portofolio praktikum mikrobiologi
DESCRIPTION
PDFTRANSCRIPT
PORTOFOLIO PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI
Makalah ini disusun untuk Memenuhi Sebagian Tugas
Mata Kuliah Praktek Mikrobiologi
Disusun oleh:
1. Enggar Bagus Rakasiwi 11.012
2. Fathurrohman 11.016
3. Mega Ayu Anggraeni 11.028
4. Nurfidya Intan Permana 11.031
5. Septyana Elizabeth 11.039
6. Tika Merdiana 11.041
7. Tria Risky Pambudi 11.042
AKADEMI ANALIS FARMASI DAN MAKANAN
PUTRA INDONESIA MALANG
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sediaan farmasi seperti kosmetik, makanan serta obat-obatan merupakan bahan-bahan
yang digunakan dan erat kaitannya dengan kebutuhan manusia yang harus dipenuhi bagi
pemeliharaan, pertumbuhan. Oleh karena itu, berbagai sediaan farmasi sangat dibutuhkan
oleh setiap manusia agar segala kebutuhannya dapat terpenuhi dengan baik. Namun
sediaan farmasi juga dapat berperan sebagai sarana pengganggu kesehatan bagi manusia
karena dapat terkontaminasi oelh cemaran fisik, kimia maupun mikroba.
Hampir semua bahan dari sediaan farmasi tercemar oleh berbagai mikroorganisme
dari lingkungan sekitarnya. Beberapa jenis mikroba yang terdapat pada bahan pangan
adalah Salmonella sp, Staphylococcus aureus, Escherichia coli, kapang, kamir serta
mikroba patogen lainnya. Pencemaran mikroba pada bahan dari sediaan farmasi
merupakan hasil kontaminasi secara langsung maupun tidak langsung dengan sumber-
sumber pencemaran mikroba, seperti tanah, air, udara, debu, saluran pencernaan dan
pernafasan manusia maupun hewan. Hanya sebagian saja dari berbagai sumber pencemar
yang berperan sebagai sumber mikroba awal yang selanjutnya akan berkembang biak
pada bahan sediaan farmasi tersebut, tetapi apabila kondisi lingkungan memungkinkan
mikroba untuk tumbuh dan berkembang lebih cepat, maka bahan dari sediaan farmasi
akan rusak karenanya.
Keamanan bahan-bahan yang digunakan pada sediaan farmasi sangat pentig dalam
menjamin bahan-bahan tersbut aman dan layak untuk dikonsumsi. suplai bahan-bahan
baku sediaann farmasi yang aman tidak hanya melindungi kesehatan masyarakat
Indonesia, tetapi juga meningkatkan kualitas generasi muda dengan sediaan farmasi yang
aman dan layak untuk dikonsumsi. indonesia telah memiliki standar nasional yang
berkaitan dengan keamanan produk-produk sediaan farmasi tersebut, yaiu Standar
Nasional Indonesia (SNI). Standar ini memuat bagaimana memproduksi produk sediaan
farmasi yang benar, bagaimana mengukur cemaran dan menyajikan batas maksimum
cemaran yang diperbolehkan. Standar ini diharapkan dapat memberikan jaminan
keamanan produk sediaan farmasi Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah dalam sampel sediaan farmasi yang berupa sirup suspensi ibuprofen,
mayonaise dan bedak tabur merk “viva” terdapat cemaran mikroba?
2. Bagaimana cara mengidentifikasi adanya cemaran mikroba dalam sediaan farmasi
berupa sirup suspensi ibuprofen , mayonaise dan bedak tabur merk “viva” ?
3. Berapa banyak koloni yang ditemukan dalam percobaan identifikasi cemaran mikroba
dalam sirup suspensi ibuprofen ,mayonaise dan bedak tabur merk “viva”?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui ada tidaknya cemaran mikroba dalam sampel yang diteliti berupa
sirup suspensi ibuprofen ,mayonaise dan bedak tabur merk “viva”.
2. Untuk mengetahui cara dentifikasi cemaran mikroba pada sampel yang diteliti berupa
berupa sirup suspensi ibuprofen ,mayonaise dan bedak tabur merk “viva”.
3. Untuk mengetahui banyaknya koloni cemaran mikroba pada sampel yang diteliti
berupa sirup suspensi ibuprofen ,mayonaise dan bedak tabur merk “viva”.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Produk
Dalam pengujian mutu sutu produk sediaan farmasi yang meliputi makanan, minuman,
kosmetik dan obat-obatan diperlukan berbagai uji yang mencakup uji fisik, uji kimia, uji
mikrobiologi dan uji organoleptik. Uji mikrobiologi merupakansalah satu uji yang penting,
karena selain dapat menduga daya tahan simpan suatu produk farmasi, juga dapat digunakan
sebagai indikator sanitasi atau indikator keamanan produk farmasi tersebut. Pengujian
mikrobiologi diantaranya meliputi uji kualitatif untuk menentukan mutu dan daya tahan suatu
produk, uji kualitatif bakteri patogen untuk menentukan tingkat keamanannya, dan uji
bakteri indikator untuk mengetahui tingkat sanitasi produk tersebut.
Tabel Spesifikasi Persyaratan Mutu Mayonaise
No Jenis Uji Satuan Persyaratan
1 Keadaan Normal
1.1 Bau - Normal
1.2 Rasa - Normal
1.3 Warna - Normal
1.4 Tekstur - Normal
2 Air, b/b % Maks 30
3 Protein, b/b % Maks 0,9
4 Lemak, b/b % Min 65
5 Karbohidrat, b/b % Maks 4
6 Kalori K cal/100g Min 600
7 Pengawet - Sesuai SNI 01-0222-1995
8 Cemaran logam
8.1 Timbal (Pb) mg/kg Maks 1,5
8.2 Tembaga (Cu) mg/kg Maks 10,0
8.3 Seng (Zn) mg/kg Maks 10,0
8.4 Timah (Sn) mg/kg Maks 10,0
8.5 Raksa (Hg) mg/kg Maks 0,03
9 Cemaran arsen (As) mg/kg Maks 0,1
10 Cemaran mikroba
10.1 ALT Koloni/g Maks 104
10.2 Bakteri bentuk coli APM/g Maks 10
10.3 E.coli Koloni/10g Negatif
10.4 Salmonella Koloni/25g Negatif
Tabel Spesifikasi Persyaratan Mutu Kosmetik
1. Persyaratan cemaran mikroba
Persyaratan
Pengujian
Kosmetika untuk:
i. Anak dibawah 3 tahun
ii. Area sekitar mata
iii.Membran mukosa
Kosmetika selain untuk:
i.Anak dibawah 3 tahun
ii. Area sekitar mata
iii.Membran mukosa
Angka lempeng total Tidak lebih dari 5x102 koloni/g
atau koloni/ml
Tidak lebih dari 103 koloni/g
atau koloni/ml
Angka kapang dan
khamir
Tidak lebih dari 5x102 koloni/g
atau koloni/ml
Tidak lebih dari 103 koloni/g
atau koloni/ml
P.aeruginosa Negatif per 0,1 g atau 0,1 ml
sampel (contoh uji)
Negatif per 0,1 g atau 0,1 ml
sampel (contoh uji)
S.aureus Negatif per 0,1 g atau 0,1 ml
sampel (contoh uji)
Negatif per 0,1 g atau 0,1 ml
sampel (contoh uji)
C.albicans Negatif per 0,1 g atau 0,1 ml
sampel (contoh uji)
Negatif per 0,1 g atau 0,1 ml
sampel (contoh uji)
2. Persyaratan cemaran logam berat
Jenis cemaran Persyaratan
Merkuri (Hg) Tidak lebih dari 1mg/kg atau 1mg/L (1 ppm)
Timbal (Pb) Tidak lebih dari 20 mg/kg atau 20 mg/L (20 ppm)
Arsen (As) Tidak lebih dari 5 mg/kg atau 5 mg/L (5 ppm)
2.2 Parameter Uji Cemaran Mikroba
A. Uji Angka Lempeng Total
Metode kuantitatif yang digunaan untuk mengetahui jumlah mikroba yang ada
pada suatu sampel, umumnyadikenal dengan Angka Lempeng Total (ALT). Uji Angka
Lempeng Total dan lebih tepatnya ALT aerob mesofil atau anaerob mesofil
menggunakan media padat dengan hasil akhir berupa koloni yang dapat diamati secara
visual berupa angka dalam koloni (cfu) per ml/g atau koloni/100ml. Cara yang
digunakan antara lain dengan cara tuang sebar, cara tetes dan cara sebar.
Prinsip pengujian ALT menurut metode analisis mikrobiologi yaitu pertumbuhan
koloni bakteri aerob mesofil setelah cuplikan diinokulasi pada media lempeng agar
dengan cara tuang dan diinkubasi pada suhu yang sesuai. Pada pengujian Angka
Lempeng Total digunakan PDF (Pepton Dilution Fluid) sebagai pengencer sampel dan
menggunakan PCA (Plate Count Agar) sebagai media padatnya.
Hasil pengamatan dan perhitungan yang diperoleh dinyatakan sesuai persyaratan
sebagai berikut:
1. Dipilih cawan petri dari satu pengenceran yang menunjukkan jumlah koloni
antara 25-250. Jumlah koloni rata-rata dari kedua cawan dihitung lalu dikalikan
dengan faktor pengencernya. Hasil dinyatakan sebagai Angka Lempeng Total
dari tiap gram atau tiap ml sampel.
2. Bila salah satu dari cawan petri menunjukkan jumlah koloni kurang dari 25
atau lebih dari 250, dihitung jumlah rata-rata koloni. Kemudian dilakukan
faktor pengencerannya. Hasil dinyatakan sebagai angka lempeng total dari tiap
gram atau tiap ml sampel.
3. Jika terdapat cawan-cawan dari dua tingkat pengenceran yang berurutan
menunjukkan jumlah koloni antara 25-250, maka dihitung jumlah koloni dari
masing-masing tingkat pengenceran, kemudian dikalikan dengan faktor
penegncerannya. Apabila hasil perhitungan pada tingkat yang lebih tinggi
diperoleh jumlah koloni rata-rata lebih besar dari dua kali jumlah koloni rata-
rata pengenceran dibawahnya, maka ALT dipilih dari tingkat pengenceran yang
lebih rendah. Bila hasil perhitungan pada tingkat pengenceran lebih tinggi
diperoleh jumlah koloni rata-rata kurang dari dua kali jumlah rata-raa pada
pengenceran dibawahnya maka ALT dihitung dari rata-rata jumlah koloni
kedua tingkat pengenceran tersebut.
4. Bila tidak ada satupun koloni dari cawan maka ALT dinyatakan sebagai < 1
dikalikan faktor pengenceran terendah.
Keuntungan dari metode pertumbuhan agar atau metode uji angka lempeng total
adalah dapat mengetahui jumlah mikroba yang dominan. Keuntungan lainnya dapat
diketahui adanya mikroba jenis lain yang terdapat dari contoh. Adapun kelemahan dari
metode ini adalah:
1. Kemungkinan terjadinya koloni yang berasal lebih dari satu sel mikroba seperti
pada mikroba yang berpasangan, rantai atau kelompok sel. Kemungkinan ini
akan memperkecil jumlah sel mikroba yang sebenarnya.
2. Kemungkinan adanya jenis mikroba yang tidak dapat tumbuh karena
penggunaan jenis media agar, suhu, pH, atau kandungan oksigen selama masa
inkubasi.
3. Kemungkinan ada jenis mikroba tertentu yang tumbuh menyebar diseluruh
permukaan media agar sehingga menghalangi mikroba lain. Hal ini akan
mengakibatkan mikroba lin tersebut tidak terhitung.
4. Perhitungan dilakukan pada media agar yang jumlah populasi mikrobanya
antara 30-300 koloni. Bila jumlah populasi kurang dari 30 koloni akan
menghasilkan perhitungan yang kurang teliti secara statistik, namun bila lebih
dari 300 koloni akan menghasilkan hal yang samakarena terjadi persaingan
diantara koloni.
5. Perhitungan populasi mikroba dapat dilakukan setelah masa inkubasi yang
umumnya membutuhkan waktu 24 jam atau lebih.
B. Uji MPN Coliform
Bakteri coliform adalah golongan bakteri intestinal, yaitu hidup dalam saluran
pencernaan manusia. Bakteri coliform adalah bakteri indikator keberadaan bakteri
patogenik lain. Lebih tepatnya, sebenarnya bekteri coliform fekal adalah bakteri
indikator adanya pencemaran bakteri patogen. Penentuan coliform fekal menjadi
indikator penecemaran dikarenakan jumlah koloninya pasti berkolerasi positif dengan
keberadaan bakteri patogen. Selain itu, mendeteksi coliform jauh lebih murah, cepat
dan sederhana daripada mendeteksi bakteri patogenik lain. Contoh bakteri coliform
adalah Escherichia coli dan Enterobacter aerogenes.
Coliform adalah kelompok bakteri gram negatif berbentuk batang yang pada
umumnya menghasilkan gas jika ditumbuhkan dalam medium laktosa. Salah satu
anggota kelompok coliform adalah E.coli dan karena E.coli adalah bakteri coliform
yang ada pada kotoran manusia maka E.coli sering disebut sebagai coliform fekal.
Pendekatan lain untuk numerasi bakteri hidup adalah dengan metode MPN. MPN
didasarkan pada metode statistik (teori kemungkinan). Metode MPN ini umumnya
digunakan untuk menghitung jumlah bakteri khususnya untuk mendeteksi adanya
bakteri coliform yang merupakan kontaminan. Ciri utamanya yaitu bakteri gram
negatif, batang pendek, tidak membentuk spora, memfermentasi laktosa menjadi asam
dan gas yang dideteksi dalam waktu 24 jam inkubasi pada suhu 37oC.
Prinsip pengujian angka paling mungkin (MPN) coliformm menurut metode
analisis mikrobiologi yaitu pertumbuhan bakteri coliform setelah cuplikan diinokulasi
pada media cair yang sesuai, dengan mengamati adanya reaksi fermentasi dan
pembentukan gas dalam tabung durham. Pada pengujian MPN coliform digunakan PDF
(Pepton Dilution Fluid) sebagai pengencer, Mac Conkey Broth (MCB) dan Brilliant
Green Lactose Bile 2% Broth (BGLB) sebagai media cairnya.
C. Uji Salmonella
Salmonella adalah suatu genus bakteri enterobakteria gram-negatif berbentuk
tongkat yang menyebabkan tifus, paratifus dan penyakit foodbone. Spesies-spesies
Salmonella dapat bergerak bebas dan menghasilakn hidrogen sulfida.
Prinsip pengujian deteksi Salmonella menurut Metode Analisis Mikrobiologi
yaitu ada empat tahap untuk mendeteksi adanya Salmonella:
1. Pra pengkayaan dalam media cair non selektif yang diinkubasi pada 37± 1oC
selama 18± 2 jam.
2. Pengkayaan dalam media cair selektif yang diinkubasi pada 41,5± 1o C
selama 24 ± 3 jam dalam RVS cair dan 37± 1o C selama 24±3jam MKTTn
cair.
3. Inokulasi dan identifikasi dalam 2 media padat selektif, media selektif
pertama diinkubasi pada 37± 1oC selama 24 ± 3 jam dan dengan media yang
digunakan.
4. Konfirmasi terhadap identitas Salmonella dengan uji biokimia dan serologi.
Pada pengujian deteksi Salmonella digunakan Buffered Peptone Water (BPW)
sebagi media cair non selektif. Muller Kaufimann Tetrathionate Novobiocin Broth
(MKTTn) dan Rappapport Vassiliadis Medium + Soya (RVS) sebagai media selektif
cair, Bismuth Green Agar (BGA) dan Xylose Lysine Deoxycholate (XLD) media padat
selektif untuk mengisolasi Salmonella.
D. Uji Escherichia coli
E.coli adalah gram negatif, anaerobik fakultatif dan non spora. Sel-sel biasanya
berbentuk panjangnya sekitar 2 mikrometer (µm) dan diameternya 0,5 (µm) dengan
volme sel 0,6-0,7 (µm). E.coli menggunakan fermentasi asam campuran dalam kondisi
anaerobik, mengasilkan laktat, suksinat, etanol, asetat dan karbondioksida.
Prinsip pengujian deteksi Escherichia coli menurut Metode Analisis Mikrobiologi
yaitu pertumbuhann koloni Escherichia coli pada media lempeng selektif dan dilanjutkan
dengan konfirmasi melalui uji biokimia. Pada pengujian deteksi Escherichia coli
digunakan Tryptic Soy Broth (TSB) sebagai media cair atau penegncer dan Eosyn
Methylen Blue (EMB) sebagai media lempang selektif.
Escherichia coli merupakan bakteri gram negatif berbentuk batang, uji indol positif
dan mampu memfermentasi berbagai karbohidrat seperti glukosa, laktosa, mannitol dan
arabinosa. Ada tiga media yang dapat digunakan untuk membedakan Escherichia coli
dan mikroba lainnya yaitu media Eosin Methylene Blue mempunyai keistimewaan
mengandung laktosa dan berfungsi untuk memilah mikroba yang memfermentasi laktosa
seperti Escherichia coli dengan mikroba yang tidak memfermentasi laktosa seperti
S.aureus, P.aeruginosa dan Salmonella. Mikroba yang memfermentasi laktosa
menghasilkan koloni dengan inti berwarna gelapdengan kilap logam, sedangkan mikroba
lain yang dapat tumbuh koloninya tidak berwarna. Adanya Eosin Methylene Blue
membantu mempertajam perbedaan tersebut. Namun demikian jika media ini digunakna
pada tahap awal, karena mikroba lain juga tumbuh terutama P. Aeruginosa dan
Salmonella dapat menimbulakn keraguan. Bagaimanapun media Eosin Methylene Blue
sangat baik untuk mengkonfirmasi bahwa kontaminan tersebut adalah E.coli.
E. Uji Kapang
Kapang adalah kelompok mikroba yang tergolong dalam fungi, ilmu yang
mempelajari mengenai fungi disebut mikologi. Fungi adalah organisme heterotrofik,
untuk nutrisinya memerlukan senyawa organik. Beberapa fungi hidup dari benda organik
mati yang terlarut, mikroorganisme ini disebut saprofit. Segi positif dari fungi berperan
penting dalam industri fermentasi dan produksi antibiotik seperti penisilin. Tetapi segi
negatifnya yaitu sebagai parasit pada tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia. Fungi
lebih besar dari bakteri, ukuran fungi berkisar 1-5 µm, lebar dan panjangnya 5-30 µm
atau lebih. Fungi dapat mensintesa protein dengan mengambil sumber karbon dari
karbohidrat (glukosa, sukrosa dan maltosa), sumber nitrogen dari bahan organik atau
bahan anorgani (ammoniium dan nitrat) dan mineral dari substratnya. Fungi atau kapang
adalah fungi multiseluler yang mempunyai filamen. Kapang adlaah mikroorganisme
aerobik sejati. Heterotrop, suhu optimum kapang saprofitik 22-30oC dan kapang patogen
30-37oC.
Kapang berlawanan dengan bakteri dan khamir, seringkali dapat dilihat dengan
mata. Sifat pertumbuhan yang khas adalah berbentuk kapas dan biasnya terlihat pada
kertas-kertas yang basah, kulit-kulit yang sudah usang, dinding basah, buah-buahan
yanng membususk dan bahan pangan lainnya seperti keju dan selai. Pertumbuhan dapat
berwarna hitam, putih atau berbagai macam warna. Secara biokimia kapang bersifat aktif
karena terutama merupakan organisme saprofitik. Organisme ini dapat memecah bahan-
bahan organik kompleks menjadi yang lebih sederhana termasuk pembusukan daun-daun
dan bahan lain dalam tanah. Kegiatan yang sama dapat menyebabkan pembusukan pada
pangan yang terjadi dimana-mana.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat yang digunakan
1. timbangan analitik
2. Inkubator
3. Stomacher
4. Gelas Ukur
5. Cawan Petri
6. Tabung Reaksi
7. Rak Tabung
8. Autoclave
9. Tabung durham
10. Blue tip
11. Mikropipet
3.2 Prosedur Kerja
3.2.1 Pembuatan media
a. Pembuatan media Buffered Pepton Water
Timbang pepto sebanyak 20 gram dan dimasukkan kedalam beaker glass dan
dilarukan (dihomogenisasi) dengan aquadest sebanyak 1000 ml, kemudian
dipanaskan diatas hot plate sampai mendidih, larutan didinginkan dan dipndahkan
kedalam tabung masing-masing sebanyak 9 ml, kemudian disterilisasi
menggunakan autoclave pada temperatur 121o C selama 15 menit.
b. Pembuatan media Plate Count Agar (PCA)
PCA ditimbang sebanyak 22,5 gram, dimasukkan kedalam beaker glass dan
dilarutkan (dihomogenisasi) dengan aquadest sebanyak 1000 ml, kemudian
dipanaskan diatas hot plate sampai mendidih,disterilisasi dengan autoclave pada
temperatur 121o C selama 15 menit.
c. Pembuatan media Levine Eosin Methylene Blue Agar
L-EMB ditimbang sebanyak 37,5 gram dan dimasukkan kedalam beaker glass
dilarutkan (dihomogenisasi) dengan aquadest sebanyak 1000 ml, kemudian
dipanaskan diatas hot plate sampai mendidih, larutan didinginkan dan dipindahkan
kedalam tabung masing-masing sebanyak 15 ml, kemudian disterilisasi
menggunakan autoclave pada temperatur 121o C selama 15 menit.
d. Pembuatan media Potato Dextrose Agar
PDA ditimbang sebanyak 39 gram dan masukkan dalam bekaer glass dilarutkan
(dihomogenisasi) dengan aquadest sebanyak 1000 ml, kemudian dipanaskan
diatas hot plate sampai mendidih, larutan didinginkan dan dipindahkan kedalam
tabung masing-masing sebanyak 15 ml, kemudian disterilisasi menggunakan
autoclave pada temperatur 121o C selama 15 menit.
e. Pembuatan media Nutrient Agar
NA ditimbang sebanyak 23 gram dan masukkan dalam bekaer glass dilarutkan
(dihomogenisasi) dengan aquadest sebanyak 1000 ml, kemudian dipanaskan
diatas hot plate sampai mendidih, larutan didinginkan dan dipindahkan kedalam
tabung masing-masing sebanyak 15 ml, kemudian disterilisasi menggunakan
autoclave pada temperatur 121o C selama 15 menit.
f. Pembuatan media Lactose Broth
LB ditimbang sebanyak 39 gram dan masukkan dalam bekaer glass dilarutkan
(dihomogenisasi) dengan aquadest sebanyak 1000 ml, kemudian dipanaskan
diatas hot plate sampai mendidih, larutan didinginkan dan dipindahkan kedalam
tabung masing-masing sebanyak 15 ml, kemudian disterilisasi menggunakan
autoclave pada temperatur 121o C selama 15 menit.
g. Pembuatan media Manitoll Salt Agar
MSA ditimbang sebanyak 111 gram dan masukkan dalam bekaer glass dilarutkan
(dihomogenisasi) dengan aquadest sebanyak 1000 ml, kemudian dipanaskan
diatas hot plate sampai mendidih, larutan didinginkan dan dipindahkan kedalam
tabung masing-masing sebanyak 15 ml, kemudian disterilisasi menggunakan
autoclave pada temperatur 121o C selama 15 menit.
h. Pembuatan Bacto Pepton
Larutkan 1 gram dan ditambah 9 ml NaCl kedalam 1 liter air destilasi (aquadest)
atau air deionsasi.Panaskan dengan air mendidih atau aliran uap hingga homogen.
Sterilisasi kedalam autoklaf selama 15 menit pada suhu 121oC.
3.2.2 Prosedur Analisis Cemaran Mikroba
Escherichia coli
1. Uji pendugaan coliform (presumtive test).
a. Siapkan pengenceran sampel 102 dengan cara melarutkan 1 ml larutan 10-1 ke
dalam 9 ml larutan pengencer BFP. Lakukan pengenceran selanjutnya sesuai
dengan pendugaan kepadatan populasi
b. Pindahkan dengan menggunakan pipet steril, sebanyak 1 ml larutan dari setiap
pengenceran ke dalam 3 seri tabung lauryl tryptose Broth (LTB) yang berisi
tabung durham.
c. Inkubasi tabung-tabung tersebut selama 48 jam ± 2 jam pada suhu 35oC ± 1oC.
Perhatikan gas yang terbentuk setelah inkubasi 24 jam dan inkubasikan
kembali tabung-tabung negatif selama 24 jam. Tabung positif ditandai dengan
kekeruhan dan gas dalam tabung durham.
d. Tentukan nilai angka paling memungkinkan (APM) berdasarkan jumlah
tabung-tabung BGLB yang positif dengan menggunakan Angka Paling
Memungkinkan (APM). Nyatakan nilainya sebagai “APM/g coliform”
2. Uji pendugaan Escherichia coli
a. Inokulasikan dari setiap tabung LTB yang positif ke tabung-tabung EC Broth
yang berisi tabung durham dengan menggunakan jarum ose,. Inkubasi EC
Broth dalam waterbath selama 48 jam ± 2 jam pada suhu 45oC ± 0,5oC.
Waterbath harus dalam keadaan bersih, air di dalamnya harus lebih tinggi dari
tinggi cairan yang ada dalam tabung yang akan diinkubasi.
b. Periksa tabung-tabung EC Broth yang menghasilkan gas selama 24 jam ± 2
jam, jika negatif inkubasikan kembali sampai 48 jam ± 2 jam. Tabung positif
ditandai dengan kekeruhan dan gas dalam tabung durham.
c. Tentukan nilai angka paling memungkinkan (APM) berdasarkan jumlah
tabung-tabung EC yang positif dengan menggunakan Angka Paling
Memungkinkan (APM). Nyatakan nilainya sebagai “APM/g faecal coliform”.
3. Uji penegasan Escherichia coli (confirmed Escherichia coli)
a. Dari tabung-tabung EC Broth yang positif dengan menggunakan jarum ose
gores ke LEMB agar. Inkubasi selama 24 jam ± 2 jam pada suhu 35oC + 1oC.
b. Koloni Escherichia coli terduga memberikan ciri yang khas (typical) yaitu
hitam pada bagian tengah dengan atau tanpa hijau metalik.
c. Ambil lebih dari satu koloni (typical) Escherichia coli dari masing-masing
cawan LEMB dan goreskan ke media PCA miring dengan menggunakan
jarum tanam. Inkubasi selama 24 jam ± 2 jam pada suhu 35oC+ 1oC.
d. Jika koloni yang khas (typical ) tidak ada, pindahkan 1 atau lebih koloni yang
tidak khas (typical) Escherichia coli ke media PCA miring.
Angka lempeng total
1. Timbang 2 gram atau pipet 25 ml sampel sampel dengan cara aseptis dan
masukkan kedalam kantong stomacher steril.
2. Tambahkan larutan PDF dan homogenkaan dengan stomacher selama 3 detik
sehingga diperoleh suspensi dengan pengenceran 101 dan siapkan 5 tabung atau
lebih yang masing-masing telah diisi denga 9 ml PDF.
3. Hasil homogenisasi pada penyiapan sampel yang merupakan pengenceran 101
dipipet sebanyak 1 ml kedalam tabung PDF pertama, dikocok homogen hingga
diperoleh pengenceran 102 dan buat higga penegenceran 106.
4. Dari setiap pengenceran dipipet 1 ml kedalam cawan petri yang dibuat duplo,
kedalam setiap cawan dituangkan 15-20 ml media PDA.
5. Cawan petri segera digoyang dan diputar sedemikian rupa hingga suspens
tersebar merata.
6. Cawan diinkubasi pada suhu 35-37oC selama 24-46 jam dengan posisi terbalik.
Setelah itu jumlah koloni yangn tumbuh diamati dan dihitung.
Uji Salmonella
1. Pipet 1 ml sampel pada setiap penegenceran kedalam cawan petri.
2. Tuangkan 15-20 ml mediaBGA (Bismuth Green Agar) atau XLD (Xylose
Lysine Deoxycholate).
3. Cawan petri segera digoyang dan diputar sedemikian rupa hingga suspens
tersebar merata.
4. Cawan diinkubasi pada suhu 35-37oC selama 24-46 jam dengan posisi terbalik.
Setelah itu jumlah koloni yang tumbuh diamati dan dihitung.
Uji Candida Albiccans
1. Buat media LB cair (Luria-Bertani) dengan melarutkan 1,0 g bacto tryptone,
0,5 g bacto yeast dan 1,0 g NaCl kedalam 100 ml aquadesr. Larutkan kemudian
disterilisasi dengan autoklaf selama 30 menit.
2. Pipet 1 ml sampel kedalam 15-20 ml media LB .
3. Cawan petri segera digoyang dan diputar sedemikian rupa hingga suspens
tersebar merata.
4. Cawan diinkubasi pada suhu 35-37oC selama 48 jam dengan posisi terbalik.
Setelah itu jumlah koloni yang tumbuh diamati dan dihitung.
Staphylocccus Aureus dan Pseudomonas Aeruginosa
1. Ke dalam 10 g atau 10 ml sampel ditambahkan medium Fluid Soybean Casein Digest
sampai 100 ml, dicampur dan diinkubasi selam 24 jam pada suhu 32,5oC ± 2.5oC.
2. Apabila ada pertumbuhan, sebanyak satu ose suspensi koloni digesekkan pada
permukaan medium Manitol Salt Agar (MSA) dan Centrimide Agar (CETA) dalam
petri, masing-masing untuk diidentifikasi Staphylocccus aureus dan pseudomonas
aeruginosa. Petri ditutup dan dibungkus dalam kondisi terbalik serta diinkubasi pada
suhu 32,5oC ± 2.5oC selama 48-72 jam.
3. Apabila tidak ada pertumbuhan, sampel dinyatakan bebas Staphylocccus Aureus dan
Pseudomonas Aeruginosa. Apabila ada pertumbuhan koloni pada medium MSA
dengan karakteristik warna kuning dan zona kuning, dilanjutkan dengan uji koagulase.
Apabila dijumpai koloni dengan zona kehijauan pada medium CETA maka dilanjutkan
dengan uji oksidase dan fluorosensi di bawah sinar ultra violet. Pada Staphylococcus
Aureus dengan media selektif berupa MSA menghasilkan koloni cembung, warna
kuning dan warna merah berubah menjadi jernih.
4. Uji koagulase dilakukan dengan cara memindahkan satu ose koloni yang dicurigai dari
media MSA kedalam tabung yang berisi 0,5 ml plasma kelinci, diinkubasi dalam tangas
air pada suhu 37o . pengamatan dilakukan setiap tiga jam selama 24 jam. Uji terhadap
kontrol positif dan kontrol negatif dilakukan dengan cara yang sama secara simultan.
Apabila tidak terjadi koagulasi, maka sampel dinyatakan bebas Staphylocccus Aureus.
5. Uji oksidase dilakukan dengan cara meltakkan kertas saring yang telah diimpregnasi
dengan larutan N’N-dimetil-p-fenilendiamin dihidroklorid 1% diatas permukaan koloni
yang dicurigai pada media CETA. Apabila tidak terbentuk warna pink yang berubah
menjadi biru dalam waktu 20-60 detik, sampel dinyatakan bebas Pseudomonas
Aeruginosa.
6. Uji fluorosensi dan piosianin dilakukan dengan cara menggesekkan koloni yang
dicurigai pada permukaan media Agar Pseudomonas F (APF) dan media agar
Pseudomonas P (APP) dalam petri yang ditandai untuk dibagi menjadi 4 bagian
(masing-masing dapat digesekkan koloni yang dicurigai secara terpisah). Petri ditutup
dan dibungkus dalam kondisi terbalik serta diinkubasi pada suhu 35o± 2o C selama tidak
lebih dari 3 hari. Apabila pada media APF tidak dijumpai koloni berwarna kuning
kehijauan dan berfluorosensi kekuning-kuningan dibawah sinar UV, sedangkan pada
media APP tidak dijumpai koloni berwarna hijau kebiruan serta berfluorosensi kebiruan
dibawah sinar UV, maka sampel dinyatakan bebas Pseudomonas Aeruginosa. Untuk
penegasan hasil uji sebanyak 1 g koloni yang berpigmen dari media APF dan APP
masing-masing dimasukkan kedalam tabung reaksi, ditambah 1 ml air suling dan
dikocok, kemudian ditambah 1 ml kloroform dan dikocok. Fluorosensi akan larut dalam
air, dan tidak larut dalam kloroform, sedangkan piosianin larut dalam air dan larut
dalam kloroform.