massase teori

21
BAB 3. LITERATUR DAN PENELITIAN TERKAIT 3.1 Konsep Nyeri 3.1 Pengertian Nyeri Nyeri merupakan salah satu alasan bagi seseorang untuk mencari pengobatan atau perawatan pada pelayanan kesehatan. Nyeri dapat timbul akibat dari penyakit, tindakan diagnostik, maupun akibat dari terapi. Nyeri dapat menyebabkan disabilitas dan distress pada seseorang dan dapat merupakan hal yang lebih menyita perhatiannya dibandingkan dengan penyakitnya sendiri (Potter & Perry, 2006). Nyeri merupakan mekanisme perlindungan, dikatakan demikian karena nyeri dapat timbul jika ada kerusakan jaringan dan dengan demikian menyebabkan seseorang bereaksi dengan memindahkan stimulus nyeri (Guyton & Hall, 2006). Menurut International Assosiation for the Study of Pain, nyeri merupakan pengalaman sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan yang dapat disebabkan oleh kerusakan jaringan baik potensial maupun aktual. Definisi tersebut menggambarkan nyeri sebagai pengalaman fisiologis dan psikologis. 3.2 Fisiologi Nyeri

Upload: cpoet

Post on 19-Jan-2016

26 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

teori massase

TRANSCRIPT

Page 1: Massase teori

BAB 3. LITERATUR DAN PENELITIAN TERKAIT

3.1 Konsep Nyeri

3.1 Pengertian Nyeri

Nyeri merupakan salah satu alasan bagi seseorang untuk mencari

pengobatan atau perawatan pada pelayanan kesehatan. Nyeri dapat timbul akibat

dari penyakit, tindakan diagnostik, maupun akibat dari terapi. Nyeri dapat

menyebabkan disabilitas dan distress pada seseorang dan dapat merupakan hal

yang lebih menyita perhatiannya dibandingkan dengan penyakitnya sendiri (Potter

& Perry, 2006).

Nyeri merupakan mekanisme perlindungan, dikatakan demikian karena

nyeri dapat timbul jika ada kerusakan jaringan dan dengan demikian

menyebabkan seseorang bereaksi dengan memindahkan stimulus nyeri (Guyton &

Hall, 2006). Menurut International Assosiation for the Study of Pain, nyeri

merupakan pengalaman sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan yang

dapat disebabkan oleh kerusakan jaringan baik potensial maupun aktual. Definisi

tersebut menggambarkan nyeri sebagai pengalaman fisiologis dan psikologis.

3.2 Fisiologi Nyeri

Nyeri secara garis besar dibagi atas dua jenis utama, yaitu nyeri cepat dan

nyeri lambat. Apabila diberikan suatu stimulus yang dapat menyebabkan nyeri,

maka nyeri cepat dapat timbul sekitar 0.1 detik, sedangkan nyeri lambat timbul

setelah 1 detik atau bahkan lebih. Nyeri cepat dapat diidentikkan dengan beberapa

istilah, diantaranya adalah nyeri tajam, nyeri tertusuk, dan nyeri tersetrum. Nyeri

ini dapat timbul jika seseorang tertusuk jarum, tersayat pisau atau kulit terbakar

secara akut. Nyeri lambat dikenal juga dengan istilah nyeri terbakar, nyeri pegal,

nyeri berdenyutdenyut, dan mual.

Page 2: Massase teori

Transmisi nyeri, impuls nyeri berjalan sepanjang saraf sensorik ke ganglion

akar dorsal dari saraf spinal terkait dan masuk ke dalam kornu posterior medula

spinalis. Hal ini disebut neuron pertama. Neuron kedua muncul di kornu posterior,

melintang di dalam medula spinalis (persimpangan sensorik) dan mengantarkan

impuls melalui medula oblongata, pons varolli dan otak tengah ke talamus. Dari

sini impuls berjalan sepanjang neuron ketiga menuju korteks sensorik.

Teori Pengendalian Gerbang (gate control theory),mekanisme hambatan

neurol atau spinal terjadi dalam substansi gelatinosa yang terdapat di kornu dorsal

medula spinalis. Impuls saraf yang diterima oleh nosiseptor, reseptor nyeri pada

kulit dan jaringan tubuh dipengaruhi oleh mekanisme tersebut. Posisi hambatan

menentukan apakah impuls saraf berjalan bebas atau tidak ke medula dan talamus

sehingga dapat mentransmisikan impuls atau pesan sensori ke korteks sensorik.

Jika hambatan tersebut tertutup, hanya terdapat sedikit konduksi atau bahkan tidak

sama sekali. Jika hambatan terbuka, impuls dan pesan dapat melewatinya dan

ditransmisikan secara bebas (Fraser, D. M., dan Cooper, M. A., 2009).

3.3 Penyebab Nyeri Persalinan Kala I

Selama persalinan kala I, nyeri terutama dialami karena rangsangan

nosiseptor dalam adneksa,uterus, dan ligamen pelvis. Nyeri persalinan kala I

adalah akibat dilatasi seviks dan sagmen uterus bawah dengan distensi lanjut,

peregangan, dan trauma pada serat otot dan ligamen. Faktor penyebab nyeri

persalinan adalah :

a) berkurangnya pasokan oksigen ke otot rahim (nyeri persalinan

menjadi lebih hebat jika interval antara kontraksi singkat, sehingga

pasokan oksigen ke otot rahim belum sepenuhnya pulih),

b) meregangnya leher rahim (effacement dan pelebaran),

c) tekanan bayi pada saraf di dan dekat leher rahim dan vagina,

d) ketegangan dan meregangnya jaringan ikat pendukung rahim dan

sendi panggul selama kontraksi dan turunnya bayi,

e) Tekanan pada saluran kemih, kandung kemih, dan anus,

f) Meregangnya otot-otot dasar panggul dan jaringan vagina,

Page 3: Massase teori

g) ketakutan dan kecemasan yang dapat menyebabkan dikeluarkannya

hormon stress dalam jumlah besar (epinefrin, norepinefrin, dan

lain-lain) yang mengakibatkan timbulnya nyeri persalinan yang

lama dan lebih berat (Keppler, Whalley dan Simkin, 2007)

Nyeri persalinan menghasilkan respon psikis dan refleks pada perilaku fisik.

Nyeri persalinan memberikan gejala yang dapat diidentifikasi seperti pada sistem

saraf simpatis yang dapat terjadi mengakibatkan perubahan tekanan darah, nadi,

respirasi, dan warna kulit. Ekspresi sikap juga berubah meliputi peningkatan

kecemasan dengan penurunan lapangan persepsi, menangis, mengerang, tangan

mengepal dan menggengam serta otot mudah teransang (Bobak,at all. 2005).

3.4 Faktor-faktor Yang mempengaruhi Nyeri Persalinan

Faktor- Faktor yang mempengaruhi nyeri persalinan yaitu :

a) usia wanita yang sangat muda dan ibu yang tua mengeluh tingkat nyeri

persalinan yang lebih tinggi,

b) primipara mengalami nyeri yang lebih besar pada awal persalinan,

sedangkan multipara mengalami peningkatan tingkat nyeri setelah proses

persalinan dengan penurunan cepat pada persalinan Kala II,

c) wanita yang mempunyai pelvis kecil, bayi besar, bayi dengan presentasi

abnormal,

d) wanita yang mempunyai riwayat dismenorea dapat mengalami

peningkatan persepsi nyeri, kemungkinan karena produksi kelebihan

prostaglandin,

e) kecemasan akan meningkatkan respon individual terhadap rasa sakit,

ketidaksiapan menjalani proses melahirkan, dukungan dan pendamping

persalinan, takut terhadap hal yang tidak diketahui, pengalaman buruk

persalinan yang lalu juga akan menambah kecemasan, sehingga

menimbulkan peningkatan ransang nosiseptif pada tingkat korteks serebral

dan peningkatan sekresi katekolamin yang juga meningkatkan ransang

nosiseptif pada pelvis karena penurunan aliran darah dan terjadi

ketegangan otot,

Page 4: Massase teori

f) faktor sosial dan budaya dimana beberapa budaya mengharapkan stoicisme

(sabar dan membiarkannya) sedang budaya yang lainnya mendorong

keterbukaan untuk menyatakan perasaan (Walsh, 2007).

3.2 Konsep Masase

3.2.1 Pengertian Masase

Masase adalah melakukan tekanan tangan pada jaringan lunak, biasanya

otot, tendon atau ligamentum tanpa menyebabkan gerakan atau perubahan posisi

sendi untuk meredakan nyeri, menghasilkan relaksasi atau memperbaiki sirkulasi

(Mander, 2003). Menurut Henderson (2006), terapi masase adalah melakukan

sentuhan pada jaringan lunak tubuh dengan menggunakan tangan sebagai alat

untuk menimbulkan efek positif dari pembuluh darah, otot, dan sistem saraf

tubuh.

Masase adalah stimulasi kutaneus tubuh secara umum, sering dipusatkan

pada punggung dan bahu. Masase menstimulasi reseptor tidak nyeri. Masase juga

membuat pasien lebih nyaman karena membuat pasien lebih nyaman karena

membuat relaksasi otot (Smeltzer & Bare, 2002). Penelitian klinik menunjukkan

efek sentuhan sangat berperan bagi proses penyembuhan karena dapat

menumbuhkan perasaan caring, perasaan berharga sehingga dapat menimbulkan

perasaan yang lebih sejahtera (Usman, 2009).

Masase dan sentuhan membantu ibu lebih rileks dan nyaman selama

persalinan. Sebuah penelitian menyebutkan ibu yang dipijat selama 20 menit

setiap jam selama tahapan persalinan akan lebih bebas dari rasa sakit, karena

masase (pijat) meransang tubuh melepaskan senyawa endhorpin yang merupakan

pereda sakit alami dan menciptakan perasaan nyaman. Bagian tubuh ibu yang

dapat dimasase adalah kepala, bahu, perut, kaki, tangan dan punggung (tetapi

bukan masase tubuh yang penuh). Saat memijat, pemijat harus memperhatikan

respon ibu apakah tekanan yang diberikan sudah tepat (Danuatmaja dan

Meiliasari, 2004).

Masase adalah terapi nyeri yang paling primitif dan menggunakan reflek

lembut manusia untuk menahan, menggosok, atau meremas bagian tubuh yang

Page 5: Massase teori

nyeri (Maryunani, 2010). Malkin dalam Usman (2009) merincikan enam gerakan

dasar yang dilakukan yaitu : effleurage (gerakan tangan mengurut), petrissage

(gerakan tangan mencubit), tapotement (gerakan tangan melakukan perkusi),

hacking (gerakan tangan mencincang), kneading (gerakan tangan meremas), dan

cupping (tangan membentuk seperti mangkuk) (Mander, R., 2003).

3.2.2 Metode Masase

Masase merupakan salah satu metode nonfarmakologi yang dilakukan untuk

mengurangi nyeri persalinan. Dasar teori masase adalah teori gate control yang

dikemukakan oleh Melzak dan Wall, dalam Depkes RI (1997) yang menjelaskan

bahwa ada dua macam serabut saraf yaitu serabut saraf berdiameter kecil dan

serabut saraf berdiameter besar yang mempunyai fungsi yang berbeda

Impuls rasa sakit yang dibawa oleh saraf berdiameter kecil menyebabkan

gate control di spinal cord membuka dan impuls diteruskan ke korteks serebral

sehingga akan menimbulkan rasa sakit. Tetapi impuls rasa sakit ini dapat diblok

yaitu dengan memberikan ransangan pada saraf berdiameter besar yang

menyebabkan gate control akan tertutup dan rangsangan sakit tidak dapat

diteruskan ke korteks serebral. Pada prinsipnya ransangan berupa usapan pada

saraf berdiameter besar yang banyak pada kulit harus dilakukan awal rasa sakit

atau sebelum impuls rasa sakit yang dibawa oleh saraf berdiameter kecil mencapai

korteks serebral.

Beberapa macam masase yang dapat dilakukan untuk meransang saraf

berdiameter besar yaitu :

a. Mengusap (effleurage)

Gerakan ini merupakan teknik yang digunakan pada awal kontak dengan

tubuh klien. Dilakukan pengusapan dengan menggunakan tekanan ringan

hingga sedang pada bagian tubuh. Teknik ini dapat juga digunakan saat

akan mengoleskan minyak masase pada tubuh atau menghubungkan antara

satu teknik dengan teknik lainnnya. Saat melakukan effleurage, dapat

dirasakan kondisi tubuh pasien secara umum seperti suhu tubuh dan

kondisi jaringan lunak tubuh (Tappan & Benjamin, 2004). Teknik ini dapat

Page 6: Massase teori

meningkatkan sirkulasi serta dapat mengendurkan otot sehingga

menciptakan relaksasi.

b. Menekan (petrissage)

Teknik yang digunakan pada petrissage meliputi menekan, meremas, dan

menggulung otot di bawah kulit. Teknik ini berguna untuk mengurangi

ketegangan, serta mempersiapkan diri untuk masase yang lebih dalam.

c. Menggesek (friction)

Teknik ini dilakukan dengan menggesek permukaan tubuh klien dengan

gerakan berulang-ulang. Tindakan ini dapat memberikan efek hangat pada

daerah setempat. Teknik friction ada dua yaitu superficial warming friction

dan deep friction. Pada superficial warming friction, gerakan menggesek

dilakukan secara ringan antara tangan dan kulit pasien. Sedangkan pada

deep friction dilakukan dengan penekanan yang lebih dalam untuk

memberikan efek hangat pada kulit dan jaringan di bawah kulit (Tappan &

Benjamin, 2004).

d. Menepuk (tapotement)

Teknik yang dipakai pada tapotement adalah tepukan ringan dan cepat

yang dilakukan berirama. Gerakan yang dipakai pada teknik ini berupa

gerakan mencincang (hacking), meninju (pummeling), menangkup

(cupping), dan menjentik (flicking). Hacking dilakukan dengan cara

menggunakan sisi telapak tangan bagian luar pada sisi jari kelingking.

Lakukan gerakan menepuk secara bergantian pada bagian sisi jari

kelingking. Upayakan posisi tangan yang satu dengan yang lainnya berada

pada jarak 4 sampai 5 cm. Gerakan yang diberikan merupakan hasil dari

pergerakan pergelangan tangan dan bukan dari gerakan lengan secara

umum (Tappan & Benjamin, 2004).

e. Menggetarkan (vibration)

Menggetarkan merupakan gerakan lembut yang dilakukan pada jaringan

dengan menggunakan telapak tangan atau jari-jari. Untuk gerakan yang

lebih luas dilakukan teknik shaking. Teknik shaking dilakukan untuk

menghasilkan gerakan yang lebih kuat dan lebih luas. Ini dapat dilakukan

Page 7: Massase teori

pada otot gastrocnemius. Teknik ini dilakukan dengan cara menggenggam

otot tersebut dengan menggunakan jari-jari lalu tarik masase dan tarik otot

tersebut ke arah belakang dengan gerakan yang cepat dan berulang-ulang

(Tappan & Benjamin, 2004).

3.2.3 Mekanisme terapi masase mereduksi nyeri

a. Teori gate control

Teori gate control merupakan dasar dari terapi masase. Melzack & Wall

(1965) memaparkan bahwa impuls nyeri dapat diatur dan dihambat dengan

adanya mekanisme pertahanan di sepanjang sistem saraf pusat. Clancy & McVicar

(1992) menyatakan bahwa mekanisme pertahanan tersebut ditemukan di sel-sel

gelatinosa substansia di dalam kornu dorsalis pada medulla spinalis, talamus, dan

sistem limbik. Teori ini menyatakan bahwa impuls nyeri dihantarkan pertahanan

terbuka dan impuls nyeri dihambat saat pertahanan tertutup. Peranan neuron

sensori dan serabut kontrol desenden dari otak berperan dalam mengatur proses

pertahanan tersebut. Substansi P dilepaskan oleh neuron Aδ dan C untuk

mentransmisi impuls melalui mekanisme pertahanan. Selain neuron Aδ dan C,

juga terdapat neuron Aβ yang lebih tebal dan lebih cepat melepaskan

neurotransmitter penghambat sehingga rangsangan nyeri tidak diteruskan ke

korteks serebral (Potter & Perry, 2006). Sistem ini dikenal pula dengan sebutan

sistem analgesia. Sistem analgesia ini terdiri dari area periaquaduktus grisea dan

periventrikuler dari mesensefalon dan bagian atas pons yang mengelilingi

aquaduktus sylvii dan bagian ventrikel ketiga dan keempat. Neuron yang ada di

daerah ini akan mengirim sinyal ke nukleus rafe magnus dan nucleus retikularis

paragigantoselularis, selanjutnya akan dijalarkan menuju ke kompleks

penghambat rasa nyeri di dalam radiks dorsalis medulla spinalis. Pada area ini

sinyal analgesia dapat menghambat sinyal nyeri sebelum diteruskan ke otak

(Guyton & Hall, 2006).

Saat dilakukan terapi masase dengan memberikan rangsangan pada jaringan

lunak tubuh, maka gerakan mengusap, memberikan tekanan lembut pada

permukaan kulit dan vibrasi akan meningkatkan pelepasan serabut-serabut

Page 8: Massase teori

sensorik tipe Aβ besar yang berasal dari reseptor taktil diperifer. Selanjutnya hal

ini akan menekan penjalaran sinyal nyeri sebagai akibat dari inhibisi lateral

setempat dalam medulla spinalis (Tjahyati & Ismail, dalam Usman, 2009).

b. Teori analgetik alami

Terdapat beberapa bahan transmitter yang berperan dalam system analgesia,

utamanya ekefalin dan serotonin. Ujung saraf yang berasal dari

nukleiperiventrikular dan area periaqueduktal mensekresi enkefalin. Serabut saraf

yang barasal dari tempat tersebut mengirimkan sinyal ke kornu medulla spinalis

untuk mensekresi serotonin. Serotonin selanjutnya akan menyebabkan neuron

lokal medulla spinalis mensekresi enkefalin yang berperan menimbulkan

hambatan presinaptik dan postinaptik pada serabut nyeri tipe C dan tipe Aδ yang

bersinaps di kornu dorsalis. Sistem analgesia ini dapat menghambat sinyal nyeri

pada tempat masuknya ke medulla spinalis. Di dalam otak terdapat sedikitnya 12

bahan semacam opium, beberapa yang penting adalah β-endorfin, met-enkefalin,

leu-enkefalin, dan dinorfin yang turut berperan dalam sistem analgesia. Enkefalin

dapat dijumpai pada batang otak dan medulla spinalis, dan β-endorfin dijumpai

dalam hipotalamus dan kelenjar hipofisis. Selain itu dinorfin juga dapat dijumpai

pada tempat yang sama dengan enkefalin, namun dalam jumlah yang sedikit

(Guyon & Hall, 2006). Endorfin adalah tiga fraksi hormon polipeptida hipofisis

lipotropin dengan daya kerja seperti morfin (Privitera P). Endorfin ini

mengandung banyak asam amino dan efek analgesiknya dua kali lebih besar

dibandingkan morfin. Zat ini tampaknya mempunyai tropisme utama untuk

reseptor rasa nyeri yang ada di mesensefalon, nuklei medio thalamik, dalam

substansia nigra (Tjahyati & Ismail, dalam Usman, 2009). Terapi masase dapat

memicu pelepasan endorphin sehingga menghasilkan perasaan nyaman pada

pasien, selain itu dapat terjadi reduksi hormon stres seperti aderenalin, kortisol,

dan norephinefrin. Efek lain dari terapi masase adalah mengurangi tekanan pada

otot sehingga meningkatkan relaksasi, dan memperbaiki sirkulasi darah.

Page 9: Massase teori

3.2.4 Persiapan Masase

a. Suhu ruangan

Saat dilakukan masase, suhu tubuh akan turun sehingga penting untuk

memperhatikan kehangatan temperatur ruangan. Atur ventilasi dan sirkulasi

udara yang baik.

b. Kedamaian dan ketenangan

Penting untuk memeperhatikan ketenangan ruangan dan lingkungan saat

dilakukan masase. Hindari sedapat mungkin kebisingan atau kegaduhan yang

dapat mempengaruhi ketenangan.

c. Pencahayaan

Untuk mendukung relaksasi, hindari pencahayaan secara langsung karena hal

tersebut dapat mengganggu. Jika masase dilakukan pada siang hari,

pencahayaan alami cukup baik untuk kondisi tersebut.

d. Perlengkapan

Kelengkapan peralatan untuk masase perlu diperhatikan agar tidak

mengganggu pelaksanaan terapi. Sebelum memulai pemijatan, pastikan

semua peralatan dan bahan yang digunakan untuk masase telah lengkap.

Beberapa perlengkapan yang digunakan pada masase adalah : minyak untuk

masase, tisu, handuk mandi yang besar, satu buah handuk kecil, sebuah bantal

dan guling kecil dan selimut.

e. Kontraindikasi

1) Nyeri pada daerah yang akan dimasase

2) Luka pada daerah yang akan di masase

3) Gangguan atau penyakit kulit

4) Jangan melakukan pemijatan langsung pada daerah tumor

5) Jangan melakukan masase pada daerah yang mangalami ekimosis atau

lebam.

6) Hindari melakukan masase pada daerah yang mengalami inflamasi

7) Hindari melakukan masase pada daerah yang mengalami tromboplebitis

Page 10: Massase teori

8) Hati-hati saat melakukan masase pada daerah yang mengalami gangguan

sensasi seperti penurunan sensasi maupun hiperanastesia (Tappan &

Benjamin, 2004).

f. Hal-hal yang perlu mendapat perhatian saat dilakukan masase

1) Usahakan agar jangan sampai kontak dengan tubuh pasien terputus saat

melakukan masase.

2) Tangan dan gerakan saat melakukan masase harus rileks.

3) Hindari melakukan gerakan yang tiba-tiba atau tersentak-sentak, upayakan

gerakan berirama.

4) Gunakan seluruh telapak tangan dan bukan menggunakan ujung jari saat

melakukan masase

5) Perhatikan kenyamanan dan keamanan pasien saat dilakukan masase

(Tappan & Benjamin, 2004).

3.3 Pengaruh Masase Punggung Terhadap Nyeri Persalinan Kala I

Nyeri persalinan merupakan pengalaman subjektif tentang sensasi fisik yang

terkait dengan kontraksi uterus, dilatasi dan penipisan serviks, serta penurunan

janin selama persalinan. Respon fisiologis terhadap nyeri meliputi peningkatan

tekanan darah, denyut nadi, pernapasan, keringat, diameter pupil, dan ketegangan

otot (Arifin, 2008). Selama persalinan kala satu, nyeri terutama dialami karena

rangsangan nosiseptor dalam adneksa, uterus, dan ligamen pelvis. Banyak

penelitian yang mendukung bahwa nyeri persalinan kala I adalah akibat dilatasi

serviks dan segmen uterus bawah, dengan distensi lanjut, peregangan, dan trauma

pada serat otot dan ligamen yang menyokong struktur ini (Ratih, 2009).

Nyeri persalinan menghasilkan respon psikis dan refleks fisik. Nyeri

persalinan memberikan gejala yang dapat diidentifikasi seperti pada sistem saraf

simpatis yang dapat terjadi mengakibatkan perubahan tekanan darah, nadi,

respirasi, dan warna kulit. Ekspresi sikap juga berubah meliputi peningkatan

kecemasan, mengerang, menangis, gerakan tangan (yang menandakan rasa nyeri)

dan ketegangan otot yang sangat di seluruh tubuh (Bobak, 2004).

Page 11: Massase teori

Rasa nyeri pada persalinan kala I disebabkan oleh munculnya kontraksi

otot-otot uterus, hipoksia dari otot-otot yang mengalami kontraksi, peregangan

serviks pada waktu membuka, iskemia korpus uteri, dan peregangan segmen

bawah rahim. Selama kala I, kontraksi uterus yang menimbulkan dilatasi serviks

dan iskemia uteri. Impuls nyeri selama kala I ditranmisikan oleh segmen saraf

spinal dan asesoris thorasic bawah simpatis lumbaris. Nervus ini berasal dari

uterus dan serviks. Ketidaknyamanan dari perubahan serviks dan iskemia uterus

adalah nyeri visceral yang berlokasi di bawah abdomen menyebar ke daerah

lumbal belakang dan paha bagian dalam. Biasanya wanita merasakan nyeri pada

saat kontraksi saja dan bebas dari nyeri selama relaksasi. Nyeri bersifat lokal

seperti sensasi kram, sensasi sobek, dan sensasi panas yang disebabkan karena

distensi dan laserasi servik, vagina dan jaringan perineum. Selama fase aktif,

seviks berdilatasi (Bobak, 2004). Rasa sakit kontraksi dimulai dari bagian bawah

punggung, kemudian menyebar ke bagian bawah perut mugkin juga menyebar ke

kaki. Rasa sakit dimulai seperti sedikit tertusuk, lalu mencapai puncak, kemudian

menghilang seluruhnya (Danuatmadja dan Meiliasari, 2004).

Pengurangan nyeri persalinan pada ibu bersalin normal kala I dapat

ditangani baik secara farmakologis maupun non farmakologis. Salah satu tindakan

non farmakologis yang dapat dilakukan adalah teknik masase punggung. Dimana

tindakan tersebut adalah untuk distraksi yang dapat menghambat otak untuk

mengeluarkan sensasi nyeri serta tidak menyebabkan efek samping pada ibu dan

juga bayi. Faktor psikologis yang dapat mempengaruhi pengurangan nyeri antara

lain sikap dan keadaan mental pasien serta kebiasaan dan budaya (Insafitta, 2007).

Massage merupakan salah satu metode nonfarmakologi yang dilakukan

untuk mengurangi rasa nyeri persalinan. Masase adalah stimulasi kutaneus tubuh

secara umum, sering dipusatkan pada punggung dan bahu. Masase menstimulasi

reseptor tidak nyeri. Masase juga membuat pasien lebih nyaman karena membuat

pasien lebih nyaman karena membuat relaksasi otot (Brunner dan Suddarth,

2002). Impuls rasa sakit yang dibawah oleh saraf yang berdiameter kecil

menyebabkan gate control dispinal cord membuka dan impuls diteruskan ke

korteks serebral sehingga akan menimbulkan rasa sakit. Tetapi impuls rasa sakit

Page 12: Massase teori

ini dapat diblok yaitu dengan memberikan rangsangan pada saraf yang

berdiameter besar yang menyebabkan gate control akan tertutup dan rangsangan

sakit tidak dapat diteruskan ke korteks serebral. Pada prinsipnya rangsangan

berupa usapan pada saraf yang berdiameter besar yang banyak pada kulit harus

dilakukan awal rasa sakit atau sebelum impuls rasa sakit yang dibawa oleh saraf

yang berdiameter kecil mencapai korteks serebral (Ratih, 2009).

Masase dengan cara lembut membantu ibu merasa lebih segar, rileks, dan

nyaman selama persalinan. Sebuah penelitian menyebutkan, ibu yang dipijit 20

menit setiap jam selama tahapan persalinan akan lebih bebas dari rasa sakit. Hal

itu terjadi karena pijat merangsang tubuh melepaskan senyawa endorphin yang

merupakan pereda sakit alami. Endorphin juga dapat menciptakan perasaan

nyaman dan enak. Dalam persalinan, pijat juga membuat ibu merasa lebih dekat

orang yang merawatnya. Sentuhan seseorang yang peduli dan ingin menolong

merupakan sumber kekuatan saat ibu sakit, lelah, dan kuat. Banyak bagian tubuh

ibu bersalin dapat dipijat, seperti kepala, leher, punggung, dan tungkai. Saat

memijat, pemijat harus memperhatikan respon ibu, apakah tekanan yang diberikan

sudah tepat (Danuatmadja, dan Meiliasari, 2004).

Menurut Danuatmaja (2004), tindakan pemijatan di daerah punggung dapat

menurunkan tekanan darah, memperlambat denyut jantung, meningkatkan

pernapasan, dan merangsang produksi hormon endorsfine yang menghilangkan

rasa sakit secara alamiah. Selain itu perasaan santai dan tenang dapat mengubah

tingkat oksidasi monoamine yang memetabolisme serotonine. Padahal, serotonine

adalah zat kimia yang bisa menghilangkan rasa sakit.

Masase punggung dapat menutup gerbang untuk menghambat perjalanan

rangsang nyeri pada pusat yang lebih tinggi pada sistem syaraf pusat. Selanjutnya

rangsangan taktil dan perasaan positif yang berkembang ketika dilakukan bentuk

sentuhan yang penuh perhatian dan empatik bertindak memperkuat efek masase

untuk mengendalikan nyeri (Mander, 2003). Menurut Smeltzer dan Bare (2002)

masase punggung diduga dapat menurunkan persepsi nyeri dengan menstimulasi

system control desenden, yang mengakibatkan lebih sedikit stimulasi nyeri yang

ditransmisikan ke otak. Keefektifan masase punggung tergantung pada

Page 13: Massase teori

kemampuan responden untuk menerima dan membangkitkan input sensori selain

nyeri.

Menurut Potter dan Perry (2006) masase punggung bekerja memberikan

pengaruh paling baik untuk jangka waktu yang singkat, untuk mengatasi nyeri

intensif hanya berlangsung beberapa menit, misalnya selama pelaksanaan

prosedur invasif atau saat menunggu persalinan.