politik kekuasaan keluarga radjamilo di kabupaten jeneponto.pdf
TRANSCRIPT
-
1
KATA PENGANTAR
Assalamu Alaikum warhamatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT, karena atas segala Rahmat dan Hidayah-Nyalah yang
senantiasa tercurah kepada penulis, sehingga penyusunan skripsi ini
dapat selesai tepat pada waktunya sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan studi dan meraih gelar sarjana pada program studi Ilmu
Politik, Jurusan Ilmu Politik Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik, Universitas Hasanuddin.
Skripsi ini penulis persembahkan untuk kedua orang tua tercinta,
almarhum ayahanda Muhammad Saleh Sultan yang hanya mendampingi
penulis sampai awal perkuliahan, dan tak sempat melihat hingga penulis
menggapai gelar sarjana serta Ibunda Hasnah Bau yang tidak pernah
lelah dalam mendidik dan membesarkan penulis hingga menjadi orang
yang berguna. Rasa syukur tak hentinya penulis panjatkan kepada Allah
SWT karena terlahir dalam keluarga yang kalian bangun. Terima kasih
atas segala kasih sayang, kepercayaan, suport, nasehat yang senantiasa
kalian berikan kepada penulis, juga tak henti memanjatkan doa kepada
Allah untuk menjaga penulis di tempat rantauan menuntut ilmu. Kepada
saudaraku Sunanjar Tayang dan iparku Andrini Zaenal yang selalu
memberikan semangat serta materi hingga penulis dapat menyelesaikan
-
2
studi ini. Terima kasih yang sebesar-besarnya berada disamping kalian
saya merasa bukanlah seorang adik tapi kalian perlakukan layaknya
seorang anak dengan penuh rasa sayang.
Kepada seseorang yang begitu spesial di hati penulis kak adi,
terima kasih atas rasa sayang dan dukungan yang selama ini telah kakak
berikan dalam menjalani hari-hariku. Serta keluarga besarku yang tidak
bisa penulis sebutkan satu-persatu, terima kasih untuk semua dukungan
dan doanya kepada penulis selama ini.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih dan
penghargaan setinggi-tingginya kepada Bapak Prof. Dr. Armin M.Si dan
Ibu Ariana Yunus S.Ip, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah banyak
membantu dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak Dekan FISIP UNHAS beserta jajarannya yang telah banyak
memberikan bantuan dan dorongan selama menjadi mahasiswa di
FISIP UNHAS.
2. Ketua Jurusan Ilmu Politik Pemerintahan, Dr. Muhammad. S.Ip,
M.Si pada masanya yang juga selaku dosen penasehat akademik
penulis dan Dr. H. A. Gau Kadir, MA selaku Ketua Jurusan Ilmu
Politik Pemerintahan pada saat ini, serta Sekretaris Jurusan Ilmu
Politik Pemerintahan, A. Lukman Irwan S.Ip, M.Si atas segala
-
3
bantuan yang diberikan kepada penulis selama mengikuti
perkuliahan bahkan sampai penulis menyelesaikan skripsi ini.
3. Ketua Prodi Ilmu Politik Ibu Dr. Gustiana A. Kambo, M.Si serta
Seluruh dosen Program Studi Ilmu Politik, Pak Andi Yakub , Pak
Anto, Ibu Sakinah, Pak Naharuddin, Pak Saad, Ibu Ariyana, Pak
Syahrir, Pak Sukri, Prof Kausar yang telah banyak membagi ilmu
dan pengalaman-pengalaman kepada penulis selama mengikuti
perkuliahan bahkan sampai penulis menyelesaikan skripsi ini.
4. Seluruh dosen di lingkungan FISIP dan lingkungan Universitas
Hasanuddin yang telah memberikan ilmu
5. Staf pegawai di Jurusan Politik pemerintahan (Kak Irma, Bu hasna,
Bu Nanna, Kak Ija).
6. Saudara-saudariku Demokratis 2008 Asma, Iis, Ria, Anti, Age,
Titin, Esse, Dian, Noel, Eki, elis, Ilyn, Illank, Anca, Ari, Rendy,
Rahmat, Rio, Igo, Arham, Cakra, Ilo, Akil, Cerby, Acca, Afla, Akbar,
Tasim, Andy, Ivan, Amril, Wandhy, Inyol, Anto, Ullah, Obhy,
Aswan, Roy. Terima kasih atas kebersamaan yang telah kita lalui
bersama.
7. Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Ilmu Politik Fisip Unhas
(HIMAPOL FISIP UNHAS), para senior dan juniorku dari angkatan
2005 sampai 2012.
-
4
8. Keluarga kecilku Pondok Ikhlas kak Adi, Rya, Iis, Nanny, Illank
bersama kalian perjalanan hidupku selama di Makassar penuh
warna dan begitu berarti. Love you all.
9. Keluarga besar KKN Gelombang Khusus 80 Tahun 2011 Kec.
Mallusettasi terkhusus posko Palanro.
10. Keluarga besar HPMT (Himpunan Pelajar Mahasiswa Turatea)
11. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada para informan yang
telah membantu penulis dalam proses penelitian, Bupati Jeneponto
Bapak Radjamilo, Wakil Bupati Drs. Burhanuddin BT, Sekda Drs. H.
Iksan Iskandar, Wakil Ketua DPRD Jeneponto Dr. Andi Tahal
Fasni, H. A. Baharuddin BJ S.Sos M.Si, Drs. Marwan Lolo Gau,
Dra. Ernawati MM, Syarifuddin Dg. Talli, Abu Bakar Halim serta
Suryani Hajar. Terima atas segala bantuan yang telah diberikan
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Serta kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan
kepada penulis, semoga Allah membalas semua kebaikan kepada
Bapak/Ibu/saudara (i). Amin.
-
5
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat mengarapkan kritik dan
saran teradap skripsi ini agar dikemudian hari penulis dapat membuat
tulisan-tulisan yang lebih baik.
Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Makassar, Oktober 2012
Hayati Singara
-
6
ABSTRAKSI
Hayati Singara, Nim E11108279, dengan judul Politik Kekuasaan
Keluarga Radjamilo di Kabupaten Jeneponto di bawah bimbingan
Prof. Dr. Armin M.Si sebagai pembimbing I, dan Ariana Yunus,
S.Ip,M.Si sebagai pembimbing II
Pemilu kepala daerah menjadi bagian penting sistem demokrasi,
rezim keluarga menjadi pemburu kekuasaan itu. Hal itu terlihat dari
menguatnya kecenderungan para petinggi di tingkat lokal menempatkan
keluarga pada posisi strategis dalam struktur pemerintahan. Dalam
konteks Kabupaten Jeneponto dimana posisi strategis cenderung
didominasi oleh anggota keluarga bupati yaitu Radjamilo. Sebagai bupati
yang telah menjabat selama dua periode tentu saja dia tidak lagi bisa
mencalonkan diri pada periode ketiga. Sehingga untuk tetap
melanggengkan kekuasaan yang dimiliki maka salah satu cara dengan
mengusung anaknya ikut serta dalam pemilukada berikutnya. oleh karena
itu penulis memfokuskan untuk melihat politik kekuasaan keluarga
Radjamilo di Kabupaten Jeneponto.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor-faktor penyebab
keluarga radjamilo berusaha mengusung anaknya sebagai Bupati
Kabupaten Jeneponto. Serta kekuatan poltik yang dimiliki oleh keluarga
Radjamilo sehingga mempersiapkan anaknya sebagai bakal calon Bupati
Kabupaten Jeneponto periode 2013-2018.
Teori yang digunakan adalah konsep politik kekuasaan, konsep
politik kekerabatan, teori birokrasi dan konsep paternalistik. Penelitian ini
didasarkan pada penelitian kualitatif, dengan tipe penelitian deskriptif.
Data primer dikumpulkan melalui wawancara, data sekunder dari literatur-
literatur dan artikel yang relevan dengan penelitian ini.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penyebab pengusungan
AFR oleh keluarga Radjamilo yaitu untuk melanjutkan kepemimpinan dan
mempertahankan kekuasaan. Dengan menggunakan kekuatan jaringan
keluarga dalam birokrasi, partai serta organisasi masyarakat yang
mendukung dalam proses pencalonannya sebagai usaha untuk meraut
massa yang sebanyak-banyaknya dengan mengendalikan bawahan-
bawahan dalam struktur pemerintahan.
-
7
DAFTAR ISI
Kata Pengantar. 1
Abstraksi.... 6
Daftar Isi.. 7
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................... 9
B. Rumusan Masalah............................................................. 16
C. Tujuan Penelitian.............................................................. 16
D. Manfaat Penelitian........................................................ 17
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Politik Kekuasaan...................................................................... 18
1. Politik kekuasaan Charles F. andrain............................... 23
2. Kelompok Kepentingan.................................................... 29
a. segi kelembagaan (birokrasi).. 30
b. partai politik.............................................................. 33
c. Organisasi Masyarakat............................................. 35
3. Politik Kekerabatan............................................................ 38
B. Paternalistik........................................................ 41
C. kerangka dan Skema Pikir......................................................... 43
BAB III METODE PENELITIAN
A. fokus penelitian dan unit analisis................................... 46
B. Tipe Penelitian dan dasar penelitian......................................... 47
C. Sumber data................................................... 48
-
8
D. Teknik Pengumpulan Data......................................... 49
E. Teknik pengolahan data 52
F. Teknik Analisis Data................................................... 52
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. gambaran umum kabupaten Jeneponto 56
B. Gambaran umum keluarga Radjamlo.. 58
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Dan Pembahasan ..... 63
1. penyebab Keluarga Radjamilo
mengusung AFR dalam Pemilukada 2013-2018 66
- melanjutkan Kepemimpinan dan
mempertahankan kekuasaan.......................................... 66
2. kekuatan politik Yang Mendukung
kekuasaan keluarga Radjamilo .. 78
a. Jaringan Keluarga dalam Birokrasi................................ 78
b. Partai politik................................................................... 86
c. Organisasi masyarakat................................................... 88
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan. 91
B. Saran... 94
DAFTAR PUSTAKA
-
9
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah manusia bergerak secara siklus mengalami perulangan
dengan terjadinya modifikasi-modifikasi didalamnya namun motif tindakan
manusia hampir sama dari setiap masa, agak tepat jika perspektif tentang
perkembangan masyarakat ini dipakai untuk menjelaskan fenomena politik
dan pemerintahan saat ini di Indonesia. Dinasti politik masih tetap ada,
dan bahkan semakin dipupuk dan bersemai dalam ruang desentralisasi
sekarang ini seperti yang terjadi di beberapa daerah.
Praktik nepotisme lazim dilakukan oleh para penguasa untuk
melegitimasi dan melestarikan kekuasaannya. Para penguasa lebih
percaya pada ikatan keluarga daripada kemampuan seorang politikus
karier. Walaupun para kerabat tidak memiliki pengalaman di bidang politik
yang cukup, loyalitas menjadi alasan utama penguasa memilih anggota
keluarga untuk duduk dalam lingkaran kekuasaan1.
Pada sisi lain, anggota keluarga penguasa memanfaatkan peluang
emas untuk duduk dalam jabatan-jabatan strategis. Mereka lebih memilih
jalan pintas untuk masuk dalam lingkaran kekuasaan daripada berakarier
1 http://teguhmanurung.wordpress.com/2010/04/07/keluarga-nepotisme-dan-dunia-politik/
-
10
dari bawah, menimba pengalaman, dan mematangkan karakter sampai
akhirnya pantas disebut politikus yang berpihak kepada rakyat.
Pemilu kepala daerah menjadi bagian penting sistem demokrasi,
rezim keluarga menjadi pemburu kekuasaan itu. Lokalisasi akibat
dinamika politik dan desentralisasi itu membuat poltik lokal menjadi ruang
politik baru yang mengandung banyak kemungkinan. Hal itu terlihat dari
menguatnya kecenderungan para petinggi di tingkat lokal menempatkan
keluarga pada posisi strategis dalam struktur kepengurusan partai
maupun dalam daftar calon anggota legislatif maupun dalam pilkada.
Fenomena politik keluarga ini tidak hanya terjadi di pusat, tetapi juga di
daerah (caleg DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota serta dalam
pemilihan kepala daerah).
Fenomena politik keluarga yang terjadi di pusat dapat terlihat pada
keluarga Presiden SBY yang mana menempatkan anaknya Edy Baskoro
Yudhoyono sebagai ketua DPP Partai Demokrat, ketua umum PDIP
Megawati Soekarno Putri menempatkan anaknya Puan Maharani sebagai
ketua fraksi PDIP di DPR, disamping itu suaminya Taufik Kemas menjabat
sebagai ketua MPR-RI, KH. Abdurrahman Wahid menempatkan anaknya
Yeni Wahid sebagai anggota DPR fraksi PKB. Pada tingkat provinsi
khususnya di Sulawesi Selatan politik keluarga Yasin Limpo
memanfaatkan ranah birokrasi sebagai ruang politik untuk menguatkan
keluarganya. Yasin Limpo yang kemudian menjadi Gubernur Sulawesi
-
11
Selatan pada tahun 2004 dan beberapa tahun kemudian Ikhsan yasin
Limpo terpilih sebagai Bupati Gowa berturut-turut selama 2 periode,
Adnan Purichta Ikhsan Yasin Limpo menempati kursi di DPRD Provinsi
Sulawesi Selatan selain itu, Adnan saat ini mencalonkan diri sebagai
Bupati Gowa menggantikan ayahnya dan Indira Chunda Thita Yasin
Limpo di DPR Pusat, bahkan saat ini saudara Syahrul Yasin Limpo yakni
Dewi Yasin Limpo mencalonkan diri sebagai wali kota Makassar periode
2013-2018. Sedangkan pada tingkat kabupaten saat ini telah diramaikan
dengan pencalonan oleh anak dari pemegang kekuasaan sebelumnya
Diantaranya, anggota DPRD Sulsel Andi Irsan Galigo putra Bupati Bone
Andi Idris Galigo, Ketua DPD II Golkar Takalar Natsir Ibrahim putra Bupati
Takalar Ibrahim Rewa, Herman Katoe putra Wali Kota Parepare nonaktif
Zain Katoe, anggota DPRD Sulsel Adnan Purichta Ichsan putra Bupati
Gowa Ichsan Yasin Limpo, Andi Seto Gadhistha Asapa putra Bupati Sinjai
Rudiyanto Asapa, dan Rahmat Endong Patompo putra mantan Wali Kota
Makassar Dg Patompo). Sementara, anggota DPRD Makassar, Andi Tenri
Tata Amin Syam putera mantan Gubernur Sulsel Amin Syam, juga
disebut-sebut akan ikut meramaikan Pilkada di Kabupaten Bone, sama
halnya dengan yang terjadi di kabupaten Jeneponto, Ashari F Radjamilo
yang saat ini menjabat sebagai Kepala Dinas Tenaga Kerja Kabupaten
Jeneponto yang tak lain putra dari Bupati Jeneponto Radjamilo juga
mencalonkan diri sebagai Bupati Jeneponto periode 2013 mendatang.
-
12
Sesuai dengan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah dalam pasal 58 ayat (o) tentang persyaratan Calon
Kepala Daerah disebutkan bahwa seorang calon belum pernah menjabat
sebagai kepala daerah atau wakil kepala daerah selama dua kali masa
jabatan dalam jabatan yang sama.2 Dengan peraturan tersebut, Radjamilo
yang memegang kepemimpinan di kabupaten Jeneponto selama dua
periode ini tidak lagi dapat mencalonkan diri untuk mengikuti pemilihan
kepala daerah periode 2013 mendatang. Dua periode memegang masa
jabatan tersebut bukanlah hal yang lama dan telah memuaskan Radjamilo
dalam kepemimpinanannya di Jeneponto, oleh karena itu untuk tetap
memegang kekuasaan yang akan ditinggalkannya itu, Radjamilo
mengusung anaknya untuk maju dalam pemilihan bupati Jeneponto 2013
mendatang. Tentu saja untuk memperoleh tujuan tersebut tidak begitu
saja dengan mudah dilakukan, berbagai upaya Radjamilo untuk
memenangkan sang putera mahkotanya tentunya tidak hanya dengan
cara memberikan sumbangan moril dan semangat tetapi tentu akan
membutuhkan upaya yang lebih daripada itu, termasuk menggunakan
kekuasaan yang masih dia pegang dalam mengkampanyekan anaknya.
Meski pilkada Jeneponto masih lama, pergerakanpergerakan tiap
calon sudah mulai terlihat, ini ditandai dengan maraknya posterposter
dan baligho yang telah beredar di berbagai sudut di Kabupaten
Jeneponto, juga dapat terlihat pada kendaraankendaraan baik pribadi
2 UU no. 32 thn 2004 dalam pasal 58 ayat o persyaratan calon kepala daerah
-
13
maupun kendaraan umum yang memasang stiker beberapa calon
tersebut. Hal ini juga tak lepas dilakukan oleh sang putera Bupati
Radjamilo, Ashari F. Radjamilo. Poster ,baligho, dan stiker yang memuat
dukungan terhadapnya juga telah beredar dimanamana di Kabupaten
Jeneponto. Pendekatanpendekatan kepada masyarakat yang
dilakukannya juga sudah mulai terlihat.
Keyakinan Radjamilo dalam mengusung dan mempertahankan
kepemimpinannya dapat dilihat dari dua masa periode jabatannya yaitu
dari tiga kebijakan antara lain pembangunan jalan raya sampai ke desa-
desa, pendidikan dan kesehatan.3 Tiga kebijakan ini merupakan
pelayanan dasar dan tanggung jawab pokok bagi pemerintah daerah
dalam memenuhi hak-hak warganya.4 Ketiga pelayanan dasar ini sangat
dirasakan manfaatnya bagi masyarakat Jeneponto. Karena itu, Rajamilo
yakin untuk memajukan anaknya sebagai penerus kepemimpinannya
dilihat dari berbagai aspek tersebut, selain itu juga sebagai pemimpin
yang memiliki kharismatik sebagai Karaeng yang sangat dipandang oleh
masyarakatnya. Dalam istilah Bambang Harymurti bila mayoritas
masyarakat menginginkan sosok yang membawa panji kesinambungan
maka ia akan memilih kembali ke singgasana kekuasaan.5 Dua periode
kepemimpinan Radjamilo ini menunjukkan bahwa dirinya masih dicintai
oleh masyarakat Jeneponto.
3 http://akhmadsatori.blogspot.com/2012/02/11/kemenangan-karaeng-dalam-pilkada.html 4 Lay, Cornelis (ed).2007. Membangun NKRI dari Bumi Tambun Bungai Kalimantan Tengah. JIP-
UGM. Jogjakarta 5 Bambang Harymurti Ujian Pertama SBY Majalah Tempo, 19 Juli 2009
-
14
Namun keyakinan itu belum tentu pula berjalan dengan
sebagaimana yang diharapkan oleh Radjamilo. Dalam kepemimpinannya,
juga terdapat beberapa orang/kelompok yang kontra. Sebagaimana yang
telah tertulis sebelumnya bahwa pilitik keluarga juga dapat dikatakan
sebagai praktik nepotisme yang pastinya hanya lebih mementingkan
kepentingan pribadi serta keluarga, yang menuai banyak perbincangan
dikalangan masyarat.
Kuatnya pengaruh pada keluarga Radjamilo dapat terlihat jelas
dalam birokrasi dimana jabatan-jabatan strategis dalam struktur
pemerintahan Jeneponto dikuasai oleh mereka antara lain yaitu:
- Ashari Fakhsiri Radjamilo Kr. Raja : Kepala Dinas Pendidikan yang
sekaligus mencalonkan sebagai bupati Jeneponto 2013 (anak dari
Radjamilo).
- Sri Lita Irtani Kr. Caya : Sekretaris Dinas Kelautan (anak dari
Radjamilo).
- Suci Fitriani Kr. Siang: Kepala Bidang Mutasi BKD (anak dari
Radjamilo).
- Hj. Intan Dianti : Kepala Seksi Kelurahan (anak dari Radjamilo).
- Marwan Lolo Gau : Kepala Dinas Perikanan (saudara Radjamilo).
- Haerul Gassing Kr. Kuri : Kepala Dinas Transkernas BLK (menantu
Radjamilo),
- Andi Rizal Burhanuddin : Kepala Bidang Akuntansi (menantu
Radjamilo),
-
15
- Ir. Andi Burhanuddin S. Baso : Kepala Dinas PU yaitu (besan
Radjamilo),
- Patarai A. Burhan : Camat Taroang (keponakan Radjamilo), dan
- Pahmi Sulfikar : Kepala Bidang Aset PPKD (keponakan Radjamilo).
Selain itu masih banyak lagi anggota keluarga Radjamilo yang
memegang jabatan di tingkat kelurahan dan desa. Melihat kenyataan ini,
dapat disimpulkan bahwa Birokrasi yang ada di Kabupaten Jeneponto
sangat didominasi oleh kalangan keluarga besar Radjamilo. Keterlibatan
sang ayah sebagai pemegang kekuasaan tertinggi di Jeneponto saat ini
tentunya sangat diharapkan oleh anaknya dalam upaya memenangkan
pilkada ini. Sebagai aktor puncak Jeneponto tentu saja Radjamilo
memegang birokrasi yang memang tidak jauh dari pengaruh keluarganya
sendiri yang akan digunakan sebagai kekuatan untuk mempengaruhi
bawahan-bawahan sampai kemasyarakat dalam mengkampanyekan
Ashari sehingga peluang untuk menang akan semakin terbuka lebar.
Namun jika dilihat dari aturanaturan yang melarang seorang Bupati untuk
ikut berkampanye, baik itu berasal dari lingkungan keluarga atau tidak
maka tentunya sikap profesionalisme Radjamilo patut diacungi jempol.
Dari sinilah nantinya dapat dilihat sejauh mana Radjamilo mampu
menggerakkan Birokrasi dan kekuasaannya secara tidak langsung untuk
mewujudkan cita-cita anaknya.
Dari latar belakang di atas yang menjelaskan tentang bagaimana
pengaruh Radjamilo dalam kepemimpinannya selama dua periode
-
16
sebagai bupati di Kabupaten Jeneponto, maka hal inilah yang melatar
belakangi saya untuk melakukan penelitian tentang Politik Kekuasaan
Keluarga Radjamilo Di Kabupaten Jeneponto.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti dapat
merumuskan masalah sebagai berikut;
1. Mengapa keluarga radjamilo berusaha mengusung anaknya
sebagai Bupati Kabupaten Jeneponto?
2. Apa kekuatan poltik yang dimiliki oleh keluarga Radjamilo sehingga
mempersiapkan anaknya sebagai bakal calon Bupati Kabupaten
Jeneponto periode 2013-2018?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka secara umum
peneliti bertujuan untuk menggambarkan dan menganalisa tentang
bagaimana politik kekuasaan yang ada dalam keluarga Radjamilo.
Namun secara khusus, penelitian ini bertujuan:
1. Untuk menggambarkan dan menganalisa penyebab keluarga
radjamilo berusaha mengusung anaknya sebagai Bupati Kabupaten
Jeneponto
2. Untuk menggambarkan dan menganalisa kekuatan poltik yang
dimiliki oleh keluarga Radjamilo sehingga mempersiapkan anaknya
-
17
sebagai bakal calon Bupati Kabupaten Jeneponto periode 2013-
2018
D. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Akademik
1. Sebagai bahan informasi ilmiah bagi peneliti-peneliti yang ingin
melihat bagaimana politik kekuasaan keluarga Radjamilo di
Kabupaten Jeneponto
2. Memperkaya khasanah kajian ilmu politik dalam upaya
perkembangan keilmuan utamanya dalam bidang politik
kekuasaan.
b. Manfaat Praktis
1. Sebagai bahan untuk membantu para pelaku politik dan
sumbangan pemikiran bagi masyarakat dan pemerintah
Kabupaten Jeneponto dalam memahami tentang politik
kekuasaan keluarga Radjamilo.
2. Hasil penelitian ini nantinya diharapakan dapat menjadi rujukan
bagi peneliti lain dalam melakukan penelitian-penelitian yang
serupa ditempat lain.
3. Sebagai prasyarat untuk memenuhi gelar sarjana ilmu politik.
-
18
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Untuk membahas mengenai politik kekuasaan keluarga Radjamilo
di Kabupaten Jeneponto, maka pada bagian tinjauan pustaka ini, peneliti
merumuskan arah tujuan penelitian. Perumusan arah tujuan ini
berdasarkan pada beberapa konsepsi dasar yang disadur dari beberapa
referensi yang dianggap memiliki kompetensi demi pencapaian tujuan
yang ingin dicapai dalam penelitian ini. Adapun konsep dan teori tersebut
adalah politik kekuasaan, kelembagaan (Birokrasi), politik kekerabatan,
paternalistik serta kerangka dan skema pikir.
A. Politik kekuasaan
Kekuasaan (power) merupakan kemampuan seseorang atau suatu
kelompok untuk mempengaruhi tingkah laku orang atau kelompok lain
sesuai dengan keinginan dari pelaku. Dalam sumber lain dikatakan bahwa
kekuasaan adalah kewenangan yang didapatkan oleh seseorang atau
kelompok guna menjalankan kewenangan tersebut sesuai dengan
kewenangan yang diberikan, kewenangan tidak boleh dijalankan melebihi
kewenangan yang diperoleh atau kemampuan seseorang atau kelompok
-
19
untuk mempengaruhi tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai
dengan keinginan dari pelaku.6
Istilah kekuasaan (power) berasal dari kata yunani yang berarti
sanggup untuk membuat sesuatu, sanggup untuk mempengaruhi orang,
sanggup membuat perubahan dan tanpa kekuasaan sesuatu tidak akan
terjadi7. Kekuasaan juga diartikan sesuatu kapasitas yang dapat
mendorong, memaksa, atau mempengaruhi pihak lain untuk mengubah
tingkah laku atau untuk mengerjakan apa yang tidak dikehendaki. Bertolak
dari pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa konsep kekuasaan
sebenarnya menunjukkan kelebihan atau kemampuan pribadi seseorang
pemimpin yang tercermin dalam aspek khususnya di dalam interaksi
personal, sehingga seseorang yang memiliki kekuasaan dapat merealisir
keinginannya melalui orang lain.
Menurut Lasswell kekuasaan merupakan salah satu tipe dari
pengaruh dimana seseorang dapat memiliki power dan pengaruh jika
yang bersangkutan memiliki kemampuan (ability), reputasi (reputation),
dan popularitas (popularity) yang dapat meyakinkan orang lain untuk
melakukan sesuatu. Konsep ini lebih berkonotasi positif. Hal ini
disebabkan oleh sumber pengaruh tersebut biasanya berasal dari
keahlian dan keteladanan8. Berbeda halnya dengan konsep paksaan
6Miriam Budiardjo. 2008. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Hal. 18-
19 7 Prof. Dr. J. Kaloh. 2009. Kepemimpinan kepala daerah. Sinar Grafika. Hal 106 8 Ibid, hal. 106
-
20
(coercion) yang lebih berkonotasi negatif, karena sumbernya cenderung
pada kedudukan resmi atau karena memegang suatu jabatan.
Dari sekian banyak pakar yang mempelajari jenis dan bentuk
kekuasaan, pendapat French dan Raven dapat diterima secara luas dan
digunakan dalam berbagai penelitian. Meskipun konsepnya tidak berasal
dari suatu proses penelitian lapangan tetapi telah mendorong sejumlah
pakar untuk menggunakan konsep tersebut dalam berbagai penelitian.
Terdapat dua sumber kekuasaan yaitu, kekuasaan jabatan dan
kekuasaan pribadi. Kekuasaan jabatan adalah kekuasaan yang terdapat
pada seseorang karena memegang jabatan dalam organisasi sehingga
orang tersebut harus dipatuhi dan diikuti kehendaknya. Kekuasaan
jabatan mencakup kekuasaan resmi, kekuasaan paksaan, kekuasaan
imbalan, dan kekuasaan informasi. Sedangkan kekuasaan pribadi adalah
kekuasaan yang terdapat pada seseorang karena pribadinya
mencerminkan hal-hal yang dikagumi oleh pengikutnya. Kekuasaan
pribadi mencakup kekuasaan keahlian, kekuasaan keteladanan, dan
kekuasaan koneksi9.
Politik kekuasaan merupakan suatu strategi dalam
memperoleh/mendapatkan kekuasaan serta usaha untuk
mempertahankan kekuasaan yang telah dimiliki. Strategi
mempertahankan dan melestarikan sebuah kekuasaan mengandaikan
penggunaan kekerasan. Pertautan keduanya (kekuasaan dan kekerasan)
9 Prof. Dr. J. Kaloh. 2009. Kepemimpinan kepala daerah. Sinar Grafika. Hal 106
-
21
seringkali terwujud dalam bentuk yang plural. Ada yang mengabsahkan
pemakaian segala cara, meskipun buruk yang penting kekuasaan tetap
terjaga (pemikiran Machiavelli).10 Akan tetapi, praktik dominasi kekuasaan
tidak semata-mata diadakan melalui kekerasan fisik. Antonio Gramsci
menyatakan bahwa kekuasaan dapat dilanggengkan melalui strategi
hegemoni. Hegemoni yang dimaksud oleh Gramsci ialah peran
kepemimpinan intelektual dan moral untuk menciptakan ide-ide dominan.
Dengan begitu, relasi kekuasaan dan kekerasan menjadi tidak kentara
dalam artian kekerasan yang ada tertutupi oleh kekuasaan yang bekerja
secara halus melalui representasi simbol-simbol. Seperti yang dikatakan
oleh Bourdieu, sistem simbol menandai praktik dominasi baru dalam
masyarakat pasca industri. Dari Bourdieu, kita belajar mengeja isyarat
untuk kemudian menguak modus operandi kekuasaan yang terselubung di
dalam praktik simbolik bahasa/wacana sehingga melahirkan kekerasan
simbolik sebagai sebuah mekanisme sosial untuk mereproduksi
kekuasaan11
Sistem simbol memiliki kekuatan untuk memberikan pemaknaan
bagi realitas sosial. Lewat proses pencitraan, sistem simbol memperoleh
daya abstraknya guna mengubah makna, menggiring cara pandang,
hingga mempengaruhi praktik seseorang maupun kelompok. Simbol
memiliki kekuatan untuk membentuk, melestarikan dan mengubah
10 Machiavelli, The Prince sang Penguasa, Selasar Pulishing, 2008 11Fauzi Fashri, Penyingkapan Kuasa Simbol Apropriasi Reflektif Pemikiran Pierre
Bourdieu, Yogyakarta: Juxtapose, 2007.
-
22
realitas. Kekuatan simbol ini mengandung energi magis yang bisa
membuat orang percaya, mengakui, serta tunduk atas kebenaran yang
diciptakan oleh tata simbol. Kekuatan simbol mampu menggiring siapapun
untuk mengakui, melestarikan atau mengubah persepsi hingga tingkah
laku orang dalam bersentuhan dengan realitas. Daya magis simbol tidak
hanya terletak pada kemampuannya merepresentasikan kenyataan, tetapi
realitas juga dipresentasikan lewat penggunaan logika simbol.
Dalam mengapresiasi bentuk-bentuk simbol, individu-individu
dalam proses pembentukan (constituting) dan pembentukan kembali
(reconstituting) makna yang sedang berlangsung. Bourdieu menjelaskan
logika dan praktik permainan sosial yang dipadati semangat kompetisi
antar pelaku sosial. Ini semua dilakukan untuk menguak pertarungan
antar kuasa yang dijalankan pelaku sosial dalam berbagai posisi yang
mereka tempati.
Bourdieu berpendapat bahwa para pelaku sosial yang menempati
posisi dominan dalam suatu ranah adalah mereka yang diberkahi atau
mereka yang secara istimewa memiliki akses terhadap berbagai jenis
modal. Dalam memproduksi serta menaikkan nilai simbolik, yang
mendominasi memakai strategi perbedaan (distinction) dalam arti mereka
berupaya membedakan dirinya dari kelompok sosial yang berada
dibawahnya. Semakin besar kelompok dominan mengakumulasi modal,
semakin besar pula nilai simbolik yang hadir.
-
23
Dalam pembahasan politik kekuasaan ini, peneliti menggunakan
teori politik kekuasaan Charles F Andrain, penggunaan beberapa konsep
kelompok kepentingan dalam menjelaskan kekuatan keluarga Radjamilo
dalam proses pencalonan bupati periode 2013 pada bakal calon AFR
antara lain kelembagaan (birokrasi), partai politik, dan organisasi
masyarakat/LSM serta politik kekeluargaan yang akan menjelaskan hasil
penelitian yang telah dilakukan berdasarkan dari hasil lapangan.
1. Politik Kekuasaan Charles F. Andrain
Charles F. Andrain mendefinisikan kekuasaan sebagai penggunaan
sejumlah sumber daya (aset, kemampuan) untuk memperoleh kepatuhan
(tingkah laku menyesuaikan) dari orang lain.12 menurut Charles F.
Andrain, sumber daya kekuasaan itu terdiri atas sumber daya fisik,
ekonomi, keahlian, normatif dan personal.13 Dengan sumber-sumber daya
itu membuat orang atau kelompok dapat mempengaruhi orang atau
kelompok lain.
Dalam bagian lain, Charles F Andrain mengemukakan bahwa
sumber kewenangan seseorang atau kelompok untuk memerintah dapat
berasal dari : (1) hak memerintah berdasarkan tradisi, yaitu kepercayaan
yang telah berakar dipelihara terus menerus dalam masyarakat; (2) hak
memerintah berasal dari Tuhan, Dewa, atau Wahyu. Kewenangan
memerintah berasal dari kekuatan yang sakral; (3) hak memerintah
12 Andrain, Kehidupan Politik dan Perubahan Sosial, Yogyakarta: Tiara Wacana, 1992, hal. 130. 13 Ibid., hal. 132
-
24
berasal dari kualitas pribadi sang pemimpin, baik penampilannya yang
agung dan dirinya yang populer maupun karena memiliki kharisma; (4)
hak memerintah berasal dari sumber yang bersifat instrumental, seperti
keahlian dan kekayaan; dan (5) hak memerintah berasal dari peraturan
perundang-undangan yang mengatur prosedur dan syarat-syarat menjadi
pemimpin pemerintahan.14
Gejala politik kekuasaan menurut Charles F. Andrain ini dapat
ditinjau dari empat dimensi yaitu : potensi dan aktual, konsensus dan
paksaan, jabatan dan pribadi, serta langsung dan tidak langsung.15
a. Potensi dan aktual
Seseorang dipandang mempunyai kekuasaan potensi apabila dia
memiliki sumber-sumber kekuasaan, seperti kekayaan, tanah, senjata,
pengetahuan dan informasi, popularitas, status sosial yang tinggi, massa
yang terorganisasi, dan jabatan. Sebaliknya, seseorang dipandang
memiliki kekuasaan aktual apabila dia telah menggunakan sumber-
sumber yang dimilikinya ke dalam kegiatan politik secara efektif
(mencapai tujuan).
14 Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Poliiik, Jakarta: Gramedia, 1992, hal. 85-87. 15Charles F. Adrian. 1970. Political life and sosial change: An Introduction to political science,
Belmont, cal : wadsworth publishing companyinc, hal. 89-90. Dalam buku Ramlan Surbakti.
2010. memahami ilmu politik. Jakarta: PT Grasindo. Hal 75
-
25
b. Konsensus dan paksaan
Politik yang menekankan aspek paksaan dari kekuasaan akan
cenderung memandang politik sebagai perjuangan, pertentangan,
dominasi, dan konflik. Mereka melihat tujuan yang ingin dicapai oleh elit
politik tidak menyangkut masyarakat secara keseluruhan, melainkan
menyangkut kepentingan kelompok kecil masyarakat. Sebaliknya,
penganalisis politik yang menekankan aspek konsensus dari kekuasaan
akan cenderung melihat elit politik sebagai orang yang tengah berusaha
menggunakan kekuasaan untuk mencapai tujuan masyarakat secara
keseluruhan.
Terdapat perbedaan yang menyangkut konsensus dan paksaan,
yaitu alasan penataan dan sarana kekuasaan yang digunakan. Pada
umumnya, alasan untuk menaati kekuasaan paksaan berupa rasa takut.
Dalam hal ini, takut akan paksaan fisik seperti dipukul, di tangkap, dan
dipenjarakan, atau di bunuh. Selain itu, rasa takut akan paksaan non-fisik
seperti kehilangan pekerjaan, dikucilkan, dan diintimidasi. Sementara itu
alasan untuk menaati kekuasaan konsensus pada umumnya berupa
persetujuan secara sadar dari pihak yang dipengaruhi. Pada kekuasaan
konsensus ketaatan cenderung lebih langgeng karena ketaatan timbul dari
kesadaran dan persetujuan pihak yang dipengaruhi. Namun untuk
membuat orang lain sadar dan setuju diperlukan upaya keras dan waktu
yang lama.
-
26
Sarana kekuasaan yang digunakan untuk mendapatkan ketaatan
dengan kekuasaan paksaan berjumlah tiga macam yaitu, sarana paksaan
fisik, sarana ekonomi, dan sarana psikologis. Sedangkan pada kekuasaan
konsensus menggunakan sarana-sarana seperti nilai kebaikan bersama,
moralitas dan ajaran agama, keahlian, dan popularitas pribadi terkenal
untuk mendapatkan ketaatan.
c. Jabatan dan pribadi
Dalam masyarakat yang sudah maju dan mapan, kekuasaan
terkandung erat dalam jabatan-jabatan seperti presiden, perdana mentri,
menteri-menteri, dan senator. Penggunaan kekuasaan yang terkandung
dalam jabatan itu secara efektif bergantung sekali kepada kualitas pribadi
yang dimiliki dan ditampilkan oleh setiap pribadi yang memegang jabatan.
Sebaliknya pada masyarakat yang sederhana, struktur masyarakat
kekuasaan yang didasarkan atas kualitas pribadi tampak lebih menonjol
dari pada kekuasaan yang terkandung dalam jabatan. Dalam hal ini,
pemimpin melaksanakan kekuasaan khususnya terhadap orang dari pada
terhadap lembaga-lembaga. Efektifitas kekuasaannya terutama berasal
dari kualitas pribadi seperti karisma, penampilan diri, asal-usul keluarga,
dan wahyu.
d. Langsung dan tidak langsung
Kekuasaan langsung ialah penggunaan sumber-sumber untuk
mempengaruhi pembuat dan pelaksana keputusan politik dengan
-
27
melakukan hubungan secara langsung tanpa melalui perantara.
Sedangkan kekuasaan tidak langsung ialah penggunaan sumber-sumber
untuk mempengaruhi pembuat dan pelaksana keputusan politik melalui
perantara pihak lain yang diperkirakan mempunyai pengaruh yang lebih
besar terhadap pembuat dan pelaksana keputusan politik (birokrasi).
Sumber-sumber kekuasaan tidak pernah terdistribusikan secara
merata dalam setiap masyarakat atau sistem politik karena setiap
kemampuan seseorang bervariasi. Ketidak mampuan seseorang mungkin
diciptakan oleh orang lain tetapi mungkin juga disebabkan yang
bersangkutan tidak lagi memiliki semangat untuk mengubah nasib.
Masyarakat yang strukturnya masih sederhana, distribusi pemilikan
sumber-sumber relatif merata sebab selain sumber-sumber kekuasaan
yang tersedia masih sedikit, juga karena hubungan antar sesama
dilandasi dengan prinsip kekeluargaan, dan hubungan dengan pemimpin
didasarkan pada prinsip primus interpares.
Ketika masyarakat yang sederhana ini melakukan perubahan
(modernisasi), terjadi kesenjangan karena sebagian masyarakat tidak ikut
dalam proses perubahan. Hubungan antarsesama lebih didasarkan atas
egoisme, dan hubungan dengan pemimpin berubah menjadi hubungan
yang hierarki. Itu sebabnya distribusi sumber-sumber di negara-negara
berkembang cenderung tidak berkembang.
-
28
Menurut Adrian, ada empat faktor yang biasanya dipertimbangkan
oleh pemilik sumber kekuasaan dalam menggunakan sumber untuk
mempengaruhi proses politik meliputi kuatnya motivasi untuk mencapai
tujuan tertentu, harapan akan keberhasilan mencapai tujuan, persepsi
mengenai biaya dan resiko yang timbul dalam mencapai tujuan dan
pengetahuan mengenai cara-cara mencapai tujuan tersebut. Dengan
mempertimbangkan keempat faktor, asumsi yang selama ini dipegang
bahwa memiliki sumber kekuasaan berarti memiliki kekuasaan politik
belum tentu benar. Hal itu disebabkan belum tentu semua orang yang
memiliki sumber kekuasaan menggunakan sumber itu untuk
mempengaruhi proses politik. Untuk mencapai tujuan dalam hal ini
mempengaruhi pembuat dan pelaksana keputusan politik diperlukan
motivasi yang tinggi.16
Motivasi untuk mencapai tujuan sangat kuat apabila harapan akan
keberhasilan sangat tinggi. Karena diperkirakan akan mendatangkan
keuntungan dengan resiko yang kecil, dan pengetahuan mengenai cara-
cara dan prosedur mencapai tujuan itu memadai, tersedianya organisasi,
keterampilan, pribadi yang kuat, dan faktor luar yang mendukung
merupakan kombinasi yang efektif untuk mengubah sumber-sumber
kekuasaan potensial menjadi kekuasaan politik aktual.
16 Ibid. Hal 88
-
29
Dalam mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan, Andrain
membedakannya atas kekuasaan paksaan dan kekuasaan berdasarkan
konsensus. Dalam kaitan ini ia mengatakan, Mereka yang menekankan
aspek-aspek pemaksaan dari kekuasaan biasanya memandang politik
dalam kerangka pergulatan dominasi kelompok atau keluarga dan konflik.
Mereka melihat para pelaku politik mengejar tujuan-tujuan yang tidak
diminati oleh keseluruhan komunitasnya. Satu pihak memperoleh
keuntungan, pihak lain merugi. Sebaliknya, para analis yang menekankan
aspek-aspek konsensus lebih banyak mengaitkan kekuasaan dengan
usaha mengatasi perlawanan bukannya dengan kegiatan-kegiatan
koordinasi. Mereka melihat para pelaku politik mengusahakan pencapaian
tujuan-tujuan bersama.17
2. kelompok Kepentingan
Kelompok kepentingan adalah sekolompok manusia yang
mengadakan persekutuan yang didorong oleh kepentingan-kepentingan
tertentu. Kepentingan ini dapat berupa kepentingan umum atau
masyarakat luas ataupun kepentingan untuk kelompok tertentu. Contok
persekutuan yang merupakan kelompok kepentingan yaitu organisasi
massa, paguyuban alumni suatu sekolah, kelompok daerah asal, dan
paguyuban honi tertentu.18
17 Andrain, op.cit., hal. 137-138 18 Bambang S dan Sugianto. Pendidikan kewarganegaraan.(surakarta:Penerbit Grahadi,2007) hlm 179
-
30
Kelompok kepentingan bertujuan untuk memperjuangkan sesuatu
kepentingan dengan mempengaruhi lembaga-lembaga politik agar
mendapatkan keputusan yang menguntungkan atau menghindarkan
keputusan yang merugikan. Kelompok kepentingan tidak berusaha untuk
menempatkan wakil-wakilnya dalam perwakilan rakyat, melainkan cukup
mempengaruhi satu atau beberapa partai didalamnya atau instansi yang
berwenang maupun menteri yang berwenang.19
a. Birokrasi
Birokrasi secara etimologis berasal dari kata bureaucracy. Biro
(bureau) merupakan suatu bentuk organisasi atau dinas/kantor dan kata
krasi (cracy, kratie) yang berarti pemerintahan. Dengan kata lain,
birokrasi berarti dinas pemerintahan. Downs mengartikan Biro sebagai
bentuk organisasi yang memiliki empat macam karakteristik utama, yakni:
Organisasi berskala besar; mayoritas diantara anggota organisasi sebagai
pekerja full time yang menggantungkan pada pekerjaan organisasi untuk
mendapatkan penghasilan (income); dan promosi dalam biro berdasarkan
atas penilaian kinerja mereka sesuai dengan peran yang dimainkan dalam
organisasi. Jadi, Birokrasi menurut Downs dapat dibedakan dalam tiga
pengertian sebagai berikut: Pertama, Birokrasi biasanya menunjuk suatu
lembaga atau tingkatan lembaga khusus. Kedua, Birokrasi juga dapat
berarti suatu metode tertentu untuk mengalokasikan sumber daya dalam
19 Eddi Wibowo dkk. Ilmu politik Kontemporer.(Yogyakarta:YPAPI,2004) hlm 69
-
31
suatu organisasi berskala besar. Ketiga, Birokrasi merujuk pada kualitas
yang dihasilkan oleh suatu organisasi.20 Pengertian yang ketiga ini lebih
cenderung pada suatu organisasi Pemerintah yang berorientasi nirlaba
dan pelayanan masyarakat (Publik Service).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, birokrasi didefinisikan
sebagai sistem pemerintahan yang dijalankan oleh pegawai pemerintah
karena telah berpegang pada hirarki dan jenjang jabatan.21 Birokrasi juga
dimaksudkan untuk mengorganisir secara teratur suatu pekerjaan yang
dilakukan banyak orang, birokrasi adalah tipe dari suatu organisasi untuk
mencapai tugas-tugas administrasi besar dengan cara mengkoordinasi
secara sistematis atau teratur pekerjaan dari banyak orang. Birokrasi
sebagai suatu sistem kerja dimaksudkan sebagai sistem kerja yang
berdasarkan atas tata hubungan kerja sama antara jabatan-jabatan
secara langsung mengenai persoalan yang formil menurut prosedur yang
berlaku.22
Karl Marx mengeleborasi birokrasi dengan cara menganalisis dan
mengkritisi philosofi Hegel tentang Negara. Hegel berpendapat bahwa
administrasi Negara (birokrasi) sebagai suatu jembatan yang
menghubungkan antara negara (pemerintah) dengan masyarakatnya.
Adapun masyarakat itu sendiri terdiri dari kelompok-kelompok
professional, usahawan, dan lain kelompok yang mewakili bermacam-
20Dr. Joko Widodo M.S., Membangun Birokrasi Berbasis Kerja, Jawa Timur: Bayumedia
Publishing, 2008, hal 9-12 21 www.wikipedia.com 22 http:// tidak itjen-depdagri.go.id
-
32
macam kepentingan partikular (khusus). Diantara keduanya itu birokrasi
pemerintah merupakan medium yang bisa dipergunakan untuk
menghubungkan kepentingan particular dengan kepentingan general
(umum). Akan tetapi, Birokrasi Marxis berpendapat tidak ada kepentingan
umum (general), yang ada hanyalah kepentingan partikular yang
mendominasi kepentingan partikular lainnya. Birokrasi adalah Negara atau
pemerintah itu sendiri. Birokrasi merupakan instrument yang dipergunakan
oleh kelas yang dominan untuk melaksanakan kekuasaan dominasinya
atas kelas-kelas sosial lainnya. Dengan kata lain birokrasi memihak
kepada kelas partikular yang mendominasi tersebut. Berdasarkan konsep
tersebut, maka birokrasi itu sendiri pada tingkatan tertentu mempunyai
hubungan yang erat dengan kelas dominan dan pada pemerintah.
Eksistensi birokrasi sangat bergantung pada kelas dominan dan
pemerintah. Konsep pemikiran Karl Marx dalam konteks pengembangan
kekuatan politik dalam birokrasi pemerintah seperti yang banyak dianut
oleh pemerintahan demokratis, dapat dijadikan suatu perbandingan.
Kekuatan politik yang datang dan pergi sebagai kelompok yang
menguasai pemerintahan dan birokrasi sebagai pelaksana kebijakan
pemerintah merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan akan tetapi
dapat dibedakan.23
23Prof. DR. Miftah Thoha, MPA, Birokrasi dan Politik di Indonesia, hal 22-24
-
33
b. Partai Politik
Secara umum dapat dikatakan bahwa partai politik adalah suatu
kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai
orientasi, nilai-nilai dancita-cita yang sama. Tujuan kelompok ini
ialah untuk memperoleh kekuasaan politik dan merebut
kedudukan politik (biasanya) dengan cara konstitusional untuk
melaksanakan kebijaksanaan-kebijaksanaan mereka. Menuru t Ca r l J .
Fr ied r ich bahwa pa r ta i politik adalah sekelompok manusia yang
terorganisir secara stabil dengan tujuan merebut atau memepertahankan
penguasaan terhadap pemerintahan bagi pemimpin partainya, dan
berdasarkan penguasaan ini memberikaan kepada anggota partainya
kemanfaatan yang bersifat idiil maupun materiil.24
Menurut Surbakti fungsi utama partai politik yaitu mencari dan
mempertahankan kekuasaan guna mewujudkan program-program yang
disusun berdasarkan ideologi tertentu. Setidaknya itulah definisi dan
fungsi yang sederhana dari partai politik.25 Fungsi parpol dalam hal
perebutan kekuasaan itu hanyalah sarana saja, dan merupakan sebagian
kecil dari fungsi parpol. Ini ditunjukkan dengan operasionalisasi fungsi
kekuasaan itu hanya berlangsung dalam ritus lima tahunan. Sedangkan
fungsi yang paling pokok justru terletak pada bagaimana manuver taktis
parpol dalam perwujudan kebijakan publik.
24 Miriam Budiardjo, 2008. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Hal
404
25 Ramlan Surbakti. 2010. memahami ilmu politik. Jakarta: PT Grasindo. Hal
-
34
Menurut Budiardjo, dalam negara demokratis partai
politik menyelenggarakan beberapa fungsi yaitu:
1 . Partai sebagai sarana komunikasi politik, Salah satu tugas dari partai
politik adalah menyalurkan aneka ragam pendapat dan aspirasi
masyarakat dan mengaturnya sedemikian rupa sehingga
kesingpansiuran pendapat dalam masyarakat berkurang
2. Partai sebagai sarana sosialisasi politik, B iasanya proses
sosialisasi berjalan secara berangsur-angsur dari masa
kanak-kanak sampai dewasa. Proses sosialisasi politik
diselenggarakan melalui ceramah-ceramah penerangan, kursus
kader, kursus penataran, dan sebagainya
3. Partai politik sebagai sarana rekruitmen politik, berfungsi mencari dan
mengajak orang yang berbakat untuk turut aktif dalam kegiatan politik
sebagai anggota partai
4. Partai politik sebagai sarana pengatur konflik, dalam suasana
demokrasi, persaingan dan perbedaan pendapat dalam masyarakat
merupakan hal yang wajar, jika terjadi partai politik berusaha
mengatasinya.
Partai politik merupakan kekuatan inti karena parpol berusaha
menempatkan orang-orangnya dalam jabatan-jabatan pemerintahan dan
mempengaruhi kebijakan politik serta menempatkan seseorang atau aktor
dalam meraih sebuah jabatan/kedudukan.
-
35
c. Ormas
Organisasi masyarakat adalah organisasi yang dibentuk oleh sekumpulan
masyarakat dalam mencapai tujuan untuk kepentingan bersama suatu masyarakat
tertentu. Organisasi ini mempunyai badan hukum yang jelas yang tertuang dalam
undang-undang Dasar 1945 pasal 28. Salah satu organisasi masyarakat yang ada
misalnya : Badan Permusyawaratan Desa (BPD),Lembaga Pemasyarakatan Desa
(LPM), Karanga Taruna, Koperasi, Kelompok Tani, PaguyubanMasyarakat,
Himpunan Komunitas Masyarakat, Organisasi Kepemudaan
Organisasi didirikan oleh sekelompok orang tentu memiliki alasan.
Seorang pakar bernama Herbert G. Hicks mengemukakan dua alasan
mengapa orang memilih untuk berorganisasi:
- Alasan Sosial (social reason), sebagai zoon politicon artinya
mahluk yang hidup secara berkelompok, maka manusia akan
merasa penting berorganisasi demi pergaulan maupun memenuhi
kebutuhannya. Hal ini dapat kita temui pada organisasi-organisasi
yang memiliki sasaran intelektual, atau ekonomi.
- Alasan Materi (material reason), melalui bantuan organisasi
manusia dapat melakukan tiga macam hal yang tidak mungkin
dilakukannya sendiri yaitu: 1) Dapat memperbesar kemampuannya
2) Dapat menghemat waktu yang diperlukan untuk mencapai suatu
sasaran, melalui bantuan sebuah organisasi. 3) Dapat menarik
-
36
manfaat dari pengetahuan generasi-generasi sebelumnya yang
telah dihimpun.
Ciri-Ciri Organisasi Masyarakat
Menurut Berelson dan Steiner(1964:55) sebuah organisasi memiliki ciri-ciri
sebagai berikut :
1. Formalitas, merupakan ciri organisasi sosial yang menunjuk kepada
adanya perumusan tertulis daripada peratutan-peraturan,
ketetapan-ketetapan, prosedur, kebijaksanaan, tujuan, strategi,
dan seterusnya.
2. Hierarkhi, merupakan ciri organisasi yang menunjuk pada adanya
suatu pola kekuasaan dan wewenang yang berbentuk piramida,
artinya ada orang-orang tertentu yang memiliki kedudukan dan
kekuasaan serta wewenang yang lebih tinggi daripada anggota
biasa pada organisasi tersebut.
3. Besarnya dan Kompleksnya, dalam hal ini pada umumnya
organisasi sosial memiliki banyak anggota sehingga hubungan
sosial antar anggota adalah tidak langsung (impersonal), gejala ini
biasanya dikenal dengan gejala birokrasi.
4. Lamanya (duration), menunjuk pada diri bahwa eksistensi suatu
organisasi lebih lama daripada keanggotaan orang-orang dalam
organisasi itu.
-
37
Ada juga yang menyatakan bahwa organisasi sosial, memiliki beberapa
ciri lain yang behubungan dengan keberadaan organisasi itu. Diantaranya
dalah:
1. Rumusan batas-batas operasionalnya(organisasi) jelas. Seperti
yang telah dibicarakan diatas, organisasi akan mengutamakan
pencapaian tujuan-tujuan berdasarkan keputusan yang telah
disepakati bersama. Dalam hal ini, kegiatan operasional sebuah
organisasi dibatasi oleh ketetapan yang mengikat berdasarkan
kepentingan bersama, sekaligus memenuhi aspirasi anggotanya.
2. Memiliki identitas yang jelas. Organisasi akan cepat diakui oleh
masyarakat sekelilingnya apabila memiliki identitas yang jelas.
Identitas berkaitan dengan informasi mengenai organisasi, tujuan
pembentukan organisasi, maupun tempat organisasi itu berdiri, dan
lain sebagainya.
3. Keanggotaan formal, status dan peran. Pada setiap anggotanya
memiliki peran serta tugas masing masing sesuai dengan batasan
yang telah disepakati bersama.
Jadi, dari beberapa ciri organisasi yang telah dikemukakan kita
akan mudah membedakan yang mana dapat dikatakan organisasi dan
yang mana tidak dapat dikatakan sebagai sebuah organisasi.
-
38
3. Politik Kekerabatan
Antropologi ternama koentjoningrat menjelaskan bahwa garis
keturunan (kekerabatan) dan hubungan perkawinan menurut adat
merupakan dasar yang pokok dalam sususnan politik dan jaringan politik
di pedesaan. Jaringan politik kekerabatan ini dimanfaatkan untuk
mengkampanyekan visi, misi, dan program sang kandidat. Setiap kerabat
yang menjadi penyambung lidah dari kandidat dibekali dengan
pengetahuan-pengetahuan tentang kelebihan sang kandidat. Sementara
itu sang kandidat tidak lupa pula memberikan bekal berupa doktrin-doktrin
kekeluargaan.26
Kehadiran kerabat merupakan kekuatan politik yang sangat
menentukan orientasi politik masyarakat setempat, hal ini dapat dilihat dari
pilihan-pilihan politik dalam pemilu dan pemilihan-pemilihan lainnya seperti
pilpres dan pilkada. Dikatakan oleh Shanin sebagai tindakan politik
terkendali, tindakan politik orang-orang di kampung sangat ditentukan oleh
gerakan kekuasaan eksternal elit.27
Politik kekerabatan tersebut memainkan dimensi hubungan
kekerabatan meliputi keluarga kecil dan keluarga besar (small family and
big family). Dalam istilah antropologi dikenal juga komposisi keluarga batih
atau keluarga inti (nuclear family). Namun pemanfaatan sumber daya 26 Koentjoningrat. 1984 dalam buku Pahmi Sy. 2010. Politik pencitraan. Jakarta : Gaung Persada
Press (GP Press). Hal 166 27 Shanin. 1987 dalam buku Pahmi Sy. 2010. Politik pencitraan. Jakarta : Gaung Persada Press (GP
Press). Hal 166
-
39
manusia yang lebih banyak lagi dikenal dengan keluarga luas (extented
family). Sumber daya manusia ini sangat menentukan dalam pemenuhan
kebutuhan politik kekerabatan. Keluarga kecil disini merujuk kepada
beberapa keluarga inti, sedangkan keluarga besar merujuk pada jaringan
keluarga yang luas.
Bagi keluarga kecil yang terdiri dari beberapa keluarga inti memiliki
pengaruh politik kecil pula yaitu disekitar sanak keluarga yang dekat saja.
Namun bagi keluarga besar dan memiliki sejarah besar di desa, apalagi
mendominasi kekuasaan di desa, akan memiliki pengaruh politik yang
besar pula. Pengaruh politik keluarga kecil maupun besar akan memiliki
arti penting dalam mensosialisasikan kepentingan elit politik atau
cabup/cawabup. Keluarga besar ini akan mempengaruhi keluarga-
keluarga kecil, yang pada akhirnya menguasai opini dan mainstream
politik di pedesaan tersebut.
Jaringan kekerabatan atau keluarga ini tidak hanya sebatas
keluarga, tetapi meluas menuju jaringan-jaringan lain yang dimiliki
kerabat-kerabat ternama atau memiliki kelebihan tertentu. Seperti kerabat
yang berposisi sebagai juragan, imam, tokoh adat, dan lainnya. Peran
kerabat yang memiliki posisi penting memiliki andil besar dalam merubah
orientasi politik masyarakat dibawahnya.
Politik kekerabatan, akan semakin efektif digunakan bila ada elit
politik atau tokoh dan figur yang di usung diharapkan akan memenangkan
pertarungan dan figur atau elit yang diharapkan masyarakat setempat
-
40
untuk duduk di dalam kabinet tersebut. Untuk itu melalui perpanjangan
tangannya kekerabatan inilah elit atau figur menyampaikan juga berbagai
visi dan misi politiknya kepada para kerabat, sehingga mereka inilah yang
akan melakukan penyebaran informasi kepentingan politik.
Dengan demikian politik kekerabatan tidak hanya beroperasi ketika
mengusung atau memenangkan figur atau cabup/cawabup tertentu, tetapi
juga beroperasi setelah mereka memenangkan atau merebut kekuasaan.
Dengan demikian menjadi wajar bila nepotisme menguat, karena peran
penting kerabat tidak bisa dilupakan dan ditinggalkan. Doktrinisasi nilai-
nilai kekeluargaan merekat kerabat menjadi memiliki rasa kebersamaan
yang kuat, sehingga mempengaruhi berbagai tindakan politik keluarga
kecil disekitarnya.
Musyawarah dan komunikasi antar kerabat mereka berbicara
tentang masa depan kehidupan, masa depan kepemimpinan daerah,
bicara tentang sosok yang dianggap mampu memimpin daerah. Proses-
proses politik kekerabatan tersebut memposisikan para elit mereka lebih
unggul dan dianggap memiliki kebenaran, sehingga kerabat dikampung
akan mengikuti apa-apa yang menjadi saran, pendapat, dan keinginan
dari keluarga yang lebih besar atau juga keinginan elit dari pembawa
kepentingan politik.
Politik kekerabatan sangat penting untuk dilihat sebagai sebuah
kekuatan politik yang masih kental bermain. Untuk itu politik kekerabatan
-
41
harus dikendalikan oleh elit atau figur yang moralis dan intelektual,
sehingga selalu mengarah pada tindakan yang konstruktif. Namun bila
politik kekerabatan dikendalikan oleh figur atau elit yang tidak baik
(amoral) atau telah cacat, maka orientasi politik kekerabatan akan
mengarah pada tindakan destruktif. Dengan demikian politik kekerabatan
sangat tergantung kepada patron politik yang mengarahkannya.
B. Paternalistik
Dilihat dari asal katanya, paternalis artinya memiliki kesan kebapakan,
sedangkam paternalisme adalah sistem kepemimpinan yang menunjukkan
hubungan kerja antara atasan dan bawahan dilaksanakan seperti hubungan
antara bapak dan anak. Maka, kepemipinan paternalistik adalah pemimpin yang
perannya diwarnai oleh sikap kebapak-bapakan dalam arti bersifat melindungi,
mengayomi dan menolong anggota organisasi yang dipimpinnya. Tipe
kepemimpinan ini banyak terdapat di lingkungan masyarakat yang masih bersifat
tradisional, umumnya di masyarakat yang agraris.28 Popularitas pemimpin yang
paternalistik di lingkungan yang demikian ini disebabkan oleh beberapa faktor,
seperti:
a. Kuatnya ikatan primordial
b. extended family system
c. Kehidupan masyarakat yang komunalistik.
d. Peranan adat istiadat yang sangat kuat dalam kehidupan bermasyarakat.
e. Masih dimungkinkannya hubungan pribadi yang intim antara seorang anggota
masyarakat dengan anggota masyarakat lainnya.
28 http://abdulwakit.blogspot.com/2011/03/gaya-kepemimpinan.html
-
42
Pemimpin merupakan tempat bertanya dan menjadi tumpuan harapan
bagi pengikutnya dalam menyelesaikan masalah-masalahnya. Persepsi seorang
pemimpin yang paternalistik yang peranannya dalam kehidupan organisasional
dapat dikatakan diwarnai oleh pengikutnya. Para bawahan biasanya
mengharapkan seorang pemimpin yang paternalistik mempunyai sifat yang tidak
mementingkan diri sendiri melainkan memberikan perhatian terhadap
kepentingan dan kesejahteraan para bawahannya. Sehingga tidak jarang terjadi
sebagai akibat dari adanya pandanagan bahwa para bawahan itu belum dewasa.
Ada beberapa kelebihan dan kekurangan dari tipe kepemimpinan
paternalistik ini diantaranya adalah:
a. Kelebihan
1. Pemimpin dihormati oleh bawahannya.
2. Mengutamakan kebersamaan.
3. Pemimpin berperan sebagai pelindung.
b. Kekurangan
1. Menganggap bawahan belum dewasa.
2. Bawahan tidak dimanfaatkan sebagai sumber informasi, ide dan saran.
3. Bawahan selalu tergantung kepada pemimpin dalam menjalankan tugas
dan tanggung jawabnya.
C. Kerangka dan Skema Pikir
Politik kekuasaan mesti dipahami dari berbagai dimensi untuk
dapat melihat motif dan kepentingan. Dari segi pengertiannya, Politik
kekuasaan merupakan suatu strategi dalam memperoleh/mendapatkan
kekuasaan serta usaha untuk mempertahankan kekuasaan yang telah
-
43
dimiliki. Politik kekuasaan yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu politik
kekuasaan yang dilakukan oleh Radjamilo dan keluarganya di Kabupaten
Jeneponto dengan mengusung anaknya sebagai calon bupati periode
2013 mendatang melihat Radjamilo sendiri tidak bisa lagi meneruskan
kekuasaannya karena telah menjabat selama dua periode. berujuk pada
pemikiran Koentjoningrat bahwa garis keturunan (kekerabatan) dan
hubungan perkawinan menurut adat merupakan dasar yang pokok dalam
susunan politik dan jaringan politik di pedesaan. Jaringan politik
kekerabatan ini dimanfaatkan untuk mengkampanyekan visi, misi, dan
program sang kandidat.29 Politik kekerabatan ini sangat penting untuk
dilihat sebagai sebuah kekuatan politik yang masih kental bermain.
Dalam mengangkat masalah politik kekuasaan keluarga, peneliti
telah melakukan penelitian pada kekuasaan yang terjadi dalam keluarga
Radjamilo pada masa jabatannya saat ini yang nantinya mempengaruhi
pencalonan anaknya sebagai bupati. Demi menunjang keberhasilan
penelitian ini maka peneliti menggunakan beberapa teori dan konsep
untuk menganalisis masalah yang diangkat antara lain yakni teori politik
kekuasaan Charles F Andrain, Alasan menggunakan teori tersebut karena
teori yang dikemukakan Andrain sesuai dengan masalah yang diangkat
yaitu membahas mengenai politik kekuasaan yang dapat diperoleh
29 Koentjoningrat. 1984 dalam buku Pahmi Sy. 2010. Politik pencitraan. Jakarta : Gaung Persada
Press (GP Press). Hal 166
-
44
dengan cara penggunaan sumber-sumber kekuasaan berupa potensi,
jabatan, paksaan dan dengan cara langsung dan tidak langsung.
Dari konsep diatas, peneliti mencoba menggunakan kekuatan
politik birokrasi yang juga digunakan untuk memperkaya kerangka
pemikiran dalam menjelaskan mengenai keterlibatan lembaga (birokrasi)
yang dapat mempengaruhi kekuasaan ditingkat lokal. Termasuk dalam
konteks itu adalah bagaimana pengaruh keluarga Radjamilo dalam
menguasai birokrasi sebagai kekuatan yang digunakan dalam
mempengaruhi bawahan dan masyarakat untuk pemilihan dan
pemenangan anaknya serta dukungan dari partai politik dan organisasi
masyarakat yang ada di Kabupaten Jeneponto.
Skema Kerangka Pikir
Seperti inilah kerangka pikir yang akan penulis lakukan dalam
proses pemecahan masalah diatas. Adapun skemanya sebagai berikut;
Faktor penyebab
Radjamilo mengusung
AFR
- Melanjutkan
kepemimpinan dan
Mempertahankan
kekuasaan
Calon bupati pada
pemilukada 2013
Kekuatan politik keluarga
Radjamilo
- Birokrasi
- Partai Politik
- ormas
-
45
Skema 2.1 kerangka pikir
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam bab ini dijelaskan metode penelitian yang telah digunakan
oleh penulis dalam membahas rumusan masalah yang telah dikemukakan
pada bab sebelumnya. Metode penelitian tersebut terdiri atas fokus
penelitian dan unit analisis data, tipe dan dasar penelitian, teknik
pengumpulan data, jenis data, pengolahan dan analisis data.
-
46
A. Fokus Penelitian dan Unit Analisis Data
Fokus penelitian telah dilaksanakan di Kabupaten Jeneponto
provinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan Kabupaten Jeneponto sebagai
daerah penelitian berdasarkan pertimbangan bahwa lokasi penelitian ini
merupakan salah satu daerah di Sulawesi Selatan yang Pemilihan Kepala
Daerah (pilkada) periode 2013 akan diramaikan oleh salah satu putra
bupati. Selain itu, pemilihan lokasi ini dikarenakan melihat politik
kekuasaan yang terjadi dalam keluarga Radjamilo sebagai bupati aktif
Jeneponto saat ini yang menguasai birokrasi pada pemerintahan
Jeneponto dengan melihat posisi keluarganya yang menduduki jabatan-
jabatan strategis. Radjamilo sebagai incumbent tentu saja tidak bisa lagi
mencalonkan dalam Pilkada selanjutnya. Oleh karena itu, untuk tetap
mempertahankan pengaruh dan kekuasaan yang telah dimilikinya maka
dia mengusung putranya. Adapun pengusungan anaknya ini dilihat dari
posisi dia sebagai anak tertua dan memiliki jabatan yang sangat strategis
dalam birokrasi di Kabupaten Jeneponto saat ini. Inilah yang
menyebabkan Sehingga peneliti sangat tertarik dalam melakukan
penelitian ini dikarenakan melihat kekuasaan dengan nepotisme yang
begitu melekat pada tingkat daerah di kabupaten Jeneponto.
Penelitian ini juga menggunakan unit analiasi data yang berarti
satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai subjek penelitian30. Unit
analisis Penelitian ini yaitu komunitas yang dilakukan pada Radjamilo dan
30Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik, Ed Revisi IV, Rineka Cipta,
Jakarta, 2006, hal. 143
-
47
keluarganya serta beberapa masyarakat yang memberikan tanggapan
yang dapat menunjang hasil penelitian.
B. Tipe Penelitian Dan Dasar Penelitian
Tipe penelitian ini adalah deskriptif, penelitian deskriptif
dimaksudkan untuk menggambarkan dan menganalisa faktor-faktor
penyebab keluarga radjamilo berusaha mengusung anaknya sebagai
Bupati Kabupaten Jeneponto serta untuk menggambarkan dan
menganalisa kekuatan poltik yang dimiliki oleh keluarga Radjamilo
sehingga mempersiapkan anaknya sebagai bakal calon Bupati Kabupaten
Jeneponto periode 2013-2018
Dasar penelitian ini adalah fenomena yaitu dengan mempelajari
kenyataan-kenyataan pada objek yang diteliti. Dimana fenomenologi ini
menyangkut fenomena politik yang menjadi perbincangan saat ini. Hal ini
bersangkutan dengan fenomena bupati incumbent yang mengusahakan
anaknya menjadi penggantinya terjadi dibeberapa tempat, seperti Bone,
Takalar, dan beberapa daerah lainnya termasuk di Kabupaten Jeneponto
sehingga penelitian ini menarik untuk dikaji. Dengan menggunakan
pendekatan kualitatif, pendekatan kualitatif yang dimaksudkan disini
adalah penelitian yang menghasilkan data deskriftif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Fokus
perhatiannya ditujukan pada beberapa variabel, unit yang ditelaah dalam
jumlah besar sehingga individu atau kelompok yang diambil sebagai
-
48
informan yang diteliti (refresentatif) sehingga bisa digunakan untuk tujuan-
tujuan deskriptif. Dalam hal ini penulis lebih fokus meneliti terhadap
keluarga Radjamilo yang berpengaruh dalam pemerintahan serta tokoh-
tokoh masyarakat baik yang pro maupun yang kontra.
C. Sumber Data
Sumber data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah:
Data primer yaitu sumber data yang diperoleh langsung dari sumber
asli (tidak melalui media perantara) diperoleh melalui studi lapangan
dengan menggunakan teknik wawancara. Dalam pelaksanaan teknik
ini, penulis mengumpulkan data melalui komunikasi langsung dengan
para informan dan menggunakan beberapa alat untuk membantu
dalam penelitian diantaranya adalah alat tulis dan alat perekam.
Informan disini adalah Radjamilo sebagai Bupati Jeneponto yang
merupakan ayah dari AFR, Drs. H. Iksan Iskandar sebagai Sekda
sekaligus lawan politik keluarga Radjamilo, Dr. Andi Tahal Fasni
selaku Wakil Ketua DPRD Jeneponto, H. A. Baharuddin BJ S.Sos
M.Si, Drs. Marwan Lolo Gau, Dra. Ernawati MM, yang merupakan
keluarga Radjamilo, Drs. Burhanuddin BT sebagai Wakil Bupati,
Syarifuddin Dg. Talli selaku tokoh masyarakat, Abu Bakar Halim yang
merupakan PNS Jeneponto, Arifuddin Lau, ketua DPD Partai
Demokrat Jeneponto Alamsah Mahadi Kulle, Ketua DPD partai PAN
Jeneponto Syamsuddin Karlos, Ketua KNPI Jeneponto Ir. Syaiful
Syamsuddin
-
49
a. Data sekunder, diperoleh dari studi kepustakaan dengan cara
mengumpulkan data dari buku, jurnal, media cetak, serta informasi
tertulis lainnya yang berkaitan dengan politik kekuasaan dan politik
keluarga yang dibangun oleh Radjamilo. Selain itu, juga terdapat
situs-situs atau website yang diakses untuk memperoleh data yang
lebih akurat.
D. Teknik pengumpulan Data
Sugiyono Dalam bukunya tentang memahami penelitian kualitatif
teknik pengumpulan data ini dapat dilakukan dengan observasi
(pengamatan), interview (wawancara), dokumentasi dan gabungan
keempatnya31. Namun dalam pengumpulan data ini penulis hanya
menggunakan wawancara (interview) dan dokumentasi.
b. Wawancara mendalam
Menurut Susan Stainback, dengan wawancara maka peneliti telah
mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipasi dalam
menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi, dimana hal
ini tidak bisa ditemukan melalui observasi32.
Wawancara mendalam yang telah dilakukan oleh penulis
yaitu melakukan percakapan langsung dengan beberapa keluarga
Radjamilo dan beberapa tokoh masyarakat serta elit politik yang
kontra dengan keluarga Radjamilo. Sebelum wawancara dengan
31 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Alfabeta, Bandung, 2007, hal 62 32 Ibid, hal. 72
-
50
informan peneliti menyediakan alat tulis dan alat perekam, jika
memungkinkan peneliti untuk mencatat pernyataan informan maka
peneliti tapi jika tidak memungkinkan maka peneliti merekam
wawancara dengan informan.
Wawancara dilakukan dengan mengajukan beberapa
pertanyaan yang sebelumnnya telah disusun oleh penulis sebagai
acuan dan sifatnya tidak mengikat sehingga banyak pertanyaan
baru yang muncul pada saat wawancara terkait dengan Politik
kekuasaan keluarga Radjamilo di Kabupaten Jeneponto.
Penelitian ini telah mengambil data primer dari wawancara yang
dilakukan terhadap sejumlah informan. Adapun sejumlah informan
yang telah diwawancarai adalah : Radjamilo sebagai Bupati
Jeneponto yang merupakan ayah dari AFR, Drs. H. Iksan Iskandar
sebagai Sekda, Drs. Burhanuddin BT sebagai Wakil Bupati yang
sekaligus lawan politik keluarga Radjamilo, Dr. Andi Tahal Fasni
selaku Wakil Ketua DPRD Jeneponto, H. A. Baharuddin BJ S.Sos
M.Si, Drs. Marwan Lolo Gau, Dra. Ernawati MM, yang merupakan
keluarga Radjamilo, Syarifuddin Dg. Talli selaku tokoh masyarakat,
Abu Bakar Halim yang merupakan PNS Jeneponto, Arifuddin Lau,
Alamsah Mahadi Kulle selaku ketua DPD Partai Demokrat
Jeneponto, Syamsuddin Karlos yang merupakan Ketua DPD partai
PAN Jeneponto, Ir. Syaiful Syamsuddin Ketua KNPI Jeneponto
-
51
Pada saat penelitian, peneliti disambut baik oleh informan,
dan informan antusias menjawab setiap pertanyaan yang diajukan
oleh peneliti sehingga informasi politik kekuasaan keluarga
Radjamilo dapat diperoleh sesuai dengan tujuan penelitian. Ada
sejumlah informan yang memilih untuk langsung melakukan
wawancara pada saat peneliti menyampaikan maksud dan
tujuannya menemuinya, ada pula yang membuat kesepakatan
waktu tertentu untuk melakukan wawancara dengan peneliti,
misalnya pada saat istirahat jam kerja atau pada saat istirahat
dirumah. Itu tidak menjadi kedala bagi penulis. Namun ada
beberapa anggota keluarga Radjamilo yang tidak mau memberikan
informasi mengenai hal penelitian ini dengan alasan tidak pada
porsinya untuk memberikan informasi, sehingga peneliti tidak bisa
melakukan wawancara terhadap beberapa informan tersebut.
c. Studi Pustaka dan Dokumen
Pada studi pustaka, penulis melakukan pengumpulan data
yang berhubungan dengan penelitian yaitu membaca sumber-
sumber literature mengenai informasi menjelang pilkada khususnya
yang terjadi di Kabupaten Jeneponto, surat kabar dan informasi
tertulis lainnya yang membahas tentang hal tersebut. Teknik ini
digunakan untuk menunjang data primer atau data utama yang
diperoleh dari informan. Teknik ini sangat membantu penulis dalam
menelusuri pembahasan melalui tulisan-tulisan yang pernah ada
-
52
sehingga dengan mudah penulis mengaitkan antara informasi yang
dipaparkan oleh informan dengan informasi tertulis yang ada
sebelumnya.
E. Teknik Pengolahan Data
Data kualitatif telah dibuatkan kategori dari klasifikasi berdasarkan
spesifikasi data. Kategori dari klasifikasi data dimaksudkan untuk
menjelaskan seluruh fenomena politik yang berkaitan dengan masalah
penelitian.
Sedangkan untuk data kuantitatif peneliti gunakan hanya sebagai
bahan untuk melengkapi/menyempurnakan kekurangan dari data kualitatif
yang telah diperoleh.
F. Teknik Analisis Data
Data dan informasi yang telah dikumpulkan dari informan kemudian
diolah dan dianalisa secara kualitatif. Karena objek kajiannya adalah
masyarakat dan tokoh politik, dimana memiliki cara berpikir dan cara
pandang yang berbeda maka penelitian ini membutuhkan analisa yang
mendalam dari sekedar penelitian kuantitatif yang sangat bergantung
pada kuantifikasi data.
Penelitian kualitatif ini merupakan paradigma penelitian yang
menekankan pada pemahaman mengenai masalahmasalah dalam
kehidupan sosial berdasarkan kondisi realitas atau natural setting yang
holistis, kompleks, dan rinci. Penelitian yang menggunakan pendekatan
-
53
induksi yang mempunyai tujuan penyusunan konstruksi teori atau
hipotesis melalui pengungkapan fakta.
Penelitian ini telah mencoba memahami apa yang dipikirkan oleh
keluarga Radjamilo dalam melatarbelakangi pengusungan anggota
keluarga yaitu Ashari F. Radjamilo sebagai Bupati Jeneponto periode
2013 serta kekuatan yang menjadi pegangan dalam pengusungan Ashari.
Analisa ini bertujuan agar temuan-temuan dari kasus-kasus yang terjadi di
lokasi penelitian dapat dikaji lebih mendalam dan fenomena yang ada
dapat digambarkan secara terperinci, sehingga apa yang menjadi
pertanyaan dalam penelitian ini nantinya bisa terjawab dengan maksimal.
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan,
dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam
kategori, menjabarkan ke dalam unitunit, melakukan sintesa, menyusun
ke dalam pola, memilih mana yang penting dan dipelajari, dan membuat
kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang
lain.33
Proses analisis data dilakukan pada waktu bersamaan dengan
proses pengumpulan data berlangsung. Analisis data dilakukan malalui
tiga alur, yakni;
1. Reduksi Data.
2. Penyajian Data.
33Sudarwan Darmin, Menjadi Peneliti Kualitatif: Ancangan Metodologi, Prestasi dan Publikasi
Hasil Penelitian Untuk Mahasiswa dan Peneliti Pemula Bidang Ilmu-Ilmu Sosial, Pendidikan
dan Humaniora, Pustaka Setia, Bandung, 2002, hal. 51
-
54
3. Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi.
1. Reduksi Data (Data Reduction)
Peneliti melakukan pengumpulan data-data yang berhubungan
dengan penelitian melalui wawancara, kajian pustaka, observasi dan
sebagainya. Dalam hal wawancara peneliti menggunakan perekam
suara seperti hp, daftar pertanyaan dan lain-lain. Pada saat
pengumpulan data, peneliti berhati-hati dalam mencatat data jangan
sampai dicampurkan dengan pikiran peneliti. Data-data yang
dikumpulkan adalah data-data yang relevan, sehingga politik
kekuasaan keluarga Radjamilo di Kabupaten Jeneponto dapat
digambarkan secara jelas pada hasil penelitian yang berupa
kesimpulan.
2. Sajian Data
Selanjutnya, setelah reduksi data penulis membuat sajian data
hasil wawancara penulis dengan membuat susunan informasi yang
diperoleh berupa deskripsi, kemudian mengaitkan dengan tinjauan
teoritis dan kemudian menganalisis data tersebut dengan
menempatkan dimana posisi penulis melihat fenomena tersebut dalam
hal ini politik kekuasaan keluarga Radjamilo di Kabupaten Jeneponto
3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi
-
55
Tahap terakhir dalam analisa data adalah Penulis menarik
kesimpulan yang sesuai dengan rumusan masalah yang telah
dirumuskan sejak awal. Dari berbagai hal yang ditemui dalam
pengumpulan data mengenai politik kekuasaan keluarga Radjamilo di
Kabupaten Jeneponto, penulis kemudian melakukan pencatatan pola-
pola, pernyataan-pernyataan, konfigurasi-konfigurasi, alur sebab-
akibat dan berbagai proposisi. Hal itu kemudian diverifikasi dengan
temuan-temuan data selanjutnya dan akhirnya sampai pada penarikan
kesimpulan akhir dengan cara didiskusikan untuk mengembangkan
apa yang disebut konsensus antar subjektif.
BAB IV
GAMBARAN UMUM PENELITIAN
Dalam bab ini, penulis akan memaparkan beberapa bagian- bagian
yang diharapkan dapat memberikan gambaran umum yang berkaitan
dengan penelitian yang dipakai dalam memberikan pandangan awal
terhadap objek-objek penelitian yang penulis gunakan. Adapun bagian-
-
56
bagian yang dibahas antara lain, gambaran umum Kabupaten Jeneponto
dan gambaran umum Radjamilo dan keluarganya.
A. Gambaran Umum Kabupaten Jeneponto
1. Letak Geografi
Letak Geografi dan Luas Wilayah Kabupaten Jeneponto terletak
antara 5o23'12 5o421,2 Lintang Selatan dan 119o29'12
119o5644,9 Bujur Timur dengan batas sbb;
- Sebelah Utara dengan Kabupaten Gowa dan Takalar
- Sebelah Timur dengan Kabupaten Bantaeng
- Sebelah Selatan dengan Laut Flores
- Sebelah Barat dengan Kabupaten Takalar
Luas wilayah Kabupaten Jeneponto tercatat 749,79 km persegi
yang meliputi 11 kecamatan.
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Jeneponto, 2010.
1. Penduduk
Penduduk Kabupaten Jeneponto pada tahun 2010 berjumlah
342.700 orang yang tersebar di 11 kecamatan dengan jumlah
penduduk terbesar di Kecamatan Binamu yaitu sebanyak 52.420
orang. Secara keseluruhan, jumlah penduduk yang berjenis kelamin
perempuan lebih banyak dari pada penduduk yang berjenis kelamin
laki-laki, pada tahun 2010 jumlah penduduk perempuan sebesar
176.316 orang dan laki-laki sebanyak 166.384.
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Jeneponto, 2010.
2. Pemerintahan
-
57
Pemerintah Daerah Kabupaten Jeneponto mencakup 113 desa /
kelurahan dengan rincian 82 desa dan 31 kelurahan. Ditinjau dari
tingkat perkembangan desa / kelurahan, potensi yang banyak
dijumpai yaitu potensi rendah sebanyak 93 Desa / Kelurahan
menyusul potensi sedang sebanyak 19 Desa / Kelurahan dan
potensi tinggi sebanyak 1 Kelurahan.
Sumber : Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Pemberdayaan
Masyarakat, 2010
Pada tahun 2010 anggota DPRD Kabupaten Jeneponto sebanyak
35 orang yang terdiri dari Fraksi P.Golkar sebanyak 4 orang, Fraksi
PPP sebanyak 3 orang, Fraksi PAN sebanyak 4 orang, Fraksi Nurani
Rakyat sebanyak 5 orang, Fraksi Demokrat sebanyak 3 orang,
Fraksi Kesatuan sebanyak 4 orang, Fraksi Keadilan Sejahtera
sebanyak 3 orang dan Fraksi Barisan Kebangsaan sebanyak 9
orang.
Dalam menjalankan tugasnya DPRD Kabupaten Jeneponto telah
mengeluarkan beberapa peraturan dan keputusan keputusan daerah
dari tahun 2007 sampai tahun 2010.
BANYAKNYA KEPUTUSAN DPRD KABUPATEN JENEPONTO TAHUN
2007-2010
Tabel 3.2
produk 2007 2008 2009 2010
Peraturan
daerah
18 7 4 6
-
58
Keputusan 11 13 10 8
Sumber : Sekretariat DPRD Kabupaten Jeneponto, 2010
B. Gambaran Umum Keluarga Radjamilo
Radjamilo merupakan bupati aktif saat ini yang telah memegang
masa jabatan selama dua periode. Istrinya bernama Hj. Pattahani
Radjamilo yang menjadi ketua penggerak PKK dan memiliki delapan
orang anak yang dua diantaranya telah meninggal dunia. Kelima anaknya
telah menduduki jabatan dalam pemerintahan di Kabupaten Jeneponto
sedangkan anak yang terakhirnya masih dalam bangku perkuliahan.
Selain anak dan saudaranya, terdapat beberapa anggota keluarga
lainnya yang menduduki jabatan-jabatan dalam pemerintahannya
termasuk ipar, menantu, besan sampai dengan sepupu dan keponakan-
keponakannya. Adapun keluarga Radjamilo yang memiliki peranan dalam
pemerintahan antara lain :
- Ashari Fakhsiri Radjamilo Kr. Raja : Kepala Dinas pendidikan yang
sekaligus mencalonkan diri sebagai bupati Jeneponto 2013 (anak
dari Radjamilo). Dengan awal karir Setelah lulus dari STPDN, ia
kemudian diangkat menjadi lurah, kemudian camat, kemudian
menjadi kabag humas lalu menjadi staf ahli Bupati dan saat ini
menjabat sebagai kepala dinas pendidikan yang sebelumnya
menjabat sebagai kepala dinas Transkernas-sos BLK.
-
59
- Sri Lita Irtani Kr. Caya : Sekretaris Dinas Kelautan (anak dari
Radjamilo). Yang mendapatkan jabatan saat ini tanpa karir yang
begitu matang, penempatan sebagai sekretaris dikarenakan
kedudukan yang dimiliki ayahnya
- Suci Fitriani Kr. Siang: Kepala Bidang Mutasi BKD (anak dari
Radjamilo). Yang kemudian menjadi Kepala Dinas BKD yang
menggantikan Kr. Nai setelah niat pencalonannya sebagai bakal
calon bupati Jeneponto
- Hj. Intan Dianti : Kepala Seksi Kelurahan (anak dari Radjamilo).
Yang mendapatkan jabatan saat ini tanpa karir yang begitu matang,
penempatan jabatan ini dikarenakan kedudukan yang dimiliki
ayahnya
- Marwan Lolo Gau : Kepala Dinas Perikanan (saudara Radjamilo),
- Haerul Gassing Kr. Kuri : kepala Dinas Transkernas-sos BLK
(menantu Radjamilo), yang awal karirnya merupakan lurah balang,
kemudian menjadi camat Binamu, lalu sekretaris dinas pendidikan
kemudian menduduki jabatannya saat ini dengan silang jabatan
dengan Ashari yang dulunya sebagai Kepala Dinas Transkernas.
- Andi Rizal Burhanuddin : Kepala Bidang Akuntansi (menantu
Radjamilo),
- Hj. Enny Agustina Baharuddin, S.Sos (menantu Radjamilo) : Lurah
Empoang
-
60
- Ir. Andi Burhanuddin S. Baso : Kepala Dinas PU yaitu (besan
Radjamilo),
- Patarai A. Burhan : Camat Taroang (keponakan Radjamilo), dan
- Pahmi Sulfikar : Kepala Bidang Aset PPKD (keponakan Radjamilo).
Jabatan-jabatan yang dimiliki oleh keluarga Radjamilo yang
menduduki hampir semua struktur yang ada di Jeneponto merupakan
bagian dari kekuatan yang dimiliki oleh keluarga dalam mengkoordinir
pengaruh dan dukungan untuk pencalonan Ashari Fakhsiri Radjamilo
sebagai Bupati Jeneponto pada periode 2013-2018 mendatang.
Radjamilo merupakan keturunan Karaeng dengan status nenek
moyang yang sudah memegang peranan penting dalam pemerintahan
sehingga telah banyak dikenal masyarakat Jeneponto, serta memiliki
keluarga yang telah berhasil dan menyebar diberbagai daerah dan kota
seperti Kr. Nai yaitu saudara Radjamilo yang telah berkarir di Jakarta
Pusat sebagai pejabat. Saudara dari ibunda Radjamilo sendiri merupakan
Kr. Bontotangnga yang sangat diperhitungkan di daerah Jeneponto
begitupun adik Kr. Milo yang merupakan Kr. Paitana.34 Ini menjelaskan
bahwa Radjamilo memang berasal dari keturunan Karaeng.
Kedudukannya sebagai Karaeng di Jeneponto mengantarkannya pada
kemenangannya sebagai Bupati yang terpilih selama dua periode.
Kemenangan yang diperoleh Radjamilo sebagai golongan karaeng ini
34 Sumber : hasil wawancara dengan Drs. Marwan Lolo Gau (Ipar Radjamilo), 4 Juli 2012
-
61
merupakan pertama kalinya golongan Karaeng terpilih menjadi kepala
daerah selama dua periode berturut-turut di Kabupaten Jeneponto.
Dua periode masa pemerintahannya tentu saja Radjamilo memiliki
kelebihan dan kekurangan dalam menjalankan tugasnya. Adapun
keberhasilan dalam pemerintahan Radjamilo dapat dilihat dari tiga
kebijakan antara lain pembangunan jalan raya sampai ke desa-desa,
pendidikan dan kesehatan. Ketiga kebijakan ini mendapatkan porsi besar
dalam agenda pembangunan daerah di Jeneponto. Yang pertama ditandai
dengan keberhasilan Radjamilo menciptakan pembangunan sarana jalan
raya yang menghubungkan antar daerah pedesaan. Sebagaimana
dituturkan oleh masyarakat umum yang mengatakan bahwa selama satu
periode pemimpin Jeneponto, Radjamilo berhasil memperluas jaringan
jalan raya dalam waktu yang relatif singkat.35 Hal ini merupakan bukti
keseriusan Radjamilo terhadap pembangunan pedesaan. Karena itu,
orientasi dan kebijakan pembangunan selama kepemimpinannya dalam
periode pertama banyak difokuskan pada daerah pedesaan ketimbang di
kawasan perkotaan.
Kebijakan kedua adalah bidang pendidikan. Selama
kepemimpinan Radjamilo sektor pendidikan benar-benar dibenahi.
Komitmen politik Radjamilo terhadap pendidikan terus berlanjut. Dalam
APBD 2008, Pemkab Jeneponto mengganggarkan Rp 9,5 miliar untuk
menyukseskan program pendidikan gratis. Dana ini dialokasikan untuk
35 http://akhmadsatori.blogspot.com/2012/02/11/kemenangan-karaeng-dalam-pilkada.html
-
62
320 sekolah dasar (SD) dan sederajat serta 103 sekolah menengah
pertama (SMP) dan sederajat di daerah tersebut. Anggaran ini disalurkan
tiga tahap setiap dua bulan sekali.
Kebijakan ketiga adalah bidang kesehatan. Tenaga medis
beberapa tahun terakhir ini terus menerus ditambah untuk mendekati porsi
yang ideal sehingga pelayanan kepada masyarakat dibidang kesehatan
dapat ditingkatkan kualitas dengan upaya penyediaan akses kesehatan
yang lebih murah dan merata.36 Ini dilakukan agar pela