lapkas malaria dr.sur
TRANSCRIPT
-
7/22/2019 Lapkas Malaria Dr.sur
1/21
1
PENDAHULUAN
Malaria merupakan penyakit infeksi parasit yang sering dijumpai di negara-negara tropis. Di
Indonesia, malaria masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama,
karena mempengaruhi angka kesakitan bayi, balita, dan ibu melahirkan, serta menimbulkan
kejadian luar biasa (KLB).1 Penyakit malaria masih ditemukan di seluruh provinsi di Indonesia.
Berdasarkan API (Annual Parasite Incidence), dilakukan stratifikasi wilayah dimana Indonesia
bagian timur masuk dalam stratifikasi malaria tinggi, stratifikasi sedang di beberapa wilayah di
Kalimantan, Sulawesi dan Sumatera sedangkan di Jawa-Bali masuk dalam stratifikasi rendah,
meskipun masih terdapat desa atau fokus malaria tinggi.2
Malaria jarang dijumpai pada bulan-bulan pertama kehidupan, namun pada anak yang
berumur beberapa tahun dapat terjadi serangan malaria tropika yang berat, bahkan tertiana dan
kuartana dan dapat menyebabkan kematian, terutama pada anak dengan gangguan gizi.3
Riskesdas 2010 menunjukkan bahwa berdasarkan karakteristik umur, point prevalence paling
tinggi adalah pada umur 5-9 tahun (0,9 %) , diikuti kelompok umur 1-4 tahun (0,8%). 2
Parasit penyebab malaria adalah protozoa dari genus Plasmodium, yang ditularkan
melalui vektor nyamuk betina genus Anopheles. Pada manusia, plasmodium yang virulen terdiri
dari 5 spesies, yaitu Plasmodium falciparum yang menyebabkan malaria tropika, Plasmodium
vivax yang menyebabkan malaria tersiana, Plasmodium ovale yang menyebabkan malaria ovale,
Plasmodiummalariae yang menyebabkan malaria kuartana, dan Plasmodium knowlesi, parasit
malaria pada monyet yang ditemukan mulai menyerang manusia di beberapa kawasan di Asia
Tenggara, termasuk di Indonesia 4,5 Pada tahun 2009, penyebab malaria yang tertinggi adalah
Plasmodium vivax (55,8%), kemudian Plasmodium falciparum, sedangkan Plasmodium ovale
tidak dilaporkan. Data ini berbeda dengan data Riskesdas 2010, yang mendapatkan 86,4%
penyebab malaria adalahPlasmodium falcifarum, danPlasmodium vivax sebanyak 6,9%. 2
Berikut ini akan dilaporkan suatu kasus, seorang anak dengan Malaria Tropika, yang
diopname di Irina E BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado sejak tanggal 10 Mei 2013
sampai 17 Mei 2013.
-
7/22/2019 Lapkas Malaria Dr.sur
2/21
2
LAPORAN KASUS
Seorang anak perempuan, DL, suku Minahasa, berusia 13 tahun 4 bulan, MRS BLU RSU Prof.
Dr. R. D. Kandou pada tanggal 10 mei 2013 dengan keluhan utama demam sejak 1 minggu
SMRS.
Anamnesis
Anamnesis diberikan oleh : penderita
Keluhan Utama : demam
Demam dialami penderita sejak kira-kira 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Demam
tinggi pada perabaan dan bersifat hilang timbul. Demam turun hingga mencapai suhu normal
dengan pemberian obat panas, kemudian demam naik lagi. Sebelum demam, penderita merasa
kedinginan bahkan sampai menggigil. Setelah demam turun, penderita berkeringat sangat
banyak dan merasa sehat kembali.
Penderita juga mengeluh lemah badan, sering merasa mual dan muntah, sejak timbulnya
demam. Beberapa jam sebelum masuk rumah sakit, penderita megeluh nyeri perut. Nyeri perut
dirasakan seperti ditusuk-tusuk, tidak menjalar, dan bersifat hilang timbul.
Riwayat kejang, perdarahan dari hidung maupun gusi disangkal penderita. Batuk dan
beringus tidak dikeluhkan penderita. Penderita mengaku nafsu makannya menurun sejak
timbulnya keluhan. Buang air kecil dan buang air besar seperti biasa.
Penderita tidak memiliki riwayat bepergian ke daerah yang endemis malaria. Menurut
ibu penderita, kakak sepupu penderita menderita sakit malaria. Dua hari sebelum masuk rumah
sakit, penderita berobat ke dokter praktek umum dan mendapat obat kloramfenikol, antasida,
dan antimuntah. Oleh karena merasa tidak ada perbaikan, penderita akhirnya memutuskan untuk
datang berobat ke RSUP Prof.Dr.R.D.Kandou Manado.
Anamnesis Antenatal
Pemeriksaan ANC teratur di puskesmas sebanyak 10 kali.
Imunisasi TT 2 kali.
Selama hamil ibu penderita sehat.
Penyakit yang sudah pernah dialami :
Morbili : +
Varicella : +Pertusis : -
-
7/22/2019 Lapkas Malaria Dr.sur
3/21
3
Diarrhea : -
Cacingan : -
Batuk/Pilek : +
Kepandaian dan Kemajuan Bayi :
Pertama kali membalik : 3 bulan
Pertama kali tengkurap : 3 bulan
Pertama kali duduk : 5 bulan
Pertama kali merangkak : 7 bulan
Pertama kali berdiri : 9 bulan
Pertama kali berjalan : 10 bulan
Pertama kali tertawa : 2 bulan
Pertama kali berceloteh : 6 bulan
Pertama kali memanggil mama : 9 bulan
Pertama kali memanggil papa : 9 bulan
Anamnesis makanan terperinci sejak bayi sampai sekarang :
ASI : lahir - 6 bulan
PASI : 6 bulan - 1 tahun
Bubur susu : 1 tahun - 1 tahun
Bubur saring : 1 tahun - 2 tahun
Nasi Lembek : 2 tahun - 3 tahun
Nasi : 3 tahun - sekarang
Imunisasi
BCG : 1x
Polio : 3x
DPT : 3x
Campak : 1x
Hepatitis : 3x
Anamnesis Keluarga
Riwayat Keluarga :
Hanya penderita yang mengalami sakit seperti ini dalam keluarga. Kakak sepupu penderita ada
yang menderita sakit malaria.
-
7/22/2019 Lapkas Malaria Dr.sur
4/21
4
Keadaaan Sosial, Ekonomi, Kebiasaan dan Lingkungan :
Penderita tinggal di rumah beratap seng, berdinding tripleks, dan berlantai beton. Jumlah kamar
2 buah, dihuni oleh 5 orang, terdiri dari 2 orang dewasa dan 3 orang anak. KM/WC di luar
rumah. Sumber air minum berasal dari sumur. Sumber penerangan berasal dari PLN.
Penanganan sampah dengan cara dibuang dan dibakar.
Family Tree :
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : tampak sakit
Kesadaran : compos mentis
Sianosis : -
Anemia : -
Ikterus : -
Kejang : -
TB : 143 Cm
BB : 36 Kg
Status Gizi : baik
Tanda Vital
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 100 x/menit
Respirasi : 28 x/menit
Suhu : 38,7 C
Kulit
Warna : sawo matang
-
7/22/2019 Lapkas Malaria Dr.sur
5/21
5
Efloresensi : -
Pigmentasi : -
Jaringan Parut : -
Lapisan Lemak : cukup
Turgor : kembali cepat
Tonus : normal
Oedema : -
Kepala
Bentuk : mesocephal
Ubun-ubun besar : menutup
Rambut : hitam, tidak mudah dicabut
Mata :
Exophtalmus/Endophtalmus : -
Tekanan Bola Mata : normal pada perabaan
Konjungtiva : anemis (+)
Sklera : ikterik (-)
Korneal Refleks : normal
Pupil : bulat isokor, 3mm-3mm, RC +/+
Lensa : jernih
Fundus : tidak dievaluasi
Visus : tidak dievaluasi
Gerakan : normal
Telinga : sekret (-)
Hidung : sekret (-)
Mulut :
Bibir : sianosis (-)
Lidah : beslag (-)
Gigi : caries (-)
Selaput mulut : basah
Gusi : perdarahan (-)
Bau pernapasan : Foeter (-)
Tenggorokan :
Tonsil : T1-T1, hiperemis (-)
Faring : hiperemis (-)
-
7/22/2019 Lapkas Malaria Dr.sur
6/21
6
Leher :
Trakea : letak di tengah
Kelenjar : pembesaran KGB (-/-)
Kaku Kuduk : (-)
Thoraks
Bentuk : simetris
Ruang intercosta : normal
Retraksi : (-)
Precordial bulging : (-)
Xiphosternum : (-)
Harrisons groove : (-)
Pernapasan paradoksal : (-)
Paru-paru :
Inspeksi : simetris kiri = kanan, retraksi (-)
Palpasi : stem fremitus kiri = kanan
Perkusi : sonor kiri = kanan
Auskultasi : sp. bronkovesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
Jantung :
Detak jantung : 100 x/menit
Iktus cordis : tidak tampak
Batas kiri : linea midclavicularis sinistra
Batas kanan : linea parasternalis dextra
Batas atas : ICS II-III
Bunyi jantung apeks : M1 > M2
Bunyi jantung aorta : A2 > A1
Bunyi jantung pulmonal : P2 > P1
Bising : (-)
Abdomen
Bentuk : datar, lemas, bising usus (+) normal, nyeri tekan epigastrium (+)
Hepar : teraba 2-2 cm di bawah arkus costa
Lien : teraba Shuffner II
Genitalia : perempuan, normal
Anggota Gerak : akral hangat, CRT 2
Tulang-Belulang : deformitas (-)
-
7/22/2019 Lapkas Malaria Dr.sur
7/21
7
Otot-Otot : eutoni
Refleks : refleks fisiologis +/+
refleks patologis -/-
Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 10 Mei 2013
PARAMETER HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN
Malaria (-) negatif
HEMATOLOGI
Eosinofil 0 % 1-5
Basofil 0 % 0-1
Netrofil
Batang
0 % 2-8
Netrofil
Segmen
42 % 50-70
Limfosit 50 % 20-40
Monosit 8 % 2-8
Leukosit 4000 /mm 4.000-10.000
Eritrosit 3.23 10 /mm 4.25-5.40
Hemoglobin 7.9 g/dL 12.0-16.0
Hematokrit 24.0 10 /mm 37.0-47.0
Trombosit 139 10 /mm 150-450
URINALISIS
Warna Kuning
muda
Kuning muda
Kekeruhan Jernih Jernih
Epitel 2-4 /lpk 0-1Silinder (-) negatif /lpk -
Eritrosit 0-1 /lbp 0-1
Leukosit 2-3 /lbp 1-5
Kristal (-) negatif -
Bakteri (-) negatif -
Jamur (-) negatif -
Berat Jenis 1.015 1.010-1.030
pH 7 5-8
Leukosit (-) negatif (-) negatif
Nitrit (-) negatif (-) negatifProtein (-) negatif (-) negatif
Glukosa Normal Normal
Keton (-) negatif (-) negatif
Urobilinogen Normal Eu/dl 0.1-1
Bilirubin (-) negatif Normal
Darah / Eri (-) negatif (-) negatif
Diagnosis Kerja
Suspect Demam Tifoid dd/ Malaria + Anemia pro evaluasi
-
7/22/2019 Lapkas Malaria Dr.sur
8/21
8
Pengobatan
Paracetamol 500 mg, 3 x 1 tablet Domperidon 10 mg, 3 x 1 tablet
Rencana Pemeriksaan : DL, Diff.count, DDR, Widal, Na, K, Cl
FOLLOW UP
10 Mei 2013 (Follow Up Hari-1)
S : demam (+), nyeri perut (-), mual (-), muntah (-)
O : KU : tampak sakit Kesadaran : compos mentis
TD : 100/60 mmHg N : 88 x/mnt R : 24 x/mnt S : 38,0 C
Kepala : konj.anemis (+), skl.ikterik (-), PCH (-)
Thorax : simetris, retraksi (-)
Cor : BJ I-II normal, bising (-)
Pulmo : sp. bronkovesikuler, Rh-/-, Wh -/-
Abdomen : datar, lemas , BU (+) normal, nyeri tekan epigastrium (+)
Hepar : teraba 2-2 Cm di bawah arkus costa
Lien : teraba Schuffner II
Ektremitas : akral hangat, CRT 2
A : Suspect Demam Tifoid dd/ Malaria + Anemia pro evaluasi (Hb 7,9 mg/dL)
P : Paracetamol 500 mg, 3 x 1 tablet
Domperidon 10 mg, 3 x 1 tablet
Rencana Pemeriksaan : DL, Diff.count, DDR serial, Urinalisis, Faeces
11 Mei 2013 (Follow Up Hari-2)
S : demam (+), nyeri perut (-), mual (-), muntah (-)
O : KU : tampak sakit Kesadaran : compos mentis
TD : 110/70 mmHg N : 104 x/mnt R : 28 x/mnt S : 37,8 C
Kepala : konj.anemis (+), skl.ikterik (-), PCH (-)
Thorax : simetris, retraksi (-)
Cor : BJ I-II normal, bising (-)
Pulmo : sp. bronkovesikuler, Rh-/-, Wh -/-
Abdomen : datar, lemas , BU (+) normal, nyeri tekan epigastrium (+)
Hepar : teraba 2-2 Cm di bawah arkus costa
-
7/22/2019 Lapkas Malaria Dr.sur
9/21
9
Lien : teraba Schuffner II
Ektremitas : akral hangat, CRT 2
A : Suspect Demam Tifoid dd/ Malaria + Anemia pro evaluasi
P : Amoxicillin 500 mg, 3 x 1 tablet
Paracetamol 500 mg, 3 x 1 tablet
Domperidon 10 mg, 3 x 1 tablet
Rencana Pemeriksaan : DL, Diff.count, DDR serial, Bilirubin Total/Direct, Protein, Ureum,
Creatinin, Asam Urat, Albumin, Globulin, SGOT, SGPT, Na, K, Cl,
LDH, Serum Iron, TIBC, CRP.
Pemeriksaan Laboratorium (Tanggal 11 Mei 2013)
PARAMETER HASIL SATUAN NILAI RUJUKANMalaria (-) negatif
HEMATOLOGI
LED 125 0-15
Eosinofil 0 % 1-5
Basofil 0 % 0-1
Netrofil Batang 0 % 2-8
Netrofil Segmen 57 % 50-70
Limfosit 37 % 20-40
Monosit 6 % 2-8
Leukosit 4100 /mm 4.000-10.000
Eritrosit 3.08 10 /mm 4.25-5.40
Hemoglobin 7.5 g/dL 12.0-16.0
Hematokrit 22.4 10 /mm 37.0-47.0
Trombosit 113 10 /mm 150-450
KIMIA KLINIK
Billirubin Total 0.48 mg/dL 0-2
Billirubin Direct 0.24 mg/dL < 0.3
Protein Total 6.3 g/dL 7-8
Creatinin Darah 0.7 mg/dL 0.6-1.1
Ureum Darah 17 mg/dL 20-40
Asam Urat Darah 4.2 mg/dL 2-6Albumin 2.9 g/dL 4-5
Globulin 3.4 g/dL 3-5
SGOT 22 U/L 0-33
SGPT 10 U/L 0-43
Kolesterol Total 65 mg/dL 160-200
Kolesterol HDL 4 mg/dL 0-40
Kolesterol LDL 28 mg/dL 0-150
Trigliserida 167 mg/dL 30-190
Natrium Darah 140 mmol/L 135-153
Kalium Darah 4.18 mmol/L 3-5Chlorida Darah 111.2 mmol/L 98-109
-
7/22/2019 Lapkas Malaria Dr.sur
10/21
10
13 Mei 2013 (Follow Up Hari-3)
S : demam (-), nyeri perut (-), mual (-), muntah (-)
O : KU : tampak sakit Kesadaran : compos mentis
TD : 90/60 mmHg N : 92 x/mnt R : 24 x/mnt S : 36,3 C
Kepala : konj.anemis (+), skl.ikterik (-), PCH (-)
Thorax : simetris, retraksi (-)
Cor : BJ I-II normal, bising (-)
Pulmo : sp. bronkovesikuler, Rh-/-, Wh -/-
Abdomen : datar, lemas , BU (+) normal, nyeri tekan epigastrium (+)
Hepar : teraba 2-2 Cm di bawah arkus costa
Lien : teraba Schuffner II
Ektremitas : akral hangat, CRT 2
A : Suspect Demam Tifoid dd/ Malaria + Anemia pro evaluasi
P : IVFD NaCl 0,45% : D5% (1/2 HS)25-26 gtt/mnt
Ceftriaxone 2 x 1 gr iv (ST)
Paracetamol 500 mg, 3 x 1 tablet
Domperidon 10 mg, 3 x 1 tablet
Rencana Pemeriksaan : DDR serial
Hasil Pemeriksaan LaboratoriumDDR : Malaria Tropika ring (+), gamet (+)
Terapi : Artesunat I-III : 1 x 150 mg tablet
Amodiaquine I-II : 1 x 375 mg tablet
III : 1 x 180 mg tablet
Primakuin : 1 x 30 mg tablet
Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 13 Mei 2013
PARAMETER HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN
Malaria Trop ring (+)
Gamet (+)
FAECES
Warna Kuning Kuning muda
Konsentrasi Lembek -
Bau Khas -
Darah (-) negatif -
Cacing (-) negatif -
Eritrosit (-) negatif -
Leukosit (+) -
Epitel (-) negatif -Telur / larva -
-
7/22/2019 Lapkas Malaria Dr.sur
11/21
11
Bakteri +++ -
Jamur (-) negatif -
IMUNOLOGI
S. Typhy Titer O (-) negatif (-) negatif
S. Typhy Titer H 1/80 1/80
S. Typhy Titer A-O (-) negatif (-) negatifS. Typhy Titer A-H (-) negatif (-) negatif
S. Typhy Titer B-O (-) negatif (-) negatif
S. Typhy Titer B-H (-) negatif (-) negatif
S. Typhy Titer C-O (-) negatif (-) negatif
S. Typhy Titer C-H (-) negatif (-) negatif
14 Mei 2013 (Follow Up Hari-4)
S : demam (+), nyeri ulu hati (+)
O : KU : tampak sakit Kesadaran : compos mentis
TD : 90/60 mmHg N : 104 x/mnt R : 24 x/mnt S : 38,0 C
Kepala : konj.anemis (+), skl.ikterik (-), PCH (-)
Thorax : simetris, retraksi (-)
Cor : BJ I-II normal, bising (-)
Pulmo : sp. bronkovesikuler, Rh-/-, Wh -/-
Abdomen : datar, lemas , BU (+) normal, nyeri tekan epigastrium (+)
Hepar : teraba 2-2 Cm di bawah arkus costa
Lien : teraba Schuffner II
Ektremitas : akral hangat, CRT 2
A : Malaria Tropika
P : IVFD RL (1/2 HS)12-13 gtt/mnt
Artesunat 1 x 150 mg
Amodiaquin 1 x 375 mg
Ceftriaxone 2 x 1 gr iv (ST)Ranitidine 2 x 40 mg iv
Paracetamol 500 mg, 3 x 1 tablet
Domperidon 10 mg, 3 x 1 tablet
Rencana Pemeriksaan : DDR, Parasit Count
-
7/22/2019 Lapkas Malaria Dr.sur
12/21
12
15 Mei 2013 (Follow Up Hari-5)
S : demam (-), nyeri ulu hati (+)
O : KU : tampak sakit Kesadaran : compos mentis
TD : 100/60 mmHg N : 88 x/mnt R : 24 x/mnt S : 36,0 C
Kepala : konj.anemis (+), skl.ikterik (-), PCH (-)
Thorax : simetris, retraksi (-)
Cor : BJ I-II normal, bising (-)
Pulmo : sp. bronkovesikuler, Rh-/-, Wh -/-
Abdomen : datar, lemas , BU (+) normal, nyeri tekan epigastrium (+)
Hepar : teraba 2-2 Cm di bawah arkus costa
Lien : teraba Schuffner II
Ektremitas : akral hangat, CRT 2
A : Malaria Tropika
P : IVFD NaCl 0,45% : D5% (1/2 HS)12-13 gtt/mnt
Artesunat 1 x 150 mg
Amodiaquin 1 x 375 mg
Ceftriaxone 2 x 1 gr iv (ST)
Ranitidine 2 x 40 mg iv
Paracetamol 500 mg, 3 x 1 tablet (k/p)
Domperidon 10 mg, 3 x 1 tablet (k/p)
Rencana Pemeriksaan : DDR
16 Mei 2013 (Follow Up Hari-6)
S : -
O : KU : tampak sakit Kesadaran : compos mentis
TD : 100/60 mmHg N : 88 x/mnt R : 24 x/mnt S : 36,2 C
Kepala : konj.anemis (+), skl.ikterik (-), PCH (-)
Thorax : simetris, retraksi (-)
Cor : BJ I-II normal, bising (-)
Pulmo : sp. bronkovesikuler, Rh-/-, Wh -/-
Abdomen : datar, lemas , BU (+) normal, nyeri tekan epigastrium (+)
Hepar : teraba 2-2 Cm di bawah arkus costa
Lien : teraba Schuffner II
Ektremitas : akral hangat, CRT 2
-
7/22/2019 Lapkas Malaria Dr.sur
13/21
13
A : Malaria Tropika
P : IVFD NaCl 0,45% : D5% (1/2 HS)12-13 gtt/mnt
Ceftriaxone 2 x 1 gr iv
Ranitidine 2 x 40 mg iv
Paracetamol 500 mg, 3 x 1 tablet (k/p)
Domperidon 10 mg, 3 x 1 tablet (k/p)
Rencana Pemeriksaan : DDR
Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 16 Mei 2013
PARAMETER HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN
Malaria (-) negatif
HEMATOLOGI
Leukosit 3700 /mm 4.000-10.000Eritrosit 2.85 10 /mm 4.25-5.40
Hemoglobin 7.2 g/dL 12.0-16.0
Hematokrit 21.2 10 /mm 37.0-47.0
Trombosit 209 10 /mm 150-450
17 Mei 2013 (Follow Up Hari-7)
S : -
O : KU : tampak sakit Kesadaran : compos mentis
TD : 100/60 mmHg N : 88 x/mnt R : 24 x/mnt S : 36,0 C
Kepala : konj.anemis (+), skl.ikterik (-), PCH (-)
Thorax : simetris, retraksi (-)
Cor : BJ I-II normal, bising (-)
Pulmo : sp. bronkovesikuler, Rh-/-, Wh -/-
Abdomen : datar, lemas , BU (+) normal, nyeri tekan epigastrium (+)
Hepar : teraba 2-2 Cm di bawah arkus costa
Lien : teraba Schuffner II
Ektremitas : akral hangat, CRT 2
A : Malaria Tropika
P : Paracetamol 500 mg, 3 x 1 tablet (k/p)
Domperidon 10 mg, 3 x 1 tablet (k/p)
IVFD dihentikan, infus dilepas
Rencana rawat jalan
Rencana Pemeriksaan : DL
-
7/22/2019 Lapkas Malaria Dr.sur
14/21
14
Pemeriksaan Laboratorium Tanggal 17 Mei 2013
PARAMETER HASIL SATUAN NILAI RUJUKAN
Malaria (-) negatif
HEMATOLOGI
Leukosit 4200 /mm 4.000-10.000Eritrosit 3.17 10 /mm 4.25-5.40
Hemoglobin 8.5 g/dL 12.0-16.0
Hematokrit 24.0 10 /mm 37.0-47.0
Trombosit 267 10 /mm 150-450
-
7/22/2019 Lapkas Malaria Dr.sur
15/21
15
PEMBAHASAN
Malaria merupakan penyakit infeksi akut maupun kronis yang disebabkan oleh infeksi
parasit protozoa dan ditularkan oleh nyamuk anopheles. Pada manusia, penyakit ini disebabkan
oleh plasmodium yang mempunyai 5 spesies yaitu, plasmodium falciparum, plasmodium
vivax,plasmodium malariae,plasmodium ovale dan plasmodium knowlesi . Plasmodium
falciparum merupakan penyebab infeksi paling besar dan menyebabkan sebagian besar
kematian.3
Seperti pada penyakit lainnya, diagnosis malaria ditegakkan melalui anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Diagnosis pasti dari malaria ditegakkan dengan
ditemukannya parasit malaria pada sediaan mikroskopik hapusan darah penderita. Diagnosis
dengan cepat dan tepat merupakan hal yang diperlukan untuk penatalaksanaan kasus malaria.
Hal ini berhubungan dengan infeksi Plasmodium falciparum yang dapat menyebabkan malaria
berat dengan komplikasi.4,5
Pada anamnesis, biasanya didapatkan keluhan prodromal dapat terjadi sebelum
terjadinya demam. Pasien biasanya merasa lemah, nyeri kepala, nyeri pada tulang atau otot,
tidak ada nafsu makan, mual atau muntah. Gejala malaria yang klasik terdiri dari tiga stadium
berurutan yang disebut trias malaria, yaitu :
Stadium dingin (cold stage):Stadium ini dimulai dengan gejala menggigil atau perasaan yang sangat dingin. Gigi
gemeretak dan pasien biasanya menutup tubunya dengan segala macam pakaian dan selimut
yang tersedia. Nadi cepat tetapi lemah, bibir dan jari-jari pucat atau sianotis , kulit kering
dan pucat, pasien mungkin muntah dan pada anak sering terjadi kejang. Stadium ini
berlangsung 15 menit sampai 1 jam.
Stadium demam (hot stage) :Pada stadium ini pasien merasa kepanasan. Muka merah, kulit kering, sakit kepala dan
terasa sangat panas seperti terbakar, nyeri kepala, sering kali mual dan muntah. Nadi
menjadi kuat kembali, merasa sangat haus dan suhu tubuh dapat meningkat hingga 41C
atau lebih. Stadium ini berlangsung 2-12 jam.
Stadium berkeringat (sweating stage):Pada stadium ini pasien berkeringat sangat banyak, tempat tidurnya basah, kemudian suhu
tubuh kembali turun dengan cepay, kadang-kadang sampai di bawah normal. Gejala klinis yang
berat biasanya terjadi pada malaria tropika, beupa koma, kejang sampai gangguan fungsi ginjal.3
-
7/22/2019 Lapkas Malaria Dr.sur
16/21
16
Pada anamnesis, yang penting diperhatikan tentu saja adalah demam. Demam pada
malaria timbul bersamaan dengan pecahnya skizon darah yang mengeluarkan berbagai macam
antigen yang akan merangsang sel-sel radang mengeluarkan sitokin-sitokin yang mengaktifkan
sistem pengatur suhu hipotalamus sehingga terjadi peningkatan suhu. Daur pecahnya skizon
pada tiap spesies Plasmodium berbeda-beda sehingga terjadi pola demam yang juga berbeda.
Pada P.falciparum diperlukan waktu 36-48 jam, P. vivax/ P. ovale 48 jam dan P. malariae 72
jam. Hal ini menyebabkan demam pada malaria tropika dapat terjadi setiap hari, pada malaria
tersiana dan ovale terjadi selang satu hari dan malaria kuartana terjadi selang dua hari.6,7,8
Pada pasien ini didapatkan demam sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit, Demam
tinggi pada perabaan dan bersifat hilang timbul. Demam turun hingga mencapai suhu normal
dengan pemberian obat panas, kemudian demam naik lagi. Pada pasien, demam yang ditemui
adalah demam pola intermitten yang naik kemudian turun sampai normal kemudian naik lagi
hal ini sesuai dengan teori yang ada. Serta adanya periode bebas demam. Pasien juga juga
mengeluh merasa kedinginan bahkan sampai menggigil sebelum demam dan berkeringat sangat
banyak dan merasa sehat setelah demam turun. Berdasarkan literatur, gejala ini menjadi suatu
tanda klasik pada malaria.3
Hal lain yang penting dalam anamnesis malaria adalah apakah penderita tinggal di
daerah endemis malaria. Menurut Peta Stratifikasi Malaria 2009, Sulawesi Utara termasuk
wilayah stratifikasi sedang-tinggi malaria.2 Hal ini menunjukkan bahwa penderita sebagai
penduduk dari Sulawesi Utara rentan terinfeksi Malaria.
Pada pemeriksaan fisik hal pertama yang perlu dikonfirmasi adalah suhu badan, apakah
benar penderita panas. Saat masuk, suhu penderita 38,7 C, sehingga dapat disimpulkan bahwa
penderita demam.
Pada penderita malaria dapat juga ditemukan anemia, yang disebabkan oleh pecahnya
sel-sel darah merah yang terinfeksi parasit Malaria. Pada pasien ini, ditemukan konjungtiva
yang anemis, Hb 7,9 mg/dL.6
Pada pemeriksaan fisik abdomen, hal yang khas pada malaria adalah adanya pembesaran
hepar dan lien. Hal ini disebabkan oleh fungsi limpa sebagai organ retikuloendotelial yang
memproduksi sel-sel makrofag dan limfosit yang bertugas untuk menghancurkan parasit
mengalami peningkatan, sehingga limpa membesar oleh bertambahnya produksi sel-sel tersebut.
Pada pasien ini ditemukan adanya pembesaran hepar, teraba 2 cm di bawah arkus kosta dan
pembesaran limpa yang teraba sampai Schuffner II . 6,7
-
7/22/2019 Lapkas Malaria Dr.sur
17/21
17
Untuk memastikan diagnosis malaria, dilakukan pemeriksaan hapusan darah dari darah
perifer. Hapusan darah diambil untuk menentukan ada atau tidaknya parasit malaria, spesies dan
stadium plasmodium serta kepadatan dari parasit. Pada pasien ini ditemukan parasit Plasmodium
falciparum stadium ring dan gamet. Stadium ring merupakan stadium trofozoit imatur pada
siklus intra eritrositdari parasit Plasmodium.3,9
Dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang dilakukan, dapat
ditegakkan diagnosis pada pasien D.L yaitu malaria tropika ( malaria falsiparum ). Pasien
didiagnosis banding dengan demam tifoid karena pada anamnesis didapatkan adanya demam
sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit, nyeri perut, mual, muntah. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan adanya hepatosplenomegali. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan anemia dan
trombositopenia. Demam tifoid disingkirkan sebab tidak ditemukan lidah beslag , bradikardia
relatif, serta pada pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan adanya reaksi aglutinasi antara
antigen Salmonella typhosadan antibodi dalam serum penderita (tes Widal negatif).3,10,11
Penanganan malaria menurut keperluan dibagi menjadi pencegahan bila obat diberikan
sebelum infeksi terjadi, pengobatan supresif bila obat diberikan untuk mencegah timbulnya
gejala klinis, pengobatan kuratif bila obat diberikan untuk pengobatan infeksi yang sudah terjadi
dari serangan akur dan radikal, dan pengobatan untuk mencegah transmisi/penularan bila obat
digunakan terhadap gametosit sel darah.12
Penanganan malaria menurut rekomendasi dari World Health Organization(WHO) yaitu
dengan pemakaian OAM (obat anti malaria) yang mengandung derivat artemisin (Artemisin
Combination Therapy/ACT) sebagai lini pertama dalam penanganan malaria tanpa komplikasi.
Sedangkan untuk penanganan malaria berat, OAM pilihan pertama adalah derivat artemisin
(artesunat intravena, artemeter intramuskular, artemotil intramuskular).13
Penanganan malaria tropika lini pertama adalah pemberian artesunat dan amodiakuin
yang diberikan selama 3 hari, ditambah dengan primakuin pada hari pertama. Dosis pemberian
artesunat adalah 4 mg/kgBB, amodiakuin 10 mg/kgBB pada hari pertama dan hari kedua,
pemberian pada hari ketiga 5mg/kgBB, dan primakuin 0,75 mg/kgBB. 13
Artesunat merupakan salah satu derivat dari artemisin merupakan bentuk garam sodium
dari hemisuksinat ester artemisin. Mekanisme kerjanya adalah melalui tahap besi heme
intraparasitik mengatalisis endoperoksida dan kemudian diikuti dengan rusaknya protein malaria
spesifik akibat terbentuknya karbon radikal. Primakuin merupakan derivat 8-aminokuinolon,
yang kerjanya sebagai mediator oksidasi-reduksi parasit. Obat ini efektif sebagai gametosid
terhadap keempat spesimen plasmodium. Sediaan artesunat adalah tablet 50mg atau 200 mg
-
7/22/2019 Lapkas Malaria Dr.sur
18/21
18
sodium artesunat, ampul serbuk 60 mg yang dilarutkan dalam sodium bikarbonat 5%, kapsul
rektal 100 mg atau 400 mg. Keunggulan artesunat adalah onset of actionyang cepat,efektivitas
tinggi, toksisitas rendah, larut dalam air dan tersedia dalam bentuk oral, injeksi
intramuskular/intravena, supersitoria. 14
Amodiakuin merupakan senyawa 4 aminokuionolin, yang bekerja secara farmakologis
mengikat cincin hematin yang merupakan hasil metabolism hemoglobin di dalam parasit.
Amodiakuin bereaksi baik terhadap plasmodium falciparum yang telah resisten terhadap
klorokuin walaupun terdapat resistensi silang dengan klorokuin. Amodiakuin di absorpsi dari
saluran cerna dengan cepat dan diubah menjadi bentuk aktif desetilamodiakuin dihati.
Amodiakuin tersedia dalam bentuk tablet 200mg amodiakuin hidroklorida atau 153,1 mg
amodiakuin klorohidrat, dan dalam bentuk sirup yang mengandung 10mg amodiakuin dalam
1ml. Efek sampingnya seperti klorokuin tapi resiko agranulositosis lebih besar dan resiko
hepatitis toksik lebih kecil. Over dosis menyebabkan sinkop, spastisitas, kejang dan gerakan
involuntar.15
Pada penderita ini, diberikan kombinasi artesunat, amodiakuin dan primakuin. Berat
badan penderita adalah 36 Kg. Dosis yang harus diberikan adalah artesunat 150 mg, amodiakuin
375 mg untuk hari pertama dan kedua, pada hari ketiga diberikan amodiakuin 180 mg dan
primakuin 30 mg diberikan dosis tunggal.
Setelah pemberian obat, dilakukan pemantauan dengan pemeriksaan lab dan tanda-tanda
vital untuk mengetahui keberhasilan dari pengobatan. Pasien dinyatakan telah sembuh dari
malaria apabila pada pemeriksaan parasit selama 3x berturut-turut tidak ditemukan adanya
parasit malaria. Setelah tidak ditemukan lagi parasit malaria dalam darah pasien, dan adanya
perbaikan dari keadaan fisik, maka pasien diizinkan pulang.
Komplikasi untuk malaria tropika yang disebabkan oleh plasmodium falciparum yaitu
bisa menyebabkan malaria berat, malaria cerebral, sampai menyebabkan gagal ginjal akut. Pada
pasien ini tidak terjadi komplikasi.Prognosis pada pasien DL baik, pasien pulang pada hari ke-6
perawatan Prognosis malaria yang disebabkan oleh plasmodium falciparum tanpa penyulit
berlangsung sampai satu tahun. Infeksi falciparum dengan penyulit prognosis bisa menjadi
buruk. Prognosis buruk bila tidak ditangani dengan cepat dan tepat bahkan dapat meninggal
terutama pada gizi buruk. 16
KESIMPULAN
-
7/22/2019 Lapkas Malaria Dr.sur
19/21
19
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, penderita
didiagnosis dengan Malaria Tropika. Penderita diterapi dengan terapi lini pertama ACT yaitu:
artesunat + amodiakuin selama 3 hari ditambah primakuin pada hari pertama. Selama
perjalanannya pasien berespons baik terhadap pengobatan dan dinyatakan sembuh serta
dipulangkan pada hari perawatan yang ke-7.
SARAN
1. Dosis pengobatan hendaknya disesuaikan dengan berat badan sehingga efektivitas obat
lebih maksimal
2. Hendaknya dilakukan edukasi ketika pulang tentang hidup sehat dan higien pribadi serta
keluarga untuk meningkatkan ketahanan tubuh sehingga penderita tidak mudah tertular
penyakit.
-
7/22/2019 Lapkas Malaria Dr.sur
20/21
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Laihad JL, Arbani PR. Situasi Malaria di Indonesia dan Penanggulangannya. Dalam:Harijanto PN, Nugroho A, Gunawan CA. Malaria: dari Molekuler ke Klinis. Edisi 2.
Jakarta: EGC; 2009. Halaman 1-16.
2. Epidemiologi Malaria di Indonesia. Dalam: Buletin Jendela Data danInformasiKesehatan: Epidemiologi Malaria di Indonesia. Jakarta: Kementrian Kesehatan
RI; 2011, Triwulan I. Halaman 1-17.
3. Rampengan TH. Malaria Pada Anak. Dalam: Rampengan TH. Penyakit Infeksi TropikPada Anak. Edisi 2. Jakarta: EGC; 2007. Halaman 190-225.
4. Guidelines for The Treatment of Malaria. 2nd edition. Geneva: World HealthOrganization; 2010
5. Figtree M, et al. Plasmodium knowlesi in Human, Indonesian Borneo. In: EmergingInfectious Diseases. Vol. 16, No. 4, April 2011. www.cdc.gov/eid. Page 672 - 674.
6. Elyazar IRF, et al. Malaria Distribution, Prevalence, Drug Resistance, and ControlinIndonesia.In: Adv Parasitol. 2011 ; 74: 41175
7. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehat Lingkungan DepartemenKesehatan RI. Pedoman Penatalaksanaan Kasus Malaria di Indonesia. Jakarta: Bakti
Husada; 2008
8. Theodorus. Obat Malaria.Dalam: Staf Pengajar Departemen Farmakologi UniversitasSriwijaya. Kumpulan Kuliah Farmakologi. Edisi 2. Jakarta: EGC; 2009. Halaman 185-
201
9. Sukthana Y.Laboratory Diagnosis of Malaria. 10thInternational Training Course onManagement of Malaria. 2012.
10.Elradhi AS, Caroll J, Klein N, Abbas A. Clinical Manual of Fever in Children. 9thedition. Berlin: Springer; 2009. p. 1-24.
11.Kuadzi JT, Badu GA, Addae MM. Plasmodium falciparum Malaria in Children at ATertiary Teaching Hospital.Pan African Medical Journal 2011;10:2.
12.Caro F, Milier MG, Derisi JL. Plate-based trasfection and culturimh technique forgenetic manipulation of Plasmodium falciparum. Malaria Journal. 2012; Volume 11:1-
36
13.Ratcliff A, Siswantoro H, Kenangalem E, et all. Two fexd dose artemisin combinationfor drug resistant falciparum and vivax malaria in Papua Indonesia. Lancet Journal.
2007: P. 757-65
-
7/22/2019 Lapkas Malaria Dr.sur
21/21
21
14.Rachmawati, Rampengan NH, Tatura SN, Rampengan TH. Comparison of the efficacyof artemether-lumefantrine vs. Artesunat plus sulfadoxine-pyrimethamine in children
with uncomplicated falciparum malaria. Paediatrica Indonesiana. 2010; Volume 50:113-
117
15.Thayib AH, Rampengan NH, Johanes E, Rampengan TH. Resistensi PlasmodiumFalciparum terhadap Kombinasi Klorokuin dan Primakuin pada Anak. Majalah
Kedokteran Indonesia. 2005; Volume 55:724-729
16.Gething PW, Patil AP, Smith DL, Guerra CA, Elyazar IRF, dkk. A new world malariamap Plasmodium falciparum endemicity in 2010. Malaria Journal. 2011; Volume
10:378-94