laporan praktikum kimia fisika
DESCRIPTION
kimia fisikTRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKAPERCOBAAN III
PERSAMAAN ARRHENIUS DAN ENERGI AKTIVASI
Aries Setyo Wibowo, Cahyo Fajar Handayani, Sasih MartianiProgram Studi Pendidikan Kimia, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Negeri SemarangGedung D Kampus Sekaran Gunungpati Semarang 50229
[email protected] 085641596290
Abstrak
Praktikum ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh suhu terhadap laju reaksi dan menghitung energi aktivasi (Ea) dengan menggunakan persamaan Arrhenius. praktikum ini dilakukan dengan melakukan variasi suhu dimana kita dapat mengetahui pengaruh suhu terhadap keccepatan reaksi. Praktikum ini dilakukan menggunakan larutan H2O2 dan air dalam tabung 1 serta larutan KI, Na2S2O3 dan 1 ml amilum dalam tabung 2, kemudian kedua tabung reaksi tersebut diletakkan dalam gelas piala 600 ml yang berisi air yang disesuaikan dengan suhu pengamatan, sampai masing-masing tabung 1 dan tabung 2 suhunya sama sesuai dengan suhu pengamatan. Pada praktikum ini didapatkan harga energi aktivasi sebesar 2.311292 J/mol dan nilai ln A yaitu -4.7397 sehingga diperoleh nilai A sebesar 8.7413 x 10−3. Dan juga hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa temperatur atau suhu berpengaruh pada laju reaksi, jika suhu semakin tinggi maka laju reaksi juga akan semakin cepat. Hal ini dibuktikan dengan dihasilkannya harga k yang lebih besar pada suhu yang lebih tinggi.
AbstractThe lab aims to study the effect of temperature on reaction rate and calculate the activation energy (Ea) using the Arrhenius equation. This practice is done by varying the temperature at which we can determine the effect of temperature on reaction keccepatan. This lab is done using H2O2 solution and water in one tube and the solution of KI, Na2S2O3 and 1 ml of starch in tube 2, then the second test tube is placed in a beaker containing 600 ml of water, adjusted to temperature observations, to each tube 1 and 2 tubes same temperature according to the temperature observations. At this lab activation energy prices obtained by 2.311292 J / mol and ln A value is -4.7397 to obtain a value of 8.7413 x 〖10〗 ^ (-3). And lab results can be concluded that the temperature or the temperature effect on the reaction rate, if the temperature is too high then the reaction rate will be faster. This is evidenced by the production of a larger value of k at higher temperatures.
Keywords: Activation Energy; Arrhenius equation; Rate of reaction
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Energi aktivasi merupakan energi minimum yang dibutuhkan oleh suatu reaksi kimia
agar dapat berlangsung, Energi aktivasi memiliki simbol Ea dengan E menotasikan energi
dan a yang ditulis subscribe menotasikan aktivasi. Kata aktivasi memiliki makna bahwa
suatu reaksi kimia membutuhkan tambahan energi untuk dapat berlangsung. Dalam
percobaan yang dilakukan dalam laboraturium kimia fisik yaitu kita akan mengetahui
pengaruh suhu terhadap laju reaksi, dalam buku literatur yang telah dibaca mengatakan
bahwa semakain tinggi suatu suhu pada reaksi maka akan mempercepat terjadinya reaksi
dan waktu yang diperlukan dinamakan waktu reaksi.
Dalam kinetika, suatu reaksi berlangsung melalui beberapa tahap. Diawali dengan
tumbukan antar partikel reaktan. Setelah reaktan bertumbukan, maka akan terjadi
penyusunan ulang ikatan dalam senyawa reaktan menjadi susunan ikatan yang berbeda
( membentuk senyawa produk ). (Vogel : 1994)
Percobaan ini tidak hanya mengetahui pengaruh suhu terhadap k tetpai juga dilakukan
untuk menentukan energi aktivasi (Ea) yang dibutuhkan untuk reaksi dengan
persamaan Arrhenius
1.2 Landasan Teori
Laju dari suatu reaksi umumnya sangat dipengaruhi oleh kenaikan
suhu,kebanyakan laju reaksi, lajunya meningkat 2 sampai 3 kali pada kenaikan suhu
sebesar 10 derajat celsius. Hal ini berhubungan dengan meningkatnya energi kinetik
rata-rata pereaski karena naikna suhu sehingga memperkecil energi tintangan reaksi
dan reaksi mudah berlangsung.
Dari hasil beberapa eksperimen arrhenius menyimpulkan bahwa berubahnya
tetpan laju reaksi oleh perubahan suhu bersesuaian dengan hasil eksperimen.
Arrhenius kemudian mengemukakan sebuah persamaan empiriknya yang diturunkan
dari persamaan termodinamika. Perubahan tetapan kesetimbangan oleh suhu yaitu
d (lnk)dt
= eR T 2 dimana k adalah tetapan laju dan e berhubungan dengan energi
Semestara dari kajian kinetika teori, jika dianggap laju reaksi bergantung pada
jumlah tumbukan antar partikel pereaksi dan jumlah partikel teraktivasi maka laju
reaksi dapat dinyatakan dengan
K=A e−ERT2Dengan A sebagai faktor frekuensi. Dalam bentuk logaritma
persamaan tadi menjadi
lnK=−ERT
+ lnA
Persaman diatas mensyaratkan bahwa satuan E harus merupakan (energi)(mol-1). Adapun
hubungan antara konstanta laju pada dua temperatur adalah:
lnk 1k 1
=EaR
( 1T 1
− 1T 2
)
plot E terhadap dari perkembangan dari koordinat reaksi diperlihatkan pada gambar
dibawah ini
lengkungan dalam kurva diatas memberikan energi aktivasi. Perbedaan antara energi
reaktan dan produk dikenal sebagai panas reaksi, jadi energi aktivasi untuk reaksi
sebaliknya akan menjadi
Ea(r)=Ea(f)-∆ H
Beberapa faktor yang mempengaruhi energi aktivasi adalah sebagai berikut :
Suhu
Fraksi molekul-molekul mampu untuk bereaksi dua kali lipat dengan peningkatan
suhu sebesar 10oC . hal ini menyebabkan laju reaksi berlipat ganda.
Faktor frekuensi
Dalam persamaan ini kurang lebih konstan untuk perubahan suhu yang kecil.
Perlu dilihat bagaimana perubahan energi dari fraksi molekul sama atau lebih dari
energi aktivasi
Katalis
Katalis akan menyediakan rute agar reaksi berlangsung dengan energi aktivasi
yang lebih rendah. (Castellan : 1982)
1.3 Rumusan Masalah
a. Bagaimana pengaruh suhu terhadap laju reaksi?
b. Bagaimana cara energi aktivasi (Ea) dengan menggunakan persamaan Arrhenius
1.4 Tujuan Praktikum
a. Mempelajari pengaruh suhu terhadap laju reaksi
b. Menghitung energi aktivasi (Ea) dengan menggunakan persamaan Arrhenius
2. METODE
2.1 Alat
a. Rak tabung reaksi (terbuat dari kayu, berbentuk seperti balok) 1 buah
b. Tabung reaksi (ukuran 15 x 150mm, terbuat dari kaca borosilikat tahan panas) 4
buah
c. Gelas piala 600 ml (Terbuat dari gela (polipropilen) atau plastik yang tahan panas
dan mempunyai volume 600 mL) 1 buah
d. Pipet ukur 10 ml (berupa pipa kecil terbuat dari plastik atau kaca dengan ujung
bawahnya meruncing serta ujung atasnya ditutupi karet)
e. Stopwatch
2.2 Bahan
Bahan Spesifikasi Perusahaan Pembuat
H2O2 0,04 M Bahan kimia oksidator PT Peroksida Indonesia Pratama
KI 0,1 M garam putih PT. Smart Lab Indonesia
Na2S2O3 satusebatian hablur yang jernih PT. Smart Lab Indonesia
Amilum karbohidrat kompleks yang
tidak larut dalam air,
PT. GP Farmasi
Es Batu air yang membeku, berbentuk
kristal
Beli dikantin
2.3 Cara Kerja
a. Menyiapkan sistem sesuai yang tertera di bawah ini :
- Tabung 1 berisi 5 ml H2O2 dan 5 ml air
- Tabung 2 berisi 10 ml KI, 1 ml Na2S2O3 dan 1 ml amilum
b. Kedua tabung reaksi diletakkan dalam gelas piala 600 ml yang berisi air sesuai
dengan suhu pengamatan, sampai masing-masing tabung 1 dan tabung 2
suhunya sama sesuai dengan suhu pengamatan, untuk suhu pengamatan 0o-
20oC dilakukan dengan bantuan es.
2.4 Variabel Pengamatan
- Variabel bebas : suhu
- Variabel terikat : waktu reaksi
2.5 Cara Analisis Data
Mgrek H2O2 = M.V.val (mgrek)
Mgrek KI = M.V.val (mgrek)
Mgrek Na2S2O3 = M.V.val (mgrek) pereaksi pembatas
Mgrek H2O2 yang bereaksi = mgrek tio
[H2O2]awal = M x ml
Voltotal (M)
[H2O2]bereaksi =d [M]
o Menghitung k
k = |[ H 2O 2]bereaksi[ H 2O2 ] awal x t |
o Menghitung ln K
o Menghitung 1/T
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Analisis Data
Setelah praktikan melakukan percobaan diperoleh waktu reaksi saat mulai
pencampuran sampai saat pertama kali larutan berubah warna menjadi biru
keunguan. Data tersebut dapat dilihat dalam table berikut :
Tabel 1. Hasil Pengamatan dalam Proses Praktikum
No
Suhu Awal (ºC)Suhu Akhir
Campuran (ºC)
Rata-rata Suhu
(ºC)
Waktu
Reaksi
(detik)Tabung
1
Tabung
2Campuran
1 40 40 40 39 38.5 16
2 35 35 35 34 34.5 20
3 30 30 30 28 29.0 24
4 25 25 25 26 25.5 33
5 20 20 20 23 21.5 50
Mgrek H2O2 = M.V.val = 0,04 x 5 x 2 = 0,4 mgrek
Mgrek KI = M.V.val = 0,1 x 10 x 1 = 1 mgrek
Mgrek Na2S2O3 = M.V.val = 0,001 x 1 x 1 = 0,001 mgrek
Mgrek H2O2 yang bereaksi = mgrek tio
[H2O2]awal = M x ml
Voltotal =
0 , 04 .522 = 0,009091 M
[H2O2]bereaksi =d [M] = 0,042 x 22
= 0,000909 M
Menghitung k dan ln k
k = |[ H 2O 2]bereaksi[ H 2O2 ] awal x t |
ln k= ln |[ H 2O 2]bereaksi[ H 2O2 ] awal x t |
No. Waktu(detik) K ln K
1 16 0,00625
-5,07517
2 20 0,005-
5,29832
3 24 0,00417
-5,48064
4 33 0,00303
-5,79909
5 50 0,002-
6,21461
Menghitung 1/T
Dari data 1:
1/T =1
38.5 = 0,025974
Dari data 2:
1/T = 1
34.5 = 0.028986
Dari data 3:
1/T = 1
29.0 = 0.034483
Dari data 4:
1/T = 1
25.5 = 0.039216
Dari data 5:
1/T = 1
21.5 = 0.046512
Tabel 2. Sumbu X (1/T) dan Sumbu Y (ln K)
No.Rerata suhu
(oC)1/T
(sumbu x)waktu (detik)
KLn K
(sumbu y)
1. 38.5 0.025974 16 0.00625 -5.075173815
2. 34.5 0.028986 20 0.005 -5.298317367
3. 29.0 0.034483 24 0.004166667 -5.480638923
4. 25.5 0.039216 33 0.003030303 -5.799092654
5. 21.5 0.046512 50 0.002 -6.214608098
Melalui proses perhitungan (analisa data pada lampiran) dapat digambarkan
grafik ln k vs 1/T sebagai berikut:
0.025974025974026
0.0289855072463768
0.0344827586206897
0.0392156862745098
0.0465116279069769
-7
-6
-5
-4
-3
-2
-1
0
-5.0751738152338
4-
5.29831736654803
-5.4806389233419
9-
5.79909265446054
-6.2146080984221
9
f(x) = − 0.277964385428921 x − 4.73967301531456R² = 0.972379101082273
ln K vs 1/T
ln K vs 1/TLinear (ln K vs 1/T)
1/T
ln K
Gambar 1. Grafik Ln K vs T
Perhitungan Ea
Dari kurva diperoleh persamaan: y = -0.278x – 4.7397 ( y = mx + b )
ln K=−EaR
x1T
+ ln A
a. m = - 0.278, maka m = - EaR
Ea = - ( m x R ) = - (-0.278 x 8,314) = 2.311292 J/mol
b. B = intercept = ln A = - 4.7397
A = 8.7413 x 10−3
3.2 Pembahasan
Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh suhu terhadap laju reaksi
dan menghitung energi aktivasi menggunakan persamaan Arrhenius. Pada awalnya
menyamakan tabung 1 dan tabung2 karena kita akan mempelajari pengaruh suhu
terhadap laju reaksi. Untuk mengetahui hal tersebut, kita dapat menentukan energi
aktivasi dengan mencari variasi suhu dan K yang bisa menggunakan persamaan
Arrhenius.
Reaksi yang diukur adalah reaksi hidrogen peroksida dengan ion iodida. Dalam
hal ini, hidrogen peroksida dicampurkan bersamaan dengan iodide, ion tiosulfat dan
amilum. Setelah dicampurkan, larutan yang terbentuk akan berubah warna menjadi
biru setelah beberapa saat. Waktu yang diperlukan sampai berubahnya warna larutan
menjadi biru dicatat dan disebut sebagai waktu reaksi. Percobaan ini dilakukan
selama 5 kali untuk rentang suhu dari 0-40 ºC untuk mengetahui pengaruh suhu
terhadap laju reaksi.
Penambahan larutan H2O2 berfungsi sebagai oksidator, yaitu mengubah I-
menjadi I2. I- kemudian berikatan dengan Na2S2O3 yang berfungsi sebagai reduktor,
I2 berubah kembali menjadi I- yang selanjutnya berikatan dengan larutan kanji. Ion
iodida dan hidrogen peroksida akan bereaksi membentuk gas I2, gas tersebut akan
bereaksi kembali dengan ion tiosulfat membentuk kembali ion iodida. Namun,
dalam reaksi ini, tidak akan ada yodium yang dibebaskan sampai semua ion tiosulfat
habis bereaksi. Dengan tambahan amilum, ion iodida yang terbentuk kembali akan
bereaksi dengan amilum dan menghasilkan warna biru pada larutan. Amilum yang
digunakan haruslah amilum yang baru dibuat, karena amilum yang telah lama dibuat
memiliki kemungkinan perubahan struktur karena pengaruh luar. Oleh karena itu,
sesaat setelah larutan amilum dibuat sebaiknya larutan dipanaskan terlebih dahulu
sebelum digunakan.
Perubahan warna yang terjadi akan semakin cepat apabila reaksi berlangsung
pada temperatur yang lebih tinggi. Pada temperatur yang lebih tinggi, ion-ion
pereaksi akan memiliki energi kinetik yang lebih besar. Disini terlihat adanya
penambahan energi kinetik partikel yang dilakukan dengan menaikkan temperatur
reaksi, inilah energi yang diberikan dari luar sistem untuk mencapai kondisi transisi
seperti yang dijelaskan teori. Energi tersebut akan diukur besarnya.
Selain menetukan pengaruh suhu terhadap laju reaksi percobaan ini juga
dilakukan untuk menentukan energi aktivasi (Ea) yang dibutuhkan untuk reaksi
dengan persamaan Arrhenius.. Pada percobaan yang dilakukan, didapatkan nila Ea
sebesar 2.311292 J/mol dan nilai ln A yaitu - 4.7397 dimana kita dapat mengetahui
nilai A = 8.7413 x 10−3.
Reaksi yang terjadi pada percobaan adalah sebagai berikut:
2H2O2 2H2O + O2
I2 + 2S2O32- 2I- + S4O6
2-
2H2O2 + 2I- + S4O62- I2 + 2H2S2O3 + 2O2
4. SIMPULAN
1. Berdasarkan data percobaan, diperoleh grafik yang linier sehingga percobaan yang
kami lakukan sesuai dengan persamaan Arrhenius.
2. Energi aktivasi dari percobaan ini adalah 4,506188 J/mol dan nilai ln A yaitu -
4.7397, nilai A = A = 8.7413 x 10−3
3. Temperatur berpengaruh pada laju reaksi, jika suhu semakin tinggi maka laju reaksi
akan semakin cepat. Hal ini dibuktikan dengan dihasilkannya harga k yang lebih
besar pada suhu yang lebih tinggi.
5. DAFTAR PUSTAKA
Atkins PW. 1999. Kimia Fisika. “Ed ke-2 Kartahadiprodjo Irma I, penerjemah;Indarto
Purnomo Wahyu, editor. Jakarta : Erlangga. Terjemahan dari : Physichal
Chemistry.
Castellan GW. 1982. Physichal Chemistry. Third Edition. New York : General
Graphic Services.
Tim Dosen Kimia Fisik. 2012. Diktat Petunjuk Praktikum Kimia Fisik. Semarang :
Jurusan Kimia FMIPA UNNES
Vogel. 1994. Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
(EGC).
Semarang, 25 September 2013
Mengetahui,
Dosen Pengampu Praktikan
Ir. Sri Wahyuni, M.Si Aries Setyo Wibowo
NIM. 4301411106
JAWABAN PERTANYAAN
1. Penyebab terjadinya penyimpangan karena pada suhu diatas 40C larutan amilum akan
rusak atau rusak sebagian, sehingga ion iodida yang terbentuk tidak dapat terdeteksi
dengan baik
2. Ya, karena Hubungan energi aktivasi dengan laju reaksi adalah berbanding terbalik.
Semakin besar energi aktivasi maka laju reaksinya semakin lambat karena energi
minimum untuk terjadi reaksi semakin besar. Semakin kecil harga ln K maka harga 1/T
rata-rata semakin besar. Ini membuktikan bahwa semakin tinggi temperatur maka
energi aktivasinya akan semakin kecil dan semakin sedikit waktu yang diperlukan
sehingga akan memperbesar harga laju reaksi. Hal ini sesuai dengan teori dimana
energi aktivasi berbanding terbalik dengan laju reaksi.
3. Ya, karena temperatur berbanding terbalik dengan waktu. Semakin tinggi suhu,
kecepatan gerak partikel-partikel pereaksi dan energi kinetik partikel ikut meningkat.
Hal ini menyebabkan tumbukan akan lebih sering terjadi dan reaksi akan lebih cepat
berlangsung.Perubahan suhu umumnya mempengaruhi harga tetapan laju K. Jika suhu
dinaikan maka harga K akan meningkat dan begitu sebaliknya. Sehingga kurva energy
aktifasi selalu linier.