lapsus ca paru

38
KASUS II ADENOCARSINOMA PARU

Upload: royhan-ahmad

Post on 01-Jun-2017

250 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: lapsus Ca paru

KASUS II

ADENOCARSINOMA PARU

Page 2: lapsus Ca paru

STATUS PASIEN

ANAMNESIS

I. Identitas

Nama : Tn. Z

Umur : 68 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Tani

Alamat : Panjar 18/5, P.K

Tanggal Pemeriksaan : 15 Januari 2014

II. Keluhan Utama

Sesak nafas

III. Riwayat Penyakit Sekarang

Sejak 2 bulan SMRS pasien mengeluhkan sesak nafas. Sesak hilang timbul dan

semakin memberat semenjak dirawat hingga saat ini. Pasien juga mengeluhkan nyeri

tenggorokan dan juga nyeri telan, Pasien juga menderita batuk sejak ± 2 bulan ini,

batuk berdahak tapi susah untuk dikeluarkan. Pasien masih bisa makan dan minum

tapi sedikit sedikit, BAK dan BAB pasien baik. Sudah pernah diperiksakan ke dokter

sebelumnya Pasien juga mengeluhkan adanya benjolan di leher pasien yang besar dan

menjalar sampai ke pundak dan tangan kanan.

IV. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien belum pernah mengalami penyakit serupa

HT (-)

DM (-)

V. Riwayat Penyakit Keluarga

TB (-) atau keluarga dengan pengobatan lama (-)

HT (-)

DM (-)

Kanker atau tumor (-)

Page 3: lapsus Ca paru

VI. Anamnesis Sistem

Sistem Serebrospinal : demam (-), pusing (-), nyeri kepala (-), kejang (-)

Sistem Respirasi : sesak (+), batuk (+), berdahak putih kental (-) pilek (-)

Sistem Kardiovaskular : berdebar-debar (-)

Sistem Digesti : mual (-), muntah (-), penurunan nafsu makan (+),

penurunan BB (+), BAB normal

Sistem Urogenital : BAK normal, tidak ada keluhan

Sistem Muskuloskeletal : tidak ada keluhan

VII. Kebiasaan dan Lingkungan

Pasien sudah tidak bekerja sebagai petani karena usia. Pasien merokok sejak ± 35

tahun yang lalu, pasie merokok 3-5 batang perhari.

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : lemah, tampak sesak dan kurus

Kesadaran : GCS E4V5M6

Kepala & Leher : konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), PKGB (-),

terdapat benjolan pada leher sebelah kanan, massa menyebar

hingga pndak dan tangan kanan atas.

Vital Sign : TD : 100/65 mmHg Nadi : 110 x/menit

RR : 20 x/menit Suhu : 36,7°C

Pemeriksaan Thoraks : Cor : S1S2 reguler, bising (-)

Pulmo : wheezing (-), ronkhi basah (+/+),

Pemeriksaan Abdomen : BU (+) normal, nyeri alih (-), nyeri tekan abdomen (-)

Pemeriksaan Ekstremitas : edem (-), sianosis (-), clubbing finger (-)

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Tanggal 20 Januari 2014

Patologi Anatomi

- Aspirasi Jarum Halus :

o Makroskopis : Benjolan diameter kurang lebih 2 meter, batas tidak tegas, fix –

4 slide

Page 4: lapsus Ca paru

o Mikroskopis : sediaan sitologi menunjukkan sel-sel epitel yang berkelompok

dan tersebar ukuran sel besar. Sitoplasma cukup, sebagian bervakuol, inti bulat

oval, vesikuler, anak inti jelas, beberapa lebih dari satu. Latar belakang

eritrosit, leukosit PMN, limfosit.

o Kesimpulan : AJH region Colli (D), Didapet sel ganas.

Pendapat : Adenokarsinoma

Tanggal 24 Januari 2014

- Aspirasi Jarum Halus :

o Bahan : Cairan efusi pleura (S)

o Diagnosis Klinik : Adeno Ca Colli (D)

o Makroskopis : diterima cairan kuning kemerahan dengan volume ± 800 ml

Preparat apus -> 2 slide, cat papanicolou, Giemsa

o Mikroskopis : sediaan sitologi menunjukkan sel-sel epitel yang berkelompok

dan tersebar sebagian tersusun seperti ball formation, ukuran sel besar.

Sitoplasma cukup, sebagian bervakuol, inti bulat oval, vesikuler, sebagian

eksentrik anak inti jelas. Latar belakang mesotel reaktif, eritrosit.

o Kesimpulan : sitologi cairan efusi pleura (S), Didapet sel ganas.

Pendapat : sitologo penyokong suatu adenokarsinoma

Page 5: lapsus Ca paru

ANALISIS RONTGEN CERVICAL

Gambar 1. Foto Cervical AP Tn Z.

Page 6: lapsus Ca paru

ANALISIS FOTO

Analisis Foto Cervical Hasil Interpretasi

Penilaian Fotoa. Identitas

Pembacaan Fotoa. Cervical

b. Tulang dan jaringan lunak

Terdapat nama pasien, tanggal pemeriksaan, dan marker “R”

Alignment baik, curve melurus,

trabkulasi tulang diluar lesi normal,

superior dan inferior endplate diluar lesi

baik, bridging VC 3,4 tampak

penyempitan spat intervertebra disertai

fusi vertebra cervicalis 3-4 lipping VC

5,6.

Tak tampak erosi/destruksi tulang, soft

tissue, mass/swelling.trachea tampak di

tengah, airway patent

Cukup

Cukup

Normal

Kesimpulan : Paracervical muscle spasme

Spondylosis cervicalis disertai fusi VC 3-4

Page 7: lapsus Ca paru

ANALISI RONTGEN THORAX

Foto Thorax Contoh

Page 8: lapsus Ca paru

ANALISIS FOTO

Analisis Foto Thorax Hasil Interpretasi

Penilaian Fotob. Identitas

c. Faktor Kondisi

d. Faktor Inspirasi

e. Faktor Posisi

f. Faktor Proyeksi

g. Faktor Simetrisasi

h. Faktor Terpotong

Pembacaan Fotoc. Kadua Apeks Paru

d. Corakan bronkovaskular

e. Keadaan parenkim paru

f. Sinus Costophrenikus

g. Diafragma

h. Jantungi. Sistema Jaringan Lunak

dan Tulang

Tidak terdapat nama pasien, tanggal pemeriksaan, dan marker “R”Tampak adanya processus spinosus 2, tidak ada penampakan vertebra thorakalis Dome diafragma setinggi vertebra thorakalis X, costa depan tampak costa ke 6Klavicula mendatar, scapula tampak diluar paru, udara fundus gaster terlihat dibawah diafragmaSkapula tampak di luar, klavikula mendatar, posisi jantung kesan lebih rampingJarak antara median titik prosessus spinosus kiri > 2mmSuperior: tampak batas VC.VIILateral: tampak axilla ka-kiInferior: tampak kesan batas sinus costophrenikus dan diafragma

Tidak ditemukan adanya infiltrate, kavitas, fibrosis, maupun kalsifikasiBagian 1/3 paru superior bersih dan 1/3 basal bersihTampak opasitas seperti massa berbentuk bulat, batas tegas, sebagian tepi ireguler. Terdapat fibrosis di parahiller kiri, paru hiperaerasi, paru terlihat memanjangKesan costoprenikus pada paru kanan normal, sedangkan kiri menghilang

Diafragma kanan tampak normal sedangkan kiri batas menghilang.

Besar dan benrtuk normalTidak terdapat kelainan pada jaringan lunak, terdapat kelainan bentuk tulangVertebra (scoliosis)

Kurang

Kurang

Cukup

Erect/berdiri

PA

Asimetris

Tidak terpotong

Tenang

Normal

Tidak normal

Tidak normal

Tidak normal

NormalTidak normal

Kesimpulan : Suspek massa paru dengan efusi pleura kiri

Page 9: lapsus Ca paru

PEMBAHASAN

KANKER PARU

A. Pendahuluan

Suatu nodul di Paru adalah bulatan atau oval yang sering ditemukan pada Toraks foto (X-ray)

atau computed tomography (CT) scan. Pada satu dari 500 pembacaan foto Toraks bisa

ditemukan suatu nodul. Mungkin satu atau beberapa nodul dapat ditemukan pada waku

membaca X-ray dari toraks seorang penderita. Nodul ini besar kemungkinan jinak atau

benigna apabila ditemukan pada orang yang masih berumur di bawah 40 tahun, yang bukan

perokok, pada nodul ada kalsiumnya, sedangkan nodul tersebut kecil.

B. Definisi

Kanker paru adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran napas atau

epitel bronkus. Terjadinya kanker ditandai dengan pertumbuhan sel yang tidak normal, tidak

terbatas, dan merusak sel-sel jaringan yang normal. Proses keganasan pada epitel bronkus

didahului oleh masa pra kanker. Perubahan pertama yang terjadi pada masa prakanker disebut

metaplasia skuamosa yang ditandai dengan perubahan bentuk epitel dan menghilangnya silia.

Tumor jinak Paru adalah suatu jaringan yang tumbuh tanpa fungsi yang jelas, yang

bisa tumbuh dari bagian jaringan Paru. Tumor jinak atau Noduler Paru biasanya tidak

menyebabkan suatu gejala atau tanda-tanda, biasanya ditemukan secara kebetulan pada

Page 10: lapsus Ca paru

pemeriksaan foto toraks atau CT, namun bisa menyebabkan bersin, batuk, batuk darah, nafas

pendek, dan panas apabila mengalami infeksi. Penentuan suatu Tumor benign atau suatu

kanker ganas stadium awal adalah penting sekali karena mempengaruhi prognosis atau

kesembuhan dari penderitanya.

Kanker Paru adalah penyakit yang ditandai dengan pembelahan sel paru yang tidak

terkontrol. Apabila tidak diobati dan dibiarkan maka pertumbuhan sel Paru akan berkembang

dan menyebar keluar Paru. Keadaan ini dinamakan metastasis. Pada tahun 2004, diperkirakan

1,3 juta meninggal diseluruh dunia2. Pada tahun 2007 di Amerika Serikat didiagnosis

menderita Kanker Paru sebanyak 203.536 orang (109.643 laki dan 93.893 wanita) dan pada

tahun yang sama terdapat 158.683 kematian karena Kanker Paru (88.329 laki dan 70.354

wanita).

C. Etiologi

Penyebab tumor dan nodul paru masih belum begitu jelas, tapi pada umumnya ada

masalah dengan inflamasi akibat infeksi (histoplasmosis,coccidioidomycosis, cryptococcosis,

or aspergillosis). Dapat juga inflamasi bukan karena infeksi namun akibat dari reumatoid

arthritis, Wegener granulomatosis, Sarcoidosis. Diantara penyebab lainnya adalah kelainan

bawaan (birth defect) seperti kistik paru dan malformasi paru.

Seperti umumnya kanker yang lain, penyebab yang pasti dari kanker paru belum

diketahui, tapi paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang bersifat karsinogenik

merupakan faktor penyebab utama disamping adanya faktor lain seperti kekebalan tubuh,

genetik, dan lain-lain . Dibawah ini akan diuraikan mengenai faktor risiko penyebab

terjadinya kanker paru :

a. Merokok

Menurut Van Houtte, merokok merupakan faktor yang berperan paling penting, yaitu

85% dari seluruh kasus. Rokok mengandung lebih dari 4000 bahan kimia, diantaranya

telah diidentifikasi dapat menyebabkan kanker. Kejadian kanker paru pada perokok

dipengaruhi oleh usia mulai merokok, jumlah batang rokok yang diisap setiap hari,

lamanya kebiasaan merokok, dan lamanya berhenti merokok.

b. Perokok pasif

Semakin banyak orang yang tertarik dengan hubungan antara perokok pasif, atau

mengisap asap rokok yang ditemukan oleh orang lain di dalam ruang tertutup, dengan

risiko terjadinya kanker paru. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa pada

Page 11: lapsus Ca paru

orang-orang yang tidak merokok, tetapi mengisap asap dari orang lain, risiko

mendapat kanker paru meningkat dua kali. Diduga ada 3.000 kematian akibat kanker

paru tiap tahun di Amerika Serikat terjadi pada perokok pasif.

c. Polusi udara

Kematian akibat kanker paru juga berkaitan dengan polusi udara, tetapi pengaruhnya

kecil bila dibandingkan dengan merokok kretek. Kematian akibat kanker paru

jumlahnya dua kali lebih banyak di daerah perkotaan dibandingkan dengan daerah

pedesaan. Bukti statistik juga menyatakan bahwa penyakit ini lebih sering ditemukan

pada masyarakat dengan kelas tingkat sosial ekonomi yang paling rendah dan

berkurang pada mereka dengan kelas yang lebih tinggi. Hal ini, sebagian dapat

dijelaskan dari kenyataan bahwa kelompok sosial ekonomi yang lebih rendah

cenderung hidup lebih dekat dengan tempat pekerjaan mereka, tempat udara

kemungkinan besar lebih tercemar oleh polusi. Suatu karsinogen yang ditemukan

dalam udara polusi (juga ditemukan pada asap rokok) adalah 3,4 benzpiren.

d. Paparan zat karsinogen

Beberapa zat karsinogen seperti asbestos, uranium, radon, arsen, kromium, nikel,

polisiklik hidrokarbon, dan vinil klorida dapat menyebabkan kanker paru. Risiko

kanker paru di antara pekerja yang menangani asbes kira-kira sepuluh kali lebih besar

daripada masyarakat umum. Risiko kanker paru baik akibat kontak dengan asbes

maupun uranium meningkat kalau orang tersebut juga merokok.

e. Genetik

Terdapat bukti bahwa anggota keluarga pasien kanker paru berisiko lebih besar

terkena penyakit ini. Penelitian sitogenik dan genetik molekuler memperlihatkan

bahwa mutasi pada protoonkogen dan gen-gen penekan tumor memiliki arti penting

dalam timbul dan berkembangnya kanker paru. Tujuan khususnya adalah pengaktifan

onkogen (termasuk juga gen-gen K-ras dan myc).

D. Klasifikasi

Kanker paru dibagi menjadi kanker paru sel kecil (small cell lung cancer, SCLC) dan

kanker paru sel tidak kecil (non-small lung cancer, NSCLC). Klasifikasi ini digunakan untuk

menentukan terapi. Termasuk didalam golongan kanker paru sel tidak kecil adalah

epidermoid, adenokarsinoma, tipe-tipe sel besar, atau campuran dari ketiganya.

Karsinoma sel skuamosa (epidermoid) merupakan tipe histologik kanker paru yang

paling sering ditemukan, berasal dari permukaan epitel bronkus. Perubahan epitel termasuk

Page 12: lapsus Ca paru

metaplasia, atau displasia akibat merokok jangka panjang, secara khas mendahului timbulnya

tumor. Karsinoma sel skuamosa biasanya terletak sentral di sekitar hilus, dan menonjol ke

dalam bronki besar. Diameter tumor jarang melampaui beberapa sentimeter dan cenderung

menyebar secara langsung ke kelenjar getah bening hilus, dinding dada, dan mediastinum.

Karsinoma ini lebih sering pada laki-laki daripada perempuan.

Adenokarsinoma, memperlihatkan susunan selular seperti kelenjar bronkus dan dapat

mengandung mukus. Kebanyakan jenis tumor ini timbul di bagian perifer segmen bronkus

dan kadang-kadang dapat dikaitkan dengan jaringan parut lokal pada paru dan fibrosis

interstisial kronik. Lesi sering kali meluas ke pembuluh darah dan limfe pada stadium dini

dan sering bermetastasis jauh sebelum lesi primer menyebabkan gejala-gejala.

Karsinoma bronkoalveolus dimasukkan sebagai subtipe adenokarsinoma dalam

klasifikasi terbaru tumor paru dari WHO. Karsinoma ini adalah sel-sel ganas yang besar dan

berdiferensiasi sangat buruk dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam-

macam. Sel-sel ini cenderung timbul pada jaringan paru perifer, tumbuh cepat dengan

penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat-tempat yang jauh.

Karsinoma sel kecil umumnya tampak sebagai massa abu-abu pucat yang terletak di

sentral dengan perluasan ke dalam parenkim paru dan keterlibatan dini kelenjar getah bening

hilus dan mediastinum. Kanker ini terdiri atas sel tumor dengan bentuk bulat hingga lonjong,

sedikit sitoplasma, dan kromatin granular. Gambaran mitotik sering ditemukan. Biasanya

ditemukan nekrosis dan mungkin luas. Sel tumor sangat rapuh dan sering memperlihatkan

fragmentasi dan “crush artifact” pada sediaan biopsi. Gambaran lain pada karsinoma sel

kecil, yang paling jelas pada pemeriksaan sitologik, adalah berlipatnya nukleus akibat letak

sel tumor dengan sedikit sitoplasma yang saling berdekatan.

Karsinoma sel besar adalah sel-sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk

dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam-macam. Sel-sel ini cenderung

timbul pada jaringan paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke

tempat-tempat yang jauh.

Bentuk lain dari kanker paru primer adalah adenoma, sarkoma, dan mesotelioma

bronkus. Walaupun jarang, tumor-tumor ini penting karena dapat menyerupai karsinoma

bronkogenik dan mengancam jiwa.

Page 13: lapsus Ca paru
Page 14: lapsus Ca paru

E. Stadium Klinis

Pembagian stadium klinis kanker paru berdasarkan sistem TNM menurut International

Union Against (IUAC)/The American Joint Comittee on Cancer (AJCC) 1997 adalah

sebagai berikut :

Keterangan :

Status Tumor Primer (T)

T0 : Tidak terbukti adanya tumor primer.

Tx : Kanker yang tersembunyi terlihat pada sitologi bilasan bronkus, tetapi tidak terlihat

pada radiogram atau bronkoskopi.

Tis : Karsinoma in situ.

T1 : Tumor berdiameter ≤ 3 cm dikelilingi paru atau pleura viseralis yang normal.

T2 : Tumor berdiameter > 3 cm atau ukuran berapa pun yang sudah menyerang pleura

viseralis atau mengakibatkan ateletaksis yang meluas ke hilus; harus berjarak > 2 cm

distal dari karina.

T3 : Tumor ukuran berapa saja yang langsung meluas ke dinding dada, diafragma, pleura

mediastinalis, dan perikardium parietal atau tumor di bronkus utama yang terletak 2

cm dari distal karina, tetapi tidak melibatkan karina, tanpa mengenai jantung,

pembuluh darah besar, trakea, esofagus, atau korpus vertebra.

Page 15: lapsus Ca paru

T4 : Tumor ukuran berapa saja dan meluas ke mediastinum, jantung, pembuluh darah

besar, trakea, esofagus, korpus vertebra, rongga pleura/perikardium yang disertai efusi

pleura/perikardium, satelit nodul ipsilateral pada lobus yang sama pada tumor primer.

Keterlibatan Kelenjar Getah Bening Regional (N)

N0 : Tidak dapat terlihat metastasis pada kelenjar getah bening regional.

N1 : Metastasis pada peribronkial dan/atau kelenjar hilus ipsilateral.

N2 : Metastasis pada mediastinal ipsilateral atau kelenjar getah bening subkarina.

N3 : Metastasis pada mediastinal atau kelenjar getah bening hilus kontralateral; kelenjar

getah bening skalenus atau supraklavikular ipsilateral atau kontralateral.

Metastasis Jauh (M)

M0 : Tidak diketahui adanya metastasis jauh.

M1 : Metastasis jauh terdapat pada tempat tertentu misalnya otak.

F. Gejala Klinis

Pada fase awal kebanyakan kanker paru tidak menunjukkan gejala-gejala klinis. Bila

sudah menampakkan gejala berarti pasien dalam stadium lanjut. Gejala-gejala dapat

bersifat :

- Lokal (tumor tumbuh setempat) :

o Batuk baru atau batuk lebih hebat pada batuk kronis

o Hemoptisis

o Mengi (wheezing, stridor) karena ada obstruksi saluran nafas

o Kadang terdapat kavitas seperti abses paru

o Ateletaksis

- Invasi lokal :

o Nyeri dada

o Dispnea karena efusi pleura

o Invasi ke perikardium terjadi tamponade atau aritmia

o Sindrom vena cava superior

o Sindrom Horner (facial anhidrosis, ptosis, miosis)

Page 16: lapsus Ca paru

o Suara serak, karena penekanan pada nervus laryngeal recurrent

o Sindrom Pancoast, karena invasi pada pleksus brakhialis dan saraf simpatis

servikalis

- Gejala Penyakit Metastasis :

o Pada otak, tulang, hati, adrenal

o Limfadenopati servikal dan supraklavikula (sering menyertai metastasis)

o Sindrom Paraneoplastik : terdapat 10% kanker paru dengan gejala :

Sistemik : penurunan berat badan, anoreksia, demam

Hematologi : leukositosis, anemia, hiperkoagulasi

Hipertrofi osteoartropati

Neurologik : dementia, ataksia, tremor, neuropati perifer

Neuromiopati

Endokrin : sekresi berlebihan hormon paratiroid (hiperkalsemia)

Dermatologik : eritema multiform, hiperkeratosis, jari tabuh

Renal : syndrome of inappropriate antidiuretic hormone

- Asimtomatik dengan kelainan radiologis

o Sering terdapat pada perokok dengan COPD yang terdeteksi secara radiologis.

o Kelainan berupa nodul soliter.

Gambaran klinik penyakit kanker paru tidak banyak berbeda dari penyakit

paru lainnya, terdiri dari keluhan subyektif dan gejala obyektif. Dari anamnesis akan

didapat keluhan utama dan perjalanan penyakit, serta faktor–faktor lain yang sering

sangat membantu tegaknya diagnosis. Keluhan utama dapat berupa :

- Batuk-batuk dengan / tanpa dahak (dahak putih, dapat juga purulen)

- Batuk darah

- Sesak napas

- Suara serak

- Sakit dada

- Sulit / sakit menelan

- Benjolan di pangkal leher

Page 17: lapsus Ca paru

- Sembab muka dan leher, kadang-kadang disertai sembab lengan dengan rasa nyeri

yang hebat.

G. Diagnosis

a. Anamnesis

Anamnesis yang lengkap serta pemeriksaan fisik merupakan kunci untuk

diagnosis tepat. Keluhan dan gejala klinis permulaan merupakan tanda awal penyakit

kanker paru. Batuk disertai dahak yang banyak dan kadang-kadang bercampur darah,

sesak nafas dengan suara pernafasan nyaring (wheezing), nyeri dada, lemah, berat

badan menurun, dan anoreksia merupakan keadaan yang mendukung. Beberapa faktor

yang perlu diperhatikan pada pasien tersangka kanker paru adalah faktor usia, jenis

kelamin, keniasaan merokok, dan terpapar zat karsinogen yang dapat menyebabkan

nodul soliter paru.

Page 18: lapsus Ca paru

b. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan ini dilakukan untuk menemukan kelainan-kelainan berupa

perubahan bentuk dinding toraks dan trakea, pembesaran kelenjar getah bening dan

tanda-tanda obstruksi parsial, infiltrat dan pleuritis dengan cairan pleura.

c. Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium ditujukan untuk :

- Menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru. Kerusakan pada

paru dapat dinilai dengan pemeriksaan faal paru atau pemeriksaan analisis gas.

- Menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru pada organ-

organ lainnya.

- Menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru pada jaringan

tubuh baik oleh karena tumor primernya maupun oleh karena metastasis.

Page 19: lapsus Ca paru

d. Pemeriksaan Radiologi

Pemeriksaan radiologi adalah pemeriksaan yang paling utama dipergunakan

untuk mendiagnosa kanker paru. Kanker paru memiliki gambaran radiologi yang

bervariasi. Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan keganasan tumor dengan

melihat ukuran tumor, kelenjar getah bening, dan metastasis ke organ lain.

Pemeriksaan radiologi dapat dilakukan dengan metode tomografi komputer.

Pada pemeriksaan tomografi komputer dapat dilihat hubungan kanker paru dengan

dinding toraks, bronkus, dan pembuluh darah secara jelas. Keuntungan tomografi

komputer tidak hanya memperlihatkan bronkus, tetapi juga struktur di sekitar lesi

serta invasi tumor ke dinding toraks. Tomografi komputer juga mempunyai resolusi

yang lebih tinggi, dapat mendeteksi lesi kecil dan tumor yang tersembunyi oleh

struktur normal yang berdekatan.

Page 20: lapsus Ca paru
Page 21: lapsus Ca paru
Page 22: lapsus Ca paru
Page 23: lapsus Ca paru
Page 24: lapsus Ca paru
Page 25: lapsus Ca paru

e. Pemeriksaan Sitologi

Sitologi merupakan metode pemeriksaan kanker paru yang mempunyai nilai

diagnostik yang tinggi dengan komplikasi yang rendah. Pemeriksaan dilakukan

dengan mempelajari sel pada jaringan. Pemeriksaan sitologi dapat menunjukkan

gambaran perubahan sel, baik pada stadium prakanker maupun kanker. Selain itu

dapat juga menunjukkan proses dan sebab peradangan.

Pemeriksaan sputum adalah salah satu teknik pemeriksaan yang dipakai untuk

mendapatkan bahan sitologik. Pemeriksaan sputum adalah pemeriksaanyang paling

sederhana dan murah untuk mendeteksi kanker paru stadium preinvasif maupun

invasif. Pemeriksaan ini akan memberi hasil yang baik terutama untuk kanker paru

yang letaknya sentral. Pemeriksaan ini juga sering digunakan untuk skrining terhadap

kanker paru pada golongan risiko tinggi.

f. Bronkoskopi

Setiap pasien yang dicurigai menderita tumor bronkus merupakan indikasi

untuk bronkoskopi. Dengan menggunakan bronkoskop fiber optik, perubahan

mikroskopik mukosa bronkus dapat dilihat berupa nodul atau gumpalan daging.

Bronkoskopi akan lebih mudah dilakukan pada tumor yang letaknya di sentral. Tumor

yang letaknya di perifer sulit dicapai oleh ujung bronkoskopi.

g. Biopsi Transtorakal Biopsi aspirasi jarum halus transtorakal banyak digunakan untuk

mendiagnosis tumor pada paru terutama yang terletak di perifer. Dalam hal ini

diperlukan peranan radiologi untuk menentukan ukuran dan letak, juga menuntun

jarum mencapai massa tumor. Penentuan letak tumor bertujuan untuk memilih titik

insersi jarum di dinding kulit toraks yang berdekatan dengan tumor.

h. Torakoskopi

Torakoskopi adalah cara lain untuk mendapatkan bahan guna pemeriksaan

histopatologik untuk kanker paru. Torakoskopi adalah pemeriksaan dengan alat

torakoskop yang ditusukkan dari kulit dada ke dalam rongga dada untuk melihat dan

mengambil sebahagian jaringan paru yang tampak.

Page 26: lapsus Ca paru

Pengambilan jaringan dapat juga dilakukan secara langsung ke dalam paru

dengan menusukkan jarum yang lebih panjang dari jarum suntik biasa kemudian

dilakukan pengisapan jaringan tumor yang ada.

H. Penatalaksanaan

1. Pembedahan

Pembedahan pada kanker paru bertujuan untuk mengangkat tumor secara

total berikut kelenjar getah bening disekitarnya. Hal ini biasanya dilakukan pada

kanker paru yang tumbuh terbatas pada paru yaitu stadium I (T1 N0 M0 atau T2

N0 M0), kecuali pada kanker paru jenis SCLC. Luas reseksi atau pembedahan

tergantung pada luasnya pertumbuhan tumor di paru. Pembedahan dapat juga

dilakukan pada stadium lanjut, akan tetapi lebih bersifat paliatif. Pembedahan

paliatif mereduksi tumor agar radioterapi dan kemoterapi lebih efektif, dengan

demikian kualitas hidup penderita kanker paru dapat menjadi lebih baik.

Pembedahan untuk mengobati kanker paru dapat dilakukan dengan cara :

a) Wedge Resection, yaitu melakukan pengangkatan bagian paru yang berisi

tumor, bersamaan dengan margin jaringan normal.

b) Lobectomy, yaitu pengangkatan keseluruhan lobus dari satu paru.

c) Pneumonectomy, yaitu pengangkatan paru secara keseluruhan. Hal ini

dilakukan jika diperlukan dan jika pasien memang sanggup bernafas dengan

satu paru.

2. Radioterapi

Radioterapi dapat digunakan untuk tujuan pengobatan pada kanker paru

dengan tumor yang tumbuh terbatas pada paru. Radioterapi dapat dilakukan pada

NCLC stadium awal atau karena kondisi tertentu tidak dapat dilakukan

pembedahan, misalnya tumor terletak pada bronkus utama sehingga teknik

pembedahan sulit dilakukan dan keadaan umum pasien tidak mendukung untuk

dilakukan pembedahan.

Terapi radiasi dilakukan dengan menggunakan sinar X untuk membunuh sel

kanker. Pada beberapa kasus, radiasi diberikan dari luar tubuh (eksternal). Tetapi

ada juga radiasi yang diberikan secara internal dengan cara meletakkan senyawa

radioaktif di dalam jarum, dengan menggunakan kateter dimasukkan ke dalam

Page 27: lapsus Ca paru

atau dekat paru-paru. Terapi radiasi banyak dipergunakan sebagai kombinasi

dengan pembedahan atau kemoterapi.

3. Kemoterapi

Kemoterapi pada kanker paru merupakan terapi yang paling umum diberikan

pada SCLC atau pada kanker paru stadium lanjut yang telah bermetastasis ke luar

paru seperti otak, ginjal, dan hati. Kemoterapi dapat digunakan untuk

memperkecil sel kanker, memperlambat pertumbuhan, dan mencegah penyebaran

sel kanker ke organ lain. Kadang-kadang kemoterapi diberikan sebagai kombinasi

pada terapi pembedahan atau radioterapi.

Penatalaksanaan ini menggunakan obat-obatan (sitostatika) untuk

membunuh sel kanker. Kombinasi pengobatan ini biasanya diberikan dalam satu

seri pengobatan, dalam periode yang memakan waktu berminggu-minggu atau

berbulan-bulan agar kondisi tubuh penderita dapat pulih.

I. Prognosis

Yang terpenting pada prognosis kanker paru adalah menentukan stadium penyakit.

Pada kasus kanker paru jenis NSCLC yang dilakukan tindakan pembedahan,

kemungkinan hidup 5 tahun adalah 30%. Pada karsinoma in situ, kemampuan hidup

setelah dilakukan pembedahan adalah 70%, pada stadium I, sebesar 35-40% pada

stadium II, sebesar 10-15% pada stadium III, dan kurang dari 10% pada stadium IV.

Kemungkinan hidup rata-rata tumor metastasis bervariasi dari 6 bulan sampai dengan 1

tahun. Hal ini tergantung pada status penderita dan luasnya tumor. Sedangkan untuk

kasus SCLC, kemungkinan hidup rata-rata adalah 1-2 tahun pasca pengobatan.

Sedangkan ketahanan hidup SCLC tanpa terapi hanya 3-5 bulan (Wilson, 2005).

Angka harapan hidup 1 tahun untuk kanker paru sedikit meningkat dari 35 % pada

tahun 1975-1979 menjadi 41% di tahun 2000-2003. Walaupun begitu, angka harapan

hidup 5 tahun untuk semua stadium hanya 15%. Angka ketahanan sebesar 49% untuk

kasus yang dideteksi ketika penyakit masih bersifat lokal, tetapi hanya 16% kanker paru

yang didiagnosis pada stadium dini (American Cancer Society, 2008).

Page 28: lapsus Ca paru

DAFTAR PUSTAKA

Donald W Kufe, MD, Raphael E Pollock, MD, PhD, Ralph R Weichselbaum, MD, Robert C

Bast, Jr, MD, Ted S Gansler, MD, MBA, James F Holland, MD, ScD (hc), and Emil

Frei, III, MD. (2003). Holland-Frei Cancer Medicine (edisi ke-6). BC Decker Inc..

hlm. Molecular pathogenesis. ISBN 1-55009-213-8. Diakses pada 28 Februari 2013.

Donald W Kufe, MD, Raphael E Pollock, MD, PhD, Ralph R Weichselbaum, MD, Robert C

Bast, Jr, MD, Ted S Gansler, MD, MBA, James F Holland, MD, ScD (hc), and Emil

Frei, III, MD. (2003). Holland-Frei Cancer Medicine (edisi ke-6). BC Decker Inc..

hlm. Table 92-2. Oncogenes and Tumor-Suppressor Genes Altered in Lung Cancer.

ISBN 1-55009-213-8. Diakses pada 28 Februari 2013.

Donald W Kufe, MD, Raphael E Pollock, MD, PhD, Ralph R Weichselbaum, MD, Robert C

Bast, Jr, MD, Ted S Gansler, MD, MBA, James F Holland, MD, ScD (hc), and Emil

Frei, III, MD. (2003). Holland-Frei Cancer Medicine (edisi ke-6). BC Decker Inc..

hlm. Table 92-3. World Health Organization Lung Cancer Classification. ISBN 1-

55009-213-8. Diakses pada 28 Februari 2013.

Ferlay J, Bray F, Pisani P and Parkin DM. GLOBOCAN 2002: Cancer Incidence, Mortality

and Prevalence Worldwide. IARC CancerBase No. 5, Version 2.0, Lyon: IARC Press,

2004

Travis, WD (January 1995). "Lung cancer". Cancer 75 (Suppl. 1): 191–202.

doi:10.1002/1097-0142(19950101)75:1+<191::AID-CNCR2820751307>3.0.CO;2-Y.

PMID 8000996.

Bryant, A (July 2007). "Differences in epidemiology, histology, and survival between

cigarette smokers and never-smokers who develop non-small cell lung cancer". Chest

132 (1): 198–192. doi:10.1378/chest.07-0442. PMID 17573517.

Yoshikawa H, Nagashima M, Khan MA, McMenamin MG, Hagiwara K, Harris CC.

Mutational analysis of p73 and p53 in human cancer cell lines.". Laboratory of Human

Carcinogenesis, National Cancer Institute, National Institutes of Health;. Diakses pada 28

Februari 2013.