makalah tbc kecd

Upload: izma-hime

Post on 13-Jul-2015

193 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

TENTANG

DISUSUN OLEH :

Denny Astutiany Maria Selviana Rendo

A 0101 0021 A 0101 0031

2012

I. Pengertian Penyakit ( TBC )Penyakit TBC ( TuBerColosis ) adalah merupakan suatu penyakit yang tergolong dalam infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit TBC dapat menyerang siapa saja tanpa terkecuali,semua golongan dan tanpa membedakan yang kaya dan miskin,pria, wanita, tua, muda serta dimana saja. Di Indonesia khususnya, Penyakit ini terus berkembang setiap tahunnya dan saat ini telah mencapai angka 250 juta kasus baru diantaranya 140.000 menyebabkan kematian. Bahkan Indonesia menduduki negara terbesar ketiga didunia dalam masalah penyakit TBC ini.

II. Penyebab Penyakit ( TBC )Penyakit TBC adalah salah satu penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis . Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Jenis bakteri ini pertama kali ditemukan oleh seseorang yang bernama Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882, Untuk mengenang jasa beliau maka bakteri tersebut diberi nama baksil Koch. Bahkan penyakit TBC pada paru-paru pun dikenal juga sebagai Koch Pulmonum (KP).

Gambar 1.1 Mycobacterium tuberculosis

III. Cara Penularan Penyakit TBCPenularan penyakit TBC ini adalah melalui udara yang tercemar oleh Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan/dikeluarkan oleh si penderita TBC saat batuk bersin atau berbicara, lalu kuman dilepaskan ke udara. Apabila orang lain menghirup kuman ini mereka mungkin terinfeksi., Kebanyakan orang mendapat kuman TBC dari orang yang sering berada dekat dengan mereka, seperti anggota keluarga, teman atau rekan sekerja. TBC tidak menular melalui barang dan peralatan rumah, misalnya sendok garpu, periuk, gelas, seprai, pakaian atau telepon, jadi barang dan peralatan baru untuk kegunaan sendiri tidak diperlukan. pada anak-anak umumnyasumber infeksi adalah berasal dari orang dewasa yang menderita TBC. Bakteri ini masuk kedalam paru-paru dan berkumpul hingga berkembang menjadi banyak (terutama pada orang yang memiliki daya tahan tubuh rendah), Bahkan bakteri ini juga dapat melakukan penyebaran melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening sehingga menyebabkan terinfeksinya organ tubuh yang lain seperti otak, ginjal, saluran cerna, tulang, kelenjar getah bening dan lainnya meski yang paling banyak adalah organ paru.Di sarankan jika batuk harus selalu di tutup baik memakai saputangan atau kain lain,maupun memakai tangan.Masuknya Mikobakterium tuberkulosa kedalam organ paru yang menyebabkan infeksi pada paru-paru, dimana segeralah

terjadi pertumbuhan koloni bakteri yang berbentuk bulat (globular). Dengan reaksi imunologis, sel-sel pada dinding paru berusaha menghambat bakteri TBC ini melalui mekanisme alaminya membentuk jaringan parut. Akibatnya bakteri TBC tersebut akan berdiam/istirahat (dormant) seperti yang tampak sebagai tuberkel pada X-ray atau photo rontgen . pemeriksaan

Gambar 1.2 Penularan TBC

Seseorang dengan kondisi daya tahan tubuh yang baik, bentuk tuberkel ini akan tetap dormant/berdiam sepanjang hidupnya. Lain halnya pada orang yang memilki sistem kekebelan tubuh rendah atau kurang, bakteri ini akan mengalami perkembangbiakan sehingga tuberkel bertambah banyak. Sehingga tuberkel yang banyak ini berkumpul membentuk sebuah ruang didalam rongga paru-paru, Ruang inilah yang nantinya menjadi sumber produksi sputum (riak/dahak). Maka orang yang rongga parunya

memproduksi sputum dan didapati mikroba tuberkulosa disebut sedang mengalami pertumbuhan tuberkel dan positif terinfeksi TBC. Berkembangnya penyakit TBC di Indonesia ini tidak lain tidak bukan berkaitan dengan memburuknya kondisi sosial ekonomi, belum optimalnya fasilitas pelayanan kesehatan bagi masyarakat terutama jaminan kesehatan untuk orang-orang yang tidak mampu, meningkatnya jumlah penduduk yang tidak mempunyai tempat tinggal dan adanya epidemi dari infeksi HIV. Hal ini juga tentunya mendapat pengaruh besar dari daya tahan tubuh yang lemah/menurun, virulensi dan jumlah kuman yang memegang peranan penting dalam terjadinya infeksi TBC.

Apakah pasien TBC selalu dapat menularkan penyakit?

Orang yang mempunyai TBC paru-paru atau tenggorokan dapat menularkan penyakit kepada orang lain. Orang yang mempunyai TBC di bagian tubuh lain tidak dapat menularkan penyakit. Biasanya, setelah 2 minggu menerima perawatan obat, pasien yang mempunyai TBC tidak lagi menularkan kuman.

IV. Gejala Penyakit TBCGejala penyakit TBC ini digolongkan menjadi dua bagian, yaitu gejala umum dan gejala khusus. Sulitnya mendeteksi dan menegakkan diagnosa TBC adalah disebabkan gambaran secara klinis dari si penderita yang tidak khas, terutama pada kasus-kasus baru. 1. Gejala umum (Sistemik)

Demam yang berlangsung lama namun tidak terlalu tinggi , biasanya dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul.

Penurunan nafsu makan dan berat badan menurun drastic. Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah). Perasaan tidak enak (malaise), lemah.

2. Gejala khusus (Khas)

Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara mengi, suara nafas melemah yang disertai sesak.

Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada.

Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.

Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.

Gambar 1.3 Gejala Gejala TBC

V. Penegakan Diagnosis TBCApabila dicurigai seseorang tertular penyakit TBC, maka beberapa hal yang perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosis adalah: 1. Anamnesa baik terhadap pasien maupun keluarganya. 2. Pemeriksaan fisik. 3. Pemeriksaan laboratorium (darah,dahak,cairan otak). 4. Pemeriksaan patologi anatomi (PA). 5. Rontgen dada (thorax photo). 6. Uji tuberkulin.

Tes Kulit Tuberkulin

(Tes Mantoux) menunjukkan apakah seseorang mungkin terinfeksi. tuberkel). TesMantoux adalah pemeriksaan diagnostik dengan menyuntikan PPD secara intradermal. Hasil tes Mantoux positif menandakan infeksi basil tuberkel masa lalu atau saat ini dan mengindikasikan perlunya dilakukan prosedur evaluasi lebih lanjut sebelum menegakkan diagnosis TB. Reaksi diinterpretasikan sebagai positif, meragukan, atau negatif. Reaksi positif terjadi bila terdapat indurasi 10 mm atau lebih. Reaksi meragukan bila indurasi berkisar 5 sampai 9 mm dan reaksi negatif bila indurasi kurang dari 5 mm.

Respons yang diharapkan: klien mempunyai reaksi negatif yang menandakan tidak ada pemajanan terhadap basil tuberkel. Respons yang merugikan: klien mempunyai reaksi positif yang menandakan pemajanan terhadap basil tuberkel; klien mempunyai reaksi meragukan; klien mempunyai reaksi negatif palsu. Peralatan yang diperlukan: kapas alkohol, spuit tuberkulin dengan jarum No. 25 atau yang lebih kecil, purified protein derivative (PPD), dan sarung tangan steril.

Sinar X dada

dapat menunjukkan apakah ada kesan-kesan TBC pada paru-paru.

Tes dahak

menunjukkan apakah ada kuman TBC dalam dahak yang dibatukkan.

VI. Pengobatan TBC

Tujuan pengobatan TBC ialah memusnahkan basil tuberkulosis dengan cepat dan mencegah kambuh. Idealnya pengobatan dengan obat TBC dapat menghasilkan pemeriksaan sputum negatif baik pada uji dahak maupun biakan kuman dan hasil ini tetap negatif selamanya.

Orang yang mempunyai TBC dapat disembuhkan jika perawatan dijalani sampai selesai. Orangyang mempunyai TBC dapat terus menjalani perawatan dan melakukan kegiatan biasa apabila tidakdapat menularkan penyakit. Jika orang yang mempunyai TBC tidak minum obat, mereka boleh jatuh sakit secara tiba-tiba, atau mungkin meninggal.

Obat yang digunakan untuk TBC digolongkan atas dua kelompok yaitu : Obat primer : INH (isoniazid), Rifampisin, Etambutol, Streptomisin, Pirazinamid. Memperlihatkan efektifitas yang tinggi dengan toksisitas yang masih dapat ditolerir, sebagian besar penderita dapat disembuhkan dengan obat-obat ini.

Obat sekunder : Exionamid, Paraaminosalisilat, Sikloserin, Amikasin, Kapreomisin dan Kanamisin

Dosis obat antituberkulosis (OAT)

Obat

Dosis harian (mg/kgbb/hari)

Dosis 2x/minggu (mg/kgbb/hari)

Dosis 3x/minggu (mg/kgbb/hari)

INH Rifampisin Pirazinamid Etambutol

5-15 (maks 300 mg) 10-20 (maks. 600 mg) 15-40 (maks. 2 g) 15-25 (maks. 2,5 g)

15-40 (maks. 900 mg) 10-20 (maks. 600 mg) 50-70 (maks. 4 g) 50 (maks. 2,5 g)

15-40 (maks. 900 mg) 15-20 (maks. 600 mg) 15-30 (maks. 3 g) 15-25 (maks. 2,5 g) 25-40 (maks.

Streptomisin

15-40 (maks. 1 g)

25-40 (maks. 1,5 g) 1,5 g)

Meskipun demikian, pengobatan TBC paru-paru hampir selalu menggunakan tiga obat yaitu INH, rifampisin dan pirazinamid pada bulan pertama selama tidak ada resistensi terhadap satu atau lebih obat TBC primer ini.

Isoniazid Isoniazid atau isonikotinil hidrazid yang disingkat dengan INH. Isoniazid secara in vitro bersifat tuberkulostatik (menahan perkembangan bakteri) dan tuberkulosid (membunuh bakteri). Isoniazid masih merupakan obat yang sangat penting untuk mengobati semua tipe TBC Mekanisme kerja isoniazid memiliki efek pada lemak, biosintesis asam nukleat,dan glikolisis. Efek utamanya ialah menghambat biosintesis asam mikolat (mycolic acid)

yang merupakan unsur penting dinding sel mikobakterium. Isoniazid menghilangkan sifat tahan asam dan menurunkan jumlah lemak yang terekstrasi oleh metanol dari mikobakterium. Isoniazid mudah diabsorpsi pada pemberian oral maupun parenteral. Kadar puncak diperoleh dalam waktu 12 jam setelah pemberian oral. Di hati, isoniazid mengalami asetilasi dan pada manusia kecepatan metabolisme ini dipengaruhi oleh faktor genetik yang secara bermakna mempengaruhi kadar obat dalam plasma. Namun, perbedaan ini tidak berpengaruh pada efektivitas dan atau toksisitas isoniazidbila obat ini diberikan setiap hari.

Efek samping Mual, muntah, letih, lemah, gangguan saluran pencernaan lain, neuritis perifer, neuritis optikus, reaksi hipersensitivitas, demam, ruam, ikterus, diskrasia darah, psikosis, kejang, sakit kepala, mengantuk, pusing, mulut kering, gangguan BAK, kekurangan vitamin B6, penyakit pellara, hiperglikemia, ginekomastia, gejala reumatik, gejala mirip Systemic Lupus Erythematosus.

Resistensi Resistensi masih merupakan persoalan dan tantangan. Pengobatan TBC dilakukan dengan beberapa kombinasi obat karena penggunaan obat tunggal akan cepat dan mudah terjadi resistensi. Disamping itu, resistensi terjadi akibat kurangnya kepatuhan pasien dalam meminum obat. Waktu terapi yang cukup lama yaitu antara 69 bulan sehingga pasien banyak yang tidak patuh minum obatselama menjalani terapi. Efek sampingnya dapat menimbulkan anemia sehingga dianjurkan juga untuk mengkonsumsi vitamin penambah darah seperti piridoksin (vitamin B6).

TB vit B6 TB vit B6 sudah mengandung isoniazid dan vitamin B6 dalam satu sediaan, sehingga praktis hanya minum sekali saja. TB vit B6 tersedia dalam beberapa kemasan untuk memudahkan bila diberikan kepada pasien anak-anak sesuai dengan dosis yang diperlukan. TB Vit B6 tersedia dalam bentuk: Tablet Mengandung INH 400 mg dan Vit B6 24 mg per tablet Sirup Mengandung INH 100 mg dan Vit B6 10 mg per 5 ml, yang tersedia dalam 2 kemasan : Sirup 125 ml Sirup 250 ml

Perhatian:

Obat TBC di minum berdasarkan resep dokter dan harus sesuai dengan dosisnya. Penghentian penggunaan obat TBC harus dilakukan atas seizin dokter.