refleksi kasus

8
FORM REFLEKSI KASUS FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA _________________________________________________________________ _____________ Nama Dokter Muda : Siti Anisa Fatmawati NIM: 09711301 Stase : THT Identitas Pasien Nama / Inisial : Ny. C No RM : 433529 Umur : 50 th Jenis kelamin :Perempuan Diagnosis/ kasus : Susp. Karsinoma Nasofaring Pengambilan kasus pada minggu ke: 4 Jenis Refleksi: lingkari yang sesuai (minimal pilih 2 aspek, untuk aspek ke-Islaman sifatnya wajib) a. Ke-Islaman* b. Etika/ moral c. Medikolegal d. Sosial Ekonomi e. Aspek lain Form uraian 1. Resume kasus yang diambil (yang menceritakan kondisi lengkap pasien/ kasus yang diambil ). Page 1

Upload: siti-anisa-fatmawati

Post on 27-Oct-2015

488 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

uii

TRANSCRIPT

Page 1: Refleksi Kasus

FORM REFLEKSI KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

______________________________________________________________________________

Nama Dokter Muda : Siti Anisa Fatmawati NIM: 09711301

Stase : THT

Identitas Pasien

Nama / Inisial : Ny. C No RM : 433529

Umur : 50 th Jenis kelamin :Perempuan

Diagnosis/ kasus : Susp. Karsinoma Nasofaring

Pengambilan kasus pada minggu ke: 4

Jenis Refleksi: lingkari yang sesuai (minimal pilih 2 aspek, untuk aspek ke-Islaman sifatnya

wajib)

a. Ke-Islaman*

b. Etika/ moral

c. Medikolegal

d. Sosial Ekonomi

e. Aspek lain

Form uraian

1. Resume kasus yang diambil (yang menceritakan kondisi lengkap pasien/ kasus yang diambil ).

Seorang perempuan datang ke poli THT dengan keluhan ada benjolan di leher

bagian kanan dan kiri tepatnya dibagian belakang telinga. Benjolan tersebut muncul

sejak 3 bulan yang lalu. Sebelumnya benjolan hanya muncul di leher kanan tetapi tidak

lama kemudian benjolan juga muncul di leher kiri pasien. Awalnya benjolan teraba kecil

tetapi lama kelamaan semakin besar dan mulai dirasakan mengganggu. Benjolan pada

leher kiri tampak lebih besar dan mengganggu dibandingkan benjolan pada leher kanan.

Menurut pasien, benjolan tersebut terasa kenceng tetapi tidak sakit. Rasa kenceng

tersebut dirasakan terus-menerus. Selain itu sejak benjolan tersebut muncul pasien

merasa nafsu makannya menurun dan berat badannya juga berkurang. Pasien juga

Page 1

Page 2: Refleksi Kasus

mengeluhkan sakit kepala yang dirasakan cekot-cekot. Rasa nyeri saat menelan

disangkal. Pasien juga tidak mengalami batuk, pilek, maupun demam dalam 1 bulan

terakhir. Pasien belum meminum obat apapun untuk mengobati benjolan tersebut tetapi

pasien sudah pergi ke puskesmas dan oleh dokter di puskesmas di rujuk ke dokter

spesialis THT di RSUD Wonosari.

Riwayat keluhan serupa (benjolan pada leher sebelumnya) disangkal oleh pasien.

Riwayat diabetes mellitus dan atau hipertensi disangkal. Riwayat keluhan serupa

(benjolan dileher atau tempat lain) pada keluarga juga disangkal. Pada saat dilakukan

pemeriksaan, didapatkan benjolan dengan ukuran + 3x2x1 cm pada leher kanan

belakang telinga dan 5x3x2 cm pada leher kiri belakang telinga. Benjolan teraba keras

dan terfiksir. Selain itu benjolan juga tidak teraba hangat maupun berbenjol serta tidak

nyeri tekan.

2. Latar belakang /alasan ketertarikan pemilihan kasus

Pasien merupakan pasien dari kalangan keluarga yang kurang mampu. Pasien

datang ke dokter THT juga menggunakan jamkesmas sehingga pasien tidak perlu

mengeluarkan biaya untuk berobat di RSUD Wonosari. Saat dilakukan anamnesis dan

pemeriksaan, dokter curiga diagnosis pasien mengarah ke keganasan yaitu karsinoma

nasofaring. Hal ini dikarenakan progresivitas dari benjolan tersebut sejak pertama kali

pasien menyadari ada benjolan hingga pasien datang ke rumah sakit cukup tinggi

(perkembangan massa progresif). Selain itu menurut data epidemiologi, kejadian

karsinoma nasofaring di gunungkidul menempati urutan pertama di seluruh provinsi

DIY.

Untuk memastikan diagnosis pada pasien, diperlukan pemeriksaan biopsi yang

tidak bisa dilakukan di RSUD Wonosari karena keterbatasan alat sehingga pasien

disarankan untuk pergi ke RSUP Dr. Sardjito di Jogja (dirujuk). Tetapi keluarga pasien

menolak dengan alasan tidak ada biaya dan transportasi untuk ke jogja. Di sisi lain,

keluarga pasien juga meminta agar pemeriksaan tersebut dilakukan di RSUD Wonosari

saja dan jika harus membayar dengan biaya sendiri pun keluarga pasien bersedia asalkan

jangan di sardjito. Tetapi jika tetap harus ke sardjito keluarga pasien lebih memilih

untuk tidak dilakukan pemeriksaan dengan alasan seperti tersebut diatas. Sementara itu

pasien hanya manut saja pada keputusan keluarga yang mengantar.

Page 2

Page 3: Refleksi Kasus

Pada kasus ini, masalah yang menarik bagi penulis adalah tidak adanya usaha

yang diupayakan oleh keluarga pasien untuk bisa mencapai pelayanan kesehatan yang

lebih memadai demi kepentingan pasien sendiri. Keluarga juga tidak tampak berusaha

merundingkan dengan pasien apa yang menjadi harapan pasien. Padahal jika dilihat dari

segi biaya, biaya untuk biopsi di RSUP Dr. Sardjito sudah ditanggung oleh jamkesmas

sehingga pasien tidak perlu mengeluarkan biaya sendiri. Biaya yang diperlukan oleh

pasien/keluarganya hanyalah biaya untuk transportasi ke jogja.

3. Refleksi dari aspek etika moral /medikolegal/ sosial ekonomi beserta penjelasan

evidence / referensi yang sesuai *

*pilihan minimal satu

Penulis mencoba merefleksikan kasus yang terjadi pada pasien diatas dari aspek

sosial ekonomi. Pada pasien diatas, kesadaran dan kepedulian keluarga pasien terhadap

pasien terbilang cukup rendah. Hal ini bisa dilihat dari tidak tampaknya usaha keluarga

pasien untuk mendapatkan sarana transportasi ke jogja untuk mencapai sarana pelayanan

kesehatan yang lebih lengkap padahal pasien sangat membutuhkan pemeriksaan tersebut

untuk menegakkan diagnosis penyakitnya. Dengan tegaknya diagnosis penyakit pasien,

terapi terhadap pasien bisa segera dilakukan dan kemungkinan bahaya yang ditimbulkan

akibat tertundanya terapi pada pasien bisa diminimalisir apalagi pada kasus ini pasien

dicurigai menderita karsinoma nasofaring yang merupakan penyakit yang mengancam

nyawa dalam waktu singkat jika tidak diobati.

Rendahnya upaya keluarga pasien dalam mencapai sarana kesehatan yang lebih

lengkap bisa jadi dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan sosial ekonomi. Dengan

pengetahuan yang terbatas, keluarga pasien tidak menyadari bahwa tertundanya

pemeriksaan akan menyebabkan tertundanya terapi yang bisa saja berakibat fatal pada

kondisi kesehatan pasien bahkan keselamatan pasien. Jika keluarga pasien memiliki

pemahaman yang baik mengenai akibat yang mungkin terjadi bisa jadi keluarga pasien

akan lebih mengupayakan lebih keras agar pasien mendapatkan transportasi ke jogja dan

pemeriksaan tersebut bisa dilakukan. Demikian juga dengan pasien sendiri.

Dari kasus ini juga bisa direfleksikan bahwa pencapaian derajat kesehatan yang

lebih baik tidak hanya membutuhkan biaya tetapi juga kemauan, dukungan, dan

motivasi. Selama ini ketiadaan biaya selalu dijadikan alasan penyebab rendahnya

kualitas kesehatan di Indonesia tetapi ternyata hal tersebut tidak selamanya benar.

Page 3

Page 4: Refleksi Kasus

Terbukti pada pasien diatas, dari segi biaya keluarga pasien tidak perlu mengeluarkan

biaya sendiri untuk pemeriksaan tetapi keluarga pasien tetap menolak untuk pergi ke

jogja dengan alasan keterbatasan transportasi. Padahal disisi lain, keluarga pasien belum

tampak mengusahakan untuk mendapatkan transportasi untuk ke jogja.

Selain dari aspek sosial ekonomi, penulis juga mengambil refleksi dari aspek

medikolegal. Dalam kasus ini dokter sudah menjalankan kewajibannya untuk

memberikan informasi yang jelas mengenai kondisi dan penyakit yang diderita pasien

serta pemeriksaan yang dibutuhkan untuk menunjang diagnosis. Sehingga jika terjadi

sesuatu dengan pasien yang merupakan akibat dari tidak dilakukannya pemeriksaan

biopsi terhadap pasien dokter tidak bisa disalahkan karena hal ini merupakan keputusan

dari keluarga pasien sendiri.

4. Refleksi ke-Islaman beserta penjelasan evidence / referensi yang sesuai

Dari aspek keislaman, kasus ini bisa direfleksikan pada kewajiban untuk senantiasa

menjaga dan mengusahakan kesehatan. Hal ini bisa dilihat pada hadits Rasulullah

S.A.W. sebagai berikut:

“Orang mukmin yang kuat itu lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah dari pada orang

mikmin yang lemah… “ (HR. Muslim)

Selain itu, jika keluarga pasien yang mengantar pasien adalah anaknya, kasus ini bisa

direfleksikan peda kewajiban berbakti kepada kedua orang tua. Kewajiban berbakti

kepada orang tua tertuang jelas dalam Firman Allah S.W.T. dalam Q.S. An-Nisa ayat 36:

“Sembahlah Allah dan jangan kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan

berbuat baiklah kepada kedua orang tua Ibu Bapak”. (An Nisa’ : 36).

Selain itu juga ada didalam Qur’an surat Al-Isra’ ayat 23:

“Dan Rabbmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan

hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya”. (QS. Al Isra’:

23)

Dalam keadaan yang dialami oleh pasien, anak pasien wajib merawat dan berusaha

semaksimal mungkin untuk mendapatkan pengobatan bagi pasien termasuk pemeriksaan

yang harus dijalani pasien. Karena hal ini merupakan bagian dari kewajiban anak pasien

untuk berbakti kepada orang tuanya yang saat ini membutuhkan dukungan baik moril

maupun materil (dalam hal ini mengusahakan transport untuk ke jogja) dari anaknya

untuk bisa menjalani pemeriksaan dan mendapatkan pengobatan yang sesuai.

Page 4

Page 5: Refleksi Kasus

Umpan balik dari pembimbing

Wonosari, 8 Juni 2013

TTD Dokter Pembimbing TTD Dokter Muda

( dr. Ima Dewy Rosmawati, Sp. THT-KL ) ( Siti Anisa Fatmawati )

Page 5