laporan praktikum mikrobiologi modul v (1)
DESCRIPTION
hTRANSCRIPT
-
5/28/2018 Laporan Praktikum Mikrobiologi Modul v (1)
1/34
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI LAUT
MODUL IV
UJI SENSITIVITAS DAN PENGHITUNGAN JUMLAH MIKROBA
Disusun Oleh :
Dias Natasasmita
26020110130093
Asisten:
Didha Andini P
K2D 007 027
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
JURUSAN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2011
BAB I
-
5/28/2018 Laporan Praktikum Mikrobiologi Modul v (1)
2/34
PENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangLaut dapat dijadikan sumber dalam bidang farmasi, bahan makanan,
kosmetik, dan enzim yang merupakan kekayaan sumber keanekaragaman biologi.
Banyak produk alam yang diisolasi dari lingkungan laut. Akan tetapi, meskipun
mikroorganisme laut sudah terkenal sebagai sumber dari molekul bioaktif yang
baru, pemanfaatannya masih sedikit. Banyak organisme dalam kehidupan laut
termasuk bakteri hidup pada daerah sedimen dan memproduksi antibakteri yang
diperoleh dari isolasi bakteri (Park et al, 2002).
Antibiotik merupakan zat kimia yang dihasilkan mikroorganisme yang dalam
jumlah amat kecil atau rendah bersifat merusak atau menghambat
mikroorganisme lain (Pelczar, 1988). Antibiotik mempunyai nilai ekonomi yang
tinggi terutama di bidang kesehatan, karena kegunaanya dalam mengobati
berbagai penyakit infeksi. Adanya penemuan antibiotik-antibiotik baru sangat
dibutuhkan dalam bidang kedokteran karena banyak kuman yang telah resisten
terhadap antibiotik-antibiotik yang sudah ada (Waaij, 1991). Untuk itu perlu
dilakukan penelitian eksplorasi untuk mendapatkan isolasi bakteri yang dapat
menghasilkan antibiotik. Antibiotik banyak dihasilkan oleh alga, lichen,
tumbuhan tingkat tinggi, hewan tingkat rendah, vertebrata dan mikroorganisme.
Kerentanan terhadap suatu zat antibiotik pada bakteri ditentukan oleh
bakteri itu sendiri. Untuk mengetahui hal itu dilakukan uji sensitivitas. Uji
sensitivitas merupakan cara untuk mengetahui dan mendapatkan produk alam
yang berpotensi sebagai bahan anti bakteri serta mempunyai kemampuan untuk
menghambat pertumbuhan atau mematikan bakteri pada konsentrasi yang rendah.Metode dalam uji sensitivitas dibedakan menjadi dua, yaitu metode difusi dan
metode dilusi. Metode yang paling sering digunakan adalah metode difusi dengan
cara Kirby-Bauer. Prinsip dari metode ini adalah penghambatan terhadap
pertumbuhan mikroorganisme, yaitu zona hambatan akan terlihat sebagai daerah
jernih di sekitar cakram kertas yang mengandung zat antibakteri. Diameter zona
hambatan pertumbuhan bakteri menunjukkan sensitivitas bakteri terhadap zat
-
5/28/2018 Laporan Praktikum Mikrobiologi Modul v (1)
3/34
antibakteri. Selanjutnya dikatakan bahwa semakin lebar diameter zona hambatan
yang terbentuk bakteri tersebut semakin sensitif (Koeswartono, 1982).
Kekayaan hayati laut Indonesia dikenal sangat beragam, salah satu
diantaranya adalah invertebrata laut. Invertebrata laut dalam sistem rantai
makanan merupakan herbivora, predator dominan dan biota penentu dari sistem
piramida makanan (Murniasih, 2005). Berbagai jenis invertebrata laut yang
banyak dijumpai di daerah pesisir antara lain sponge, ubur- ubur, Nudibranchia
dan masih banyak lagi. Nudibranchia adalah Moluska tidak bercangkang yang
seringkali berwarna terang dan mencolok (Karuso dan Scheuer, 2002).
Keberadaan Nudibranchia sebagai salah satu kekayaan hayati Indonesia dan
memiliki peran dalam rantai makanan, telah menempatkan Nudibranchia sebagai
spesies yang harus dijaga kelestariannya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan
untuk menjaga kelestarian Nudibranchia yaitu dengan membuat database
keanekaragamannya. Nudibranchia memiliki potensi sebagai antivirus dan
antikanker. Hal ini telah menarik para peneliti untuk mengeksplorasinya
(Murniasih, 2005). Saat ini di Indonesia, belum ada data pasti mengenai
keanekaragaman Nudibranchia dan penelitian mengenai Nudibranchia belum
banyak dilakukan. Maka penelitian mengenai Nudibranchia perlu lebih
banyak lagi dilakukan, supaya pengetahuan mengenai invertebrata laut ini
menjadi lebih baik (Ampou, 2006).
Keanekaragaman Nudibranchia dapat diketahui dengan melihat faktor-faktor
yang mempengaruhi keberadaannya di lautan, antara lain perbedaan habitat,
seperti tutupan karang, ketersediaan dan jenis makanan. Ketiga hal ini berkaitan
karena diketahui bahwa banyak Nudibranchia makan dan hidup dalam asosiasi
yang dekat dengan spesies karang (Godfrey, 2001). Nudibranchia pada umumnyamemakan algae, sponge, karang keras dan lunak, bryozoans dan hydroids (Allen
dan Steene, 1999).
Ada beberapa penyakit di dunia yang sudah resisten terhadap dua golongan
atau lebih antibiotik. Penyakit yang sudah resisten terhadap beberapa golongan
antibiotik ini disebabkan oleh bakteri Multi Drug Resistant (MDR). Sejalan
dengan waktu penyakit yang disebabkan oleh bakteri MDR ini berkembang cepat
di NegaraNegara berkembang. Namun, ironisnya penyakit ini merupakan yang
-
5/28/2018 Laporan Praktikum Mikrobiologi Modul v (1)
4/34
terlupakan oleh Negara Negara maju. Hal ini sangat penting dan perlu disoroti
lebih lanjut untuk dilakukan penanganan masalah tersebut. Penanganan bakteri
patogen di dalam bidang kesehatan serta pemanfaatan senyawa antibiotik yang
ramah lingkungan yang dihasilkan oleh bakteri yang bersimbiosis dengan
invertebrata laut telah menjadi pekerjaan rumah yang harus segera ditangani
secara multidisiplin dan serius (Hunt and Vincet, 2006).
Berdasarkan data tersebut maka sangat penting untuk segera mencari dan
menemukan antimikroba baru yang ramah lingkungan untuk malawan bakteri-
bakteri MDR. Menurut Burgess et al. (2003), bakteri yang bersimbiosis dengan
karang lunak dapat mensintesis senyawa metabolit sekunder yang sama seperti
inangnya. Hal ini memungkinkan bakteri simbion karang lunak dapat
menghasilkan senyawa antibakteri yang mampu melawan bakteri MDR.
Karang lunak telah diketahui sebagai sumber yang kaya akan produk senyawa
bioaktif yang mempunyai potensi bioteknologi dan juga mempunyai potensi
antiviral, antitumor, antimikroba dan lain-lain (Thiel and Imhoff, 2003; Radjasa,
2004; Radjasa et al., 2007). Namun, belum ada penelitian antibakteri dari karang
lunak jenis Lobophyton sp., sehingga kandungan senyawa bioaktifnya masih
belum diketahui. Selama ini penelitian mengenai antibakteri dari karang lunak
adalah dari jenis Sarcopyton sp., Sinularia sp., dan Xenia sp. (Radjasa et al.,
2007).
Menurut Kelecom (2001) bahwa mikroorganisme simbiotik biasanya
menghasilkan metabolit sekunder yang mirip dengan yang dihasilkan oleh
inangnya. Diperkirakan kurang dari 2% mikrobia baru berhasil diisolasi dari
lingkungan laut sebagai kultur murni. Dilaporkan bahwa terdapat asosiasi
mikroorganisme dengan organisme laut yang juga mensistesa metabolit sekunderseperti organisme inangnya (Burgess et al., 2003).
Bakteri relatif lebih mudah dikembangbiakkan, tidak memakan banyak
tempat dan pertumbuhannya cepat. Sehingga diharapkan bakteri yang
bersimbiosis dengan karang lunak dapat memberikan kontribusi sebagai sumber
alternatif baru senyawa bioaktif dari laut (Effendi, 2002).
-
5/28/2018 Laporan Praktikum Mikrobiologi Modul v (1)
5/34
1.2 Tujuan Praktikan memahami bermacam-macam teknik uji sensitivitas. Praktikan mempunyai ketrampilan melakukan uji sensitivitas. Praktikan dapat melakukan pengamatan mengenai morfologi bakteri.
1.3 ManfaatSetelah melaksanakan praktikum modul ini, maka praktikan dapat melakukan
tujuan praktikum dengan baik. Sehingga praktikan telah memperoleh bekal untuk
penelitian mereka tentang mikroorganisme. Praktikan dapat mengetahui tingkat
resistensi suatu bakteri terhadap antibiotik. Dengan mengetahui tingkat resistensi
suatu bakteri terhadap antibiotik, hal ini dapat bermanfaat dalam bidang kesehatan
atau kedokteran.
-
5/28/2018 Laporan Praktikum Mikrobiologi Modul v (1)
6/34
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uji SensitivitasSensitivitas menyatakan bahwa uji sentivitas bakteri merupakan suatu
metode untuk menentukan tingkat kerentanan bakteri terhadap zat antibakteri dan
untuk mengetahui senyawa murni yang memiliki aktivitas antibakteri. Metode Uji
sensitivitas bakteri adalah metode cara bagaimana mengetahui dan mendapatkan
produk alam yang berpotensi sebagai bahan anti bakteri serta mempunyai
kemampuan untuk menghambat pertumbuhan atau mematikan bakteri pada
konsentrasi yang rendah. Uji sentivitas bakteri merupakan suatu metode untuk
menentukan tingkat kerentanan bakteri terhadap zat antibakteri dan untuk
mengetahui senyawa murni yang memiliki aktivitas antibakteri. Seorang ilmuan
dari perancis menyatakan bahwa metode difusi agar dari prosedur Kirby-Bauer,
sering digunakan untuk mengetahui sensitivitas bakteri. Prinsip dari metode ini
adalah penghambatan terhadap pertumbuhan mikroorganisme, yaitu zona
hambatan akan terlihat sebagai daerah jernih di sekitar cakram kertas yang
mengandung zat antibakteri. Diameter zona hambatan pertumbuhan bakteri
menunjukkan sensitivitas bakteri terhadap zat antibakteri. Selanjutnya dikatakan
bahwa semakin lebar diameter zona hambatan yang terbentuk bakteri tersebut
semakin sensitif (Koeswartono, 1982).
Pada umumnya metode yang dipergunakan dalam uji sensitivitas bakteri
adalah metode Difusi Agar yaitu dengan cara mengamati daya hambat
pertumbuhan mikroorganisme oleh ekstrak yang diketahui dari daerah di sekitarkertas cakram (paper disk) yang tidak ditumbuhi oleh mikroorganisme. Zona
hambatan pertumbuhan inilah yang menunjukkan sensitivitas bakteri terhadap
bahan anti bakteri (Dwidjoseputro, 1998)
Tujuan dari proses uji sensitivitas ini ialah :
1. Untuk mengetahui obat-obat yang paling cocok (paling poten) untukkuman penyebab penyakit terutama pada kasus-kasus penyakit yang
kronis.
-
5/28/2018 Laporan Praktikum Mikrobiologi Modul v (1)
7/34
2. Mengetahui adanya resistensi terhadap berbagai macam antibiotik.Penyebab kuman resisten terhadap antibiotik :
1. Memang kuman tersebut resisten terhadap antibiotik yang diberikan.2. Akibat pemberian dosis dibawah dosis pengobatan.3. Akibat penghentian obat sebelum kuman tersebut betul-betul terbunuh
oleh antibiotik.
Ada dua macam metode untuk uji sensitivitas yaitu metode dilusi dan
metode difusi.
a) DilusiPada prinsipnya antibiotik diencerkan hingga diperoleh beberapa
konsentrasi. Metode yang dipakai ada dua macam, yaitu metode dilusi
kaldu disebut juga dengan dilusi cair dan metode dilusi agar atau
dilusi padat. Pada dilusi cair, masing-masing konsentrasi obat
ditambah suspensi kuman atau bakteri dalam media. Sedangkan dalam
dilusi padat, tiap konsentrasi obat dicampur dengan media agar, lalu
ditanami bakteri. Pertumbuhan bakteri ditandai oleh adanya kekeruhan
setelah 16-20 jam diinkubasi. Konsentrasi terendah yang menghambat
pertumbuhan bakteri ditunjukkan dengan tidak adanya kekeruhan, dan
disebut dengan Konsentrasi Hambat Minimal (KHM). Masing-masing
konsentrasi antibiotik yang menunjukkan hambatan pertumbuhan
ditanam pada agar padat media pertumbuhan bakteri dan diinkubasi.
Konsentrasi terendah dari antibiotik yang membunuh 99,9% inokulum
bakteri disebut Konsentrasi Bakterisid Minimal (Brander et al., 1991).
b) DifusiMedia difusi menggunakan kertas disk yang berisi antibiotik dan telahdiketahui konsentrasinya. Pada metode difusi, media yang dipakai
adalah agar Mueller Hinton. Ada beberapa cara pada metode difusi
ini, yaitu :
Cara Kirby-BauerCara Kirby-Bauer merupakan suatu metode uji sensitivitas bakteri
yang dilakukan dengan membuat suspensi bakteri pada media
Brain Heart Infusion (BHI) cair dari koloni pertumbuhan kuman
-
5/28/2018 Laporan Praktikum Mikrobiologi Modul v (1)
8/34
24 jam, selanjutnya disuspensikan dalam 0,5 ml BHI cair
(diinkubasi 4-8 jam pada suhu 37C). Hasil inkubasi bakteri
diencerkan sampai sesuai dengan standar konsentrasi kuman 108
CFU/ml (CFU : Coloni Forming Unit). Suspensi bakteri diuji
sensitivitas dengan meratakan suspensi bakteri tersebut pada
permukaan media agar. Disk antibiotik diletakkan di atas media
tersebut dan kemudian diinkubasi pada suhu 37C selama 19-24
jam. Dibaca hasilnya :
1. Zona radicalSuatu daerah disekitar disk dimana sama sekali tidak ditemukan
adanya pertumbuhan bakteri. Potensi antibiotik diukur dengan
mengukur diameter dari zona radical (Jawetz et al., 2001).
2. Zona iradicalSuatu daerah disekitar disk yang menunjukkan pertumbuhan
bakteri dihambat oleh antibiotik tersebut, tapi tidak dimatikan.
Disini akan terlihat adanya pertumbuhan yang kurang subur atau
lebih jarang dibanding dengan daerah diluar pengaruh antibiotik
tersebut (Jawetz et al., 2001).
Cara sumuranSuspensi bakteri 108CFU/ml diratakan pada media agar,
kemudian agar tersebut dibuat sumuran dengan garis tengah
tertentu menurut kebutuhan. Larutan antibiotik yang digunakan
diteteskan kedalam sumuran. Diinkubasi pada suhu 37C selama
18-24 jam. Dibaca hasilnya, seperti pada cara Kirby-Bauer
(Jawetz et al., 2001).
Cara Pour PlateSetelah dibuat suspensi kuman dengan larutan BHI sampai
konsentrasi standar (108CFU/ml), lalu diambil satu mata ose dan
dimasukkan kedalam 4ml agar base 1,5% dengan temperatur
50C. Suspensi kuman tersebut dibuat homogen dan dituang pada
media agar Mueller Hinton. Setelah beku, kemudian dipasang
disk antibiotik (diinkubasi 15-20 jam pada suhu 37C) dibaca dan
-
5/28/2018 Laporan Praktikum Mikrobiologi Modul v (1)
9/34
disesuaikan dengan standar masing-masing antibiotik (Jawetz et
al., 2001).
Faktor-faktor yang mempengaruhi ukuran diameter zone hambatan :
1. Kekeruhan suspensi bakteri. Kurang keruh : diameter zone lebih lebar. Lebih keruh : Diameter zone makin sempit sehingga R dilaporkan
S atau sebaliknya.
2. Waktu pengeringan / peresapan suspensi bakteri ke dalam MH agar.idak boleh melebihi batas waktu karena dapat mempersempit diameter
zone hambatan sehingga jadi R.
3. Temperatur inkubasiPertumbuhan optimal : 35 C bila 35O C ada bakteri yang kurang
subur pertumbuhannya dan ada obat yang difusinya kurang baik.
4. Waktu inkubasi. Waktu : 1618 jam Bila Lebih 18 jam maka pertumbuhan lebih sempurna sehingga
zone hambat makin sempit.
5. Ketebalan agarKetebalan : 4 mm, bila kurang maka difusi obat lebih cepat dan bila
lebih maka difusi obat lambat.
6. Jarak antar disk obat Jarak cakram : 3 cm dan 2 cm dari pinggir petridish dengan meter
9-10m paling banyak 7 disk obat.
Petridish dengan diameter 15 cm untuk 9 disk.7. Potensi disk obat
Tiap jenis obat mempunyai diameter disk yang sama tetapi potensinya
berbeda. Yang harus diperhatikan :
Cara penyimpanan : obat yang labil seperti penisillin dll disimpanpada suhu 4O C.
ED nya dan setiap disk obat baru diterima harus dicek dengankontrol strain.
-
5/28/2018 Laporan Praktikum Mikrobiologi Modul v (1)
10/34
8. Komposisi mediaSangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan bakteri, difusi obat,
kativitas obat tersebut. Quality Control :
Upaya-upaya yang dilakukan untuk menetralisir faktor-faktoryang berpengaruh terhadap diameter zone hambatan.
Mengecek mutu media, disk obat dengan menggunakan bakteristandard : Staphylococcus aureus ATCC 25923, E. Coli ATCC
25922, Pseudomonas aeruginosa ATCC 27853
2.2 Sejarah dan Perkembangan AntibiotikFenomena antagonisme di antara organism hidup sudah muncul sejak 1877,
pada saat Pasteur dan Joubert melaporkan bahwa suatu bakteri aerob mempunyai
sifat antagonis terhadap pertumbuhan Bacillus anthracis. Sifat antagonistic
disebabkan adanya sekresi substansi kimia yang bersifat menghambat
pertumbuhan. Sifat antagonis ini oleh Pasteur kemudian diterapkan secara in vivo.
Hasil percobaan anthrax pada binatang percobaan yang peka ternyata dapat
ditekan dengan menginokulasi secara simultan berbagai bakteri non patogenik (
Suwandi, 1993).
Beberapa tahun kemudian Boechard, Emmerich dan Low membuat ekstrak
Pseudomonas araginosa dan mereka menamakannya Pycocyanase. Dengan
pengenceran sangat tinggi, senyawa ini dapat menghambat pertumbuhan
Corynebacterium diphteriae, Salmonella typhii, Pasteurella pestis dan Cocci
patogenik. Maka mulailah aplikasi terapi dengan memanfaatkanfenomena
interaksi diantara spesies mikroba. Selama 20 tahun Pycocyanase telah digunakan
untuk terapi berbagai infeksi penyakit, tetapi karena alasan toksisitasnya,
kemudian tidak digunakan secara ekstensif. Selama periode ini banyak percobaan
dan tulisan mengenai efek penghambatan bakteri terhadap mikroba lain.
Tahun 1907, Nicolle melaporkan adanya aktivitas anti bakteri Bacillus
subtilis dan sejak itu mulai dikenal Bacilli pembentuk spora yang mempunyai
aktivitas antibiotic. Di belgia pada tahun 1925, Gratia membuat ekstrak agen litik
dari jaumr dan berhasil digunakan untuk mengobati infeksi kulit Staphylococcus.
-
5/28/2018 Laporan Praktikum Mikrobiologi Modul v (1)
11/34
Merekalah yang memulai screening mikroorganisme antagonistic secara
sistematis. Cara kerjanya cepat tersebar dan banyak mendapat perhatian para ahli
mikrobiologi tanah dan tanaman. Salah satunya yaitu percobaan yang dilakukan
oleh Fleming tahun 1928, mengenai mikroba yang berada di udara ( Suwandi,
1993).
Istilah antibiotic muncul pada literature mikrobiologi awal tahun 1928.
Menurut Selman Waksman, antibiotic adalah substansi kimia yang diperoleh dari
mikroorganisme, dalam larutan encer mereka mempunyai kemampuan
menghambat pertumbuhan dan membinasakan mikroba lain ( Usman, 1987 ).
Pada tahun 1929, Fleming mengamati substansi bakteriostatik yang
dihasilkan jamur Penicillium notatum dan diberi nama Penicillin. Sejak itu
penisilin dikenal dan diketahui dapat diproduksi oleh berbagai macam jamur.
Namun karena kurang stabil terutama bio-aktivitasnya akan hilang bila diuapkan
samapi kering, maka penisilin kemudian ditinggalkan. Sekitar tahun 1939, Florey
dan kawan kawan melakukan percobaan kembali terhadap kemungkinan
penggunaan penisilin Fleming untuk terapi ( Suwandi, 1993 ).
Tahun 1940, Chain dkk juga melakukan penelitian penisilin, mereka
membiakan organism Fleming dan pada waktu ekstraksi dikontrol pada
temperature rendah, akhirnya mereka mampu memekatkan penisilin sampai 1000
kali, serta dapat menghasilkan garam penisilin berbentuk bubuk kering yang
mempunyai stabilitas baik terutama bila disimpan. Hasil ini merupakan kemajuan
besar dalam perkembangan produksi antibiotic terutama penisilin dan merupakan
tonggak sejarah manusia dalam memerangi penyakit infeksi ( Suwandi, 1993 )
Pada waktu yang hampir sama di Rockefeller Institute for Medical Research
New York. Dubos menemukan antibiotic kompleks Tyrothricin yang diproduksioleh bakteri tanah Bacillus brevis. Selanjutnya Dubos, Waksman dan Woodruff
menemukan aktinomisin yang diperoleh dari biakan aktinomisetes. Pada tahun
1944 Selman Waksman menemukan strerptomisin yang merupakan salah satu
antibiotic yang dihasilkan oleh Streptomyces anggota dari aktinomisetes.
Strepstomisin merupakan anti tuberculosis yang ampuh. Perkembangan ini
merangsang penelitian lebih lanjut terhadap genus streptomises dalam usaha
mencari mikroorganisme panghasil antibiotic. Sejak itu aktinomisetes terutama
-
5/28/2018 Laporan Praktikum Mikrobiologi Modul v (1)
12/34
streptomises menjadi gudang utama untuk memperoleh antibiotic baru. Di
berbagai lembaga penelitian dilakukan pencarian antibiotic dari berbagai tipe
mikroorganisme terutama aktinomisetes dan telah berhasil mendapatkan antibiotic
baru ( Suwandi, 1993).
Pada tahun1945 telah ditemukan Basitrasin yang dihasilkan oleh Bacillus,
diikuti khloramfenikol oleh Streptomyces venezuelae dan polimiksin oleh B.
polymyxapada tahun 1947, khlortetrasiklin oleh S.aureofacienspada tahun 1948
dan neomisin oleh S. fradiae tahun 1949, oksitetrasiklin 1950 dan eritromisin
1952, keduanya dihasilkan oleh Streptomyces. Kanamisin ditemukan oleh
Umezawa dan koleganya tahun 1957 dari biakan Streptomyces. Semua ini
merupakan antibiotic yang sangat penting dan sampai saat ini masih
diperhitungkan sebagai salah satu antibiotic untuk melawan infeksi ( Suwandi,
1993 ).
Pada tahun 60-an, penemuan antibiotic agak berkurang tetapi usaha
penemuan dilakukan untuk aplikasi yang lebih luas yaitu untuk mencari
antifungal, anti mikoplasmal, anti spirochetal, anti protozoal, anti tumor, anti
virus, dan antibiotic untuk penggunaan non medis. Namun pada decade ini
problem resistensi bakteri terhadap antibiotic mulai muncul dan telah
berkembang, sehingga memacu mencari antibiotik atau derivate antibiotic yang
telah dikenal untuk menggantikan antibiotic yang sudah ada ( Suwandi, 1993 ).
Potensi antibiotic dapat ditentukan oleh cara kimia, fisika, dan biologi. Suatu
pengujian dilakukan untuk menentukan kesanggupan suatu antibiotic membunuh
atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme hidup. Pengujian secara biologi
merupakan metoda yang paling efektif untuk antibiotic ( Usman, 1987 ).
2.3 AntibiotikAntibiotika merupakan zat kimia yang dihasilkan oleh suatu
mikroorganismeyang menghambat pertumbuhan mikroorganisme lain (Pelczar
dan Chan, 2005). Antibiotika juga dapat didefinisikan sebagai zat kimia yang
dihasilkan oleh suatumikroba yang mempunyai khasiat antimikrobial (Entjang,
2003). Pada awalnya, istilahyang digunakan adalah antibiosis, yang berarti
substansi yang dapat menghambatpertumbuhan organisme hidup yang lain,
-
5/28/2018 Laporan Praktikum Mikrobiologi Modul v (1)
13/34
berasal dari mikroorganisme. Namun pada perkembangannya, antibiosis disebut
sebagai antibiotik (Pratiwi, 2008).
Antibiotika yang ideal harus memenuhi syarat-syarat antara lain
mempunyaikemampuan untuk mematikan atau menghambat pertumbuhan
mikroorganisme yang luas (broad spectrum antibiotic), tidak menimbulkan
pengaruh samping (side effect) yang buruk pada host, tidak menimbulkan
terjadinya resistensi dari mikroorganisme patogen serta konsentrasi antibiotik
dalam jaringan harus mencapai taraf cukup tinggi sehingga mampu menghambat
atau mematikan penyebab infeksi (Pelczar dan Chan, 2005).
Antibiotik pada mulanya berupa zat yang dibentuk oleh mikroorganisme yang
dapat menghambat atau membunuh pertumbuhan mikroorganisme lain. Sejak
ditemukan penisilin sampai saat ini sudah beribu antibiotik yang ditemukan dan
hanya sebagian kecil yang dapat dipakai untuk terapeutik. Mekanisme kerja dari
antibiotik ini antara lain menghambat biosintesis dalam dinding sel (misal
penisilin), menaikkan permeabilitas membran sitoplasma (misal sefalosphorin),
mengganggu sintesis protein normal bakteri (tetrasiklin, aminoglikosida).
Bakterisid merupakan antibiotika yang mempengaruhi pembentukan dinding sel
atau permeabilitas membran, sedang bakteriostatik adalah antibiotik yang bekerja
pada sintesa protein (Mutschler, 1991).
Berdasarkan sifat toksisitas selektif, antibiotik dapat bersifat bakteriostatik
(menghambat pertumbuhan mikroba lain). Antimikroba tertentu dapat
meningkatkan aktivitasnya dari bakteriostatik ditingkatkan melebihi kadar hambat
minimal (Gran, 1983).
Menurut Franklin dan Snow (1985), antibiotik dibagi menjadi 5 kelompok
berdasar mekanisme kerjanya yaitu:1) Mengganggu metabolisme sel bakteri
2) Menghambat sintesis dinding sel mikroba
3) Merusak keutuhan membran sel mikroba
4) Menghambat sintesis protein mikroba
5) Menghambat atau merusak sintesis asam nukleat sel mikroba.
Prosedur difusi-kertas cakram-agar yang distandardisasikan (metode Kirby-
Bauer) merupakan cara untuk menentukan sensitivitas antibiotik untuk bakteri.
-
5/28/2018 Laporan Praktikum Mikrobiologi Modul v (1)
14/34
Sensitivitas suatu bakteri terhadap antibiotik ditentukan oleh diameter zona
hambat yang terbentuk. Semakin besar diameternya maka semakin terhambat
pertumbuhannya, sehingga diperlukan standar acuan untuk menentukan apakah
bakteri itu resisten atau peka terhadap suatu antibiotik (Irianto, 2006). Menurut
Irianto (2006), faktor yang mempengaruhi metode Kirby-Bauer, yaitu:
Konsentrasi mikroba uji Konsentrasi antibiotik yang terdapat dalam cakram Jenis antibiotik pH medium
Cara kerja pengujian antibiotik dengan metode Kirby-Bauer:
Celupkan cotton bud (cotton swab) dalam biakan bakteri kemudian tekankapas ke sisi tabung agar air tiris.
Ulaskan pada seluruh permukaan cawan Mueller-Hinton Agar secaramerata.
Biarkan cawan selama 5 menit. Kertas cakram dicelupkan dalam larutan antibiotik dengan konsentrasi
tertentu.
Angkat, biarkan sejenak agar tiris, selanjutnya letakkan kertas cakram padapermukaan agar.
Kertas cakram ditekan menggunakan pinset supaya menempel sempurna dipermukaan agar.
Inkubasi pada suhu 37oC selama 24-48 jam. Ukur diameter zona hambat (mm) kemudian bandingkan dengan tabel.
sensitivitas antibiotik.
2.4 MDR (Multi-Drug Resistance) atau Resistensi MikrobaResistensi adalah suatu keadaan karena pengaruh obat antiinfeksi terhadap
kuman berkurang khasiatnya atau kuman tersebut tidak sensitif oleh perlakuan
obat anti infeksi. Resistensi merupakan kegagalan pengobatan dengan suatu
antibiotika dengan dosis terapi (Franklin dan Snow, 1985).
Brander et al., (1991) mengatakan bahwa mekanisme resistensi bakteri
terhadap antibiotik terjadi dengan cara penginaktifan obat, perubahan target atau
-
5/28/2018 Laporan Praktikum Mikrobiologi Modul v (1)
15/34
sirkulasi enzim, berkurangnyaakumulasi obat oleh adanya sel resisten, variasi
jalur metabolisme.
Brander et al., (1991), ada 3 macam tipe resistensi, yaitu non genetik, genetik
dan silang. Resistensi non genetik terdapat pada mikroba dalam keadaan inaktif
atau istirahat, resistensi genetik merupakan mutasi spontan karena terjadinya
tanpa dipengaruhi ada atau tidaknya antimikroba tersebut. Penghancuran
antibiotik secara enzimatik oleh enzim yang di hasilkan bakteri seperti laktamase
akan memecah cincin _- laktam dari penisilin dan derivatnya demikian juga
aminoglukosa menjadi terasetilasi atau terfosforilasi oleh asetilase atau
fosforilase. Dinding sel bakteri Gram negatif yang lebih kompleks membuat
bakteri kurang sensitif terhadap antibiotik _-laktam.
Reseptor tempat agen antimikroba bereaksi dapat berubah baik afinitas
reseptor terhadap antimikroba maupun respon reseptor yang dapat menaikkan
aktivitas sehingga dapat mengatasi obat tersebut. Berkurangnya akumulasi obat
oleh adanya sel resisten terjadi dengan adanya penurunan permeabilitas membran
sel terhadap antibiotik dan variasi jalur metabolisme tersebut oleh antimikroba.
Obat yang dapat menghambat pertumbuhan antagonis kompetitif metabolisme
normal,dapat menghasilkan metabolik yang berlebihan. Akibatnya obat tersebut
tidak efektif lagi bagi bakteri (Irianto, 2006).
Resistensi sel mikroba ialah suatu sifat tidak terganggunya kehidupan sel
mikroba. Sifat ini merupakan suatu mekanisme alamiah untuk bertahan hidup.
Beberapa bakteri mempunyai kemampuan alami untuk kebal atau resisten
terhadap efek pengobatan, misal dengan antibiotik, meskipun tidak berinteraksi
secara langsung. Hal ini dapat terjadi karena bakteri mempunyai enzim yang dapat
merusak obat. Bakteri yang resistensi tidak peka lagi terhadap antibiotik atau senganti mikrobial (Brander et al., 1991).
Resistensi sel mikroba atau alat sifat tidak tergantung kehidupan sel mikroba
oleh anti mikroba. Sifat ini merupakan suatu mekanisme alamiah untuk bertahan
hidup (Irianto, 2006). Sebab-sebab terjadinya resistensi dapat dibagi menjadi :
a) Non GenetikPenggunaan antimikroba yang tidak sesuai aturan menyebabkan tidak
seluruh mikroba dapat terbunuh. Beberapa mikroba yang masih bertahan
-
5/28/2018 Laporan Praktikum Mikrobiologi Modul v (1)
16/34
hidup kemungkinan akan mengalami resistensi saat digunakan
antimikroba yang sama. Proses ini dinamakan dengan seleksi (Jawetz et
al., 2001).
b) GenetikTerjadinya resistensi kuman terhadap antibiotika umumnya terjadi karena
perubahan genetik. Perubahan genetik bisa terjadi secara kromosomal
maupun ekstra kromosomal, dan perubahan genetik tersebut dapat
ditransfer atau dipindahkan dari satu spesies kuman kepada spesies
kuman lain melalui berbagai mekanisme (Anonim, 1994).
1. Resistensi kromosomalResistensi kuman terhadap antibiotik yang mempunyai sebab genetik
kromosomal terjadi misalnya karena terjadinya mutasi spontan pada
lokus DNA yang mengontrol susceptibility terhadap obat tertentu
(Anonim, 1994).
2. Resistensi ekstrakromosomalBakteri mengandung unsur-unsur genetik ekstrakromosomal yang
dinamakan plasmid (Sudarmono, 1993). Faktor R adalah kelompok
plasmid yang membawa gen resistensi terhadap satu atau beberapa
obat antimikrobia dan logam berat. Gen plasmid untuk resistensi
antimikrobia mengontrol pembentukan enzim yang mampu merusak
antimikrobia (Jawetz etal., 2001).
3. Resistensi silangSuatu populasi kuman yang resisten terhadap suatu obat tertentu
dapat pula resisten terhadap obat yang lain yang dapat mempunyai
mekanisme kerja obat yang mirip satu sama lain. Hal ini misalnyaterjadi pada obat-obatan yang komposisi kimianya hampir sama
misalnya antara polimiksin B dengan kolistin, eritromisin dengan
oleandromisin, meskipun demikian adakalanya terjadi pula resistensi
silang pada dua obat yang berlainan struktur kimianya sama sekali,
misalnya eritromisin dengan linkomisin (Anonim, 1994).
-
5/28/2018 Laporan Praktikum Mikrobiologi Modul v (1)
17/34
Mekanisme resistensi bakteri terhadap antibiotik diantaranya melalui
mekanisme mikroorganisme menghasilkan enzim dan merusak obat
yang aktif, mikroorganisme merubah permeabilitasnya terhadap
obat, mikroorganisme mengubah struktur target untuk obat,
mikroorganisme mengembangkan jalur metabolisme baru
menghindari jalur yang biasa dihambat oleh obat, dan
mikroorganisme mengembangkan enzim baru yang masih dapat
melakukan fungsi metaboliknya tapi sedikit dipengaruhi oleh obat
(Jawetz, et al., 2001).
Masalah resistensi bakteri terhadap antibiotik telah dapat dipecahkan dengan
ditemukan antibiotik golongan baru, seperti golongan aminoglikosida,
glikopeptida, dan makrolida, juga obat modifikasi kimiawi dari antibiotik yang
telah ada. Namun, tak ada jaminan bahwa pengembangan antibiotik baru dapat
mencegah kemampuan bakteri menjadi resisten Jawetz, et al., 2001).
2.5 Bakteri PatogenBerbagai macam penyakit ditularkan oleh bakteri patogen (khususnya bakteri
Gram negatif) dan dapat menginfeksi inang. Patogen adalah material maupun
organisme penyebab penyakit. Sebelum membicarakan patogen, perlu membahas
sistem pertahanan inang.Sistem pertahanan inang dimulai dari lapisan permukaan
kulit, saluran pencernaan, respirasi, dan urogenital. Patogen harus bersaing
dengan mikroflora (mikroba normal) agar bisa berkoloni di permukaan kulit dan
saluran pencernaan. Saluran pencernaan, pernapasan, dan urogenital memiliki
lapisan mukosa yang berupa polisakarida dan protein sebagai pelumas dan untuk
menahan patogen. Patogen yang terjerat dalam mukosa dapat dikeluarkan darisaluran pencernaan dengan gerak peristaltik atau di saluran pernapasan melalui
bersin (Campbell and Reece, 2005).
Jika patogen dapat menembus pertahanan permukaan, maka patogen akan
menuju jaringan yang lebih dalam dan sistem peredaran darah. Inang memiliki
sistem pertahanan non-spesifik seperti transferin, fagosit, komplemen, dan protein
pengikat manosa. Sistem pertahanan spesifik meliputi antibodi, makrofag
teraktivasi dan sel T.Faktor utama untuk meningkatkan sistem pertahanan inang
-
5/28/2018 Laporan Praktikum Mikrobiologi Modul v (1)
18/34
adalah nutrisi yang baik untk mendukung sel-sel aktif dari sistem kekebalan tubuh
yang terus membelah diri. Penurunan sistem kekbalan tubuh dapat dipengaruhi
oleh stress dan usia (usia rawan infeksi yaitu anak di bawah 3 tahun dan usia lebih
dari 50 tahun). Ekskresi dari organ tubuh yang terinfeksi selalu mengandung
mikrobia yang menyebabkan infeksi. Jalan keluar bagi mikroba penyebab
penyakit biasanya sama dengan jalan masuknya pada tubuh inang (Campbell and
Reece, 2005). Menurut Madigan (2010), mikroba patogen diketahui memasuki
inang melalui organ-organ tubuh antara lain :
a)Saluran pernapasan, melalui hidung dan mulut menyebabkan penyakitsaluran pernapasan seperti salesma, pneumonia, tuberculosis.
b)Saluran pencernaan melalui mulut menyebabkan penyakit tifus, paratifus,disentri, kolera, hepatitis, keracunan makanan.
c)Kulit dan selaput lendir. Adanya luka meskipun kecil memungkinkanmikroba seperti Staphylococcus yang menyebabkan bisul.
d)saluran urogenitale)darah
Banyak bakteri patogen yang dapat menyerang seluruh bagian tubuh
inang, meskipun pada akhirnya akan berkoloni di suatu tempat saja. Bakteri
mengeluarkan toksin berupa eksotoksin dan endotoksin. Eksotoksin merupakan
protein bakteri yang diproduksi dan dikeluarkan ke lingkungan selama
pertumbuhan bakteri patogen. Ada beberapa cara eksotoksin untuk dapat
menimbulkan penyakit. Pertama eksotoksin dikeluarkan ke makanan, akibatnya
manusia terserang penyakit asal makanan. Kedua, eksotoksin dikeluarkan ke
permukaan mukosa menyerang sel inang atau dapat terbawa ke sistem peredaran
darah untuk menyerang jaringan yang rentan. Ketiga, bakteri patogen membentukabses (luka) dan mengeluarkan eksotoksin untuk merusak jaringan sehingga
mempermudah pertumbuhan bakteri. Endotoksin merupakan lipid A sebagai
bagian dari lipoposakarida membran luar bakteri Gram negatif (Madigan, 2010).
Ketika bakteri patogen terbenam dalam permukaan sel inang, akan
menyebabkan pelepasan senyawa protein seperti komplemen dan sitokin berlebih
yang dapat ikut merusak sel atau jaringan inang di sekitarnya. Bakteri patogen
harus dapat menemukan tempat yang cocok untuk melekatkan diri ke sel inang
-
5/28/2018 Laporan Praktikum Mikrobiologi Modul v (1)
19/34
salah satunya dengan menggunakan pili. Pada Escherechia colimemiliki pili tipe
1 untuk dapat melekat pada lapisan mukosa saluran urogenital. Pseudomonas
aeruginosa memproduksi biofilm, juga memiliki flagel untuk bergerak
menghindari tangkapan mukosa. Pembentukan kapsul (polimer polisakarida) yang
membungkus permukaan bakteri patogen untuk melindungi diri dari sel-sel
fagosit inang (Prescott, 2002).
Menurut Campbell and Reece (2005), macam-macam bakteri patogen yang
sering kita kenal yaitu:
c) Bakteri penyebab penyakit pada manusia:Salmonella typhosa : tifus
Shigella dysenteriae : disentri basiler
Vibrio comma : kolera
Haemophilus influenza : influenza
Diplococcus pneumoniae : radang paruparu
Mycobacterium tuberculosis : TBC
Clostridium tetani : tetanus
Neiseria meningitis : radang selaput otak
Neiseria gonorrhoeae : gonorrhaeae (kencing nanah)
Treponema pallidum : sifilis
Mycobacterium leprae : lepra
Treponema pertenue : patek
b) Bakteri penyebab penyakit pada hewan:Brucella abortus : brucellosis pada sapi
Streptococcus agalactia : masitis pada sapiBacillus anthracis : antraks
Actinomyces bovis : bengkak rahang pada sapi
Cytophaga columnaris : penyakit pada ikan
c) Bakteri penyebab penyakit pada tumbuhan:Xanthomonas oryzae : penyakit pucuk batang padi
Xanthomonas campestris : menyerang pada tanaman kubis
http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Salmonella_typhosa&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Salmonella_typhosa&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Shigella_dysenteriae&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Shigella_dysenteriae&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Vibrio_comma&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Vibrio_comma&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Haemophilus_influenza&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Haemophilus_influenza&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Diplococcus_pneumoniae&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Diplococcus_pneumoniae&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Mycobacterium_tuberculosishttp://id.wikipedia.org/wiki/Mycobacterium_tuberculosishttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Clostridium_tetani&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Clostridium_tetani&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Neiseria_meningitis&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Neiseria_meningitis&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Neiseria_gonorrhoeae&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Neiseria_gonorrhoeae&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Treponema_pallidumhttp://id.wikipedia.org/wiki/Treponema_pallidumhttp://id.wikipedia.org/wiki/Mycobacterium_lepraehttp://id.wikipedia.org/wiki/Mycobacterium_lepraehttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Treponema_pertenue&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Treponema_pertenue&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Brucella_abortus&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Brucella_abortus&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Streptococcus_agalactia&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Streptococcus_agalactia&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Bacillus_anthracishttp://id.wikipedia.org/wiki/Bacillus_anthracishttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Actinomyces_bovis&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Actinomyces_bovis&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Cytophaga_columnaris&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Cytophaga_columnaris&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Xanthomonas_oryzae&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Xanthomonas_oryzae&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Xanthomonas_campestrishttp://id.wikipedia.org/wiki/Xanthomonas_campestrishttp://id.wikipedia.org/wiki/Xanthomonas_campestrishttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Xanthomonas_oryzae&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Cytophaga_columnaris&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Actinomyces_bovis&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Bacillus_anthracishttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Streptococcus_agalactia&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Brucella_abortus&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Treponema_pertenue&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Mycobacterium_lepraehttp://id.wikipedia.org/wiki/Treponema_pallidumhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Neiseria_gonorrhoeae&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Neiseria_meningitis&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Clostridium_tetani&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Mycobacterium_tuberculosishttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Diplococcus_pneumoniae&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Haemophilus_influenza&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Vibrio_comma&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Shigella_dysenteriae&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Salmonella_typhosa&action=edit&redlink=1 -
5/28/2018 Laporan Praktikum Mikrobiologi Modul v (1)
20/34
Pseudomonas solanacaerum : penyakit layu pda terongterongan
Erwinia amylovora : penyakit bonyok pada buah
2.6 NP4 (Jorunna funebris)Seiring dengan berkembangnya penggunaan
antibiotik untuk pengobatan penyakit yang
disebabkan oleh infeksi bakteri serta penggunaan
antibiotik yang tidak rasional yang dilakukan
olehprescribers(para dokter penulis resep) atau
pasien itu sendiri telah menimbulkan masalah munculnya kuman yang resisten
terhadap antibiotik. Masalah resistensi bakteri telah menjadi masalah kesehatan di
dunia, yang dapat meningkatkan mortalitas, morbilitas (lamanya perawatan di
rumah sakit) dan biaya kesehatan. Beberapa penelitian telah melaporkan bakteri
resisten ini seperti multidrug-resistant gram-negative bacilli (MDR-GNBs),
ESBL-producing Klebsiella pneumonia, Vacomycin-reaistant entercocci (VRE)
dan pasien yang terinfeksi methicillin-resistant Staphyllococcus aureus (MRSA)
(Lay dan Hastowo, 1992).
Selain itu, bahaya bakteri yang telah resisten terhadap antibiotik yaitu
kemampuan genetiknya yang dapat menularkan resistensi kepada bakteri lain
yang hidup berdampingan di sekitarnya. Hal ini terjadi pada bakteri Shigella
flexneri danEscherichia coliyang hidup dalam satu populasi, mereka dilaporkan
mepunyai pola resistensi secara penotif yang sama yaitu terhadap tetracycline,
chloramphenicol, streptomycin dan sulfanomide. Dengan semakin banyaknya
penelitian yang melaporkan tentang resistensi mikroba, maka telah dikembangkan
juga beberapa cara untuk melawan masalah resistensi tersebut, di antaranyapenggunaan antibiotik secara rasional, monitoring dan evaluasi penggunaan
antibiotik secara sistematis, terstandar dan dilaksanakan secara teratur serta
dengan mengoptimalkan penggunaan antibiotik. Selain itu, kombinasi antara
kontrol penggunaan antibiotik dan kontrol penyebaran infeksi mikroorganisme
juga sangat penting, terutama untuk kasus multiple resistance Enterobacteriaceae
dan MRSA. Pengurangan penggunaan erythromycinterbukti menurunkan jumlah
resistensi Group A streptccoci terhadap makrolida antibiotik di Finlandia. Untuk
http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pseudomonas_solanacaerum&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pseudomonas_solanacaerum&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Erwinia_amylovora&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Erwinia_amylovora&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Erwinia_amylovora&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pseudomonas_solanacaerum&action=edit&redlink=1 -
5/28/2018 Laporan Praktikum Mikrobiologi Modul v (1)
21/34
menanggulangi masalah resistensi di masa yang akan datang, maka perlu dicari
solusi yang tepat. Pencarian senyawa baru sebagai bahan antibakteri merupakan
salah satu solusinya, hal ini berhubung pengembangan pencarian obat baru
memerlukan waktu yang sangat lama (sekitar 14 tahun) dan biaya yang sangat
mahal (sekitar 900 US dollar) (Madigan, 2010).
Lautan merupakan sumber sebagian besar kelompok senyawa bioaktif yang
terakumulasi dalam invertebrata laut yang hidup di ekosistem terumbu karang
seperti sponge, karang lunak, nudibranch dan tunicate yang dapat mensintesis
senyawa bioaktif seperti antivirus, antimikroba, antitumor dan antikanker.
Sedangkan senyawa bioaktif ini terkandung dalam invertebrata laut dengan
pergerakan lambat atau hidup menempel di dasar perairan (sessile) yang tidak
mempunyai perlindungan fisik seperti duri atau cangkang. Dari hasil beberapa
penelitian, dilaporkan bahwa nudibranch dapat mensintesis senyawa bioaktif yang
diproduksi sendiri atau berasal dari sumber makanannya (de novo). Nudribranch
seperti Dendoris limbiatamensintesis senyawa sesquiterpenoid, diterpenoid dan
serterpen. Nudibranch Asteronotus cespitosus menghasilkan sesquiterpenes
dehidroherbadysidolide dan spirodysin, Acanthodoris nanaimoensis dengan
sesquiterpenoidnya, Limacia clavigeramenghasilkan limaciamine, Chromodoris
luteorosea dengan diterpenoids luteorosin dan macfarlandin-A dan banyak lagi
senyawa bioaktif yang dihasilkan nudibranchsebagai hasil dari interaksi dengan
lingkungan fisiknya (Lay dan Hastowo, 1992).
Baru-baru ini banyak penelitian yang melaporkan tentang bakteri simbion
invertebrata karang yang mampu menghasilkan senyawa antibakteri.
Ditemukannya bakteri yang hidup bersimbiosis dengan karang keras (hard coral),
karang lunak (soft coral) dan sponge yang menghambat bakteriE. coli, S. aureus,Streptococcus equi,zooepidemicus,Aeromonas hidrophyladan bakteri kelompok
vibrio penyebab penyakit vibriosis pada budidaya laut. Akan tetapi, penelitian
yang melaporkan tentang bakteri simbion nudibranch masih sangat sedikit. Selain
itu, diemukan juga ribuan simbiotik bakteri pada jaringan vestibular nudribranch
Dendrodoris nigradan massa telurnya. Namun fungsi dari bakteri tersebut belum
diketahui dengan jelas. Sedangkan di Skotlandia ditemukan bakteri simbion
nudibranch Archidoris pseudoargus yang dapat melawan bakteri Pseudomonas
-
5/28/2018 Laporan Praktikum Mikrobiologi Modul v (1)
22/34
aeruginosa. Belum banyak penelitian tentang bakteri simbion nudibranch yang
menghasilkan senyawa antibakteri, khususnya yang melawan bakteri MDR. Hal
ini memungkinkan bakteri simbion nudibranch dapat menghasilkan senyawa
antibakteri untuk melawan bakteri strain MDR berhubung banyaknya nudibranch
yang dapat menghasilkan senyawa bioaktif (Lay dan Hastowo, 1992).
2.7 E. ColiBakteri Escheria Coli merupakan kuman
dari kelompok gram negatif, berbentuk batang
dari pendek sampai kokus, saling terlepas
antara satu dengan yang lainnya tetapi ada juga
yang bergandeng dua dua (diplobasil) dan
ada juga yang bergandeng seperti rantai
pendek, tidak membentuk spora maupun kapsula, berdiameter 1,11,5 x 2,0
6,0 m, dapat bertahan hidup di medium sederhana dan memfermentasikan
laktosa menghasilkan asam dan gas, kandungan G+C DNA ialah 50 sampai 51
mol % (Pelczar dan Chan, 1988).
Escherichia coli dapat tumbuh di medium nutrien sederhana, dan dapat
memfermentasikan laktosa dengan menghasilkan asam dan gas (Pelczar dan
Chan, 2005). Kecepatan berkembangbiak bakteri ini adalah pada interval 20 menit
jika faktor media, derajat keasaman dan suhu tetap sesuai. Selain tersebar di
banyak tempat dan kondisi, bakteri ini tahan terhadap suhu, bahkan pada suhu
ekstrim sekalipun. Suhu yang baik untuk pertumbuhan bakteri ini adalah antara
80C-460C, tetapi suhu optimumnya adalah 370C. Oleh karena itu, bakteri tersebut
dapat hidup pada tubuh manusia dan vertebrata lainnya (Dwidjoseputro, 1978).TaksonomiEscherichia colisebagai berikut (Dwidjoseputro, 1978) :
Divisi : Protophyta
Kelas : Schizomycetes
Ordo : Eubacteriales
Famili : Enterobacteriaceae
Genus : Escherichia
Spesies :Escherichia coli
-
5/28/2018 Laporan Praktikum Mikrobiologi Modul v (1)
23/34
Pelczar dan Chan (1988) mengatakanEscherichia colimerupakan bagian dari
mikrobiota normal saluran pencernaan.Escherichia colidipindahsebarkan dengan
kegiatan tangan ke mulut atau dengan pemindahan pasif lewat makanan atau
minuman. Morfologi dan ciri-ciri pembedaEscherichia coli, yaitu:
1. merupakan batang gram negatif2. terdapat tunggal, berpasangan, dan dalam rantai pendek3. biasanya tidak berkapsul4. tidak berspora5. motil atau tidak motil, peritrikus6. aerobik, anaerobik fakultatif7. penghuni normal usus, seringkali menyebabkan infeksi.
Escherichia coli dalam usus besar bersifat patogen apabila melebihi dari
jumlah normalnya. Galur-galur tertentu mampu menyebabkan peradangan selaput
perut dan usus (gastroenteritis). Bakteri ini menjadi patogen yang berbahaya bila
hidup di luar usus seperti pada saluran kemih, yang dapat mengakibatkan
peradangan selaput lendir (sistitis) (Pelczar dan Chan, 1988).
Escherichia colidapat dipindahsebarkan melalui air yang tercemar tinja atau
air seni orang yang menderita infeksi pencernaan, sehingga dapat menular pada
orang lain. Infeksi yang timbul pada pencernaan akibat dari serangan bakteri
Escherichia coli pada dinding usus menimbulkan gerakan larutan dalam jumlah
besar dan merusak kesetimbangan elektrolit dalam membran mucus. Hal ini dapat
menyebabkan penyerapan air pada dinding usus berkurang dan terjadi diare
(Pelczar dan Chan, 1988).
2.8 Zat AntibakteriPertumbuhan mikroorganisme dapat dikendalikan melalui proses fisik dan
kimia. Pengendalian dapat berupa pembasmian dan penghambatan populasi
mikroorganisme. Menurut Pelczar dan Chan (1998), zat antimikrobial adalah zat
yang dapat mengganggu pertumbuhan dan metabolisme melalui mekanisme
penghambatan pertumbuhan mikroorganisme. Zat antimikrobial terdiri dari
antijamur dan antibakterial. Zat antibakterial adalah zat yang mengganggu
pertumbuhan dan metabolisme melalui penghambatan pertumbuhan bakteri.
-
5/28/2018 Laporan Praktikum Mikrobiologi Modul v (1)
24/34
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih zat antimikrobial
kimiawi menurut Pelczar (1998) adalah :
1. Jenis zat dan mikroorganismeZat antimikrobial yang akan digunakan harus sesuai dengan jenis
mikroorganismenya karena memiliki kerentanan yang berbeda-beda.
2. Konsentrasi dan intensitas zat antimikrobialSemakin tinggi konsentrasi zat antimikrobial yang digunakan, maka
semakin tinggi pula daya kemampuannya dalam mengendalikan
mikroorganisme.
3. Jumlah organismeSemakin banyak mikroorganisme yang dihambat atau dibunuh, maka
semakin lama waktu yang diperlukan untuk mengendalikannya.
4. SuhuSuhu yang optimal dapat menaikkan efektivitas zat antimikrobial.
5. Bahan organikBahan organik asing dapat menurunkan efektivitas zat antimikrobial
dengan cara menginaktifkan bahan tersebut atau melindungi
mikroorganisme. Hal tersebut karena penggabungan zat dan bahan
organik asing membentuk zat antimikrobial yang berupa endapan
sehingga zat antimikrobial tidak lagi mengikat mikroorganisme.
Akumulasi bahan organik terjadi pada permukaan sel mikroorganisme
sehingga menjadi pelindung yang mengganggu kontak antara zat
antimikrobial dengan mikroorganisme.
Sejak 1935, sejumlah besar agen obat kimia telah dikembangkan. Senyawa
kimia tersebut pada umumnya dibuat secara sintesis di laboratorium, sedangkanyang lain dibuat dari hasil sampingan kegiatan metabolisme bakteri atau fungi.
Agen obat kimia diberi nama umum Antibiotika. (Volk and Wheeler, 1993).
Antibiotika adalah bahan-bahan bersumber hayati yang pada kadar rendah
sudah menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Jadi, antibiotika merupakan
salah satu jenis antibakterial. (Schlegel, 1994). Kriteria agen obat kimia yang
digunakan sebagai kemoterapi menurut Schlegel (1994) adalah sebagai berikut :
-
5/28/2018 Laporan Praktikum Mikrobiologi Modul v (1)
25/34
1. Toksisitas obat terhadap sel inang harus rendah sementaramemusnahkan atau menghambat agen penyakit. Dengan kata lain,
obat itu harus menunjukkan toksisitas selektif bagi agen penyakit.
2. Inang harus tidak menjadi alergi (sangat peka) terhadap obat.3. Organisme tidak boleh dengan mudah menjadi resisten terhadap obat
yang digunakan.
4. Obat itu harus mencapai tempat infeksi.
-
5/28/2018 Laporan Praktikum Mikrobiologi Modul v (1)
26/34
BAB III
MATERI DAN METODE
3.1 MateriHari / tanggal : Kamis, 8122011
Waktu : 13.0016.30
Tempat : Laboratorium Mikrobiologi dan Bioteknologi, Jurusan
Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas
Diponegoro
3.2 Alat dan Bahan3.2.1 Acara IUji Sensitivitas
Alat Keterangan
Pipet mikro Untuk memindahkan cairan yang bervolume
ukuran mikro
Cawan petri Sebagai wadah penyimpanan dan pembuatan
kultur media
Spreader Untuk penanaman kultur bakteri
Bunsen Untuk menciptakan daerah steril
Paper disk Untuk meletakkan bakteri laut yang ditanam ke
media
Inkubator Untuk menginkubasi mikroba yang diinginkan
pda suhu optimum pertumbuhannya
Tabung reaksi Untuk wadah media cair, dapat pula digunakan
sebaga tempat untuk menumbuhkan mikroba
Autoklaf Untuk mensterilisasi alat atau media pada suhu
121oC
Plastik wrap Untuk membungkus cawan petri saat akan
diinkubasi
Label Untuk menamakan jenis bakteri yang digunakan
sesuai kelompo praktikum
-
5/28/2018 Laporan Praktikum Mikrobiologi Modul v (1)
27/34
Bahan Keterangan
Jorunna funebris Bakteri laut yang bersimbiosis dengan
Nudibranch
Media Zobell 2216e
padat tawar
Digunakan untuk menanam bakteri
patogen di media
Media Zobell 2216e
cair laut
Digunakan untuk menanam bakteri isolat
di media
BakteriEscherichia
Coli
Bakteri yang digunakan untuk pengujian
sensitvitas
Alkohol 70% Untuk membersihkan alat, media, tangan,
dan area kerja
3.2.2 Acara IIPengamatanAlat Keterangan
Cawan petri Sebagai tempat untuk uji sensitivitas yang
diamati
Jangka sorong Untuk mengukur zona hambat
Bahan Keterangan
Jorunna funebris Bakteri laut yang bersimbiosis dengan
Nudibranch
Media padat Digunakan untuk menanam bakteri
3.3 MetodeUji Sensitivitas
1. Inokulasi bakteri isolat NP4 ke dalam Zobell cair laut.2. Diinkubasi selama 4 hari.3. Inokulasi bakteri patogen ke dalam media Zobell air tawar, lakukan
pada hari ketiga.
4. Pada hari keempat buat media Zobell padat tawar.5. Spread bakteri patogen pada media.
-
5/28/2018 Laporan Praktikum Mikrobiologi Modul v (1)
28/34
6. Diamkan selama 1 menit.7. Ambil pinset sterl untuk mengambil paper disk dan letakkan paper
disk pada media.
8. Bagian yang datar diletakkan pada media, bagian yang cembung dimenghadap ke atas agar bakteri laut bisa diserap paper disk.
9. Ambil bakteri dengan ukuran tip.10.Saat spread harus rata agar bisa melawan bakteri patogen.11.Bersihkan pipet mikro menggunakan kapas yang sudah diberi
alkohol.
12.Gunakan pipet untuk mengambil bakteri laut sebanyak 2 kaliambil.
13.Resus dahulu sebelum diteteskan agar bakteri homogen.14.Teteskan bakteri laut pada bagian tengah paper disk.
-
5/28/2018 Laporan Praktikum Mikrobiologi Modul v (1)
29/34
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.2 Pembahasan4.2.1 Acara IUji Sensitivitas
Pada praktikum ini menggunakan metode difusi yaitu dengan Cara
Kirby-Bauer. Metode ini sangat mudah dilakukan karena tidak rumit dalam
penegrjaannya dan efisien karena dalm satu perbenihan agar dapat menguju
maksimal 12 macam antimikroba.Tidak membutuhkan alat dan bahan yang
banyak sedangkan kerugiannya tidak dapat diketahui secara tepat tingkat
resistensi atau kepekaan bakteri terhadap antimikroba. Penggunaan metode
ini menunjukkan hasil tidak adanya zona hambat pada media tersebut. Hal ini
terjadi karena bakteri patogen resisten terhadap bakteri laut atau bakteri isolat.
Apabila terbentuk zona hambat maka bakteri patogen tidak resisten terhadap
bakteri laut dan bakteri tersebut tidak aktif. Ada atau terbentuk dan tidaknya
zona hambat menunjukan kultur bakteri patogen atau tidak terhadap bakteri
laut.
Saat pembuatan media menggunakan bakteri patogen dengankomposisi 50 mikron, sedangkan bakteri laut yang diteteskan pada paper disk
sebanyak 30 mikron. Tujuannya agar semakin besar ukuran zona hambatnya.
Zona hambat adalah zona dimana menunjukan aktif dan resisten tidaknya
suatu bakteri terhadap suatu senyawa atau zat. Dimana zona hambat
merupakan senyawa metabolisme sekunder yang dikeluarkan oleh bakteri
untuk bertahan hidup. Sedangkan semakin kecil konsentrasi bakteri laut,
maka semakin kecil atau bahkan tidak ada zona hambat yang terbentuk.
-
5/28/2018 Laporan Praktikum Mikrobiologi Modul v (1)
30/34
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan Teknik uji sensitivitas dibagi menjadi 2 metode, yaitu metode difusi dan
metode dilusi.
Uji sensitivitas dilakukan untuk mengetahui resistensi suatu bakteri. Bakteri adalah makhluk berukuran mikro yang jika sudah resisten bisa
menularkan resistensinya ke bakteri lainnya.
5.2 Saran Sebaiknya praktikum disesuaikan dengan modul. Sebaiknya praktikum dilakukan tepat waktu agar lebih efisien.
-
5/28/2018 Laporan Praktikum Mikrobiologi Modul v (1)
31/34
DAFTAR PUSTAKA
Allen, G.R. dan Steene, R. 1999. Indo-Pacific Coral Reef Guide. Tropical Reef
Research. Singapore.
Ampou, E.E. 2006. Similarity Distribution of Nudibranch (Chromodorididae,
Phyllidiidae, Facelinidae) in Siladen Island North Sulawesi-Indonesia.
Unsrat Online, Manado.
Anonim, 1994, Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran, edisi revisi, Binarupa
Aksara, Jakarta
Brander, G.C., D.M. Pugh., R.J. Bywater., R.J, dan W.L. Jenkins. 1991.
Veterinary Applied Pharmacology and Therapeutics. 5th Ed. ELBS,
Bailliere Tindall.
Burgess, e. w.,(1925). The growth of the City, in R. E. Park; E. W. Burgess and
R.D. McKenzie (eds), The City, University of Chicago Press, Chicago.
Campbell, N. A. Dan Reece, J. B., 2005. Biologi Jilid 2. Erlangga. Jakarta.
Dwidjoseputro. 1998. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta : Djambatan
Entjang, I.,2003, Mikrobiologi dan Parasitologi. Citra Aditya Bakti. Bandung
Franklin, T.J. dan Snow, G.W., 1985. Biochemistry of Antimicrobial Action. 3rded.
London, New York.
Godfrey, S. 2001. Factors Affecting Nudibranch Diversity in The Wakatobi
Marine National Park,
URL:http://www.opwall.com/.../Invertebrates/Godrey,%20S%20Factor
s%20affecting%20nudibranc8h%20distribution.pdf>.
Hunt, B., and A.C.J. Vincent. 2006. Scaleand sustainability of
marinebioprospecting for pharmaceuti-cals. Ambio, 35(2):57-64.Irianto, K.2006. Mikrobiologi.Yrama Widya : Bandung
Jawetz. 2001. Mikrobiologi Kedokteran. Salemba Medika. Jakarta.
Karuso, P. dan Scheuer P.J. 2002. Natural Products from Three Nudibranchs:
Nembrotha kubaryana, Hypselodoris infucata and Chromodoris
petechialis. Molecules 7: 1-6.
Kelecom, A. 2002. Secondary metabolites from marine microorganisms. An.
Acad. Bras. Cienc. 74(1): 151170.
-
5/28/2018 Laporan Praktikum Mikrobiologi Modul v (1)
32/34
Koesmadji. 2002. Genetika Lanjutan. Jakarta: Penerbit Karunika Jakarta,
Universitas Terbuka.
Lay, B. W. dan Hastowo. 1982.Mikrobiologi. Rajawali Press Jakarta.
M. T. Madigan, and Brock, T. D. 2010. Biology of Microorganisms. 6th ed.
Prentice Hall. New Jersey. USA.
Murniasih, T. 2005. Substansi Kimia untuk Pertahanan Diri dari Hewan Laut
Tak Bertulang Belakang. Oseana, Volume XXX, Nomor 2 : 1927.
Mutschler, Ernest.1991.Dinamika Obat,ITB Press: Bandung
Park, Shin Hye. 2002. Morphological Diversity of Marine Miicroorganisms on
Different Isolation Media. Korea: Microbiology Laboratory Korea
Ocean Research & Development Institute
Pelczar, M., 1988. Dasardasar Mikrobiologi 2. UIPress, Jakarta.
Pelczar, M. J. dan Chan, E. C. S., 2005, Dasar-dasar Mikrobiologi 1, Alih
bahasa: Hadioetomo, R. S., Imas, T., Tjitrosomo, S.S. dan Angka, S. L.,
UI Press, Jakarta.
Pratiwi, dkk. 2008. Buku Penuntun Biologi SMA untuk Kelas X. Jakarta :
Erlangga
Prescott, J.F., Baggot, J.D. and Walker, D.R. 2002. Antimicrobial Therapy in
Veterinary Medicine, 3rd edn. pp. 1771. Ames: Iowa State University
Press.
Radjasa, O.K. and A.Sabdono. 2004.Screening of secondary metabolite-producing
bacteria associatedwith corals using 16S rDNA-basedapproach. J.
Coast. Dev., 7:11-19.
Radjasa, O.K., A. Sabdono, Junaidi, and E. Zocchi. 2007c. Richness of secondary
metabolite- producingmarine bacteria associated withsponge Haliclonasp. Int. J.Pharmacol., 3(3):275-279.
Schlegel, Hans dan Karin Scmidt. 1994. Mikrobiologi Umum. Diterjemahkan
oleh Tedjo Baskoro. Yogyakarta: UGM Press
Sudarmono, P., 1993, Genetika dan Resistensi, Buku Ajar Mikrobiologi
Kedokteran, Edisi Revisi, Binarupa Aksara, Jakarta.
Suwandi, U., 1993. Perkembangan Antibiotik. Cermin Dunia Kedokteran No. 83.
Pusat Penelitian dan Pengembangan PT. Kalbe Farma, Jakarta.
-
5/28/2018 Laporan Praktikum Mikrobiologi Modul v (1)
33/34
Thiel, V., and J.F. Imhoff, 2003: Phylogenetic identification of bacteria with
antimicrobial activitiesisolated from different Mediteranean sponges. J.
Biomolec. Engin., 20, 421-423. www.ifm-
geomar.de/fileadmin/ifm/jb/chapter3_10_microbio.pdf
Usman, R., 1987. Mikrobiologi Dasar. Universitas Padjajaran, Bandung.
Volk, W.A., 1993. Mikrobiologi Dasar. Edisi kelima. Erlangga, Jakarta.
Waaij, D. Vander. 1991. Hidup Bersama Kuman Apa Yang Kita Ketahui. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC
-
5/28/2018 Laporan Praktikum Mikrobiologi Modul v (1)
34/34
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI LAUT
MODUL IVUJI SENSITIVITAS
OLEH :
LUTHFI SINATRYA EKANANDA
26020110130086
Kelompok 13
ASISTEN:
DIDHA ANDINI P
K2D 007 027
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
JURUSAN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2011