tinja ke dalantanah dan

mengendapkan kotoran kedasar lubang. Untuk jamban cemplung

diharuskan ada penutup agar tidak berbau.

2) Leher angsa

Adalah jamban berbentuk leher angsa yang penampunganya

berupa tangki septic kedap air yang berfungsi sebagai wadah

proses penguraian/ dekomposisi kotoran manusia yang dilengkapi

dengan resapan

3) Kakus empang

Adalah jamban yang di bangun di atas empang, sungai, atau

rawa.

4) Kakus Kimia

Adalah jamban yang dibangun pada tempat-tempat

reakreasi, alat transportasi.15

29

b. Cara Memilih Jenis Jamban adalah :

1) Jamban cemplung digunakan untuk daerah yang sulit air.

2) Jamban tangki septic/leher angsa digunakan untuk:

(a) Daerah yang cukup air

(b) Daerah yang padat penduduk, karena dapat menggunakan

“multiplelatrine” yaitu satu lubang penampungan tinja/ tangki

septic digunakan oleh beberapa jamban (satu lubang dapat

menampung kotoran/ tinja dari 3-5 jamban)

(c) Daerah pasang surut, tempat penampungan kotoran/tinja

hendaknya ditinggikan kurang lebih 60 cm dari permukaan air

pasang.

c. Syarat Jamban Sehat

Jamban harus dipelihara supaya tetap sehat.Lantai jamban

hendaknya selalu bersih dan tidak ada genangan air.Bersihkan jamban

secara teratur sehingga ruang jamban dalam keadaan bersih. Di dalam

jamban tidak ada kotoran yang terlihat, tidak ada serangga,(kecoa,lalat)

dan tikus yang berkeliaran. Sediakan alat pembersih dan bila ada

kerusakan segera diperbaiki. Syarat jamban yang sehat:

1) Tidak mencemari sumber air minum (jarak antara sumber air

minum dengan lubang penampungan minimal 10 meter)

2) Tidak berbau

3) Kotoran tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus.

4) Tidak mencemari tanah sekitarnya

30

5) Mudah dibersihkan dan aman pelindung

6) Dilengkapi dindingdan atap pelindung

7) Penerangan dan ventilasi yang cukup

8) Lantai kedap air dan luas ruangan memadai

9) Tersedia air,sabun,dan alat pembersih.

Dalam penetuan letak kakus ada dua hal yang perlu

diperhatikan yaitu jarak terhadap sumber air dan kakus. Penentuan

jarak tergantung pada:

1) Keadaan daerah datar atau lereng

2) Keadaan permukaan air tanah dangkal atau dalam

3) Sifat, macam, dan susunan tanah bepori atau padat, pasir, tanah liat

atau kapur

Faktor di atas merupakan factor yang memengaruhi daya

peresapan tanah. Di Indonesia pada umumnya jarak yang berlaku

antara sumber air dan lokasi jamban berkisar antara 8 sampai

dengan15 meter atau rata-rata 10 meter. Dalam penentuan letak

jamban ada tiga hal yang perlu diperhatikan.1:

1) Bila daerahnya berlereng, jamban harus dibuat di sebelah bawah

dari letak sumber air. Seandainya tidak mungkin dan terpaksa

diatasnya, maka jarak tidak boleh kurang dari 15 meter dan letak

harus agak ke kanan atau ke kiri dari letak sumur.

2) Bila daerahnya datar, jamban sedapat mungkin harus diluar lokasi

yang sering digenangibanjir. Seandainya tidak mungkin, maka

31

sebaiknya lantai jamban (di atas lubang) dibuat tinggi dari

permukaan air yang tertinggi pada waktu banjir.

3) Mudah dan tidaknya memperoleh air.

e. Sarana Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL)

Air limbah adalah sisa air yang di buang yang berasal dari rumah

tangga, industri dan pada umumya mengandung bahan atau zat yang

membahayakan. Sesuai dengan zat yang terkandung didalam air limbah,

maka limbah yang tidak diolah terlebih dahulu akan menyebabkan

gangguan kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup antara lain limbah

sebagai media penyebaran penyakit.2

Keadaan saluran pembuangan air limbah yang tidak mengalir

lancar, dengan bentuk SPAL yang tidak tertutup dibanyak tempat sehingga

air limbah menggenang ditempat terbuka berpotensi sebagai tempat

berkembang biak vektor dan bernilai negatif dari aspek estetika. 11

Air limbah perlu diolah dengan tujuan untuk mengurangi BOD

(Biochemical Oxgen Demand), partikel tercampur, serta membunuh

organism pathogen. BOD adalah banyaknya oksigen dalam ppm atau

milligram/liter (mg/l) yang diperlukan untuk menguraikan benda organic

oleh bakteri, sehingga limbah tersebut menjadi jernih kembali, selain itu

diperlukan juga tambahan pengolahan untuk menghilangkan bahan nutrisi,

komponen beracun, serta bahan yang tidak dapat didegradasikan agar

konsentrasi yang ada menjadi rendah. Oleh karena itu diperlukan

pengelolaan secara bertahap agar bahan-bahan terebut dapat dikurangi. 15

32

Tabel 2.1. Jenis Kegiatan pengelolaan Air Limbah menurut

Tujuannya

No Jenis Kegiatan Tujuan Kegiatan

1. Penyaringan Menghilangkan zat padat

2. Peranjangan Memotong benda yang berada didalam

air limbah

3. Bak penangkap pasir Menghilangkan pasir dan koral

4. Bak penangkap lemak Memisahkan benda terapung

5. Tangki ekualisasi Melunakkan air limbah

6. Netralisasi Menetralkan asam atau basa

7. Pengendapan/pengapungan Menghilangkan benda tercampur

8. Reaktor lumpur aktif/aerasi Menghilangkan bahan organic

9. Karbon aktif Menghilangkan bau,benda yang tidak

dapat diuraikan

10

.

Pengendapan kimiawi Mengendapkan fosfat

11

.

Nitrifikasi Menghilangkan nitrat secara biologis

12

.

Air Stripping Menghilangkan amoniak

13

.

Pertukaran ion Menghilangkam jenis zat tertentu

14 Saringan pasir Menghilangkan parikel padat yang

33

. lebih kecil

15

.

Osmosis Menghilangkan zat terlarut

16

.

Desinfeksi Membunuh mikroorganisme

Keenam jenis kegiatan pengelolaan air limbah tersebut dalam

prakteknya tidak semua dipergunakan karena disesuaikan dengan

kebutuhannya. Adapun secara garis besar pengelompokan kegiatan

pengelolaan air limbah ada yaitu 15:

a. Pengelolaan pendahuluan

b. Pengelolaan pertama

c. Pengelolaan kedua

d. Pengelolaan ketiga

e. Pembunuhan kuman

f. Pembuangan lanjutan

f. Sarana Pembuangan Sampah

Sampah ialah suatu bahan atau benda yang terjadi karena

berhubungan dengan aktifitas manusia yang tidak terpakai lagi, tidak

disenangi dan dibuang dengan cara-cara saniter kecuali buangan yang

berasal dari tubuh manusia.10

a. Jenis-Jenis Sampah

34

Sampah dibedakan berdasarkan sifat-sifat biologis dan

kimianya untuk mempermudah pengelolaannya,yaitu:

1) Sampah yang dapat membusuk (sisa makanan, daun, sampah

kebun, pertanian, dll)

2) Sampah yang tidak membusuk (kertas, plastic, karet, gelas, logam,

dll)

3) Sampah yang berupa debu/abu

4) Sampah yang berbahaya terhadap kesehatan (sampah yang berasal

dari industry yang mengandung zat-zat kimia maupun zat fisis

berbahaya.12

b. Sumber- sumber sampah dibedakan menjadi enam besar yaitu:

1) Sampah dari daerah pemukiman/sampah rumah tangga (Domestic

waste). Sampah ini terdiri dari bahan buangan hasil kegiatan rumah

tangga seperti sisa-sisa pengelolaan makanan, sampah-sampah dari

halaman atau dari dalam rumah, sisa-sisa minyak, kardus bekas,

dll.

2) Sampah dari daerah perdagangan: biasanya terdiri dari kardus-

kardus, kotak-kotak pembungkus, kertas-kertas, dll. Dalam hal ini

termasuk sampah makanan dari kantin.

3) Sampah dari jalan raya: berasal dari pembersihan jalan-jalan,

biasanya terdiri dari kertas-kertas, debu, daun-daunan,dll.

4) Sampah dari industri: biasanya terdiri dari sampah bahan makanan,

logam, kayu, potongan tekstil, dll.

35

5) Sampah dari daerah pertanian dan perkebunan: biasanya terdiri dari

sampah-sampah organic seperti jerami, sisa-sisa sayur mayor,

batang jagung, pohon kacang-kacangan, dll.

6) Sampah dari tempat-tempat umum: biasanya berasal dari tempat-

tempat hiburan, tempat ibadah, terminal, pasar, dll. Karekteristik

dari sampah ini pada umumnya sama dengan sampah rumah

tangga. 12

Sumber- sumber sampah menurut Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 terdiri atas: sampah rumah tangga,

sampah spesifik. Sampah rumah tangga berasal dari kegiatan sehari-

hari dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah

spesifik.Sampah sejenis sampah rumah tangga berasal dari kawasan

komersial, kawasan industry, kawasan khusus, fasilitas lainnya.

Sedangkan sampah spesifik meliputi: sampah yang megandung bahan

berbahaya dan beracun, smpah limbah bahan berbahaya dan beracun,

sampah yang timbul akibat bencana, puing bongkaran

bongkaranbangunana, sampah yang secara teknologi belum dapat

diolah, dan/atau sampah yang timbul secara tidak periodik.12

c. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap jumlah dan komposisi

sampah

Penghasilan sampah adalah setiap orang dan/ atau akibat proses

alam yang menghasilkan timbulan sampah (UU RI Nomor 18 Tahun

2008). Jumlah dan komposisi sampah yang dihasilkan sangat

36

berpengaruh oleh berbagai kegiatan dan taraf hidup masyarakat,

diantaranya adalah: jumlah penduduk sangat berpengaruh oleh

berbagai kegiatan dan taraf hidup masyarakat, diantaranya adalah:

jumlah penduduk, kondisi social ekonomi, kemajuan teknologi, factor

geografis, kebiasaan masyarakat/ budaya, musim/ iklim,dll.12

Pengelolaan sampah di suatu daerah akan membawa pengaruh

bagi masyarakat maupun lingkungan daerah itu sendiri. Pengaruhnya

tentu saja ada yang positif dan ada juga yang negatif.

1) Pengaruh Positif

Pengelolaan sampah yang baik akan memberikan pengaruh

yang positif terhadap masyarakat maupun lingkungannya, seperti

berikut :

a) Sampah dapat dimanfaatkan untuk menimbun lahan semacam

rawa-rawa dan dataran rendah.

b) Sampah dapat dimanfaatkan sebagai pupuk.

c) Sampah dapat diberikan untuk makanan ternak setelah

menjalani proses pengelolaan yang telah ditentukan lebih

dahulu untuk mencegah pengaruh buruk sampah tersebut

terhadap ternak.

d) Pengelolaan sampah menyebabkan berkurangnya tempat untuk

berkembang biak serangga dan binatang pengerat.

e) Menurunkan insidensi kasus penyakit menular yang erat

hubungannya dengan sampah.

37

f) Keadaan estetika lingkungan yang bersih menimbulkan

kegairahan hidup masyarakat.

g) Keadaan lingkungan yang baik mencerminkan kemajuaan

budaya masyarakat.

h) Keadaan lingkungan yang baik akan menghemat pengeluaran

dana kesehatan suatu negara sehingga dana itu dapat digunakan

untuk keperluan lain. 13

2) Pengaruh Negatif

Menurut Chandra dan Mukono, pengelolaan sampah yang

kurang baik dapat memberikan pengaruh negatif bagi kesehatan,

lingkungan, maupun bagi kehidupan sosial ekonomi dan budaya

masyarakat, seperti berikut.13

a) Pengaruh terhadap kesehatan

b) Pengelolaan sampah yang kurang baik akan menjadikan

sampah sebagai tempat perkembangbiakan vektor penyakit,

seperti lalat, tikus, serangga, jamur.

c) Penyakit demam berdarah meningkatkan incidencenya

disebabkan vektor AedesAegypty yang hidup berkembang biak

di lingkungan, pengelolaan sampahnya kurang baik (banyak

kaleng, ban bekas dan plastik dengan genangan air).

d) Penyakit sesak nafas dan penyakit mata disebabkan bau

sampah yang menyengat yang mengandung AmoniaHidrogen,

Solfide dan Metylmercaptan.

38

e) Penyakit saluran pencernaan (diare, kolera dan typus)

disebabkan banyaknya lalat yang hidup berkembang biak di

sekitar lingkungan tempat penumpukan sampah.

f) Insidensi penyakit kulit meningkat karena penyebab

penyakitnya hidup dan berkembang biak di tempat

pembuangan dan pengumpulan sampah yang kurang baik.

Penularan penyakit ini dapat melalui kontak langsung ataupun

melalui udara.

g) Penyakit kecacingan.

h) Terjadi kecelakaan akibat pembuangan sampah secara

sembarangan misalnya luka akibat benda tajam seperti kaca,

dan besi.

i) Gangguan psikomatis, misalnya insomnia, stress, dan lain-lain

3) Pengaruh terhadap lingkungan

a) Pengelolaan sampah yang kurang baik menyebabkan estetika

lingkungan menjadi kurang sedap dipandang mata misalnya

banyaknya tebaran-tebaran sampah sehingga mengganggu

kesegaran udara lingkungan masyarakat.

b) Pembuangan sampah ke dalam saluran pembuangan air akan

menyebabkan aliran air akan terganggu dan saluran air akan

menjadi dangkal.

39

c) Proses pembusukan sampah oleh mikroorganisme akan

menghasilkan gas-gas tertentu yang menimbulkan bau busuk.

d) Adanya asam organik dalam air serta kemungkinan terjadinya

banjir maka akan cepat terjadinya pengerusakan fasilitas

pelayanan masyarakat antara lain jalan, jembatan, saluran air,

fasilitas jaringan dan lain-lain.

e) Pembakaran sampah dapat menimbulkan pencemaran udara

dan bahaya kebakaran lebih luas.

f) Apabila musim hujan datang, sampah yeng menumpuk dapat

menyebabkan banjir dan mengakibatkan pencemaran pada

sumber air permukaan atau sumur dangkal.

g) Air banjir dapat mengakibatkan kerusakan pada fasilitas

masyarakat, seperti jalan, jembatan, dan saluran air.

4) Pengaruh terhadap sosial ekonomi dan budaya masyarakat

a) Pengelolaan sampah yang kurang baik mencerminkan keadaan

sosial-budaya masyarakat setempat.

b) Keadaan lingkungan yang kurang baik dan jorok, akan

menurunkan minat dan hasrat orang lain (turis) untuk datang

berkunjung ke daerah tersebut.

c) Dapat menyebabkan terjadinya perselisihan antara penduduk

setempat dan pihak pengelola.

d) Angka kesakitan meningkat dan mengurangi hari kerja sehigga

produktifitas masyarakat menurun.

40

e) Kegiatan perbaikan lingkungan yang rusak memerlukan dana

yang besar sehingga dana untuk sektor lain berkurang.

Penanganan sampah yang tidak baik dapat menimbulkan

pencemaran sebagai berikut.16

- Sampah dapat menimbulkan pencemaran pada udara, akibat

gas-gas yang terjadi dari penguraian sampah terutama

menimbulkan bau yang tidak sedap. Selain itu sampah

mengakibatkan mengganggu penglihatan yaitu suatu area yang

kotor yang mencemari rasa estetika.

- Tumpukan sampah yang menggunung dapat menimbulkan

kondisi lingkungan fisik dan kimia yang tidak sesuai dengan

dengan kondisi lingkungan normal. Pada umumnya hal tersebut

menimbulkan kenaikan suhu dan perubahan pH menjadi asam

atau basa. Kondisi ini mengakibatkan terganggunya kehidupan

manusia dan makhluk lain di lingkungan sekitarnya.

- Kadar oksigen di area pembuangan sampah menjadi berkurang

akibat proses penguraian sampah menjadi senyawa lain yang

memerlukan oksigen yang diambil dari udara sekitarnya.

Berkurangnya oksigen di daerah pembuangan sampah

menyebabkan gangguan terhadap makhluk sekitarnya.

- Dalam proses penguraian sampah dihasilkan gas-gas yang

dapat membahayakan kesehatan, berupa gas-gas yang beracun

dan dapat mematikan.

41

- Sampah sangat berpotensi menjadi sumber penyakit yang

berasal dari bakteri patogen dari sampah sendiri serta dapat

ditularkan oleh lalat, tikus, anjing dan binatang lainnya yang

senang tinggal di areal tumpukan sampah.

Mengingat efek dari sampah terhadap kesehatan maka

pengelolaan sampah harus memenuhi kriteria sebagai berikut :

- Tersedia tempat sampah yang dilengkapi dengan penutup.

- Tempat sampah terbuat dari bahan yang kuat, tahan karat,

permukaan bagian dalam rata dan dilengkapi dengan penutup.

- Tempat sampah dikosongkan setiap 1 x 24 jam atau 2/3 bagian

telah terisi penuh.

- Jumlah dan volume sampah disesuaikan dengan sampah yang

dihasilkan sertiap kegiatan. Tempat sampah harus disediakan

minimal 1 buah untuk setiap radius 10 meter, dan tiap jarak 20

meter pada ruang terbuka dan tunggu.

- Tersedianya tempat pembuangan sampah semetara yang mudah

dikosongkan, tidak terbuat dari beton permanen, terletak

dilokasi yang terjangkau kendaraan pengangkut sampah dan

harus dikosongkan sekurang-kurangnya 3 x 24 jam.

Pemusnahan sampah di tempat pembuangan akhir terdiri

dari beberapa jenis kegiatan:

- Daur ulang, yaitu sampah yang masih bisa dimanfaatkan didaur

ulang untuk dipakai kembali, biasanya bahan terbuat dari

42

plastik, botol, besi tua, dan kayu.

- Komposting, yaitu pembuatan kompos di peruntukkan bagi

sampah organic dengan metode penguraian secara alami akan

menghasilkan kompos yang berguna untuk pertanian.

- Dibakar, yaitu bagi sampah yang kering bisa dibakar.

- Dikubur, yaitu sampah dapat dikubur dengan metode sanitary

landfill. 10

g. Kondisi Fisik Rumah

Kondisi fisik rumah yang harus dimiliki tiap rumah adalah

memiliki syarat-syarat sebagai berikut:

a. Ventilasi

Ventilasi adalah sarana untuk memelihara kondisi atmosfer

yang menyenangkan dan menyehatkan bagi manusia. Suatu ruangan

yang terlalu padat memberikan dampak yang buruk terhadap

kesehatan pada penghuni tersebut, untuk itu pengaturan sirkulasi udara

sangat diperlukan.13

Lubang penghawaan pada bangunan harus dapat menjamin

pergantian udara didalam kamar atau ruang dengan baik.Luas lubang

penghawaan yang dipersyaratkan minimal 20% dari luas lantai.11

b. Kelembaban

Kelembaban sangat berperan penting dalam pertumbuhan

kuman penyakit.Kelembaban yang tinggi dapat menjadi tempat yang

disukai oleh kuman untuk pertumbuhan dan

43

perkembangannya.Keadaan yang lembab dapat mendukung terjadinya

penularan penyakit. 2

Menurut Kepmenkes RI/NO.829/Menkes/SK/VII/2005 tentang

persyaratan kesehatan perumahan dari aspek kelembaban udara ruang,

dipersyaratkan ruangan mempunyai tingkat kelembaban udara yang

diperbolehakan antara 40-70%.Tingkat kelembaban yang tidak

memenuhi syarat ditambah dengan prilaku tidak sehat, misalnya

dengan penempatan yang tidak tepat pada berbagai barang dan baju,

handuk, sarung yang tidak tertata rapi, serta kepadatan hunian ruangan

ikut berperandalam penularan penyakit berbasis lingkungan.11

c. Pencahayaan

Salah satu syarat rumah sehat adalah tersedianya cahaya yang

cukup, karena suatu rumah yang tidak mempunyai cahaya selain dapat

menimbulkan perasaan kurang nyaman, juga dapat menimbulkan

penyakit. Menurut Sukini, sinar matahari berperan secara langsung

dalam mematikan bakteri dan mikroorganisme lain yang terdapat di

lingkungan rumah, khususnya sinar matahari pagi yang dapat

menghambat perkembangbiakan bakteri pathogen. 17

Dengan demikian sinar matahari sangat diperlukan didalam

ruangan rumah terutama ruangan tidur.Pencahayaan alami atau buatan

langsung maupun tidak langsung dapat menerangi seluruh ruangan

minimal intensitasnya 60 lux dan tidak menyilaukan.18

d. Kepadatan Penghuni

44

Kepadatan hunian sangat berpengaruh terhadap jumlah bakteri

penyebab penyakit menular.Selain itu kepadatan hunian dapat

mempengaruhi kualitas udara didalam rumah. Dimana semakin banyak

jumlah penghuni maka akan semakin cepat udara dalam rumah

mengalami pencemaran oleh karena CO2 dalam rumah akan cepat

meningkat dan akan menurunkan kadar O2 yang di udara. 17

Menurut Kepmenkes RI (2005), kepadatan dapat dilihat dari

kepadatan hunian ruang tidur yaitu luas ruangan tidur minimal 8 m2

dan tidak dianjurkan lebih dari dua orang dalam satu ruangan tidur,

kecuali anak dibawah usia 5 tahun.18

h. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan

Dalam kamus besar bahasa Indonesia karangan Poerwadarminta

dijelaskan bahwa pengetahuan atau tahu adalah mengerti sesudah melihat ,

menyaksikan, mengalami atau diajarkan. Dapat juga diartikan bahwa

pengetahuan adalah mengindahkan atau mempedulikan.5

Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah

seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu objek

tertentu.Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.2

Terbentuknya perilaku baru dimulai dari pengetahuan terhadap

stimulus berupa materi atau objek tentang sesuatu sehingga menimbulkan

pengetahuan baru pada subjek tersebut dan selanjutnya menimbulkan

45

respon batin dalam bentuk sikap terhadap objek yang diketahui, kemudian

akhirnya akan menimbulkan respon yang lebih jauh yaitu berupa tindakan

apakah menerapkan pola hidup dan pola makan yang tepat atau tidak.2

Notoatmojo, mengemukakan bahwa pengetahuan seseorang dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: pengalaman, tingkat pendidikan,

keyakinan, fasilitas sumber informasi, penghasilan dan social budaya.2

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Karena

dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh

pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari

oleh pengetahuan.2

Penelitian Rogers mengungkapkan bahwa sebelum orang

mengadopsi prilaku baru, maka di dalam diri orang tersebut terjadi proses

yang berurutan yani:

a. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui lebih dahulu terhadap stimulus (objek).

b. Interest (merasa tertarik) terhadap baik dan tidaknya stimulus atau

objek sudah mulai timbul.

c. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik tidaknya stimulus

tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik

lagi.

d. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan

apa yang dikehendaki oleh stimulus.

46

e. Adoption, dimana subjek telah berprilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6

tingkat yakni :2

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini

adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari

seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang

dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan,

menyatakan, dan sebagainya.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah

paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya

terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).

47

Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-

hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau

situasi yang lain.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di

dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu

sama lain. kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-

kata kerja : dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan,

memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan

yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk

menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan,

dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau

rumusan-rumusan yang telah ada.

48

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Konsep Pemikiran

B. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

3.1. Tabel Variabel Independen

No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat

Ukur

Hasil

Ukur

Skala

1. Pengetahuan Pengetahuan adalah

suatu yang diketahui

oleh responden

tentang sanitasi

lingkungan. Tingkat

pengetahuan di dalam

Wawancara. Kuisoner 1. Benar

2.Salah

Ordinal

Interpretasi

≥ 10 :

Tinggi

< 10 :

Penyediaan Air Bersih

Jamban Keluarga

Pengelolaan Sampah

Pengelolaan Air Limbah

Tingkat Pengetahuan

Sanitasi Lingkungan

49

domain kognitif

mempunyai 6

tingkatan yaitu: Tahu

(know), Memahami

(comprehension),

Aplikasi, Analisis,

Sintesi, Evaluasi.

Rendah

Tabel 3.2. Variabel Dependen

No Variabel Definisi

Operasional

Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

1. Sanitasi

lingkungan

Sanitasi

lingkungan

dalam penelitian

ini adalah

fasilitas jamban

keluarga,

penyediaan air

bersih,

pengelolaan air

limbah, serta

pengelolaan

sampah.

Wawancara Kuesioner 1. Ada

2. Tidak

ada

Nominal

Interpret

asi:

sehat/

baik”

apabila

skor ≥

334 dan

“tidak

50

a.Penyediaan air

bersih

b. Penyediaan

jamban keluarga

c. Pengelolaan

air limbah

d. Penyediaan

dan pengelolaan

sampah

Wawancara

Wawancara

Wawancara

Wawancara

Kuesioner

Kuesioner

Kuesioner

Kuesioner

1.Ada

2.Tidak ada

1.Ada

2.Tidak ada

1.Ada

2.Tidak ada

1.Ada

2.Tidak ada

s

ehat/bur

uk”

apabila

skor <

334

51

1. Sanitasi lingkungan

Definisi Operasional

Sanitasi lingkungan dalam penelitian ini adalah fasilitas jamban

keluarga, penyediaan air bersih, pengelolaan air limbah, serta pengelolaan

sampah.

a. Fasilitas jamban keluarga

Yang dimaksud dengan jamban keluarga dalam penelitian ini

adalah ada atau tidaknya sarana pembuangan tinja yang diperlukan

responden beserta keluarganya

Ada : apabila ia memiliki jamban

Tidak Ada : apabila tidak memiliki jamban

b. Penyediaan air bersih

Yang dimaksud dengan penyediaan air bersih dalam peneitian ini

adalahtersedianya air bersih atau tidak tersedianya yang diperlukan

responden

Tersedianya : apabila mendapat air bersih

Tidak tersedianya : apabila tidak mendapat air bersih

c. Pengelolaan Air Limbah

Yang di maksud pengelolaan air limbah dalam penelitian ini

adalah tempat pembuangan air limbah dari kamar mandi, tempat cuci,

dan dapur

Penampungan tertutup di pekarangan/SPAL

Penampungan terbuka di pekarangan

52

Tanpa penampungan (di tanah)

Langsung ke got/ sungai

d. Pengelolaan Sampah

Yang di maksud pengelolaan sampah dalam penelitian ini

adalah tempat pembuangan sampah dan pengelolaan sampah

Tersedia tempat sampah yang dilengkapi dengan penutup.

Tempat sampah terbuat dari bahan yang kuat, tahan karat,

permukaan bagian dalam rata dan dilengkapi dengan penutup.

Tempat sampah dikosongkan setiap 1 x 24 jam atau 2/3 bagian

telah terisi penuh.

Jumlah dan volume sampah disesuaikan dengan sampah yang

dihasilkan sertiap kegiatan. Tempat sampah harus disediakan

minimal 1 buah untuk setiap radius 10 meter, dan tiap jarak 20

meter pada ruang terbuka dan tunggu

Tersedianya tempat pembuangan sampah semetara yang mudah

dikosongkan, tidak terbuat dari beton permanen, terletak dilokasi

yang terjangkau kendaraan pengangkut sampah dan harus

dikosongkan sekurang-kurangnya 3 x 24 jam.

2. Pengetahuan

Definisi Operasional

Pengetahuan adalah suatu yang diketahui oleh responden tentang

sanitasi lingkungan. Tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif

mempunyai 6 tingkatan yaitu: Tahu (know), Memahami (comprehension),

53

Aplikasi, Analisis, Sintesi, Evaluasi. Penilaian berdasarkan kemampuan

responden menjawab pertanyaan kueisoner meliputi 15 pertanyaan pilihan

benar salah tentang pengetahuan sanitasi lingkungan.

Skoringberdasarkan jawaban yang benar diberi nilai (1),dan jawaban

yang salah diberi nilai (2)

Kriteria Objektif

a. Tinggi : Bila responden memperoleh skor ≥ 10 nilai dari semua

jawaban responden.

b. Rendah : Bila responden memperoleh skor < 10 nilai dari semua

jawaban responden.

C. Hipotesis Penelitian

1. Hipotesis Nol (H0) :

Tidak adanya hubungan tingkat pengetahuan keluarga terhadap

tersedianya fasilitas jamban, penyediaan air bersih, pengelolaan air limbah,

pengelolaan sampah di Desa Kaccia RT IV dan RT V, RW VI di

Kelurahan Barombong, Kecamatan Tamalate.

2. Hipotesis alternative (Ha) :

Adanyahubungan antara tingkat pengetahuan keluarga terhadap

tersedianya fasilitas jamban keluarga, penyediaan air bersih, pengelolaan

air limbah, pengelolaan sampah di Desa Kaccia RT IV dan RT V, RW VI

di Kelurahan Barombong, Kecamatan Tamalate.

54

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian yang dilakukan bersifat analitik dan deskriktif dengan

desain cross sectional study. Penelitian ini disebut juga penelitian transversal

variable bebas dan variabel tergantung diobservasi hanya sekali pada saat

yang sama. 33 Penelitian ini bertujuan untuk meihat gambaran pengetahuan

keluarga dengan sanitasi lingkungan pada Desa Kaccia, di RT IV dan RT V,

RW VI Kelurahan Barombong, Kecamatan Tamalate Tahun 2014.

Penelitian cross – sectional dapat dilakukan dengan langkah –

langkah berikut:

1. Mengidentifikasi variabel penelitian

2. Menetapkan subyek penelitian

3. Melakukan observasi atau pengukuran

4. Melakukan analisis korelasi

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Penelitian ini dilakukan di Desa Kaccia, di RT IV dan RT V, RW VI

Kelurahan Barombong, Kecamatan Tamalate Tahun 2014.

2. Waktu pelaksanaa penelitian pada awal november 2014 sampai akhir

desember

C. Populasi dan Sampel

55

1. Populasi

Populasi adalah semua masyarakat yang bermukim di Desa

KacciaBandang Barat, di RT IV dan RT V, RW VI Kelurahan

Barombong, Kecamatan Tamalate Tahun 2014.

2. Sampel

Sampel adalah rumah tangga yang berada dilokasi penelitian,

Penarikan sampel dilakukan secara totalsampling di Desa Kaccia, di RT

IV dan RT V, RW VI Kelurahan Barombong, Kecamatan Tamalate Tahun

2014.

D. Jenis Data

Jenis data yang digunakan adalah data primeryaitu dengan teknik

kuesioner langsung terhadap seluruh KK di Desa Kaccia, di RT IV dan RT

V, RW VI Kelurahan Barombong, Kecamatan Tamalate Tahun 2014.

E. Manajemen Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan komputer,

melalui tahapan sebagai berikut :

1. Editing (penyuntingan data)

Pada tahap ini dilakukan pengecekan data sekunder untuk melihat

kelengkapan jawaban, kejelasan dan kesesuaian dengan pertanyaan dalam

penelitian.

2. Coding (Pengkodean data)

56

Setelah proses editing dianggap cukup maka proses selanjutnya adalah

coding. Dalam proses ini akan dilakukan pengklasifikasian jawaban dengan

memberi kode-kode untuk mempermudah proses pengolahan data.

3. Entry (Peng-inputan data)

Pada tahap ini dilakukan pemasukan data-data yang sudah dikumpulkan

kedalam program komputer untuk proses analisis.

4. Cleaning (pembersihan data)

Pada tahap ini dilakukan proses pembersihan data untuk mengidentifikasi

dan menghindari kesalahan sebelum data di analisa. Proses cleaning diawali

dengan menghilangkan data yang tidak lengkap dan data yang mempunyai

nilai ekstrim.

E. Analisa Data

Data yang diperoleh melalui penelitian ini akan diolah menggunakan

program SPSS dan analisis menggunakan analisis univariat dan bivariat.

1. Analisis Univariat

Data yang diolah kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi

frekuensi berdasarkan masing-masing variabel untuk presentase dan disertai

dengan penjelasan meliputi data Pengetahuan KK

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel

dependen dengan variabel independen

57

Analisis bivariat akan digunakan untuk melihat ada tidaknya hubungan

antara variabel bebas (variabel independen) dengan variabel terikat (variabel

dependen). Uji statistik yang digunakan yaitu Chi-Square, karena variabel

independen dan dependennya termasuk dalam jenis variabel kategorik.

Keputusan uji statistik dalam uji Chi-Square adalah p-value ≤ 0,05

maka hasil perhitungan statistik signifikan. Artinya ada hubungan antara

variabel independen dan variabel dependen. Sedangkan p-value > 0,005

berarti tidak ada hubungan antara variabel independen dan variabel

dependennya

Dalam uji Chi-Square ini untuk mengetahui derajat hubungan digunakan

nilai Odds Ratio (OR) yaitu perbandingan nilai odds pada kelompok

terekspose dengan odds kelompok tidak terekspose. Ukuran OR ini biasa

digunakan untuk desain penelitian case control atau cross sectional.

Interpretasi nilai OR adalah sebagai berikut :

a. Nilai OR <1 maka tidak ada hubungan antara eksposure dengan

outcome.

b. Nilai OR >1 dan 95% CI termasuk 1 didalamnya maka tidak ada

hubungan antara eksposure dengan outcome.

c. Nilai OR >1 dan 95% CI tidak termasuk 1 didalmnya maka ada

hubungan antara eksposure dengan outcome.

F. Teknik Pengumpulan Data

a. Data Primer

58

Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari sumber data

pertama di lokasi penelitian atau objek penelitian (Bungin, 2005).Untuk

penelitian ini, data primer diperoleh melalui hasil pengamatan (observasi)

terhadap kondisi sanitasi lingkungan dikumpulkan dengan teknik

wawancara menggunakan acuan kuesioner dan pengamatan langsung.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau

sumber sekunder dari data yang kita butuhkan. Sumber data sekunder

diharapkan dapat berperan membantu mengungkap data yang diharapkan

(Bungin, 2005). Meliputi gambaran umum daerah dan data lain yang di

perlukan penelitian didapat dari dan kantor Kelurahan dan RT setempat di

Desa KacciaBandang Barat RT IV dan RT V, RW VI, Kelurahan

Barombong, Kecamatan Tamalate Tahun 2014.

G. Teknik Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan akan diperoleh dengan membuat tabel distribusi

frekuensi, tabulasi silang dan grafik.

BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum lokasi penelitian

1. Keadaan Geografis

Kelurahan Barombong berada di Kecamatan Tamalate Kota Makassar.

Adapun batas wilayah Kelurahan dan Kecamatan Barombongadalah :

a. Sebelah utara berbatasan dengan kelurahan Tanjung Merdeka /

kecamatan Tamalate

b. Sebelah\ timur berbatasan dengan Kanjilo Kabupaten Gowa /

kecamatan Gowa

c. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Pakkatta Kabupaten Takalar /

kecamatan Desa Pakatta

d. Sebelah barat berbatasan dengan Laut / kecamatan Selat Makassar

Adapun luas wilayah Kelurahan Barombong adalah 748.09 Ha

dengan jumlah rumah 1863 buah. Kelurahan Barombong terdiri atas 10

ORW yaitu

- 5 ORW 1 : Barombong

- 5 ORW 2 : Bungaya

- 5 ORW 3 : Pattukangang

- 5 ORW 4 : Bontoka petta

- 5 ORW 5 : Bontoa

- 5 ORW 6 : Kaccia

- 5 ORW 7 : Tomposappa

46

47

- 5 ORW 8 : Sumanna

- 5 ORW 9 : Timbuseng

- 5 ORW 10 : Banyoa

2. Keadaan Demografi

Berdasarkan hasil survey bulan Desember 2014 jumlah penduduk

kelurahan Barombong adalah 11858 jiwa, laki-laki sebanyak 5870 jiwa

dan wanita 5986 jiwa.

3. Tingkat Pendidikan dan Mata Pencaharian

Tingkat pendidikan di kelurahan Barombong bervariasi mulai dari tingkat

Perguruan Tinggi, SLTA, SLTP, tamat SD, tidak tamat SD, hingga tidak

sekolah, Adpun mata pencaharian penduduk sebagian besar berturut-turut

adalah nelayan , PNS, Pegawai swasta, wiraswasta, petani, buruh tani,

buruh migrant laki-laki, buruh migran perempuan, pengrajin industry

rumah tangga, pedagang keliling.

B. Karakteristik Sampel Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Desa KacciaRW VI/ RT V dan

IV Kelurahan Barombong, Kecamatan Tamalate Kota Makassar, mulai

tanggal 10 November-30 Desember 2014.

Letak dari distribusi rumah-rumah di RW VI saling berdekatan

sehingga tidak terlalu sulit untuk dijangkau dengan berjalan kaki.

Populasi penelitian adalah seluruh kepala keluarga (KK) di Desa

KacciaRT V dan IV Kelurahan Barombong Kecamatan Tamalate Kota

48

Makassar, dimana seluruh kepala keluarga (KK) dimasukkan dalam penelitian

ini. Sampel diambil dengan menggunakan teknik total sampling. Pada

penelitian ini jumlah sampel yang diteliti sebanyak 70 Kepala Keluarga.

Adapun data yang diperoleh berdasarkan data primer melalui

wawancara langsung dari rumah ke rumah lain dan menggunakan daftar

pertanyaan yang telah disediakan. Data primer tersebut berupa data tingkat

pendidikan, pekerjaaan, penyediaan air bersih , penyediaan jamban keluarga,

pembuangan limbah,pembuangan sampah. Selain data primer terdapat pula

data sekunder yang tersedia di kantor Kelurahan Barombong.

Tabel 5.1. Tingkat pendidikan KK

Pendidikan (n) (%)

SD

SMP

SMA

TIDAK SEKOLAH

45

16

4

5

64,2

22,8

5,71

7,14

Jumlah 70 100,0

Berdasarkan table 5.1 dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan

masyarakat di desa Kaccia kelurahan Barombong Kecamatan Tamalate paling

49

banyak berada di tingkat SD sebanyak 45 (64,2%), sedangkan paling sedikit

adalah tidak sekolah sebanyak 5 (7,14%).

Tabel 5.2 Tingkat Pekerjaan

Pekerjaan (n) (%)

Wiraswasta

Pedangan

Buruh harian

Petani

Ibu Rumah Tangga

4

23

16

13

14

5,71

32,8

22,8

18,5

20

Jumlah 70 100,0

Berdasarkan table 5.2. dapat diketahui bahwa sebagian besar penduduk

di desa Kaccia kelurahan Barombong Kecamatan Tamalate bermata

pencaharian sebagai pedagang sebanyak 23 (32,8%), selebihnya bekerja

sebagai buruh harian sebanyak 16 (22,8%), Ibu Rumah tangga sebanyak 14

(20%), sebagai petani sebanyak 13 (18,5%), dan sebagai wiraswasta sebanyak

4 (5,71%).

C. Analisis Univariat

Adapun hasil penelitian disajikan dalam tabel yang disertai penjelasan

sebagai berikut:

50

1. Pengetahuan

Tingkat pengetahuan dalam penelitian ini adalah tingkat

pengetahuan kepala keluarga tentang sanitasi.Tingkat pengetahuan kepala

keluarga tentang sanitasi diperoleh dari hasil kuisoner didalamnya terdapat

soal dari no. 1 sampai no. 15 dengan pilihan benar dan salah.Dan dari 15

soal terdiri dari pengetahuan tentang sarana air bersih, pengelolaan

jamban, pengelolaan sampah, pengelolaan air limbah. Secara rinci dapat

dilihat dari table dibawah ini.

Distribusi responden berdasarkan pengetahuan yang menjadi objek

penelitian yaitu, sebanyak 70 responden. Pengetahuan keluarga dalam

kategori tinggi sebanyak 33 orang (47.1%), kategori rendah sebanyak 37

orang (52.9%). Hasil dapat dilihat pada tabel no.3 berikut dan pada tabel

lampiran:

Tabel 5.3

Distribusi Pengetahuan keluarga di Desa Kaccia Kelurahan Barombong Kecamatan Tamalate Kota Makassar

Pengetahuan (n) (%)

Tinggi

Rendah

33

37

47,1

52,9

Jumlah 70 100,0

51

2. Sanitasi Lingkungan

Tabel 5.4 Sumber Air Minum Keluarga

Sumber air minum

Keluarga

(n) (%)

PAM

Sumur

Dibeli/gallon

5

18

47

7,14

25,7

67,1

Total 70 100,0

Dari table 5.4 di atas menunjukkan bahwa sumber air minum

terbanyak masyarakat di desa Kaccia adalah dibeli/gallon sebanyak 47

responden (67,1%), diikuti dengan sumur sebanyak 18 responden

(25,7%) dan terakhir PAM sebanyak 5 responden (7,14%).

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Sanitasi Lingkungan pada

responden di Desa Kaccia Kelurahan Barombong Kecamatan

Tamalate Kota Makassar

No Sanitasi Lingkungan (N) (%)

1. Sarana Air Bersih

a.Tidak ada

0 0,0

52

b. Ada, bukan milik sendiri, berbau,

berwarna dan berasa

9 12,8

c. Ada, milik sendiri, berbau, berwarna dan

berasa

10 14,3

d. Ada, bukan milik sendiri, tidak berbau,

tidak berwarna, tidak berasa

41 58,6

e. Ada, milik sendiri, tidak berbau, tidak

berwana, tidak berasa

10 14,3

Total 70 100,0

No Sanitasi Lingkungan (N) (%)

2. Jamban

a. Tidak ada

43 61,4

b. Ada, bukan leher angsa, tidak ada tutup,

disalurkan ke sungai/ kolam

0 0,0

c. Ada, bukan leher angsa, ada tutup,

disalurkan ke sungai/ kolam

3 4,28

d. Ada, bukan leher angsa, ada tutup, septik

tank

24 34,3

e. Ada, leher angsa, septik tank 1 1,43

Total 70 100,0

No Sanitasi Lingkungan (N) (%)

53

3. Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)

a. Tidak ada, sehingga tergenang tidak

teratur di halaman

4 5,71

b. Ada, diresapkan tetapi mencemari sumber

air (jarak dengan sumur air < 10 meter)

2 2,85

c. Ada, dialirkan keselokan terbuka 32 45,7

d. Ada, diresapkan dan tidak mencemari

sumber air (jarak dengan sumber air > 10

meter)

0 0,0

e. Ada, dialirkan ke selokan tertutup 0 0,0

Total 70 100,0

No Sanitasi Lingkungan (N) (%)

4. Sarana Pembuangan Sampah

a. Tidak ada dan di buang di sungai 30 42,8

b. Ada, tetapi tidak kedap air dan tidak ada

tutup

18 25,7

c. Ada, kedap air dan tidak tertutup 8 11,4

d. Ada, kedap air dan tertutup 4 5,71

e. Tidak ada dan di buang di pekarangan 10 14,2

Total 70 100,0

54

Sumber : data kuisoner di desa Kaccia

55

Tabel 5.6

Distribusi Sanitasi Lingkungan pada responden di Desa Kaccia Kelurahan Barombong Kecamatan Tamalate Kota Makassar

Sanitasi (n) (%)

Baik

Buruk

24

46

34,3

65,7

Jumlah 70 100,0

Distribusi responden berdasarkan sanitasi lingkungan yang menjadi

objek penelitian yaitu, sebanyak 70 responden. Sanitasi keluarga kategori

baik sebanyak 24 orang (34.3%), dan yang kurang sebnayak46 orang

(65.7%).

Berdasarkan tabel 5.6 diatas diketahui bahwa sanitasi

lingkungan di Desa Kaccia Kelurahan Barombong Kecamatan Tamalate

paling besar kategori kurang terdapat pada 46 rumah (65.7 %).

D. Hasil Analisis Bivariat

Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel

independent dengan variabel dependent. Tujuan penelitian ini adalah

mengetahui hubungan antara pengetahuan keluarga dengan sanitasi

lingkungan. Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan uji Chi

56

Square.Pengujian data penelitian menggunakan bantuan program SPSS versi

21.00 for Windows berikut langkah-langkah penentuan uji hipotesis.

Tabel 5.7 Langkah-langkah untuk menentukan uji hipotesis yang sesuai

dengan panduan tabel uji hipotesis dan diagram alur

Langkah Jawaban

1 Menentukan variabel yang

dihubungkan

Variabel yang dihubungkan adalah:

- Pengetahuan Keluarga dengan

Sanitasi lingkungan

2 Menentukan jenis hipotesis Komparatif

3 Menentukan masalah skala

variable

Kategorik

4 Menentukan pasangan/tidak

pasangan

Tidak berpasangan

5 Menentukan jenis tabel B x K 2 x 2

Kesimpulan:

Uji yang digunakan adalah uji Chi-Square bila memenuhi syarat. Bila

tidak memenuhi syarat uji Chi-Square digunakan uji alternatifnya

yaitu uji Fisher.

Sumber: Statistik Kedokteran dan Kesehatan

Syarat uji Chi-Square adalah sel yang mempunyai nilai expected

kurang dari 5, maksimal 20% dari jumlah sel. Pada penelitian ini, setelah

variabel dimasukkan ke dalam diagram uji hipotesis tabel B x K, tidak ada sel

57

yang mempunyai nilai expected kurang dari 5, sehingga uji statistik yang

digunakan adalah uji Chi-Square.(19)

Adapun hasil analisis bivariat mengenai pengetahuan keluarga dengan

sanitasi lingkungan, disajikan pada table berikut ini.

Tabel 5.8 Hubungan Pengetahuan dengan Sanitasi Lingkungan

 Pengetahua

n Sanitasi    

95 %

confidence

interval

  Baik Buruk Total P-

value OR upper lowerN % N % N %

Tinggi 20 60.6 13 39.4 33 100 0,000 12.692 44.333 3.634

Rendah 4 10.8 33 89.2 37 100

Total 24 34.3 46 65.7 70 100        

Sumber : data primer Kelurahan Barombong Kecamatan Tamalate Kota

Makassar 2011

Berdasarkan 5.8. tabel di atas dapat diketahui bahwa di dapatkan

jumlah pengetahuan yang kategori tinggi sebanyak 33 responden (47.1%) ,

yakni yang baik sanitasinya sebanyak 20 responden (60.6%) dan yang

kurang sanitasinya sebanyak 13 responden (39.4%). Sedangkan jumlah

pengetahuan yang kategori rendah sebanyak 37 responden (52.9%), yakni

58

yang baik sanitasinya sebanyak 4 responden (10.8%) dan yang buruk

sanitasinya sebanyak 46 responden (65.7%).

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa nilai P = < 0,000 (p<0,05),

berarti Ho di tolak dan Ha diterima. Hal ini berarti terdapat hubungan antara

pengetahuan keluarga dengan sanitasi lingkungan.

Untuk mengetahui kurangnya sanitasi lingkungan pada keluarga yang

memiliki pengetahuan rendah maka dapat dilihat nilai OR= 12.692 (95% CI=

44.333 - 3.634).Hal ini berarti keluarga dengan pengetahuan yang rendah 12

kali lebih besar terhadap kurangnya sanitasi lingkungan dibandingkan dengan

keluarga dengan pengetahuan yang tinggi.

Tabel 5.9 Ringkasan Hasil Analisis Bivariat tentang Pengetahuan dengan

Sanitasi Lingkungan

Hubunganp-

value OR

95 % confidence

interval

KesimpulanUpper Lower

Pengetahuan dengan Sanitasi

Lingkungan 0.000 12.692

44.33

33.634

Ho Di tolak

BAB VI

59

PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian yang dilakukan untuk mengetahui gambaran

pengetahuan keluarga dengan sanitasi lingkungan yang dilaksanakan di

wilayah Desa KacciaRW VI/ RT IV dan V, Kelurahan Barombong,

Kecamatan Tamalate Kota Makassar. Populasi penelitian adalah seluruh

kepala keluarga (KK) yang berada di Desa Kaccia sebanyak 70 KK. Maka

akan dibahas sebagai berikut:

A. Pengetahuan Keluarga

Distribusi responden berdasarkan pengetahuan yang menjadi objek

penelitian yaitu, sebanyak 70 responden. Pengetahuan keluarga dalam kategori

tinggi sebanyak 33 orang (47.1%), kategori rendah sebanyak 37 orang

(52.9%).

B. Hubungan Pengetahuan Keluarga tentang Sanitasi Lingkungan

Berdasarkan tabel 5.8. di atas dapat diketahui bahwa di dapatkan

jumlah pengetahuan yang kategori tinggi sebanyak 33 responden (47.1%) ,

yakni yang baik sanitasinya sebanyak 20 responden (60.6%) dan yang kurang

sanitasinya sebanyak 13 responden (39.4%). Sedangkan jumlah pengetahuan

yang kategori rendah sebanyak 37 responden (52.9%), yakni yang baik

sanitasinya sebanyak 4 responden (10.8%) dan yang kurang sanitasinya

sebanyak 46 responden (65.7%).

Dari data tersebut memperlihatkan bahwa lebih banyak keluarga yang

pengetahuannya kurang tentang sanitasi lingkungan, hal ini disebabkan

60

beberapa faktor pendukung seperti; tingkat pendidikan, tingkat pekerjaan,

status ekonomi. Berikut akan dibahas faktor-faktor tersebut:

1. Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang akan memiliki andil besar dalam

pola pikir dan masalah kesehatan. Tingkat pendidikan juga

menentukan pengetahuan terhadap sesuatu khususnya pengetahuan

tentang kondisi lingkungan dalam penanganan keluhan penyakit. Tingkat

pendidikan responden di Desa Kaccia, Kelurahan Barombong

Kecamatan Tamalate, sebanyak 70 Kepala Keluarga (KK) dan yang

pendidikan SMA sebanyak 4 orang (5,71%), yang pendidikan SMP 16

orang ( 22,8%), yang pendidikan SD sebanyak 45 orang (64,2%), dan

yang pendidikan tidak sekolah sebanyak 5 orang (7,14%). Menurut

Notoatmodjo (2005), tingkat pendidikan seseorang dapat meningkatkan

pengetahuan itu termasuk pengetahuan tentang kesehatan. Semakin

tinggi pendidikan seseorang semakin mereka tahu bagaimana cara

menjaga kesehatan diri dan lingkungannya.(19)

2. Tingkat Pekerjaan

Data tentang tingkat pekerjaan, masyarakat di Desa Kaccia RT V

dan VI/ RW VI Kelurahan Barombong Kecamatan Tamalate, dalam hal

ini pekerjaan yang paling banyak yakni sebagai pedagang ( sayuran,

jualan sembako) sebesar 23 (32%). Dengan banyaknya yang bermata

pencaharian sebagai pedagang, maka tentunya akan mempengaruhi

61

status kesehatan masyarakat tersebut khususnya masalah kesehatan

lingkungan. Karena dengan status ekonomi yang serba mencukupi maka

biaya yang diperoleh dapat digunakan untuk melakukan pelayanan

kesehatan dan memperbaiki lingkungan tempat tinggal.Jika

dihubungkan dengan stratifikasi sosio-ekonomi dimana dapat kita lihat

pada komunitas yang miskin didapatkan angka mortalitas, malnutrisi

dan penyakit infeksi yang tinggi.(21)

3. Status ekonomi

Berdasarkan data monografi jumlah penduduk di Kelurahan

Barombong Kecamatan Tamalate pada tahun 2014 sebanyak 11.858 jiwa.

Dengan jumlah laki-laki sebanyak 5.870 jiwa, jumlah perempuan

sebanyak 5.986 jiwa, dengan luas wilayah km2 sehingga kepadatan

penduduk 1.598 jiwa/km2. Mata pencaharian peduduk di desa Kaccia,

sangat beragam diantaranya bermata pencaharian sebagai petani, buruh

harian, wiraswasta, pedangan keliling, dan Ibu rumah tangga.Termasuk

factor predissposisi terhadap perilaku kesehatan.Semakin tinggi status

ekonomi seseorang menjadi factor yang memudahkan untuk terjadinya

perubahan perilaku.Berdasarkan penelitian sebelumnya penghasilan yang

rendah berpengaruh 4 kali terhadap penggunaan jamban.(22)

C. Sanitasi lingkungan

Distribusi responden berdasarkan sanitasi lingkungan yang menjadi

objek penelitian yaitu, sebanyak 70 responden. Sanitasi keluarga kategori baik

sebanyak 24 orang (34.3%), dan yang buruk sebanyak 46 orang (65.7%).

62

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa sanitasi lingkungan di Desa

Kaccia Kelurahan Barombong Kecamatan Tamalate paling besar kategori

kurang terdapat pada 46 rumah (65.7%).

Berikut ini akan di jabarkan masing-masing yang termasuk dalam

sanitasi lingkungan :

1. Air

Dari hasil observasi 10 (14,3%) responden yang menggunakan

sumur gali sebagai sumber air bersih, yang memenuhi syarat kesehatan

yakni (Ada, milik sendiri, tidak berbau,tidak berwarna, tidak berasa).

Sumber air yang melalui sumur tersebut masyarakat hanya

menggunakan untuk keperluan mandi dan mencuci karena airnya tidak

terlalu sehat yakni berbau, berasa dan berwarna.

Di samping itu, untuk sumber air minum keluarga yang

menggunakan air galon/dibeli sebanyak 47 (67,1%) yang di konsumsi

sehari-hari. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat di desa ini mempunyai

kesadaran tentang pentingnya air bersih yang akan di konsumsi sehari-hari.

Namun sumber air minum yang ada di desa Kaccia RT IV dan V/ RW VI

sudah terdistribusi dengan baik. Sumber air bersih yang lain digunakan

adalah PAM sebanyak 5 (7,14%), sedangkan sumber air minum yang di

ambil melalui sumur sebanyak 18 (25,7%).

63

Dari kepustakaan Daud Anwar (2003), jika air terkontaminasi

maka dapat menjadi vector penyakit karena air dapat merupakan sumber

penularan penyakit terutama penyakit diare dan penyakit kulit.(23)

Hasil penelitian ini memberikan gambaran bahwa kesadaran

masyarakat menggunakan air bersih untuk konsumsi sehari-hari sudah

tinggi, apalagi masyarakat di desa tersebut hampir seluruhnya

meminum air yang telah dimasak. sedangkan yang tidak memenuhi

syarat fisik ada 19 (27,1%). Hal ini disebabkan karena masih ada

masyarakat yang menggunakan sumber air minum dari sumur. Masih

adanya keluarga yang kualitas fisik air minumnya belum memenuhi

syarat merupakan tanggung jawab semua pihak untuk menciptakan

kondisi sanitasi yang memenuhi syarat kesehatan sebagimana yang

telah dicanangkan oleh pemerintah pada tahun 2010 penduduk

Indonesia baik di desa maupun di kota diharapkan telah memanfaatkan

dan menggunakan sarana air bersih yang telah memenuhi syarat yang

pada akhirnya penyakit yang disebabkan oleh air misalnya diare dan

penyakit kulit dapat ditekan semaksimal mungkin. (24)

Menurut Slamet (2010) Air yang berkualitas harus memenuhi

persyaratan fisik sebagai berikut (25) :

a. Tidak berwarna

Air untuk keperluan rumah tangga harus jernih. Air yang

berwarna berarti mengandung bahan-bahan koloid dan bahan-bahan yang

terlarut dalam air yang berbahaya bagi kesehatan.

64

b. Tidak berasa

Secara fisik air bisa dirasakan oleh lidah, air yang terasa asam,

pahit atau asin menunjukkan air tersebut tidak baik. Air yang biasanya

berbau,dan berasa terjadi akibat adanya dekomposisi bahan organic

didalam air. Rasa asin disebabkan adanya garam – garam tertentu yang

larut dalam air. Sedangkan rasa asam diakibatkan adanya asam organik

maupun asam anorganik.

c. Tidak berbau

Air yang memenuhi standar kualitas harus bebas dari bau, air

yang berbau biasanya disebabkan oleh bahan-bahan organik sedang

mengalami dekomposisi (penguraian) oleh mikroorganisme air. (26)

2. Jamban

Dari data yang diperoleh mengenai sarana pembuangan kotoran

(jamban) yang memiliki sebanyak 24 (34,3%) yakni (Ada, bukan

leher angsa, ada tutup, septic tank), sebaliknya yang tidak memiliki

jamban sebanyak 43 (61,4%).sisanya yang memiliki, bukan leher angsa,

ada tutup, disalurkanke sungaiatau kolam sebanyak 3 (4,28%), dan yang

memiliki, leher angsa, septic tank sebanyak 1 (1,43%). Ini menunjukkan

masih lebih rendah dari setengah jumlah penduduk di desa Kaccia RT

IV dan V/ RW VI yang tidak memiliki jamban, padahal seperti yang

kita ketahui bahwa salah satu syarat rumah sehat adalah terdapat

jamban keluarga. Dengan masih adanya 43 (61,4%) yang tidak

65

memiliki jamban keluarga membuat hal ini cukup memprihatinkan,

apalagi masyarakat yang tidak memiliki jamban tersebut rata-rata buang

air besar di sungai. Keadaan ini dapat menyebabkan pencemaran

lingkungan oleh kotoran manusia dikarenakan kurangnya kepemilikan

jamban. Dengan tercemarnya lingkungan tentunya memudahkan

berkembang biaknya berbagai vector penyakit. Alasan kurangnya

kepemilikan jamban adalah biaya saluran jamban yang tidak dapat

dijangkau oleh sebagian besar penduduk di desa Kaccia ini dan juga

karena adanya factor kebiasaan.

Adapun syarat jamban yang memenuhi syarat menurut Depkes

(1997) yaitu (27) :

1. Tidak mencemari sumber air minum (jarak antara sumber air minum

dengan lubang penampungan minimal 10 meter)

2. Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus

3. Dilengkapi dinding dan atap pelindung

4. Penerangan cukup

5. Tersedia air dan alat pembersih

6. Aman digunakan dan mudah dibersihkan

Kotoran manusia merupakan buangan padat yang selain

menimbulkan bau, mengotori lingkungan, juga merupakan media

penularan penyakit pada masyarakat. Oleh sebab itu perlu sekali

66

menjaga kebersihan jamban dan kamar mandi, sehingga tidak terjadi

penularan penyakit yang diakibatkan oleh tinja. (28)

3. Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)

Berdasarkan data yang diperoleh sebanyak 32 (45,7%) yang

memiliki SPAL (Ada, diresapkan dan tidak mencemari sumber

air, jarak dengan sumber air >10 m), dan, sebanyak 2 (2,85%) yang

memiliki SPAL dengan jarak pada sumber air <10 m sehingga limbah

cair dapat mencemari sumber air bersih,, sebaliknya yang tidak

memiliki SPAL hanya 4 (5,71%) sehingga tergenang tidak teratur di

halaman. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat akan

pentingnya SPAL sudah lumayan baik, Namun yang sisanya tidak

memiliki SPAL umumnya mereka membuang ke sungai dan

membiarkan tergenang akhirnya menjadi masalah, karena ini dapat

menyebabkan meningkatkannya pencemaran lingkungan akibat limbah

rumah tangga. Selain itu saluran air limbah ini juga menimbulkan bau

dan ketidaknyamanan penduduk. Ketidakpedulian penduduk terhadap

kondisi ini menjadi penyebab utama buruknya sistem drainase. Air limbah

yang dibiarkan tergenang dan membentuk comberan selain

menimbulkan bau tidak sedap juga merupakan media yang baik untuk

perkembangbiakan vector penyakit seperti kolera, hepatitis, typhus

abdominalis. (23) Sedangkan air limbah yang dibuang ke sungai tentu akan

merusak ekosistem satwa laut yang tentunya juga akan berdampak pada

masyarakat di desa ini.

67

Untuk itu peenampungan air limbah dan pembuangan yang

memenuhi persyaratan teknis kesehatan perlu untuk melindungi,

memelihara, dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Lingkungan

yang tidak sehat akibat tercemar air buangan dapat menyebabkan

gangguan terhadap kesehatan masyarakat.

3. Sarana Pembuangan Sampah

Berdasarkan data yang diperoleh tentang kepemilikan sarana

pembuangan sampah yang tidak kedap air dan tidak ada tutupnya

yaitu sebanyak 18 (25,7%) dan sarana pembuangan sampah yang

kedap air, tapi tidak tertutup.

Sebaliknya yang tidak memiliki sarana pembuangan sampah

sebanyak 30 (42,8%). Ini menunjukkan masih rendahnya

kepemilikan tempat pembuangan sampah di desa Kaccia RT IV dan

V/ RW VI.

Kondisi tempat sampah yang tidak bertutup ini dapat

menimbulkan bau yang tidak enak dari segi estetika. Kemudian

untuk cara pembuangan sampah hampir seluruh masyarakat

membuang sampahnya ke sungai, hal ini disebabkan karena tidak

adanya tempat pembuangan sampah umum yang disediakan.

Selebihnya ada yang dibakar, dan ditimbun.Kondisi ini tentu sangat

memprihatinkan karena dapat menyebabkan pencemaran lingkungan

akibat pembuangan sampah yang tidak pada tempatnya.

68

Secara umum pembuangan sampah yang tidak memenuhi

syarat kesehatan lingkungan akan dapat mengakibatkan berkembang

biaknya serangga dan tikus, dapat menjadi sumber pengotoran

tanah, pencemaran air dalam tanah, dan pencemaran udara, serta

dapat menjadi tempat berkembangbiaknya kuman penyakit yang

membahayakan kesehatan.

Menurut kepustakaan (Clean Reef 2008) dampak sampah

terhadap laut diantaranya sampah seperti jarring atau tali plastik

menganggu pergerakan satwa laut yang terjerat didalamnya, penyu,

burung, atau ikan dan lain-lain Sampah yang menumpuk di laut

mengancam kehidupan terumbu karang, pemandangan di pantai dan

laut menjadi tidak indah, sampah pecahan kaca atau besi

membahayakan bagi anak-anak yang bermain di pantai,

membahayakan pengguna kapal karena baling-baling yang tersangkut,

juga membahayakan penyelam apabila gagal melepaskan lilita tali

plastik dan sampah plastic di laut merupakan tempat berkumpulnya zat

kimia dan toksik ketika satwa laut seperti ikan memakan plastik maka

toksik akan dapat berpindah ke tubuh ikan, dampaknya bagi kita manusia

ketika memakan daging ikan yang mengandung toksik. (29)

Dalam ilmu kesehatan lingkungan, suatu pengelolaan sampah

dianggap baik jika sampah tersebut tidak menjadi tempat

berkembang biaknya bibit penyakit, serta sampah tersebut tidak

menjadi media perantara menyebar luasnya suatu penyakit. Syarat

69

lain yang harus dipenuhi dalam pengelolaan sampah ialah tidak

mencemari udara, air atau tanah, tidak menimbulkan bau (segi

estetis), tidak menimbulkan kebakaran dan lain sebagainya. (30)

Sanitasi lingkungan yang dilihat dari aspek sarana air bersih,

jamban, sarana pengolahan air limbah dan sarana pembuangan

sampah yang dikatergorikan menurut kriteria pada Kepmenkes RI

Nomor 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang persyaratan kesehatan

perumahan, yang terdiri dari 2 (dua) kriteria yaitu “sehat/ baik”

apabila skor ≥ 334 dan “tidak sehat/buruk” apabila skor < 334. (27)

Dari pembahasan tersebut diatas, jika dilihat dari uji statistik

diperoleh nilai < 0,000 (p<0,05). Dengan demikian Ho di tolak dan

Ha diterima. Sehingga dapat disimpulkan ada beberapa faktor yang

mempengaruhi perbedaan tingkat pengetahuan kepala keluarga

dengan sanitasi lingkungan, faktor-faktornya adalah tingkat

pendidikan, tingkat pekerjaan dan status ekonomi.Semakin tinggi

tingkat pendidikan dan pengetahuan kepala keluarga maka semakin

tinggi pula tingkat partisipasi kepala keluarga dalam memperbaiki

sanitasi lingkungan permukiman mereka. Begitu pula sama halnya

dengan tingkat pekerjaan dan status ekonomi keluarga akan

mempengaruhi kondisi sanitasi lingkungan permukiman mereka.

Buruknya sanitasi di Desa Kaccia Kelurahan Barombong

Kecamatan Tamalate Kota Makassar dipengaruhi juga oleh tingkat

pendidikan, pekerjaan, dan status ekonomi kepala keluarga,

70

rendahnya tingkat pendidikan kepala keluarga tentunya sangat

mempengaruhi kondisi sanitasi di Desa Kaccia.

71

BAB VII

TINJAUAN KEISLAMAN

Pada pembahasan tentang pengetahuan dan sanitasi lingkungan di Desa

Kaccia berdasarkan kajian Al-Qur’an dan hadits.

A. Pendahuluan

Dalam abad ke 20 ini, di satu pihak orang mengamati kemajuan

teknologi dan ilmu pengetahuan yang sangat pesat dan mendalam, namun

bersamaan dengan itu dipihak lain orang mengamati dekadensi kehidupan

beragama dikalangan umat manusia. Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan

dan teknologi tampak jelas memberikan buah yang sangat menyenangkan

bagi kehidupan lahiriyah umat manusia secara luas.Dan manusia merasa telah

mampu mengeksploitasi kekayaan-kekayaan dunia secara besar-besaran. (31)

Kemajuan ilmu pengetahuan dan kecanggihan teknologi kurun ini,

secara bertahap tapi pasti membuktikan bahwa ayat-ayat al-Qur'an itu benar

dan mengagumkan. Sejak bentuk tulisan yang paling primitif dengan bahan

kertas yang amat sederhana manusia memulai abad-abad yang gemerlapan

oleh sinar ilmu pengetahuan itu, manusia telah menulis berjuta-juta buku,

dan dapat menyelesaikan penulisan beribu-ribu kata dalam waktu yang amat

singkat. (31)

B. Pandangan Islam terhadap Ilmu Pengetahuan

72

Sepanjang yang kita ketahui, rasanya belum ada sesuatu

agamapun yang melampaui dalamnya pandangan terhadap ilmu pengetahuan

sebagaimana pandangan yang diberikan Islam. Islam sangat gigih dalam

mendorong umat manusia untuk mencari ilmu dan mendudukkannya,

sebagai sesuatu yang utama dan mulia. (31)

Sejak awal turunnya wahyu kepada Muhammad Saw (al-Qur'an),

masalah ilmu pengetahuan merupakan pangkal perintah Allah kepada

manusia. Perintah membaca merupakan kunci mencari dan mengulas ilmu

pengetahuan itu, “membaca” apakah yang hendak dibaca tanpa ada sesuatu

yang tersurat? Dan ini merangsang manusia untuk giat menulis, meneliti,

mengobservasi, menganalisis, dan kemudian merumuskannya sebagai teori

ilmu, membacapun tak dapat jalan tanpa memiliki pengetahuan membaca

dan ketrampilan bahasa dan pandai menulis adalah rangkaian dari sarana

dalam rangka menimba ilmu pengetahuan itu. (31)

a. Pembahasan Umum Surah Al Mujadilah

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan

kepadamu berlapang-lapanglah dalam majlis, maka lapangkanlah,

niscaya Allah SWT akan melapangkan (tempat) untukmu. Dan

73

apabila dikatakan, berdirilah kamu, maka berdiri, niscaya Allah akan

meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-

orang yang diberi Ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah

SWT Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan" (QS.al- Mujadilah

ayat : 11)

a. Asbabul Nuzul.

Menurut Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Muqatil bahwa ayat

ini turun pada hari jum'at, di saat pahlawan-pahlawan Badar datang ke

tempat pertemuan yang penuh sesak. Orang-orang tidak memberi tempat

kepada yang baru datang itu, sehingga terpaksa mereka berdiri. Rasulullah

menyuruh berdiri kepada pribumi, dan tamu-tamu itu (pahlawan Badar)

disuruh duduk di tempat mereka. Orang-orang yang disuruh pindah tempat

itu merasa tersinggung perasaannya. Dan juga ayat ini turun sebagai

perintah kepada kaum mukmin untuk mentaati perintah Rasulullah dan

memberikan kesempatan duduk kepada sesama mukmin 36.

b. Tafsir isi kandungan ayat.

Dalam pembahasan ini, penulis akan mengemukakan beberapa

pendapat ahli tafsir (mufassir) sebagai berikut:

1. Dalam tafsir Fakhrur Razi

Ayat ini menunjukan pada setiap orang yang meluaskan majlis

untuk beribadah kepada Allah SWT dan dibukakan beberapa pintu kebaikan

dan kebahagiaan, berupa kebaikan di dunia dan akherat.

74

Dan Allah SWT mengangkat orang yang beriman dengan

perumpamaan perintah Rasul-Nya dan orang-orang alim di antara mereka

khususnya dalam hal derajat. Karena keutamaan ilmu adalah bagaimana

cara beribadah dengan khusyu' dan menjalankan perintah dan larangannya.

Dan keutamaan orang yang berilmu dan beriman adalah bertambah derajat

di sisi Allah SWT dan di sisi manusia akan mendapatkan tempat yang

baik 34.

2. Dalam tafsir al-Maraghi

Ayat ini mencakup pemberian kelapangan dalam

menyampaikan segala macam kebaikan kepada kaum muslimin dan

yang menyenangkannya. Dan Allah SWT akan meninggikan derajat

orang-orang mukmin dengan mengikuti perintah-perintah-Nya, khususnya

orang-orang yang berilmu di antara mereka, derajat-derajat yang banyak

dalam hal pahala dan tingkat-tingkat keridhaan 35.

3. Dalam tafsir Shafwah at-Tafaasir

Ayat ini menjelaskan untuk saling mamberi kelapangan

yaitu pada apa-apa yang dibutuhkan manusia pada tempat, rizki,

hati dan juga menunjukan bahwa setiap orang yang meluaskan majlis

untuk beribadah kepada Allah SWT, maka Allah akan membuka

pintu-pintu kebaikan dan kebahagiaan dan Allah akan meluaskan

baginya di dunia dan akherat 37

75

Allah SWT akan mengangkat orang-orang mukmin dengan

perumpamaan dan perintah-Nya dan perintah Rasul-Nya, orang-orang

yang pandai di antara mereka pada khususnya tingkatan yang tinggi.

Allah SWT memberi derajat yang tinggi sampai dengan surga.

Ayat ini sebagai pujian kepada para ulama yang

mempunyai kelebihan dengan ilmunya, dalam arti Allah SWT

mengangkat orang yang beriman dan berilmu di antara orang

mukmin. Sebagaimana safaat kepada tiga orang yaitu para Nabi,

ulama, syuhada. Dan keutamaan ilmu dalam keimanan sebagai

simbol manusia yang mendapat derajat yang tinggi di sisi Allah

SWT.35

4. Menurut Ibnu Katsir

Siapa yang menanam kebaikan maka ia juga akan

memperoleh kebaikan. Karena ayat ini turun berkenaan dengan

majlis-majlis zikir, yaitu apabila mereka mempersempit tempat

duduk di samping Rasulullah SAW, kemudian Allah SWT

memerintahkan kepada mereka untuk melapangkan tempat duduk

satu sama lain. Telah dikukuhkan pula bahwa para sahabat Nabi

tidak pernah berdiri untuk menyambut kedatangan beliau, sebab

mereka tahu bahwa beliau sangat tidak menyukai hal itu.37

درجات أوتواالعلم والذين منكم �امنوا أ الذين الله يرفع

76

“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan

orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan”. (QS. Al-Mujadilah [58] :

11) 38

Allah SWT akan meninggikan orang-orang yang beriman di

antaramu dan orang-orang yang diberi Ilmu pengetahuan beberapa

derajat. Dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan,

yaitu janganlah kamu mengira bila kamu memberikan kelapangan

kepada saudaramu yang datang atau bila ia diperintahkan untuk

keluar, lalu dia keluar, akan mengurangi haknya. Bahkan itu

merupakan ketinggian dan perolehan martabat di sisi Allah SWT.

Sedang Allah SWT tidak akan menyia-nyiakan hal itu. Bahkan dia

akan memberikan balasan kepadanya di dunia dan di akhirat.

Karena orang yang merendahkan diri karena Allah SWT, maka Allah

SWT akan mengangkat derajatnya dan akan mempopulerkan

namanya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan,

yaitu, Maha Mengetahui orang yang berhak untuk mendapatkan

hal itu dan orang yang tidak berhak untuk mendapatkannya.37

5. Dalam tafsir al-Mishbah

Ayat ini menerangkan tentang perintah untuk memberi kelapangan

dalam segala hal kepada orang lain. Ayat ini juga tidak menyebut

secara tegas bahwa Allah SWT akan meninggikan derajat orang

yang berilmu. Tetapi menegaskan bahwa mereka memiliki

77

derajat-derajat yakni yang lebih tinggi dari sekadar beriman, tidak

disebutkan kata meninggikan itu sebagai isyarat bahwa

sebenarnya ilmu yang dimiliki itulah yang berperanan besar

dalam ketinggian derajat yang diperolehnya, bukan akibat dari faktor

di luar ilmu itu.

yang diberi pengetahuan adalah mereka yang beriman dan menghiasi

diri mereka dengan pengetahuan. Ini berarti ayat di atas membagi kaum

beriman jadi dua, yang pertama sekadar beriman dan beramal saleh,

yang kedua beriman, beramal saleh serta memiliki pengetahuan.

Derajat kedua kelompok ini menjadi lebih tinggi, bukan saja karena nilai

ilmu yang disandangnya, tetapi juga amal dan pengajarannya kepada

pihak lain baik secara lisan atau tulisan maupun keteladanan.37

Ilmu yang dimaksud oleh ayat di atas bukan hanya ilmu

agama, tetapi ilmu apapun yang bermanfaat. Dan dalam pandangan al-

Qur'an ilmu tidak hanya ilmu agama, tetapi juga yang

menunjukan bahwa ilmu itu haruslah menghasilkan rasa takut dan

kagum pada Allah SWT, yang pada gilirannya mendorong yang

berilmu untuk mengamalkan ilmunya serta memanfaatkannya

untuk kepentingan mahkluk.

6. Dalam al-Qur'an dan tafsirnya

78

Dalam ayat ini menerangkan bahwa jika disuruh

Rasulullah SAW berdiri untuk memberikan kesempatan kepada

orang tertentu agar ia dapat duduk, atau kamu disuruh pergi

dahulu hendaknya kamu pergi, karena Rasul ingin memberikan

penghormatan kepada orang-orang atau beliau ingin menyendiri

untuk memikirkan urusan- urusan agama, atau melaksanakan

tugas-tugas yang perlu diselesaikan. 34

Akhir ayat ini menerangkan bahwa Allah SWT akan

mengangkat derajat-derajat orang yang beriman, yang taat dan patuh

kepada-Nya, melaksanakan perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya

dan berusaha menciptakan suasana damai, aman dan tentram dalam

masyarakat, demikian pula orang yang berilmu yang

menggunakan ilmunya untuk menegakan kalimat Allah SWT.

Dari ayat ini dipahami bahwa orang-orang yang mempunyai

derajat yang paling tinggi di sisi Allah SWT ialah orang yang

beriman, berilmu dan ilmunya itu yang diamalkan sesuai dengan

yang diperintahkan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya.34

c. Pandangan Ilmuan Kontemporer

Dalam Islam, Ilmu merupakan salah satu perantara untuk

memperkuat keimanan. Iman hanya akan bertambah dan menguat, jika

79

disertai ilmu pengetahuan. Seorang ilmuan besar, Albert Enstein

mengatakan bahwa “Science without Religion is blind, and Religion

withoutscience is lame”, ilmu tanpa agama buta, dan agama tanpa ilmu 

adalah lumpuh.

Menurut Ziauddin Sardar, Ajaran Islam tidak pernah

membedakan antar ilmu satu dengan yang lain. Karena dalam

pandangan islam, ilmu agama dan umum sama-sama berasal dari

Allah. Islam juga menganjurkan kepada seluruh umatnya untuk

bersungguh-sungguh dalam mempelajari setiap ilmu pengetahuan. Hal

ini dikarenakan Al-qur’an merupakan sumber dan rujukan utama

ajaran-Nya memuat semua inti ilmu pengetahuan, baik yang

menyangkut ilmu umum maupun ilmu agama. Memahami setiap misi

ilmu pengetahuan pada dasarnya adalah memahami prinsip-prinsip Al-

quran. 42

d. Analisis Pengembangan Penulis

Sesungguhnya Allah SWT menyukai dan memuliakan orang-

orang yang telah beriman dan bertakwa dengan sebenar-benar iman,

disertai dengan pengetahuan dan ilmu yang bermanfaat, baik

ilmu umum maupun ilmu agama.

Menuntut ilmu pengetahuan dalam arti luas yaitu ilmu

pengetahuan umum dan ilmu agama, karena kedua ilmu

tersebut yang dibutuhkan manusia, khususnya umat Islam

80

agar ilmu pengetahuan yang dipelajari dan diperolehnya dapat

semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Jadi antara kedua ilmu itu harus saling berpadu, saling mengisi

karena sejak awal mula al-Qur'an diturunkan sudah mulai

memerintahkan agar membaca (berpikir) dengan menyebut

nama Allah SWT (berzikir).

Perintah Allah SWT "bacalah" berarti berpikirlah secara

teratur dan sistematik dan terarah dalam mempelajari firman dan

ciptaan-Nya. Adapun dalam proses membaca harus dilaksanakan

dengan menyebut nama Tuhanmu, berarti harus berpadu

dengan zikir.34 Karena mempelajari ilmu agama juga menjadi

kewajiban bagi umat Islam.

Ayat tersebut memberikan petunjuk tentang kewajiban

memperdalam ilmu agama dalam arti mempelajari sekaligus

mengajarkannya pada orang lain, karena perbuatan ini juga

mulia dan mendapatkan kedudukan yang tinggi dihadapan Allah

SWT sama dengan berjihad mengangkat senjata melawan musuh.

C. Kesehatan dalam perspektif Al-Qur’an dan Hadits

81

Islam menetapkan tujuan pokok kehadirannya untuk memelihara

agama, jiwa, akal, jasmani, harta, dan keturunan. Setidaknya tiga dari yang

disebut di atas berkaitan dengan kesehatan.Tidak heran jika ditemukan bahwa

Islam amat kaya dengan tuntunan kesehatan.Paling tidak ada dua istilah

literatur keagamaan yang digunakan untuk menunjuk tentang pentingnya

kesehatan dalam pandangan Islam. (33)

1. Kesehatan, yang terambil dari kata sehat;

2. Afiat.

Keduanya dalam bahasa Indonesia, sering menjadi kata majemuk

sehat afiat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesra, kata “afiat”

dipersamakan dengan “sehat”. Afiat diartikan sehat dan kuat, sedangkan

sehat (sendiri) antara lain diartikan sebagai keadaan baik segenap badan

serta bagian-bagiannya (bebas dari sakit). Tentu pengertian kebahasaan ini

berbeda dengan pengertian dalam tinjauan ilmu kesehatan, yang

memperkenalkan istilah-istilah kesehatan fisik, kesehatan mental, dan

kesehatan masyarakat. (33)

Majelis Ulama Indonesia (MUI), misalnya, dalam Musyawarah

Nasional Ulama tahun 1983 merumuskan kesehatan sebagai “ketahanan

jasmaniah, ruhaniah, dan sosial yang dimiliki manusia, sebagai karunia

Allah yang wajib disyukuri dengan mengamalkan (tuntunan-Nya), dan

memelihara serta mengembangkannya.

82

Memang banyak sekali tuntunan agama yang merujuk kepada ketiga

jenis kesehatan itu. Dalam konteks kesehatan fisik, misalnya ditemukan

sabda Nabi Muhammad saw. :

ل�ىالل� ص� لل�ه� وال س ال�ر� ال�ق� ق� ر�وب�ن�ال�ع�اص� ب�ن�ع�م� ع�ن�ع�ب�د�الل�ه�

ت�ق و� ار� الن�ه� وم �ن�ك�ت�ص أ ب�ر� أخ� أ�ل�م� ي�اع�ب�د�الل�ه� ل�م� و�س� ع�ل�ي�ه� ه

و� أ�ف�ط�ر� و� م� ع�ل�ص ت�ف� ال� ال�ف� ق� لل�ه� وال� س ل�تب�ل�ىي�ار� الل�ي�ل�ق وم

و� �ن�ل�ز� إ او� ق+ �ن�ل�ع�ي�ن�ك�ع�ل�ي�ك�ح� إ او� ق+ د�ك�ع�ل�ي�ك�ح� س� �ن�ل�ج� إ ف� ن�م� و� م� ق

ا ق+ ك�ع�ل�ي�ك�ح� ج�

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash dia berkata bahwa Rasulullah saw telah

bertanya (kepadaku): “Benarkah kamu selalu berpuasa di siang hari dan dan

selalu berjaga di malam hari?” Aku pun menjawab: “ya (benar) ya

Rasulullah. ”Rasulullah saw pun lalu bersabda: “Jangan kau lakukan semua

itu. Berpuasalah dan berbukalah kamu, berjagalah dan tidurlah kamu,

sesungguhnyabadanmu mempunyai hak atas dirimu, matamu mempunyai

hak atas dirimu, dan isterimu pun mempunyai hak atas dirimu” (Hadis

Riwayat al-Bukhari dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin al-‘Ash)

Demikian Nabi Saw. menegur beberapa sahabatnya yang bermaksud

melampaui batas dalam beribadah, sehingga kebutuhan jasmaniahnya

terabaikan dan kesehatannya terganggu. Pembicaraan literatur keagamaan

83

tentang kesehatan fisik, dimulai dengan meletakkan prinsip: “Pencegahan

lebih baik daripada pengobatan. ”

Karena itu dalam konteks kesehatan ditemukan sekian banyak

petunjuk Kitab Suci dan Sunah Nabi saw yang pada dasarnya mengarah pada

upaya pencegahan.

Salah satu sifat manusia yang secara tegas dicintai Allah adalah orang

yang menjaga kebersihan. Kebersihan dikaitkan dengan tobat (taubah)

seperti firman Allah:

“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai

orang-orang yang mensucikan diri." (QS al-Baqarah [2]: 222)

D. Pandangan Islam Tentang Kebersihan Lingkungan

Sebagai khalifah, sudah tentu manusia harus bersih jasmani dan

rohaninya.Inilah inti dari kebersihan jasmani merupakan bagian integral dari

kebersihan rohani. Jelaslah bahwa tugas manusia, terutama muslim/muslimah

di muka bumi ini adalah sebagai khalifah (pemimpin) dan sebagai wakil Allah

dalam memelihara bumi (mengelola lingkungan hidup).

A. Pembahasan tentang Lingkungan

Q.S. Ar Rum 41

84

Artinya: Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan

karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada

mereka sebahagian dari perbuatan mereka, agar mereka kembali (QS.

Ar- Rum: 41). 38

a. Asbabul Nuzul

Ditinjau dari asbab al-nuzul surat Ar-Rum ayat 41, maka

Tafsir Ibnu Katsir menjelaskan bahwa surat Ar-Rum ayat 41 itu

menjadi petunjuk bahwa berkurangnya hasil tanam-tanaman dan

buah-buahan adalah karena banyak perbuatan maksiat yang

dikerjakan oleh para penghuninya. Abul Aliyah mengatakan bahwa

barang siapa yang berbuat durhaka kepada Allah di bumi, berarti dia

telah berbuat kerusakan di bumi, karena terpeliharanya kelestarian

bumi dan langit adalah dengan ketaatan.37

b. Pandangan ahli tafsir

Ahmad Mustafâ Al-Marâgî, dalam Tafsîr al-Marâgî memberi

komentar terhadap surat Ar-Rum ayat 41, bahwa ayat itu menjadi

isyarat bahwa telah muncul berbagai kerusakan di dunia ini sebagai

akibat dari peperangan dan penyerbuan pasukan-pasukan, pesawat-

85

pesawat terbang, kapal-kapal perang dan kapal-kapal selam. Hal itu

tiada lain karena akibat dari apa yang dilakukan oleh umat manusia

berupa kezaliman, banyaknya lenyapnya perasaan dari pengawasan

Yang Maha Pencipta. Mereka melupakan sama sekali akan hari

hisab, hawa nafsu terlepas bebas dari kalangan sehingga

menimbulkan berbagai macam kerusakan di muka bumi. Karena

tidak ada lagi kesadaran yang timbul dari dalam diri mereka.39

Sesudah Allah menjelaskan bahwa timbulnya kerusakan

sebagai akibat dari perbuatan tangan manusia sendiri, lalu Dia

memberikan petunjuk kepada mereka, bahwa orang-orang sebelum

mereka pernah melakukan hal yang sama seperti apa yang telah

dilakukan oleh mereka. Akhirnya mereka tertimpa azab dari sisi-

Nya, sehingga mereka dijadikan pelajaran buat orang-orang yang

sesudah mereka dan sebagai perumpamaan generasi selanjutnya.33

Di samping itu al-Qur'an telah berkali-kali melarang manusia

agar tidak berbuat kerusakan di bumi. Setelah Allah ciptakan dengan

baik dan dipersiapkan untuk dapat dimanfaatkan oleh orang-orang

yang memakmurkannya. Allah tidak senang pada perusakan bumi

dan pelakunya, baik perusakan itu berupa pengotoran,

ketidakadilan ataupun penyalahgunaan lingkungan dari tujuan

penciptaannya oleh Allah. Perbuatan semacam ini merupakan

86

salah satu bentuk sikap kufur nikmat yang bisa mendatangkan

siksa-Nya.39

c. Pandangan Ilmuan Kontemporer

Menurut Muhammad Asad (Leopold Weiss), bahwa tujuan

pengelolaan lingkungan hidup adalah tercapainya keselarasan

hubungan antara manusia dengan lingkungan hidup. Keselarasan

dalam ajaran Islam mencakup empat sisi, yaitu (a) keselarasan

dengan Tuhan, (b) keselarasan dengan masyarakat, (c) keselarasan

dengan lingkungan alam, dan (d) keselarasan dengan diri sendiri.

Alam raya oleh Al-Quran dinyatakan sebagai diciptakan

Allah dalam bentuk yang sangat serasi dan selaras bagi kepentingan

manusia. Allah yang menciptakan tujuh langit berlapis-lapis.

Engkau sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha

Pengasih sesuatu yang tidak seimbang.41

Dengan demikian, pelestarian lingkungan memerlukan

partisipasi aktif dari manusia. Inilah relevansinya dinyatakan bahwa

antara manusia dengan lingkungan memiliki keterhubungan mutual

simbiosis cukup kuat.

Yang dimaksud dengan pelestarian/kelestarian alam adalah

upaya melestarikan kemampuannya sehingga selalu serasi dan

seimbang. Dengan demikian, pelaksanaan tugas kekhalifahan

(pembangunan) tidak boleh mengakibatkan terganggunya keserasian

87

dan keseimbangan yang menjadi ciri alam raya sejak

diciptakannya. Apabila dalam proses melaksanakan tugas

kekhalifahan (pembangunan) itu terjadi dampak yang kurang baik,

maka segera harus dilakukan upaya untuk meniadakan atau paling

tidak mengurangi sedapat mungkin dampak-dampak negatif itu.

Inilah yang diistilahkan oleh Al-Quran dengan ishlah (perbaikan).41

d. Analisis Pengembangan penulis

Apabila mengkaji keterangan para ahli tafsir tersebut, maka

menurut penulis, timbulnya kerusakan alam atau lingkungan hidup

adalah sebagai akibat perbuatan manusia. Karena manusia yang

diberi tanggungjawab sebagai khalifah di bumi banyak yang tidak

melaksanakan dengan baik. Padahal manusia mempunyai daya

inisatif dan kreatif, sedangkan makhluk- makhluk lain tidak

memilikinya.

Kebudayaan manusia makin lama makin maju sesuai dengan

perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Sejalan dengan kemajuan tersebut, perkembangan persenjataan

dan alat perusak lingkungan maju pula. Banyak contoh yang dapat

dilihat dari kerusakan lingkungan yang diakibatkan ulah manusia.

Misalnya banyak pohon atau hutan ditebang dan dibakar tanpa ada

usaha untuk menanamnya kembali. Bukit dan gunung digali untuk

menimbun daratan rendah yang akan dijadikan pemukiman.

88

Akibatnya banyak musibah terjadi seperti gangguan asap, banjir,

tanah longsor, dan sebagainya terjadi di mana-mana.

Lingkungan bertambah parah dengan banyaknya

kendaraan bermotor dan pabrik-pabrik yang menimbulkan

pencemaran udara (polusi). Pencemaran tersebut membahayakan

keselamatan hidup manusia dan kehidupan sekelilingnya.

Limbah-limbah pabrik seringkali dibuang seenaknya ke

sungai yang akhirnya bermuara ke laut. Demikian pula kapal-

kapal tanker yang membawa minyak sering mengalami kebocoran,

sehingga minyaknya tumpah ke laut. Akibatnya air sungai dan laut

beracun yang menyebabkan mati atau tercemarnya ikan dengan zat

beracun, dan yang lebih dahsyat adalah kerusakan lingkungan akibat

perang.

Semua kerusakan sebagaimana dikemukakan di atas

merupakan akibat dari keserakahan manusia, sehingga

mengeksploitasi alam lingkungannya habis-habisan. Oleh karena itu

sejak awal Allah memperingatkan akan adanya akibat ulah manusia

tersebut.

Demikianlah tuntunan Allah bagaimana seharusnya sikap

manusia terhadap lingkungan hidup dan Allah telah menjanjikan

pahala yang tiada taranya bagi orang yang senantiasa

89

memelihara dan melestarikan lingkungan hidup serta tidak

membuat kerusakan.

Jika semua manusia bersikap terhadap lingkungan hidup

sesuai tuntunan Allah dapat dipastikan bahwa manusia tidak akan

ditimpa malapetaka akibat ulahnya sendiri.

Dan apabila ia berpaling, ia berjalan di bumi untuk mengadakan

kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak,

dan Allah tidak menyukai kebinasaan (QS. Al-Baqarah: 205).40

Oleh karena itu, dalam memanfaatkan bumi ini tidak boleh semena-

mena, dan seenaknya saja dalam mengekploitasinya. Pemanfaatan berbagai

sumber daya alam baik yang ada di laut, didaratan dan didalam hutan harus

dilakukan secara proporsional dan rasional untuk kebutuhan masyarakat

banyak dan generasi penerusnya serta menjaga ekosistemnya. Allah sudah

memperingatkan dalam surat al'A'raf ayat 56:

90

Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah

memperbaikinya dan berdo'alah kepada-Nya dengan rasa takut dan

harapan . Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang

berbuat baik (QS. Al-A'raf: 56).34

Ajaran Islam menentukan penganutnya supaya hidup sehat baik

jasmani maupun rohani. Untuk itu umat Islam harus melaksanakan berbagai

upaya juga upaya memahami ilmu kesehatan,maupun upaya untuk berobat,

memelihara kesehatan, mencegah berjangkitnya suatu penyakit dan

sebagainya.

Islam mengutamakan peningkatan derajat kesehatan salah satu yang

sangat ditekankan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan adalah

menjaga kesehatan baik kebersihan perorangan, maupun kebersihan

lingkungan kita. Berulang kali Nabi Saw menganjurkan dan memberi teladan

dalam hidupnya, tentang penjaan dan peningkatan kebersihan lingkungan.

Contoh yang sangat jelas ialah anjuran untuk mandi, terutama dalam keadaan

tertentu, begitupula membersihkan lingkungan hidup dan alat-alat rumah

tangga.

Allah Swt berfirman surat At-Taubah 108

Artinya: Didalamnya   ada   orang-orang  yang ingin  membersihkan diri, dan

Allah menyukai Orang-orang yang bersih.

91

Rasullah Saw bersabda dalam sebuah hadist yang diriwayatkan oleh

turmudzi  dari sa’ad

ع�د�ب�ن� ع�ن� �ب�ى س� �ب�ي�ه� ع�ن� و�ق�اص6 ا ل�ى الن�ب�ي9 ع�ن� ا الله ص� ل�م� ع�ل�ي�ه� الله� ا�ن� و�س�

ب@ ن�ظ�ي�ف= الط�ي9ب� يح�ب@ ط�ي9ب= ة� يح� ب@ ك�ر�ي�م= الن�ظ�اف� يح� م� ب@ ال�ك�ر� اد=يح� و� ج�

ن�ي�ت�كم� �ف� اا و� ن�ظ9ف اد�ف� و� ال�ج�

Artinya: ”Sesungguhnya Allah Ta’ala itu baik (dan) menyukai kebaikan,

bersih (dan) menyukai kebersihan, mulia (dan) menyukai kemuliaan, bagus

(dan) menyukai kebagusan. Oleh sebab itu, bersihkanlah lingkunganmu”.

(HR. At- Turmudzi)

Ajaran Islam memandang penting kebersihan lingkungan hidup,

menghindarkan pencemaran dari limbah atau sampah.dan kebersihan dalam

rumah tangga.

ال�م �ن�ه ن�ظ�ي�ف= ا�ال�س� ا اف� و� ت�ن�ظ�ف ل ف� ن�ة� ال�ي�د�خ ن�ظ�ي�ف= ا�ال� ال�ج�

Artinya : ”Agama Islam itu adalah agama yang bersih atau suci, maka hendaklah

kamu menjaga kebersihan. Sesungguhnya tidak akan masuk surga kecuali orang-

orang yang suci”. (HR. Baihaqiy)

  Isi Kandungan hadis

92

1. Bahwasanya Allah swt adalah zat yang baik, bersih, mulia, dan bagus.

Karena Allah swt menyukai hal-hal yang demikian. Sebagai umat Islam,

maka kamu harus memiliki sifat yang demikian pula terutama dalam hal

kebersihan lingkungan tempat tinggal.

2. Agama Islam adalah agama yang lurus dan bersih dari ajaran kesesatan.

Dengan demikian pemeluk agama Islam harus memiliki pola perilaku

yang bersih dan hati yang suci dari perkara hawa nafsu. Sebab seseorang

yang demikian dijanjikan oleh Allah swt akan masuk surga.

Artinya : “Diriwayatkan dari Malik Al Asy’ari dia berkata, Rasulullah

saw. bersabda : Kebersihan adalah sebagian dari iman dan bacaan

hamdalah dapat memenuhi mizan (timbangan), dan bacaan subhanallahi

walhamdulillah memenuhi kolong langit dan bumi, dan shalat adalah

cahaya dan shadaqah adalah pelita, dan sabar adalah sinar, dan Al

Quran adalah pedoman bagimu.” (HR. Muslim)”

93

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan dari penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan maka dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut.

1. Penduduk desa KacciaRW VI/RT IV & V Kelurahan Barombong

Kecamatan Tamalate, memiliki tingkat pendidikan tergolong rendah

94

dimana kebanyakan penduduknya memiliki tingkat pendidikan SD dan

SMP.

2. Ada hubungan antara pengetahuan keluarga dengan sanitasi lingkungan.

Yang mempengaruhi perbedaan tingkat pengetahuan kepala keluarga

dengan sanitasi lingkungan, faktor-faktornya adalah tingkat pendidikan,

tingkat pekerjaan dan status ekonomi. Semakin tinggi tingkat pendidikan

dan pengetahuan kepala keluarga maka semakin tinggi pula tingkat

partisipasi kepala keluarga dalam memperbaiki sanitasi lingkungan

permukiman mereka. Begitupulasama halnya dengan tingkat pekerjaan

dan status ekonomi keluarga akan mempengaruhi kondisi sanitasi

lingkungan permukiman mereka.

3. Di dapatkan jumlah pengetahuan yang kategori tinggi 31 responden

(44,3%) , yakni yang baiknya sanitasi lingkungan sebanyak 7 responden

(10,0%) dan yang kurangnya sanitasi lingkungan sebanyak 24 responden

(34,3%). Sedangkan responden yang pengetahuanya dalam kategori

rendah 39 responden (55,7%), yakni yang baiknya sanitasi lingkungan

sebanyak 11 responden (15,7%) dan yang kurangnya sanitasi lingkungan

sebanyak 28 responden (40,0%).

4. Penduduk desa Kaccia RW VI/RT IV & V Kelurahan Barombong

Kecamatan Tamalate,tingkat perekonomian tergolong rendah karena

sebagian besar penduduknya memiliki pekerjaan hanya sebagai pedagang

keliling dan buruh harian.

95

5. Sarana air minum masyarakat di desa Kaccia RW VI/RT IV & V

Kelurahan Barombong Kecamatan Tamalate, pada umumnya konsumsi air

minumnya dari air galon dan secara fisik kualitas sumber air minum di

wilayah ini memenuhi syarat.

6. Pemilikan jamban keluarga di desa Kaccia RW VI/RT IV & V Kelurahan

Barombong Kecamatan Tamalate, belum memenuhi syarat karena lebih

dari setengah dari total rumah yang ada memiliki jamban keluarga sendiri.

7. Pembuangan air limbah di desa Kaccia RW VI/RT IV & V Kelurahan

Barombong Kecamatan Tamalate, belum memadai karena lebih dari

setengah total rumah yang ada di wilayah tersebut belum memiliki SPAL.

8. Sebagian besar rumah di desa Kaccia RW VI/RT IV & V Kelurahan

Barombong Kecamatan Tamalate, belum memiliki tempat sampah dan

kebanyakan membuang sampah di sungai.

9. Menuntut ilmu pengetahuan dalam arti luas yaitu ilmu pengetahuan

umum dan ilmu agama, karena kedua ilmu tersebut yang

dibutuhkan manusia, khususnya umat Islam agar ilmu

pengetahuan yang dipelajari dan diperolehnya dapat semakin

mendekatkan diri kepada Allah SWT. Jadi antara kedua ilmu itu harus

saling berpadu, saling mengisi karena sejak awal mula al-Qur'an

diturunkan sudah mulai memerintahkan agar membaca (berpikir).

B. Saran

96

1. Kepala keluarga hendaknya lebih meningkatkan pengetahuan dan

partisipasi dalam mewujudkan sanitasi yang baik dan perlu adanya

sosialisasi, koordinasi serta mengupayahkan kegiatan kegiatan yang

berkaitan dengan perbaikan sanitasi lingkungan permukiman.

2. Bagi rumah yang belum memenuhi syarat pembuangan air limbah

sebaiknya melakukan perpipaan agar tidak terjadi genangan air pada

tempat pembuangan air limbahnya.

3. Diharapkan bagi pemerintah setempat untuk menyediakan Tempat

Pembuangan Sampah (TPS) agar masyarakat tidak lagi membuang

sampah di sungai.

4. Perlu diadakan sosialisasi kepada masyarakat tentang rumah sehat dan

permukiman yang sehat agar terhindar dari penyakit.

5. Perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat di

desaKacciaRW VI/RT IV & V Kelurahan Barombong Kecamatan

Tamalate, tentang sanitasi lingkungan.

97

DAFTAR PUSTAKA

1. DediAlamsyah, RatnaMuliawati 2013, Pilar Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. NuhaMedika: Yogyakarta.

2. Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.Rineka Cipta, Jakarta .

3. World Health Organization. (2006), sumber http://who.int diakses 16 Oktober 2014

4. Juli Soemirat, 2006, Kesehatan Lingkungan, Yogyakarta: GadjahMada UniversityPress.

5. Anonimous. 2010. Peraturan Daerah Kota Semarang tentang Rencana Detail Tata Ruang Kota ( RDTRK) Kota Semarang tahun 2000-2010 Bappeda Semarang

6. Depkes RI, 2009, Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar(Riskesda) Prov. Jateng tahun 2007, Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia

7. Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan.2010, Profil Kesehatan Makassar Sulawesi Selatan Tahun 2009.P:32-33. http://dinkes-sulsel.go.id/ .Diakses Pada Tanggal 3 september 2012.(Buku Putih Sanitasi Kota Makassar 2011)

8. Entjang, Indan. 2005. Ilmu Kesehatan Masyarakat. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung

9. Sri Winarsih, 2008, Pengetahuan Sanitasi dan aplikasinya, Semarang : CV Aneka Ilmu

10. Soeparman, Suparmin, 2006, Pembuangan Tinja dan Limbah Cair, Jakarta: EGC

11. HarizaAdnani, 2011. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Masyarakat.NuhaMedika Yogyakarta.

12. Chandra, Budiman. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. EGC. Jakarta.

98

13. Anwar, Daud (2007) Analisis Kualitas Lingkungan, CV. Healthy and Semitation, Makassar.

14. AtikahProverawati,dkk. 2012.,Perilaku Hidup Bersih & Sehat. NuhaMedika: Yogyakarta.

15. Anonim (2009).Polusi/ Pencemaran Lingkungan, http://gurungeblog.word press. Com

16. Sukini, E. 2005.Pengantar Mikrobiologi Umum. Angkasa. Bandung.

17. Menteri Kesehatan RI. 2005. Persyaratan Rumah Sehat. Keputusan Menteri Kesehatan RI. No. 829/Menkes/SK/VII/1999.

18. Sastroasmoro, S., Sofyan, I Dasar-dasar metodologi penelitian klinis,Binarupa aksara, Jakarta : 2011

19. Notoatmodjo Soekidjo .Ilmu Kesehatan Masyarakat. P:127-30. Rineka Cipta. Jakarta. 2005

20. Irchan Machfoedz, 2008, Menjaga Kesehatan Rumah dari Beberapa Penyakit . Yogyakarta: Fitramaya

21. Simanjutak D. Determinan Perilaku Buang Air Besar (BAB) Masyarakat (Studi terhadap pendekatan Community Led Total Sanitsion pada masyarakat desa di wilayah kerja Puskesmas Pagelaran, Kabupaten Pandeglang tahun 2009). Jakarta: Universitas Indonesia; 2009.

22. Daud, Anwar., Pencemaran Air dan Dampaknya Terhadap Kesehatan, Ujung Pandang, Jurusan Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddi, 2005.

23. Parahita, Dian,Penyediaan Air Bersih oleh Komunitas.

99

http://www.pu.go.id/Ditjen_kota/Edisi%20No.2/Penyediaan%20Air% . Di akses pada tanggal 23 Desember 2014

24. Slamet,J.2005.KesehatanLingkungan.GajahMadaUniversityPress.Yogyakarta.

25. Prabu, Putra. 2009. Rumah Sehat. PuspaSwara. Jakarta.

26. Menteri Kesehatan RI. 1999. Persyaratan Rumah Sehat. Keputusan Menteri Kesehatan RI.No.829/Menkes/SK/VII/1999.

27. Sutedjo.Analisis Perilaku MasyarakatDalam Penggunaan Jamban Keluargapada duadesadi Kabupaten Rembang.Semarang Universitas Diponegoro; 2005.

28. Clean Reef, Kampanye Sampah Pantai dan Laut, Agustus 2008 [Cited 2008 Des 10], Available from URL: http://cleanreef.org/gelang-kampanye-lets-do-the-right-things/. Di akses pada tanggal 28 Desember 2014

29. Ginting, Pius.,Mengelola Sampah Mengelola Gaya Hidup, URL: http://www.walhi.or.id/kampanye/cemar/sampah/peng_sampah_info/ .Di akses pada tanggal 29 November 2014

30. Kumpulan Makalah blogspot.2008.Islam dan Ilmu Pengetahuan.http://makalah-ibnu.blogspot.com/ .Diakses Pada tanggal 20 Desember 2012

31. Riyadlu As-shalihin.2012.Persepktif Ilmu Pengetahuan Menurut Al-Qur’an dan Al-Hadist.http://www.riyadusolihin.or.id/ .Diakses Pada tanggal 20 Desember 2012.

32. Blog Paman Abu.2010.Kesehatan Dalam Perspektif Al-Qur’an dan Hadist.http://pamanabu.blogspot.com/ .Diakses Pada tanggal 20 Desember 2012.

33. http://library.walisongo.ac.id/digilib/download.php?id=18979 . Diakses pada tanggal 8 Maret 2015

100

34. A. soenarjo, dkk, Al Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: Thoha Putra, 1971), hlm.

35. Ahmad Mustafa Al Maraghi, Terjemahan Tafsir Al Maraghi (Semarang: Thoha Putra, tt), hlm.22-23.

36. Qomarudin Shaleh, dkk, Asbabun Nuzul, (Bandung: Diponegoro, 1986), Hlm. 23

37. Ismâ'îl ibn Kasîr al-Qurasyî al-Dimasyqî, Tafsîr al-Qur’an al-Azîm, juz 3, (Beirut: Dâr al-Ma’rifah, 1978), hlm. 1438.

38. M. Ali al-Shabuni, Shafwah at-Tafaasir Juz III, (Beirut Libanon: Dar al-Qur'an al- Karim, 1981/1401 H), hlm. 340.

39. Ahmad Mustafâ Al-Marâgî, Tafsîr al-Marâgî, jilid 21, (Mesir: Mustafa Al-Babi Al- Halabi, 1394 H/1974 M), hlm. 101

40. Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur'an Dan Tafsirnya, (Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1990), hlm. 26.

41. M. Quraish Shihab, Secercah Cahaya Ilahi, Mizan, (Bandung: Mizan, 2007), hlm.48

42. Kartanegara, Mulyadhi, 2003, Pengantar Epistemologi Islam, Mizan Media :Bandung.

RIWAYAT HIDUP

Nama : A. Raodah Imran

NIM : 10542 0254 11

Tempat / Tanggal Lahir : Makassar/ 18 Maret 1992

101

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Jl. Manggala Raya Blok 8 No. 189 Perumnas

Antang

Agama : Islam

Orang Tua : - Ayah : H. A. Imran Ibrahim, S.Pd

- Ibu : Hj.A.Rosnani, S.Pd, M.Pd

Saudara : (1) A. MiftahulKhair Imran, S.Kep, Ns

(2) A. Zulfikar Imran

Pendidikan :

1. SD INPRES Perumnas Antang III Makassar, tamat tahun 2005.

2. PONPES UMMUL MUKMININ Makassar, tamat tahun 2008

3. MAN 2 Model Makassar , tamat tahun 2011.

4. Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar (2011 -

sekarang).

Lampiran

102

PERMOHONAN SEBAGAI RESPONDEN PENELITIAN

Kepada

Yth : Responden PenelitianDi tempat

Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : A. RAODAH IMRAN NIM : 10542 0254 11Status : Mahasiswa Program Sarjana (S1) Jurusan Fakultas

Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar Bermaksud mengadakan penelitian tentang “Gambaran Pengetahuan

keluarga dengan Sanitasi Lingkungan di Desa Kaccia, Kelurahan Barombong, Kecamatan Tamalate, Kota Makassar Tahun 2014”. Penelitian ini tidak menimbulkan akibat yang merugikan bagi Saudara sebagai responden dengan berpartisipasi menjawab pertanyaan yang telah disediakan. Untuk itu, saya mengharap kesediaan Saudara secara sukarela untuk menjadi responden dalam penelitian saya.

Atas bantuan dan kesediaan Saudara menjadi responden, saya ucapkan terima kasih.

Peneliti

A. Raodah Imran

PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

103

Nama :

Umur :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Alamat :

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa saya secara sukarela bersedia

menjadi responden dalam penelitian ini. Saya akan berpartisipasi dalam penelitian

ini dari awal penelitian hingga penelitian ini selesai.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya ddan penuh

kesadaran dan tanpa paksaan dari siapapun.

Barombong, Desember 2014

Responden

(………………………….)

LEMBAR OBSERVASI KEADAAN SANITASI LINGKUNGAN

104

Komponen

yang dinilai

Kriteria Nilai Bobot

Sarana Sanitasi

25

.

Sarana Air Bersih

a. Tidak ada 0

b. Ada, bukan milik

sendiri, berbau,

berwarna dan berasa

1

c. Ada, milik

sendiri, berbau, berwarna dan berasa

2

d. Ada, bukan milik

sendiri, tidak berbau, tidak berwarna, tidak berasa

3

105

e. Ada, milik sendiri,

tidak berbau, tidak berwarna, tidak berasa

4

Jamban (Sarana Pembuangan

Kotoran)

a. Tidak ada 0

b. Ada, bukan leher

angsa, tidak ada

tutup, disalurkan ke sungai/kolam

1

c.Ada, bukan leher

angsa, ada tutup,

disalurkan ke sungai atau kolam

2

d. Ada, bukan leher

angsa, ada tutup, septic tank

3

106

e. Ada, leher angsa,

septic tank

4

.

Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL)

a. Tidak ada,

sehingga

tergenang tidak teratur di halaman

0

b. Ada, diresapkan

tetapi mencemari

sumber air (jarak dengan sumber air <10 meter)

1

c. Ada, dialirkan

keselokan terbuka

2

d. Ada, diresapkan

dan tidak mencemarisumber air (jarak

dengan sumber air >10 m

3

107

e. Ada, dialirkan ke

selokan tertutup (saluran kota) untuk dioalah lebih lanjut

4

.

Sarana Pembuangan Sampah

a.Tidak ada dan

dibuang di sungai

0

b. Ada, tetapi tidak

kedap air dan tidak ada tutup

1

c. Ada, kedap air,

dan tidak

bertutup

2

d. Ada, kedap air

dan bertutup

3

e.Tidak ada dan di buang di sekitar pekarangan

4

Total Hasil Penilaian

108

Lampiran

TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG SANITASI

1. Sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin

terwujudnya kondisi yang memenuhi syarat kesehatan.

a. Benar

b. Salah

2. Sanitasi memiliki tujuan untuk memenuhi persyaratan lingkungan

yang sehat dan nyaman.

a. Benar

b. Salah

3. Air bersih dan air layak minum merupakan dua hal yang berbeda.

a. Benar

b. Salah

4. Merebus air, solar disinfection/ memanaskan air dengan cahaya matahari,

klorinasi, filter keramik merupakan beberapa cara untuk mendapatkan air

sehat.

a. Benar

b. Salah

5. MCK singkatan dari mandi cuci keramas.

a. Benar

b. Salah

6. Jarak aman antara lubang kakus dengan sumber air minum > 8 m.

a. Benar

b. Salah

109

7. Jamban berfungsi sebagai pengisolasi tinja dari lingkungan.

a. Benar

b. Salah

8. Tempat yang baik dan benar untuk membuang sampah adalah di sungai.

a. Benar

b. Salah

9. Tujuan dari dibangunnya tempat sampah di setiap RW adalah agar warga

tidak lagi membuang sampah di sembarang tempat dan di sungai.

a. Benar

b. Salah

10. Jika sampah telah terkumpul di tempat pembuangan sampah sementara,

maka warga harus membakarnya.

a. Benar

b. Salah

11. Sampah cair biasanya disebut dengan air limbah.

a. Benar

b. Salah

12. Limbah dari bahan organik adalah limbah yang berasal dari bahan-

bahan yang tidak dapat terurai misal plastik .

a. Benar

b. Salah

13. Pengelolaan air limbah yang baik adalah dengan cara dibuang ketanah

supaya kering.

a. Benar

b. Salah

14. Drainase permukiman mencakup tentang pengelolaan air limpasan yang berasal dari air hujan yang berlebihan.

110

a. Benar b. Salah

15. Saluran drainase/ selokan yang ada di kanan kiri jalan berfungsi untuk memperkuat badan jalan.

a. Benar

b. Salah

Gambar 1.Sumur Gambar 1. Sumur

(Tampak dari luar) (Tampak dari dalam)

Gambar 2. Sumur

111

Gambar 3.Septik Tank Gambar 4. Jamban

Gambar 5. Tempat penampungan air Gambar 6. Tempat pembuangan sampah

112

Gambar 7. Tempat pembuangan sampah Gambar 8. Tempat pembuangan

sampah

Gambar 9.Tempat pembuangan sampah Gambar

Gambar 11. Pekarangan Gambar 12. Pengelolaan

Sampah

113

Gambar 13. Pembuangan Air Limbah Gambar 14. Pembuangan air limbah

Gambar 14. Tempat Penampungan air bersih

Gambar Rumah Warga

114

Profil Responden Desa Kaccia

115

Statistics

PENGETAHUAN

N Valid 70

116

Missing 0

Mean 1.53

Std. Error of Mean .060

Median 2.00

Std. Deviation .503

Variance .253

Range 1

Minimum 1

Maximum 2

Percentiles

25 1.00

50 2.00

75 2.00

PENGETAHUAN

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Tinggi 33 47.1 47.1 47.1

Rendah 37 52.9 52.9 100.0

Total 70 100.0 100.0

117

Statistics

SANITASI LINGKUNGAN

NValid 70

Missing 0

Mean 1.66

Std. Error of Mean .057

Median 2.00

Std. Deviation .478

Variance .229

Range 1

Minimum 1

Maximum 2

Percentiles

25 1.00

50 2.00

75 2.00

SANITASI LINGKUNGAN

118

Frequency Percent Valid Percent Cumulative

Percent

Valid

Baik 24 34.3 34.3 34.3

Buruk 46 65.7 65.7 100.0

Total 70 100.0 100.0

Crosstabs

119

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

PENGETAHUAN *

SANITASILINGKUNGAN

70 100.0% 0 0.0% 70 100.0%

PENGETAHUAN * SANITASI LINGKUNGAN Crosstabulation

SANITASI LINGKUNGAN Total

Baik Buruk

PENGETAHUAN

Tinggi

Count 20 13 33

Expected Count 11.3 21.7 33.0

% within PENGETAHUAN 60.6% 39.4% 100.0%

% within SANITASI LINGKUNGAN 83.3% 28.3% 47.1%

Rendah

Count 4 33 37

Expected Count 12.7 24.3 37.0

% within PENGETAHUAN 10.8% 89.2% 100.0%

% within SANITASI LINGKUNGAN 16.7% 71.7% 52.9%

Total

Count 24 46 70

Expected Count 24.0 46.0 70.0

% within PENGETAHUAN 34.3% 65.7% 100.0%

% within SANITASI LINGKUNGAN 100.0% 100.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-

sided)

Exact Sig. (2-sided) Exact Sig. (1-

sided)

Pearson Chi-Square 19.196a 1 .000

Continuity Correctionb 17.050 1 .000

Likelihood Ratio 20.408 1 .000

Fisher's Exact Test .000 .000

Linear-by-Linear Association 18.922 1 .000

N of Valid Cases 70

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.31.

b. Computed only for a 2x2 table

Directional Measures

120

Value Asymp. Std.

Errora

Approx. Tb Approx.

Sig.

Nominal by

Nominal

Lambda

Symmetric .404 .138 2.432 .015

PENGETAHUAN Dependent .485 .107 3.547 .000

SANITASI LINGKUNGAN

Dependent

.292 .201 1.232 .218

Goodman and

Kruskal tau

PENGETAHUAN Dependent .274 .101 .000c

SANITASI LINGKUNGAN

Dependent

.274 .103 .000c

Uncertainty

Coefficient

Symmetric .218 .087 2.488 .000d

PENGETAHUAN Dependent .211 .085 2.488 .000d

SANITASI LINGKUNGAN

Dependent

.227 .089 2.488 .000d

Ordinal by

OrdinalSomers' d

Symmetric .523 .098 5.008 .000

PENGETAHUAN Dependent .551 .101 5.008 .000

SANITASI LINGKUNGAN

Dependent

.498 .099 5.008 .000

a. Not assuming the null hypothesis.

b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

c. Based on chi-square approximation

d. Likelihood ratio chi-square probability.

Symmetric Measures

Value Asymp. Std. Errora Approx. Tb Approx. Sig.

Nominal by Nominal

Phi .524 .000

Cramer's V .524 .000

Contingency Coefficient .464 .000

Ordinal by Ordinal

Kendall's tau-b .524 .098 5.008 .000

Kendall's tau-c .496 .099 5.008 .000

Gamma .854 .086 5.008 .000

Spearman Correlation .524 .098 5.069 .000c

Interval by Interval Pearson's R .524 .098 5.069 .000c

N of Valid Cases 70

a. Not assuming the null hypothesis.

b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

c. Based on normal approximation.

Risk Estimate

121

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for PENGETAHUAN (Tinggi / Rendah) 12.692 3.634 44.333

For cohort SANITASILINGKUNGAN = Baik 5.606 2.135 14.722

For cohort SANITASI LINGKUNGAN = Buruk .442 .285 .684

N of Valid Cases 70

No Nama Umur Pendidikan Pekerjaan Sarana Sanitasi Pengetahuan keluarga1 nuraini 20 SD wiraswasta 1752 jumariah 35 SD ibu Rt 3503 Dg sila 30 SD wiraswasta 1254 sul 60 SD buruh 3505 supiati 41 SD pedagang 2006 Dg.gasseng 70 SD - 3507 kulle 46 SD Tukang batu 1008 kassi 42 SMP Tukang 350

122

bangunan9 sakke 55 SD buruh harian 17510 baso 47 SD petani 40011 kartini 45 SMP penjual 17512 tompo 42 SD Tukang batu 35013 Tenne 63 SD petani 40014 tang 57 SD petani 20015 ngalung 40 SD tukang sayur 7516 patteng 68 - buruh 35017 tata 41 SD petani 12518 lalang 58 SD petani 35019 karrre 55 SMP petani 35020 tek 63 SD - 40021 papong 45 SD Tukang batu 12522 gulle 54 - buruh 35023 kappag 37 SD tukang sayur 12524 Sukiman 65 SD tukang batu 35025 goki 68 SMP petani 35026 gar 63 SD buruh 5027 suk 58 SD petani 35028 sum 36 SD penjual 10029 ateng 54 SD buruh 35030 tinne 43 SD buruh 35031 Bitte 67 SD Petani 12532 ko 43 SD tukang 35033 kuamin 63 SMP pedangan 5034 tatong 60 - petani 35035 sume 55 SD penjual 35036 Rus 30 SMA buruh 27537 kar 19 SMP penjual 35038 Tinnee 45 SD Buruh 25039 ugi 35 SD petani 35040 pati 45 - petani 7541 bollong 65 SMP penjual 35042 nai 35 SD Buruh 25043 Maro 45 SD penjual 35044 ipa 22 SD Tukang batu 20045 Tomi 39 Aliyah petani 20046 jintu 50 SD - 25047 rosma 25 SMA Ibu RT 15048 memang 29 SD Ibu RT 22549 Nonnati 17 SMA - 17550 Hartati 22 SD IRT 22551 Ngalle 45 SD penjual sayur 175

123

52 nurbaya 21 SMP buruh 25053 Menne 55 SD ibu Rt 10054 herlin 30 SMP ibu Rt 12555 sinar 30 SD ibu Rt 17556 mentari 21 SMP ibu Rt 10057 sam 22 SD ibu Rt 22558 fay 47 SMP wiraswasta 17559 rannung 70 SMP petani 30060 hardasiah 60 - ibu Rt 20061 dg baji 34 SD ibu Rt 22562 hams 44 SMP ibu Rt 12563 kik 55 SMP ibu Rt 22564 leku 65 SMP penjual 12565 jik 42 SD wiraswasta 22566 meke 50 SD buruh 22567 lolo 60 SD buruh 22568 dede 45 SD buruh 17569 faite 55 SD buruh 30070 salo 62 SMP buruh 300

NoSANITASI

LINGKUNGAN PENGETAHUAN 2 2 SANITASI LINGKUNGAN 2 1 KET: 1: Ada, 2: Tidak ada 1 1 1 2 2 2 PENGETAHUAN KK 1 1 KET: 1: Tinggi, 2: Rendah 2 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 1 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2

124

2 1 2 2 1 2 1 1 1 2 1 1 2 1 2 2 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2 1 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 1 2 1 2 2 2 1 2 1 2 2 2 1 2 2 2 1 2 1 2 1

125

2 1 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 2 2