lidya mar'athus sholihah word 2012730136 metlit

26
HUBUNGAN KADAR GULA DARAH SEWAKTU DENGAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANSIA Lidya Mar’athus Sholihah*, Dr. dr. A. Watik P, Ph.D** ABSTRAK Latar Belakang: Pada lanjut usia seringkali terjadi defisiensi nutrisi yang dapat mengak gangguan fungsi kognitif. Pre!alensi gangguan fungsi kognitif pada lanjut usia sangat faktor yang dapat mempengaruhi fungsi kognitif adalah multifaktorial. Sejumlah penelit tentang huungan antara diaetes dan terjadinya gangguan kognitif pada lanjut usia mas konsisten. Tujuan: Penelitian ini ertujuan untuk memerikan informasi mengenai huungan tingkat gula darah terhadap fungsi kognitif pada lansia. Met!lg" Penel"t"an: Penelitian ini dilakukan terhadap lansia usia lebih dari 60 tahun di Puskesmas X yang dilaksanakan pada Agustus – November 2014. an!angan penelitian observasional "enis analitik dengan mengunakan pendekatan ran!angan potong silang # cross sectional $. %ubyek dipilih se!ara !onse!utive non&random sampling. Ha#"l: "erdapat huungan tingkat kadar gula darah terhadap fungsi kognitif pada lansia. Ke#"$%ulan: Adanya hubungan antara tingkat kadar gula darah se'aktu terhadap penurunan (ungsi kogniti( pada lansia. Pendidikan dengan durasi yang lebih lama meningkatkan kiner"akogniti( dari lansia. Pentingnya keteraturanmemantau kadar glukosa darah untuk mengurangi risiko penurunan kogniti( pada lansia . Kata Kun&": #ula darah se$aktu, fungsi kognitif, lansia 1

Upload: namun-sibora-bora

Post on 05-Nov-2015

222 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

vc

TRANSCRIPT

HUBUNGAN KADAR GULA DARAH SEWAKTU DENGAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANSIALidya Marathus Sholihah*, Dr. dr. A. Watik P, Ph.D**ABSTRAKLatar Belakang: Pada lanjut usia seringkali terjadi defisiensi nutrisi yang dapat mengakibatkan gangguan fungsi kognitif. Prevalensi gangguan fungsi kognitif pada lanjut usia sangat tinggi dan faktor yang dapat mempengaruhi fungsi kognitif adalah multifaktorial. Sejumlah penelitian tentang hubungan antara diabetes dan terjadinya gangguan kognitif pada lanjut usia masih belum konsisten.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai hubungan tingkat kadar gula darah terhadap fungsi kognitif pada lansia.Metodologi Penelitian: Penelitian ini dilakukan terhadap lansia usia lebih dari 60 tahun di Puskesmas X yang dilaksanakan pada Agustus November 2014. Rancangan penelitian observasional jenis analitik dengan mengunakan pendekatan rancangan potong silang (cross sectional). Subyek dipilih secara consecutive non-random sampling.Hasil: Terdapat hubungan tingkat kadar gula darah terhadap fungsi kognitif pada lansia.Kesimpulan: Adanya hubungan antara tingkat kadar gula darah sewaktu terhadap penurunan fungsi kognitif pada lansia. Pendidikan dengan durasi yang lebih lama meningkatkan kinerja kognitif dari lansia. Pentingnya keteraturan memantau kadar glukosa darah untuk mengurangi risiko penurunan kognitif pada lansia.

Kata Kunci: Gula darah sewaktu, fungsi kognitif, lansia

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti ucapkan ke hadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan tugas Metodelogi Penelitian yang berjudul Hubungan antara Tingkat Kadar Gula Darah Terhadap Fungsi Kognitif pada Lansia ini dengan baik. Di mana proposal penelitian ini peneliti sajikan dalam bentuk yang sederhana.

Adapun tujuan peneliti membuat proposal ini adalah untuk dapat menyelesaikan tujuan akhir pembelajaran dan sasaran akhir pembelajaran pada Metode Penelitian Kedokteran .Peneliti menyadari bahwa dalam penulisan proposal ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati peneliti mengharapkan adanya kritikan dan saran yang membangun dari seluruh pihak demi kesempurnaan pembuatan proposal ini selanjutnya.

Pada kesempatan ini, peneliti mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing Dr. dr. A. Watik P, Ph.D yang telah membantu dan membimbing peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan Proposal Penelitian Sebagai Tugas Akhir Semester Metode Penelitian Kedokteran ini dengan sebaik-baiknya. Peneliti juga menyampaikan permohonan maaf jika dalam penulisan laporan ini terdapat banyak kesalahan. Akhir kata semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi peneliti pada khususnya.

Jakarta, 23 Desember 2014

Lidya Marathus Sholihah

DAFTAR ISI

ABSTRAK ........................................................................................................................... 1KATA PENGANTAR ......................................................................................................... 2DAFTAR ISI ........................................................................................................................ 3BAB I PENDAHULUANI.1Latar Belakang Masalah .............................................................................. 5I.2Rumusan Masalah ......................................................................................... 5I.3Tujuan Penelitian .......................................................................................... 5I.4Manfaat penelitian ....................................................................................... 5I.5Kerangka Teori ............................................................................................. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKAII.1Gula Darah Sewaktu ......................................................................................8II.1.1Definisi Gula Darah Sewaktu 8II.1.2Fungsi Gula Darah Bagi Tubuh .8II.1.3Pengaruh langsung dari masalah gula darah ..8II.1.4Mekanisme pengaturan gula darah .9II.1.5Faktor-Faktor yang mempengaruhi Konsentrasi Glukosa Darah ...9II.2Fungsi Kognitif . 10II.2.1Definisi fungsi kognitif ...10II.2.2Faktor yang mempengaruhi fungsi kognitif 10II.2.3Gejala dan Tanda Gangguan Kognitif 11

II.2.4Faktor yang Mempengaruhi Gejala dan Tanda Gangguan Kognitif 11II.3Hubungan antara tingkat kadar gula darah ..12terhadap fungsi kognitif pada lansia II.4Montreal Cognitive Assessment .. 12II.5Informant Questionnaire on Cognitive Decline 13II.6Kerangka teori .. 14II.7Hipotesis ... 14

BAB III METODOLOGI PENELITIANIII.1Rancangan Penelitian ... 15III.2Tempat dan Waktu Penelitian .. 15III.2.1Tempat Penelitian 15III.2.2Waktu Penelitian ...15III.3Populasi dan Sampel .15III.3.1Populasi..15III.3.2Sampel ..15III.3.3 Ukuran Sampel ..16

III.4 Variabel Penelitian 17III.4.1Variabel Bebas .17III.4.2Variabel Tergantung 17III.4.3Variabel Luar 17III.4.6 Skema Hipoteis . 18III.5Instrumen Penelitian ..18III.6Cara Kerja . 19III.7Alur Penelitian .. 19

BAB IV HASILIVTabel Hasil Penelitian ................................................................................... 20

BAB V PEMBAHASANVPembahasan ...................................................................................................21BAB VI KESIMPULAN DAN SARANA. Kesimpulan ........................................................................................................ 22B. Saran .................................................................................................................. 22DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 23

BAB IPENDAHULUAN

I.1Latar Belakang MasalahPada lanjut usia seringkali terjadi defisiensi nutrisi yang dapat mengakibatkan gangguan fungsi kognitif. Prevalensi gangguan fungsi kognitif pada lanjut usia sangat tinggi dan faktor yang dapat mempengaruhi fungsi kognitif adalah multifaktorial.Sejumlah penelitian tentang hubungan antara diabetes dan terjadinya gangguan kognitif pada lanjut usia masih belum konsisten.I.2Rumusan MasalahApakah ada hubungan antara tingkat kadar gula darah terhadap fungsi kognitif pada lansia? I.3Tujuan dan Manfaat Penelitian1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai hubungan tingkat kadar gula darah terhadap fungsi kognitif pada lansia. 2. Sebagai dasar dalam pencegahan terjadinya penurunan fungsi kognitif pada lansia. 3. Dapat dijadikan sebagai referensi untuk penilitian berikutnya.

I.4Kerangka Teori Definisi gula darah Fungsi gula darah bagi tubuh Pengaruh langsung dari masalah gula darah Mekanisme pengaturan gula darah Faktor-Faktor yang mempengaruhi Konsentrasi Glukosa Darah Definisi fungsi kognitif Faktor yang mempengaruhi fungsi kognitif Gejala dan Tanda Gangguan Kognitif Faktor yang Mempengaruhi Gejala dan Tanda Gangguan Kognitif Gangguan Fungsi Kognitif Ringan Evaluasi Penurunan Fungsi Kognitif Hubungan antara tingkat kadar gula darah terhadap fungsi kognitif pada lansia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1Gula Darah SewaktuII.1.1Definisi Gula Darah SewaktuKadar gula darah adalah tingkat glukosa di dalam darah. Konsentrasi gula darah, atau tingkat glukosa serum diatur ketat di dalam tubuh. Glukosa yang dialirkan melalui darah adalah sumber utama energi unuk sel-sel tubuh. Umumnya tingkat gula darah bertahan pada batas-batas yang sempit sepanjang hari, yaitu sekitar 70 150 mg/dl. Tingkat ini meningkat setelah makan dan biasanya pada level terendah pada pagi hari, sebelum makan.

II.1.2Fungsi Gula Darah Bagi TubuhSebagai bahan bakar bagi proses metabolisme dan juga merupakan sumber energi utama bagi otak.

II.1.3Pengaruh langsung dari masalah gula darahBila level gula darah menurun terlalu rendah, berkembanglah kondisi yang bisa fatal yang disebut hipoglikemia. Gejala-gejalanya adalah perasaan lelah, fungsi mental yang menurun, rasa mudah tersinggung, dan kehilangan kesadaran. Bila levelnya tetap tinggi, yang disebut hiperglikemia, nafsu makan akan tertekan untuk waktu yang singkat. Hiperglikemia dalam jangka panjang dapat menyebabkan masalah-masalah kesehatan yang berkepanjangan pula yang berkaitan dengan diabetes, termasuk kerusakan pada mata, ginjal, dan saraf. Peningkatan rasio gula darah disebabkan karena terjadi percepatan laju metabolisme glikogenolisis dan glukoneogenesis yang terjadi pada hati. II.1.4Mekanisme pengaturan gula darahTingkat gula darah diatur melalui umpan balik negatif untuk mempertahankan keseimbangan di dalam tubuh. Level glukosa di dalam darah dimonitor oleh pankreas. Bila konsentrasi glukosa menurun, karena dikonsumsi untuk memenuhi kebutuhan energi tubuh, pankreas melepaskan glukagon, hormon yang menargetkan sel-sel di lever (hati). Kemudian sel-sel ini mengubah glikogen menjadi glukosa (proses ini disebut glikogenolisis). Glukosa dilepaskan ke dalam aliran darah, hingga meningkatkan level gula darah. Apabila level gula darah meningkat, karena perubahan glikogen, atau karena pencernaan makanan, hormon yang lain dilepaskan dari butir-butir sel yang terdapat di dalam pankreas. Hormon ini, yang disebut insulin, menyebabkan hati mengubah lebih banyak glukosa menjadi glikogen. Proses ini disebut glikogenosis, yang mengurangi level gula darah.

II.1.5Faktor-Faktor yang mempengaruhi Konsentrasi Glukosa Darah1.Meningkatkan kadar glukosa: Penyerapan glukosa dari saluran pencernaan, Pembentukan glukosa oleh hati melalui glikogenolisis dan glukoneogenesis. 2.Menurunkan kadar glukosa: Ekskresi glukosa melalui urin yang terjadi pada saat dimana kadar glukosa dalam darah terlalu tinggi, melebihi kemampuan tubulus ginjal mereabsorbsinya selama pembentukan urin. Pemindahan glukosa ke dalam sel untuk digunakan sebagai sumber energi dan untuk disimpan.

II.2Fungsi KognitifII.2.1Definisi fungsi kognitifCara seseorang berfikir dan bagaimana fungsi intrapsikik seseorang menyiapkan seseorang untuk bereaksi dengan realitas eksternalnya. Fungsi kognitif terdiri dari unsur-unsur: atensi, konsentrasi, bahasa, orientasi, memori, kemampuan konstruksional, kalkulasi, fungsi eksekutif. Daya ingat (memori) merupakan bagian fungsi kognitif yang terpenting dan paling sering dikeluhkan oleh lansia.II.2.2Faktor yang mempengaruhi fungsi kognitif1.Jenis kelamin Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Exela et al (2001), wanita mempunyai fungsi kognitif yang lebih baik dari laki-laki, walaupun tingkat pendidikan formal wanita rata-rata adalah lebih rendah berbanding laki-laki. 2.Faktor pendidikan Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lee et al (2003), pendidikan mempunyai hubungan yang paling erat dengan fungsi kognitif lansia dibandingkan dengan faktor sosioekonomi lain. Begitu juga penelitian yang dilakukan oleh Waney (2005) yang meneliti lansia di Jakarta Barat menyimpulkan bahwa terdapat korelasi yang bermakna antara faktor pendidikan dan fungsi kognitif pada lansia. 3.Mikronutrien Diantarannya adalah asam folat. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Durga et al (2007), suplementasi asam folat yang diberikan tiap hari selama 3 tahun dapat meningkatkan fungsi kognitif pada lanjut usia. Dengan mengkonsumsi asam folat, ternyata ditemukan bahwa fungsi kognitif seperti daya ingat dan kecepatan memproses informasi yang masuk menunjukkan perbaikan.

II.2.3Gejala dan Tanda Gangguan Kognitif Gangguan memori, Disorientasi, Gangguan kognitif (contoh: diskalkulia), Halusinasi atau ilusi visual, Formisasi(sensasi adanya serangga yang merangkak di bawah kulit), Gangguan penilaian dan kontrol impuls yang buruk, Gejala autonomik (takikardia, demam, berkeringat, hipertensi), Onset yang tiba-tiba tanpa adanya riwayat psikiatri personal sebelumnya atau keluarga pada semua usia, namun khususnya pada pasien diatas 40 tahun, kurangnya respons terhadap pengobatan tradisional, riwayat adanya asupan obat atau medikasi sebelumnya. II.2.4Faktor yang Mempengaruhi Gejala dan Tanda Gangguan KognitifFaktor fisik yang mempengaruhi tanda dan gejala termasuk: Derajat gangguan yang diderita karena susunan saraf pusat. Contoh, tumor otak termanifestasikan secara berbeda tergantung pada ukuran, lokasi tumor, dan tekanan intrakranial yang meningkat. Kondisi fisik dari pasien. Contoh, pasien lanjut usia dengan beberapa diagnosis medis lebih rentan untuk terjadinya delirium akibat zat ketika diresepkan obat susunan saraf pusat daripada pasien yang lebih muda, lebih sehat. Intelegensi dan edukasi pasien. Sebagai contoh, tanda dari demensia pada tingkat pendidikan yang cukup, cukup jelas dengan intelegensi di atas rata-rata yang dapat mengerjakan uji kognitif dengan sangat baik. Level dari stres psikososial dan konflik pasien. Contoh, pasien yang baru-baru ini kehilangan sanak saudara atau telah dipaksa untuk pensiun mungkin memiliki toleransi yang lebih rendah meski pada defisit ringan pada fungsi kognitif daripada pada pasien dengan stres yang terjadi saat ini. Faktor sosial mempengaruhi tanda dan gejala termasuk: Derajat dari familiaritas pasien terhadap lingkungannya. Contoh, pasien dengan demensia sering memiliki fungsi sosial yang menurun dan mudah untuk menjadi bingung pada lingkungan rumah sakit yang tidak familiar, walaupun mereka mungkin dapat merawat diri mereka secara baik di rumah mereka masing-masing.

II.3Hubungan antara tingkat kadar gula darah terhadap fungsi kognitif pada lansiaBeberapa penelitian telah dilakukan terhadap penurunan fungsi kognitif pada pasien dengan diabetes mellitus. Meskipun hasilnya tidak konsisten dan kelainan yang bervariasi telah diidentifikasi, beberapa kesimpulan dapat diambil, yaitu: Pada pasien dengan diabetes mellitus tipe 1, didapatkan defisit dalam kecepatan pengolahan informasi, efisiensi psikomotor, perhatian, fleksibilitas mental dan persepsi visual. Sedangkan pada pasien dengan diabetes mellitus tipe 2, peningkatan defisit memori, penurunan kecepatan psikomotor dan berkurangnya fungsi eksekutif telah diidentifikasi.

II.4Montreal Cognitive Assessment Montreal cognitive assessment, MoCA, dibuat tahun 1996 di Montreal, Kanada. MoCA divalidasi pada setting dari gangguan kognitif ringan, dan kemudian diadopsi di tempat klinis lain. Uji MoCA adalah uji 30 poin dengan waktu pengerjaan 10 menit. Baik MMSE dan MoCA adalah uji saring kognitif yang rutin yang dinilai dengan 30 pertanyaan. Keduanya singkat, meskipun MMSE lebih singkat, dan waktu pengerjaan sekitar 10 sampai 12 menit. Keduanya tidak berorientasi secara detail dan keduanya dapat digunakan untuk skrining awal. Menurut bagian neurologi dari John Hopkins University School of Medicine di Baltimore, ntuk gangguan ringan, MoCA merupakan uji yang lebih baik dan lebih sensitif dari MMSE. Jadi apabila pasien dengan keluhan minimal dan menanyakan apakah hal tersebut mempengaruhinya secara fungsional, MoCA lebih banyak dipilih. Apabila pasien datang dan jelas terluhat adanya gangguan fungsional, tidak perlu lagi digunakan uji yang memiliki tingkat sensitivitas yang tinggi.

II.5Informant Questionnaire on Cognitive Decline The Informant Questionnaire on Cognitive Decline in the Elderly (IQCODE) adalah kuesioner yang dapat diisi oleh sanak saudara lansia tersebut untuk menentukan apakah ada penurunan fungsi kognitif pada lansia tersebut. IQCODE digunakan untuk uji skrining pada demensia. Apabila didapatkan penurunan penurunan kognitif secara signifikan, diperlukan tindak lanjut dengan pemeriksaan medis untuk menentukan apakah terdapat demensia.

II.6Kerangka teoriPendidikanLansiaIndeks Massa TubuhFungsi KognitifMikronutrienJenis KelaminKadar Gula Darah

II.7HipotesisAdanya hubungan antara tingginya kadar gula darah sewaktu terhadap penurunan fungsi kognitif pada lansia.

2

BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN

III.1Rancangan PenelitianMelakukan penelitian terhadap lansia usia lebih dari 60 tahun di Puskesmas X dengan memeriksa kadar glukosa darah, menggunakan metode tusuk jari tengah sebanyak 1 tetes untuk penentuan konsentrasi glukosa darah. Konsentrasi glukosa darah dinyatakan dalam mg/dL, ditentukan menggunakan glukosa meter dan strip glukosa (Nesco). Dan melakukan tes kognitif menggunakan kuesioner IQCODE dan Montreal Cognitive Assesment (Moca). Jenis penelitian yang digunakan adalah ini rancangan penelitian observasional jenis analitik dengan mengunakan pendekatan rancangan potong silang (cross sectional). Subyek dipilih secara consecutive non-random sampling.

III.2Tempat dan Waktu PenelitianIII.2.1Tempat Penelitian: Puskesmas XIII.2.2Waktu Penelitian: Agustus November 2014

III.3Populasi dan SampelIII.3.1PopulasiOrang Dewasa berusia 60 tahunIII.3.2SampelLansia di Puskesmas X

1. Kriteria Inklusi: Orang dewasa berusia 60 tahun dan Lansia yang kooperatif dan berkomunikasi Lansia yang bersedia berpartisipasi dalam penelitian

2. Kriteria Eksklusi Mempunyai penyakit kronis yang berat atau hendaya berat yang dapat menghalang partisipasi

III.3.3 Ukuran Sampel

Rumus populasi infinit:No= Z2 x P x Q d2 Z= Tingkat kemaknaan yang dikehendaki 95% besarnya 1,96 P= Prevalensi kelompok lansia dengan gangguan fungsi kognitif tahun 2007 = 0,29 Q= Prevalensi/proporsi yang tidak mengalami peristiwa yang diteliti = 1 0,29 = 0,71d = Akurasi dari ketepatan pengukuran untuk p > 10% adalah 0,05 No = (1,96)2 x 0,29 x 0,71 = 316,39418 Pembulatan 316 (0,05)2 n= n0 (1 + n0/N) n = Besar sampel yang dibutuhkan untuk populasi yang finit. n0 = Besar sampel dari populasi yang infinit N= Besar sampel populasi finit

Karena jumlah lansia yang mengikuti kegiatan posyandu Puskesmas Kecamatan X sebanyak 109 orang lansia maka:n= 316= 81 lansia 1 + (316/109)

III.4 Variabel PenelitianIII.4.1Variabel Bebas Kadar gula darahDefinisi Operasional : Konsentrasi gula darah, atau tingkat glukosa serum diatur ketat di dalam tubuh. Level of Measurement : Rasio

III.4.2Variabel Tergantung Fungsi kognitifDefinisi Operasional: cara seseorang berfikir dan bagaimana fungsi intrapsikik seseorang menyiapkan seseorang untuk bereaksi dengan realitas eksternalnya yang diukur melalui kuesioner Montreal Cognitive Assesment (MOCA) dan Informant Quessioner on Cognitive Decline in Elderly (IQCODE).Level of Measurement : Rasio

III.4.3Variabel Luar UsiaDefinisi Operasional : usia adalah satuan waktu yang mengukur waktu keberadaan suatu benda/makhluk, baik yang hidup/mati, lamanya waktu hidup/ada.Level of Measurement : Rasio

III.4.4Variabel luar Jenis KelaminDefinisi Operasional : Kelas atau kelompok yang terbentuk terbentuk dalam suatu spesies sebagai sarana, yang pada manusia dikenal sebagai laki-laki dan perempuan.Level of Measurement : Nominal

III.4.5Variabel Luar PendidikanDefinisi Operasional : kegiatan yang sistematis, bertingkat/berjenjang dimulai dari SD sampai dengan perguruan tinggi.Level of Measurement : Ordinal

III.4.6 Skema Hipoteis

Variabel Bebas Kadar Gula DarahVariabel TergantungFungsi KognitifVariabel luar Usia Jenis Kelamin Pendidikan

III.5Instrumen Penelitian

INSTRUMENFUNGSI INSTRUMEN

MOCAUntuk menilai fungsi kognitif dengan mengevaluasi memori jangka pendek (5 poin), kemampuan visuospasial (4 poin), fungsi eksekutif (4 poin), atensi, memori serta konsentrasi (6 poin), kemampuan berbahasa (5 poin) dan orientasi (6 poin).

IQCODEUntuk menilai fungsi kognitif yang terdiri dari 16 situasi sehari-hari dimana seseorang harus menggunakan memori dan intelegensi.

Alat pengukur gula darah dan strip glukosa (Nesco)Untuk mengetahui kadar gula darah sewaktu dalam mg/dL

INSTRUMENFUNGSI INSTRUMEN

KuesionerYang meliputi:UsiaJenis kelaminStatus perkawinanJumlah anakPendidikan PekerjaanPenghasilanRiwayat penyakit diabetes mellitus

III.6Cara Kerja1.Peneliti terdiri dari 2 orang yang semuanya terjun ke lapangan untuk melakukan tes fungsi kognitif dan intervensi pada setiap subjek penelitian.2.Data yang diperlukan dikumpulkan secara primer* untuk mencari data dan dengan berbekal kuesioner yang sudah baku dan telah di ujicoba, data dicari sampai memenuhi jumlah sampel pada penelitian ini. Setelah data semua terkumpul, dilakukan editing dari data tersebut.*Data PrimerData yang diperoleh dengan cara langsung yaitu dengan menggunakan alat bantu berupa kuesioner yang telah diujicoba dan intervensi kepada lanjut usia di puskesmas X. Daftar pertanyaan yang digunakan adalah pertanyaan yang berkaitan dengan variabel yang diteliti.

III.7Alur Penelitian

LANSIA Kadar Gula Darah Sewaktu Tinggi Fungsi Kognitif (+) Kadar Gula Darah Sewaktu Normal Fungsi Kognitif (-)Keterangan : (+) = Terjadi penurunan (-) = Tidak Terjadi PenurunanSampel

BAB IVHASIL PENELITIAN

IV. Tabel Hasil Penelitian

BAB VPEMBAHASAN

Pada 35 lansia dengan kadar gula darah sewaktu yang normal, didapatkan tidak adanya penurunan fungsi kognitif berdasarkan kuesioner IQCODE. Pada 46 lansia dengan kadar gula darah sewaktu yang tinggi, didapatkan adanya penurunan fungsi kognitif berdasarkan kuesioner IQCODE.

BAB VIKESIMPULAN DAN SARAN

VI.Kesimpulan

Adanya hubungan antara tingkat kadar gula darah sewaktu terhadap penurunan fungsi kognitif pada lansia. Pendidikan dengan durasi yang lebih lama meningkatkan kinerja kognitif dari lansia. Pentingnya keteraturan memantau kadar glukosa darah untuk mengurangi risiko penurunan kognitif pada lansia.

VI.2Saran

Institusi kesehatan dapat memberikan penyuluhan bahwa kadar gula darah bisa mempengaruhi fungsi kognitif pada lansia Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut hubungan gula darah sewaktu dengan fungsi kognitif pada lansia dengan variabel yang lainnya.DAFTAR PUSTAKA

Jorm AF. A short form of the Informant Questionnaire on Cognitive Decline in the Elderly (IQCODE): development and cross-validation. Psychol Med 1994; 24: 145153. Badan Pusat Statistik. Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin 2010. October 1, 2011. Waney AT. Latihan stimulasi kognitif pada kelompok usia lanjut. Jurnal Ilmiah LEMDIMAS 2005; 4 (suppl 2): 77-82 Sadock BJ, Sadock VA. Delirium, dementia, amnestic and cognitive disorders. Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 8th Edition. Lippincott Williams & Wilkins; 2005. P. 150-180 Lee S, Kawachi I, Berkman LF, Grodstein F. Education, Other Socioeconomic Indicators, and Cognitive Function. Am. J. Epidemiol 2003; 157 (8): 712-720. Jorm, A.F. The Informant Questionnaire on Cognitive Decline in the Elderly (IQCODE): A review. International Psychogeriatrics. 2004. 16, 1-19.