makalah surveilance tbc

29
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Surveilans Epidemiologi dapat didefinisikan sebagai rangkaian kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan dalam pengumpulan, analisis, interpretasi data dan penyampaian informasi dalam upaya menguraikan dan memantau suatu penyakit/peristiwa kesehatan. Penyakit TBC dapat menyerang siapa saja (tua, muda, laki- laki, perempuan, miskin, atau kaya) dan dimana saja. Setiap tahunnya, Indonesia bertambah dengan seperempat juta kasus baru TBC dan sekitar 140.000 kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh TBC. Bahkan, Indonesia adalah negara ketiga terbesar dengan masalah TBC di dunia. Survei prevalensi TBC yang dilakukan di enam propinsi pada tahun 1983-1993 menunjukkan bahwa prevalensi TBC di Indonesia berkisar antara 0,2 – 0,65%. Sedangkan menurut laporan Penanggulangan TBC Global yang dikeluarkan oleh WHO pada tahun 2004, angka insidensi TBC pada tahun 2002 mencapai 555.000 kasus (256 kasus/100.000 penduduk), dan 46% diantaranya diperkirakan merupakan kasus baru. 1

Upload: neelamrk

Post on 25-Sep-2015

435 views

Category:

Documents


94 download

DESCRIPTION

tuberculosis

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangSurveilans Epidemiologi dapat didefinisikan sebagai rangkaian kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan dalam pengumpulan, analisis, interpretasi data dan penyampaian informasi dalam upaya menguraikan dan memantau suatu penyakit/peristiwa kesehatan.Penyakit TBC dapat menyerang siapa saja (tua, muda, laki-laki, perempuan, miskin, atau kaya) dan dimana saja. Setiap tahunnya, Indonesia bertambah dengan seperempat juta kasus baru TBC dan sekitar 140.000 kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh TBC. Bahkan, Indonesia adalah negara ketiga terbesar dengan masalah TBC di dunia.Survei prevalensi TBC yang dilakukan di enam propinsi pada tahun 1983-1993 menunjukkan bahwa prevalensi TBC di Indonesia berkisar antara 0,2 0,65%. Sedangkan menurut laporan Penanggulangan TBC Global yang dikeluarkan oleh WHO pada tahun 2004, angka insidensi TBC pada tahun 2002 mencapai 555.000 kasus (256 kasus/100.000 penduduk), dan 46% diantaranya diperkirakan merupakan kasus baru.B. Tujuan UmumTujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran epidemiologi penyakit TBC positif.

C. Manfaat Penelitian1. Bagi PenelitiHasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan khususnya mengenai penyakit Tuberkulosis dan penerapan pelajaran surveilance epidemiologi.2. Bagi Universitas MuhammadiyahDiharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi masukkan untuk memperluas wawasan mahasiswanya tentang Pneumonia sehingga nantinya mahasiswa memiliki gambaran tentang penyakit pneumonia dan dapat mendeteksi lebih cepat apabila ditemukan indikasi penyakit tersebut pada pasien kelak.3. Tempat PenelitianPenelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi pengelola program di Dinas Kesehatan tangerang Selatan dalam rangka peningkatan profesionalisme kerja dan pengabdian kepada masyarakat.4. Bagi Penelitian SelanjutnyaHasil penelitian ini diharapkan dapat menggugah peneliti selanjutnya untuk lebih memperdalam kembali masalah Pneumonia dan semoga menjadi bahan koreksi sehingga didapatkan sebuah karya tulis yang lebih lengkap dan lebih baik.

BAB IITINJAUAN PUSTAKAA. PengertianPengertian TBC adalah penyakit yang disebabkan oleh basil yang disebut tubercle bacillus. Basil ini terdapat dimana-mana, terutama pada tempat yang penuh sesak manusia. Tubercle bacillus juga terdapat pada lingkungan yang tidak sehat dan makanan yang dimakan kurang bergizi.Tuberkulosis (Tbc) adalah virus tubercolusis penyakit yang di sebabkan oleh kuman yang terdapat dalam makanan yang di konsumsi oleh penderita tbc tersebut, kuman dari makanan yang kurang gizi dan biasanya kuman ini menyerang paru-paru, tetapi juga dapat menyerang bagian luar tubuh lainnya seperti jantung, ginjal, kanker otak, tbc bisa menular melalui pernafasan udara yang di sebabkan oleh batuk atau bersin, penularan terjadi saat penderita tbc mengeluarkan batuk dan bersin dan di sebarkan melalui udara, dan udara tersebut di hirup oleh banyak orang terutama orang terdekatnya dan menimbulkan penularan terinfeksi tbc, tbc merupakan penyakit yang menular pada siapa saja terutama orang terdekatnya yakni keluarga dan teman lainnya.Makanan yang di serap oleh tubuh yang kurang mengandung zat gizi dan kekurangan oksigen maka kuman kuman tersebut bersarang di dalam tubuh kita, dan ketika daya tahan tubuh kita menurun dan asupan gizi kurang maka kuman tersebut secara mudah akan menyerang paru-paru dan organ tubuh lainnya dan kuman ini timbul menjadi penyakit tbc.Paru adalah organ tubuh yg berupa sepasang kantong berbentuk bulat toraks, terdapat dl rongga dada, berfungsi sbg alat pernapasan (untuk membersihkan darah dng oksigen yg diisap dr udara pd manusia dan sebagian binatang)B. PENYEBAB TBCPenyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882, sehingga untuk mengenang jasanya bakteri tersebut diberi nama baksil Koch. Bahkan, penyakit TBC pada paru-paru kadang disebut sebagai Koch Pulmonum (KP).

Bakteri Mikobakterium tuberkulosaGejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa secara klinik.Gejala sistemik/umum Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul. Penurunan nafsu makan dan berat badan. Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah). Perasaan tidak enak (malaise), lemah.

Gejala khusus Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak. Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada. Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah. Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.Pada pasien anak yang tidak menimbulkan gejala, TBC dapat terdeteksi kalau diketahui adanya kontak dengan pasien TBC dewasa. Kira-kira 30-50% anak yang kontak dengan penderita TBC paru dewasa memberikan hasil uji tuberkulin positif. Pada anak usia 3 bulan - 5 tahun yang tinggal serumah dengan penderita TBC paru dewasa dengan BTA positif, dilaporkan 30% terinfeksi berdasarkan pemeriksaan serologi/darah.Untungnya manusia mempunyai daya tahan yang kuat terhadap penularan basil tersebut. Kira-kira 90 persen orang yang tinggal di kota pernah tertular basil ini pada suatu waktu dalam hidup mereka. Namun pada umumnya mereka kurang menyadari bahwa diri mereka tertular basil penyebab penyakit TBC. Akibatnya, 10 persen pengidap basil TBC meninggal dunia karena terinfeksi dan terlambat mengobati.C. CARA PENULARAN TBCPenyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain, meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-paru.

Saat Mikobakterium tuberkulosa berhasil menginfeksi paru-paru, maka dengan segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular (bulat). Biasanya melalui serangkaian reaksi imunologis bakteri TBC ini akan berusaha dihambat melalui pembentukan dinding di sekeliling bakteri itu oleh sel-sel paru. Mekanisme pembentukan dinding itu membuat jaringan di sekitarnya menjadi jaringan parut dan bakteri TBC akan menjadi dormant (istirahat). Bentuk-bentuk dormant inilah yang sebenarnya terlihat sebagai tuberkel pada pemeriksaan foto rontgen.Pada sebagian orang dengan sistem imun yang baik, bentuk ini akan tetap dormant sepanjang hidupnya. Sedangkan pada orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh yang kurang, bakteri ini akan mengalami perkembangbiakan sehingga tuberkel bertambah banyak. Tuberkel yang banyak ini membentuk sebuah ruang di dalam paru-paru. Ruang inilah yang nantinya menjadi sumber produksi sputum (dahak). Seseorang yang telah memproduksi sputum dapat diperkirakan sedang mengalami pertumbuhan tuberkel berlebih dan positif terinfeksi TBC.Meningkatnya penularan infeksi yang telah dilaporkan saat ini, banyak dihubungkan dengan beberapa keadaan, antara lain memburuknya kondisi sosial ekonomi, belum optimalnya fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat, meningkatnya jumlah penduduk yang tidak mempunyai tempat tinggal dan adanya epidemi dari infeksi HIV. Disamping itu daya tahan tubuh yang lemah/menurun, virulensi dan jumlah kuman merupakan faktor yang memegang peranan penting dalam terjadinya infeksi TBC.Pada tahap pertama, kuman penyebab penyakit TBC dihirup melalui rongga pernapasan dan dibawa ke daerah dada. Di sini peradangan berlanjut. Pada tahap ini tubuh mengadakan perlawanan terhadap luka yang disebabkan oleh basil TBC. Biasanya peradangan tersebut bisa sembuh dengan sendirinya namun meninggalkan luka. Dan beberapa kuman TBC masih tetap ada meski tidak mengganggu kesehatan manusia.Kadang-kadang penyakit TBC yang dianggap sudah sembuh ini muncul kembali pada waktu usia tua. Kambuhnya penyakit TBC bisa disebabkan karena penularan basil TBC yang baru ataupun karena penyakit lama yang kambuh kembali. Kuman TBC ini biasanya berkembang di paru-paru sehingga penderita TBC mengalami kesulitan bernapas.Basil TBC dapat juga masuk ke pembuluh darah dan dibawa ke bagian lain di dalam tubuh. Lalu timbullah penyakit TBC pada ginjal atau pada sendi-sendi tubuh. Keadaan akan menjadi sangat berbahaya bila basil TBC sudah merembet ke seluruh tubuh manusia.Secara berangsur-angsur basil tersebut akan menggerogoti tubuh penderita TBC. Penyakit TBC akan memakan seluruh organ tubuh. Penderita TBC akan menderita demam, berkeringat, kehilangan nafsu makan, menjadi kurus dan daya tahan tubuhnya lemah.Jenis Basil TBC`Ada tiga jenis basil penyebab penyakit TBC, yaitu jenis basil TBC manusia, basil TBC sapi, dan basil TBC burung. Manusia dapat tertular dari jenis basil TBC manusia atau basil TBC sapi. Basil tersebut masuk ke dalam tubuh manusia bersama-sama udara yang dihirup. Basil TBC menyebabkan luka yang awalnya ringan, yaitu hanya peradangan pada jaringan paru-paru. Meski luka ringan, sebaiknya kita tidak meremehkan karena basil akan berkembang menjadi ganas.D. CARA PENCEGAHAN DAN PENGOBATANCara menghindari serangan penyakit TBC adalah menjaga kebersihan makanan, menghindari kontak udara saat berada di luar dengan memakai masker dan pemeriksaan sejak dini kepada tim medis. Mungkin ada orang yang sudah tertular penyakit TBC namun ia tidak menyadarinya, sehingga kita perlu memeriksakan diri kepada dokter.Pengobatan penyakit TBC harus dilakukan secara teratur dengan konsumsi obat setiap hari. Obat penyakit TBC tersedia di puskesmas terdekat dan diberikan secara gratis oleh Pemerintah Indonesia. Penderita TBC memerlukan motivasi yang kuat untuk sembuh dan kesabaran menjalani pengobatan setiap hari. Tips mencegah penyakit Tbc :1. Menutup mulut pada waktu batuk dan bersin.2. Meludah hendaknya pada tempat tertentu yang sudah diberi desinfektan (air sabun).3. Imunisasi BCG diberikan pada bayi berumur 3-14 bulan.4. Menghindari udara dingin.5. Mengusahakan sinar matahari dan udara segar masuk secukupnya ke dalam tempat tidur.6. Menjemur kasur, bantal,dan tempat tidur terutama pagi hari.7. Semua barang yang digunakan penderita harus terpisah begitu juga mencucinya dan tidak boleh digunakan oleh orang lain.8. Makanan harus tinggi karbohidrat dan tinggi protein

BAB IIIRANCANGAN SURVEILENSA. Tujuan KhususAdapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah ;1. Untuk mengetahui masalah pelaksanaan surveilens epidemiologi pada penyakit Tbc (+) :1.1. Masalah pengumpulan data1.2. Masalah pengolahan dan analisa data1.3. Diperolehnya kecenderungan penyakit yang bersangkutan2. Untuk mengetahui gambaran epidemiologi:2.1. Untuk mengetahui angka temuan penyakit Tbc (+) di wilayah Kota Tangerang Selatan tahun 2009, 2010 dan 2011.2.2. Untuk mengetahui distribusi proporsi penyakit Tbc (+) di Kota Tangerang Selatan.2.3. Diperolehnya trend atau kecenderungan penyakit Tbc (+) di Kota Tangerang Selatan. 2.4. Diperolehnya trend atau kecenderungan penyakit Tbc (+) menurut waktu.2.5. Untuk mengetahui perbandingan temuan penyakit Tbc (+) di Kota Tangerang selatan, Propinsi Banten.B. METODE Pengumpulan data Primer: Kunjungan, wawancara langsung Sekunder: Studi data Dinkes Kota tangerang Selatan. Cara pengambilan data: Kualitatif dan Kuantitatif Waktu: 17 - 22 Desember 2012 Tempat : Kecamatan di Kota Tangerang Selatan, Banten Pengolahan dan analisis data Tabel Grafik Diagram

BAB IVHASIL SURVEILENSA. Angka Temuan Penyakit TB (+) Kota Tangerang Selatan Tahun 2009

NOPusk./RSTB (+)

PM

1Serpong480

2Pondok Jagung00

3Ciputat 260

4Kampung Sawah710

5Jombang00

6Pondok Aren40

7Pamulang1130

8Ciputat Timur290

9Jurang Mangu190

10Setu130

11RS ASOBIRIN00

12RS BHINNEKA00

13RS SYARIFHIDAYAT00

14RS OMNI00

15RSIA BINTARO50

16RS EKA HOSPITAL00

17RSIA LESTARI00

18RSIA IMC00

19RSIA BUAH HATI00

20RSIA SELARAS00

21RSIA Putra Dalima00

22RS BUNDA DALIMA00

Jumlah3280

Angka kejadian TB (+) di Kota Tangerang Selatan Tahun 2009

Menurut grafik diatas kejadian TB (+) di Tangerang Selatan tahun 2009 terbesar di Puskesmas Pamulang sebanyak 113 orang dan yang paling sedikit angka kejadian TB (+) di Puskesmas Pondok Aren yaitu sekitar 4 orang.Data Mingguan TB (+) di Kota Tangerang Selatan Tahun 2009

Menurut Pada grafik mingguan diatas diketahui kejadian TB (+) di Kota Tangerang Selatan Tahun 2009 yang terbanyak terjadi pada minggu ke-42 yaitu sebanyak 20 penderita TB (+) di Kota Tangerang Selatan.

B. Angka Temuan Penyakit TB (+) Kota Tangerang Selatan Tahun 2010

NOPusk./RSTB (+)

PM

1Serpong410

2Pondok Jagung240

3Ciputat 1320

4Kampung Sawah420

5Jombang00

6Pondok Aren40

7Pamulang910

8Ciputat Timur320

9Jurang Mangu160

10Setu230

11Keranggan 00

12Perigi 140

13RS ASOBIRIN1010

14RS BHINNEKA60

15RS SYARIFHIDAYAT2940

16RS OMNI00

17RSIA BINTARO10

18RS EKA HOSPITAL110

19RSIA LESTARI20

20RSIA IMC440

21RSIA BUAH HATI00

22RSIA SELARAS00

23RSIA Putra Dalima00

24RS BUNDA DALIMA00

25Rs Prima Medika00

26RS Medika BSD00

Jumlah8780

Angka kejadian TB (+) di Kota Tangerang Selatan Tahun 2010

Menurut grafik diatas kejadian TB (+) di Tangerang Selatan tahun 2010 terbesar di RS Syarif Hidayat yaitu sebanyak 294 orang dan yang paling sedikit angka kejadian TB (+) di RS Bintaro yaitu sekitar 1 orang.

Data Mingguan Penyakit TB (+) di Kota Tangerang Selatan Tahun 2010

Menurut Pada grafik mingguan diatas diketahui kejadian TB (+) di Kota Tangerang Selatan Tahun 2010 yang terbanyak terjadi pada minggu ke-45 yaitu sebanyak 35 penderita TB (+) di Kota Tangerang Selatan.C. Angka Temuan Penyakit TB (+) Kota Tangerang Selatan Tahun 2011NOPusk./RSTB (+)

PM

1Pamulang 340

2Serpong280

3Pondok Jagung150

4Ciputat600

5Jombang00

6Kampung Sawah180

7Ciputat Timur340

8Perigi220

9Pondok Aren30

10Jurang Mangu230

11Keranggan80

12Setu70

13Pisangan60

14Rengas130

15Pondok Ranji10

16Pondok Betung70

17Pondok Pucung110

18Pondok Kacang Timur170

19Paku Alam60

20Benda Baru140

21Pondok Benda20

22Situ Gintung10

23Serpong 2170

24Rawa Buntu120

25Bakti Jaya10

26RS ASOBIRIN680

27RS BHINNEKA00

28RS SYARIFHIDAYAT1990

29RS OMNI00

30RSIA BINTARO50

31RS EKA HOSPITAL320

32RSIA LESTARI00

33RSIA IMC1140

34RSIA BUAH HATI00

35RSIA Putra Dalima00

36RS BUNDA DALIMA00

37RS PRIMA MEDIKA00

38RS MEDIKA BSD00

39RS AS SHOLIHIN1560

40RSIA CINTA KASIH00

Angka kejadian TB (+) di Kota Tangerang Selatan Tahun 2011

Menurut grafik diatas kejadian TB (+) di Tangerang Selatan tahun 2011 terbesar di RS Syarif Hidayat yaitu sebanyak 199 orang dan yang paling sedikit angka kejadian TB (+) di Puskesmas Pondok Ranji dan Puskesmas Bakti Jaya yaitu sekitar 1 orang.Data Mingguan Penyakit TB (+) di Kota Tangerang Selatan Tahun 2011

Menurut Pada grafik mingguan diatas diketahui kejadian TB (+) di Kota Tangerang Selatan Tahun 2011 yang terbanyak terjadi pada minggu ke-9 yaitu sebanyak 55 penderita TB (+) di Kota Tangerang Selatan.

BAB VPEMBAHASAN

A. GAMBARAN EPIDEMIOLOGIPenyakit TBC adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Bakteri ini pertama kali ditemukan oleh Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882, sehingga untuk mengenang jasanya bakteri tersebut diberi nama baksil Koch. Bahkan, penyakit TBC pada paru-paru kadang disebut sebagai Koch Pulmonum (KP).Pada pasien anak yang tidak menimbulkan gejala, TBC dapat terdeteksi kalau diketahui adanya kontak dengan pasien TBC dewasa. Kira-kira 30-50% anak yang kontak dengan penderita TBC paru dewasa memberikan hasil uji tuberkulin positif. Pada anak usia 3 bulan - 5 tahun yang tinggal serumah dengan penderita TBC paru dewasa dengan BTA positif, dilaporkan 30% terinfeksi berdasarkan pemeriksaan serologi/darah.Pada penelitian ini kami mengambil sample dari dinas kesehatan Kota Tangerang Selatan. Temuan kami menunjukkan insidens Tbc (+) yang masih tinggi baik pada tahun 2009, 2010 dan juga tahun 2011 di Kota Tangerang Selatan. Didapatkan dalam data insidens Pneumonia yang terbesar yaitu Kecamatan pamulang sebanyak 113 orang (tahun 2009), dan di RS Syarif Hidayat sebanyak 35 orang (tahun 2010), 156 orang (tahun 2011). Angka temuan penyakit Tbc (+) dilihat dari bulan terjadi peningkatan pada akhir bulan yaitu bulan november diduga karena faktor terpapar dengan penderita Tbc (+) dan angka temuan dari 3 tahun terakhir.

B. HASIL PELAKSANAAN SURVEILENS EPIDEMIOLOGI

Dalam proses penelitian ini kelompok menemukan banyak kendala dalam hal proses pengumpulan data yang kurang, karena hanya mendapat data dari dinkes Kota Tangerang Selatan yang memuat jumlah keseluruhan tidak berdasarkan jenis kelamin, usia. Dalam proses pengolahan data, data wilayah sasaran yang ada tidak tetap, contohnya tahun 2009 ada 10 puskesmas, 2010 ada 12 puskesmas dan 2011 ada 25 puskesmas ini menyulitkan peneliti dalam menentukan wilayah sasaran dan menilai trend / kecenderung angka kesakitan diwilayah sasaran.

BAB VIKESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULANDari hasil penelitian dapat di simpulkan bahwa angka kejadian Tbc (+) Berdasarkan data yang di laporkan ke dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan dari tahun 2009, 2010 dan 2011. Selain itu untuk mengetahui masalah pelaksanaan surveilens epidemiologi pada penyakit Tbc (+), untuk mengetahui gambaran epidemiologi: temuan penyakit Tbc (+) di Kota Tangerang Selatan Propinsi Banten memperlihatkan gambaran sebagai berikut :1. Angka kejadian Tbc (+) di Kota Tangerang Selatan pada tahun 2009 terbesar di Kecamatan Pamulang sebanyak 113 orang dan yang paling sedikit angka kejadian Tbc (+) di Kecamatan Pondok Aren yaitu sekitar 4 orang .2. Angka kejadian Tbc (+) di Kota Tangerang Selatan pada tahun 2010 yang terbanyak di Kecamatan RS Syarif Hidayat yaitu sebanyak 294 orang dan yang paling sedikit di RSIA Bintaro yaitu 1 orang.3. Angka kejadian Tbc (+) tahun 2011 yang terbanyak masih di RS Syarif Hidayat yaitu sebanyak 156 orang dan yang paling sedikit terdapat tiga kecamatan yaitu Pondok Ranji 1 orang, Situ Gintung 1 orang, Bakti Jaya 1 orang. 4. Penurunan angka kesakitan pneumonia dalam kurun waktu 3 tahun terakhir dan pada tahun 2012 cenderung relative stabil angka kesakitannya dan peningkatan diakhir tahun / bulan November karena puncak dari paparan penderita Tbc (+).5. Pada tahun 2010 terjadi kecenderungan peningkatan jumlah temuan, dan dengan upaya peningkatan kualitas kesehatan dari dinkes setempat terjadi penurunan kembali ditahun 2011

B. SARAN-SARANPada kesempatan ini penulis menyapaikan beberapa saran terkait hasil penelitian ini, yaitu antara lain :1. Berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan adanya penelitian lebih lanjut mengenai faktor resiko pnemonia pada balita di Tangerang Selatan sehinga dapat dilakukan upanya pencegahan lebih dini terkait faktor-faktor resiko tersebut.2. Pencatatan dan pelaporan yang jelas dan lengkap sangat di perlukan karena dapat memberikan informasi dasar bagi penentu kebijakan Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan selain itu juga sebagai bahan penelitian dan pendidikan.3. Surveilens kasus Tbc (+) mulai dari pengumpulan data kasus Tbc (+) di rawat jalan di Puskesmas perlu ditingkatkan sehinga hasilnya dapat dianalisis dan di olah lebih lanjut untuk menentukan upaya intervensi dengan mempertimbangkan data tentang faktor-faktor resiko.4. Adanya penelitian lebih lanjut sehingga di peroleh data yang lebih signifikan.

6