modifikasi molekul dan senyawa penuntun

26
BAB I PENDAHULUAN Tuntutan penemuan obat baru semakin meningkat karena makin bervariasinya jenis penyakit. Banyaknya kuman yang sudah kebal terhadap obat-obat tertentu dan ditemukannya berbagai efek samping akibat pemakaian obat yang sudah dikenal, mendorong penelitian lebih lanjut untuk mengembangkan struktur obat yang telah ada atau mencari dan menemukan obat baru (Block, 1991). Metode pengembangan obat dapat melalui modifikasi molekul dengan optimasi senyawa penuntun (lead compound) dan rancangan obat yang rasional (siswandono dan Soekardjo, 2009). Variasi struktur mengakibatkan perubahan sifat fisika dan reaktifitas yang dapat menimbulkan perubahan distribusi, metabolism, dan ekskresi senyawa tersebut (Reksohadiprodjo, 1988). Sintesis merupakan bagian yang terpenting dalam pencarian senyawa obat baru yang mempunyai khasiat lebih baik dan harga yang lebih ekonomis. Sintesis dilakukan dengan penggabungan molekul, pengubahan gugus fungsi atau penutupan gugus yang bersifat toksigenik senyawa penuntun yang telah diketahui khasiat atau aktivitas biologinya. 1

Upload: adithyaputra23

Post on 28-Dec-2015

803 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

modifikasi molekul dan senyawa penuntun

TRANSCRIPT

Page 1: modifikasi molekul dan senyawa penuntun

BAB I

PENDAHULUAN

Tuntutan penemuan obat baru semakin meningkat karena makin bervariasinya

jenis penyakit. Banyaknya kuman yang sudah kebal terhadap obat-obat tertentu dan

ditemukannya berbagai efek samping akibat pemakaian obat yang sudah dikenal,

mendorong penelitian lebih lanjut untuk mengembangkan struktur obat yang telah ada

atau mencari dan menemukan obat baru (Block, 1991).

Metode pengembangan obat dapat melalui modifikasi molekul dengan optimasi

senyawa penuntun (lead compound) dan rancangan obat yang rasional (siswandono dan

Soekardjo, 2009). Variasi struktur mengakibatkan perubahan sifat fisika dan reaktifitas

yang dapat menimbulkan perubahan distribusi, metabolism, dan ekskresi senyawa

tersebut (Reksohadiprodjo, 1988). Sintesis merupakan bagian yang terpenting dalam

pencarian senyawa obat baru yang mempunyai khasiat lebih baik dan harga yang lebih

ekonomis. Sintesis dilakukan dengan penggabungan molekul, pengubahan gugus fungsi

atau penutupan gugus yang bersifat toksigenik senyawa penuntun yang telah diketahui

khasiat atau aktivitas biologinya.

1

Page 2: modifikasi molekul dan senyawa penuntun

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Senyawa Penuntun (Lead Compound)

            Senyawa penuntun merupakan senyawa yang digunakan sebagai Pangkal Tolak

modifikasi molekul. Senyawa penuntun adalah senyawa yang dapat menimbulkan

aktivitas biologis, seperti Aksi terapetik, Aksi Toksik, Regulasi Fisiologik, Hormon dan

Feromon, serta senyawa yang terlibat atau berpengaruh terhadap proses biokimia pada

hewan atau tumbuh-tumbuhan. (Siswandono dan Soekardjo, 1998). Senyawa penuntun

tersebut dikembangkan lebih lanjut, melalui modifikasi molekul sehingga didapatkan

turunan senyawa dengan aktivitas yang diinginkan

Senyawa penuntun bisa berasal dari tumbuhan, hewan, mikroba atau hasil sintesis.

Penemuan obat baru dari senyawa produk alam pada umumnya dilakukan dengan

penapisan bahan alam, ekstraksi, isolasi dan pemurnian senyawa yang terkandung,

menemukan struktur kimianya, kemudian dilakukan pengujian dengan sistem uji

biologis yang sesuai sehingga didapatkan senyawa penuntun.

Penelitian mengenai obat tradisional dibutuhkan untuk memberikan bukti ilmiah

mengenai khasiat suatu tanaman obat dan juga dapat digunakan sebagai sumber

senyawa penuntun untuk sintesis senyawa obat baru. Penggunaan obat tradisional

merupakan suatu kenyataan untuk mencapai kesembuhan atau pemeliharaan dan

peningkatan taraf kesehatan serta diwariskan secara turun-temurun dan tidak

dipisahkan dari kehidupan masyarakat meskipun tanpa dibuktikan secara ilmiah.

Seiring dengan semakin berkembangnya penggunaan tanaman obat dalam dunia

kesehatan dengan semboyan back to nature, keingintahuan masyarakat terhadap

khasiat dan manfaat  tanaman obat pun semakin berkembang. Pengobatan tradisional

menggunakan tanaman obat hingga saat ini tetap digunakan karena tidak memiliki

resiko tinggi atau efek samping rendah sehingga lebih aman untuk dikonsumsi.

Uji pertama dan utama suatu senyawa bisa dianggap sebagai obat adalah uji

Farmakodinamik preklinik baik in vitro maupun in vivo. Untuk antibiotik selain harus

2

Page 3: modifikasi molekul dan senyawa penuntun

diuji khasiatnya pada jaringan hewan juga pada hewan secara keseluruhan. Uji ini

disebut uji in vivo (pd hewan hidup) dan in vitro.

Uji in vitro dan in vi vo

Yang dimaksud uji in vitro adalah uji pada mikroba jika antibiotik; pada sel kanker

dari hewan untuk obat anti kanker; pada plasmodium untuk obat anti malaria; pada

jamur contoh candida pada obat anti keputihan/candidiasis; pada cacing untuk obat

cacing; pada virus untuk obat antivirus; pada bagian organ tertentu dari hewan contoh

obat asma bronkodilator diuji pada otot polos trachea marmot; pada jantung hewan

dalam chamber utk obat angina dan aritmia; dll.

Sedangkan uji in vivo digunakan hewan utuh dan kondisi hidup (baik sadar atau

teranestesi). Syarat hewan yg digunakan sangat banyak tgt jenis obatnya, missal yang

jelas harus dilakukan control terhadap galur/spesies, jenis kelamin, umur, berat badan

(mempengaruhi dosis), dan harus dilakukan pada minimal 2 spesies yakni

rodent/hewan mengerat dan non rodent. Alasannya karena sistem fisiologi dan

patologi pada manusia merupakan perpaduan antara rodent dan non rodent.

Contoh-contoh senyawa alam yang dikembangkan dan dapat dimanfatkan sebagai

obat :

1. Senyawa alam kumarin yang dikembangkan menjadi warfarin, sehingga dapat

dimanfaatkan sebagai antikoagulan

3

Page 4: modifikasi molekul dan senyawa penuntun

KUMARIN

WARFARIN

2. Kokain senyawa yang terdapat dalam daun

koka dikembangkan menjadi prokain,

berfungsi sebagai anestetika local (turunan asan para aminobenzoat)

3. Morfina yang dikembangkan menjadi petidin, sebagai analgetika narkotika

1. Senyawa penuntun dan hasil metabolisme obat.

Hubungan pra obat, metabolisme dan aktivasi obat

Banyak contoh obat yang setelah mengalami proses metabolisme di tubuh

menghasilkan metabolit aktif. Senyawa induk obat tersebut disebut pra-obat, yang

pada in vitro tidak menimbulkan aktivitas biologis. Pra-obat bersifat labil, di dalam

tubuh (in vivo) mengalami perubahan, melalui proses kimia atau enzimatik, menjadi

4

Page 5: modifikasi molekul dan senyawa penuntun

senyawa aktif, kemudian berinteraksi dengan reseptor menghasilkan respons

farmakologis.

Penemuan bahwa efek obat kadang-kadang ditimbulkan oleh metabolitnya,

mempunyai peran penting dalam penggunaan metabolit itu sendiri sebagai obat, oleh

karena :

a. Metabolit kemungkinan menimbulkan toksisitas atau efek samping lebih rendah

dibanding pra-obat.

b. Secara umum metabolit mengurangi variasi respons klinik dalam populasi yang

disebabkan perbedaan kemampuan metabolisme oleh individu-individu atau oleh

adanya penyakit tertentu.

Contoh:

Sulfonamida

Penemuan zat warna azo prontosil merupakan awal dari pengobatan infeksi

dengan turunan sulfonamida. Pada in vitro prontosil tidak aktif terhadap

mikroorganisme tetapi pada in vivo aktif. Penemuan bahwa prontosil adalah pra-

obat dan bentuk yang mendapatkan turunan sulfonamida yang lebih unggul,

dengan cara modifikasi molekul sulfanilamid. Sampai sekarang telah tersedia

berbagai macam turunan sulfonamida yang digunakan sebagai obat antiinfeksi,

seperti sulfadiadzin, sulfametoksazol, dan sulfaguanidin.

DARI SULFONAMIDA DITEMUKAN BANYAK GOL. SULFONAMIDA

5

Page 6: modifikasi molekul dan senyawa penuntun

Kloralhidrat, senyawa hipnotik, pada manusia dimetabolisme menjadi senyawa

aktif trikloroetanol, bentuk glukuronida dan asam trikloroasetat. Sekarang

digunakan trikloroetanol atau garamnya asam trikloroetanol fosfat (triklofos)

sebagai pengganti kloralhidrat, karena kloralhidrat mempunyai rasa tidak enak

dan menimbulkan efek samping iritasi saluran cerna.

Dengan cara yang sama metilfenobarbital diubah menjadi metabolit aktif

fenobarbital, sementara primidon dioksidasi menjadi fenobarbital.

Asetosal adalah pra-obat dari asam salisilat, yang menimbullkan efek iritasi

terhadap mukosa saluran cerna lebih kecil dibanding asam salisilat.

Fenasetin, obat anelgesik dan antipiretik, terutama dimetabolisis dalam tubuh

menjadi metabolit aktif, N-asetil-p-aminofenol (asetaminofen) dan dalam jumlah

kecil metabolit glukuronida dari 2-hidroksifenasetin yang tidak aktif.

Sekarang fenasetin digunakan oleh asetaminofen karena bersifat nefrotoksik dan

menimbulkan efek samping methemoglobin yang lebih besar dibanding

asetaminofen.

2. Senyawa penuntun dan hasil eksplorasi efek samping

Setiap obat memiliki efek terapi pengobatan, juga efek samping yang tidak

diinginkan. Efek samping yaitu keadaan yang dapat mempengaruhi orang sehat. Efek

terapeutik di sini dikurangi bahkan di hilangkan keadaan Patologinya, sehingga efek

sampingnya yang dapat di terima sebagai efek terapeutik. Sebagai contoh :

Obat antihistamin yang memiliki efek samping sebagai efek sedative. Di olah

sedemikian rupa sehingga menghasilkan zat penenang.

Pengembangan efek samping prometazine (antihistamin), untuk menenukan

klorpromazine sebagai zat sedative.

Eksplorasi dan eksploitasi. Efek samping hipoglikemik Karbutamid yang

memiliki efek samping antibakteri

3. Senyawa penuntun dan studi proses dasar kehidupan

Senyawa penuntun dapat menghasilkan studi-studi seperti studi biologi mol,

biokima & endrokinologi pada mamalia, misalnya : prazat & zat antara hormon

6

Page 7: modifikasi molekul dan senyawa penuntun

vitamin, neurotransmitter, senyawa yang cocok di gunakan sebagai modifikasi

molekul.

Replikasi DNA, transkipsi DNA menjadi mRNA dan translasi mRNA menjadi

protein dan hormone

4. Analisis mekanisme aksi senyawa multiprotein

Senyawa multi protein adalah obat yang menimbulkan dua atau lebih aksi yang

berbeda. Mekanisme dan reseptor yang berbeda. Senyawa yang memiliki struktur mol

berbeda mempunyai sifat fisika-kimia yang berbeda serta konformasi yang berbeda.

Molekul agonis yang berinteraksi dengan dua jenis, contoh :

Spektrum histamin

Tipe 1 : Menaikkan sekresi asam lambung menaikkan kontraksi otot polos

Tipe 2 :Spasmogenik otot polos, menaikkan premeabilitas vaskuler dan dilatasi

pembuluh kapiler

2.2 Modifikasi Molekul

Dari penelitian produk alam dan turunannya serta sejenis sintetiknya, dapat

dirumuskan suatu hipotesis tentang kemungkinan adanya hubungan antara struktur kimia

dan efek biologis seri senyawa tersebut. Pengamatan ini digunakan sebagai petunjuk

pemikiran dalam perencanaan struktur sebagai upaya menemukan obat baru yang lebih

poten, lebih spesifik, dan kurang toksis.

Variasi struktur mengakibatkan perubahan sifat fisika dan reaktivitas kimia, yang

mungkin menyebabkan perubahan ditribusi dalam sel dan jaringan, perjalanan sampai ke

lokasi aktif dari enzim dan reseptor, laju reaksi dengan lokasi aktif, serta pola metabolism

dan ekskresi senyawa tersebut. Perubahan struktur kimia yang sangat kecil mungkin

menemukan efek biologis yang semula tersembunyi atau tertutup oleh efek lain.

Modifikasi mungkin menemukan efek samping yang semula tidak terduga, yang

kemudian efek samping tersebut dapat digunakan sebagai penuntun dalam

desain/rancangan obat. Modifikasi struktur diarahkan pada eksplorasi dan eksplotasi

senyawa penuntun dengan tujuan utama yaitu:

7

Page 8: modifikasi molekul dan senyawa penuntun

1. Usaha mengembangkan senyawa pengganti bagi senyawa yang telah ada,

misalnya produk alam seperti vitamin, hormone, neurotransmitor, dan lain-lain.

Senyawa pengganti harus lebih poten, aman, dan spesifik, serta efek samping

lebih kecil.

2. Usaha mengubah spektrum senyawa penuntun. Usaha ini diarahkan untuk

mengubahagonis menjadi antagonis, seperti: hormone menjadi anti hormone,

kolinergik menjadi anti kolinergik, dan lain-lain. Usaha ini meliputi pula

menemukan spektrum baru, usaha memisahkan efek samping dan di kembangkan

menjadi efek terapetik. Menggabungkan aksi obat yang berbeda dan mendapatkan

aksi selektif pada jenis atau organ organisme.

3. Usaha mengatur farmakokinetik senyawa. Usaha ini mengatur ketersediaan

biologis dengan cara memodifikasi molekul, meliputi usaha untuk mengatur

hubungan antara kadar dan waktu,distribusi obat pada berbagai kompartemen,

usaha menimbulkan efek yang cepat pada pemberian intravenous.

2.3 Sistematika Modifikasi

Prosedur modifikasi molekul dengan pendekatan pada gugus fungsional,

merupakan hal yang sering dilakukan atas dasar pendekatan ini, maka sistematika

modifikasi antara lain dapat dilakukan sebagai berikut (Nogrady, 1985; Silverman,

1992)

1) Homologasi dan percabangan rantai

Sebagai contoh: mengubah panjang rantai hidrokarbon akan mengubah

titik lebur, titik didih, volume molekuler, kelarutan, koefisien distribusi atau

partisi lipida-air, aktivitas permukaan, dan sifat fisika kimia yang lain. Sifat

umum dalam memperpanjang rantai adalah menaikkan lipofilisitas sesuai dengan

kenaikan jumlah gugus metilina. Banyak penelitian lipofisitas sesuai dengan

kenaikan jumlah gugus metilina. Banyak penelitian menunjukkan bahwa kenaikan

panjang rantai parallel dengan kenaikan aktivitas, meskipun hubungannya tidak

selalu berbentuk garis lurus, melainkan ada titik optimumnya.

8

Page 9: modifikasi molekul dan senyawa penuntun

2) Pemasukan ikatan rangkap

Ikatan rangkap dua dan rangkap tiga karbon-karbon pada rantai alkil,

menambah ketegangan rantai alkil, menambah ketegangan rantai karbon,

mengurangi kelenturan rantai, dan terbentuk isomer cis-trans. Perubahan ini

menyebabkan perubahan aktivitas obat. Karena terjadinya perubahan pada pusat

aktif. Ikatan asetilena jauh lebih pendek dibandingkan ikatan tunggal atau ikatan

dua.

3) Perubahan cincin rantai

Perubahan cincin rantai tidak selalu menghasilkan senyawa dengan

aktivitas yang mirip. Misalnya antara amfetamin dengan tranilsipromina, ternyata

amfetamin menunjukkan aktivitas biologis yang berbeda dengan tranilsipromina.

Tranilsipromina menghambat enzim monoamine oksidase yang kuat, sedangkan

amfetamin merangsang susunan syaraf pusat dan penghambat monoamine

oksidasenya hanya 1/5000 kali tranilsipromina.

4) Mempertahankan Topologi Struktur

Zat penenang trisiklik dan antidepresan trisiklik Nampak mempunyai

topologi struktur yang sama. Modifikasi molekul untuk pengembangan obat

tersebut harus mempertahankan topologi struktur tersebut. Klorpromazine

mempunyai topologi struktur yang ditandai adanya sudut α sebesar 55o, sehingga

pengembangannya agar mempunyai efek yang sama dengan

klorpromazine( sebagai trankuiliser) maka molekul yang baru harus

mempertahankan sudut tersebut. Amitriptilin mempunyai topologi struktur yang

di tandai adanya sudut α sebesar 50o dan adanya sudut β sebesar 30o pada

molekulnya, sehingga pengembangan obat tersebut agar mepunyai efek yang

sama dengan amitriptilin (Efek utama trankuiliser dengan efek samping anti

depresan), maka struktur molekul yang baru harus mempertahankan sudut-sudut

tersebut. Imipramin mempunyai topologi struktur yang di tandai adanya sudut α

sebesar 50o , sudut β sebesar 30o, dan sudut γ sebesar 20o. untuk pengembangan

obat agar mempunyai aktivitas biologis yang sama dengan imipramid

9

Page 10: modifikasi molekul dan senyawa penuntun

(antidepresan), maka ketiga sudut tersebut perlu dipertahankan pada molekul baru

tersebut.

5) Penetapan dasar isoterisme

Konsep isoterisme kimia diuraikan oleh Langmuir pada tahun 1919, yang

menyatakan terdapat kesamaan sifat fisika kimia dengan struktur elektrolit pada

atom, gugus, radikal, dan molekul. Kesamaan ini sering terdapat pada atom yang

terletak pada lajur vertical system periodic, pada atomo-atom tersebut lapisan

electron terluar identik atau hamper identik, dan atom yangbtidak terlalu jauh

terpisah vasiasi ukuran dan masanya tidak besar. Dengan kata lain, isoster adalah

atom atau gugus yang mempunyai konfigurasi electron terluar yang sama,

misalnya isoster untuk atom O adalah NH atau CH2 (electron terluar) untuk atom

O adalah 6, N adalh 5, C adalh 4, dan H adalah 1 (Silverman, 1992). Contoh

modifikasi molekul dengan penggantian isoter yang menghasilkan efek yang

sama adalh: Asetilkolin dengan isoter NH2 menjadi karbakol menghasilkan

senyawa yang mempunyai durasi (lama kerja) yang lebih lama dibandingkan

asetilkolin karena adanya pasangan electron bebas pada NH2 memperlama

hidrolisa senyawa baru tersebut (karbakol). Tolbutamid menjadi klorbutamid.

Penggantian gugus CH2 pada tolbutamid (antidiabetik oral) dengan isoster Cl

pada klorbutamid membuat masa kerja (durasi) kloebutamid lebih lama

dibangdingkan gugus CH3

2.4 Modifikasi Molekul Obat

Merupakan metode yang paling banyak digunakan untuk penemuan obat baru.

Dasar modifikasimolekuler : pemilihan senyawa pemandu / lead compound

(senyawa dengan aktivitas biologis sudah diketahui), kemudian diuji senyawa lain

yang mirip, homolog atau analog

Pendekatan ekstratermodinamika

10

Page 11: modifikasi molekul dan senyawa penuntun

Rancangan obat, terdiri dari:

1. Studi interaksi obat-reseptor

2. Kuantitatif dan penerapan studi orbital molekul

Struktur kimia dari senyawa mengakibatkan tanggapan biologis, yang dapat dihubungkan

secara matematika.

Rumus matematika dari aktivitas biologis tersebut tergantung susunan struktur kimianya

Persamaan “Crum. Brown&Frazer, 870” :

Ø = f (c) . dimana : Ø = ukuran efek biologis

C = cirri-ciri struktur kimia

RICHET 1893, memberikan hipotesis “aksi narkotika kelarutan senyawa organic

berbanding terbalik dengan kelarutan dalam air”

MEYER OVERTON, memberikan hipotesis”Aksi narkotik senyawa organik sejajar

dengan koefisien partisi minyak air” yang dibuktikan dengan kelarutan senyawa netral

dalam air sejajar dengan koefisien partisi oktanol-air.

Pendekatan diskoneksi

Di laboratorium kimia organic tentu saja ahli kimia organic sintetik sangat intens

melakukan penelitian semisintetik. Demikian juga halnya ahli kimia industri telah banyak

menghasilkan produk sintetik seperti : bahan-bahan farmasi, berbagi surfaktan, pupuk

kimia, polimer, zat warna, pewangi dan masih banyak yang lainnya. Berbagai cara telah

dilakukan oleh para ahli agar sintesis senyawa organik melalui proses sintetik. Dewasa

ini telah berkembang suatu metode sintetis organic melalui pendekatan pemutusan

(diskoneksi) atau pendekatan sinton atau retrosintesis. Retrosintesis adalah proses

pembelahan molekul target sintesis menuju ke material start yang tersedia melalui

serangkaian pemutusan ikatan (diskoneksi) dan perubahan gugus fungsi atau

interkonversi gugus fungsional (IGF) •

Retrosintesis merupakan teknik pemecahan masalah untuk mengubah struktur dari

molekul target sintesis menjadi bahan-bahan yang lebih sederhana melalui jalur yang

berakhir pada suatu material start ysng sesuai dan mudah didapatkan untuk keperluan

sintesis (Smith, 1994)

11

Page 12: modifikasi molekul dan senyawa penuntun

Dengan cara ini, struktur molekul yang akan disintesis ditentukan terlebih dahulu yang

dikenal sebagai molekul target (MT). selanjutnya MT dipecah/dipotong/diputus dengan

seri diskoneksi.

Diskoneksi merupakan operasi balik suatu reaksi melalui suatu pembelahan yang

dibayangkan dari suatu ikatan agar memutus molekul ke dalam material start yang

mungkin. Diskoneksi seringkali tidak mudah dilaksanakan, tetapi ikatan yang diputuskan

haruslah berhubungan dengan reaksi-reaksi yang dipercaya serta metodenya dapat

dikerjakan di laboratorium. dari hasil diskoneksi, akan didapatkan bahan awal (Stratinr

Material) atau sinton yang tersedia atau disediakan melalui suatu reaksi Interkonversi

Gugus Fungsi (IGF).

Pedoman yang sangat penting untuk meripta suatu sintesis dengan pendekatan diskoneksi

adalah sebagai berikut :

1. Analisis :

a. Mengenal gugus fungsional dan molekul target (MT)

b. Melakukan diskoneksi dengan metode yang berhubungan dengan reaksi-

reaksi yang mungkin.

c. Memastikan bahwa reagen pereaksi hasil pemutusan (sinton) tersedia sebagai

starting Material.

2. Sintesis :

a. Membuat rencana berdasarkan analisis Starting Material dan kondisi sintesis.

b. Bila tidak berhasil dalam sintesis dilakukan pengkajian ulang analisis.

Dengan demikian hal yang mutlak harus dipahami agar sukses dalam melakukan sintesis

dengan pendekatan diskoneksi adalah memahami reaksi-reaksi senyawa organik maupun

jenis-jenisnya serta mekanismenya. Ada kalanya pada waktu melakukan analisis terhadap

bahan awal (Starting Material) hasil diskoneksi harus diperoleh dari suatu hasil sintetik

yang dikenal dengan IGF tadi, karena reaksoi senyawa organik tidak lain dan tidak bukan

adalah transformasi gugus fungsional.

dari penjelasan ini, jelaslah bahwa diskoneksi pada hakekatnya adalah merupakan

kebalikan langkah sintetik (retrosintesis). Ikatan yang didiskoneksi adalah yang diyakini

reaksi tersebut dapat dapat berlangsung berdasarkan kaedah-kaedah dan jenis-jenis reaksi

yang mungkin.

12

Page 13: modifikasi molekul dan senyawa penuntun

(Adapted by: Organic Synthesis :The disconnection Approach; Stuart Warren, Kimia

Organik Fisik; Marhan Sitorus)

Contoh pendekatan diskoneksi :

1. Keton, sebagai material start dapat menghasilkan vitamin A, dan senyawa parfum.

Keton

SINTESIS :

Meripta sintesis

Dengan strategi analisis dan sintesis

1. Analisis

a. Kenali gugus fungsional dalam molekul target

b. Diskoneksi dengan metode yang berhubungan dengan reaksi yang di ketahui

c. Ulangi secukupnya untuk mendapat material start tersedia

2. Sintesis

a. Tulis reaksi menurut analisis dengan menambah reagen.

b. Periksa reaksi rasional dengan kondisi telah dipilh

Untuk meripta, haruslah :

Mekanisme reaksi organik

13

Page 14: modifikasi molekul dan senyawa penuntun

Reaksi dapat dipercaya

Tersedia senyawa

Paham streokimia

Prinsip dasar :

sintesis senyawa aromatic. Diskoneksi interkonversi gugus fungsional (IGF) sinton,

contoh :

1. Benzokaina = molekul target 1

Analisis1.

Analisis 2 :

Analisis 3 :

SINTESIS :

14

Page 15: modifikasi molekul dan senyawa penuntun

2. “Hawthorn blossom perfume” = molekul target 2

Analisis :

SINTESIS :

15

Page 16: modifikasi molekul dan senyawa penuntun

Berikut merupakan contoh molekul target (MT)

1. Benzil aseton yang digunakan sebagai pembuatan parfum

Analisis :

SINTESIS :

16

Page 17: modifikasi molekul dan senyawa penuntun

2. Paracetamol (N-asetil p aminofenol) = molekul target

Paracetamol

Analisis :

SINTESIS :

17

Page 18: modifikasi molekul dan senyawa penuntun

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Senyawa penuntun merupakan senyawa yang digunakan sebagai Pangkal Tolak

modifikasi molekul. Senyawa penuntun adalah senyawa yang dapat menimbulkan

aktivitas biologis, seperti Aksi terapetik, Aksi Toksik, Regulasi Fisiologik, Hormon dan

Feromon, serta senyawa yang terlibat atau berpengaruh terhadap proses biokimia pada

hewan atau tumbuh-tumbuhan. (Siswandono dan Soekardjo, 1998). Senyawa penuntun

tersebut dikembangkan lebih lanjut, melalui modifikasi molekul sehingga didapatkan

turunan senyawa dengan aktivitas yang diinginkan

Prosedur modifikasi molekul dengan pendekatan pada gugus fungsional,

merupakan hal yang sering dilakukan atas dasar pendekatan ini, maka sistematika

modifikasi antara lain dapat dilakukan sebagai berikut (Nogrady, 1985; Silverman, 1992)

1. Homologasi dan percabangan rantai

2. Pemasukan ikatan rangkap

3. Perubahan cincin rantai

4. Mempertahankan Topologi Struktur

5. Penetapan dasar isoterisme

Modifikasi molekul obat merupakan metode yang paling banyak digunakan untuk

penemuan obat baru. Dasar modifikasimolekuler : pemilihan senyawa pemandu / lead

18

Page 19: modifikasi molekul dan senyawa penuntun

compound (senyawa dengan aktivitas biologis sudah diketahui), kemudian diuji senyawa

lain yang mirip, homolog atau analog.

19