referat anxietas

27
BAB I PENDAHULUAN Sensasi anxietas sering dialami oleh hampir semua manusia. Perasaan tersebut ditandai oleh ketakutan yang difus, tidak menyenangkan, seringkali disertai oleh gejala otonomik, seperti nyeri kepala, berkeringat, palpitasi, gelisah, dan sebagainya. Anxietas merupakan gejala yang umum tetapi non-spesifik yang sering merupakan satu fungsi emosi. Kumpulan gejala tertentu yang ditemui selama kecemasan cenderung bervariasi, pada setiap orang tidak sama. Anxietas yang patologik biasanya merupakan kondisi yang melampaui batas normal terhadap satu ancaman yang sungguh-sungguh dan maladaptif. 1,2 Anxietas sendiri dapat sebagai gejala saja yang terdapat pada gangguan psikiatrik, dapat sebagai sindroma pada neurosis cemas dan dapat juga sebagai kondisi normal. Anxietas normal sebenarnya suatu hal yang sehat karena merupakan tanda bahaya tentang keadaan jiwa dan tubuh manusia supaya dapat mempertahankan diri dan anxietas juga dapat bersifat konstruktif, misalnya 1

Upload: triariniputrimarzaman

Post on 22-Dec-2015

33 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

referat jiwa

TRANSCRIPT

Page 1: referat ANXIETAS

BAB I

PENDAHULUAN

Sensasi anxietas sering dialami oleh hampir semua manusia. Perasaan tersebut

ditandai oleh ketakutan yang difus, tidak menyenangkan, seringkali disertai oleh

gejala otonomik, seperti nyeri kepala, berkeringat, palpitasi, gelisah, dan sebagainya.

Anxietas merupakan gejala yang umum tetapi non-spesifik yang sering merupakan

satu fungsi emosi. Kumpulan gejala tertentu yang ditemui selama kecemasan

cenderung bervariasi, pada setiap orang tidak sama. Anxietas yang patologik biasanya

merupakan kondisi yang melampaui batas normal terhadap satu ancaman yang

sungguh-sungguh dan maladaptif. 1,2

Anxietas sendiri dapat sebagai gejala saja yang terdapat pada gangguan

psikiatrik, dapat sebagai sindroma pada neurosis cemas dan dapat juga sebagai

kondisi normal. Anxietas normal sebenarnya suatu hal yang sehat karena merupakan

tanda bahaya tentang keadaan jiwa dan tubuh manusia supaya dapat mempertahankan

diri dan anxietas juga dapat bersifat konstruktif, misalnya seorang pelajar yang akan

menghadapi ujian, merasa cemas, maka ia akan belajar secara giat supaya

kecemasannya dapat berkurang.2

Gangguan anxietas memiliki beberapa bentuk, antara lain gangguan anxietas

fobik, gangguan panik, gangguan anxietas menyeluruh, gangguan campuran anxietas

dan depresi, gangguan obsesif-kompulsif dan gangguan stress pasca trauma. Angka

prevalensi untuk gangguan anxietas menyeluruh 3-8% dan rasio antara perempuan

dan laki-laki sekitar 2:1. Pasien gangguan anxietas menyeluruh sering mengalami

komorbiditas dengan gangguan mental lainnya seperti Gangguan Panik, Gangguan

Obsesif Kompulsif, Gangguan Stres Pasca Trauma, dan Gangguan Depresi Berat.1

1

Page 2: referat ANXIETAS

Dalam referat ini, akan dibahas lebih mendetail mengenai gangguan anxietas

menyeluruh, yakni mencakup definisi, epidemiologi, etiologi, gambaran klinis,

diagnosis,diagnosis banding, penatalaksanaan, serta prognosis. 

2

Page 3: referat ANXIETAS

BAB II

PEMBAHASAN

A. Defenisi Gangguan Anxietas Menyeluruh

Gangguan anxietas menyeluruh (Generalized Anxiety Disorder, GAD)

merupakan kondisi gangguan yang ditandai dengan kecemasan dan kekhawatiran

yang berlebihan dan tidak rasional bahkan terkadang tidak realistik terhadap berbagai

peristiwa kehidupan sehari-hari. Kondisi ini dialami hampir sepanjang hari,

berlangsung sekurang-kurangnya selama 6 bulan. Kecemasan yang dirasakan sulit

untuk dikendalikan dan berhubungan dengan gejala-gejala somatik seperti ketegangan

otot, iritabilitas, kesulitan tidur dan kegelisahan sehingga menyebabkan penderitaan

yang jelas dan gangguan yang bermakna dalam fungsi sosial dan pekerjaan.3

GAD ditandai dengan kecemasan yang berlebihan dan khawatir yang berlebihan

tentang peristiwa-peristiwa kehidupan sehari-harinya tanpa alasan yang jelas untuk

khawatir. Kecemasan ini tidak dapat dikontrol sehingga dapat menyebabkan

timbulnya stres dan mengganggu aktivitas sehari-hari, pekerjaan dan kehidupan

sosial.3

Pasien dengan GAD biasanya mempunyai rasa risau dan cemas yang berlanjut

dengan ketegangan motorik, kegiatan autonomik yang berlebihan, dan selalu dalam

keadaan siaga. Beberapa pasien mengalami serangan panik dan depresi.3

B. EPIDEMIOLOGI

Angka prevalensi untuk gangguan anxietas menyeluruh 3-8% , dengan prevalensi

pada wanita > 40 tahun sekitar 10%. Rasio antara perempuan dan laki-laki sekitar 2:1.

Onset penyakit biasanya muncul pada usia pertengahan hingga dewasa akhir, dengan

3

Page 4: referat ANXIETAS

insidens yang cukup tinggi pada usia 35-45 tahun. GAD  merupakan gangguan

kecemasan yang paling sering ditemukan pada usia tua.4,5

C. ETIOLOGI

Terdapat beberapa teori yang menjelaskan faktor yang diduga menyebabkan

terjadinya gangguan anxietas menyeluruh. Teori-teori tersebut antara lain :

1. Teori Biologi

Area otak yang diduga terlibat pada timbulnya GAD adalah lobus oksipitalis

yang mempunyai reseptor benzodiazepine tertinggi di otak. Basal ganglia, sistem

limbik, dan korteks frontal juga dihipotesiskan terlibat pada etiologi timbulnya GAD.

Pada pasien GAD juga ditemukan sistem serotonergik yang abnormal.

Neurotransmiter yang berkaitan dengan GAD adalah GABA, serotonin, norepinefrin,

glutamate, dan kolesistokinin. Pemeriksaan PET (Positron Emision Tomography)

pada pasien GAD ditemukan penurunan metabolisme di ganglia basal dan massa

putih otak. 3,6

2. Teori Genetik

Pada sebuah studi didapatkan bahwa terdapat hubungan genetik pasien GAD dan

gangguan Depresi Mayor pada pasien wanita. Sekitar 25% dari keluarga tingkat

pertama penderita GAD juga menderita gangguan yang sama. Sedangkan penelitian

pada pasangan kembar didapatkan angka 50% pada kembar monozigotik dan 15%

pada kembar dizigotik. 3,6

3. Teori Psikoanalitik

Teori ini menghipotesiskan bahwa anxietas adalah gejala dari konflik bawah

sadar yang tidak terselesaikan. Pada tingkat yang paling primitif, anxietas

dihubungkan dengan perpisahan dengan objek cinta. Pada tingkat yang lebih matang

lagi, anxietas dihubungkan dengan kehilangan cinta dari objek yang penting. Anxietas

4

Page 5: referat ANXIETAS

kastrasi berhubungan dengan fase oedipal, sedangkan anxietas superego merupakan

ketakutan seseorang untuk mengecewakan nilai dan pandangannya sendiri

(merupakan anxietas yang paling matang).3,6

4. Teori kognitif-perilaku

Penderita GAD berespon secara salah dan tidak tepat terhadap ancaman,

disebabkan oleh perhatian yang selektif terhadap hal-hal yang negative pada

lingkungan, adanya distorsi pada pemrosesan informasi dan pandangan yang sangat

negative terhadap kemampuan diri untuk menghadapi ancaman.3,6

D. GAMBARAN KLINIS

Gambaran klinis dinilai dari 2 hal, yaitu gejala somatik dan gejala psikologik.

1.    Gejala somatic, antara lain :3,6

a) Gemetar

b) Nyeri punggung dan nyeri kepala

c) Ketegangan otot

d) Napas pendek, hiperventilasi

e) Mudah lelah, sering kaget

f) Hiperaktivitas otonomik (wajah merah dan pucat, takikardia, palpitasi, tangan

rasa dingin, diare, mulut kering, sering kencing)

g) Parestesia

h) Sulit menelan

2. Gejala psikologik, antara lain: 3,6

a) Rasa takut yang berlebihan  dan sulit untuk dikontrol

b) Sulit konsentrasi

c) Insomnia

d) Libido menurun

5

Page 6: referat ANXIETAS

e) Rasa mual di perut

f) Hipervigilance (siaga berlebih)

Gangguan anxietas menyeluruh juga memiliki pengaruh terhadap tekanan darah.

Ada dua faktor yang paling berpengaruh pada tekanan darah, yaitu curah jantung

(cardiac output) dan tahanan perifer (peripheral resistance). Anxietas akan

merangsang respon hormonal dari hipotalamus yang akan mengsekresi CRF

(Cortisocoprin- Releasing Factor) yang menyebabkan sekresi hormon-hormon

hipofise. Salah satu dari hormon tersebut adalah ACTH (Adreno- Corticotropin

Hormon). Hormon tersebut akan merangsang  korteks adrenal untuk mengsekresi

kortisol kedalam sirkulasi darah. Peningkatan kadar kortisol dalam darah akan

mengakibatkan peningkatan renin plasma, angiotensin II dan peningkatan kepekaan

pembuluh darah terhadap katekolamin, sehingga terjadi peningkatan tekanan darah.

Selain itu hipotalamus juga berfungsi sebagi pusat dari system saraf otonom. Sistem

ini terbagi atas sistem simpatis dan sistem parasimpatis. Pada anxietas terjadi sekresi

adrenalin berlebihan yang menyebabkan peningkatan tekanan darah, sedanngkan pada

anxietas yang sangat berat dapat terjadi reaksi yang dipengaruhi oleh komponen

parasimpatis sehingga akan mengakibatkan penurunan tekanan darah dan frekuensi

denyut jantung. Pada kecemasan yang kronis, kadar adrenalin  terus meninggi,

sehingga kepekaan terhadap rangsangan yang lain berkurang dan akan terlihat tekanan

darah meninggi.Pada gangguan anxietas menyeluruh  yang terutama berperan adalah

neurotransmiter serotonin. Pada saat ini telah diidentifikasi tiga reseptor serotonin,

yaitu : 5-HT1, 5-HT2 dan 5-HT3 . Menurut Kabo  reseptor 5-HT1 bersifat sebagai

inhibitor, sedangkan reseptor 5-HT2 dan reseptor 5-HT3 bersifat sebagai eksitator.

Menurut Gothert, aktivasi reseptor 5-HT1 akan mengurangi kecemasan sedangkan

aktivasi reseptor  5-HT2 akan meningkatkan tekanan darah.7

6

Page 7: referat ANXIETAS

E. DIAGNOSIS

Kriteria diagnostik gangguan anxietas menyeluruh menurut DSM IV-TR :8

a. Kecemasan atau kekhawatiran yang berlebihan yang timbul hampir setiap hari,

sepanjang hari, terjadi selama sekurangnya 6 bulan, tentang sejumlah aktivitas

atau kejadian (seperti pekerjaan atau aktivitas sekolah)

b. Penderita merasa sulit mengendalikan kekhawatirannya

c. Kecemasan atau kekhawatiran disertai tiga atau lebih dari enam gejala berikut ini

(dengan sekurangnya beberapa gejala lebih banyak terjadi dibandingkan tidak

terjadi selama enam bulan terakhir). Catatan : hanya satu nomor yang diperlukan

pada anak :

1. Kegelisahan

2. Merasa mudah lelah

3. Sulit berkonsentrasi atau pikiran menjadi kosong 

4. Iritabilitas

5. Ketegangan otot

6. Gangguan tidur (sulit tertidur atau tetap tidur, atau tidur gelisah, dan tidak

memuaskan)

d. Fokus kecemasan dan kekhawatiran tidak terbatas pada gangguan aksis I,

misalnya kecemasan atau ketakutan adalah bukan tentang menderita suatu

serangan panik (seperti pada gangguan panik), merasa malu pada situasi umum

(seperti pada fobia sosial), terkontaminasi (seperti pada gangguan obsesif

kompulsif), merasa jauh dari rumah atau sanak saudara dekat (seperti gangguan

anxietas perpisahan), penambahan berat badan (seperti pada anoreksia nervosa),

menderita keluhan fisik berganda (seperti pada gangguan somatisasi), atau

7

Page 8: referat ANXIETAS

menderita penyakit serius (seperti pada hipokondriasis) serta kecemasan dan

kekhawatiran tidak terjadi semata-mata selama gangguan stres pasca trauma.

e. Kecemasan, kekhawatiran, atau gejala fisik menyebabkan penderitaan yang

bermakna secara klinis, atau gangguan pada fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi

penting lain.

f. Gangguan yang terjadi adalah bukan karena efek  fisiologis langsung dari suatu

zat (misalnya penyalahgunaan zat, medikasi) atau kondisi medis umum (misalnya

hipertiroidisme), dan tidak terjadi semata-mata selama suatu gangguan mood,

gangguan psikotik, atau gangguan perkembangan pervasif.

Penegakan diagnosis gangguan anxietas menyeluruh berdasarkan PPDGJ-III sebagai

berikut : 9

a. Pasien harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang berlangsung

hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak

terbatas atau hanya menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu saja (sifatnya

“free floating” atau “mengambang”)

b. Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut :

1. Kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti di ujung tanduk, sulit

konsentrasi, dan sebagainya);

2. Ketegangan motorik (gelisah, sakit kepala, gemetaran, tidak dapat santai); dan

3. Overaktivitas  otonomik (kepala terasa ringan, berkeringat, jantung berdebar-

debar, seska napas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut kering dan

sebagainya).

c. Pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk ditenangkan

(reassurance) serta keluhan-keluhan somatic berulang yang menonjol.

8

Page 9: referat ANXIETAS

d. Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa hari),

khususnya depresi, tidak membatalkan diagnosis utama Gangguan Anxietas

Menyeluruh, selama hal tersebut tidak memenuhi kriteria lengkap dari episode

depresif (F32.-), gangguan anxietas fobik (F40.-), gangguan panik (F41.0), atau

gangguan obsesif-kompulsif (F42.-).

F. DIAGNOSIS BANDING

Gangguan anxietas menyeluruh perlu dibedakan dari kecemasan akibat kondisi

medis umum maupun gangguan yang berhubungan dengan penggunaan zat.

Diperlukan pemeriksaan medis termasuk tes kimia darah, elektrokardiografi, dan tes

fungsi tiroid. Klinisi harus menyingkirkan adanya intoksikasi kafein, penyalahgunaan

stimulansia, kondisi putus zat atau obat seperti alkohol, hipnotik-sedatif dan

anxiolitik.3

Kelainan neurologis, endokrin, metabolik dan efek samping pengobatan pada

gangguan panik harus dapat dibedakan dengan kelainan yang terjadi pada gangguan

anxietas menyeluruh. Selain itu, gangguan anxietas menyeluruh juga dapat

didiagnosis banding dengan fobia, gangguan obsesif-kompulsif, hipokondriasis,

gangguan somatisasi, dan gangguan stres post-trauma.3

a. Fobia

Pada fobia, kecemasan terjadi terhadap objek/hal tertentu sehingga pasien

berusaha untuk menghindarinya, sedangkan pada GAD, tidak terdapat objek tertentu

yang menimbulkan kecemasan.3

b. Gangguan obsesif kompulsif

Pada gangguan obsesif kompulsif, pasien melakukan tindakan berulang-ulang

(kompulsi) untuk menghilangkan kecemasannya, sedangkan pada GAD, pasien sulit

untuk menghilangkan kecemasannya, kecuali pada saat tidur.3

9

Page 10: referat ANXIETAS

c. Hipokondriasis 

Pada hipokondriasis maupun somatisasi, pasien merasa cemas terhadap penyakit

serius ataupun gejala-gejala fisik yang menurut pasien dirasakannya dan berusaha

datang ke dokter untuk mengobatinya, sedangkan pada GAD, pasien merasakan

gejala-gejala hiperaktivitas otonomik sebagai akibat dari kecemasan yang

dirasakannya.3

d. Gangguan stres pasca trauma

Pada gangguan stres pasca trauma, kecemasan berhubungan dengan sutau

peristiwa ataupun trauma yang sebelumnya dialami oleh pasien, sedangkan pada

GAD kecemasan berlebihan berhubungan dengan aktivitas sehari-hari.3

G. PENATALAKSANAAN 

a. Farmakoterapi 

1. Benzodiazepin

Merupakan pilihan obat pertama. Pemberian benzodiazepine dimulai dengan dosis

terendah dan ditingkatkan sampai mencapai respons terapi. Pengguanaan sediaan

dengan waktu paruh menengah dan dosis terbagi dapat mencegah terjadinya efek

yang tidak diinginkan. Lama pengobatan rata-rata 2-6 minggu, dilanjutkan dengan

masa tapering off selama 1-2 minggu. Spektrum klinis Benzodiazepin meliputi efek

anti-anxietas, antikonvulsan, anti-insomnia, dan premedikasi tindakan operatif.

Adapun obat-obat yang termasuk dalam golongan Benzodiazepin antara lain :10

a) Diazepam, dosis anjuran oral = 2-3 x 2-5 mg/hari; injeksi = 5-10 mg 9im/iv),

broadspectrum

b) Chlordiazepoxide, dosis anjuran 2-3x 5-10 mg/hari, broadspectrum

10

Page 11: referat ANXIETAS

c) Lorazepam, dosis anjuran 2-3x 1 mg/hari, dosis anti-anxietas dan anti-insomnia

berjauhan (dose-related), lebih efektif sebagai anti-anxietas, untuk pasien-pasien

dengan kelainan hati dan ginjal

d) Clobazam, dosis anjuran 2-3 x 10 mg/hari, , dosis anti-anxietas dan anti-insomnia

berjauhan (dose-related), lebih efektif sebagai anti-anxietas, psychomotor

performance paling kurang terpengaruh, untuk pasien dewasa dan usia lanjut yang

masih ingin tetap aktif

e) Bromazepam, dosis anjuran 3x 1,5 mg/hari, , dosis anti-anxietas dan anti-insomnia

berjauhan (dose-related), lebih efektif sebagai anti-anxietas.

f) Alprazolam, dosis anjuran 3 x 0,25 – 0,5 mg/hari, efektif untuk anxietas tipe

antisipatorik, “onset of action” lebih cepat dan mempunyai komponen efek anti-

depresi

2. Non-benzodoazepin (Buspiron)

Buspiron efektif pada 60-80% penderita GAD. Buspiron lebih efektif dalam 

memperbaiki gejala kognitif disbanding gejala somatik. Tidak menyebabkan

withdrawal. Dosis anjuran 2-3x 10 mg/hari. Kekurangannya adalah, efek klinisnya

baru terasa setelah 2-3 minggu. Terdapat bukti bahwa penderita GAD yang sudah

menggunakan Benzodiazepin tidak akan memberikan respon yang baik dengan

Buspiron. Dapat dilakukan penggunaan bersama antara Benzodiazepin dengan

Buspiron kemudian dilakukan tapering Benzodiazepin setelah 2-3 minggu, disaat efek

terapi Buspiron sudah mencapai maksimal.10

b. Psikoterapi

1. Terapi kognitif perilaku

Teori Cognitive Behavior pada dasarnya meyakini bahwa pola pemikiran

manusia terbentuk melalui proses rangkaian stimulus-kognisi-respon, dimana proses

11

Page 12: referat ANXIETAS

kognisi akan menjadi faktor penentu dalam menjelaskan bagaimana manusia berpikir,

merasa dan bertindak. Terapi kognitif perilaku diarahkan kepada modifikasi fungsi

berpikir, merasa dan bertindak, dengan menekankan peran otak dalam menganalisa,

memutuskan, bertanya,  berbuat dan memutuskan kembali. Dengan mengubah arus

pikiran dan perasaan, klien diharapkan dapat mengubah tingkah lakunya, dari negatif

menjadi positif. Tujuan terapi kognitif perilaku ini adalah untuk mengajak pasien

menentang pikiran (dan emosi) yang salah dengan menampilkan bukti-bukti yang

bertentangan dengan keyakinan mereka tentang masalah yang dihadapi.  Pendekatan

kognitif mengajak pasien secara kangsung mengenali distorsi kognitif dan pendekatan

perilaku, mengenali gejala somatik secara langsung. Teknik utama yang digunakan

pada pendekatan behavioral adalah relaksasi dan biofeedback.5,10

2. Terapi suportif

Pasien diberikan re-assurance dan kenyamanan, digali potensi-potensi yang ada

dan belum tampak, didukung egonya, agar lebih bisa beradaptasi optimal dalam

fungsi sosial dan pekerjaannya.5

3. Psikoterapi Berorientasi Tilikan

Terapi ini mengajak pasien ini untuk mencapai penyingkapan konflik bawah

sadar, menilik egostrength, relasi objek, serta keutuhan self pasien. Dari pemahaman

akan komponen-komponen tersebut, kita sebagai terapis dapat memperkirakan sejauh

mana pasien dapat diubah untuk menjadi lebih matur, bila tidak tercapai, minimal kita

memfasilitasi agar pasien dapat beradaptasi dalam fungsi sosial dan pekerjaannya.5

H. PROGNOSIS

Gangguan anxietas menyeluruh merupakan suatu keadaan kronis yang mungkin

berlangsung seumur hidup. Prognosis dipengaruhi oleh usia, onset, durasi gejala dan

perkembangan komorbiditas gangguan cemas dan depresi. Karena tingginya insidensi

12

Page 13: referat ANXIETAS

gangguan mental komorbid pada pasien dengan gangguan kecemasan menyeluruh,

perjalanan klinis dan prognosis gangguan cemas menyeluruh sukar untuk ditentukan.

Namun demikian, beberapa data menyatakan bahwa peristiwa kehidupan

berhubungan dengan onset gangguan kecemasan umum. Terjadinya beberapa

peristiwa kehidupan yang negatif secara jelas meningkatkan kemungkinan akan

terjadinya gangguan cemas menyeluruh. Menurut definisinya, gangguan kecemasan

umum adalah suatu keadaan kronis yang mungkin seumur hidup. Sebanyak 25%

penderita akhirnya mengalami gangguan panik, juga dapat mengalami gangguan

depresi mayor.3

Dalam menentukan prognosis dari gangguan cemas menyeluruh, perlu diingat

bahwa banyak segi yang harus dipertimbangkan. Hal ini berhubung dengan dinamika

terjadinya gangguan cemas serta terapinya yang begitu kompleks. Keadaan penderita,

lingkungan penderita, dan dokter yang mengobatinya ikut mengambil peran dalam

menentukan prognosis gangguan cemas menyeluruh.11

Ditinjau dari kepribadian premorbid, jika penderita sebelumnya telah

menunjukkan kepribadian yang baik di sekolah, di tempat kerja atau dalam interaksi

sosialnya, maka prognosisnya lebih baik daripada penderita yang sebelumnya banyak

menemui kesulitan dalam pergaulan, kurang percaya diri, dan mempunyai sifat

tergantung pada orang lain. Kematangan kepribadian juga dapat dilihat dari

kemampuan seseorang dalam menanggapi kenyataan-kenyataan, keseimbangan dalam

memadukan keinginan-keinginan pribadi dengan tuntutan-tuntutan masyarakat,

integrasi perasaan dengan perbuatan, kemampuan menyesuaikan diri dengan

lingkungan dan lain sebagainya. Semakin matang kepribadian premorbidnya, maka

prognosis gangguan cemas menyeluruh juga semakin baik.11

13

Page 14: referat ANXIETAS

Mengenai hubungan dengan terapi, semakin cepat dilakukan terapi pada

gangguan kecemasan menyeluruh, maka prognosisnya menjadi lebih baik. Demikian

pula dengan situasi tempat pengobatan, semakin pasien merasa nyaman dan cocok

dengan situasinya, maka hasilnya akan lebih baik dan akan mempengaruhi

prognosisnya. Pengobatan sebaiknya dilakukan sebelum gejala-gejala menjadi alat

untuk mendapatkan keuntungan-keuntungan sampingan misalnya untuk mendapatkan

simpati, perhatian, uang, dan peringanan dari tanggung jawabnya. Jika gejala-gejala

sudah merupakan alat untuk mendapatkan keuntungan-keuntungan tersebut, maka

kemauan pasien untuk sembuh berkurang dan prognosis akan menjadi lebih jelek.11

Faktor stres juga ikut menentukan prognosis dari gangguan cemas menyeluruh.

Jika stres yang menjadi penyebab timbulnya gangguan cemas menyeluruh relatif

ringan, maka prognosis akan lebih baik karena penderita akan lebih mampu

mengatasinya. Kalau dilihat dari lingkungan hidup penderita, sikap orang-orang di

sekitarnya juga berpengaruh terhadap prognosis. Sikap yang mengejek akan

memperberat penyakitnya, sedangkan sikap yang membangun akan meringankan

penderita. Demikian juga peristiwa atau masalah yang menimpa penderita misalnya

kehilangan orang yang dicintai, rumah tangga yang kacau, kemunduran finansial yang

besar akan memperjelek prognosisnya.11

14

Page 15: referat ANXIETAS

BAB III

RANGKUMAN

1. Gangguan anxietas menyeluruh (Generalized Anxiety Disorder, GAD) merupakan

kondisi gangguan yang ditandai dengan kecemasan dan kekhawatiran yang

berlebihan dan tidak rasional bahkan terkadang tidak realistik terhadap berbagai

peristiwa kehidupan sehari-hari. Kondisi ini dialami hampir sepanjang hari,

berlangsung sekurang-kurangnya selama 6 bulan. Kecemasan yang dirasakan sulit

untuk dikendalikan dan berhubungan dengan gejala-gejala somatik seperti

ketegangan otot, iritabilitas, kesulitan tidur, dan kegelisahan sehingga

menyebabkan penderitaan yang jelas dan gangguan yang bermakna dalam fungsi

sosial dan pekerjaan.

2. Penyebab terjadinya GAD dapat dijelaskan melalui beberapa teori, antara lain

teori biologi, teori genetik, teori psikoanalitik dan teori kognitif-perilaku.

3. Gambaran klinis yang dapat muncul antara lain anxietas berlebihan, ketegangan

motorik bermanifestasi sebagai bergetar, kelelahan, dan sakit kepala,

hiperaktivitas otonom timbul dalam bentuk napas pendek, berkeringat, palpitasi,

dan disertai gejala pencernaan.

4. Gangguan psikiatrik lain yang merupakan diagnosis banding GAD adalah

gangguan panik, fobia, gangguan obsesif-kompulsif, hipokondriasis, gangguan

somatisasi, gangguan penyesuaian dengan kecemasan, dan gangguan kepribadian.

5. Penatalaksanaan GAD meliputi farmakoterapi, golongan Benzodiazepin

merupakan drug of choice sebab mempunyai efek anti-anxietas, spesifitas, potensi

dan keamanan yang paling baik. Selain itu, pasien juga diberikan psikoterapi,

15

Page 16: referat ANXIETAS

berupa terapi kognitif-perilaku (CBT), terapi suportif  dan psikoterapi berorientasi

tilikan.

6. Gangguan anxietas menyeluruh merupakan suatu keadaan kronis yang mungkin

berlangsung seumur hidup. Sebanyak 25% penderita akhirnya mengalami

gangguan panik, juga dapat mengalami gangguan depresi mayor.

7. Dalam menentukan prognosis dari gangguan cemas menyeluruh, perlu diingat

bahwa banyak segi yang harus dipertimbangkan. Hal ini berhubung dengan

dinamika terjadinya gangguan cemas serta terapinya yang begitu kompleks.

Keadaan penderita, lingkungan penderita, dan dokter yang mengobatinya ikut

mengambil peran dalam menentukan prognosis gangguan cemas menyeluruh.

8. Hal lain yang juga memegang peranan penting dalam menentukan baik tidaknya

prognosis gangguan cemas menyeluruh antara lain kepribadian premorbid pasien,

efektifitas terapi, faktor stres, serta dukungan lingkungan dan orang-orang sekitar

pasien.

16

Page 17: referat ANXIETAS

DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan HI, Saddock BJ. Gangguan Kecemasan. In : Wiguna M, editor. Sinopsis

Psikiatri. Edisi ketujuh Jilid Satu : Phyladelphia. Hal. 1-8.

2. Hutagalung, Evalina Asnawi. Tatalaksana Diagnosis dan Terapi Gangguan

Anxietas. [Internet] 2014 [cited 2014 mei 31]. Available from :

http://gangguan_anxietas.html.

3. Kaplan HI, Saddock BJ. Gangguan Kecemasan. In : Wiguna M, editor. Sinopsis

Psikiatri. Edisi ketujuh Jilid Dua : Phyladelphia. Hal. 60-66.

4. American Psychological Association. Generalized Anxiety Disorder. [Internet].

[cited 2014, May 31]. Available from : http://www.Helpguide.org 

5. Shear, Katherine M. Anxiety Disorders “Generalized Anxiety Disorder” in : Dale

DC, Federman DD, editors. ACP Medicine. 3rd Edition. Washington: WebMD

Inc. : 2007. 

6. Sadock, Benjamin James; Sadock, Virginia Alcott. Generalized Anxiety Disorder

in : Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry : Behavioral Sciences/Clinical

Psychiatry, 10th Edition. New York: Lippincott Williams & Wilkins: 2007. p.

623-7

7. Idrus, Faisal. Pola Tekanan Darah pada Gangguan Cemas Menyeluruh. [Internet].

[cited 2014, mei 31]. Available from :

http://www.artikelkedokteran.com/304/pola-tekanan-darah-pada-gangguan-

cemas-menyeluruh.html.

8. Stevens V. Anxiety Disorders. In : Goljan EF, editor. Behavioral Science. Elsevier

Science. Page 114-117.

9. Maslim, Rusdi. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-

III. Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya: 2003. Hal. 70-5 

17

Page 18: referat ANXIETAS

10. Maslim, Rusdi. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik Edisi

Ketiga. Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya: 2007. Hal.

23-41.

11. Kurnen I. Neurosa cemas. Majalah Kesehatan Jiwa. Vol V No. I. Yayasan

Kesehatan Jiwa Aditama. 1979 : 31-45.

18