politik kekuasaan keluarga radjamilo di kabupaten jeneponto.pdf

97
1 KATA PENGANTAR Assalamu Alaikum warhamatullahi Wabarakatuh Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas segala Rahmat dan Hidayah-Nyalah yang senantiasa tercurah kepada penulis, sehingga penyusunan skripsi ini dapat selesai tepat pada waktunya sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan meraih gelar sarjana pada program studi Ilmu Politik, Jurusan Ilmu Politik Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Hasanuddin. Skripsi ini penulis persembahkan untuk kedua orang tua tercinta, almarhum ayahanda Muhammad Saleh Sultan yang hanya mendampingi penulis sampai awal perkuliahan, dan tak sempat melihat hingga penulis menggapai gelar sarjana serta Ibunda Hasnah Bau yang tidak pernah lelah dalam mendidik dan membesarkan penulis hingga menjadi orang yang berguna. Rasa syukur tak hentinya penulis panjatkan kepada Allah SWT karena terlahir dalam keluarga yang kalian bangun. Terima kasih atas segala kasih sayang, kepercayaan, suport, nasehat yang senantiasa kalian berikan kepada penulis, juga tak henti memanjatkan do’a kepada Allah untuk menjaga penulis di tempat rantauan menuntut ilmu. Kepada saudaraku Sunanjar Tayang dan iparku Andrini Zaenal yang selalu memberikan semangat serta materi hingga penulis dapat menyelesaikan

Upload: nath-chumii

Post on 20-Nov-2015

75 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

  • 1

    KATA PENGANTAR

    Assalamu Alaikum warhamatullahi Wabarakatuh

    Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat

    Allah SWT, karena atas segala Rahmat dan Hidayah-Nyalah yang

    senantiasa tercurah kepada penulis, sehingga penyusunan skripsi ini

    dapat selesai tepat pada waktunya sebagai salah satu syarat untuk

    menyelesaikan studi dan meraih gelar sarjana pada program studi Ilmu

    Politik, Jurusan Ilmu Politik Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

    Politik, Universitas Hasanuddin.

    Skripsi ini penulis persembahkan untuk kedua orang tua tercinta,

    almarhum ayahanda Muhammad Saleh Sultan yang hanya mendampingi

    penulis sampai awal perkuliahan, dan tak sempat melihat hingga penulis

    menggapai gelar sarjana serta Ibunda Hasnah Bau yang tidak pernah

    lelah dalam mendidik dan membesarkan penulis hingga menjadi orang

    yang berguna. Rasa syukur tak hentinya penulis panjatkan kepada Allah

    SWT karena terlahir dalam keluarga yang kalian bangun. Terima kasih

    atas segala kasih sayang, kepercayaan, suport, nasehat yang senantiasa

    kalian berikan kepada penulis, juga tak henti memanjatkan doa kepada

    Allah untuk menjaga penulis di tempat rantauan menuntut ilmu. Kepada

    saudaraku Sunanjar Tayang dan iparku Andrini Zaenal yang selalu

    memberikan semangat serta materi hingga penulis dapat menyelesaikan

  • 2

    studi ini. Terima kasih yang sebesar-besarnya berada disamping kalian

    saya merasa bukanlah seorang adik tapi kalian perlakukan layaknya

    seorang anak dengan penuh rasa sayang.

    Kepada seseorang yang begitu spesial di hati penulis kak adi,

    terima kasih atas rasa sayang dan dukungan yang selama ini telah kakak

    berikan dalam menjalani hari-hariku. Serta keluarga besarku yang tidak

    bisa penulis sebutkan satu-persatu, terima kasih untuk semua dukungan

    dan doanya kepada penulis selama ini.

    Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih dan

    penghargaan setinggi-tingginya kepada Bapak Prof. Dr. Armin M.Si dan

    Ibu Ariana Yunus S.Ip, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah banyak

    membantu dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini.

    Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada :

    1. Bapak Dekan FISIP UNHAS beserta jajarannya yang telah banyak

    memberikan bantuan dan dorongan selama menjadi mahasiswa di

    FISIP UNHAS.

    2. Ketua Jurusan Ilmu Politik Pemerintahan, Dr. Muhammad. S.Ip,

    M.Si pada masanya yang juga selaku dosen penasehat akademik

    penulis dan Dr. H. A. Gau Kadir, MA selaku Ketua Jurusan Ilmu

    Politik Pemerintahan pada saat ini, serta Sekretaris Jurusan Ilmu

    Politik Pemerintahan, A. Lukman Irwan S.Ip, M.Si atas segala

  • 3

    bantuan yang diberikan kepada penulis selama mengikuti

    perkuliahan bahkan sampai penulis menyelesaikan skripsi ini.

    3. Ketua Prodi Ilmu Politik Ibu Dr. Gustiana A. Kambo, M.Si serta

    Seluruh dosen Program Studi Ilmu Politik, Pak Andi Yakub , Pak

    Anto, Ibu Sakinah, Pak Naharuddin, Pak Saad, Ibu Ariyana, Pak

    Syahrir, Pak Sukri, Prof Kausar yang telah banyak membagi ilmu

    dan pengalaman-pengalaman kepada penulis selama mengikuti

    perkuliahan bahkan sampai penulis menyelesaikan skripsi ini.

    4. Seluruh dosen di lingkungan FISIP dan lingkungan Universitas

    Hasanuddin yang telah memberikan ilmu

    5. Staf pegawai di Jurusan Politik pemerintahan (Kak Irma, Bu hasna,

    Bu Nanna, Kak Ija).

    6. Saudara-saudariku Demokratis 2008 Asma, Iis, Ria, Anti, Age,

    Titin, Esse, Dian, Noel, Eki, elis, Ilyn, Illank, Anca, Ari, Rendy,

    Rahmat, Rio, Igo, Arham, Cakra, Ilo, Akil, Cerby, Acca, Afla, Akbar,

    Tasim, Andy, Ivan, Amril, Wandhy, Inyol, Anto, Ullah, Obhy,

    Aswan, Roy. Terima kasih atas kebersamaan yang telah kita lalui

    bersama.

    7. Keluarga besar Himpunan Mahasiswa Ilmu Politik Fisip Unhas

    (HIMAPOL FISIP UNHAS), para senior dan juniorku dari angkatan

    2005 sampai 2012.

  • 4

    8. Keluarga kecilku Pondok Ikhlas kak Adi, Rya, Iis, Nanny, Illank

    bersama kalian perjalanan hidupku selama di Makassar penuh

    warna dan begitu berarti. Love you all.

    9. Keluarga besar KKN Gelombang Khusus 80 Tahun 2011 Kec.

    Mallusettasi terkhusus posko Palanro.

    10. Keluarga besar HPMT (Himpunan Pelajar Mahasiswa Turatea)

    11. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada para informan yang

    telah membantu penulis dalam proses penelitian, Bupati Jeneponto

    Bapak Radjamilo, Wakil Bupati Drs. Burhanuddin BT, Sekda Drs. H.

    Iksan Iskandar, Wakil Ketua DPRD Jeneponto Dr. Andi Tahal

    Fasni, H. A. Baharuddin BJ S.Sos M.Si, Drs. Marwan Lolo Gau,

    Dra. Ernawati MM, Syarifuddin Dg. Talli, Abu Bakar Halim serta

    Suryani Hajar. Terima atas segala bantuan yang telah diberikan

    kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

    Serta kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan

    kepada penulis, semoga Allah membalas semua kebaikan kepada

    Bapak/Ibu/saudara (i). Amin.

  • 5

    Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari

    kesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat mengarapkan kritik dan

    saran teradap skripsi ini agar dikemudian hari penulis dapat membuat

    tulisan-tulisan yang lebih baik.

    Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

    Makassar, Oktober 2012

    Hayati Singara

  • 6

    ABSTRAKSI

    Hayati Singara, Nim E11108279, dengan judul Politik Kekuasaan

    Keluarga Radjamilo di Kabupaten Jeneponto di bawah bimbingan

    Prof. Dr. Armin M.Si sebagai pembimbing I, dan Ariana Yunus,

    S.Ip,M.Si sebagai pembimbing II

    Pemilu kepala daerah menjadi bagian penting sistem demokrasi,

    rezim keluarga menjadi pemburu kekuasaan itu. Hal itu terlihat dari

    menguatnya kecenderungan para petinggi di tingkat lokal menempatkan

    keluarga pada posisi strategis dalam struktur pemerintahan. Dalam

    konteks Kabupaten Jeneponto dimana posisi strategis cenderung

    didominasi oleh anggota keluarga bupati yaitu Radjamilo. Sebagai bupati

    yang telah menjabat selama dua periode tentu saja dia tidak lagi bisa

    mencalonkan diri pada periode ketiga. Sehingga untuk tetap

    melanggengkan kekuasaan yang dimiliki maka salah satu cara dengan

    mengusung anaknya ikut serta dalam pemilukada berikutnya. oleh karena

    itu penulis memfokuskan untuk melihat politik kekuasaan keluarga

    Radjamilo di Kabupaten Jeneponto.

    Penelitian ini bertujuan untuk melihat faktor-faktor penyebab

    keluarga radjamilo berusaha mengusung anaknya sebagai Bupati

    Kabupaten Jeneponto. Serta kekuatan poltik yang dimiliki oleh keluarga

    Radjamilo sehingga mempersiapkan anaknya sebagai bakal calon Bupati

    Kabupaten Jeneponto periode 2013-2018.

    Teori yang digunakan adalah konsep politik kekuasaan, konsep

    politik kekerabatan, teori birokrasi dan konsep paternalistik. Penelitian ini

    didasarkan pada penelitian kualitatif, dengan tipe penelitian deskriptif.

    Data primer dikumpulkan melalui wawancara, data sekunder dari literatur-

    literatur dan artikel yang relevan dengan penelitian ini.

    Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penyebab pengusungan

    AFR oleh keluarga Radjamilo yaitu untuk melanjutkan kepemimpinan dan

    mempertahankan kekuasaan. Dengan menggunakan kekuatan jaringan

    keluarga dalam birokrasi, partai serta organisasi masyarakat yang

    mendukung dalam proses pencalonannya sebagai usaha untuk meraut

    massa yang sebanyak-banyaknya dengan mengendalikan bawahan-

    bawahan dalam struktur pemerintahan.

  • 7

    DAFTAR ISI

    Kata Pengantar. 1

    Abstraksi.... 6

    Daftar Isi.. 7

    BAB 1 PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang............................................................... 9

    B. Rumusan Masalah............................................................. 16

    C. Tujuan Penelitian.............................................................. 16

    D. Manfaat Penelitian........................................................ 17

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    A. Politik Kekuasaan...................................................................... 18

    1. Politik kekuasaan Charles F. andrain............................... 23

    2. Kelompok Kepentingan.................................................... 29

    a. segi kelembagaan (birokrasi).. 30

    b. partai politik.............................................................. 33

    c. Organisasi Masyarakat............................................. 35

    3. Politik Kekerabatan............................................................ 38

    B. Paternalistik........................................................ 41

    C. kerangka dan Skema Pikir......................................................... 43

    BAB III METODE PENELITIAN

    A. fokus penelitian dan unit analisis................................... 46

    B. Tipe Penelitian dan dasar penelitian......................................... 47

    C. Sumber data................................................... 48

  • 8

    D. Teknik Pengumpulan Data......................................... 49

    E. Teknik pengolahan data 52

    F. Teknik Analisis Data................................................... 52

    BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

    A. gambaran umum kabupaten Jeneponto 56

    B. Gambaran umum keluarga Radjamlo.. 58

    BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

    Hasil Dan Pembahasan ..... 63

    1. penyebab Keluarga Radjamilo

    mengusung AFR dalam Pemilukada 2013-2018 66

    - melanjutkan Kepemimpinan dan

    mempertahankan kekuasaan.......................................... 66

    2. kekuatan politik Yang Mendukung

    kekuasaan keluarga Radjamilo .. 78

    a. Jaringan Keluarga dalam Birokrasi................................ 78

    b. Partai politik................................................................... 86

    c. Organisasi masyarakat................................................... 88

    BAB VI PENUTUP

    A. Kesimpulan. 91

    B. Saran... 94

    DAFTAR PUSTAKA

  • 9

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Sejarah manusia bergerak secara siklus mengalami perulangan

    dengan terjadinya modifikasi-modifikasi didalamnya namun motif tindakan

    manusia hampir sama dari setiap masa, agak tepat jika perspektif tentang

    perkembangan masyarakat ini dipakai untuk menjelaskan fenomena politik

    dan pemerintahan saat ini di Indonesia. Dinasti politik masih tetap ada,

    dan bahkan semakin dipupuk dan bersemai dalam ruang desentralisasi

    sekarang ini seperti yang terjadi di beberapa daerah.

    Praktik nepotisme lazim dilakukan oleh para penguasa untuk

    melegitimasi dan melestarikan kekuasaannya. Para penguasa lebih

    percaya pada ikatan keluarga daripada kemampuan seorang politikus

    karier. Walaupun para kerabat tidak memiliki pengalaman di bidang politik

    yang cukup, loyalitas menjadi alasan utama penguasa memilih anggota

    keluarga untuk duduk dalam lingkaran kekuasaan1.

    Pada sisi lain, anggota keluarga penguasa memanfaatkan peluang

    emas untuk duduk dalam jabatan-jabatan strategis. Mereka lebih memilih

    jalan pintas untuk masuk dalam lingkaran kekuasaan daripada berakarier

    1 http://teguhmanurung.wordpress.com/2010/04/07/keluarga-nepotisme-dan-dunia-politik/

  • 10

    dari bawah, menimba pengalaman, dan mematangkan karakter sampai

    akhirnya pantas disebut politikus yang berpihak kepada rakyat.

    Pemilu kepala daerah menjadi bagian penting sistem demokrasi,

    rezim keluarga menjadi pemburu kekuasaan itu. Lokalisasi akibat

    dinamika politik dan desentralisasi itu membuat poltik lokal menjadi ruang

    politik baru yang mengandung banyak kemungkinan. Hal itu terlihat dari

    menguatnya kecenderungan para petinggi di tingkat lokal menempatkan

    keluarga pada posisi strategis dalam struktur kepengurusan partai

    maupun dalam daftar calon anggota legislatif maupun dalam pilkada.

    Fenomena politik keluarga ini tidak hanya terjadi di pusat, tetapi juga di

    daerah (caleg DPRD provinsi dan DPRD kabupaten/kota serta dalam

    pemilihan kepala daerah).

    Fenomena politik keluarga yang terjadi di pusat dapat terlihat pada

    keluarga Presiden SBY yang mana menempatkan anaknya Edy Baskoro

    Yudhoyono sebagai ketua DPP Partai Demokrat, ketua umum PDIP

    Megawati Soekarno Putri menempatkan anaknya Puan Maharani sebagai

    ketua fraksi PDIP di DPR, disamping itu suaminya Taufik Kemas menjabat

    sebagai ketua MPR-RI, KH. Abdurrahman Wahid menempatkan anaknya

    Yeni Wahid sebagai anggota DPR fraksi PKB. Pada tingkat provinsi

    khususnya di Sulawesi Selatan politik keluarga Yasin Limpo

    memanfaatkan ranah birokrasi sebagai ruang politik untuk menguatkan

    keluarganya. Yasin Limpo yang kemudian menjadi Gubernur Sulawesi

  • 11

    Selatan pada tahun 2004 dan beberapa tahun kemudian Ikhsan yasin

    Limpo terpilih sebagai Bupati Gowa berturut-turut selama 2 periode,

    Adnan Purichta Ikhsan Yasin Limpo menempati kursi di DPRD Provinsi

    Sulawesi Selatan selain itu, Adnan saat ini mencalonkan diri sebagai

    Bupati Gowa menggantikan ayahnya dan Indira Chunda Thita Yasin

    Limpo di DPR Pusat, bahkan saat ini saudara Syahrul Yasin Limpo yakni

    Dewi Yasin Limpo mencalonkan diri sebagai wali kota Makassar periode

    2013-2018. Sedangkan pada tingkat kabupaten saat ini telah diramaikan

    dengan pencalonan oleh anak dari pemegang kekuasaan sebelumnya

    Diantaranya, anggota DPRD Sulsel Andi Irsan Galigo putra Bupati Bone

    Andi Idris Galigo, Ketua DPD II Golkar Takalar Natsir Ibrahim putra Bupati

    Takalar Ibrahim Rewa, Herman Katoe putra Wali Kota Parepare nonaktif

    Zain Katoe, anggota DPRD Sulsel Adnan Purichta Ichsan putra Bupati

    Gowa Ichsan Yasin Limpo, Andi Seto Gadhistha Asapa putra Bupati Sinjai

    Rudiyanto Asapa, dan Rahmat Endong Patompo putra mantan Wali Kota

    Makassar Dg Patompo). Sementara, anggota DPRD Makassar, Andi Tenri

    Tata Amin Syam putera mantan Gubernur Sulsel Amin Syam, juga

    disebut-sebut akan ikut meramaikan Pilkada di Kabupaten Bone, sama

    halnya dengan yang terjadi di kabupaten Jeneponto, Ashari F Radjamilo

    yang saat ini menjabat sebagai Kepala Dinas Tenaga Kerja Kabupaten

    Jeneponto yang tak lain putra dari Bupati Jeneponto Radjamilo juga

    mencalonkan diri sebagai Bupati Jeneponto periode 2013 mendatang.

  • 12

    Sesuai dengan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang

    Pemerintahan Daerah dalam pasal 58 ayat (o) tentang persyaratan Calon

    Kepala Daerah disebutkan bahwa seorang calon belum pernah menjabat

    sebagai kepala daerah atau wakil kepala daerah selama dua kali masa

    jabatan dalam jabatan yang sama.2 Dengan peraturan tersebut, Radjamilo

    yang memegang kepemimpinan di kabupaten Jeneponto selama dua

    periode ini tidak lagi dapat mencalonkan diri untuk mengikuti pemilihan

    kepala daerah periode 2013 mendatang. Dua periode memegang masa

    jabatan tersebut bukanlah hal yang lama dan telah memuaskan Radjamilo

    dalam kepemimpinanannya di Jeneponto, oleh karena itu untuk tetap

    memegang kekuasaan yang akan ditinggalkannya itu, Radjamilo

    mengusung anaknya untuk maju dalam pemilihan bupati Jeneponto 2013

    mendatang. Tentu saja untuk memperoleh tujuan tersebut tidak begitu

    saja dengan mudah dilakukan, berbagai upaya Radjamilo untuk

    memenangkan sang putera mahkotanya tentunya tidak hanya dengan

    cara memberikan sumbangan moril dan semangat tetapi tentu akan

    membutuhkan upaya yang lebih daripada itu, termasuk menggunakan

    kekuasaan yang masih dia pegang dalam mengkampanyekan anaknya.

    Meski pilkada Jeneponto masih lama, pergerakanpergerakan tiap

    calon sudah mulai terlihat, ini ditandai dengan maraknya posterposter

    dan baligho yang telah beredar di berbagai sudut di Kabupaten

    Jeneponto, juga dapat terlihat pada kendaraankendaraan baik pribadi

    2 UU no. 32 thn 2004 dalam pasal 58 ayat o persyaratan calon kepala daerah

  • 13

    maupun kendaraan umum yang memasang stiker beberapa calon

    tersebut. Hal ini juga tak lepas dilakukan oleh sang putera Bupati

    Radjamilo, Ashari F. Radjamilo. Poster ,baligho, dan stiker yang memuat

    dukungan terhadapnya juga telah beredar dimanamana di Kabupaten

    Jeneponto. Pendekatanpendekatan kepada masyarakat yang

    dilakukannya juga sudah mulai terlihat.

    Keyakinan Radjamilo dalam mengusung dan mempertahankan

    kepemimpinannya dapat dilihat dari dua masa periode jabatannya yaitu

    dari tiga kebijakan antara lain pembangunan jalan raya sampai ke desa-

    desa, pendidikan dan kesehatan.3 Tiga kebijakan ini merupakan

    pelayanan dasar dan tanggung jawab pokok bagi pemerintah daerah

    dalam memenuhi hak-hak warganya.4 Ketiga pelayanan dasar ini sangat

    dirasakan manfaatnya bagi masyarakat Jeneponto. Karena itu, Rajamilo

    yakin untuk memajukan anaknya sebagai penerus kepemimpinannya

    dilihat dari berbagai aspek tersebut, selain itu juga sebagai pemimpin

    yang memiliki kharismatik sebagai Karaeng yang sangat dipandang oleh

    masyarakatnya. Dalam istilah Bambang Harymurti bila mayoritas

    masyarakat menginginkan sosok yang membawa panji kesinambungan

    maka ia akan memilih kembali ke singgasana kekuasaan.5 Dua periode

    kepemimpinan Radjamilo ini menunjukkan bahwa dirinya masih dicintai

    oleh masyarakat Jeneponto.

    3 http://akhmadsatori.blogspot.com/2012/02/11/kemenangan-karaeng-dalam-pilkada.html 4 Lay, Cornelis (ed).2007. Membangun NKRI dari Bumi Tambun Bungai Kalimantan Tengah. JIP-

    UGM. Jogjakarta 5 Bambang Harymurti Ujian Pertama SBY Majalah Tempo, 19 Juli 2009

  • 14

    Namun keyakinan itu belum tentu pula berjalan dengan

    sebagaimana yang diharapkan oleh Radjamilo. Dalam kepemimpinannya,

    juga terdapat beberapa orang/kelompok yang kontra. Sebagaimana yang

    telah tertulis sebelumnya bahwa pilitik keluarga juga dapat dikatakan

    sebagai praktik nepotisme yang pastinya hanya lebih mementingkan

    kepentingan pribadi serta keluarga, yang menuai banyak perbincangan

    dikalangan masyarat.

    Kuatnya pengaruh pada keluarga Radjamilo dapat terlihat jelas

    dalam birokrasi dimana jabatan-jabatan strategis dalam struktur

    pemerintahan Jeneponto dikuasai oleh mereka antara lain yaitu:

    - Ashari Fakhsiri Radjamilo Kr. Raja : Kepala Dinas Pendidikan yang

    sekaligus mencalonkan sebagai bupati Jeneponto 2013 (anak dari

    Radjamilo).

    - Sri Lita Irtani Kr. Caya : Sekretaris Dinas Kelautan (anak dari

    Radjamilo).

    - Suci Fitriani Kr. Siang: Kepala Bidang Mutasi BKD (anak dari

    Radjamilo).

    - Hj. Intan Dianti : Kepala Seksi Kelurahan (anak dari Radjamilo).

    - Marwan Lolo Gau : Kepala Dinas Perikanan (saudara Radjamilo).

    - Haerul Gassing Kr. Kuri : Kepala Dinas Transkernas BLK (menantu

    Radjamilo),

    - Andi Rizal Burhanuddin : Kepala Bidang Akuntansi (menantu

    Radjamilo),

  • 15

    - Ir. Andi Burhanuddin S. Baso : Kepala Dinas PU yaitu (besan

    Radjamilo),

    - Patarai A. Burhan : Camat Taroang (keponakan Radjamilo), dan

    - Pahmi Sulfikar : Kepala Bidang Aset PPKD (keponakan Radjamilo).

    Selain itu masih banyak lagi anggota keluarga Radjamilo yang

    memegang jabatan di tingkat kelurahan dan desa. Melihat kenyataan ini,

    dapat disimpulkan bahwa Birokrasi yang ada di Kabupaten Jeneponto

    sangat didominasi oleh kalangan keluarga besar Radjamilo. Keterlibatan

    sang ayah sebagai pemegang kekuasaan tertinggi di Jeneponto saat ini

    tentunya sangat diharapkan oleh anaknya dalam upaya memenangkan

    pilkada ini. Sebagai aktor puncak Jeneponto tentu saja Radjamilo

    memegang birokrasi yang memang tidak jauh dari pengaruh keluarganya

    sendiri yang akan digunakan sebagai kekuatan untuk mempengaruhi

    bawahan-bawahan sampai kemasyarakat dalam mengkampanyekan

    Ashari sehingga peluang untuk menang akan semakin terbuka lebar.

    Namun jika dilihat dari aturanaturan yang melarang seorang Bupati untuk

    ikut berkampanye, baik itu berasal dari lingkungan keluarga atau tidak

    maka tentunya sikap profesionalisme Radjamilo patut diacungi jempol.

    Dari sinilah nantinya dapat dilihat sejauh mana Radjamilo mampu

    menggerakkan Birokrasi dan kekuasaannya secara tidak langsung untuk

    mewujudkan cita-cita anaknya.

    Dari latar belakang di atas yang menjelaskan tentang bagaimana

    pengaruh Radjamilo dalam kepemimpinannya selama dua periode

  • 16

    sebagai bupati di Kabupaten Jeneponto, maka hal inilah yang melatar

    belakangi saya untuk melakukan penelitian tentang Politik Kekuasaan

    Keluarga Radjamilo Di Kabupaten Jeneponto.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti dapat

    merumuskan masalah sebagai berikut;

    1. Mengapa keluarga radjamilo berusaha mengusung anaknya

    sebagai Bupati Kabupaten Jeneponto?

    2. Apa kekuatan poltik yang dimiliki oleh keluarga Radjamilo sehingga

    mempersiapkan anaknya sebagai bakal calon Bupati Kabupaten

    Jeneponto periode 2013-2018?

    C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

    1. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka secara umum

    peneliti bertujuan untuk menggambarkan dan menganalisa tentang

    bagaimana politik kekuasaan yang ada dalam keluarga Radjamilo.

    Namun secara khusus, penelitian ini bertujuan:

    1. Untuk menggambarkan dan menganalisa penyebab keluarga

    radjamilo berusaha mengusung anaknya sebagai Bupati Kabupaten

    Jeneponto

    2. Untuk menggambarkan dan menganalisa kekuatan poltik yang

    dimiliki oleh keluarga Radjamilo sehingga mempersiapkan anaknya

  • 17

    sebagai bakal calon Bupati Kabupaten Jeneponto periode 2013-

    2018

    D. Manfaat Penelitian

    a. Manfaat Akademik

    1. Sebagai bahan informasi ilmiah bagi peneliti-peneliti yang ingin

    melihat bagaimana politik kekuasaan keluarga Radjamilo di

    Kabupaten Jeneponto

    2. Memperkaya khasanah kajian ilmu politik dalam upaya

    perkembangan keilmuan utamanya dalam bidang politik

    kekuasaan.

    b. Manfaat Praktis

    1. Sebagai bahan untuk membantu para pelaku politik dan

    sumbangan pemikiran bagi masyarakat dan pemerintah

    Kabupaten Jeneponto dalam memahami tentang politik

    kekuasaan keluarga Radjamilo.

    2. Hasil penelitian ini nantinya diharapakan dapat menjadi rujukan

    bagi peneliti lain dalam melakukan penelitian-penelitian yang

    serupa ditempat lain.

    3. Sebagai prasyarat untuk memenuhi gelar sarjana ilmu politik.

  • 18

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    Untuk membahas mengenai politik kekuasaan keluarga Radjamilo

    di Kabupaten Jeneponto, maka pada bagian tinjauan pustaka ini, peneliti

    merumuskan arah tujuan penelitian. Perumusan arah tujuan ini

    berdasarkan pada beberapa konsepsi dasar yang disadur dari beberapa

    referensi yang dianggap memiliki kompetensi demi pencapaian tujuan

    yang ingin dicapai dalam penelitian ini. Adapun konsep dan teori tersebut

    adalah politik kekuasaan, kelembagaan (Birokrasi), politik kekerabatan,

    paternalistik serta kerangka dan skema pikir.

    A. Politik kekuasaan

    Kekuasaan (power) merupakan kemampuan seseorang atau suatu

    kelompok untuk mempengaruhi tingkah laku orang atau kelompok lain

    sesuai dengan keinginan dari pelaku. Dalam sumber lain dikatakan bahwa

    kekuasaan adalah kewenangan yang didapatkan oleh seseorang atau

    kelompok guna menjalankan kewenangan tersebut sesuai dengan

    kewenangan yang diberikan, kewenangan tidak boleh dijalankan melebihi

    kewenangan yang diperoleh atau kemampuan seseorang atau kelompok

  • 19

    untuk mempengaruhi tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai

    dengan keinginan dari pelaku.6

    Istilah kekuasaan (power) berasal dari kata yunani yang berarti

    sanggup untuk membuat sesuatu, sanggup untuk mempengaruhi orang,

    sanggup membuat perubahan dan tanpa kekuasaan sesuatu tidak akan

    terjadi7. Kekuasaan juga diartikan sesuatu kapasitas yang dapat

    mendorong, memaksa, atau mempengaruhi pihak lain untuk mengubah

    tingkah laku atau untuk mengerjakan apa yang tidak dikehendaki. Bertolak

    dari pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa konsep kekuasaan

    sebenarnya menunjukkan kelebihan atau kemampuan pribadi seseorang

    pemimpin yang tercermin dalam aspek khususnya di dalam interaksi

    personal, sehingga seseorang yang memiliki kekuasaan dapat merealisir

    keinginannya melalui orang lain.

    Menurut Lasswell kekuasaan merupakan salah satu tipe dari

    pengaruh dimana seseorang dapat memiliki power dan pengaruh jika

    yang bersangkutan memiliki kemampuan (ability), reputasi (reputation),

    dan popularitas (popularity) yang dapat meyakinkan orang lain untuk

    melakukan sesuatu. Konsep ini lebih berkonotasi positif. Hal ini

    disebabkan oleh sumber pengaruh tersebut biasanya berasal dari

    keahlian dan keteladanan8. Berbeda halnya dengan konsep paksaan

    6Miriam Budiardjo. 2008. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Hal. 18-

    19 7 Prof. Dr. J. Kaloh. 2009. Kepemimpinan kepala daerah. Sinar Grafika. Hal 106 8 Ibid, hal. 106

  • 20

    (coercion) yang lebih berkonotasi negatif, karena sumbernya cenderung

    pada kedudukan resmi atau karena memegang suatu jabatan.

    Dari sekian banyak pakar yang mempelajari jenis dan bentuk

    kekuasaan, pendapat French dan Raven dapat diterima secara luas dan

    digunakan dalam berbagai penelitian. Meskipun konsepnya tidak berasal

    dari suatu proses penelitian lapangan tetapi telah mendorong sejumlah

    pakar untuk menggunakan konsep tersebut dalam berbagai penelitian.

    Terdapat dua sumber kekuasaan yaitu, kekuasaan jabatan dan

    kekuasaan pribadi. Kekuasaan jabatan adalah kekuasaan yang terdapat

    pada seseorang karena memegang jabatan dalam organisasi sehingga

    orang tersebut harus dipatuhi dan diikuti kehendaknya. Kekuasaan

    jabatan mencakup kekuasaan resmi, kekuasaan paksaan, kekuasaan

    imbalan, dan kekuasaan informasi. Sedangkan kekuasaan pribadi adalah

    kekuasaan yang terdapat pada seseorang karena pribadinya

    mencerminkan hal-hal yang dikagumi oleh pengikutnya. Kekuasaan

    pribadi mencakup kekuasaan keahlian, kekuasaan keteladanan, dan

    kekuasaan koneksi9.

    Politik kekuasaan merupakan suatu strategi dalam

    memperoleh/mendapatkan kekuasaan serta usaha untuk

    mempertahankan kekuasaan yang telah dimiliki. Strategi

    mempertahankan dan melestarikan sebuah kekuasaan mengandaikan

    penggunaan kekerasan. Pertautan keduanya (kekuasaan dan kekerasan)

    9 Prof. Dr. J. Kaloh. 2009. Kepemimpinan kepala daerah. Sinar Grafika. Hal 106

  • 21

    seringkali terwujud dalam bentuk yang plural. Ada yang mengabsahkan

    pemakaian segala cara, meskipun buruk yang penting kekuasaan tetap

    terjaga (pemikiran Machiavelli).10 Akan tetapi, praktik dominasi kekuasaan

    tidak semata-mata diadakan melalui kekerasan fisik. Antonio Gramsci

    menyatakan bahwa kekuasaan dapat dilanggengkan melalui strategi

    hegemoni. Hegemoni yang dimaksud oleh Gramsci ialah peran

    kepemimpinan intelektual dan moral untuk menciptakan ide-ide dominan.

    Dengan begitu, relasi kekuasaan dan kekerasan menjadi tidak kentara

    dalam artian kekerasan yang ada tertutupi oleh kekuasaan yang bekerja

    secara halus melalui representasi simbol-simbol. Seperti yang dikatakan

    oleh Bourdieu, sistem simbol menandai praktik dominasi baru dalam

    masyarakat pasca industri. Dari Bourdieu, kita belajar mengeja isyarat

    untuk kemudian menguak modus operandi kekuasaan yang terselubung di

    dalam praktik simbolik bahasa/wacana sehingga melahirkan kekerasan

    simbolik sebagai sebuah mekanisme sosial untuk mereproduksi

    kekuasaan11

    Sistem simbol memiliki kekuatan untuk memberikan pemaknaan

    bagi realitas sosial. Lewat proses pencitraan, sistem simbol memperoleh

    daya abstraknya guna mengubah makna, menggiring cara pandang,

    hingga mempengaruhi praktik seseorang maupun kelompok. Simbol

    memiliki kekuatan untuk membentuk, melestarikan dan mengubah

    10 Machiavelli, The Prince sang Penguasa, Selasar Pulishing, 2008 11Fauzi Fashri, Penyingkapan Kuasa Simbol Apropriasi Reflektif Pemikiran Pierre

    Bourdieu, Yogyakarta: Juxtapose, 2007.

  • 22

    realitas. Kekuatan simbol ini mengandung energi magis yang bisa

    membuat orang percaya, mengakui, serta tunduk atas kebenaran yang

    diciptakan oleh tata simbol. Kekuatan simbol mampu menggiring siapapun

    untuk mengakui, melestarikan atau mengubah persepsi hingga tingkah

    laku orang dalam bersentuhan dengan realitas. Daya magis simbol tidak

    hanya terletak pada kemampuannya merepresentasikan kenyataan, tetapi

    realitas juga dipresentasikan lewat penggunaan logika simbol.

    Dalam mengapresiasi bentuk-bentuk simbol, individu-individu

    dalam proses pembentukan (constituting) dan pembentukan kembali

    (reconstituting) makna yang sedang berlangsung. Bourdieu menjelaskan

    logika dan praktik permainan sosial yang dipadati semangat kompetisi

    antar pelaku sosial. Ini semua dilakukan untuk menguak pertarungan

    antar kuasa yang dijalankan pelaku sosial dalam berbagai posisi yang

    mereka tempati.

    Bourdieu berpendapat bahwa para pelaku sosial yang menempati

    posisi dominan dalam suatu ranah adalah mereka yang diberkahi atau

    mereka yang secara istimewa memiliki akses terhadap berbagai jenis

    modal. Dalam memproduksi serta menaikkan nilai simbolik, yang

    mendominasi memakai strategi perbedaan (distinction) dalam arti mereka

    berupaya membedakan dirinya dari kelompok sosial yang berada

    dibawahnya. Semakin besar kelompok dominan mengakumulasi modal,

    semakin besar pula nilai simbolik yang hadir.

  • 23

    Dalam pembahasan politik kekuasaan ini, peneliti menggunakan

    teori politik kekuasaan Charles F Andrain, penggunaan beberapa konsep

    kelompok kepentingan dalam menjelaskan kekuatan keluarga Radjamilo

    dalam proses pencalonan bupati periode 2013 pada bakal calon AFR

    antara lain kelembagaan (birokrasi), partai politik, dan organisasi

    masyarakat/LSM serta politik kekeluargaan yang akan menjelaskan hasil

    penelitian yang telah dilakukan berdasarkan dari hasil lapangan.

    1. Politik Kekuasaan Charles F. Andrain

    Charles F. Andrain mendefinisikan kekuasaan sebagai penggunaan

    sejumlah sumber daya (aset, kemampuan) untuk memperoleh kepatuhan

    (tingkah laku menyesuaikan) dari orang lain.12 menurut Charles F.

    Andrain, sumber daya kekuasaan itu terdiri atas sumber daya fisik,

    ekonomi, keahlian, normatif dan personal.13 Dengan sumber-sumber daya

    itu membuat orang atau kelompok dapat mempengaruhi orang atau

    kelompok lain.

    Dalam bagian lain, Charles F Andrain mengemukakan bahwa

    sumber kewenangan seseorang atau kelompok untuk memerintah dapat

    berasal dari : (1) hak memerintah berdasarkan tradisi, yaitu kepercayaan

    yang telah berakar dipelihara terus menerus dalam masyarakat; (2) hak

    memerintah berasal dari Tuhan, Dewa, atau Wahyu. Kewenangan

    memerintah berasal dari kekuatan yang sakral; (3) hak memerintah

    12 Andrain, Kehidupan Politik dan Perubahan Sosial, Yogyakarta: Tiara Wacana, 1992, hal. 130. 13 Ibid., hal. 132

  • 24

    berasal dari kualitas pribadi sang pemimpin, baik penampilannya yang

    agung dan dirinya yang populer maupun karena memiliki kharisma; (4)

    hak memerintah berasal dari sumber yang bersifat instrumental, seperti

    keahlian dan kekayaan; dan (5) hak memerintah berasal dari peraturan

    perundang-undangan yang mengatur prosedur dan syarat-syarat menjadi

    pemimpin pemerintahan.14

    Gejala politik kekuasaan menurut Charles F. Andrain ini dapat

    ditinjau dari empat dimensi yaitu : potensi dan aktual, konsensus dan

    paksaan, jabatan dan pribadi, serta langsung dan tidak langsung.15

    a. Potensi dan aktual

    Seseorang dipandang mempunyai kekuasaan potensi apabila dia

    memiliki sumber-sumber kekuasaan, seperti kekayaan, tanah, senjata,

    pengetahuan dan informasi, popularitas, status sosial yang tinggi, massa

    yang terorganisasi, dan jabatan. Sebaliknya, seseorang dipandang

    memiliki kekuasaan aktual apabila dia telah menggunakan sumber-

    sumber yang dimilikinya ke dalam kegiatan politik secara efektif

    (mencapai tujuan).

    14 Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Poliiik, Jakarta: Gramedia, 1992, hal. 85-87. 15Charles F. Adrian. 1970. Political life and sosial change: An Introduction to political science,

    Belmont, cal : wadsworth publishing companyinc, hal. 89-90. Dalam buku Ramlan Surbakti.

    2010. memahami ilmu politik. Jakarta: PT Grasindo. Hal 75

  • 25

    b. Konsensus dan paksaan

    Politik yang menekankan aspek paksaan dari kekuasaan akan

    cenderung memandang politik sebagai perjuangan, pertentangan,

    dominasi, dan konflik. Mereka melihat tujuan yang ingin dicapai oleh elit

    politik tidak menyangkut masyarakat secara keseluruhan, melainkan

    menyangkut kepentingan kelompok kecil masyarakat. Sebaliknya,

    penganalisis politik yang menekankan aspek konsensus dari kekuasaan

    akan cenderung melihat elit politik sebagai orang yang tengah berusaha

    menggunakan kekuasaan untuk mencapai tujuan masyarakat secara

    keseluruhan.

    Terdapat perbedaan yang menyangkut konsensus dan paksaan,

    yaitu alasan penataan dan sarana kekuasaan yang digunakan. Pada

    umumnya, alasan untuk menaati kekuasaan paksaan berupa rasa takut.

    Dalam hal ini, takut akan paksaan fisik seperti dipukul, di tangkap, dan

    dipenjarakan, atau di bunuh. Selain itu, rasa takut akan paksaan non-fisik

    seperti kehilangan pekerjaan, dikucilkan, dan diintimidasi. Sementara itu

    alasan untuk menaati kekuasaan konsensus pada umumnya berupa

    persetujuan secara sadar dari pihak yang dipengaruhi. Pada kekuasaan

    konsensus ketaatan cenderung lebih langgeng karena ketaatan timbul dari

    kesadaran dan persetujuan pihak yang dipengaruhi. Namun untuk

    membuat orang lain sadar dan setuju diperlukan upaya keras dan waktu

    yang lama.

  • 26

    Sarana kekuasaan yang digunakan untuk mendapatkan ketaatan

    dengan kekuasaan paksaan berjumlah tiga macam yaitu, sarana paksaan

    fisik, sarana ekonomi, dan sarana psikologis. Sedangkan pada kekuasaan

    konsensus menggunakan sarana-sarana seperti nilai kebaikan bersama,

    moralitas dan ajaran agama, keahlian, dan popularitas pribadi terkenal

    untuk mendapatkan ketaatan.

    c. Jabatan dan pribadi

    Dalam masyarakat yang sudah maju dan mapan, kekuasaan

    terkandung erat dalam jabatan-jabatan seperti presiden, perdana mentri,

    menteri-menteri, dan senator. Penggunaan kekuasaan yang terkandung

    dalam jabatan itu secara efektif bergantung sekali kepada kualitas pribadi

    yang dimiliki dan ditampilkan oleh setiap pribadi yang memegang jabatan.

    Sebaliknya pada masyarakat yang sederhana, struktur masyarakat

    kekuasaan yang didasarkan atas kualitas pribadi tampak lebih menonjol

    dari pada kekuasaan yang terkandung dalam jabatan. Dalam hal ini,

    pemimpin melaksanakan kekuasaan khususnya terhadap orang dari pada

    terhadap lembaga-lembaga. Efektifitas kekuasaannya terutama berasal

    dari kualitas pribadi seperti karisma, penampilan diri, asal-usul keluarga,

    dan wahyu.

    d. Langsung dan tidak langsung

    Kekuasaan langsung ialah penggunaan sumber-sumber untuk

    mempengaruhi pembuat dan pelaksana keputusan politik dengan

  • 27

    melakukan hubungan secara langsung tanpa melalui perantara.

    Sedangkan kekuasaan tidak langsung ialah penggunaan sumber-sumber

    untuk mempengaruhi pembuat dan pelaksana keputusan politik melalui

    perantara pihak lain yang diperkirakan mempunyai pengaruh yang lebih

    besar terhadap pembuat dan pelaksana keputusan politik (birokrasi).

    Sumber-sumber kekuasaan tidak pernah terdistribusikan secara

    merata dalam setiap masyarakat atau sistem politik karena setiap

    kemampuan seseorang bervariasi. Ketidak mampuan seseorang mungkin

    diciptakan oleh orang lain tetapi mungkin juga disebabkan yang

    bersangkutan tidak lagi memiliki semangat untuk mengubah nasib.

    Masyarakat yang strukturnya masih sederhana, distribusi pemilikan

    sumber-sumber relatif merata sebab selain sumber-sumber kekuasaan

    yang tersedia masih sedikit, juga karena hubungan antar sesama

    dilandasi dengan prinsip kekeluargaan, dan hubungan dengan pemimpin

    didasarkan pada prinsip primus interpares.

    Ketika masyarakat yang sederhana ini melakukan perubahan

    (modernisasi), terjadi kesenjangan karena sebagian masyarakat tidak ikut

    dalam proses perubahan. Hubungan antarsesama lebih didasarkan atas

    egoisme, dan hubungan dengan pemimpin berubah menjadi hubungan

    yang hierarki. Itu sebabnya distribusi sumber-sumber di negara-negara

    berkembang cenderung tidak berkembang.

  • 28

    Menurut Adrian, ada empat faktor yang biasanya dipertimbangkan

    oleh pemilik sumber kekuasaan dalam menggunakan sumber untuk

    mempengaruhi proses politik meliputi kuatnya motivasi untuk mencapai

    tujuan tertentu, harapan akan keberhasilan mencapai tujuan, persepsi

    mengenai biaya dan resiko yang timbul dalam mencapai tujuan dan

    pengetahuan mengenai cara-cara mencapai tujuan tersebut. Dengan

    mempertimbangkan keempat faktor, asumsi yang selama ini dipegang

    bahwa memiliki sumber kekuasaan berarti memiliki kekuasaan politik

    belum tentu benar. Hal itu disebabkan belum tentu semua orang yang

    memiliki sumber kekuasaan menggunakan sumber itu untuk

    mempengaruhi proses politik. Untuk mencapai tujuan dalam hal ini

    mempengaruhi pembuat dan pelaksana keputusan politik diperlukan

    motivasi yang tinggi.16

    Motivasi untuk mencapai tujuan sangat kuat apabila harapan akan

    keberhasilan sangat tinggi. Karena diperkirakan akan mendatangkan

    keuntungan dengan resiko yang kecil, dan pengetahuan mengenai cara-

    cara dan prosedur mencapai tujuan itu memadai, tersedianya organisasi,

    keterampilan, pribadi yang kuat, dan faktor luar yang mendukung

    merupakan kombinasi yang efektif untuk mengubah sumber-sumber

    kekuasaan potensial menjadi kekuasaan politik aktual.

    16 Ibid. Hal 88

  • 29

    Dalam mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan, Andrain

    membedakannya atas kekuasaan paksaan dan kekuasaan berdasarkan

    konsensus. Dalam kaitan ini ia mengatakan, Mereka yang menekankan

    aspek-aspek pemaksaan dari kekuasaan biasanya memandang politik

    dalam kerangka pergulatan dominasi kelompok atau keluarga dan konflik.

    Mereka melihat para pelaku politik mengejar tujuan-tujuan yang tidak

    diminati oleh keseluruhan komunitasnya. Satu pihak memperoleh

    keuntungan, pihak lain merugi. Sebaliknya, para analis yang menekankan

    aspek-aspek konsensus lebih banyak mengaitkan kekuasaan dengan

    usaha mengatasi perlawanan bukannya dengan kegiatan-kegiatan

    koordinasi. Mereka melihat para pelaku politik mengusahakan pencapaian

    tujuan-tujuan bersama.17

    2. kelompok Kepentingan

    Kelompok kepentingan adalah sekolompok manusia yang

    mengadakan persekutuan yang didorong oleh kepentingan-kepentingan

    tertentu. Kepentingan ini dapat berupa kepentingan umum atau

    masyarakat luas ataupun kepentingan untuk kelompok tertentu. Contok

    persekutuan yang merupakan kelompok kepentingan yaitu organisasi

    massa, paguyuban alumni suatu sekolah, kelompok daerah asal, dan

    paguyuban honi tertentu.18

    17 Andrain, op.cit., hal. 137-138 18 Bambang S dan Sugianto. Pendidikan kewarganegaraan.(surakarta:Penerbit Grahadi,2007) hlm 179

  • 30

    Kelompok kepentingan bertujuan untuk memperjuangkan sesuatu

    kepentingan dengan mempengaruhi lembaga-lembaga politik agar

    mendapatkan keputusan yang menguntungkan atau menghindarkan

    keputusan yang merugikan. Kelompok kepentingan tidak berusaha untuk

    menempatkan wakil-wakilnya dalam perwakilan rakyat, melainkan cukup

    mempengaruhi satu atau beberapa partai didalamnya atau instansi yang

    berwenang maupun menteri yang berwenang.19

    a. Birokrasi

    Birokrasi secara etimologis berasal dari kata bureaucracy. Biro

    (bureau) merupakan suatu bentuk organisasi atau dinas/kantor dan kata

    krasi (cracy, kratie) yang berarti pemerintahan. Dengan kata lain,

    birokrasi berarti dinas pemerintahan. Downs mengartikan Biro sebagai

    bentuk organisasi yang memiliki empat macam karakteristik utama, yakni:

    Organisasi berskala besar; mayoritas diantara anggota organisasi sebagai

    pekerja full time yang menggantungkan pada pekerjaan organisasi untuk

    mendapatkan penghasilan (income); dan promosi dalam biro berdasarkan

    atas penilaian kinerja mereka sesuai dengan peran yang dimainkan dalam

    organisasi. Jadi, Birokrasi menurut Downs dapat dibedakan dalam tiga

    pengertian sebagai berikut: Pertama, Birokrasi biasanya menunjuk suatu

    lembaga atau tingkatan lembaga khusus. Kedua, Birokrasi juga dapat

    berarti suatu metode tertentu untuk mengalokasikan sumber daya dalam

    19 Eddi Wibowo dkk. Ilmu politik Kontemporer.(Yogyakarta:YPAPI,2004) hlm 69

  • 31

    suatu organisasi berskala besar. Ketiga, Birokrasi merujuk pada kualitas

    yang dihasilkan oleh suatu organisasi.20 Pengertian yang ketiga ini lebih

    cenderung pada suatu organisasi Pemerintah yang berorientasi nirlaba

    dan pelayanan masyarakat (Publik Service).

    Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, birokrasi didefinisikan

    sebagai sistem pemerintahan yang dijalankan oleh pegawai pemerintah

    karena telah berpegang pada hirarki dan jenjang jabatan.21 Birokrasi juga

    dimaksudkan untuk mengorganisir secara teratur suatu pekerjaan yang

    dilakukan banyak orang, birokrasi adalah tipe dari suatu organisasi untuk

    mencapai tugas-tugas administrasi besar dengan cara mengkoordinasi

    secara sistematis atau teratur pekerjaan dari banyak orang. Birokrasi

    sebagai suatu sistem kerja dimaksudkan sebagai sistem kerja yang

    berdasarkan atas tata hubungan kerja sama antara jabatan-jabatan

    secara langsung mengenai persoalan yang formil menurut prosedur yang

    berlaku.22

    Karl Marx mengeleborasi birokrasi dengan cara menganalisis dan

    mengkritisi philosofi Hegel tentang Negara. Hegel berpendapat bahwa

    administrasi Negara (birokrasi) sebagai suatu jembatan yang

    menghubungkan antara negara (pemerintah) dengan masyarakatnya.

    Adapun masyarakat itu sendiri terdiri dari kelompok-kelompok

    professional, usahawan, dan lain kelompok yang mewakili bermacam-

    20Dr. Joko Widodo M.S., Membangun Birokrasi Berbasis Kerja, Jawa Timur: Bayumedia

    Publishing, 2008, hal 9-12 21 www.wikipedia.com 22 http:// tidak itjen-depdagri.go.id

  • 32

    macam kepentingan partikular (khusus). Diantara keduanya itu birokrasi

    pemerintah merupakan medium yang bisa dipergunakan untuk

    menghubungkan kepentingan particular dengan kepentingan general

    (umum). Akan tetapi, Birokrasi Marxis berpendapat tidak ada kepentingan

    umum (general), yang ada hanyalah kepentingan partikular yang

    mendominasi kepentingan partikular lainnya. Birokrasi adalah Negara atau

    pemerintah itu sendiri. Birokrasi merupakan instrument yang dipergunakan

    oleh kelas yang dominan untuk melaksanakan kekuasaan dominasinya

    atas kelas-kelas sosial lainnya. Dengan kata lain birokrasi memihak

    kepada kelas partikular yang mendominasi tersebut. Berdasarkan konsep

    tersebut, maka birokrasi itu sendiri pada tingkatan tertentu mempunyai

    hubungan yang erat dengan kelas dominan dan pada pemerintah.

    Eksistensi birokrasi sangat bergantung pada kelas dominan dan

    pemerintah. Konsep pemikiran Karl Marx dalam konteks pengembangan

    kekuatan politik dalam birokrasi pemerintah seperti yang banyak dianut

    oleh pemerintahan demokratis, dapat dijadikan suatu perbandingan.

    Kekuatan politik yang datang dan pergi sebagai kelompok yang

    menguasai pemerintahan dan birokrasi sebagai pelaksana kebijakan

    pemerintah merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan akan tetapi

    dapat dibedakan.23

    23Prof. DR. Miftah Thoha, MPA, Birokrasi dan Politik di Indonesia, hal 22-24

  • 33

    b. Partai Politik

    Secara umum dapat dikatakan bahwa partai politik adalah suatu

    kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai

    orientasi, nilai-nilai dancita-cita yang sama. Tujuan kelompok ini

    ialah untuk memperoleh kekuasaan politik dan merebut

    kedudukan politik (biasanya) dengan cara konstitusional untuk

    melaksanakan kebijaksanaan-kebijaksanaan mereka. Menuru t Ca r l J .

    Fr ied r ich bahwa pa r ta i politik adalah sekelompok manusia yang

    terorganisir secara stabil dengan tujuan merebut atau memepertahankan

    penguasaan terhadap pemerintahan bagi pemimpin partainya, dan

    berdasarkan penguasaan ini memberikaan kepada anggota partainya

    kemanfaatan yang bersifat idiil maupun materiil.24

    Menurut Surbakti fungsi utama partai politik yaitu mencari dan

    mempertahankan kekuasaan guna mewujudkan program-program yang

    disusun berdasarkan ideologi tertentu. Setidaknya itulah definisi dan

    fungsi yang sederhana dari partai politik.25 Fungsi parpol dalam hal

    perebutan kekuasaan itu hanyalah sarana saja, dan merupakan sebagian

    kecil dari fungsi parpol. Ini ditunjukkan dengan operasionalisasi fungsi

    kekuasaan itu hanya berlangsung dalam ritus lima tahunan. Sedangkan

    fungsi yang paling pokok justru terletak pada bagaimana manuver taktis

    parpol dalam perwujudan kebijakan publik.

    24 Miriam Budiardjo, 2008. Dasar-dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Hal

    404

    25 Ramlan Surbakti. 2010. memahami ilmu politik. Jakarta: PT Grasindo. Hal

  • 34

    Menurut Budiardjo, dalam negara demokratis partai

    politik menyelenggarakan beberapa fungsi yaitu:

    1 . Partai sebagai sarana komunikasi politik, Salah satu tugas dari partai

    politik adalah menyalurkan aneka ragam pendapat dan aspirasi

    masyarakat dan mengaturnya sedemikian rupa sehingga

    kesingpansiuran pendapat dalam masyarakat berkurang

    2. Partai sebagai sarana sosialisasi politik, B iasanya proses

    sosialisasi berjalan secara berangsur-angsur dari masa

    kanak-kanak sampai dewasa. Proses sosialisasi politik

    diselenggarakan melalui ceramah-ceramah penerangan, kursus

    kader, kursus penataran, dan sebagainya

    3. Partai politik sebagai sarana rekruitmen politik, berfungsi mencari dan

    mengajak orang yang berbakat untuk turut aktif dalam kegiatan politik

    sebagai anggota partai

    4. Partai politik sebagai sarana pengatur konflik, dalam suasana

    demokrasi, persaingan dan perbedaan pendapat dalam masyarakat

    merupakan hal yang wajar, jika terjadi partai politik berusaha

    mengatasinya.

    Partai politik merupakan kekuatan inti karena parpol berusaha

    menempatkan orang-orangnya dalam jabatan-jabatan pemerintahan dan

    mempengaruhi kebijakan politik serta menempatkan seseorang atau aktor

    dalam meraih sebuah jabatan/kedudukan.

  • 35

    c. Ormas

    Organisasi masyarakat adalah organisasi yang dibentuk oleh sekumpulan

    masyarakat dalam mencapai tujuan untuk kepentingan bersama suatu masyarakat

    tertentu. Organisasi ini mempunyai badan hukum yang jelas yang tertuang dalam

    undang-undang Dasar 1945 pasal 28. Salah satu organisasi masyarakat yang ada

    misalnya : Badan Permusyawaratan Desa (BPD),Lembaga Pemasyarakatan Desa

    (LPM), Karanga Taruna, Koperasi, Kelompok Tani, PaguyubanMasyarakat,

    Himpunan Komunitas Masyarakat, Organisasi Kepemudaan

    Organisasi didirikan oleh sekelompok orang tentu memiliki alasan.

    Seorang pakar bernama Herbert G. Hicks mengemukakan dua alasan

    mengapa orang memilih untuk berorganisasi:

    - Alasan Sosial (social reason), sebagai zoon politicon artinya

    mahluk yang hidup secara berkelompok, maka manusia akan

    merasa penting berorganisasi demi pergaulan maupun memenuhi

    kebutuhannya. Hal ini dapat kita temui pada organisasi-organisasi

    yang memiliki sasaran intelektual, atau ekonomi.

    - Alasan Materi (material reason), melalui bantuan organisasi

    manusia dapat melakukan tiga macam hal yang tidak mungkin

    dilakukannya sendiri yaitu: 1) Dapat memperbesar kemampuannya

    2) Dapat menghemat waktu yang diperlukan untuk mencapai suatu

    sasaran, melalui bantuan sebuah organisasi. 3) Dapat menarik

  • 36

    manfaat dari pengetahuan generasi-generasi sebelumnya yang

    telah dihimpun.

    Ciri-Ciri Organisasi Masyarakat

    Menurut Berelson dan Steiner(1964:55) sebuah organisasi memiliki ciri-ciri

    sebagai berikut :

    1. Formalitas, merupakan ciri organisasi sosial yang menunjuk kepada

    adanya perumusan tertulis daripada peratutan-peraturan,

    ketetapan-ketetapan, prosedur, kebijaksanaan, tujuan, strategi,

    dan seterusnya.

    2. Hierarkhi, merupakan ciri organisasi yang menunjuk pada adanya

    suatu pola kekuasaan dan wewenang yang berbentuk piramida,

    artinya ada orang-orang tertentu yang memiliki kedudukan dan

    kekuasaan serta wewenang yang lebih tinggi daripada anggota

    biasa pada organisasi tersebut.

    3. Besarnya dan Kompleksnya, dalam hal ini pada umumnya

    organisasi sosial memiliki banyak anggota sehingga hubungan

    sosial antar anggota adalah tidak langsung (impersonal), gejala ini

    biasanya dikenal dengan gejala birokrasi.

    4. Lamanya (duration), menunjuk pada diri bahwa eksistensi suatu

    organisasi lebih lama daripada keanggotaan orang-orang dalam

    organisasi itu.

  • 37

    Ada juga yang menyatakan bahwa organisasi sosial, memiliki beberapa

    ciri lain yang behubungan dengan keberadaan organisasi itu. Diantaranya

    dalah:

    1. Rumusan batas-batas operasionalnya(organisasi) jelas. Seperti

    yang telah dibicarakan diatas, organisasi akan mengutamakan

    pencapaian tujuan-tujuan berdasarkan keputusan yang telah

    disepakati bersama. Dalam hal ini, kegiatan operasional sebuah

    organisasi dibatasi oleh ketetapan yang mengikat berdasarkan

    kepentingan bersama, sekaligus memenuhi aspirasi anggotanya.

    2. Memiliki identitas yang jelas. Organisasi akan cepat diakui oleh

    masyarakat sekelilingnya apabila memiliki identitas yang jelas.

    Identitas berkaitan dengan informasi mengenai organisasi, tujuan

    pembentukan organisasi, maupun tempat organisasi itu berdiri, dan

    lain sebagainya.

    3. Keanggotaan formal, status dan peran. Pada setiap anggotanya

    memiliki peran serta tugas masing masing sesuai dengan batasan

    yang telah disepakati bersama.

    Jadi, dari beberapa ciri organisasi yang telah dikemukakan kita

    akan mudah membedakan yang mana dapat dikatakan organisasi dan

    yang mana tidak dapat dikatakan sebagai sebuah organisasi.

  • 38

    3. Politik Kekerabatan

    Antropologi ternama koentjoningrat menjelaskan bahwa garis

    keturunan (kekerabatan) dan hubungan perkawinan menurut adat

    merupakan dasar yang pokok dalam sususnan politik dan jaringan politik

    di pedesaan. Jaringan politik kekerabatan ini dimanfaatkan untuk

    mengkampanyekan visi, misi, dan program sang kandidat. Setiap kerabat

    yang menjadi penyambung lidah dari kandidat dibekali dengan

    pengetahuan-pengetahuan tentang kelebihan sang kandidat. Sementara

    itu sang kandidat tidak lupa pula memberikan bekal berupa doktrin-doktrin

    kekeluargaan.26

    Kehadiran kerabat merupakan kekuatan politik yang sangat

    menentukan orientasi politik masyarakat setempat, hal ini dapat dilihat dari

    pilihan-pilihan politik dalam pemilu dan pemilihan-pemilihan lainnya seperti

    pilpres dan pilkada. Dikatakan oleh Shanin sebagai tindakan politik

    terkendali, tindakan politik orang-orang di kampung sangat ditentukan oleh

    gerakan kekuasaan eksternal elit.27

    Politik kekerabatan tersebut memainkan dimensi hubungan

    kekerabatan meliputi keluarga kecil dan keluarga besar (small family and

    big family). Dalam istilah antropologi dikenal juga komposisi keluarga batih

    atau keluarga inti (nuclear family). Namun pemanfaatan sumber daya 26 Koentjoningrat. 1984 dalam buku Pahmi Sy. 2010. Politik pencitraan. Jakarta : Gaung Persada

    Press (GP Press). Hal 166 27 Shanin. 1987 dalam buku Pahmi Sy. 2010. Politik pencitraan. Jakarta : Gaung Persada Press (GP

    Press). Hal 166

  • 39

    manusia yang lebih banyak lagi dikenal dengan keluarga luas (extented

    family). Sumber daya manusia ini sangat menentukan dalam pemenuhan

    kebutuhan politik kekerabatan. Keluarga kecil disini merujuk kepada

    beberapa keluarga inti, sedangkan keluarga besar merujuk pada jaringan

    keluarga yang luas.

    Bagi keluarga kecil yang terdiri dari beberapa keluarga inti memiliki

    pengaruh politik kecil pula yaitu disekitar sanak keluarga yang dekat saja.

    Namun bagi keluarga besar dan memiliki sejarah besar di desa, apalagi

    mendominasi kekuasaan di desa, akan memiliki pengaruh politik yang

    besar pula. Pengaruh politik keluarga kecil maupun besar akan memiliki

    arti penting dalam mensosialisasikan kepentingan elit politik atau

    cabup/cawabup. Keluarga besar ini akan mempengaruhi keluarga-

    keluarga kecil, yang pada akhirnya menguasai opini dan mainstream

    politik di pedesaan tersebut.

    Jaringan kekerabatan atau keluarga ini tidak hanya sebatas

    keluarga, tetapi meluas menuju jaringan-jaringan lain yang dimiliki

    kerabat-kerabat ternama atau memiliki kelebihan tertentu. Seperti kerabat

    yang berposisi sebagai juragan, imam, tokoh adat, dan lainnya. Peran

    kerabat yang memiliki posisi penting memiliki andil besar dalam merubah

    orientasi politik masyarakat dibawahnya.

    Politik kekerabatan, akan semakin efektif digunakan bila ada elit

    politik atau tokoh dan figur yang di usung diharapkan akan memenangkan

    pertarungan dan figur atau elit yang diharapkan masyarakat setempat

  • 40

    untuk duduk di dalam kabinet tersebut. Untuk itu melalui perpanjangan

    tangannya kekerabatan inilah elit atau figur menyampaikan juga berbagai

    visi dan misi politiknya kepada para kerabat, sehingga mereka inilah yang

    akan melakukan penyebaran informasi kepentingan politik.

    Dengan demikian politik kekerabatan tidak hanya beroperasi ketika

    mengusung atau memenangkan figur atau cabup/cawabup tertentu, tetapi

    juga beroperasi setelah mereka memenangkan atau merebut kekuasaan.

    Dengan demikian menjadi wajar bila nepotisme menguat, karena peran

    penting kerabat tidak bisa dilupakan dan ditinggalkan. Doktrinisasi nilai-

    nilai kekeluargaan merekat kerabat menjadi memiliki rasa kebersamaan

    yang kuat, sehingga mempengaruhi berbagai tindakan politik keluarga

    kecil disekitarnya.

    Musyawarah dan komunikasi antar kerabat mereka berbicara

    tentang masa depan kehidupan, masa depan kepemimpinan daerah,

    bicara tentang sosok yang dianggap mampu memimpin daerah. Proses-

    proses politik kekerabatan tersebut memposisikan para elit mereka lebih

    unggul dan dianggap memiliki kebenaran, sehingga kerabat dikampung

    akan mengikuti apa-apa yang menjadi saran, pendapat, dan keinginan

    dari keluarga yang lebih besar atau juga keinginan elit dari pembawa

    kepentingan politik.

    Politik kekerabatan sangat penting untuk dilihat sebagai sebuah

    kekuatan politik yang masih kental bermain. Untuk itu politik kekerabatan

  • 41

    harus dikendalikan oleh elit atau figur yang moralis dan intelektual,

    sehingga selalu mengarah pada tindakan yang konstruktif. Namun bila

    politik kekerabatan dikendalikan oleh figur atau elit yang tidak baik

    (amoral) atau telah cacat, maka orientasi politik kekerabatan akan

    mengarah pada tindakan destruktif. Dengan demikian politik kekerabatan

    sangat tergantung kepada patron politik yang mengarahkannya.

    B. Paternalistik

    Dilihat dari asal katanya, paternalis artinya memiliki kesan kebapakan,

    sedangkam paternalisme adalah sistem kepemimpinan yang menunjukkan

    hubungan kerja antara atasan dan bawahan dilaksanakan seperti hubungan

    antara bapak dan anak. Maka, kepemipinan paternalistik adalah pemimpin yang

    perannya diwarnai oleh sikap kebapak-bapakan dalam arti bersifat melindungi,

    mengayomi dan menolong anggota organisasi yang dipimpinnya. Tipe

    kepemimpinan ini banyak terdapat di lingkungan masyarakat yang masih bersifat

    tradisional, umumnya di masyarakat yang agraris.28 Popularitas pemimpin yang

    paternalistik di lingkungan yang demikian ini disebabkan oleh beberapa faktor,

    seperti:

    a. Kuatnya ikatan primordial

    b. extended family system

    c. Kehidupan masyarakat yang komunalistik.

    d. Peranan adat istiadat yang sangat kuat dalam kehidupan bermasyarakat.

    e. Masih dimungkinkannya hubungan pribadi yang intim antara seorang anggota

    masyarakat dengan anggota masyarakat lainnya.

    28 http://abdulwakit.blogspot.com/2011/03/gaya-kepemimpinan.html

  • 42

    Pemimpin merupakan tempat bertanya dan menjadi tumpuan harapan

    bagi pengikutnya dalam menyelesaikan masalah-masalahnya. Persepsi seorang

    pemimpin yang paternalistik yang peranannya dalam kehidupan organisasional

    dapat dikatakan diwarnai oleh pengikutnya. Para bawahan biasanya

    mengharapkan seorang pemimpin yang paternalistik mempunyai sifat yang tidak

    mementingkan diri sendiri melainkan memberikan perhatian terhadap

    kepentingan dan kesejahteraan para bawahannya. Sehingga tidak jarang terjadi

    sebagai akibat dari adanya pandanagan bahwa para bawahan itu belum dewasa.

    Ada beberapa kelebihan dan kekurangan dari tipe kepemimpinan

    paternalistik ini diantaranya adalah:

    a. Kelebihan

    1. Pemimpin dihormati oleh bawahannya.

    2. Mengutamakan kebersamaan.

    3. Pemimpin berperan sebagai pelindung.

    b. Kekurangan

    1. Menganggap bawahan belum dewasa.

    2. Bawahan tidak dimanfaatkan sebagai sumber informasi, ide dan saran.

    3. Bawahan selalu tergantung kepada pemimpin dalam menjalankan tugas

    dan tanggung jawabnya.

    C. Kerangka dan Skema Pikir

    Politik kekuasaan mesti dipahami dari berbagai dimensi untuk

    dapat melihat motif dan kepentingan. Dari segi pengertiannya, Politik

    kekuasaan merupakan suatu strategi dalam memperoleh/mendapatkan

    kekuasaan serta usaha untuk mempertahankan kekuasaan yang telah

  • 43

    dimiliki. Politik kekuasaan yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu politik

    kekuasaan yang dilakukan oleh Radjamilo dan keluarganya di Kabupaten

    Jeneponto dengan mengusung anaknya sebagai calon bupati periode

    2013 mendatang melihat Radjamilo sendiri tidak bisa lagi meneruskan

    kekuasaannya karena telah menjabat selama dua periode. berujuk pada

    pemikiran Koentjoningrat bahwa garis keturunan (kekerabatan) dan

    hubungan perkawinan menurut adat merupakan dasar yang pokok dalam

    susunan politik dan jaringan politik di pedesaan. Jaringan politik

    kekerabatan ini dimanfaatkan untuk mengkampanyekan visi, misi, dan

    program sang kandidat.29 Politik kekerabatan ini sangat penting untuk

    dilihat sebagai sebuah kekuatan politik yang masih kental bermain.

    Dalam mengangkat masalah politik kekuasaan keluarga, peneliti

    telah melakukan penelitian pada kekuasaan yang terjadi dalam keluarga

    Radjamilo pada masa jabatannya saat ini yang nantinya mempengaruhi

    pencalonan anaknya sebagai bupati. Demi menunjang keberhasilan

    penelitian ini maka peneliti menggunakan beberapa teori dan konsep

    untuk menganalisis masalah yang diangkat antara lain yakni teori politik

    kekuasaan Charles F Andrain, Alasan menggunakan teori tersebut karena

    teori yang dikemukakan Andrain sesuai dengan masalah yang diangkat

    yaitu membahas mengenai politik kekuasaan yang dapat diperoleh

    29 Koentjoningrat. 1984 dalam buku Pahmi Sy. 2010. Politik pencitraan. Jakarta : Gaung Persada

    Press (GP Press). Hal 166

  • 44

    dengan cara penggunaan sumber-sumber kekuasaan berupa potensi,

    jabatan, paksaan dan dengan cara langsung dan tidak langsung.

    Dari konsep diatas, peneliti mencoba menggunakan kekuatan

    politik birokrasi yang juga digunakan untuk memperkaya kerangka

    pemikiran dalam menjelaskan mengenai keterlibatan lembaga (birokrasi)

    yang dapat mempengaruhi kekuasaan ditingkat lokal. Termasuk dalam

    konteks itu adalah bagaimana pengaruh keluarga Radjamilo dalam

    menguasai birokrasi sebagai kekuatan yang digunakan dalam

    mempengaruhi bawahan dan masyarakat untuk pemilihan dan

    pemenangan anaknya serta dukungan dari partai politik dan organisasi

    masyarakat yang ada di Kabupaten Jeneponto.

    Skema Kerangka Pikir

    Seperti inilah kerangka pikir yang akan penulis lakukan dalam

    proses pemecahan masalah diatas. Adapun skemanya sebagai berikut;

    Faktor penyebab

    Radjamilo mengusung

    AFR

    - Melanjutkan

    kepemimpinan dan

    Mempertahankan

    kekuasaan

    Calon bupati pada

    pemilukada 2013

    Kekuatan politik keluarga

    Radjamilo

    - Birokrasi

    - Partai Politik

    - ormas

  • 45

    Skema 2.1 kerangka pikir

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    Dalam bab ini dijelaskan metode penelitian yang telah digunakan

    oleh penulis dalam membahas rumusan masalah yang telah dikemukakan

    pada bab sebelumnya. Metode penelitian tersebut terdiri atas fokus

    penelitian dan unit analisis data, tipe dan dasar penelitian, teknik

    pengumpulan data, jenis data, pengolahan dan analisis data.

  • 46

    A. Fokus Penelitian dan Unit Analisis Data

    Fokus penelitian telah dilaksanakan di Kabupaten Jeneponto

    provinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan Kabupaten Jeneponto sebagai

    daerah penelitian berdasarkan pertimbangan bahwa lokasi penelitian ini

    merupakan salah satu daerah di Sulawesi Selatan yang Pemilihan Kepala

    Daerah (pilkada) periode 2013 akan diramaikan oleh salah satu putra

    bupati. Selain itu, pemilihan lokasi ini dikarenakan melihat politik

    kekuasaan yang terjadi dalam keluarga Radjamilo sebagai bupati aktif

    Jeneponto saat ini yang menguasai birokrasi pada pemerintahan

    Jeneponto dengan melihat posisi keluarganya yang menduduki jabatan-

    jabatan strategis. Radjamilo sebagai incumbent tentu saja tidak bisa lagi

    mencalonkan dalam Pilkada selanjutnya. Oleh karena itu, untuk tetap

    mempertahankan pengaruh dan kekuasaan yang telah dimilikinya maka

    dia mengusung putranya. Adapun pengusungan anaknya ini dilihat dari

    posisi dia sebagai anak tertua dan memiliki jabatan yang sangat strategis

    dalam birokrasi di Kabupaten Jeneponto saat ini. Inilah yang

    menyebabkan Sehingga peneliti sangat tertarik dalam melakukan

    penelitian ini dikarenakan melihat kekuasaan dengan nepotisme yang

    begitu melekat pada tingkat daerah di kabupaten Jeneponto.

    Penelitian ini juga menggunakan unit analiasi data yang berarti

    satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai subjek penelitian30. Unit

    analisis Penelitian ini yaitu komunitas yang dilakukan pada Radjamilo dan

    30Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik, Ed Revisi IV, Rineka Cipta,

    Jakarta, 2006, hal. 143

  • 47

    keluarganya serta beberapa masyarakat yang memberikan tanggapan

    yang dapat menunjang hasil penelitian.

    B. Tipe Penelitian Dan Dasar Penelitian

    Tipe penelitian ini adalah deskriptif, penelitian deskriptif

    dimaksudkan untuk menggambarkan dan menganalisa faktor-faktor

    penyebab keluarga radjamilo berusaha mengusung anaknya sebagai

    Bupati Kabupaten Jeneponto serta untuk menggambarkan dan

    menganalisa kekuatan poltik yang dimiliki oleh keluarga Radjamilo

    sehingga mempersiapkan anaknya sebagai bakal calon Bupati Kabupaten

    Jeneponto periode 2013-2018

    Dasar penelitian ini adalah fenomena yaitu dengan mempelajari

    kenyataan-kenyataan pada objek yang diteliti. Dimana fenomenologi ini

    menyangkut fenomena politik yang menjadi perbincangan saat ini. Hal ini

    bersangkutan dengan fenomena bupati incumbent yang mengusahakan

    anaknya menjadi penggantinya terjadi dibeberapa tempat, seperti Bone,

    Takalar, dan beberapa daerah lainnya termasuk di Kabupaten Jeneponto

    sehingga penelitian ini menarik untuk dikaji. Dengan menggunakan

    pendekatan kualitatif, pendekatan kualitatif yang dimaksudkan disini

    adalah penelitian yang menghasilkan data deskriftif berupa kata-kata

    tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Fokus

    perhatiannya ditujukan pada beberapa variabel, unit yang ditelaah dalam

    jumlah besar sehingga individu atau kelompok yang diambil sebagai

  • 48

    informan yang diteliti (refresentatif) sehingga bisa digunakan untuk tujuan-

    tujuan deskriptif. Dalam hal ini penulis lebih fokus meneliti terhadap

    keluarga Radjamilo yang berpengaruh dalam pemerintahan serta tokoh-

    tokoh masyarakat baik yang pro maupun yang kontra.

    C. Sumber Data

    Sumber data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah:

    Data primer yaitu sumber data yang diperoleh langsung dari sumber

    asli (tidak melalui media perantara) diperoleh melalui studi lapangan

    dengan menggunakan teknik wawancara. Dalam pelaksanaan teknik

    ini, penulis mengumpulkan data melalui komunikasi langsung dengan

    para informan dan menggunakan beberapa alat untuk membantu

    dalam penelitian diantaranya adalah alat tulis dan alat perekam.

    Informan disini adalah Radjamilo sebagai Bupati Jeneponto yang

    merupakan ayah dari AFR, Drs. H. Iksan Iskandar sebagai Sekda

    sekaligus lawan politik keluarga Radjamilo, Dr. Andi Tahal Fasni

    selaku Wakil Ketua DPRD Jeneponto, H. A. Baharuddin BJ S.Sos

    M.Si, Drs. Marwan Lolo Gau, Dra. Ernawati MM, yang merupakan

    keluarga Radjamilo, Drs. Burhanuddin BT sebagai Wakil Bupati,

    Syarifuddin Dg. Talli selaku tokoh masyarakat, Abu Bakar Halim yang

    merupakan PNS Jeneponto, Arifuddin Lau, ketua DPD Partai

    Demokrat Jeneponto Alamsah Mahadi Kulle, Ketua DPD partai PAN

    Jeneponto Syamsuddin Karlos, Ketua KNPI Jeneponto Ir. Syaiful

    Syamsuddin

  • 49

    a. Data sekunder, diperoleh dari studi kepustakaan dengan cara

    mengumpulkan data dari buku, jurnal, media cetak, serta informasi

    tertulis lainnya yang berkaitan dengan politik kekuasaan dan politik

    keluarga yang dibangun oleh Radjamilo. Selain itu, juga terdapat

    situs-situs atau website yang diakses untuk memperoleh data yang

    lebih akurat.

    D. Teknik pengumpulan Data

    Sugiyono Dalam bukunya tentang memahami penelitian kualitatif

    teknik pengumpulan data ini dapat dilakukan dengan observasi

    (pengamatan), interview (wawancara), dokumentasi dan gabungan

    keempatnya31. Namun dalam pengumpulan data ini penulis hanya

    menggunakan wawancara (interview) dan dokumentasi.

    b. Wawancara mendalam

    Menurut Susan Stainback, dengan wawancara maka peneliti telah

    mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipasi dalam

    menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi, dimana hal

    ini tidak bisa ditemukan melalui observasi32.

    Wawancara mendalam yang telah dilakukan oleh penulis

    yaitu melakukan percakapan langsung dengan beberapa keluarga

    Radjamilo dan beberapa tokoh masyarakat serta elit politik yang

    kontra dengan keluarga Radjamilo. Sebelum wawancara dengan

    31 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Alfabeta, Bandung, 2007, hal 62 32 Ibid, hal. 72

  • 50

    informan peneliti menyediakan alat tulis dan alat perekam, jika

    memungkinkan peneliti untuk mencatat pernyataan informan maka

    peneliti tapi jika tidak memungkinkan maka peneliti merekam

    wawancara dengan informan.

    Wawancara dilakukan dengan mengajukan beberapa

    pertanyaan yang sebelumnnya telah disusun oleh penulis sebagai

    acuan dan sifatnya tidak mengikat sehingga banyak pertanyaan

    baru yang muncul pada saat wawancara terkait dengan Politik

    kekuasaan keluarga Radjamilo di Kabupaten Jeneponto.

    Penelitian ini telah mengambil data primer dari wawancara yang

    dilakukan terhadap sejumlah informan. Adapun sejumlah informan

    yang telah diwawancarai adalah : Radjamilo sebagai Bupati

    Jeneponto yang merupakan ayah dari AFR, Drs. H. Iksan Iskandar

    sebagai Sekda, Drs. Burhanuddin BT sebagai Wakil Bupati yang

    sekaligus lawan politik keluarga Radjamilo, Dr. Andi Tahal Fasni

    selaku Wakil Ketua DPRD Jeneponto, H. A. Baharuddin BJ S.Sos

    M.Si, Drs. Marwan Lolo Gau, Dra. Ernawati MM, yang merupakan

    keluarga Radjamilo, Syarifuddin Dg. Talli selaku tokoh masyarakat,

    Abu Bakar Halim yang merupakan PNS Jeneponto, Arifuddin Lau,

    Alamsah Mahadi Kulle selaku ketua DPD Partai Demokrat

    Jeneponto, Syamsuddin Karlos yang merupakan Ketua DPD partai

    PAN Jeneponto, Ir. Syaiful Syamsuddin Ketua KNPI Jeneponto

  • 51

    Pada saat penelitian, peneliti disambut baik oleh informan,

    dan informan antusias menjawab setiap pertanyaan yang diajukan

    oleh peneliti sehingga informasi politik kekuasaan keluarga

    Radjamilo dapat diperoleh sesuai dengan tujuan penelitian. Ada

    sejumlah informan yang memilih untuk langsung melakukan

    wawancara pada saat peneliti menyampaikan maksud dan

    tujuannya menemuinya, ada pula yang membuat kesepakatan

    waktu tertentu untuk melakukan wawancara dengan peneliti,

    misalnya pada saat istirahat jam kerja atau pada saat istirahat

    dirumah. Itu tidak menjadi kedala bagi penulis. Namun ada

    beberapa anggota keluarga Radjamilo yang tidak mau memberikan

    informasi mengenai hal penelitian ini dengan alasan tidak pada

    porsinya untuk memberikan informasi, sehingga peneliti tidak bisa

    melakukan wawancara terhadap beberapa informan tersebut.

    c. Studi Pustaka dan Dokumen

    Pada studi pustaka, penulis melakukan pengumpulan data

    yang berhubungan dengan penelitian yaitu membaca sumber-

    sumber literature mengenai informasi menjelang pilkada khususnya

    yang terjadi di Kabupaten Jeneponto, surat kabar dan informasi

    tertulis lainnya yang membahas tentang hal tersebut. Teknik ini

    digunakan untuk menunjang data primer atau data utama yang

    diperoleh dari informan. Teknik ini sangat membantu penulis dalam

    menelusuri pembahasan melalui tulisan-tulisan yang pernah ada

  • 52

    sehingga dengan mudah penulis mengaitkan antara informasi yang

    dipaparkan oleh informan dengan informasi tertulis yang ada

    sebelumnya.

    E. Teknik Pengolahan Data

    Data kualitatif telah dibuatkan kategori dari klasifikasi berdasarkan

    spesifikasi data. Kategori dari klasifikasi data dimaksudkan untuk

    menjelaskan seluruh fenomena politik yang berkaitan dengan masalah

    penelitian.

    Sedangkan untuk data kuantitatif peneliti gunakan hanya sebagai

    bahan untuk melengkapi/menyempurnakan kekurangan dari data kualitatif

    yang telah diperoleh.

    F. Teknik Analisis Data

    Data dan informasi yang telah dikumpulkan dari informan kemudian

    diolah dan dianalisa secara kualitatif. Karena objek kajiannya adalah

    masyarakat dan tokoh politik, dimana memiliki cara berpikir dan cara

    pandang yang berbeda maka penelitian ini membutuhkan analisa yang

    mendalam dari sekedar penelitian kuantitatif yang sangat bergantung

    pada kuantifikasi data.

    Penelitian kualitatif ini merupakan paradigma penelitian yang

    menekankan pada pemahaman mengenai masalahmasalah dalam

    kehidupan sosial berdasarkan kondisi realitas atau natural setting yang

    holistis, kompleks, dan rinci. Penelitian yang menggunakan pendekatan

  • 53

    induksi yang mempunyai tujuan penyusunan konstruksi teori atau

    hipotesis melalui pengungkapan fakta.

    Penelitian ini telah mencoba memahami apa yang dipikirkan oleh

    keluarga Radjamilo dalam melatarbelakangi pengusungan anggota

    keluarga yaitu Ashari F. Radjamilo sebagai Bupati Jeneponto periode

    2013 serta kekuatan yang menjadi pegangan dalam pengusungan Ashari.

    Analisa ini bertujuan agar temuan-temuan dari kasus-kasus yang terjadi di

    lokasi penelitian dapat dikaji lebih mendalam dan fenomena yang ada

    dapat digambarkan secara terperinci, sehingga apa yang menjadi

    pertanyaan dalam penelitian ini nantinya bisa terjawab dengan maksimal.

    Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara

    sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan,

    dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam

    kategori, menjabarkan ke dalam unitunit, melakukan sintesa, menyusun

    ke dalam pola, memilih mana yang penting dan dipelajari, dan membuat

    kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang

    lain.33

    Proses analisis data dilakukan pada waktu bersamaan dengan

    proses pengumpulan data berlangsung. Analisis data dilakukan malalui

    tiga alur, yakni;

    1. Reduksi Data.

    2. Penyajian Data.

    33Sudarwan Darmin, Menjadi Peneliti Kualitatif: Ancangan Metodologi, Prestasi dan Publikasi

    Hasil Penelitian Untuk Mahasiswa dan Peneliti Pemula Bidang Ilmu-Ilmu Sosial, Pendidikan

    dan Humaniora, Pustaka Setia, Bandung, 2002, hal. 51

  • 54

    3. Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi.

    1. Reduksi Data (Data Reduction)

    Peneliti melakukan pengumpulan data-data yang berhubungan

    dengan penelitian melalui wawancara, kajian pustaka, observasi dan

    sebagainya. Dalam hal wawancara peneliti menggunakan perekam

    suara seperti hp, daftar pertanyaan dan lain-lain. Pada saat

    pengumpulan data, peneliti berhati-hati dalam mencatat data jangan

    sampai dicampurkan dengan pikiran peneliti. Data-data yang

    dikumpulkan adalah data-data yang relevan, sehingga politik

    kekuasaan keluarga Radjamilo di Kabupaten Jeneponto dapat

    digambarkan secara jelas pada hasil penelitian yang berupa

    kesimpulan.

    2. Sajian Data

    Selanjutnya, setelah reduksi data penulis membuat sajian data

    hasil wawancara penulis dengan membuat susunan informasi yang

    diperoleh berupa deskripsi, kemudian mengaitkan dengan tinjauan

    teoritis dan kemudian menganalisis data tersebut dengan

    menempatkan dimana posisi penulis melihat fenomena tersebut dalam

    hal ini politik kekuasaan keluarga Radjamilo di Kabupaten Jeneponto

    3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi

  • 55

    Tahap terakhir dalam analisa data adalah Penulis menarik

    kesimpulan yang sesuai dengan rumusan masalah yang telah

    dirumuskan sejak awal. Dari berbagai hal yang ditemui dalam

    pengumpulan data mengenai politik kekuasaan keluarga Radjamilo di

    Kabupaten Jeneponto, penulis kemudian melakukan pencatatan pola-

    pola, pernyataan-pernyataan, konfigurasi-konfigurasi, alur sebab-

    akibat dan berbagai proposisi. Hal itu kemudian diverifikasi dengan

    temuan-temuan data selanjutnya dan akhirnya sampai pada penarikan

    kesimpulan akhir dengan cara didiskusikan untuk mengembangkan

    apa yang disebut konsensus antar subjektif.

    BAB IV

    GAMBARAN UMUM PENELITIAN

    Dalam bab ini, penulis akan memaparkan beberapa bagian- bagian

    yang diharapkan dapat memberikan gambaran umum yang berkaitan

    dengan penelitian yang dipakai dalam memberikan pandangan awal

    terhadap objek-objek penelitian yang penulis gunakan. Adapun bagian-

  • 56

    bagian yang dibahas antara lain, gambaran umum Kabupaten Jeneponto

    dan gambaran umum Radjamilo dan keluarganya.

    A. Gambaran Umum Kabupaten Jeneponto

    1. Letak Geografi

    Letak Geografi dan Luas Wilayah Kabupaten Jeneponto terletak

    antara 5o23'12 5o421,2 Lintang Selatan dan 119o29'12

    119o5644,9 Bujur Timur dengan batas sbb;

    - Sebelah Utara dengan Kabupaten Gowa dan Takalar

    - Sebelah Timur dengan Kabupaten Bantaeng

    - Sebelah Selatan dengan Laut Flores

    - Sebelah Barat dengan Kabupaten Takalar

    Luas wilayah Kabupaten Jeneponto tercatat 749,79 km persegi

    yang meliputi 11 kecamatan.

    Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Jeneponto, 2010.

    1. Penduduk

    Penduduk Kabupaten Jeneponto pada tahun 2010 berjumlah

    342.700 orang yang tersebar di 11 kecamatan dengan jumlah

    penduduk terbesar di Kecamatan Binamu yaitu sebanyak 52.420

    orang. Secara keseluruhan, jumlah penduduk yang berjenis kelamin

    perempuan lebih banyak dari pada penduduk yang berjenis kelamin

    laki-laki, pada tahun 2010 jumlah penduduk perempuan sebesar

    176.316 orang dan laki-laki sebanyak 166.384.

    Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Jeneponto, 2010.

    2. Pemerintahan

  • 57

    Pemerintah Daerah Kabupaten Jeneponto mencakup 113 desa /

    kelurahan dengan rincian 82 desa dan 31 kelurahan. Ditinjau dari

    tingkat perkembangan desa / kelurahan, potensi yang banyak

    dijumpai yaitu potensi rendah sebanyak 93 Desa / Kelurahan

    menyusul potensi sedang sebanyak 19 Desa / Kelurahan dan

    potensi tinggi sebanyak 1 Kelurahan.

    Sumber : Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Pemberdayaan

    Masyarakat, 2010

    Pada tahun 2010 anggota DPRD Kabupaten Jeneponto sebanyak

    35 orang yang terdiri dari Fraksi P.Golkar sebanyak 4 orang, Fraksi

    PPP sebanyak 3 orang, Fraksi PAN sebanyak 4 orang, Fraksi Nurani

    Rakyat sebanyak 5 orang, Fraksi Demokrat sebanyak 3 orang,

    Fraksi Kesatuan sebanyak 4 orang, Fraksi Keadilan Sejahtera

    sebanyak 3 orang dan Fraksi Barisan Kebangsaan sebanyak 9

    orang.

    Dalam menjalankan tugasnya DPRD Kabupaten Jeneponto telah

    mengeluarkan beberapa peraturan dan keputusan keputusan daerah

    dari tahun 2007 sampai tahun 2010.

    BANYAKNYA KEPUTUSAN DPRD KABUPATEN JENEPONTO TAHUN

    2007-2010

    Tabel 3.2

    produk 2007 2008 2009 2010

    Peraturan

    daerah

    18 7 4 6

  • 58

    Keputusan 11 13 10 8

    Sumber : Sekretariat DPRD Kabupaten Jeneponto, 2010

    B. Gambaran Umum Keluarga Radjamilo

    Radjamilo merupakan bupati aktif saat ini yang telah memegang

    masa jabatan selama dua periode. Istrinya bernama Hj. Pattahani

    Radjamilo yang menjadi ketua penggerak PKK dan memiliki delapan

    orang anak yang dua diantaranya telah meninggal dunia. Kelima anaknya

    telah menduduki jabatan dalam pemerintahan di Kabupaten Jeneponto

    sedangkan anak yang terakhirnya masih dalam bangku perkuliahan.

    Selain anak dan saudaranya, terdapat beberapa anggota keluarga

    lainnya yang menduduki jabatan-jabatan dalam pemerintahannya

    termasuk ipar, menantu, besan sampai dengan sepupu dan keponakan-

    keponakannya. Adapun keluarga Radjamilo yang memiliki peranan dalam

    pemerintahan antara lain :

    - Ashari Fakhsiri Radjamilo Kr. Raja : Kepala Dinas pendidikan yang

    sekaligus mencalonkan diri sebagai bupati Jeneponto 2013 (anak

    dari Radjamilo). Dengan awal karir Setelah lulus dari STPDN, ia

    kemudian diangkat menjadi lurah, kemudian camat, kemudian

    menjadi kabag humas lalu menjadi staf ahli Bupati dan saat ini

    menjabat sebagai kepala dinas pendidikan yang sebelumnya

    menjabat sebagai kepala dinas Transkernas-sos BLK.

  • 59

    - Sri Lita Irtani Kr. Caya : Sekretaris Dinas Kelautan (anak dari

    Radjamilo). Yang mendapatkan jabatan saat ini tanpa karir yang

    begitu matang, penempatan sebagai sekretaris dikarenakan

    kedudukan yang dimiliki ayahnya

    - Suci Fitriani Kr. Siang: Kepala Bidang Mutasi BKD (anak dari

    Radjamilo). Yang kemudian menjadi Kepala Dinas BKD yang

    menggantikan Kr. Nai setelah niat pencalonannya sebagai bakal

    calon bupati Jeneponto

    - Hj. Intan Dianti : Kepala Seksi Kelurahan (anak dari Radjamilo).

    Yang mendapatkan jabatan saat ini tanpa karir yang begitu matang,

    penempatan jabatan ini dikarenakan kedudukan yang dimiliki

    ayahnya

    - Marwan Lolo Gau : Kepala Dinas Perikanan (saudara Radjamilo),

    - Haerul Gassing Kr. Kuri : kepala Dinas Transkernas-sos BLK

    (menantu Radjamilo), yang awal karirnya merupakan lurah balang,

    kemudian menjadi camat Binamu, lalu sekretaris dinas pendidikan

    kemudian menduduki jabatannya saat ini dengan silang jabatan

    dengan Ashari yang dulunya sebagai Kepala Dinas Transkernas.

    - Andi Rizal Burhanuddin : Kepala Bidang Akuntansi (menantu

    Radjamilo),

    - Hj. Enny Agustina Baharuddin, S.Sos (menantu Radjamilo) : Lurah

    Empoang

  • 60

    - Ir. Andi Burhanuddin S. Baso : Kepala Dinas PU yaitu (besan

    Radjamilo),

    - Patarai A. Burhan : Camat Taroang (keponakan Radjamilo), dan

    - Pahmi Sulfikar : Kepala Bidang Aset PPKD (keponakan Radjamilo).

    Jabatan-jabatan yang dimiliki oleh keluarga Radjamilo yang

    menduduki hampir semua struktur yang ada di Jeneponto merupakan

    bagian dari kekuatan yang dimiliki oleh keluarga dalam mengkoordinir

    pengaruh dan dukungan untuk pencalonan Ashari Fakhsiri Radjamilo

    sebagai Bupati Jeneponto pada periode 2013-2018 mendatang.

    Radjamilo merupakan keturunan Karaeng dengan status nenek

    moyang yang sudah memegang peranan penting dalam pemerintahan

    sehingga telah banyak dikenal masyarakat Jeneponto, serta memiliki

    keluarga yang telah berhasil dan menyebar diberbagai daerah dan kota

    seperti Kr. Nai yaitu saudara Radjamilo yang telah berkarir di Jakarta

    Pusat sebagai pejabat. Saudara dari ibunda Radjamilo sendiri merupakan

    Kr. Bontotangnga yang sangat diperhitungkan di daerah Jeneponto

    begitupun adik Kr. Milo yang merupakan Kr. Paitana.34 Ini menjelaskan

    bahwa Radjamilo memang berasal dari keturunan Karaeng.

    Kedudukannya sebagai Karaeng di Jeneponto mengantarkannya pada

    kemenangannya sebagai Bupati yang terpilih selama dua periode.

    Kemenangan yang diperoleh Radjamilo sebagai golongan karaeng ini

    34 Sumber : hasil wawancara dengan Drs. Marwan Lolo Gau (Ipar Radjamilo), 4 Juli 2012

  • 61

    merupakan pertama kalinya golongan Karaeng terpilih menjadi kepala

    daerah selama dua periode berturut-turut di Kabupaten Jeneponto.

    Dua periode masa pemerintahannya tentu saja Radjamilo memiliki

    kelebihan dan kekurangan dalam menjalankan tugasnya. Adapun

    keberhasilan dalam pemerintahan Radjamilo dapat dilihat dari tiga

    kebijakan antara lain pembangunan jalan raya sampai ke desa-desa,

    pendidikan dan kesehatan. Ketiga kebijakan ini mendapatkan porsi besar

    dalam agenda pembangunan daerah di Jeneponto. Yang pertama ditandai

    dengan keberhasilan Radjamilo menciptakan pembangunan sarana jalan

    raya yang menghubungkan antar daerah pedesaan. Sebagaimana

    dituturkan oleh masyarakat umum yang mengatakan bahwa selama satu

    periode pemimpin Jeneponto, Radjamilo berhasil memperluas jaringan

    jalan raya dalam waktu yang relatif singkat.35 Hal ini merupakan bukti

    keseriusan Radjamilo terhadap pembangunan pedesaan. Karena itu,

    orientasi dan kebijakan pembangunan selama kepemimpinannya dalam

    periode pertama banyak difokuskan pada daerah pedesaan ketimbang di

    kawasan perkotaan.

    Kebijakan kedua adalah bidang pendidikan. Selama

    kepemimpinan Radjamilo sektor pendidikan benar-benar dibenahi.

    Komitmen politik Radjamilo terhadap pendidikan terus berlanjut. Dalam

    APBD 2008, Pemkab Jeneponto mengganggarkan Rp 9,5 miliar untuk

    menyukseskan program pendidikan gratis. Dana ini dialokasikan untuk

    35 http://akhmadsatori.blogspot.com/2012/02/11/kemenangan-karaeng-dalam-pilkada.html

  • 62

    320 sekolah dasar (SD) dan sederajat serta 103 sekolah menengah

    pertama (SMP) dan sederajat di daerah tersebut. Anggaran ini disalurkan

    tiga tahap setiap dua bulan sekali.

    Kebijakan ketiga adalah bidang kesehatan. Tenaga medis

    beberapa tahun terakhir ini terus menerus ditambah untuk mendekati porsi

    yang ideal sehingga pelayanan kepada masyarakat dibidang kesehatan

    dapat ditingkatkan kualitas dengan upaya penyediaan akses kesehatan

    yang lebih murah dan merata.36 Ini dilakukan agar pela