lapkas hva

Upload: arlinda-putry-manda-sary

Post on 05-Jul-2018

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/16/2019 Lapkas Hva

    1/50

    1

    Laporan Kasus

    HEPATITIS VIRAL AKUT

    Oleh

    T. Fadli Nazwan Sani, S.Ked

    NIM.110610032 

    Pembimbing

    dr. Darmadi, Sp.PD, KGEH

    BAGIAN/ SMF ILMU PENYAKIT DALAM

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALIKUSSALEH

    RUMAH SAKIT UMUM CUT MEUTIA

    ACEH UTARA

    2016 

  • 8/16/2019 Lapkas Hva

    2/50

    2

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1  Latar Belakang

    Hepatitis virus akut merupakan infeksi sistemik yang dominan menyerang

    hati. Hampir semua kasus hepatitis virus akut disebabkan oleh salah satu dari lima

     jenis virus yaitu: virus hepatitis A (HAV), Virus hepatitis B (HBV), virus hepatitis

    C (HCV), virus hepatitis D (HDV), dan virus hepatitis E (HEV). Jenis virus lain

    yang ditularkan pascatransfusi seperti virus hepatitis G dan virus hepatitis TT

    telah dapat diidentifikasi akan tetapi tidak menyebabkan hepatitis.1 

    Hepatitis virus akut merupakan urutan pertama dari berbagai penyakit hati

    di seluruh dunia. Penyakit tersebut atau gejala sisanya bertanggung jawab atas 1-2

     juta kematian setiap tahunnya.

    1.2  Tujuan

    Tujuan penulisan laporan kasus ini yaitu:

    1. 

    Umum: Mengetahui bagaimana penatalaksanaan pada hepatitis viral akut.

    2. 

    Khusus: Menyelesaikan tugas laporan kasus dari kepaniteraan klinik di SMF

    Ilmu Penyakit Dalam RSUD Cut Meutia, Kabupaten Aceh Utara.

    1

  • 8/16/2019 Lapkas Hva

    3/50

  • 8/16/2019 Lapkas Hva

    4/50

    4

    -  viremia berlangsung selama beberapa minggu samapi bulan setelah

    infeksi akut

    sebanyak 1-5% dewasa,90% neonatus dan 50% bayi akan berkembang

    menjadi hepatitis kronik dan viremia yang persisten

    -  infeksi persisten dihubungkan dengan hepatitis kronik, sirosis dan

    kanker hati

    -  HBV ditemukan di darah,semen,sekret servikovaginal,saliva,ciran

    tubuh lainnya. 

    2.1.4 Hepatitis virus D (HDV)

    -  Masa inkubasi 4-7 minggu

    -  Insidensi berkurang dengan adanya peningkatan pemakaian vaksin

    -  Endemis dimediterania,semenanjung balkan, bagian eropa bekas rusia

    -  Viremia singkat(infeksi akut)viremia memanjang 9infeksi kronik)

    Infeksi HDV hanya terjadi pada individu dengan resiko infeksi HBV

    (koinfeksi atau superinfeksi: IVDU, homoseksual atau biseksual,

    resipien donor darah, pasangan seksual

    -  Cara penularan: melalui darah, transmisi seksual, penyebaran

    maternal-neonatal.

    2.1.5 Hepatitis virus C (HCV)

    Masa inkubasi 15-160hari(puncak sekitar 50 hari)

    Infeksi yang menetap dihubungkan dengan hepatitis kronik, sirosis,

    dan kanker hati

  • 8/16/2019 Lapkas Hva

    5/50

    5

    -  Cara transmisi: darah (predominan) IVDU dan penetrasi jaringan dan

    resepien produk darah, transmisi seksual,maternal-neonatal, tak

    terdapat transmisi fekal oral.

    Tabel 2.1 Jenis-jenis Hepatitis Viral Akut

    Sumber: Hepatitis (Health Prtection Agency, 2014) 

    2.2 Anatomi

    Hepar merupakan kelenjar eksokrin terbesar yang memiliki fungsi untuk

    menghasilkan empedu serta juga memiliki fungsi endokrin. Secar garis besar,

    hepar dibagi menjadi 2 lobus dextra (kanan-besar) dan sinistra (kiri-kecil), hepar

    dilapisi oleh kapsula fibrosa yang disebut Capsula Glisson. Hepar terletak diregio

    hipokondrium dextra region epigastrium, dan region hipokondrium sinistra.

    Secara skeletopi, hepar terletak setinggi costa V ada linea mediocavicularis

    dextra, setinggi spatium intercosta V di linea medioclavicularis sinistra, dimana

  • 8/16/2019 Lapkas Hva

    6/50

    6

     bagian caudal dextra (bawah kanan) mengikuti arus costarum (costa IX-VIII) dan

     bagian caudal sinistra (bawah kiri) mengikuti arcus costarum (costa VIII-VII).

    Secara sintopi, hepar berbatasan dengan diafragma (facies diaphragmatica hepatis)

    dan berbatasan dengan organ-organ lain seperti gaster, pars superior duodeni

    suprarenalis dextra, sebagian colon transversum, flexura coli dextra, vesica fellea,

    oesophagus, dan vena cava inferior (facies viceralis hepatis).

    Hepar terbagi atas 2 lobus yaitu lobus hepatis dextra dan lobus hepatis

    sinistra oleh incisura umbilikalis, ligamentum falciforme hepatis, dan fossa

    sagitalis sinistra. Pada lobus hepatis dextra terdapat fossa sagitalis sinistra, fossa

    sagitalis dextra, dan porta hepatis. Fossa sagitalis sinistra hepatis terdiri dari fossa

    ductus venosi dan fossa vena umbilicalis. Fossa sagitalis dextra terdiri dari fossa

    vasiecae fellea dan fossa venae cava. Porta hepatis membentuk lobus quadrates

    hepatis dan lobus caudatus hepatis.

    Gambar 2.1 Anatomi Hati6 

    Lobus quadratus hepatis memiliki batas anterior pada margo anterior

    hepatis, batas dorsal pada porta hepatis, batas dextra pada fossa vesicae fellea, dan

     batas sinistra pada venae umbilicalis. Pada lobus quadratus hepatis ini, terdapat

    http://3.bp.blogspot.com/-mXM28P7VJMI/TsKXSkM9DlI/AAAAAAAAAI4/BiktpoufEKc/s1600/hepar+inferior1.PNG

  • 8/16/2019 Lapkas Hva

    7/50

    7

    cekungan yang disebut impressio duodeni lobi quadrati. Lobus Caudatus Hepatis

    (Spigeli) memiliki batas ventro-caudal pada porta hepatis, batas dextra pada fossa

    venae cavae, dan batas sinistra pada fossa ductus venosi. Pada lobus caudatus

    hepatis ini terdapat tonjolan yaitu processus caudatus dan processus papillaris.

    Lobus hepatis sinistra adalah lobus hepar yang berada di sebelah kiri

    ligamentum falciforme hepatis. Lobus ini lebih kecil dan pipih jika dibandingkan

    dengan lobus hepatis dextra. Letaknya adalah di regio epigastrium dan sedikit

     pada regio hyochondrium sinistra. Pada lobus ini, terdapat impressio gastrica,

    tuber omentale, dan appendix fibrosa hepatis.

    Gambar 2.2 Bagian medial hepar 6 

    Facies visceralis hepatis (sisi yang menghadap organ intraperitoneal)

    memiliki facies posterior yang pada facies itu terdapat pars affixa hepatis, fossa

    vena cavae, impressio suprarenalis, ligamentum hepatogastricum, impressio

    oesophagea. Pada facies inferiornya terdapat impressio colica, impressio renalis,

    impressio duodenalis, fossa vesicae felleae, dan fossa venae umbilicalis.

    http://3.bp.blogspot.com/-dRcdjrN5d20/TsKXdnbic5I/AAAAAAAAAJA/UHjQXGQ87y4/s1600/hepar+superior.PNG

  • 8/16/2019 Lapkas Hva

    8/50

    8

    Gambar 2.3 Porta hepatis6 

    Porta hepatis terdiri dari vena porta, ductus cysticus, ductus hepaticus, dan

    ductus choledochus, arteri hepatica propria dextra dan arteri hepatica sinistra,

    serta nervus dan pembuluh lymphe.

    Ligamentum hepatik terdiri dari :

    1.  Ligamentum falciforme hepatis

    2.  Omentum minus

    3. 

    Ligamentum coronarium hepatis

    4. 

    Ligamentum triangulare hepatis

    5.  Ligamentum teres hepatis

    6. 

    Ligamentum venosum arantii

    7.  Ligamentum hepatorenale

    8.  Ligamentum hepatocolicum

    Ligamentum falciforme hepatis merupakan reflexi peritoneum parietale

    yang terdiri dari 2 lembaran (lamina dextra dan lamina sinistra) serta membentuk

    lamina anterior ligamentum coronarii hepatis sinistrum dan dextrum. Pada tepi

    http://dokteraneh.blogspot.com/2011/11/peritoneum.htmlhttp://1.bp.blogspot.com/-hITofqm1oUU/TsKXFnda_iI/AAAAAAAAAIw/knw1sVaIaRo/s1600/hepar+inferior.PNGhttp://dokteraneh.blogspot.com/2011/11/peritoneum.html

  • 8/16/2019 Lapkas Hva

    9/50

    9

    inferior ligamentum ini terdapat ligamentum teres hepatis dan vena para

    umbilicalis.

    Omentum minus membentang dari curvatura ventriculi minor dan pars

    superior duodeni menuju ke fossa ductus venosi dan porta hepatis. Ligamentum

    gastrohepatica dan ligamentum hepatoduodenale merupakan bagian dari omentum

    minus ini.

    Fiksasi hepar dilakukan oleh vena hepatica, desakan negatif (tarikan)

    cavum thoracis, desakan positif (dorongan) cavum abdominis, dan oleh ligamenta

    yang telah disebutkan sebelumnya, diantaranya :

    1.  Ligamentum falciforme hepatis

    2.  Omentum minus

    3.  Ligamentum triangulare hepatis

    4.  Ligamentum coronarium hepatis

    5. 

    Ligamentum teres hepatis

    6.  Ligamentum venosum Arantii

    Vascularisasi hepar oleh:

    1.  Circulasi portal

    2.  A. Hepatica communis

    3. 

    Vena portae hepatis

    4. 

    Vena hepatica

    Arteri hepatica communis berasal dari a.coeliaca. Arteri ini melewati

    ligamentum hepatoduodenale (bersama ductus choledochus, v.portae, pembuluh

    lymphe dan serabut saraf) dan bercabang menjadi arteri hepatica propria dextra

    dan arteri hepatica propria sinistra. Vena portae hepatis dibentuk oleh vena

    http://dokteraneh.blogspot.com/2011/11/peritoneum.htmlhttp://dokteraneh.blogspot.com/2011/11/peritoneum.html

  • 8/16/2019 Lapkas Hva

    10/50

    10

    mesenterica superior dan vena lienalis. Vena ini berjalan melewati ligamentum

    hepatoduodenale, bercabang menjadi ramus dexter dan ramus sinister.

    Innervasi hepar oleh :

    1.   Nn. Splanchnici (simpatis)

    2.   N. Vagus dexter et sinister (chorda anterior dan chorda posterior), dan

    3. 

     N. Phrenicus dexter (viscero-afferent)

    Apparatus excretorius hepatis (oleh karena hepar sebenarnya adalah suatu

    kelenjar raksasa) adalah Vessica fellea, ductus cysticus, ductus hepaticus, dan

    ductus choledochus.

    2.3  Fisiologi Hepar

    Hepar merupakan pusat dari metabolisme seluruh tubuh, merupakan

    sumber energi tubuh sebanyak 20% serta menggunakan 20-25% oksigen darah.

    Ada beberapa fungsi dari hepar yaitu :

    1. 

    Metabolisme karbohidrat

    Pembentukan, perubahan dan pemecahan KH, lemak dan protein saling

     berkaitan satu sama lain. Hepar mengubah pentosa dan heksosa yang

    diserap dari usus halus menjadi glikogen, mekanisme ini disebut

    glikogenesis. Glikogen lalu ditimbun di dalam hepar kemudian hepar akan

    memecahkan glikogen menjadi glukosa. Proses pemecahan glikogen

    menjadi glukosa disebut glikogenelisis.Karena proses-proses ini, hepar

    merupakan sumber utama glukosa dalam tubuh, selanjutnya hepar

    mengubah glukosa melalui heksosa monophosphat shunt dan terbentuklah

     pentosa. Pembentukan pentosa mempunyai beberapa tujuan:

    Menghasilkan energi, biosintesis dari nukleotida, nucleic acid dan ATP,

  • 8/16/2019 Lapkas Hva

    11/50

    11

    dan membentuk/biosintesis senyawa 3 karbon (3C) yaitu pyruvic acid

    (asam piruvat diperlukan dalam siklus krebs).

    2. 

    Metabolisme lemak

    Hepar tidak hanya membentuk/mensintesis lemak tapi sekaligus

    mengadakan katabolisis asam lemak Asam lemak dipecah menjadi

     beberapa komponen :

    a.  Senyawa 4 karbon –   Keton Bodies 

     b.  Senyawa 2 karbon –   Active Acetate (dipecah menjadi asam lemak dan

    gliserol)

    c.  Pembentukan cholesterol

    d.  Pembentukan dan pemecahan fosfolipid

    Hepar merupakan pembentukan utama, sintesis, esterifikasi dan ekskresi

    cholesterol. Di mana serum cholesterol menjadi standar pemeriksaan

    metabolisme lipid.

    3.  Metabolisme protein

    Hepar mensintesis banyak macam protein dari asam amino. dengan proses

    deaminasi, hepar juga mensintesis gula dari asam lemak dan asam amino.

    Dengan proses transaminasi, hepar memproduksi asam amino dari bahan-

     bahan non nitrogen. Hepar merupakan satu-satunya organ yang

    membentuk plasma albumin dan ∂ - globulin dan organ utama bagi

     produksi urea. Urea merupakan end product metabolisme protein. ∂ -

    globulin selain dibentuk di dalam hepar, juga dibentuk di limpa dan

    sumsum tulang. β –   globulin hanya dibentuk di dalam hepar. Albumin

    mengandung ± 584 asam amino dengan BM 66.000.

  • 8/16/2019 Lapkas Hva

    12/50

    12

    4.  Fungsi hepar sehubungan dengan pembekuan darah

    Hepar merupakan organ penting bagi sintesis protein-protein yang

     berkaitan dengan koagulasi darah, misalnya: membentuk fibrinogen,

     protrombin, faktor V, VII, IX, X. Benda asing menusuk kena pembuluh

    darah  –   yang beraksi adalah faktor ekstrinsi, bila ada hubungan dengan

    katup jantung  –  yang beraksi adalah faktor intrinsik. Fibrin harus isomer

     biar kuat pembekuannya dan ditambah dengan faktor XIII, sedangakan Vit

    K dibutuhkan untuk pembentukan protrombin dan beberapa faktor

    koagulasi.

    5.  Metabolisme vitamin

    Semua vitamin disimpan di dalam hepar khususnya vitamin A, D, E, K

    6.  Detoksikasi

    Hepar adalah pusat detoksikasi tubuh, Proses detoksikasi terjadi pada

     proses oksidasi, reduksi, metilasi, esterifikasi dan konjugasi terhadap

     berbagai macam bahan seperti zat racun, obat over dosis.

    7.  Fagositosis dan imunitas

    Sel kupfer merupakan saringan penting bakteri, pigmen dan berbagai

     bahan melalui proses fagositosis. Selain itu sel kupfer juga ikut

    memproduksi ∂ - globulin sebagai immune livers mechanism.

    8. 

    Fungsi hemodinamik

    Hepar menerima ± 25% dari cardiac output, aliran darah hepar yang

    normal ± 1500 cc/ menit atau 1000 –  1800 cc/ menit. Darah yang mengalir

    di dalam a.hepatica ± 25% dan di dalam v.porta 75% dari seluruh aliran

    darah ke hepar. Aliran darah ke hepar dipengaruhi oleh faktor mekanis,

  • 8/16/2019 Lapkas Hva

    13/50

    13

     pengaruh persarafan dan hormonal, aliran ini berubah cepat pada waktu

    exercise, terik matahari, shock. Hepar merupakan organ penting untuk

    mempertahankan aliran darah.

    2.4 Patogenesis

    2.4.1 Hepatitis A

    Secara umum hepatitis diakibatkan karena adanya reaksi imun dari tubuh

    terhadap virus yang dipacu oleh replikasi virus di hati. Replikasi virus hepatitis A

    termasuk ke dalam jalur lisis. Pertama-tama virus akan menempel di reseptor

     permukaan sitoplasma, RNA virus masuk, pada saat yang sama kapsid yang

    tertinggal di luar sel akan hilang, di dalam sel RNA virus akan melakukan

    translasi, hasil dari translasi terbagi dua yaitu kapsid baru dan protein prekusor

    untuk replikasi DNA inang, DNA sel inang yang sudah dilekati oleh protein

     prekusor virus melakukan replikasi membentuk DNA sesuai dengan keinginan

    virus, DNA virus baru terbentuk, kapsid yang sudah terbentuk dirakit dengan

    DNA virus menjadi sebuah virion baru, virus baru yang sudah matang keluar dan

    mengakibatkan sel lisis oleh sel-sel fagosit.

    2.4.2 Hepatitis B

    HBV masuk ke dalam tubuh secara parenteral. Dari peredaran darah

     partikel Dane (virion HBV) masuk ke dalam hati dan kemudian terjadi proses

    replikasi di sana. Hepatosit kemudian akan memproduksi dan mensekresi virion

    (partikel Dane), partikel HBsAg, serta HBeAg (yang tidak membentuk partikel

    virus). Respon imun non-spesifik pertama kali dirangsang dengan memanfaatkan

    sel-sel natural killer. Respon imun ini tidaklah cukup untuk mengeradikasi HBV

    lebih lanjut. Oleh karena itu respon imun spesifik kemudian direkrut untuk

  • 8/16/2019 Lapkas Hva

    14/50

    14

    mengaktivasi sel limfosit T dan B. sel T-sitotoksik (CD8+) teraktivasi setelah

    melakukan kontak dengan peptide HBV yang dipasang di MHC kelas I antigen

     presenting cell   (APC). Peptida yang dipasang di MHC ini berupa HBcAg serta

    HBeAg. Proses eliminasi ini berhubungan dengan peningkatan ALT.

     Namun demikian terdapat pula proses eliminasi yang tidak menimbulkan

    kerusakan hepatosit melalui TNF-alfa serta interferon gamma. Sel limfosit B akan

    membentuk sel plasma melalui aktivasi sel CD4+ (T-helper) sehingga

    menghasilkan antibody anti-HBs, anti-HBc, serta anti-HBe. Anti-HBs berfungsi

    untuk menetralisasi partikel HBV dan mencegah masuknya virus kedalam sel.

    Oleh karena itu anti-HBs mencegah penyebaran virus dari sel ke sel. Apabila

    terjadi persistensi viremia, hal ini tidak disebabkan oleh ketidakmampuan atau

    definisi anti-HBs, yang dibuktikan dengan tetap ditemukannnya anti-HBs

    walaupun bersembunyi dengan kompleks HBsAg.

    Proses eliminasi viremia melibatkan factor virus maupun factor penjamu.

    Salah satu mekanisme yang menjelaskan terjadinya persisten infeksi HBV adalah

    adanya mutasi di daerah precore sehingga menyebabkan tidak dihasilkannya

    HBeAg. Eliminasi sel akibat infeksi mutan ini menjadi terhambat. Sementara itu

     pada anak-anak yang terinfeksi HBV mulai dari neonatus akan cenderung terjadi

     persistensi akibat imunotoleransi terhadap HBeAg yang masuk ke dalam tubuh

     janin mendahului invasi HBV. Dalam keadaan normal, saat fase replikatif tengah

     berlangsung, titer HBsAg ditemui sangat tinggi, HbeAg positif, serta anti-HBe

    yang negative. Konsentrasi DNA HBV juga tinggi. Mutasi di gen P

     bermanifestasi kepada tingginya kadar DNA namun tidak ditemui nilai HBeAg

    akibat dari tidak dapat diproduksinya antigen tersebut.

  • 8/16/2019 Lapkas Hva

    15/50

    15

    2.4.3 Hepatitis C

    Virus ini biasanya ditularkan melalui pajanan berulang secara perkutan,

    seperti darah dari transfuse, transplantasi organ terinfeksi, serta penggunaan

    suntikan intervena. Virus ini memasuki hepatosit karena memiliki reseptor yang

    kompatibel dengan stuktur virus hepatitis C. mekanisme imunologis kemudian

    menyebabkan kerusakan hepatosit. Diketahui bahwa sel CD4+ , T dan yang

    dihasilkannya berperan dalam pathogenesis kekronikan infeksi ini. Reaksi

    inflamasi akibat kerusakan hepatosit dapat membuat sel stelata di celah disse

    hepatosit menjadi aktif, bertransformasi menjadi miofibroblas yang menghasilkan

    matriks kolagen dan mendukung terjadinya fibrosis dan apabila berlanjut akan

    menimbulkan kerusakan hati dan sirosis hati 

    2.4.4 Hepatitis D

    HDV merupakan virus yang tergantung dengan HBV untuk melakukan

    replikasi dan siklus hidupnya. Ketergantungan ini disebabkan oleh RNA virion

    memiliki defek sehingga membutuhkan HBsAg untuk transmisi. Oleh karena itu,

     proses transmisinya nyaris sama, kebanyakan melalui parenteral. Infeksi hepatitis

    D dapat terjadi melalui beberapa kondisi:

    1.  Koinfeksi akut HDV dan HBV (membutuhkan HBsAg)

    2. 

    Superinfeksi yang terjadi pada carrier HBV kemudian terinfeksi oleh HDV

    2.5 Gambaran Klinis

    Gambaran klinis hepatitis virus sangat bervariasi mulai dari infeksi

    asimtomatik tanpa kuning sampai yang sangat berat yaitu hepatits fulminan yang

    dapat menimbulan kematian hanya dalam beberapa hari. Gejala hepatitis akut

    dibagi dalam 4 tahap yaitu :

  • 8/16/2019 Lapkas Hva

    16/50

    16

    1.   Fase inkubasi, merupakan waktu antara masuknya virus dan timbulnya

    gejala atau ikterus.

    2. 

     Fase prodromal   ( praikterik ), fase diantara timbulnya keluhan-keluhan

     pertama dan timbulnya gejala ikterus.

    3.   Fase ikterus, ikterus muncul setelah 5-10 hari , tetapi dapat juga muncul

     bersamaan dengan munculnya gejala.

    4.   Fase konvalesen  (penyembuhan), diawali dengan menghilangnya ikterus

    dan keluhan lain, tetapi hepatomegali dan abnormalitas fungsi hati tetap

    ada.

    Gambaran klinis infeksi hepatitis adalah

    1.  Spektrum penyakit mulai dari asimtomatik, infeksi yang tidak nyata

    sampai kondisi yang fatal sehingga terjadi gagal hati akut

    2.  Sindrom klinis yang mirip pada semua virus penyebab mulai dari gejala

     prodromal yang non spesifik dan gejala gastrointestinal, seperti:a.

    Malaise,anoreksia,mual dan muntah.

    3.  Awitan gejala cenderung muncul mendadak pada HAV dan HEV, pada

    virus yang lain secara insidious

    4.  Demam jarang ditemukan kecuali pada inveksi HAV

    5. 

    Immune complex mediated,serum sickness like syndrome dapat ditemukan

     pada kurang dari 10% pasien dengan infeksi HBV,

    6. 

    Gejala prodromal menghilang pada saat timbul kuning, tetapi gejala

    anoreksia, malaise, dan kelemahan dapat menetap.

    7.  Ikterus didahului dengan kemunculan urine berwarna gelap, pruritus

    (biasanya ringan dan sementara) dapat timbul ketika ikterus meningkat

  • 8/16/2019 Lapkas Hva

    17/50

    17

    8.  Pemeriksaan fisik menunjukkan pembesaran dan sedikit nyeri tekan pada

    hati

    9. 

    Splenomegali ringan dan limfadenopati pada 15%-20% pasien.

    2.6 Diagnosis

    Diagnosis dapat ditegakkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan

     pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan serologi kita bisa dapatkan : 

    -  Gejala biasanya muncul secara tiba-tiba

    -  Penurunan nafsu makan

    -  Merasa tidak enak badan

    Mual

    Muntah

    Demam

    Kadang terjadi nyeri sendi dan timbul biduran (gatal-gatal pada kulit)

    -  Ikterus

    -  Urin berubah warna menjadi lebih gelap

    2.7 Diagnosis Serologis

    2.7.1 Transmisi infeksi secara enterik

    a. 

    HAV

    IgM anti HAV dapat dideteksi selama fase akut dan 3-6 bulan

    setelahnya.

    Anti HAV yang positif tanpa igM anti HAV mengindikasikan infeksi

    lampau.

  • 8/16/2019 Lapkas Hva

    18/50

    18

     b.  HEV

    Belum tersedia pemeriksaan serologi komersial yang telah disetujui

    FDA.

    IgM dan igG anti HEV baru dapat dideteksi oleh pemeriksaan untuk

    riset.

    IgM anti HEV dapat bertahan selama 6 minggu setelah puncak dari

     penyakit.

    IgG anti HEV dapat tetap terdeteksi selama 20 bulan.

    2.7.2 Infeksi melalui darah.

    c.  HBV

    Diagnosis serologis telah tersedia dengan mendeteksi keberadaan

    dari igM antibody terhadap antigen core hepatitis (IgM anti HBc dan

    HBsAg).

     

    Keduannya ada saat gejala muncul

      HBsAg mendahului IgM anti HBc

      HBsAg merupakan petanda yang pertama kali diperiksa secara

    rutin

      HBsAg dapat menghilang biasanya dalam beberapa minggu

    sampai bulan setelah kemunculannya, sebelum hilangnya IgM

    anti HBc

    HbeAg dan HBV DNA

      HBV DNA di serum merupakan petanda yang pertama muncul,

    akan tetapi tidak rutin diperiksa.

      HbeAg biasanya terdeteksi setelah kemunculan HbsAg

  • 8/16/2019 Lapkas Hva

    19/50

    19

      Kedua petanda menghilang dalam beberapa minggu atau bulan

     pada infeksi yang sembuh sendiri. Selanjutnya akan muncul anti

    HBs dan anti Hbe menetap.

      Tidak diperlukan untuk diagnosis rutin.

    IgG anti HBc

      Menggantikan IgM anti HBc pada infeksi yang sembuh.

      Membedakan infeksi lampau atau infeksi yang berlanjut.

      Tidak muncul pada pemberian vaksin HBV.

    Antibodi terhadap HbsAg (anti HBs)

      Antibodi terakhir yang muncul

      Merupakan antibody penetral

      Secara umum mengindikasikan kesembuhan dan kekebalan

    terhadap reinfeksi

     

    Dimunculkan dengan vaksinasi HBV

    d.  HDV

    Pasien HBsAg positif dengan:

      Anti HDV dan atau HDV RNA sirkulasi (pemeriksaan belum

    mendapatkan persetujuan)

     

    IgM anti HDV dapat muncul sementara.

    Koinfeksi HBV/HDV

      HBsAg positif

      IgM anti HBc positif

      Anti HDV dan atau HDV RNA

    Superinfeksi HDV

  • 8/16/2019 Lapkas Hva

    20/50

    20

      HBsAg positif

      IgG anti HBc positif

     

    Anti HDV dan atau HDV RNA

    Titer anti HDV akan menurun sampai tak terdeteksi dengan adanya

     perbaikan infeksi.

    e.  HCV

    Diagnosis serologi

      Deteksi anti HCV

      Anti HCV dapat dideteksi pada 60% pasien selama fase akut

    dari penyakit, 35% sisanya akan terdeteksi pada beberapa

    minggu atau bulan kemudian.

      Anti HCV tidak muncul pada

  • 8/16/2019 Lapkas Hva

    21/50

    21

      Pemeriksaan yang mahal. Untuk mendiagnosis penyakit tidak

    rutin dilakukan, kecuali pada keadaan dimana dicurigai adanya

    infeksi pada pasien dengan anti HCV negatif.

      Ditemukan pada infeksi kronik HCV

    2.8 Diagnosis banding

    -  Penyakit hati karena obat atau toksin

    -  Hepatitis iskemik

    -  Hepatitis autoimun

    -  Hepatitis alkoholik

    Obstruksi akut traktus biliaris

    2.9 Pengobatan

    1.  Rawat jalan, kecuali pasien dengan mual atau anoreksia berat yang akan

    menyebabkan dehidrasi 

    2.  Mempertahankan asupan kalori dan cairan yang adekuat 

    -  Tidak ada rekomendasi diet khusus. 

    Makan pagi dengan porsi yang cukup besar merupakan makanan yang

     paling baik ditoleransi. 

    Menghindari konsumsi alcohol selama fase akut 

    3. Aktivitas fisis yang berlebihan dan berkepanjangan harus dihindari.

    4. Pembatasan aktivitas sehari-hari tergantung dari derajat kelelahan dan

    malaise. 

    5.  Tidak ada pengobatan spesifik untuk hepatitis A, E, D. pemberian

    interferon-alfa pada hepatitis C akut dapat menurunkan resiko kejadian

  • 8/16/2019 Lapkas Hva

    22/50

    22

    infeksi kronik. Peran lamivudin adefovir pada hepatitis B akut masih

     belum jelas. Kortikosteroid tidak bermanfaat. 

    6. 

    Obat-obat yang tidak perlu harus dihentikan. 

    2.10 Pencegahan

    2.10.1 Pencegahan terhadap infeksi hepatitis dengan Penularan Secara

    Enterik HAV

    Imunoprofilaksis sebelum paparan 

    a.  Vaksin HAV yang dilemahkan

    -  Efektifitas tinggi (angka proteksi 94-100%)

    Sangat imunogenik (Hampir 100% pada subyek sehat)

    Antibody protektif terbentuk dalam 15 hari pada 85-95% subjek

    Aman, toleransi baik

    Efektifitas proteksi selama 20-50 tahun

    -  Efek samping utama adalah nyeri di tempat penyuntikan

     b.  Dosis dan jadwal vaksin HAV

    -  >19 tahun. 2 dosis of HAVRIX® (1440 Unit Elisa) dengan

    interval 6-12 bulan

    -  Anak > 2 tahun. 3 dosis HAVRIX® (360 unit Elisa), 0, 1 dan 6-12

     bulan atau 2 dosis (720 Unit Elisa), 0, 6-12 bulan

    c.  Indikasi vaksinasi

    -  Pengunjung ke daerah resiko tinggi

    -  Homoseksual dan biseksual

    -  IVDU

  • 8/16/2019 Lapkas Hva

    23/50

    23

    -  Anak dan dewasa muda pada daerah yang pernah mengalami

    kejadian luar biasa

    Anak oada daerah dimana angka kejadian HAV lebih tinggi dari

    angka nasional

    -  Pasien yang rentan dengan penyakit hati kronik

    Pekerja laboratorium yang menangani HAV

    -  Pramusaji

    -  Pekerjaan pada bagian pembuangan air

    Imunoprofilaksis pasca paparan

    a.  Keberhasilan vaksin HAV pada pasca paparan belum jelas

     b.  Keberhasilan immunoglobulin sudah nyata akan tetapi tidak

    sempurna

    c.  Dosis dan jadwal pemberian immunoglobulin :

    Dosis 0,02ml/kg, suntikan pada daerah deltoid sesegera

    mungkin setelah paparan

    -  Toleransi baik, nyeri pada daerah suntikan

    -  Indikasi : kontak erat dan kontak dalam rumah tangga dengan

    infeksi HAV akut

    2.10.2  HEV 

    Kemunculan IgG anti HEV pada kontak dengan pasien hepatitis E dapat

     bersifat proteksi, akan tetapi efektifitas dari immunoglobulin yang mengandung

    anti HEV masih belum jelas.

    -  Pengembangan immunoglobulin titer tinggi sedang dilakukan

    -  Vaksin HEV sedang dalam penelitian klinik pada daerah endemik.

  • 8/16/2019 Lapkas Hva

    24/50

    24

    2.10.3  Pencegahan pada infeksi yang ditularkan melalui darah 

    Dasar utama imunoprofilaksis adalah pemberian vaksin hepatitis B

    sebelum paparan.

    Imunoprofilaksis vaksin hepatitis B sebelum paparan

    a.  Vaksin rekombinan ragi

    Mengandung HBsAg sebagai imunogen

    -  Sangat imunogenik, menginduksi konsentrasi proteksi anti HBsAg

     pada >95% pasien dewasa muda sehat setelah pemberian komplit 3

    dosis.

    -  Efektifitas sebesar 85-95% dalam mencegah infeksi HBV.

    -  Efek samping utama

     Nyeri sementara pada tempat suntikan pada 10-25%

    Demam ringan dan singkat pada

  • 8/16/2019 Lapkas Hva

    25/50

    25

    -  Vaksinasi catch up untuk anak sampai umur 19 tahun (bila belum

    divaksinasi)

    Grup resiko tinggi: 1. Pasangan dan anggota keluarga yang kontak

    dengan karier hepatitis B, 2. Pekerja kesehatan dan pekerja yang

    terpapar darah, 3. IVDU, 4. Homoseksual dan biseksual pria, 5.

    Individu dengan banyak pasangan seksual, 6. Resipien transfuse

    darah, 7. Pasien hemodialisis, 8. Sesama narapidana, 9. Individu

    dengan penyakit hati yang sudah ada ( missal hepatitis C kronik)

    Imunoprofilaksis pasca paparan dengan vaksin hepatitis B dan

    immunoglobulin hepatitis B (HBIG), Indikasi:

    Kontak seksual dengan individu yang terinfeksi hepatitis akut:

    -  Dosis 0,04-0,07mL/kg HBIG sesegera mungkin stelah paparan

    -  Vaksin HBV pertama diberikan saat atau hari yang sama pada

    deltoid sisi lain

    -  Vaksin kedua dan ketiga diberikan 1 dan 6 bulan kemudian

     Neonates dari ibu yang diketahui mengidap HBsAg positif:

    -  Setengah mili liter HBIG diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir

    dibagian anterolateral otot paha atas

    Vaksin HBV dengan dosis 5-10 ug, diberikan dalam waktu 12 jam

     pada sisi lain, diulang pada 1 dan 6 bulan.

    Efektifitas perlindungan melampaui 95%

  • 8/16/2019 Lapkas Hva

    26/50

    26

    2.11 Rekomendasi Umum

    -  Pasien dapat dirawat jalan selama terjamin hidrasi dan intek kalori yang

    cukup

    -  Tirah baring tidak lagi disarankan kecuali bila pasien mengalami kelelahan

    yang berat

    Tidak ada diet yag spesifik atau suplemen yang memberikan hasil efektif

    -  Protein dibatasi hanya pada pasien yang mengalami ensefalopati hepatik

    -  Selama fase rekonvalesen diet tinggi protein dibutuhkan untuk proses

     penyembuhan

    -  Alkohol harus dihindari dan pemakaian obat-obatan dibatasi

    -  Obat-obat yang dimetabolisme di hati harus dihindari akan tetapi bila

    sangat diperlukan dapat diberikan dengan penyesuaian dosis

    -  Pasien diperiksa tiap minggu selama fase awal penyakit dan terus evaluasi

    sampai sembuh

    -  Harus terus dimonitor terhadap kejadian ensefalopati seperti kesadaran

    somnolen, mengantuk dan asterisk

    -  Masa protombin serum merupakan petanda yang baik untuk menilai

    dekompensasi hati dan menentukan saat yang tepat untuk dikirim ke pusat

    transplantasi

    Memonitoring konsentrasi transaminase serum tidak membantu dalam hal

    menilai fungsi hati pada keadaan hepatitis fulminal karena konsentrasinya

    akan turun setelah ada kerusakan sel hati massif

    -  Anti mual muntah dapat membantu keluah mual dan muntah

  • 8/16/2019 Lapkas Hva

    27/50

    27

    -  Pasien yang menunjukan gejala hepatitis fluminal harus segera dikirim ke

     pusat transplantasi

    Transplantasi hati bisa merupakan prosedur penyelamtan hidup untuk

     pasien yang mengalami dekompensasi setelah serangan akut hepatitis

    -  Pasien dengan hepatitis akut tidak memerlukan perawatan isolasi

    Orang yang merawat pasien hepatitis virus akut A dan E harus selalu

    mencuci tangan dengan sabun dan air

    -  Orang yang kontak erat dengan pasien hepatitis B akut seharusnya

    menerima vaksin hepatitis B

  • 8/16/2019 Lapkas Hva

    28/50

    28

    BAB 3

    LAPORAN KASUS

    3.1 Identitas Pasien

     Nama : Nn.Zn 

    Umur : 50 tahun 

    Jenis Kelamin : Perempuan 

    Alamat : Tunong Kreung, Paya Bakong 

     Nomor RM : 07.31.72 

    Tanggal MRS : 23 Desember 2015

    3.2 Anamnesis

    Autoanamnesis

    Keluhan Utama : Mata kuning 

    Riwayat Penyakit :

    Mulai diperhatikan sejak 2 hari terakhir ini. Demam (-), riwayat

    demam (+) 2 minggu yang lalu tidak terus-menerus,terutama malam hari

    dan menurun jika diberi obat penurun demam, menggigil (-). Pasien juga

    mengeluh nyeri ulu hati yang dialami sejak 1 minggu SMRS memberat 3

    hari terakhir. Nyeri dirasakan hilang timbul muncul terutama setelah

    makan dan nyeri tidak menjalar ke daerah lain. Mual (+),muntah (+) jika

     pasien makan. Riwayat muntah terakhir tadi malam berisi sisa makanan

    dan cairan. Nafsu makan menurun. Pasien mengeluh nyeri sendi, gatal

     pada seluruh ubuh disangkal.

    BAB: tidak teratur,warna kecoklatan

    27

  • 8/16/2019 Lapkas Hva

    29/50

    29

    BAK: lancar, warna coklat pekat seperti teh

    RPS : - Riwayat sakit kuning sebelumnya disangkal

    Riwayat kontak dengan orang sakit kuning (+) suami

    - Riwayat pengunaan obat-obatan (-)

    - Riwayat bepergian ke daerah endemis malaria (-)

    3.3 Status Present

    A.  Keadaan Umum :sakit sedang/gizi cukup/Compos mentis 

    B.  Tanda Vital dan Antropometri 

    a.  Tekanan darah : 110/80 mmHg

     b.   Nadi : 79 x/ menit

    c.  Pernapasan : 18x/menit,

    d.  Tipe : Thorakoabdominal

    e. 

    Suhu : 36,1 ºC

    f.  BB : 49 kg

    g.  TB : 163 cm

    h. 

    IMT : 18,44 Kg/m (kurang)

    3.4  Pemeriksaan Fisis 

    Kepala

    Ekspresi : normal

    Simetris muka : simetris kiri=kanan

    Deformitas : (-)

    Rambut : hitam, lurus, sukar dicabut

  • 8/16/2019 Lapkas Hva

    30/50

    30

    Mata

    Eksoftalmus/enoftalmus : -/-

    Gerakan : dalam batas normal

    Tekanan bola mata : tidak diperiksa

    Kelopak mata : dalam batas normal

    Konjungtiva : anemis -/-

    Kornea : jernih

    Sklera : ikterus +/+

    Pupil : bulat, isokor 2,5 mm/2,5 mm

    Reflex cahaya +/+

    Telinga

    Pendengaran : normal

    Tophi : (-)

     Nyeri tekan di proc. Mastoideus : (-)

    Hidung

    Perdarahan : (-)

    Sekret : (-)

    Mulut

    Bibir : kering (-), stomatitis (-)

    Gigi : normal, caries (-)

    Gusi : normal, perdarahan (-)

    Lidah : kotor (-)

    Tonsil : T1-T1

  • 8/16/2019 Lapkas Hva

    31/50

  • 8/16/2019 Lapkas Hva

    32/50

    32

    Batas paru-hepar : ICS VI dextra anterior

    Batas paru belakang kanan : CV Th. XI dextra

    Batas paru belakang kiri : CV Th. X sinistra

    Auskultasi

    Bunyi pernapasan : vesikuler

    Bunyi tambahan : Rh- Rh- Wh- Wh-

    Rh - Wh-

    Rh- Rh- Wh- Wh-

    Jantung 

    Inspeksi : ictus cordis tidak tampak

    Palpasi : ictus cordis tidak teraba

    Perkusi : pekak,

     batas atas jantung: ICS II sinistra

     batas kanan jantung : ICS III-IV

    linea parasternalis dextra

     batas kiri jantung : ICS V linea

    midclavicularis sinistra

    Auskultasi : bunyi jantung I/II murni regular,

     bunyi tambahan (-)

    Perut 

    Inspeksi : datar, ikut gerak napas

    Auskultasi : peristaltik (+), kesan normal

    Palpasi : NT (+) epigastrium, MT (-)

  • 8/16/2019 Lapkas Hva

    33/50

    33

    Hepar : tidak teraba

    Lien : tidak teraba

    Ginjal : tidak teraba

    Perkusi : timpani (+)

    Auskultasi : peristaltik (+) kesan normal

    Punggung / paru belakang 

    Inspeksi : Gerakan napas simetris kiri dan

    kanan.

    Palpasi : nyeri tekan (-), massa tumor (-)

    Perkusi :

    Batas paru belakang kanan : setinggi vertebra Th.X

    Batas paru belakang kiri : setinggi vertebra Th.XI

     Nyeri ketok : (-)

    Auskultasi : BP : vesikuler,

    BT : Rh -/-, Wh -/-

    Alat Kelamin : tidak diperiksa 

    Anus dan rektum : tidak diperiksa

    Ekstremitas : edema -/- 

    Laboratorium 

     Hasil pemeriksaan darah tgl 05-10-2013

    Parameter Hasil Nilai rujukan

    WBC 6,2 x 10   4,00-10,00 x 10 /uL

    RBC 3,4 x 10 4,00-6,00 x 10 /uL

    HGB 10,4 12,0-14,0 mg/ dl

  • 8/16/2019 Lapkas Hva

    34/50

    34

    HCT 28,5 37,0-43,0 %

    PLT 100 x 10 150-400 x 10 /uL

    GDS 125 140 mg/dl

    Ureum 18 10-50 mg/dl

    Kreatinin 0,62 < 1,3 mg/dl

    Bilirubin total 14,4 < 1,1 mg/dl

    Bilirubin direk 10,92 < 0,30 mg/dl

    GOT/GPT 326/219 < 38U/L /

  • 8/16/2019 Lapkas Hva

    35/50

    35

    Pemeriksaan Penunjang Lainnya : (-) 

    EKG : Sinus Rhytem, Reguler, HR: 72 x/menit, Aksis 60o, tanda

    hipertropi (-), tanda iskemik (-). Kesan: Normal EKG 

    USG Empedu: Tidak ditemukan peradangan, batu (-)

    3.5 Assessment

    Hepatitis virus akut

    3.6 Diagnosis Banding

    Kolestasis

    Klisistitis

    Hepatitis tifosa

    Malaria

    Demam Tifoid

    3.7 Planning 

    Pengobatan

     Non Farmakologis :

    - Tirah baring

    - Diet makan biasa (cukup kalori energi dan protein)

    Farmakologis :

    -  IVFD Asering (500ml) 20 tpm

    -  Inj. Omeprazole 40mg/10 ml /12 jam/1v

    -  Inj. Ondancetron 4mg/2ml. /12 jam/iv

    -  Sohobin 3ml drip ekstra

  • 8/16/2019 Lapkas Hva

    36/50

    36

    -  Curcuma 200 mg tab 2x1

    -  Urdahex 200 mg tab 2x1

    Ambroksol 30 mg tab 3x1

    -  Lansoprazole 30 mg cap 2x1

    -  Antasid 500mg/5ml 3xC1

    Rencana Pemeriksaan

    -  IgM Anti HAV

    3.8 Prognosis

    Quad ad functionam : Bonam

    Quad ad sanationam : Bonam

    Quad ad vitam : Bonam

  • 8/16/2019 Lapkas Hva

    37/50

    37

    3.9 Follow Up

    Tanggal

    Subjective (S), Objektive (O),

    Assesment (A)

    Planning (P)

    23/12/2015

    T: 110/80

    mmHg

     N : 79x/menit

    P:18x/menit

    S: 36,1ºC

    Perawatan hari ke-1

    S : mata kuning (+), Nyeri Ulu

    hati (+), Demam (-)

    BAK : Kesan Lancar, warna

    kuning pekat

    BAB : Biasa, warna kuning

    O: GK/CM

    Kep: Anemis (+), ikterus (+),

    sianosis (-)

    DVS : R-2cm H2O

    Thorax: Rh (-/-), Wh (-/-)

    Cor: BJ I/II murni reguler

    Abd: H/L TTB, NT (-),

     peristaltic (+) N

    Ext: edema (-)

    A: Hepatitis virus akut

      Tirah baring

      Diet MB

      IVFD Nacl 0,9%

    (500ml) 20 tpm

      Inj.Cefotaxime 1 gr

    /12 jam/iv

      Inj.Ondancetron

    (4mg/2ml)

    /12jam/iv

      Inj.Omeprazole (40 mg/

    10 ml) /12jam/iv

      Parasetaml 500 mg tab

    3x1 (KP)

      Curcuma 200 mg 3x1

      Antasid Syr 500 mg/

    5ml 3x C1

    P:

    -  Urin rutin

    -  Darah rutin

    -  Widal test

    -  RFT

  • 8/16/2019 Lapkas Hva

    38/50

    38

    -  LFT

    -  Cek IgM Anti HAV

    24/12/2015

    T: 100/70

    mmHg

     N :100x/menit

    P:20x/menit

    S: 36,7ºC 

    Perawatan hari ke-2

    S  : mata kuning (+), Nyeri Ulu

    hati (+), Demam (-)

    BAK : Kesan Lancar, warna

    kuning pekat

    BAB : Biasa, warna kuning

    O: GK/CM

    Kep: Anemis (+), ikterus (+),

    sianosis (-)

    DVS : R-2cm H2O

    Thorax: Rh (-/-), Wh (-/-)

    Cor: BJ I/II murni reguler

    Abd: H/L TTB, NT (-),

     peristaltic (+) N

    Ext: edema (-)

    Hasil lab :

    Hb: 10,4 g%

    Bil.total : 14,11 mg/dl

    Bil.direk : 10,92 mg/dl

    SGOT : 326 U/L

    SGPT : 219 U/L 

    A: Hepatitis virus akut

     

    Tirah baring

      Diet MB

      IVFD NaCl 0,9% (500

    ml) 20 tpm

      Aminoleban (500ml)

    1 fls/ Hari

      Inj.Cefotaxime 1 gr

    /12 jam/iv

      Inj.Ondancetron (4mg/

    2 ml) /12jam/iv

      Inj.Omeprazole (40mg/

    10ml) /12jam/iv

      Parasetaml 500 mg tab

    3x1 (KP)

      Curcuma 200 mg 3x1

      Urdahex 200 mg cap

    2x1

      Antasid Syr 500 mg/

    5ml 3x C1

    P:

    -  kontrol GOT/GPT

    /Albumin/bil.total/

  • 8/16/2019 Lapkas Hva

    39/50

    39

     bil/direct

    -  cek HbSAg

    25/12/2015

    T: 110/70

    mmHg

     N :89x/menit

    P:18/menit

    S: 37,5ºC

    Perawatan hari ke-3

    S : mata kuning (-), nyeri ulu hati

    (-), demam (+), Pusing (+), Mual

    (+), Muntah (+), batuk (+)

    BAK : Kesan Lancar, warna

    kuning pekat

    BAB : belum hari ini

    O: GK/CM

    Kep: Anemis (+), ikterus (+),

    sianosis (-), DVS : R-2cm H2O

    Thorax: Rh (-/-), Wh (-/-)

    Cor: BJ I/II murni reguler

    Abd: H/L TTB, NT (+)

    epigastrium, peristaltik (+) kesan

     Normal

    Ext: edema (-)

    A: Hepatitis virus akut

     

    Tirah baring

      Diet MB

      IVFD NaCl 0,9%

    (500ml) 20 tpm

      Aminoleban (500ml)

    1 fls/ Hari

      Inj.Cefotaxime 1 gr

    /12 jam/iv

      Inj.Ondancetron

    4mg/2ml

    1 amp/12jam/iv

     

    Inj.Omeprazole 40 mg/

    10 ml

    1 amp/12jam/iv

      Parasetaml 500 mg tab

    3x1 (KP)

     

    Curcuma 200 mg tab

    3x1

      Urdahex 200 mg cap

    2x1

      Antasid Syr 500 mg/

    5ml 3x C1

  • 8/16/2019 Lapkas Hva

    40/50

    40

    P:

    -  USG abdomen

    26/12/2016

    T: 100/60

    mmHg

     N :80x/menit

    P:20x/menit

    S: 36,5ºC

    Perawatan hari ke-4

    S  : mata kuning (+), nyeri ulu

    hati (-), Demam (-), batuk (+).

    BAK : Kesan Lancar, warna

    kuning pekat

    BAB : Biasa, warna kuning

    O: GK/CM

    Kep: Anemis (+), ikterus (+),

    sianosis (-)

    DVS : R-2cm H2O

    Thorax: Rh (-/-), Wh (-/-)

    Cor: BJ I/II murni reguler

    Abd: H/L TTB, NT (-),

     peristaltik (+) kesan Normal

    Ext: edema (-)

    A: Hepatitis virus akut

      Tirah baring

      Diet MB

      IVFD asering 20 tpm

      Omeprazole 40 mg/10

    ml/ 12 jam IV

     

    Ondancetron 4 mg/ 2

    ml / 12 jam IV

      Curcuma 200 mg tab

    2x1

      Urdahex 200 mg cap

    2x1

      Ambroksol 30 mg tab

    3x1

      Antasid Syr 500 mg/

    5ml 3x C1

    P:

    USG abdomen

    -  tunggu hasil urinalisisTes

    IgM Anti HAV,Tes

    widal, Anti dengue Ig G

    & IgM, HBsAg

  • 8/16/2019 Lapkas Hva

    41/50

    41

    27/12/2016

    T:100/70mmHg

     N :80x/menit

    P:20x/menit

    S: 36,6ºC 

    Perawatan hari ke-5

    S  : mata kuning (+), nyeri ulu

    hati (-), Demam (-), batuk (+).

    BAK : Kesan Lancar, warna

    kuning pekat

    BAB : Biasa, warna kuning

    O: GK/CM

    Kep: Anemis (+), ikterus (+),

    sianosis (-)

    DVS : R-2cm H2O

    Thorax: Rh (-/-), Wh (-/-)

    Cor: BJ I/II murni reguler

    Abd: H/L TTB, NT (-),

     peristaltik (+) kesan Normal

    Ext: edema (-)

    A: Hepatitis virus akut

      Tirah baring

      Diet MB

     

    IVFD asering 20 tpm

      Omeprazole 40 mg/10

    ml/ 12 jam IV

      Ondancetron 4 mg/ 2

    ml / 12 jam IV

      Sohbion 3ml drip ekstra

      Curcuma 200 mg tab

    2x1

      Urdahex 200 mg cap

    2x1

      Ambroksol 30 mg tab

    3x1

      Antasid Syr 500 mg/

    5ml 3x C1

    P:

    -  USG abdomen

    tunggu hasil urinalisisTes

    IgM Anti HAV,Tes

    widal, Anti dengue Ig G

    & IgM, HBsAg

    28/12/2016

    T:100/70mmHg

    Perawatan hari ke-5

    S  : mata kuning (+), nyeri ulu

      Os PBJ

    Obat Pulang

  • 8/16/2019 Lapkas Hva

    42/50

    42

     N :78x/menit

    P:20x/menit

    S: 36,6ºC 

    hati (-), Demam (-), batuk (-).

    BAK : Kesan Lancar, warna

    kuning pekat

    BAB : Biasa, warna kuning

    O: GK/CM

    Kep: Anemis (+), ikterus (+),

    sianosis (-)

    DVS : R-2cm H2O

    Thorax: Rh (-/-), Wh (-/-)

    Cor: BJ I/II murni reguler

    Abd: H/L TTB, NT (-),

     peristaltik (+) kesan Normal

    Ext: edema (-)

    A: Hepatitis virus akut

    Hasil Lab:

    HBsAg (-), Anti Dengue IgM (-),

    Anti Dengue Ig G (-)

    Bakteri O H

    S. Typhi 1/320 1/320

    S. Paratyphi A 1/40 1/40S. Paratyphi B 1/320 1/40

    S. Paratyphi C 1/320 1/60

      Lansoprazole 30 mg

    cap 2x1

     

    Curcuma 200 mg tab

    2x1

      Urdahex 200 mg cap

    2x1

      Ambroksol 30 mg tab

    3x1

      Antasid 500 mg/5ml.

    3xC1

    I.  RESUME

    Seorang wanita, 50 tahun, masuk rumah sakit dengan keluhan mata

    kuning mulai diperhatikan sejak 2 hari terakhir ini. Demam (-), riwayat

    demam (+) 2 minggu yang lalu tidak terus-menerus,terutama malam hari

  • 8/16/2019 Lapkas Hva

    43/50

  • 8/16/2019 Lapkas Hva

    44/50

    44

    menyebabkan pengeluaran prostaglandin yang meningkatkan termostat di

    hipotalamus sehingga menimbulkan demam.

    Pasen juga mulai juga mengaku mata terlihat kuning. Ikterus atau

     jaundice adalah perubahan warna kulit, sklera mata, atau jaringan lainnya

    seperti membran mukosa yang menjadi kuning karena pewarnaan oleh

     bilirubin yang meningkat konsentrasinya dalam sirkulasi darah. Timbulnya

     jaundice pada pasien maka harus dipikirkan penyebabnya yang dapat

    terjadi akibat proses di pre-hepatik, intra-hepatik, dan post-hepatik.

    Penyebab ikterus pre-hepatik adalah hemolisis, sindrom Gilbert, sindrom

    Crigler-Najjar. Semua penyakit tersebut memiliki kesamaan dimana

    terdapat hiperbilirubinemia indirek. Penyebab ikterus intra-hepatik adalah

    hepatitis, keracunan obat, penyakit hati karena alkohol, dan penyakit

    hepatitis autoimun. Penyebab ikterus post-hepatik adalah batu duktus

    koledokus, kanker pankreas, striktur pada duktus koledokus, karsinoma

    duktus koledokus, dan kolangitis sklerosing. Pada pasien ini terjadi ikterus

    akibat proses di intra hepatik sehingga memberikan keluhan mata

     berwarna kuning.

    Keluhan nyeri ulu hati yang namun terus menerus tetapi tidak

    menjalar, mual dan muntah sering di temukan pada pasien hepatitis. Buang

    air kecil lancar namun berwarna coklat seperti air teh ini biasanya di

    temukan pada ikterus intra-hepatik yang diantaranya penyebabnya adalah

    hepatitis.

    Pada pasien didapatkan hasil pemeriksaan penunjang SGOT : 326 u/L,

    SGPT 219 u/L. SGOT dikeluarkan kedalam darah ketika hati rusak dan

  • 8/16/2019 Lapkas Hva

    45/50

    45

    level SGOT darah dihubungkan dengan kerusakan sel hati. Hati dapat

    dikatakan rusak bila jumlah enzim tersebut dalam plasma lebih besar dari

    kadar normalnya, seperti pada hepatitis akibat virus. SGPT adalah enzim

    yang terdapat dalam hepatosit. Ketika sel-sel hati mengalami kerusakan

    maka ALT akan bocor ke sirkulasi darah sehingga terdeteksi dan terjadi

     peningkatan kadar ALT.

    Pada pasien juga di dapatkan bilirubin total: 14,11 mg/dl yang artinya

    melebihi batas normal. Metabolisme bilirubin melalui empat langkah yaitu

     produksi, transportasi, konyugasi, dan ekresi. Bilirubin diproduksi dari

    hasil pemecahan heme yaitu bagian dari hemoglobin yang nantinya

    membentuk bilirubin indirek kemudian diikat oleh albumin untuk

    ditransportasi ke hepar yang bertanggungjawab atas clearance dari

     bilirubin melalui proses konjugasi agar lebih larut air untuk disekresi ke

    empedu kemudian diekskresi ke lumen usus. Bakteri usus mereduksi

     bilirubin terkonyugasi menjadi serangkaian senyawa yang dinamakan

    sterkobilin atau urobilinogen. Zat-zat ini menyebabkan feses berwarna

    coklat. Dalam usus bilirubin direk ini tidak diabsorpsi; sebagian kecil

     bilirubin direk dihidrolisis menjadi bilirubin indirek dan direabsorpsi.

    Siklus ini disebut siklus enterohepatis. Sekitar 10% sampai 20%

    urobilinogen mengalami siklus enterohepatik, sedangkan sejumlah kecil

    diekskresi dalam kemih. Kadar bilirubin total akan meningkat ketika ada

    kelainan pada empat tahap metabolisme tersebut diantaranya yaitu pada

     pasien hepatitis.

  • 8/16/2019 Lapkas Hva

    46/50

    46

    Diagnosis banding yang pertama adalah kolestasis, penyakit ini

    merupakan penyakit yang memiliki banyak factor dan manifestasi

     pertamanya brupa ikterus. Diagnois banding berikutya penyakit infeksi

    yang disebabkan oleh Salmonella thypi atau Salmonella parathypi A, B,

    atau C. Penyakit ini ditularkan lewat saluran pencernaan. Masa tunas rata-

    rata 10-20 hari. Yang tersingkat 4 hari jika infeksi terjadi melalui

    makanan, sedangkan yang terlama adalah 30 hari jika infeksi melalui

    minuman. Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodromal

    yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak

     bersemangat. Kemuadian menyusul gejala klinis yang biasa ditemukan

    yaitu demam, pada kasus-kasus yang khas, demam berlangsung >7 hari ,

    Bersifat febris remitten dan suhu tidak terlalu tinggi. Selama minggu

     pertama, suhu tubuh berangsur-angsur meningkat tiap hari, biasanya

    menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari.

    Dalam minggu kedua, penderita terus berada dalam keadaan demam.

    Dalam minggu ketiga suhu badan berangsur-angsur turun dan normal

    kembali pada akhir minggu ketiga. Pada pasien mengalami gejala demam

    mengarah ke tifoid. Pada demam tifoid terdapat gangguan pada system

    saluran pencernaan yang diantaranya pada mulut terdapat nafas berbau

    tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah, lidah ditutupi selaput putih

    kotor (coated tongue), ujung dan tepinya kemerahan. Pada abdomen

    mungkin ditemukan keadaan perut kembung (meteorismus). Hati dan

    limfa membesar disertai nyeri pada perabaan. Biasanya didapatkan

    konstipasi, akan tetapi mungkin pula normal bahkan dapat terjadi diare.

  • 8/16/2019 Lapkas Hva

    47/50

    47

    Diagnosis dapat di lakukan pemeriksaan biakan empedu untuk

    menemukan Salmonella typhii dan pemeriksaan Widal. Kedua

     pemeriksaan tersebut perlu dilakukan pada waktu masuk dan setiap

    minggu berikutnya. Walau gejala-gejala klinis tidak mengarah ke demam

    tifoid tetapi perlu dilakukan pemeriksaan widal pada pasien ini untuk

    menyingkirkan dugaan demam tifoid

    Diagnosis banding berikutnya adalah hepatitis tifosa yang merupakan

    komplikasi dari demam tifoid. Pada hepatitis tifosa keadaan dimana

    demam tifoid disertai gejala-gejala ikterus, hepatomegali dan kelainan test

    fungsi hati dimana didapatkan peningkatan SGPT, SGOT dan bilirubin

    darah. Pada pemeriksaan histopatologi hati didaptkan nodul tifoid dan

    hiperplasi sel kuffer.

    Diagnosis banding selanjutnya adalah malaria, Malaria adalah

     penyakit infeksi dengan demam priodik, yang disebabkan oleh Parasit

    Plasmodium dan ditularkan oleh sejenis nyamuk Anopheles , pada malaria

    Terjadi demam periodik yang di selingi hari tanpa demam dan terdapat

    gejala klasik yaitu terjadinya “Trias Malaria” secara berurutan menggigil,

    demam, berkeringat. Yang pertama yaitu periode menggigil biasanya

    disertai kulit kering dan dingin, penderita sering membungkus diri dengan

    selimut atau sarung dan pada saat menggigil sering seluruh badan bergetar

    dan gigi-gigi saling terantuk, pucat sampai sianosis seperti orang

    kedinginan. Periode ini berlangsung 15 menit sampai 1 jam diikuti dengan

    meningkatnya temperatur. Kedua yaitu periode panas disertai muka merah,

    kulit panas dan kering, nadi cepat dan panas tetap tinggi sampai 400C atau

  • 8/16/2019 Lapkas Hva

    48/50

    48

    lebih, respirasi meningkat, nyeri kepala, nyeri retroorbital, muntah-

    muntah, dapat terjadi syok. Periode ini lebih lama dari fase menggigil,

    dapat sampai 2 jam atau lebih. Yang ketiga yaitu Periode berkeringat.

    Penderita berkeringat mulai dari temporal, diikuti seluruh tubuh, sampai

     basah, temperature turun, penderita merasa capai. Tipe demam seperti ini

    tidak di temukan pada pasien.

    Pada pemeriksaan fisik biasanya di temukan gejala anemia pada

    malaria, yang di sebabkan oleh penghancuran eritrosit yang berlebihan.

    Eritrosit pada pasien malaria juga tidak dapat hidup lama, pada malaria

     juga di temukan gangguan pembentukan eritrosit karena depresi

    eritropoesis dalam sumsum tulang. Pada pasien ini tidak ditemukan gejala

    anemia dan kadar pemeriksaan hemoglobin juga dalam batas normal.

    Ikterus juga sering terdapat pada pasien malaria berat disebabkan oleh

    lisisnya sel darah merah yang berlebihan. Ikterus ini dapat terjadi pada

    destruksi sel darah merah yang berlebihan dan hati dapat

    mengkonjugasikan semua bilirubin yang dihasilkan. Pada pasien tidak di

    temukan tanda gejala malaria berat keadaan umum masih tampak baik.

  • 8/16/2019 Lapkas Hva

    49/50

    49

    DAFTAR PUSTAKA

    1. 

    Hadi, Sujomo. 2002. Gastroenterologi.  Bandung :PT. Alumni Bandung :

    497-499.

    2.  Parna, Chhibber and Melisa ShahFall .2005. Humans and Viruses.Professor

    Robert Siegel.Stanford University

    3.  Price, Sylvia. EGC. Dalam : Patofisiologi Kedokteran Edisi 6 Volume 1.

    Gangguan Hati, Kandung empedu, dan Pankreas. Jakarta :

    4. 

    Sanityoso, Andri .2006. Hepatologi. Hepatitis Virus Akut . Jakarta: Pusat

    Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam; 427-428.

    5.  Mehta N. Drug-induced hepatotoxicity. 2010 April 26. [cited 2016 Jan 14].

    [Internet] Available at: http://emedicine.medscape.com/article/169814-

    overview. 

    6.  World Health Organization. The global prevalence of hepatitis A virus

    infection and susceptibility: a systematic review. [cited 2016 Jan 15].

    [Internet] Available at:

    http://whqlibdoc.who.int/hq/2010/WHO_IVB_10.01_eng.pdf  

    7.  Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar

     Ilmu Penyakit Dalam. 4th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas

    Indonesia; 2006. P420-428

    8. 

    Hollinger FB and Ticehurst JR. Hepatitis A virus. In: Fields BN, Knipe DM,

    and Howley PM, eds. Fields Virology, 3rd ed. Philadelphia, Lippincott -

    Raven, 1996:735-782.

    9.  Gilroy RK. Hepatitis A: Differential Diagnoses & Workup. 2010 Dec 29.

    http://emedicine.medscape.com/article/169814-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/169814-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/169814-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/169814-overviewhttp://whqlibdoc.who.int/hq/2010/WHO_IVB_10.01_eng.pdfhttp://whqlibdoc.who.int/hq/2010/WHO_IVB_10.01_eng.pdfhttp://whqlibdoc.who.int/hq/2010/WHO_IVB_10.01_eng.pdfhttp://emedicine.medscape.com/article/169814-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/169814-overview

  • 8/16/2019 Lapkas Hva

    50/50

    50

    10.   Health Protection Agency. Guidance for the Prevention and Control of

     Hepatitis Infection. HPA 2014.