lapkas malaria dr.sur

Upload: nuranizha

Post on 10-Feb-2018

232 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 Lapkas Malaria Dr.sur

    1/21

    1

    PENDAHULUAN

    Malaria merupakan penyakit infeksi parasit yang sering dijumpai di negara-negara tropis. Di

    Indonesia, malaria masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama,

    karena mempengaruhi angka kesakitan bayi, balita, dan ibu melahirkan, serta menimbulkan

    kejadian luar biasa (KLB).1 Penyakit malaria masih ditemukan di seluruh provinsi di Indonesia.

    Berdasarkan API (Annual Parasite Incidence), dilakukan stratifikasi wilayah dimana Indonesia

    bagian timur masuk dalam stratifikasi malaria tinggi, stratifikasi sedang di beberapa wilayah di

    Kalimantan, Sulawesi dan Sumatera sedangkan di Jawa-Bali masuk dalam stratifikasi rendah,

    meskipun masih terdapat desa atau fokus malaria tinggi.2

    Malaria jarang dijumpai pada bulan-bulan pertama kehidupan, namun pada anak yang

    berumur beberapa tahun dapat terjadi serangan malaria tropika yang berat, bahkan tertiana dan

    kuartana dan dapat menyebabkan kematian, terutama pada anak dengan gangguan gizi.3

    Riskesdas 2010 menunjukkan bahwa berdasarkan karakteristik umur, point prevalence paling

    tinggi adalah pada umur 5-9 tahun (0,9 %) , diikuti kelompok umur 1-4 tahun (0,8%). 2

    Parasit penyebab malaria adalah protozoa dari genus Plasmodium, yang ditularkan

    melalui vektor nyamuk betina genus Anopheles. Pada manusia, plasmodium yang virulen terdiri

    dari 5 spesies, yaitu Plasmodium falciparum yang menyebabkan malaria tropika, Plasmodium

    vivax yang menyebabkan malaria tersiana, Plasmodium ovale yang menyebabkan malaria ovale,

    Plasmodiummalariae yang menyebabkan malaria kuartana, dan Plasmodium knowlesi, parasit

    malaria pada monyet yang ditemukan mulai menyerang manusia di beberapa kawasan di Asia

    Tenggara, termasuk di Indonesia 4,5 Pada tahun 2009, penyebab malaria yang tertinggi adalah

    Plasmodium vivax (55,8%), kemudian Plasmodium falciparum, sedangkan Plasmodium ovale

    tidak dilaporkan. Data ini berbeda dengan data Riskesdas 2010, yang mendapatkan 86,4%

    penyebab malaria adalahPlasmodium falcifarum, danPlasmodium vivax sebanyak 6,9%. 2

    Berikut ini akan dilaporkan suatu kasus, seorang anak dengan Malaria Tropika, yang

    diopname di Irina E BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado sejak tanggal 10 Mei 2013

    sampai 17 Mei 2013.

  • 7/22/2019 Lapkas Malaria Dr.sur

    2/21

    2

    LAPORAN KASUS

    Seorang anak perempuan, DL, suku Minahasa, berusia 13 tahun 4 bulan, MRS BLU RSU Prof.

    Dr. R. D. Kandou pada tanggal 10 mei 2013 dengan keluhan utama demam sejak 1 minggu

    SMRS.

    Anamnesis

    Anamnesis diberikan oleh : penderita

    Keluhan Utama : demam

    Demam dialami penderita sejak kira-kira 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Demam

    tinggi pada perabaan dan bersifat hilang timbul. Demam turun hingga mencapai suhu normal

    dengan pemberian obat panas, kemudian demam naik lagi. Sebelum demam, penderita merasa

    kedinginan bahkan sampai menggigil. Setelah demam turun, penderita berkeringat sangat

    banyak dan merasa sehat kembali.

    Penderita juga mengeluh lemah badan, sering merasa mual dan muntah, sejak timbulnya

    demam. Beberapa jam sebelum masuk rumah sakit, penderita megeluh nyeri perut. Nyeri perut

    dirasakan seperti ditusuk-tusuk, tidak menjalar, dan bersifat hilang timbul.

    Riwayat kejang, perdarahan dari hidung maupun gusi disangkal penderita. Batuk dan

    beringus tidak dikeluhkan penderita. Penderita mengaku nafsu makannya menurun sejak

    timbulnya keluhan. Buang air kecil dan buang air besar seperti biasa.

    Penderita tidak memiliki riwayat bepergian ke daerah yang endemis malaria. Menurut

    ibu penderita, kakak sepupu penderita menderita sakit malaria. Dua hari sebelum masuk rumah

    sakit, penderita berobat ke dokter praktek umum dan mendapat obat kloramfenikol, antasida,

    dan antimuntah. Oleh karena merasa tidak ada perbaikan, penderita akhirnya memutuskan untuk

    datang berobat ke RSUP Prof.Dr.R.D.Kandou Manado.

    Anamnesis Antenatal

    Pemeriksaan ANC teratur di puskesmas sebanyak 10 kali.

    Imunisasi TT 2 kali.

    Selama hamil ibu penderita sehat.

    Penyakit yang sudah pernah dialami :

    Morbili : +

    Varicella : +Pertusis : -

  • 7/22/2019 Lapkas Malaria Dr.sur

    3/21

    3

    Diarrhea : -

    Cacingan : -

    Batuk/Pilek : +

    Kepandaian dan Kemajuan Bayi :

    Pertama kali membalik : 3 bulan

    Pertama kali tengkurap : 3 bulan

    Pertama kali duduk : 5 bulan

    Pertama kali merangkak : 7 bulan

    Pertama kali berdiri : 9 bulan

    Pertama kali berjalan : 10 bulan

    Pertama kali tertawa : 2 bulan

    Pertama kali berceloteh : 6 bulan

    Pertama kali memanggil mama : 9 bulan

    Pertama kali memanggil papa : 9 bulan

    Anamnesis makanan terperinci sejak bayi sampai sekarang :

    ASI : lahir - 6 bulan

    PASI : 6 bulan - 1 tahun

    Bubur susu : 1 tahun - 1 tahun

    Bubur saring : 1 tahun - 2 tahun

    Nasi Lembek : 2 tahun - 3 tahun

    Nasi : 3 tahun - sekarang

    Imunisasi

    BCG : 1x

    Polio : 3x

    DPT : 3x

    Campak : 1x

    Hepatitis : 3x

    Anamnesis Keluarga

    Riwayat Keluarga :

    Hanya penderita yang mengalami sakit seperti ini dalam keluarga. Kakak sepupu penderita ada

    yang menderita sakit malaria.

  • 7/22/2019 Lapkas Malaria Dr.sur

    4/21

    4

    Keadaaan Sosial, Ekonomi, Kebiasaan dan Lingkungan :

    Penderita tinggal di rumah beratap seng, berdinding tripleks, dan berlantai beton. Jumlah kamar

    2 buah, dihuni oleh 5 orang, terdiri dari 2 orang dewasa dan 3 orang anak. KM/WC di luar

    rumah. Sumber air minum berasal dari sumur. Sumber penerangan berasal dari PLN.

    Penanganan sampah dengan cara dibuang dan dibakar.

    Family Tree :

    Pemeriksaan Fisik

    Keadaan Umum : tampak sakit

    Kesadaran : compos mentis

    Sianosis : -

    Anemia : -

    Ikterus : -

    Kejang : -

    TB : 143 Cm

    BB : 36 Kg

    Status Gizi : baik

    Tanda Vital

    Tekanan Darah : 110/70 mmHg

    Nadi : 100 x/menit

    Respirasi : 28 x/menit

    Suhu : 38,7 C

    Kulit

    Warna : sawo matang

  • 7/22/2019 Lapkas Malaria Dr.sur

    5/21

    5

    Efloresensi : -

    Pigmentasi : -

    Jaringan Parut : -

    Lapisan Lemak : cukup

    Turgor : kembali cepat

    Tonus : normal

    Oedema : -

    Kepala

    Bentuk : mesocephal

    Ubun-ubun besar : menutup

    Rambut : hitam, tidak mudah dicabut

    Mata :

    Exophtalmus/Endophtalmus : -

    Tekanan Bola Mata : normal pada perabaan

    Konjungtiva : anemis (+)

    Sklera : ikterik (-)

    Korneal Refleks : normal

    Pupil : bulat isokor, 3mm-3mm, RC +/+

    Lensa : jernih

    Fundus : tidak dievaluasi

    Visus : tidak dievaluasi

    Gerakan : normal

    Telinga : sekret (-)

    Hidung : sekret (-)

    Mulut :

    Bibir : sianosis (-)

    Lidah : beslag (-)

    Gigi : caries (-)

    Selaput mulut : basah

    Gusi : perdarahan (-)

    Bau pernapasan : Foeter (-)

    Tenggorokan :

    Tonsil : T1-T1, hiperemis (-)

    Faring : hiperemis (-)

  • 7/22/2019 Lapkas Malaria Dr.sur

    6/21

    6

    Leher :

    Trakea : letak di tengah

    Kelenjar : pembesaran KGB (-/-)

    Kaku Kuduk : (-)

    Thoraks

    Bentuk : simetris

    Ruang intercosta : normal

    Retraksi : (-)

    Precordial bulging : (-)

    Xiphosternum : (-)

    Harrisons groove : (-)

    Pernapasan paradoksal : (-)

    Paru-paru :

    Inspeksi : simetris kiri = kanan, retraksi (-)

    Palpasi : stem fremitus kiri = kanan

    Perkusi : sonor kiri = kanan

    Auskultasi : sp. bronkovesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-

    Jantung :

    Detak jantung : 100 x/menit

    Iktus cordis : tidak tampak

    Batas kiri : linea midclavicularis sinistra

    Batas kanan : linea parasternalis dextra

    Batas atas : ICS II-III

    Bunyi jantung apeks : M1 > M2

    Bunyi jantung aorta : A2 > A1

    Bunyi jantung pulmonal : P2 > P1

    Bising : (-)

    Abdomen

    Bentuk : datar, lemas, bising usus (+) normal, nyeri tekan epigastrium (+)

    Hepar : teraba 2-2 cm di bawah arkus costa

    Lien : teraba Shuffner II

    Genitalia : perempuan, normal

    Anggota Gerak : akral hangat, CRT 2

    Tulang-Belulang : deformitas (-)

  • 7/22/2019 Lapkas Malaria Dr.sur

    7/21

    7

    Otot-Otot : eutoni

    Refleks : refleks fisiologis +/+

    refleks patologis -/-

    Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 10 Mei 2013

    PARAMETER HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN

    Malaria (-) negatif

    HEMATOLOGI

    Eosinofil 0 % 1-5

    Basofil 0 % 0-1

    Netrofil

    Batang

    0 % 2-8

    Netrofil

    Segmen

    42 % 50-70

    Limfosit 50 % 20-40

    Monosit 8 % 2-8

    Leukosit 4000 /mm 4.000-10.000

    Eritrosit 3.23 10 /mm 4.25-5.40

    Hemoglobin 7.9 g/dL 12.0-16.0

    Hematokrit 24.0 10 /mm 37.0-47.0

    Trombosit 139 10 /mm 150-450

    URINALISIS

    Warna Kuning

    muda

    Kuning muda

    Kekeruhan Jernih Jernih

    Epitel 2-4 /lpk 0-1Silinder (-) negatif /lpk -

    Eritrosit 0-1 /lbp 0-1

    Leukosit 2-3 /lbp 1-5

    Kristal (-) negatif -

    Bakteri (-) negatif -

    Jamur (-) negatif -

    Berat Jenis 1.015 1.010-1.030

    pH 7 5-8

    Leukosit (-) negatif (-) negatif

    Nitrit (-) negatif (-) negatifProtein (-) negatif (-) negatif

    Glukosa Normal Normal

    Keton (-) negatif (-) negatif

    Urobilinogen Normal Eu/dl 0.1-1

    Bilirubin (-) negatif Normal

    Darah / Eri (-) negatif (-) negatif

    Diagnosis Kerja

    Suspect Demam Tifoid dd/ Malaria + Anemia pro evaluasi

  • 7/22/2019 Lapkas Malaria Dr.sur

    8/21

    8

    Pengobatan

    Paracetamol 500 mg, 3 x 1 tablet Domperidon 10 mg, 3 x 1 tablet

    Rencana Pemeriksaan : DL, Diff.count, DDR, Widal, Na, K, Cl

    FOLLOW UP

    10 Mei 2013 (Follow Up Hari-1)

    S : demam (+), nyeri perut (-), mual (-), muntah (-)

    O : KU : tampak sakit Kesadaran : compos mentis

    TD : 100/60 mmHg N : 88 x/mnt R : 24 x/mnt S : 38,0 C

    Kepala : konj.anemis (+), skl.ikterik (-), PCH (-)

    Thorax : simetris, retraksi (-)

    Cor : BJ I-II normal, bising (-)

    Pulmo : sp. bronkovesikuler, Rh-/-, Wh -/-

    Abdomen : datar, lemas , BU (+) normal, nyeri tekan epigastrium (+)

    Hepar : teraba 2-2 Cm di bawah arkus costa

    Lien : teraba Schuffner II

    Ektremitas : akral hangat, CRT 2

    A : Suspect Demam Tifoid dd/ Malaria + Anemia pro evaluasi (Hb 7,9 mg/dL)

    P : Paracetamol 500 mg, 3 x 1 tablet

    Domperidon 10 mg, 3 x 1 tablet

    Rencana Pemeriksaan : DL, Diff.count, DDR serial, Urinalisis, Faeces

    11 Mei 2013 (Follow Up Hari-2)

    S : demam (+), nyeri perut (-), mual (-), muntah (-)

    O : KU : tampak sakit Kesadaran : compos mentis

    TD : 110/70 mmHg N : 104 x/mnt R : 28 x/mnt S : 37,8 C

    Kepala : konj.anemis (+), skl.ikterik (-), PCH (-)

    Thorax : simetris, retraksi (-)

    Cor : BJ I-II normal, bising (-)

    Pulmo : sp. bronkovesikuler, Rh-/-, Wh -/-

    Abdomen : datar, lemas , BU (+) normal, nyeri tekan epigastrium (+)

    Hepar : teraba 2-2 Cm di bawah arkus costa

  • 7/22/2019 Lapkas Malaria Dr.sur

    9/21

    9

    Lien : teraba Schuffner II

    Ektremitas : akral hangat, CRT 2

    A : Suspect Demam Tifoid dd/ Malaria + Anemia pro evaluasi

    P : Amoxicillin 500 mg, 3 x 1 tablet

    Paracetamol 500 mg, 3 x 1 tablet

    Domperidon 10 mg, 3 x 1 tablet

    Rencana Pemeriksaan : DL, Diff.count, DDR serial, Bilirubin Total/Direct, Protein, Ureum,

    Creatinin, Asam Urat, Albumin, Globulin, SGOT, SGPT, Na, K, Cl,

    LDH, Serum Iron, TIBC, CRP.

    Pemeriksaan Laboratorium (Tanggal 11 Mei 2013)

    PARAMETER HASIL SATUAN NILAI RUJUKANMalaria (-) negatif

    HEMATOLOGI

    LED 125 0-15

    Eosinofil 0 % 1-5

    Basofil 0 % 0-1

    Netrofil Batang 0 % 2-8

    Netrofil Segmen 57 % 50-70

    Limfosit 37 % 20-40

    Monosit 6 % 2-8

    Leukosit 4100 /mm 4.000-10.000

    Eritrosit 3.08 10 /mm 4.25-5.40

    Hemoglobin 7.5 g/dL 12.0-16.0

    Hematokrit 22.4 10 /mm 37.0-47.0

    Trombosit 113 10 /mm 150-450

    KIMIA KLINIK

    Billirubin Total 0.48 mg/dL 0-2

    Billirubin Direct 0.24 mg/dL < 0.3

    Protein Total 6.3 g/dL 7-8

    Creatinin Darah 0.7 mg/dL 0.6-1.1

    Ureum Darah 17 mg/dL 20-40

    Asam Urat Darah 4.2 mg/dL 2-6Albumin 2.9 g/dL 4-5

    Globulin 3.4 g/dL 3-5

    SGOT 22 U/L 0-33

    SGPT 10 U/L 0-43

    Kolesterol Total 65 mg/dL 160-200

    Kolesterol HDL 4 mg/dL 0-40

    Kolesterol LDL 28 mg/dL 0-150

    Trigliserida 167 mg/dL 30-190

    Natrium Darah 140 mmol/L 135-153

    Kalium Darah 4.18 mmol/L 3-5Chlorida Darah 111.2 mmol/L 98-109

  • 7/22/2019 Lapkas Malaria Dr.sur

    10/21

    10

    13 Mei 2013 (Follow Up Hari-3)

    S : demam (-), nyeri perut (-), mual (-), muntah (-)

    O : KU : tampak sakit Kesadaran : compos mentis

    TD : 90/60 mmHg N : 92 x/mnt R : 24 x/mnt S : 36,3 C

    Kepala : konj.anemis (+), skl.ikterik (-), PCH (-)

    Thorax : simetris, retraksi (-)

    Cor : BJ I-II normal, bising (-)

    Pulmo : sp. bronkovesikuler, Rh-/-, Wh -/-

    Abdomen : datar, lemas , BU (+) normal, nyeri tekan epigastrium (+)

    Hepar : teraba 2-2 Cm di bawah arkus costa

    Lien : teraba Schuffner II

    Ektremitas : akral hangat, CRT 2

    A : Suspect Demam Tifoid dd/ Malaria + Anemia pro evaluasi

    P : IVFD NaCl 0,45% : D5% (1/2 HS)25-26 gtt/mnt

    Ceftriaxone 2 x 1 gr iv (ST)

    Paracetamol 500 mg, 3 x 1 tablet

    Domperidon 10 mg, 3 x 1 tablet

    Rencana Pemeriksaan : DDR serial

    Hasil Pemeriksaan LaboratoriumDDR : Malaria Tropika ring (+), gamet (+)

    Terapi : Artesunat I-III : 1 x 150 mg tablet

    Amodiaquine I-II : 1 x 375 mg tablet

    III : 1 x 180 mg tablet

    Primakuin : 1 x 30 mg tablet

    Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 13 Mei 2013

    PARAMETER HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN

    Malaria Trop ring (+)

    Gamet (+)

    FAECES

    Warna Kuning Kuning muda

    Konsentrasi Lembek -

    Bau Khas -

    Darah (-) negatif -

    Cacing (-) negatif -

    Eritrosit (-) negatif -

    Leukosit (+) -

    Epitel (-) negatif -Telur / larva -

  • 7/22/2019 Lapkas Malaria Dr.sur

    11/21

    11

    Bakteri +++ -

    Jamur (-) negatif -

    IMUNOLOGI

    S. Typhy Titer O (-) negatif (-) negatif

    S. Typhy Titer H 1/80 1/80

    S. Typhy Titer A-O (-) negatif (-) negatifS. Typhy Titer A-H (-) negatif (-) negatif

    S. Typhy Titer B-O (-) negatif (-) negatif

    S. Typhy Titer B-H (-) negatif (-) negatif

    S. Typhy Titer C-O (-) negatif (-) negatif

    S. Typhy Titer C-H (-) negatif (-) negatif

    14 Mei 2013 (Follow Up Hari-4)

    S : demam (+), nyeri ulu hati (+)

    O : KU : tampak sakit Kesadaran : compos mentis

    TD : 90/60 mmHg N : 104 x/mnt R : 24 x/mnt S : 38,0 C

    Kepala : konj.anemis (+), skl.ikterik (-), PCH (-)

    Thorax : simetris, retraksi (-)

    Cor : BJ I-II normal, bising (-)

    Pulmo : sp. bronkovesikuler, Rh-/-, Wh -/-

    Abdomen : datar, lemas , BU (+) normal, nyeri tekan epigastrium (+)

    Hepar : teraba 2-2 Cm di bawah arkus costa

    Lien : teraba Schuffner II

    Ektremitas : akral hangat, CRT 2

    A : Malaria Tropika

    P : IVFD RL (1/2 HS)12-13 gtt/mnt

    Artesunat 1 x 150 mg

    Amodiaquin 1 x 375 mg

    Ceftriaxone 2 x 1 gr iv (ST)Ranitidine 2 x 40 mg iv

    Paracetamol 500 mg, 3 x 1 tablet

    Domperidon 10 mg, 3 x 1 tablet

    Rencana Pemeriksaan : DDR, Parasit Count

  • 7/22/2019 Lapkas Malaria Dr.sur

    12/21

    12

    15 Mei 2013 (Follow Up Hari-5)

    S : demam (-), nyeri ulu hati (+)

    O : KU : tampak sakit Kesadaran : compos mentis

    TD : 100/60 mmHg N : 88 x/mnt R : 24 x/mnt S : 36,0 C

    Kepala : konj.anemis (+), skl.ikterik (-), PCH (-)

    Thorax : simetris, retraksi (-)

    Cor : BJ I-II normal, bising (-)

    Pulmo : sp. bronkovesikuler, Rh-/-, Wh -/-

    Abdomen : datar, lemas , BU (+) normal, nyeri tekan epigastrium (+)

    Hepar : teraba 2-2 Cm di bawah arkus costa

    Lien : teraba Schuffner II

    Ektremitas : akral hangat, CRT 2

    A : Malaria Tropika

    P : IVFD NaCl 0,45% : D5% (1/2 HS)12-13 gtt/mnt

    Artesunat 1 x 150 mg

    Amodiaquin 1 x 375 mg

    Ceftriaxone 2 x 1 gr iv (ST)

    Ranitidine 2 x 40 mg iv

    Paracetamol 500 mg, 3 x 1 tablet (k/p)

    Domperidon 10 mg, 3 x 1 tablet (k/p)

    Rencana Pemeriksaan : DDR

    16 Mei 2013 (Follow Up Hari-6)

    S : -

    O : KU : tampak sakit Kesadaran : compos mentis

    TD : 100/60 mmHg N : 88 x/mnt R : 24 x/mnt S : 36,2 C

    Kepala : konj.anemis (+), skl.ikterik (-), PCH (-)

    Thorax : simetris, retraksi (-)

    Cor : BJ I-II normal, bising (-)

    Pulmo : sp. bronkovesikuler, Rh-/-, Wh -/-

    Abdomen : datar, lemas , BU (+) normal, nyeri tekan epigastrium (+)

    Hepar : teraba 2-2 Cm di bawah arkus costa

    Lien : teraba Schuffner II

    Ektremitas : akral hangat, CRT 2

  • 7/22/2019 Lapkas Malaria Dr.sur

    13/21

    13

    A : Malaria Tropika

    P : IVFD NaCl 0,45% : D5% (1/2 HS)12-13 gtt/mnt

    Ceftriaxone 2 x 1 gr iv

    Ranitidine 2 x 40 mg iv

    Paracetamol 500 mg, 3 x 1 tablet (k/p)

    Domperidon 10 mg, 3 x 1 tablet (k/p)

    Rencana Pemeriksaan : DDR

    Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 16 Mei 2013

    PARAMETER HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN

    Malaria (-) negatif

    HEMATOLOGI

    Leukosit 3700 /mm 4.000-10.000Eritrosit 2.85 10 /mm 4.25-5.40

    Hemoglobin 7.2 g/dL 12.0-16.0

    Hematokrit 21.2 10 /mm 37.0-47.0

    Trombosit 209 10 /mm 150-450

    17 Mei 2013 (Follow Up Hari-7)

    S : -

    O : KU : tampak sakit Kesadaran : compos mentis

    TD : 100/60 mmHg N : 88 x/mnt R : 24 x/mnt S : 36,0 C

    Kepala : konj.anemis (+), skl.ikterik (-), PCH (-)

    Thorax : simetris, retraksi (-)

    Cor : BJ I-II normal, bising (-)

    Pulmo : sp. bronkovesikuler, Rh-/-, Wh -/-

    Abdomen : datar, lemas , BU (+) normal, nyeri tekan epigastrium (+)

    Hepar : teraba 2-2 Cm di bawah arkus costa

    Lien : teraba Schuffner II

    Ektremitas : akral hangat, CRT 2

    A : Malaria Tropika

    P : Paracetamol 500 mg, 3 x 1 tablet (k/p)

    Domperidon 10 mg, 3 x 1 tablet (k/p)

    IVFD dihentikan, infus dilepas

    Rencana rawat jalan

    Rencana Pemeriksaan : DL

  • 7/22/2019 Lapkas Malaria Dr.sur

    14/21

    14

    Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 17 Mei 2013

    PARAMETER HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN

    Malaria (-) negatif

    HEMATOLOGI

    Leukosit 4200 /mm 4.000-10.000Eritrosit 3.17 10 /mm 4.25-5.40

    Hemoglobin 8.5 g/dL 12.0-16.0

    Hematokrit 24.0 10 /mm 37.0-47.0

    Trombosit 267 10 /mm 150-450

  • 7/22/2019 Lapkas Malaria Dr.sur

    15/21

    15

    PEMBAHASAN

    Malaria merupakan penyakit infeksi akut maupun kronis yang disebabkan oleh infeksi

    parasit protozoa dan ditularkan oleh nyamuk anopheles. Pada manusia, penyakit ini disebabkan

    oleh plasmodium yang mempunyai 5 spesies yaitu, plasmodium falciparum, plasmodium

    vivax,plasmodium malariae,plasmodium ovale dan plasmodium knowlesi . Plasmodium

    falciparum merupakan penyebab infeksi paling besar dan menyebabkan sebagian besar

    kematian.3

    Seperti pada penyakit lainnya, diagnosis malaria ditegakkan melalui anamnesis,

    pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Diagnosis pasti dari malaria ditegakkan dengan

    ditemukannya parasit malaria pada sediaan mikroskopik hapusan darah penderita. Diagnosis

    dengan cepat dan tepat merupakan hal yang diperlukan untuk penatalaksanaan kasus malaria.

    Hal ini berhubungan dengan infeksi Plasmodium falciparum yang dapat menyebabkan malaria

    berat dengan komplikasi.4,5

    Pada anamnesis, biasanya didapatkan keluhan prodromal dapat terjadi sebelum

    terjadinya demam. Pasien biasanya merasa lemah, nyeri kepala, nyeri pada tulang atau otot,

    tidak ada nafsu makan, mual atau muntah. Gejala malaria yang klasik terdiri dari tiga stadium

    berurutan yang disebut trias malaria, yaitu :

    Stadium dingin (cold stage):Stadium ini dimulai dengan gejala menggigil atau perasaan yang sangat dingin. Gigi

    gemeretak dan pasien biasanya menutup tubunya dengan segala macam pakaian dan selimut

    yang tersedia. Nadi cepat tetapi lemah, bibir dan jari-jari pucat atau sianotis , kulit kering

    dan pucat, pasien mungkin muntah dan pada anak sering terjadi kejang. Stadium ini

    berlangsung 15 menit sampai 1 jam.

    Stadium demam (hot stage) :Pada stadium ini pasien merasa kepanasan. Muka merah, kulit kering, sakit kepala dan

    terasa sangat panas seperti terbakar, nyeri kepala, sering kali mual dan muntah. Nadi

    menjadi kuat kembali, merasa sangat haus dan suhu tubuh dapat meningkat hingga 41C

    atau lebih. Stadium ini berlangsung 2-12 jam.

    Stadium berkeringat (sweating stage):Pada stadium ini pasien berkeringat sangat banyak, tempat tidurnya basah, kemudian suhu

    tubuh kembali turun dengan cepay, kadang-kadang sampai di bawah normal. Gejala klinis yang

    berat biasanya terjadi pada malaria tropika, beupa koma, kejang sampai gangguan fungsi ginjal.3

  • 7/22/2019 Lapkas Malaria Dr.sur

    16/21

    16

    Pada anamnesis, yang penting diperhatikan tentu saja adalah demam. Demam pada

    malaria timbul bersamaan dengan pecahnya skizon darah yang mengeluarkan berbagai macam

    antigen yang akan merangsang sel-sel radang mengeluarkan sitokin-sitokin yang mengaktifkan

    sistem pengatur suhu hipotalamus sehingga terjadi peningkatan suhu. Daur pecahnya skizon

    pada tiap spesies Plasmodium berbeda-beda sehingga terjadi pola demam yang juga berbeda.

    Pada P.falciparum diperlukan waktu 36-48 jam, P. vivax/ P. ovale 48 jam dan P. malariae 72

    jam. Hal ini menyebabkan demam pada malaria tropika dapat terjadi setiap hari, pada malaria

    tersiana dan ovale terjadi selang satu hari dan malaria kuartana terjadi selang dua hari.6,7,8

    Pada pasien ini didapatkan demam sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit, Demam

    tinggi pada perabaan dan bersifat hilang timbul. Demam turun hingga mencapai suhu normal

    dengan pemberian obat panas, kemudian demam naik lagi. Pada pasien, demam yang ditemui

    adalah demam pola intermitten yang naik kemudian turun sampai normal kemudian naik lagi

    hal ini sesuai dengan teori yang ada. Serta adanya periode bebas demam. Pasien juga juga

    mengeluh merasa kedinginan bahkan sampai menggigil sebelum demam dan berkeringat sangat

    banyak dan merasa sehat setelah demam turun. Berdasarkan literatur, gejala ini menjadi suatu

    tanda klasik pada malaria.3

    Hal lain yang penting dalam anamnesis malaria adalah apakah penderita tinggal di

    daerah endemis malaria. Menurut Peta Stratifikasi Malaria 2009, Sulawesi Utara termasuk

    wilayah stratifikasi sedang-tinggi malaria.2 Hal ini menunjukkan bahwa penderita sebagai

    penduduk dari Sulawesi Utara rentan terinfeksi Malaria.

    Pada pemeriksaan fisik hal pertama yang perlu dikonfirmasi adalah suhu badan, apakah

    benar penderita panas. Saat masuk, suhu penderita 38,7 C, sehingga dapat disimpulkan bahwa

    penderita demam.

    Pada penderita malaria dapat juga ditemukan anemia, yang disebabkan oleh pecahnya

    sel-sel darah merah yang terinfeksi parasit Malaria. Pada pasien ini, ditemukan konjungtiva

    yang anemis, Hb 7,9 mg/dL.6

    Pada pemeriksaan fisik abdomen, hal yang khas pada malaria adalah adanya pembesaran

    hepar dan lien. Hal ini disebabkan oleh fungsi limpa sebagai organ retikuloendotelial yang

    memproduksi sel-sel makrofag dan limfosit yang bertugas untuk menghancurkan parasit

    mengalami peningkatan, sehingga limpa membesar oleh bertambahnya produksi sel-sel tersebut.

    Pada pasien ini ditemukan adanya pembesaran hepar, teraba 2 cm di bawah arkus kosta dan

    pembesaran limpa yang teraba sampai Schuffner II . 6,7

  • 7/22/2019 Lapkas Malaria Dr.sur

    17/21

    17

    Untuk memastikan diagnosis malaria, dilakukan pemeriksaan hapusan darah dari darah

    perifer. Hapusan darah diambil untuk menentukan ada atau tidaknya parasit malaria, spesies dan

    stadium plasmodium serta kepadatan dari parasit. Pada pasien ini ditemukan parasit Plasmodium

    falciparum stadium ring dan gamet. Stadium ring merupakan stadium trofozoit imatur pada

    siklus intra eritrositdari parasit Plasmodium.3,9

    Dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang dilakukan, dapat

    ditegakkan diagnosis pada pasien D.L yaitu malaria tropika ( malaria falsiparum ). Pasien

    didiagnosis banding dengan demam tifoid karena pada anamnesis didapatkan adanya demam

    sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit, nyeri perut, mual, muntah. Pada pemeriksaan fisik

    ditemukan adanya hepatosplenomegali. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan anemia dan

    trombositopenia. Demam tifoid disingkirkan sebab tidak ditemukan lidah beslag , bradikardia

    relatif, serta pada pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan adanya reaksi aglutinasi antara

    antigen Salmonella typhosadan antibodi dalam serum penderita (tes Widal negatif).3,10,11

    Penanganan malaria menurut keperluan dibagi menjadi pencegahan bila obat diberikan

    sebelum infeksi terjadi, pengobatan supresif bila obat diberikan untuk mencegah timbulnya

    gejala klinis, pengobatan kuratif bila obat diberikan untuk pengobatan infeksi yang sudah terjadi

    dari serangan akur dan radikal, dan pengobatan untuk mencegah transmisi/penularan bila obat

    digunakan terhadap gametosit sel darah.12

    Penanganan malaria menurut rekomendasi dari World Health Organization(WHO) yaitu

    dengan pemakaian OAM (obat anti malaria) yang mengandung derivat artemisin (Artemisin

    Combination Therapy/ACT) sebagai lini pertama dalam penanganan malaria tanpa komplikasi.

    Sedangkan untuk penanganan malaria berat, OAM pilihan pertama adalah derivat artemisin

    (artesunat intravena, artemeter intramuskular, artemotil intramuskular).13

    Penanganan malaria tropika lini pertama adalah pemberian artesunat dan amodiakuin

    yang diberikan selama 3 hari, ditambah dengan primakuin pada hari pertama. Dosis pemberian

    artesunat adalah 4 mg/kgBB, amodiakuin 10 mg/kgBB pada hari pertama dan hari kedua,

    pemberian pada hari ketiga 5mg/kgBB, dan primakuin 0,75 mg/kgBB. 13

    Artesunat merupakan salah satu derivat dari artemisin merupakan bentuk garam sodium

    dari hemisuksinat ester artemisin. Mekanisme kerjanya adalah melalui tahap besi heme

    intraparasitik mengatalisis endoperoksida dan kemudian diikuti dengan rusaknya protein malaria

    spesifik akibat terbentuknya karbon radikal. Primakuin merupakan derivat 8-aminokuinolon,

    yang kerjanya sebagai mediator oksidasi-reduksi parasit. Obat ini efektif sebagai gametosid

    terhadap keempat spesimen plasmodium. Sediaan artesunat adalah tablet 50mg atau 200 mg

  • 7/22/2019 Lapkas Malaria Dr.sur

    18/21

    18

    sodium artesunat, ampul serbuk 60 mg yang dilarutkan dalam sodium bikarbonat 5%, kapsul

    rektal 100 mg atau 400 mg. Keunggulan artesunat adalah onset of actionyang cepat,efektivitas

    tinggi, toksisitas rendah, larut dalam air dan tersedia dalam bentuk oral, injeksi

    intramuskular/intravena, supersitoria. 14

    Amodiakuin merupakan senyawa 4 aminokuionolin, yang bekerja secara farmakologis

    mengikat cincin hematin yang merupakan hasil metabolism hemoglobin di dalam parasit.

    Amodiakuin bereaksi baik terhadap plasmodium falciparum yang telah resisten terhadap

    klorokuin walaupun terdapat resistensi silang dengan klorokuin. Amodiakuin di absorpsi dari

    saluran cerna dengan cepat dan diubah menjadi bentuk aktif desetilamodiakuin dihati.

    Amodiakuin tersedia dalam bentuk tablet 200mg amodiakuin hidroklorida atau 153,1 mg

    amodiakuin klorohidrat, dan dalam bentuk sirup yang mengandung 10mg amodiakuin dalam

    1ml. Efek sampingnya seperti klorokuin tapi resiko agranulositosis lebih besar dan resiko

    hepatitis toksik lebih kecil. Over dosis menyebabkan sinkop, spastisitas, kejang dan gerakan

    involuntar.15

    Pada penderita ini, diberikan kombinasi artesunat, amodiakuin dan primakuin. Berat

    badan penderita adalah 36 Kg. Dosis yang harus diberikan adalah artesunat 150 mg, amodiakuin

    375 mg untuk hari pertama dan kedua, pada hari ketiga diberikan amodiakuin 180 mg dan

    primakuin 30 mg diberikan dosis tunggal.

    Setelah pemberian obat, dilakukan pemantauan dengan pemeriksaan lab dan tanda-tanda

    vital untuk mengetahui keberhasilan dari pengobatan. Pasien dinyatakan telah sembuh dari

    malaria apabila pada pemeriksaan parasit selama 3x berturut-turut tidak ditemukan adanya

    parasit malaria. Setelah tidak ditemukan lagi parasit malaria dalam darah pasien, dan adanya

    perbaikan dari keadaan fisik, maka pasien diizinkan pulang.

    Komplikasi untuk malaria tropika yang disebabkan oleh plasmodium falciparum yaitu

    bisa menyebabkan malaria berat, malaria cerebral, sampai menyebabkan gagal ginjal akut. Pada

    pasien ini tidak terjadi komplikasi.Prognosis pada pasien DL baik, pasien pulang pada hari ke-6

    perawatan Prognosis malaria yang disebabkan oleh plasmodium falciparum tanpa penyulit

    berlangsung sampai satu tahun. Infeksi falciparum dengan penyulit prognosis bisa menjadi

    buruk. Prognosis buruk bila tidak ditangani dengan cepat dan tepat bahkan dapat meninggal

    terutama pada gizi buruk. 16

    KESIMPULAN

  • 7/22/2019 Lapkas Malaria Dr.sur

    19/21

    19

    Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, penderita

    didiagnosis dengan Malaria Tropika. Penderita diterapi dengan terapi lini pertama ACT yaitu:

    artesunat + amodiakuin selama 3 hari ditambah primakuin pada hari pertama. Selama

    perjalanannya pasien berespons baik terhadap pengobatan dan dinyatakan sembuh serta

    dipulangkan pada hari perawatan yang ke-7.

    SARAN

    1. Dosis pengobatan hendaknya disesuaikan dengan berat badan sehingga efektivitas obat

    lebih maksimal

    2. Hendaknya dilakukan edukasi ketika pulang tentang hidup sehat dan higien pribadi serta

    keluarga untuk meningkatkan ketahanan tubuh sehingga penderita tidak mudah tertular

    penyakit.

  • 7/22/2019 Lapkas Malaria Dr.sur

    20/21

    20

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Laihad JL, Arbani PR. Situasi Malaria di Indonesia dan Penanggulangannya. Dalam:Harijanto PN, Nugroho A, Gunawan CA. Malaria: dari Molekuler ke Klinis. Edisi 2.

    Jakarta: EGC; 2009. Halaman 1-16.

    2. Epidemiologi Malaria di Indonesia. Dalam: Buletin Jendela Data danInformasiKesehatan: Epidemiologi Malaria di Indonesia. Jakarta: Kementrian Kesehatan

    RI; 2011, Triwulan I. Halaman 1-17.

    3. Rampengan TH. Malaria Pada Anak. Dalam: Rampengan TH. Penyakit Infeksi TropikPada Anak. Edisi 2. Jakarta: EGC; 2007. Halaman 190-225.

    4. Guidelines for The Treatment of Malaria. 2nd edition. Geneva: World HealthOrganization; 2010

    5. Figtree M, et al. Plasmodium knowlesi in Human, Indonesian Borneo. In: EmergingInfectious Diseases. Vol. 16, No. 4, April 2011. www.cdc.gov/eid. Page 672 - 674.

    6. Elyazar IRF, et al. Malaria Distribution, Prevalence, Drug Resistance, and ControlinIndonesia.In: Adv Parasitol. 2011 ; 74: 41175

    7. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehat Lingkungan DepartemenKesehatan RI. Pedoman Penatalaksanaan Kasus Malaria di Indonesia. Jakarta: Bakti

    Husada; 2008

    8. Theodorus. Obat Malaria.Dalam: Staf Pengajar Departemen Farmakologi UniversitasSriwijaya. Kumpulan Kuliah Farmakologi. Edisi 2. Jakarta: EGC; 2009. Halaman 185-

    201

    9. Sukthana Y.Laboratory Diagnosis of Malaria. 10thInternational Training Course onManagement of Malaria. 2012.

    10.Elradhi AS, Caroll J, Klein N, Abbas A. Clinical Manual of Fever in Children. 9thedition. Berlin: Springer; 2009. p. 1-24.

    11.Kuadzi JT, Badu GA, Addae MM. Plasmodium falciparum Malaria in Children at ATertiary Teaching Hospital.Pan African Medical Journal 2011;10:2.

    12.Caro F, Milier MG, Derisi JL. Plate-based trasfection and culturimh technique forgenetic manipulation of Plasmodium falciparum. Malaria Journal. 2012; Volume 11:1-

    36

    13.Ratcliff A, Siswantoro H, Kenangalem E, et all. Two fexd dose artemisin combinationfor drug resistant falciparum and vivax malaria in Papua Indonesia. Lancet Journal.

    2007: P. 757-65

  • 7/22/2019 Lapkas Malaria Dr.sur

    21/21

    21

    14.Rachmawati, Rampengan NH, Tatura SN, Rampengan TH. Comparison of the efficacyof artemether-lumefantrine vs. Artesunat plus sulfadoxine-pyrimethamine in children

    with uncomplicated falciparum malaria. Paediatrica Indonesiana. 2010; Volume 50:113-

    117

    15.Thayib AH, Rampengan NH, Johanes E, Rampengan TH. Resistensi PlasmodiumFalciparum terhadap Kombinasi Klorokuin dan Primakuin pada Anak. Majalah

    Kedokteran Indonesia. 2005; Volume 55:724-729

    16.Gething PW, Patil AP, Smith DL, Guerra CA, Elyazar IRF, dkk. A new world malariamap Plasmodium falciparum endemicity in 2010. Malaria Journal. 2011; Volume

    10:378-94