sindrom metabolik

38
LAPORAN PROBLEM BASED LEARNING 4 BLOK ENDOKRIN DAN METABOLISME “MUDAH LELAH ” Tutor : dr. Doddy Novrial Kelompok 4 1. Lucky Mariam G1A009005 2. Muarif G1A009013 3. Rostikawaty Azizah G1A009022 4. Windy Nofiatri R. G1A009035 5. Wily Gustafianto G1A009058 6. Karina Adzani Herma G1A009059 7. Rahma Dewi A. G1A009081 8. Maulana Rizqi Yuniar G1A009089 9. Fawzia Merdhiana G1A009098 10. Nurul Arsy M G1A009120 11. Gesa Gestana A G1A009124 12. Angga Mintarsa G1A006077 KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

Upload: rostikawaty-azizah

Post on 12-Aug-2015

185 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

endokrin metabolisme

TRANSCRIPT

Page 1: sindrom metabolik

LAPORAN PROBLEM BASED LEARNING 4

BLOK ENDOKRIN DAN METABOLISME

“MUDAH LELAH ”

Tutor :

dr. Doddy Novrial

Kelompok 4

1. Lucky Mariam G1A009005

2. Muarif G1A009013

3. Rostikawaty Azizah G1A009022

4. Windy Nofiatri R. G1A009035

5. Wily Gustafianto G1A009058

6. Karina Adzani Herma G1A009059

7. Rahma Dewi A. G1A009081

8. Maulana Rizqi Yuniar G1A009089

9. Fawzia Merdhiana G1A009098

10. Nurul Arsy M G1A009120

11. Gesa Gestana A G1A009124

12. Angga Mintarsa G1A006077

KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

JURUSAN KEDOKTERAN

PURWOKERTO

2010

Page 2: sindrom metabolik

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pada pelaksanaan problem based learning yang keempat di blok

endokrin dan metabolisme ini, kami akan membahas tentang obesitas disertai

syndrome metabolik. Obesitas adalah suatu kondisi dimana perbandingan berat

badan dan tinggi badan melebihi standar yang ditentukan. Sedangkan obesitas

adalah kondisi kelebihan lemak, baik di seluruh tubuh atau terlokalisasi pada

bagian-bagian tertentu. Obesitas merupakan peningkatan total lemak tubuh, yaitu

apabila ditemukan total lemak tubuh >25% pada pria dan >33% pada wanita

Faktor-faktor penyebab obesitas masih terus diteliti. Baik faktor

lingkungan maupun genetik berperan dalam terjadinya obesitas. Faktor

lingkungan antara lain pengaruh psikologi dan budaya. Dahulu status sosial dan

ekonomi juga dikaitkan dengan obesitas. Individu yang berasal dari keluarga

sosial ekonomi rendah biasanya mengalami malnutrisi. Sebaliknya, individu dari

keluarga dengan status sosial ekonomi lebih tinggi biasanya menderita obesitas.

Kini diketahui bahwa sejak tiga dekade terakhir, hubungan antara status sosial

ekonomi dengan obesitas melemah karena prevalensi obesitas meningkat secara

dramatis pada setiap kelompok status sosial ekonomi. Meningkatnya obesitas tak

lepas dari berubahnya gaya hidup, seperti menurunnya aktivitas fisik, dan

kebiasaan menonton televisi berjam-jam.

Faktor genetik menentukan mekanisme pengaturan berat badan

normal melalui pengaruh hormon dan neural. Selain itu, faktor genetik juga

menentukan banyak dan ukuran sel adiposa serta distribusi regional lemak tubuh.

Obesitas berhubungan erat dengan distribusi lemak tubuh. Tipe obesitas menurut

pola distribusi lemak tubuh dapat dibedakan menjadi obesitas tubuh bagian atas

(upper body obesity) dan obesitas tubuh bagian bawah (lower body obesity).

Obesitas tubuh bagian atas merupakan dominansi penimbunan lemak tubuh di

truncal . Terdapat beberapa kompartemen jaringan lemak pada truncal, yaitu

Page 3: sindrom metabolik

truncal subcutaneus yang merupakan kompartemen paling umum, intraperitoneal

(abdominal), dan retroperitoneal. Obesitas tubuh bagian atas lebih banyak

didapatkan pada pria, oleh karena itu tipe obesitas ini lebih dikenal sebagai

“android obesity”. Tipe obesitas ini berhubungan lebih kuat dengan diabetes,

hipertensi, dan penyakit kardiovaskuler daripada obesitas tubuh bagian bawah

Obesitas tubuh bagian bawah merupakan suatu keadaan tingginya akumulasi

lemak tubuh pada regio gluteofemoral. Tipe obesitas ini lebih banyak terjadi pada

wanita sehingga sering disebut “gynoid obesity”. Tipe obesitas ini berhubungan

erat dengan gangguan menstruasi pada wanita sedangkan sindroma metabolic

merupakan kumpulan kondisi ukuran tubuh yang tidak sehat dan ketidaknormalan

hasil laboratorium yang menyebabkan individu memiliki risiko yang tinggi

terhadap penyakit kardiovaskular. Modifikasi gaya hidup yang agresif dan

menggunakan obat-obatan untuk mengatasi kondisi yang menjadikan Sindroma

Metabolik akan mengurangi peluangnya berlanjut pada penyakit jantung dan

stroke. Sindroma metabolik juga dikenal dengan Sindroma X atau Sindroma

Resistensi Insulin.

Page 4: sindrom metabolik

B. KASUS

INFORMASI 1

Ny. OS, seorang ibu rumah tangga berusia 42 tahun datang dengan

keluhan mudah lelah. Lelah sudah dirasakan walaupun ia hanya beraktivitas

ringan saja. Ia juga merasakan nyeri pada persendian yang menopang tubuh

seperti lutut, paha dan punggung. Ia seorang wanita yang gemar memasak dan

tidak pernah mengatur pola makannya. Ny. OS menderita hipertensi sejak + 3

tahun yang lalu, rutin berobat dan terkontrol dengan diuretik. Sejak 3 tahun ini

pula, setiap tahun ia memeriksakan gula darah puasa dengan hasil normal.

Dari pemeriksaan fisik ditemukan hasil :

KU : baik, Compos Mentis

TB : 158 cm

BB : 96 kg

TD : 140/90 mmHg

HR : 96 x/menit

RR : 22x/menit

Status internus dbN

Page 5: sindrom metabolik

BAB II

PEMBAHASAN

A. KEJELASAN ISTILAH DAN KONSEP

Diuresis

Adalah jenis obat yang menurunkan tekanan darah dan merangsang diseresin

atau yang menyebabkan pengeluaran urine.

B. MENETAPKAN DEFINISI DAN BATASAN PERMASALAHAN

YANG TEPAT

1. Mengidentifikasi masalah yang didapatkan dari informasi 1.

Identitas pasien

1. Usia : 42 tahun

2. Jenis kelamin : wanita

3. Status : Ibu Rumah Tangga

Keluhan Utama : mudah lelah walau beraktivitas ringan

Riwayat Penyakit Sekarang

1. Onset : -

Frekuensi : -

2. Lokasi : -

3. Kualitas : -

4. Kuantitas / keparahan : -

5. Kronologis : seorang ibu rumah tangga yang mudah lelah

walaupun melakukan aktivitas ringan dia

merasakan nyeri pada sendi terutama lutut,

paha dan punggung. Menderita hipertensi

sejak 3 tahun lalu rutin berobat dan terkontrol

dengan diuretic sejak 3 tahun yang lalu pula.

Gula darah puasa dalam keadaan normal.

6. Faktor memperburuk : -

Faktor memperingan : -

Page 6: sindrom metabolik

7. Manifestasi : mudah lelah dan merasakan nyeri di

persendian

Riwayat Penyakit Dahulu : -

Riwayat Penyakit Keluarga : -

Riwayat Sosial dan Pribadi : ibu rumah tangga yang gemar memasak dan

tidak pernah mengatur pola makannya

Pemeriksaan fisik

KU : baik, compos mentis

Tinggi badan : 158 cm

Berat badan : 96 kg

Tekanan darah : 140/90 mmHg

Denyut nadi : 96x/menit

Frekuensi napas: 22/menit

2. Hipotesa penegakan diagnosis dengan pembandingnya, hipotesa yang kami

ajukan untuk kasus diatas adalah sebagai berikut

a. Obesitas

Karena BMI dari pasien adalah diatas normal yaitu > 38. Hal itu

mengindikasikan obesitas tingkat 2.

b. obesitas disertai dislipidemia

dikatakan dislpidemia adalah karena kadar kolestrol dalam darah

tinggi. Diasumsikan melalui anamnesis bahwa pasien mempunyai pola

makan yang tidak terkontrol dan jarang melakukan latihan jasmani.

c. Hipertensi

Pada pemeriksaan fisik didapatkan bahwa tekanan darah pasien adalah

140/90 mmHg. Merupakan pertanda hipertensi ringan.

d. sindroma metabolic

mengapa mengajukan diagnosis sindroma metabolik adalah karena

pasien mempunyai gejala-gejala yang mirip dengan penyakit sindroma

metabolik, antara lain :

i. Hipertensi

ii. Obesitas central

Page 7: sindrom metabolik

iii. Dislipidemia

3. Menentukan pemeriksaan penunjang yang harus dilakukan dan

interpretasinya.

Untuk lebih menegakan diagnosis dari hipotesis yang di ajukan. Maka

diperlukan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang yang tepat

untuk kasus ini adalah mengukur kadar gula darah sewaktu dan mengukur

kadar kolesterol yaitu HDL dan LDL serta perlu juga dilakukan

pengukuran kadar trigliserid dalam darah. Untuk nilai normal dari masing-

masing pemeriksaan penunjang adalah sebagai berikut,

GDS : <200 mg/dl

TG : <200 mg/dl

HDL : <50 mg/dl (berbeda-beda menurut berbagai

sumber, dari buku Ilmu penyakit dalam dikatakan

menurut penelitian dari ATP III untuk adalah untuk

pria < 40mg/dl dan untuk wanita < 50 mg/dl)

LDL : <200 mg/dl

C. MENYUSUN BERBAGAI PENJELASAN MENGENAI

PERMASALAHAN

INFORMASI 2

Dari hasil pemeriksaan laboratorium ditemukan :

GDS : 165 mg/dl

TG : 255 mg/dl

HDL : 42 mg/dl

LDL : 212 mg/dl

Dari informasi 2 diketahui bahwa kadar Gula Darah Sewaktunya

(GDS) adalah normal, trigliseridnya (Tg) meningkat, High density

Lipoprotein (HDL) menurun, Low Density Lipoprotein (LDL)

meningkat.

hal tersebut dapat membantu untuk dapat ditegakannya diagnosis yang

mengerucut. Pada hipotesis diatas dapat dikenali bahwa pasien menderita

Page 8: sindrom metabolik

obesitas. Melalui pengukuran BMI pasien yang dapat diketahui dengan

data berat badan dan tinggi badan.

Untuk hipotesis sindroma metabolik tetap dipertahankan karena pasien

mengalami atau memiliki kumpulan sindroma gangguan.

INFORMASI 3

Lingkar Pinggang : 88 cm

Informasi mengenai berat badan pasien semakin memperkuat hipotesis

bahwa pasien menderita obesitas. Disebabkan karena untuk lingkar

pinggang wanita dewasa normal adalah < 80 cm. Lingkar pinggang 88

cm berarti sudah dapat dipastikan pasien menderita obesitas.

Namun dari gejala-gejala yang muncul dalam informasi ke dua mengenai

kadar kolesterol darah yang abnormal, yang didiagnosis sebagai suatu

kelainan penyakit dislipidemia. Tetap menjadikan sindroma metabolik

adalah hipotesis dari kasus ini.

Oleh karena itu pada kasus ini, untuk diagnosis yang kami ajukan adalah

Obesitas disertai dengan Sindroma Metabolik.

D. MERUMUSKAN TUJUAN BELAJAR

1. Menjelaskan obesitas disertai sindroma metabolic

2. Menyebutkan gejala klinis dari obesitas disertai sindroma metabolik

3. Menjelaskan patogenesis terjadinya obesitas disertai sindroma metabolik

4. Menjelaskan patofisiologi tanda dan gejala yang muncul

5. Menjelaskan prognosis dan komplikasi pada obesitas disertai sindroma

metabolik

6. Menjelaskan penatalaksanaan obesitas diserta sindroma metabolik

E. BELAJAR MANDIRI SECARA INDIVIDUAL ATAU KELOMPOK

Mencari sumber referensi yang terkait dengan sasaran belajar yang sudah

direncanakan yaitu berupa materi dari textbook atau jurnal terbaru. Sudah

dilaksanakan.

Page 9: sindrom metabolik

F. MENARIK ATAU MENGAMBIL SISTEM INFORMASI YANG

DIBUTUHKAN DARI INFORMASI YANG ADA

1. obesitas dan sindroma metabolic

Definisi

Sindrom Metabolik atau Sindrom X merupakan kumpulan dari faktor2

risiko untuk terjadinya penyakit kardiovaskular yang ditemukan pada

seorang individu. Faktor-faktor risiko tersebut meliputi dislipidemi,

hipertensi, gangguan toleransi glukosa dan obesitas

abdominal/sentral.  The National Cholesterol Education Program-Adult

Treatment Panel III (NCEP-ATP III) mendapatkan bahwa sindrom

metabolik merupakan indikasi untuk dilakukan intervensi terhadap gaya

hidup yang ketat, meliputi diet, latihan fisik dan intervensi farmakologik.

(Vega GL,2001)

Epidemiologi/ Prevalensi

Prevalensi Sindrom Metabolik bervariasi tergantung pada definisi yang

digunakan dan populasi yang diteliti. Berdasarkan data dari the Third

National Health and Nutrition Examination Survey (1988 sampai 1994),

prevalensi sindrom metabolik (dengan menggunakan kriteria NCEP-ATP

III) bervariasi dari 16% pada laki2 kulit hitam sampai 37% pada wanita

Hispanik. Prevalensi Sindrom Metabolik meningkat dengan bertambahnya

usia dan berat badan. Karena populasi penduduk Amerika yang berusia

lanjut makin bertambah dan lebih dari separuh mempunyai berat badan

lebih atau gemuk , diperkirakan Sindrom Metabolik melebihi merokok

sebagai faktor risiko primer terhadap penyakit kardiovaskular. Sindrom

metabolik juga merupakan prediktor kuat untuk terjadinya DM tipe 2

dikemudian hari. .(Ford S,2002)

 Etiologi :

Etiologi Sindrom Metabolik belum dapat diketahui secara pasti. Suatu

hipotesis menyatakan bahwa penyebab primer dari sindrom metabolik

adalah resistensi insulin. Resistensi insulin mempunyai korelasi dengan

timbunan lemak viseral yang dapat ditentukan dengan pengukuran lingkar

pinggang atau waist to hip ratio. Hubungan antara resistensi insulin dan

Page 10: sindrom metabolik

penyakit kardiovaskular diduga dimediasi oleh terjadinya stres oksidatif

yang menimbulkan disfungsi endotel yang akan menyebabkan kerusakan

vaskular dan pembentukan atheroma. Hipotesis lain menyatakan bahwa

terjadi  perubahan hormonal yang mendasari terjadinya obesitas

abdominal. Suatu studi membuktikan bahwa pada individu yang

mengalami peningkatan kadar kortisol didalam serum (yang disebabkan

oleh stres kronik) mengalami obesitas abdominal, resistensi insulin dan

dislipidemia. Para peneliti juga mendapatkan bahwa ketidakseimbangan

aksis hipotalamus-hipofisis-adrenal yang terjadi akibat stres akan

menyebabkan terbentuknya hubungan antara gangguan  psikososial  dan

infark miokard.(Ford S,2002)

Komponen Kriteria diagnosis WHO :

Resistensi insulin plus :

Kriteria diagnosis ATP

III :

3 komponen dibawah ini

Obesitas

abdominal/ sentral

Waist to hip ratio :

Laki2 : > 0.90;

Wanita : > 0.85, atau

IMB > 30 kg/m2

Lingkar pinggang :

Laki2 : > 102 cm (40 inchi)

Wanita : > 88 cm (35 inchi)

Hipertrigliseridemia  150 mg/dl ( 1.7

mmol/L)

 150 mg/dl ( 1.7 mmol/L)

HDL Cholesterol

 

♂ < 35 mg/dl (< 0.9

mmol/L)

♀ < 39 mg/dl (< 1.0

mmol/L

 

♂ < 40 mg/dl (< 1.036

mmol/L)

♀ < 50 mg/dl (< 1.295

mmol/L)

 

 

Hipertensi

TD  140/90 mmHg atau

riwayat terapi anti

hipertensif

TD  130/85 mmHg atau

riwayat terapi anti hipertensif

Kadar glukosa

darah tinggi

Toleransi glukosa

terganggu, glukosa puasa

terganggu, resistensi insulin

 110 mg/dl atau  6.1

mmol/L

Page 11: sindrom metabolik

atau DM

Mikroalbuminuri Ratio albumin urin dan

kreatinin 30 mg/g

 

Sedangakan obesitas merupakan keadaan penumpukan lemak yang

berlebihan di jaringan adiposa. Keadaan ini timbul akibat pengaturan makan

yang tidak baik, gaya hidup kurang gerak, dan faktor keturunan (genetik).

Kelebihan energi makanan yang kita konsumsi secara kumulatif akan

ditimbun sebagai cadangan energi berupa lemak tubuh. Ketidak-seimbangan

antara energi yang masuk dan yang digunakan tubuh membuat berat badan

bertambah. Peranan genetik dalam kejadian obesitas terbukti dari adanya

risiko obesitas sekitar 2 -3 kali lebih tinggi pada individu dengan riwayat

keluarga obesitas Untuk mengukur obesitas digunakan ukuran  indeks massa

tubuh (IMT). IMT dihitung dari: Berat badan (Kg) dibagi Tinggi badan

kuadrat (M2)

Berat-badan (Kg)

Tinggi-badan2 (M2)

Kisaran normal IMT Asia-Pasifik 18,5-22,9 kg/m².Lebih dari itu masuk

kelompok berisiko, dan bila IMT di atas 25 kg/m² disebut sebagai obesitas.

Contoh: Bila tinggi badan 160 cm dan berat badan 70 kg. Maka IMT=

IMT 27,4 berarti dalam keadaan obesitas dan dianjurkan menurunkan berat

badan dalam kisaran 49 - 60 kg agar mencapai IMT 18,5 – 22,9

IMT tidak mencerminkan distribusi timbunan lemak di dalam tubuh. Untuk

menilai timbunan lemak perut dapat digunakan rasio lingkar pinggang dan

pinggul (RLPP) atau mengukur lingkar pinggang (LP) saja karena lebih

70   kg                 = 70   kg          = 27,4 kg/m2

(1,6 X 1,6) m2 2,56 m2

Page 12: sindrom metabolik

praktis. Cara ini mudah, dengan menggunakan pita meteran (seperti yang

digunakan oleh penjahit) diukur bagian-bagian tubuh untuk mengetahui

banyaknya lemak tubuh. Gemuk pada pria umumnya seperti apel (android),

lemak banyak disimpan di pinggang dan rongga perut. Sedangkan wanita

menyerupai pir (gynecoid), penumpukan lemak terjadi di bagian bawah,

seperti pinggul, pantat dan paha. Gemuk bentuk ‘apel’ lebih berbahaya

dibandingkan gemuk bentuk ‘pir’. Yang berbahaya adalah timbunan lemak di

dalam rongga perut, yang disebut sebagai obesitas sentral.  Mengingat

obesitas sentral sering dihubungkan dengan komplikasi metabolik dan

pembuluh darah (kardiovaskuler), tampaknya pengukuran LP lebih memberi

arti dibandingkan IMT. Adanya timbunan lemak di perut tercermin dari

meningkatnya LP.  Sebagai patokan, pinggang berukuran ≥ 90 cm

merupakan tanda bahaya bagi pria, sedangkan untuk wanita risiko tersebut

meningkat bila lingkar pinggang berukuran ≥ 80 cm.

Obesitas ( LP wanita > 80 cm, pria > 90 cm) ditambah 2 dari 4 Faktor berikut

ini :

1. Trigliserida         ≥ 150 mg/dl

2. Kolesterol  HDL < 40 mg/dl (pria), < 50 mg/dl (wanita)

3. Hipertensi

Tekanan darah sistolik    ≥130 mmHg

Tekanan darah diastolik  ≥  85 mmHg

Glukosa darah puasa   ≥ 100 mg/l

2. Menyebutkan gejala klinis dari obesitas dan sindroma metabolic

a. obesitas abdominal adalah bentuk dari obesitas yang paling kuat

berhubungan dengan sindroma metabolik. Hal ini dapat terlihat secara

klinis dengan meningkatnya lingkar perut.

Page 13: sindrom metabolik

b. dislipidemia atherogenik bermanifestasi dengan penurunan kadar HDL-

C, peningkatan kadar trigliserid, dan small dense LDL.

c. peningkatan tekanan darah berhubungan dengan obesitas dan biasanya

terjadi pada resistensi insulin.

d. resistensi insulin/intoleransi glukosa terjadi pada sebagian populasi

dengan sindroma metabolik. Hal ini berhubungan erat dengan komponen

sindroma metabolik lainnya dan berbanding lurus dengan risiko PKV

(penyakit kardiovaskuler).

e. keadaan proinflamasi meningkatkan kadar hsCRP sebagai akibat

dilepaskannya sitokin proinflamasi merupakan pertanda risiko terjadinya

infark myocard.

f. keadaan prototombik memiliki karakteristik peningkatan plasminogen

activator inhibitor (PAI-1), fibrinogen, dan faktor VII.

Peningkatan faktor risiko metabolik selalu berhubungan dengan tingginya

akumulasi jaringan adiposa abdominal, terutama jaringan lemak visceral

Salah satu karakteristik obesitas abdominal/lemak visceral adalah

terjadinya pembesaran sel-sel lemak, sehingga sel-sel lemak tersebut akan

mensekresi produk-produk metabolik, diantaranya sitokin proinflamasi,

prokoagulan, peptida inflamasi, dan angiotensinogen. Produk-produk dari

sel lemak dan peningkatan asam lemak bebas dalam plasma bertanggung

jawab terhadap berbagai penyakit metabolik seperti diabetes, penyakit

jantung, hiperlipidemia, gout, dan hipertensi

Page 14: sindrom metabolik

3. Menjelaskan patogenesis

Page 15: sindrom metabolik

4. Menjelaskan patofisiologi tanda dan gejala yang muncul

1. Patofisiologi Sindrom Metabolik

a) Obesitas

Page 16: sindrom metabolik

Obesitas yang digambarkan dengan IMT tidak begitu

sensitif dalam menggambarkan risiko kardiovaskular dan gangguan

metabolic yang terjadi. Studi menunjukkan bahwa obesitas sentral

yang digambarkan oleh lingkar perut (dengan cut-off yang berbeda

antara jenis kelamin lebih sensitive dalam memprediksi gangguan

metabolic dan risiko kardiovaskular. Lingkar perut

menggambarkan baik jaringan adipose subkutan dan visceral.

Seorang dengan obesitas dapat tidak berkembang menjadi

resistensi insulin dan sebaliknya resistensi insulin dapat ditemukan

pada individu tanpa obes (lean subjects). Interaksi faktor genetic

dan lingkungan akan memodifikasi tampilan metabolic dari suatu

resistensi insulin maupun obesitas.

Jaringan adipose merupakan sebuah organ endokrin yang

aktif mensekresi berbagai faktor pro dan anti inflamasi seperti

leptin, adiponektin, Tumor Nekrosis Faktor α (TNF-α), Interleukin-

6 (IL-6), dan resistin. Konsentrasi adiponektin plasma menurun

pada kondisi DM tipe 2 dan obesitas. Senyawa ini dipercaya

memiliki efek antiaterogenik pada hewan coba dan manusia.

Sebaliknya, konsentrasi leptin meningkat pada kondisi resistensi

insulin dan obesitas dan berhubungan dengan risiko kejadian

kardiovaskular tidak tergantung dari faktor risiko tradisional

kardiovaskulat, IMT, dan konsentrasi CRP. Sejauh ini belum

diketahui apakah pengukuran-pengukuran marker hormonal dari

jaringan adipose lebih baik daripada pengukuran secara anatomi

dalam memprediksi risiko kejadian kardiovaskular dan kelainan

metabolic yang terkait.

b) Dislipidemia

Dislipidemia yang khas pada sindrom metabolic ditandai dengan

peningkatan trigliserida dan penurunan kolesterol HDL. Kolesterol

LDL biasanya normal, namun mengalami perubahan struktur

berupa peningkatan small dense LDL. Peningkatan konsentrasi

Page 17: sindrom metabolik

trigliserida plasma dipikirkan akibat peningkatan masukan asam

lemak bebas ke hati sehingga terjadi peningkatan produksi

trigliserida. Namun, studi pada manusia dan hewan menunjukkan

bahwa peningkatan trigliserida tersebut bersifat multifaktorial dan

tidak hanya diakibatkan oleh peningkatan masukan asam lemak

bebas ke hati.

Peningkatan kolesterol HDL disebabkan peningkatan trigliserida

sehingga terjadi transfer trigliserida ke HDL. Namun, pada sukjek

dengan resistensi insulin dan konsentrasi trigliserida normal dapat

ditemukan penurunan kolesterol HDL.

2. Obesitas merupakan suatu penyakit multifaktorial yang terjadi akibat

akumulasi jaringan lemak berlebihan, sehingga dapat mengganggu

kesehatan.

5. Menentukan komplikasi dan prognosis obesitas disertai sindroma

metabolic

KOMPLIKASI

Beberapa komplikasi yang muncul akibat sindroma metabolic

antara lain serangan stroke, serangan jantung, kebutaan dan gagal ginjal.

Komplikasi ini muncul akibat gangguan pembuluh darah yang

mengakibatkan gangguan aliran darah, padahal darah sendiri membawa

makanan yang harus didistribusikan ke setiap sel tubuh kita. Maka

tergantung sel mana yang ‘kelaparan’ dulu, kalau sel-sel ginjal maka

muncul gagal ginjal, kalau sel-sel jantung bisa muncul serangan jantung,

begitu juga sel-sel organ yang lain.

6. Menentukan penatalaksanaan gangguan Obesitas diserta Sindroma

Metabolik

PENCEGAHAN SINDROM METABOLIK

1. Mengatur komposisi makanan

2. Mengatur waktu makan

Page 18: sindrom metabolik

3. Penurunan berat badan secara bermakna dapat memperbaiki semua

aspek dari sindrom metabolik. Demikian pula peningkatan aktifitas

fisik dan pengurangan asupan kalori akan memperbaiki abnormalitas

sindrom metabolik. Perubahan diet spesifik ditujukan terhadap

aspek2 tertentu dari sindrom metabolik seperti :

Mengurangi asupan lemak jenuh untuk menurunkan resistensi

insulin

Mengurangi asupan garam untuk menurunkan tekanan darah

Mengurangi asupan karbohidrat dengan indeks glikemik tinggi untuk

menurunkan kadar glukosa darah dan trigliserida

4. Diet yang banyak mengandung buah-buahan, sayur-sayuran, biji-

bijian, lemak tak jenuh dan produk2 susu rendah lemak bermanfaat

pada sebagian besar pasien dengan sindrom metabolik. Dokter

keluarga efektif dalam membantu pasien merubah gaya hidupnya

melalui pendekatan individual untuk menilai adanya faktor2 risiko

spesifik, intervensi terhadap faktor2 risiko tersebut serta membantu

pasien dalam mengidentifikasi hambatan2 yang dialami dalam upaya

merubah perilaku.

Saat ini belum ada studi acak terkontrol yang khusus tentang

penatalaksanaan Sindrom Metabolik. Berdasarkan studi klinis,

penatalaksanaan agresif terhadap komponen2 Sindrom Metabolik

dapat mencegah atau memperlambat onset diabetes, hipertensi

dan penyakit kardiovaskular. Semua pasien yang didiagnosis

dengan Sindrom Metabolik hendaklah dimotivasi untuk merubah

kebiasaan makan dan latihan fisiknya sebagai pendekatan terapi

utama. Penurunan berat badan dapat memperbaiki semua aspek

Sindrom Metabolik, mengurangi semua penyebab dan mortalitas

penyakit kardiovaskular. Namun kebanyakan pasien  mengalami

kesulitan dalam mencapai penurunan berat badan. Latihan fisik

dan perubahan pola makan  dapat menurunkan tekanan darah dan

memperbaiki kadar lipid, sehingga dapat memperbaiki resistensi

insulin.13)

Page 19: sindrom metabolik

Latihan Fisik :

Otot rangka merupakan jaringan yang paling sensitif terhadap

insulin didalam tubuh, dan merupakan target utama terjadinya

resistensi insulin. Latihan fisik terbukti dapat menurunkan kadar lipid

dan resistensi insulin didalam otot rangka. Pengaruh latihan fisik

terhadap sensitivitas insulin terjadi dalam 24 – 48 jam dan hilang

dalam 3 sampai 4 hari.   Jadi aktivitas fisik teratur hendaklah

merupakan bagian dari usaha untuk memperbaiki resistensi insulin.

Pasien hendaklah diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan 

derajat aktifitas fisiknya. Manfaat paling besar dapat diperoleh bila

pasien menjalani latihan fisik sedang secara  teratur dalam jangka

panjang. Kombinasi latihan fisik aerobik dan latihan fisik

menggunakan beban merupakan pilihan terbaik. Dengan menggunakan

dumbbell ringan dan elastic exercise band merupakan  pilihan terbaik

untuk latihan dengan menggunakan beban. Jalan kaki dan jogging

selama 1 jam perhari juga terbukti dapat menurunkan lemak viseral

secara bermakna pada laki2 tanpa mengurangi jumlah kalori yang

dibutuhkan.11,12)

Diet

Sasaran utama dari diet terhadap Sindrom Metabolik adalah

menurunkan risiko penyakit kardiovaskular dan diabetes melitus.

Review dari Cochrane Database mendukung peranan intervensi diet

dalam menurunkan risiko penyakit kardiovaskular.  Bukti-bukti dari

suatu studi besar menunjukkan bahwa diet rendah sodium dapat

membantu mempertahankan penurunkan tekanan darah. Hasil2 dari

studi klinis diet rendah lemak selama lebih dari 2 tahun menunjukkan

penurunan bermakna dari kejadian komplikasi kardiovaskular dan

menurunkan angka kematian total. 

The Seventh Report of the Joint National Committee on

Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood

Pressure (JNC 7) merekomendasikan tekanan darah sistolik antara 120

– 139 mmHg atau diastolik 80 – 89 mmHg sebagai stadium pre

Page 20: sindrom metabolik

hipertensi, sehingga modifikasi gaya hidup sudah mulai ditekankan

pada stadium ini untuk mencegah penyakit kardiovaskular.

Berdasarkan studi dari the Dietary Approaches to Stop Hypertension

(DASH), pasien yang mengkonsumsi diet rendah lemak jenuh dan

tinggi karbohidrat terbukti mengalami penurunan tekanan darah yang

berarti walaupun tanpa disertai penurunan berat badan.

Penurunan asupan sodium dapat menurunkan tekanan darah

lebih lanjut atau mencegah kenaikan tekanan darah yang menyertai

proses menua. Studi dari the Coronary Artery Risk Development in

Young Adults  mendapatkan bahwa konsumsi produk2 rendah lemak

dan garam disertai dengan penurunan risiko sindrom metabolik yang

bermakna. Diet rendah lemak tinggi karbohidrat dapat meningkatkan

kadar trigliserida dan menurunkan kadar HDL kolesterol, sehingga

memperberat dislipidemia. . Suatu studi menunjukkan adanya korelasi

antara penyakit kardiovaskular dan asupan biji-bijian dan kentang.

Para peneliti merekomendasikan diet yang mengandung biji-bijian,

buah-buahan dan sayuran untuk menurunkan risiko penyakit

kardiovaskular. Efek jangka panjang dari diet rendah karbohidrat

belum diteliti secara adekuat, namun dalam jangka pendek, terbukti

dapat menurunkan kadar trigliserida, meningkatkan kadar HDL-

cholesterol dan menurunkan berat badan.

Pilihan untuk menurunkan asupan karbohidrat adalah dengan

mengganti makanan yang mempunyai indeks glikemik tinggi dengan

indeks glikemik rendah yang banyak mengandung serat. Makanan

dengan indeks glikemik rendah dapat menurunkan kadar glukosa post

prandial dan insulin. 12)

Modifikasi gaya hidup melalui penurunan berat badan, olah raga

teratur, berhenti merokok dan mengurangi makanan berlemak. Dengan

mengurangi 10% dari kelebihan berat badan secara otomatis dapat

menurunkan tekanan darah dan memperbaiki gangguan resistensi insulin.

Sebagian orang mampu menurunkan tekanan darah dan hiperglikemianya

hanya dengan merubah gaya hidup. Namun, sebagian besar orang

Page 21: sindrom metabolik

memerlukan bantuan obat-obatan untuk menurunkan tekanan darah,

menurunkan trigliserida dan meningkatkan HDL.

Karena semua permasalahan ini saling terkait, maka penanganan pada

satu unsur dari sindrom ini dapat memperbaiki unsur yang lain.

Contohnya, melalui olah raga yang teratur, akan membantu anda

menurunkan berat badan, mengurangi gula darah serta memperbaiki

kondisi hiperglikemia dan resistensi insulin. Kombinasi antara makanan

yang sehat dengan olah raga yang teratur dapat mengobati kondisi

sindroma metabolik sehingga mencegah risiko penyakit jantung, sroke,

diabetes dan masalah medis lai Terapi pada orang obesitas

1. Terapi diet

Dengan cara mengurangi asupan lemak, karbohidrat,dan gula.

2. Aktivitas fisik

Misalnya dengan melakukan olahraga (berjalan) selama 30 menit secara

rutin 3x seminggu lalu ditingkatkan menjadi 5 kali seminggu selama 45

menit. Hal ini terbukti dapat membakar 100-200 kalori/hari

3. Terapi perilaku

Pengawasan : kebiasaan makan, aaktivitas fisik, managemen stress

Stimulus control

Pemecahan masalah

Dukungan

4. Farmako terapi

obat

Sibutramide

Kontra indikasi untuk penderita hipertensi, penyakit jantung koroner,

dan stroke

Orlistat :bekerja dengan menghambat absorbsi lemak 30%

5. Tindakan bedah

Jika BMI lebih dari sama dengan 40 atau 35 dan gagal dalam terapi

menggunakan obat, dilakukan bedah gastro.

Page 22: sindrom metabolik

Menurunkan resiko penyakit kardiovaskular atherosclerosis dan

diabetes mellitus tipe 2 pada pasien yang belum diabetes.

1. Penatalaksanaan ada 2 pilar :

a. Tatalaksana penyebab

Berat badan lebih/obesitas & aktifitas fisik

b. Tatalaksana factor lipid dan non lipid

2. Penurunan berat badan :

a. Pengaturan penurunan berat badan merupakan dasar, baik dalam

obesitas maupun sindrom metabolic.

b. Penurunan berat badan 5-10% sudah dapat memberikan

perbaikan profil metabolic

c. Penanganannya :

- Diet

- Aktifitas fisik >> olahraga

- Perubahan perilaku >> yang terpenting

- Obat-obatan >> penurunan berat badan (sibutramin dan

orlistat)

Cara kerja sibutramin :

Cara kerjanya sentral

Efek mengurangi asupan energy melalui efek mempercepat

rasa kenyang dan mempertahankan pengeluaran energy

(efek nya menurunkan berat badan dan mempertahankan

berat badan yang sudah turun)

Efek metabolic >> penurunan berat badan dengan

pemberian sibutramin setelah 24 minggu disertai dengan

diet dan aktifitas fisik >> memperbaiki kadar trigliserida

dan kolesterol HDL

3. Toleransi glukosa merupakan salah satu manifesti sindrom metabolic

yang dapat menjadi awal suatu diabetes mellitus. Penelitian

menunjukan adanya hubungan yang kuat antara toleransi glukosa

terganggu (TGT) dan risiko kardiovaskular pada sindrom metabolic

dan diabetes.

Page 23: sindrom metabolik

a. Perubahan gaya hidup

b. Aktifitas fisik yang teratur >> efektif menurunkan berat badan

dan TGT

c. Modifikasi diet secara bermakna memperbaiki glukosa 2 jam

pasca prandial dan kadar insulin.

4. Hipertensi :

a. Tiazolidindion >> pengaruh ringan tetapi persisten terhadap

penurunan tekanan darah systole dan diastole

b. Tiazolidindion dan methformin >> menurunkan kadar asam

lemak vevas

c. Pada diabetes prevention program >> methformin mengurangi

progresi diabetes sebesar 31% dan efektif pada pasien muda dan

obesitas.

5. Terapi untuk dislipidemia :

a. Perubahan gaya hidup dengan medikasi

b. Perubahan diet dan aktifitas fisik >> tidak cukup >> disarankan

dengan obat”an

c. Terapi obat gembrifozil >> memperbaiki profil lipid dan

menurunkan risiko penyakit kardiovaskuler.

d. Fenobibrat:

- khusus menurunkan kadar trigliserida

- meningkatkan kolesterol HDL

- menurunkan kadar fibrinogen

e. kombinasi fenofibrat dan statin :

- memperbaiki kadar trigliserida

- memperbaiki kolesterol HDL

- memperbaiki LDL

6. Tindakan bedah

Jika BMI lebih dari sama dengan 40 atau 35 dan gagal dalam

terapi menggunakan obat, dilakukan bedah gastro.

Page 24: sindrom metabolik

BAB III

KESIMPULAN

Pada kasus ini, diagnosis yang berhasil ditegakan adalah Obesitas disertai

dengan Sindroma Metabolik.

Obesitas merupakan keadaan dimana berat badan lebih dari normal,

sesuai dengan interpretasi yang telah kita sampaikan diatas. Kelebihan berat badan

atau lemak bisa menyebabkan terjadinya dislipidemia, dislipidemia merupakan

keadaan dimana kadar lemak tidak dtabil, dengan ciri LDL meningkat, Trigliserid

meningkat, dan HDL menurun.

Sindroma metabolic merupakan kumpulan dari faktor resiko penyakit

kardiovaskular. Contoh dari sindrom-sindrom tersebut adalah hiperetensi, obesitas

sentral, dislipidemia dan resistensi insulin. Jika ketiga sindrom tersebut telah

muncul. Maka sudah dapat dipastikan bahwa pasien menderita Sindrom

Metabolik.

Page 25: sindrom metabolik

DAFTAR PUSTAKA

Widjaya. 2004. Obesitas dan sindroma metabolik. Forum Diagnosticum. 4:1-16.

Tjokroprawiro A. 2005. The Mets: One of The Major Threat to Human Health.

Plennery Lecture Surabaya Metabolic Syndrome Update-1 (SUMETSU-1).

Surabaya: 19-20 Februari.

Semiardji. 2004. The Significant of Visceral Fat in Metabolic Syndrome. Jakarta:

Diabetes Meeting 9-10 Oktober.

Grundy S.M. 2006. Metabolic syndrome: connecting and reconceiling

cardiovaskuler and diabetes world. J Am Coll Cardiol. 47:1093-1110.

M. Wahba. 2007. Obesity and obesity inisiated metabolic syndrome: mechanistic

link to chronic kidney disease. Clin J Am Soc Nephrol. 2:550-562.

Hayes, Peter C., Walter, Ronald S.Mac. 2009. Buku Saku pemeriksaan Klinik.

Tangerang: Binarupa Aksara Publisher

Lawrelee, Sherwood. 2006. Fisiologi Manusia. Jakarta: EGC

Nuswantari, Dyah., Kumala, Poppy. 1998. Kamus Saku Kedokteran Dorland.

Jakarta: EGC.

Pierce, Sylvia. 2007. Patofisioogi dan Mekanisme Penyakit. Jakarta: EGC

Price, Sylvia A., Wilson, Lorraine W. 2005. Patofisiologi, konsep klinis proses-

proses penyakit. Jakarta: penerbit buku kedokteran EGC

Shahab, Alwi. SINDROM METABOLIK. Palembang : Subbagian Endokrinologi

Metabolisme Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK Unsri.

Page 26: sindrom metabolik

Sudoyo, Aru W., setiyohadi, Bambang., alwi, Idrus., simadibrata, Marcellus.,

Setiadi, Siti. 2006. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jakarta: pusat

penerbitan departemen ilmu penyakit dalam FKUI.

Soegondo, Sidartawan. 2006 Sindrom Metabolik, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam

Edisi 4. Jakarta: Interna Publishing: 1849-1850.

Vega GL. Obesity, the metabolic syndrome, and cardiovascular disease. Am Heart

J 2001;142:1108-16.

Deen D. Metabolic Syndrome : Time of Action. Am Fam Physician

2004;69: 2875-82.

Ford ES, Giles WH, Dietz WH. Prevalence of the metabolic syndrome among

U.S. adults: findings from the Third National Health and Nutrition

Examination Survey. JAMA 2002;287:356-9.