kelompok vi
TRANSCRIPT
ANATOMI FISIOLOGI RETINA
Retina atau selaput jala, merupakan bagian mata yang mengandung reseptor yang menerima
rangsangan cahaya.
Retina adalah jaringan yang sangat tipis yang melapisi bagian dalam belakang mata. Ketika
kita melihat sekeliling, cahaya dari obyek yang akan memasuki mata sehingga gambar cahaya
difokuskan ke retina oleh kornea dan lensa. Cahaya ini yang membentur retina menyebabkan
perubahan biokimia yang kompleks dalam lapisan retina dan ini, pada gilirannya, merangsang
respon listrik di lapisan lain dari retina. Ujung saraf di dalam retina mengirimkan sinyal-sinyal
listrik ke otak melalui saraf optik. Dalam wilayah tertentu dari otak, energi listrik ini diproses
untuk mengizinkan kita untuk melihat dan memahami apa yang kita lihat. Retina telah
dibandingkan dengan film dari kamera. Namun, film, pernah digunakan, memiliki citra
permanen di atasnya. Retina secara terus menerus memperbaharui dirinya sendiri secara kimia
dan listrik, yang memungkinkan kita untuk melihat jutaan gambar yang berbeda setiap hari tanpa
mereka yang ditumpangkan.
Retina terdiri dari daerah pusat disebut makula dan area perifer jauh lebih besar dari retina.
Sel-sel penerima cahaya didalam retina terdiri dari dua jenis, yang disebut sel batang dan sel
kerucut. Sel batang memungkinkan kita untuk melihat dalam kondisi pencahayaan rendah. Sel
1 | P a g e
kerucut memberikan ketajaman visi dan penglihatan warna. Retina perifer memungkinkan kita
untuk melihat benda-benda di kedua sisinya (peripheral vision) dan, karenanya, menyediakan
penglihatan yang diperlukan bagi seseorang untuk bergerak dengan aman. Namun, karena ini
bagian dari retina yang mengandung konsentrasi yang lebih kecil dari kerucut, tidak
memungkinkan untuk persepsi detail visual. Konsentrasi yang lebih besar dari sel batang
menyediakan penglihatan yang lebih baik dalam kondisi kegelapan.
Sebaliknya, macula adalah area pusat yang lebih kecil dari retina yang mengandung
konsentrasi tinggi dari kerucut. Dengan demikian, memungkinkan penglihatan sentral jelas untuk
melihat detail baik untuk kegiatan seperti membaca atau jarum. Makula sangat sensitif terhadap
perubahan peredaran darah, terutama yang terjadi dengan penuaan, seperti aliran darah menurun.
Retina mengandung suatu jaringan dari arteri bercabang, yang memasok darah yang membawa
oksigen yang dibutuhkan dan nutrisi ke retina, dan jaringan pembuluh darah yang menyertainya,
yang kemudian mengangkut pergi darah bersama dengan produk limbah metabolisme retina.
Retina berbatas dengan koroid dengan sel epitel retina, dan terdiri atas lapisan:
1. Lapisan fotoreseptor, merupakan lapis terluarmretina terdiri atas sel batang yang mempunyai
bentuk ramping, dan sel kerucut
2. Membrane limina eksterna yang merupakan membrane ilusi
3. Lapis nuclear luar, merupakan susunan lapis nucleus sel kerucut dan batnag. Ketiga lapis
diatas avaskuler dan mendapat metabolism dan kapiler koroid.
4. Lapis pleksiform luar, merupakan lapisan aseluler dan merupakan tempat sinapsis sel
fotoreseptor dengan sel bipolar dan sel horizontal
5. Lapis nucleus dalam, merupakan tubuh sel bipolar, sel horizontal dan sel muller lapis ini
mendapat metabolism dari arteri retina sentral
6. Lapis pleksiform dalam merupakan lapis aseseluler merupakan tempat sinapsis sel bipolar,
sel amakrin dengan sel ganglion
7. Lapis sel ganglion yang merupakan lapis badan sel daripada neuron kedua
8. Lapis serabut saraf merupakan lapis akson sel gangglionmenuju ke arah saraf optic. Di dalam
lapisan-lapisan ini terletak sebagian besar pembuluh darah retina
9. Membran limitan interna, merupakan membrane hialin antara retina dan badan kaca
2 | P a g e
Warna retina buasanya jingga dan kadang-kadang pucat pada anemia dan iskemia, merah
pada hyperemia
Pembuluh darah didalam retina merupakan cabang arteri oftalmika, arteri retina sentral
masuk retina melalui papil saraf optik yang akan memberikan nutrisi pada retina dalam. Lapisan
luar retina atau sel kerucut dan batang ,mendapat nutrisi dari koroid.
DIABETIK RETINOPATI
Definisi dan Epidemiologi
Retinopati diabetik adalah kelainan retina yang ditemukan pada penderita diabetes
mellitus berupa suatu mikroangiopati progresif yang ditandai oleh kerusakan dan sumbatan
pembuluh-pembuluh darah halus retina meliputi arteriol prekapiler, kapiler-kapiler dan vena-
vena. Retinopati diabetic merupakan penyebab kebutaan yang paling sering dijumpai, terutama
di Negara barat. Retinopati diabetic jarang ditemukan pada anak-anak dibawah 10 tahun tanpa
memperhatikan lamanya diabetes, dan resikonya meningkat setelah pubertas.
Etiologi
Penyebab pastinya belum diketahui, tetapi diduga bahwa lamanya terpapar pada
hiperglikemi menyebabkan perubahan fisiologi dan biokimia yang akhirnya menyebabkan
kerusakan endotel pembuluh darah. Retinopati pada orang muda dengan DM tipe 1 paling
sedikit ditemukan 3-5 tahun setelah awitan penyakit ini.
1. Gambaran Klinis
Gejala subjektif bergantung kepada luas, tempat kelainan dan beratnya kelainan.
Biasanya berupa penurunan tajam penglihatan yang berlangsung perlahan – lahan.
Sedangkan gejala objektif dari retinopati diabetes non proliferative diantaranya
adalah:
a. Mikroaneurisma
Merupakan penonjolan dinding kapiler, terutama daerah vena dengan bentuk berupa
bintik merah kecil yang terletak dekat pembuluh darah terutama polus posterior.
Kadang pembuluh darah ini demikian kecilnya sehingga tidak terlihat.
Mikroaneurisma merupakan kelainan diabetes mellitus dini pada mata.
3 | P a g e
b. Perdarahan (haemorrhages)
Perdarahan dapat dalam bentuk titik, garis, dan bercak yang biasanya terletak dekat
mikroaneurisma di polus posterior. Bentuk perdarahan dapat memberikan prognosis
penyakit dimana perdarahan yang luas memberikan prognosis yang lebih buruk
dibandingkan dengan perdarahan yang kecil. Perdarahan terjadi akibat gangguan
permeabilitas pada mikroaneurisma atau pecahnya kapiler
Gambar 1 dan 2. Mikroaneurisma dan Perdarahan Intraretina
c. Dilatasi pembuluh darah balik
Dilatasi pembuluh darah balik dengan lumennya yang ireguler dan berkelokkelok.
Hal ini terjadi akibat kelainan sirkulasi, dan kadang-kadang disertai kelainan endotel
dan eksudasi plasma.
d. Eksudat
- Hard eksudat
4 | P a g e
Hard eksudat merupakan infiltrasi lipid ke dalam retina. Gambarannya khusus
yaitu ireguler dan berwarna kekuning-kuningan. Pada permulaan eksudat berupa
pungtata, kemudian membesar dan bergabung.
- Cotton wall eksudat / soft eksudat
Merupakan iskemia retina yang tampak sebagai bercak berwarna putih dan bersifat
difus pada oftalmoskopi.
e. Shunt arteri-vena
Terjadi akibat pengurangan aliran darah arteri karena obstruksi kapiler.
f. Edema retina
Edema retina ditandai dengan hilangnya gambaran retina terutama di daerah
makula. Edema dapat bersifat fokal atau difus dan secara klinis tampak sebagai
retina yang menebal dan keruh disertai mikroaneurisma dan eksudat intra retina.
Dapat berbentuk zona-zona eksudat kuning kaya lemak, berbentuk bundar disekitar
kumpulan mikroaneurisma dan eksudat intra retina.
Gambar 3. Funduskopi makula normal
5 | P a g e
Gambar 4.
Funduskopi edema
makula
Gambar 5. Retinopati diabetik perdarahan intra retina yang banyak,
hard eksudat, cotton wool spot
g. Neovaskularisasi
Terjadi akibat proliferasi sel –sel endotel pembuluh darah. Tampak sebagai
pembuluh yang berkelok- kelok, dalam kelompok – kelompok, dan ireguler. Hal ini
merupakan awal penyakit yang berat pada retinopati diabetes. Mula – mula terletak di
dalam jaringan retina, kemudian berkembang di daerah preretinal, ke badan kaca.
Pecahnya neovaskularisasi pada daerah – daerah ini dapat menimbulkan perdarahan
retina, perdarahann subhialoid ( preretinal), maupun perdarahan badan kaca.
Klasifikasi
Berdasarkan gejala- gejala diatas maka retinopati diabetik dapat dibagi menjadi:
a. Retinopati diabetic non priliferatif
6 | P a g e
Merupakan bentuk yang paling umum dijumpai, disebabkan oleh penyumbatan dan
kebocoran kapiler. Mekanisme perubahannya tidak diketahui tapi telah diteliti adanya
perubahan endotel vaskuler ( penebalan membrane basalis dan hilangnya perisit) dan
gangguan hemodinamik (pada sel darah merah dan agregasi platelet). Karakteristik pada
jenis ini dijumpai mikroaneurisma multiple, dilatasi vena retina serta bercak perdarahan
intraretinal.
Retinopati diabetic preproliferatif dan edema macula merupakan stadium yang paling
berat dari retinopati diabetic non proliferative. Pada keadaan ini terdapat penyumbatan
kapiler mikrovaskuler dan kebocoran plasma yang berlanjut, disertai iskemik pada
dinding retina (cotton wall spot, infark pada lapisan serabut saraf). Cirri khas dari stadium
ini adalah cotton wall spot, blot hemorrhage, intraretinal microvascular abnormal (IRMA)
dan rangkaian vena seperti manik-manik. Bila satu dari keempatnya dijumpai, ada
kecenderungan untuk menjadi progresif (retinopati diabetic proliferative).
Edema macula pada retinopati deiabetik non proliferative merupakan penyebab
tersering timbulnya gangguan penglihatan dan terutama disebabkan oleh rusaknya sawar
retina-darah bagian dalam pada endotel kapiler retina sehingga terjadi kebocoran cairan
danplasam ke dalam retina dan sekitarnya.
Retinopati diabetic non proliferative mempengaruhi penglihatan melalui dua
mekanisme :
perubahan sedikit demi sedikit dari penutupan kapiler intraretinal yang
menyebabkan iskemia macular.
peningkatan peremeabilitas pembuluh retina yang menyebabkan edema macular.
b. Retinopati diabetic proliferative
7 | P a g e
Merupakan penyulit mata yang paling parah pada DM. pada jenis ini iskemia
retina yang progresif merangsang neovaskularisasi yang sering terletak pada
permukaan diskus. Pembuluh – pembuluh darah baru yang rapuh berproliferasi dan
meninggi apabila korpus vitreum berkontraksi menjauhi retina sehingga darah keluar
dari pembuluh darah tersebut dan terjadi perdarahan massif dan dapat timbul
penurunan penglihatan mendadak. Disamping itu, jaringan neovaskular yang
meninggi dapat mengalami fibrosis dan membentuk pita-pita vascular yang menarik
retina dan menimbulkan kontraksi terus – menerus pada korpus viterum. Ini dapat
menyebabkan pelepasan retina akibat traksi progresif atau apabila terjadi robekan
retina, terjadi ablasio retina regmatogenosa. Pelepasan retina dapat didahului atau
ditutupi oleh perdarahan korpus vitreum
Keadaan-keadaan yang dapat memperberat retinopati diabetik :
1. Pada diabetes juvenilis yang insulin dependent kehamilan dapat merangsang
timbulnya perdarahan dan proliferasi.
2. Arteriosklerosis dan proses penuaan pembuluh darah memperburuk prognosis.
3. Hiperlipoproteinemia diduga mempercepat perjalanan dan progresifitas kelainan
dengan cara mempengaruhi arteriosklerosis dan kelainan hemobiologik.
4. Hipertensi arteri memperburuk prognosis terutama pada penderita usia tua.
5. Hipoglikemia atau trauma dapat menimbulkan perdarahan retina yang mendadak.
Klasifikasi retinopati diabetic menurut Bagian Mata fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia – RS. Dr. Ciptomangunkusumo :
Grade 1 : terdapat mikroaneurisma dengan atau tanpa fatty eksudat pada fundus okuli.
Grade 2 : terdapat mikroaneurisma, perdarahan bintik dan bercak dengan atau tanpa fatty
eksudat pada fundus okuli.
8 | P a g e
Grade 3 : terdapat mikroaneurisma, perdarahan bintik dan bercak, terdapat neovaskularisasi
dan proliferasi pada fundus okuli.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan dan terapi yang dapat dilakukan penderita retinopati diabetika antara lain:
a) Indirect of thalmoskop
Diperiksa seluruh permukaan fundus, yaitu sampai belakang penggantung lensa dapat dilihat
dengan alat indirect oftalmoskop, yang sebelumnya mata pasien ditetes dengan midriasil
b) Foto fundus
Dilakukan foto fundus dengan foto-polaroid, sehingga akan nampak optikus, retina dan
pembuluh darah di retina, sebelumnya penderita ditetesi dengan midriasil
c) Foto fluorescein angiografi
Dilakukan pemotretan fundus, seperti foto fundus tetapi sebelumnya penderita selain ditetes
midriasil, akan diinjeksi intravena dengan zat kontras sehingga gambaran detail halus epitel
pigmen retina, aliran sirkulasi darah retina, gambaran pembuluh darah dan integritas
fungsinya. Selain itu FFA juga berfungsi untuk memonitor terapi foto koagulasi pada
penyakit Retina dan Khoroid
Gambar 8. Angiografi
flouresens pada retinopati
diabetik
Penatalaksanaan
a) Kontrol terhadap diabetes mellitus yaitu dengan diet dan obat – obat anti diabetes.
b) Foto koagulasi laser
Adalah teknik terapi menggunakan sumber sinar kuat untuk mengkoagulasikan jaringan,
tujuannya merusak jaringan retina yang tidak normal, antara lain menghilangkan adanya
pembuluh darah, melekatkan jaringan chorioretina yang terlepas maupun robek, dll.
c) Operasi vitreo retina, vitrektomi
9 | P a g e
Penderita Diabetes Retinopati yang telah lanjut, didapatkan vitreus/ badan kaca keruh
akibat pendarahan retina masuk ke badan kaca, dan juga berakibat adanya jaringan ikat di
badan kaca yang akan mengakibatkan tarikan retina, sehingga akan berakibat terlepasnya
retina atau ablasio-retina. Operasi Vitrektomi digunakan untuk menjernihkan badan kaca dan
juga mengupas jaringan ikat yang ada, sehingga lokasi asal perdarahan dapat dilakukan
photokoagulasi laser, dan adanya tarikan retina dapat dihindarkan.
Gambar 9. Terapi laser
RETINOPATI OF PREMATURITY (ROP)
Definisi
Retinopathy of prematurity (ROP) adalah kelainan pada mata yang terjadi pada bayi-bayi
prematur. Kelainan ini disebabkan karena adanya pertumbuhan pembuluh darah retina abnormal
yang dapat menyebabkan perlukaan atau lepasnya retina. ROP dapat berlangsung ringan dan
membaik dengan sendirinya, tetapi bisa juga menjadi serius dan mengakibatkan kebutaan.
Semua bayi dengan berat lahir kurang dari 1500 gram atau usia kehamilan kurang dari 32
minggu berisiko mengalami ROP, tetapi pada bayi-bayi dengan berat lahir semakin kecil dan
semakin muda maka risiko terjadinya ROP semakin meningkat
Etiologi
10 | P a g e
Pembuluh darah retina mulai terbentuk pada 3 bulan setelah pembuahan dan terbentuk
sempurna pada saat lahir. Jika bayi lahir prematur maka perkembangannya terganggu. PD retina
akan mulai terbentuk lagi pada saat keadaan umumnya membaik dan kebanyakan akan
berkembang secara sempurna. Pada Retinopati prematuritas, PD tumbuh secara abnormal yaitu
kedalam cairan jernih yang mengisi mata bagian belakang. Disini PD tidak memiliki jaringan
penyokong sehingga sangat rapuh dan sering mengalami perdarahan kedalam mata. Hal ini akan
diikuti oleh pembentukan jaringan parut yang menarik retina dari lapisan bagian dalamnya ke
arah pusat bola mata sehingga retina terlepas. Bisa terjadi gangguan penglihatan atau jika
keadaan berat bisa terjadi buta total.
Bayi prematur banyak yang mengalami pertumbuhan retina abnormal yang sifatnya
sementara dan akan diikuti oleh pertumbuhan yang normal tanpa harus menjalani pengobatan.
Terjadinya Retinopati karna prematuritas sebanding dengan beratnya prematuritas, bayi yang
paling kecil memiliki resiko yang paling tinggi.
Proses vascularisasi Retina berlangsung secara sentrifugal dari nervus opticus, yang dimulai
pada usia gestasi 3 bulan. Pembuluh-pembuluh retina normalnya mencapai ora serata nasalis
pada usia gestasi 8 bulan dan ora serata temporalis pada 9 bulan. Retinopati prematuritas terjadi
bila proses ini terganggu. Kelainan ini biasanya bilateral, tetapi sering asimetrik. Fase aktif
meliputi perubahan-perubahan di taut retina vasculer dan avasculer, mula-mula sebagai sebuah
garis batas yang jelas (stadium 1), diikuti oleh pembentukan Rigi yang jelas (stadium 2),
kemudian proliferasi fibrovasculer ekstraretina (stadium 3), fase sikatrical (stadium 4 dan 5)
bermanifestasi sebaga ablasio retina berat, yang berakibat pada gangguan penglihatan yang
bermakna sekalipun diperbaiki dengan bedah vitreoretina.
Classification Internasional Retinopathy of Prematurity (ICROP). M e m b a g i a t a s : zona-zona
pada retina (1, 2, dan 3), tingkat keparahan penyakit (stadium 1-5)
Zona 1
Zona 1 adalah yang paling labil. Pusat dari zona 1 adalah nervus optikus. Area ini
memanjang dua kali jarak dari saraf optik ke makula dalam bentuk lingkaran. Tanda utama dari
perburukan penyakit ini adanya pembuluh darah yang mengalami peningkatan dilatasi.
Zona 2
11 | P a g e
Zona 2 adalah area melingkar yang mengelilingi zona 1 dengan nasal ora serrata sebagai batas nasal.
Didahului dengan tanda bahaya (warning sign):
1. tampak vaskularisasi yang meningkat pada ridge (percabangan vaskular meningkat),
2. Dilatasi vaskular yang meningkat.
3. Tampak tanda hodog pada ridge merupakan penebalan vaskular pada ridge
Zona3
Zona 3 adalah bentuk bulan sabit Pada zona ini jarang terjadi penyakit yang agresif.
Biasanya vaskularisasi lambat . Banyak bayi yang tampak memiliki penyakit pada zona 3
dengan garis demarkasi dan retina yang nonvaskular.Dipertimbangkan sebagai penyakit sikatrisial.
Stadium
Merupakan vaskularisasi retina yang imatur. Tidak tampak adanya demarkasi retina
yang jelas antara retina yang tervaskularisasi dengan nonvaskularisasi
Stadium 1
Ditemukan garis demarkasi tipis diantara area vaskular dan avaskular pada retina. Garis ini tidak
memiliki ketebalan.
12 | P a g e
Stadium 2
Tampak Daerah luas dan tebal yang memisahkan area vaskular dan avaskular retina.
Stadium 3
D a p a t d i t e m u k a n a d a n y a proliferasi fibrovaskular ekstra retinal (neovaskularisasi) pada
permukaan posterior daerah tersebut atau anterior d a r i r o n g g a v i t r e o u s .
Stadium 4
Stadium ini adalah ablasio retina subtotal yang berawal pada daerah yang membumbung. Retina
tertarik ke anterior kedalam vitreous oleh ridge fibrovaskular.
Stadium 4A : tidak mengenai fovea- S t a d i u m
4 B : m e n g e n a i f o v e a
Stadium 5
Stadium ini adalah ablasio retina total berbentuk seperti corong (funnel).-
13 | P a g e
S t a d i u m 5 A : c o r o n g t e r b u k a -Stadium
5B: corong tertutup
Gejala
Retinopati yang berat bisa menyebabkan Gejala berikut :
1.Leukokoria (Pupil berwarna Putih)
2. Strabismus (juling)
3. Nistagmus (gerakan bola mata yang abnormal)
4. Miopia (rabun Dekat)
Diagnosa
Retinopati karena prematuritas dapat didiagnosa dengan bantuan oftalamoskopi.Pemerikasaan
mata pada bayi dilakukan pada waktu 6 minggu setelah persalinan dan kemudian dilakukan
setiap beberapa minggu sampai Pembuluh Darah retina terbentuk semprna. Pada bayi yang
memiliki jaringan parut akibat retinopati, pemeriksaan mata harus dilakukan setiap 1 tahun
seumur hidupnya.
Pengobatan
Retinopati yang ringan seringkali mengalami proses penyembuhan yang spontan. Tetapi
meskipun telah terjadi penyembuhan, bayi memiliki resiko menderita rabun dekat, juling dan
gangguan penglihatan. Pada retinopati yang berat, krioterapi (pembekuan bagian pinggir retina)
14 | P a g e
bisa mengurangi resiko terjadinya pelepasan retina dan gangguan penglihatan.Jika telah terjadi
pelepasan retina, dilakukan pembedahan untuk mengembalikan retina ke tempatnya. Terapi ROP
yang dianjurkan adalah laser. Selain laser, ada juga cryotherapy, akan tetapi cryotherapy tidak
lagi rutin digunakan pada ablasio retina bayi prematur, karena berefek samping inflamasi dan
bengkak tertutup. Scleral buckling dan/atau bedah vitrectomy dapat dipertimbangkan pada ROP
berat (stadium 4-5).
Scleral Buckle
Retina (merah) dilepas di bagian atas mata. Pita silikon ( scleral gesper , biru)
ditempatkan di sekitar mata. Hal ini membawa dinding mata ke dalam kontak dengan retina
terpisah, memungkinkan retina kembali menempel
Pencegahan
Pencegahan yang paling efektif adalah mencegah terjadinya kelahiran prematur.Jika bayi lahir
prematur dan menderita gangguan pernafasan, maka dilakukan pemantauan ketat terhadap
pemakaian oksigen untuk mencegah terlalu tingginya kadar oksigen dalam darah, sehingga
kemungkinan terjadinya Retinopati dapat cegah.
SUMBATAN VENA RETINA
Onkulusi vena retina adalah penyumbatan vena retina yang melibatkan gangguan
pendarahan di daerah bola mata. Penyumbatan ini dapat terjadi pada suatu cabang kecil
ataupun pembuluh vena utama (vena retina sentral).
Sebab-sebab terjadinya penyumbatan ialah:
15 | P a g e
1. Akibat kompresi dari luar terhadap vena tersebut seperti yang terdapat pada proses
anteriosklerosis atau jaringan ikat lamina kibrosa
2. Akibat penyakit pada pembuluh darah vena sendiri seperti flebosklerosis atau
endoflebitis.
3. Akibat hambatan pengaliran darah dalam pembuluh vena tersebut seperti yang terdapat
pada kelainan viskositas darah,diskrasia darah atau spasmearteri retina yang
berhubungan.
Gambaranklinik:
Gejala subyektif: penderita mengeluh adanya penurunan tajam penglihatan sentral ataupun
perifer yang dapat memburuk sampai hanya tinggal persepsi cahaya, penurunan tajam
penglihatan ini berlangsung beberapa jam.
Gejala obyektif: terdapat pembuluh vena yang melebar,berwarna lebih gelap, seakan- akan
bersarung dan berkelok- kelok mulai dari tempat penyumbatan kearah perifer. Hal ini diseratai
dengan perdarahan superficial (flame shape), atau perdarahan berupa titik terutama bila terdapat
penyumbatan vena yang tidak sempurana selain itu juga terdapat edama retina dan macula, dan
bercak-bercak (eksudat) yang terdapat diantara bercak-bercak perdarahan. Pada penyumbatan
vena retina sentral makater dapat papil yang merah dan menonjol (edema) disertai pulsasi vena
yang menghilang.
Pada penyumbatan vena retina sentral perdarahan juga dapat terjadi didepan papilla dan ini dapat
memasuki badan kaca menjadi perdarahan badankaca. Edema dan perdarahan retina dapat
diserap kembali dan hal ini dapat menyebabkan perbaikan visus.
Dengan angiografi floresin dapat ditentukan beberapa hal ini seperti:
Letak penyumbatan
Apakah penyumbatan bersifat total atau sebagian
Ada atau tidaknya neovaskularisasi.
Diagnosa
Menggunakan ophthalmoscope, seorang dokter bisa melihat perubahani di pembuluh darah dan
16 | P a g e
tanda lain berkurangnya suplai darah ke retina, seperti kepucatan retina pada kasus arterial yang
tersekta atau vena yang penuh dan pembengkakan di depan saraf optic pada kasus vena tersekat.
Tindakan Fluorescein angiography dimana seorang dokter menyuntikkan pewarna kedalam urat
darah dan lalu memotret retina membantu menentukan banyak sedikitnya kerusakan pada retina
dan membantu rencana pengobatan oleh dokter. Doppler ultrasound memindai kadang-kadang
mungkin dipergunakan untuk memeriksa darah mengalir di saluran darah.
Penatalaksanaan
Pengobatan terutama ditunjukan kepada:
Mencari penyebab dan mengobatinya
Pemberian antikoagulansi bila diketahui penyebabnya
Fotokoagulasi daerah retina yang mengalami hipoksia
Pemberian kortikosteroid bila penyumbatan disebabkano lehflebitis.
RETINA DETACHMENT/ABLASI RETINA
Ablasi retina adalah suatu keadaan terpisahnya sel kerucut dan batang retina dari sel epitel
pigmen retina. Pada keadaan ini sel epitel pigmen masih melekat erat dengan membrane Bruch.
Sesungguhnya antara sel kerucut dan sel batang retina tidak terdapat suatu perlekatan struktural
dengan koroid atau pigmen epitel, sehingga merupakan titik lemah yang potensial untuk lepas
secara embriologis.
Lepasnya retina atau sel kerucut dan batang dari koroid atau sel pigmen epitel akan
mengakibatkan gangguan nutrisi retina dari pembuluh darah koroid yang bila berlangsung lama
akan mengakibatkan gangguan fungsi yang menetap.
Ablasio retina dibagi m e n j a d i t i g a , b e r d a s a r k a n p e n y e b a b n y a : A b l a s i o
r e t i n a r e g m a t o g e n o s a , A b l a s i o r e t i n a traksional,dan Ablasio retina eksudatif.
ABLASI RETINA REGMANTOGENOSA
Pada ablasi regmatogenosa dimana ablasi terjadi akibat adanya robekan pada retina sehingga
cairan masuk ke belakang antara sel pigmen epitel dengan retina.Terjadi pendorongan retina oleh
17 | P a g e
badan kaca cair (fluid vitreous) yang masuk melalui robekan atau lubang pada retina ke rongga
subretina sehingga mengapungkan retina dan terlepas dari lapisan epitel pigmen koroid.
Perlekatan vitreoretinal yang kuat dapat menyebabkan terjadinya robekan , seh ingga
ca i ran dapa t masuk kean ta ra se l p igmen ep i t e l dengan re t ina , dan t e r j ad i
pendorongan retina oleh cairan vitreous yang masuk melalui robekan atau lubang pada retina
kerongga subretina sehingga mengapungkan retina dan terlepas dari lapis epitel pigmen koroid.
Ablasio retina regmatogenosa adalah kasus ablasio retina yang paling sering
terjadi. Karakteristik ablasio regmatogenosa adalah pemutusan total pada retina sensorik.
Ablasio retina regmatogenosa spontan biasanya didahului atau disertai oleh pelepasan korpus
vitreum. Miopia,afakia, degenerasi lattice, dan trauma mata biasanya berkaitan dengan ablasio
retina jenis ini.
Retinal detachment regmatogen, karakteristiknya adalah pelepasan total (full thickness) suatu
regma di retina sensorik, traksi korpus vitreus dan mengalirnya korpus vitreus cair melalui defek
retina sensorik ke dalam ruang subretina. Sebanyak 90% sampai 97% dijumpai adanya retinal
break dan sebagian besar pasien mengeluh adanya photopsia dan floaters. Tekanan bola mata
cenderung rendah dibandingkan dengan mata sebelah. Tanda khas yang dijumpai yakni shafer
sign (tobacco dust).
Ablasio retina yang berlokalisasi di daerah supratemporal sangat berbahaya karena dapat
mengangkat makula. Penglihatan akan turun secara akut pada ablasio retina bila
dilepasnya retina mengenai makula lutea.
Pada pemeriksaan fisik dapat terlihat Cell dan flare dibilik depan mata pada ablasio
retinaregmatogenosa, serta terdapat pigmen dalam vitreous anterior (tobacco dusting
atau Shaffer sign).
Pada pemeriksaan funduskopi akan terlihat retina yang terangkat berwarna pucat
dengan pembuluh darah di atasnya dan terlihat adanya robekan retina berwarna merah dan
apabila bolamata bergerak akan terlihat retina yang lepas bergoyang-goyang.
J ika d ipe rha t ikan dengan seksama te rdapa t sa tu a tau l eb ih pemutusan
re t ina to ta l , misalnya robekan berbentuk tapal kuda, lubang atrofik bundar, atau
18 | P a g e
robekan sirkumferensial anterior (dialisis retina). Letak pemutusan retina bervariasi sesuai
dengan jenis; robekan tapal kuda paling sering t e r j ad i d i kuadran supra tempora l ,
lubang a t ro f ik d i kuadran t empora l , dan d ia l i s i s r e t ina d i kuadran inferotemporal.
Apabila terdapat robekan retina multipel, maka defek biasanya terletak dalam 90 derajat satu
sama lain.
Pada ablasio retina regmatogenosa kronis dapat disertai dengan penipisan retina, kista
intraretinal, dan fibrosis subretinal
G a m b a r : A b l a s i r e t i n a
r e g m a n t o s a
A B L A S I O R E T I N A TRAKSIONAL
Ablas io re t ina t r aks iona l ada lah l epasnya j a r ingan re t ina yang t e r j ad i
ak iba t t a r ikan jaringan parut pada korpus vitreous dan disertai penglihatan turun
tanpa rasa sakit.
Ablasioretina akibat traksional adalah jenis tersering kedua dan terutama disebabkan
oleh retinopatidiabetes proliferatif, vitreoretinopati proliferatif, retinopati pada prematuritas,
atau trauma mata,kon t rak t i l v i t r eore t ina , ep i re t ina , in t ra re t ina ( sanga t j a rang)
a tau subre t ina membran yang mendorong neurosensory retina menjauh dari epitel pigmen
retina.
Berbeda dengan penampakan konveks pada ablasio regmatogenosa, ablasio retina akibattraksi
yang khas memiliki permukaan yang lebih konkaf dan cenderung lebih lokal,
biasanyatidak meluas ke ora serata. Gaya-gaya traksi yang secara aktif menarik retina sensorik
19 | P a g e
menjauhiepitel pigmen di bawahnya.Pada ablasio retina akibat traksi pada diabetes,
kontraksi korpusvitreum menarik jaringan fibrovaskular dan retina di bawahnya ke
arah anterior menuju dasar korpus vitreum. Pada awalnya pelepasan mungkin terbatas di
sepanjang arkade-arkade vaskular,tetapi dapat terjadi perkembangan sehingga kelainan
melibatkan retina midperifer dan makula. Traks i foka l da r i membran se lu la r dap a t
menyebabkan robekan re t ina dan menimbulk ankombinasi ablasio retina
regmatogenosa-traksional.
Pasien dengan oklusi vena retina sentral komplikasi dengan oleh neovaskularisasi
pada disk dengan ablasi retina traksional berikutnya
Gambar ablasio retina traksional
ABLASIO RETINA EKSUDATIF
Ablasio retina eksudatif adalah lepasnya retina yang terjadi akibat tertimbunnya cairan di bawah
retina sensorik dan terutama disebabkan oleh penyakit epitel pigmen retina dan
koroid.
Kelainan ini dapat terjadi pada skleritis, koroiditis, tumor retrobulbar, radang uvea,
idiopati,toksemia gravidarum. Cairan di bawah retina tidak dipengaruhi oleh posisi
kepala.Permukaanre t ina yang t e rangka t t e r l iha t c inc in .Pada ab las io t ipe in i
peng l iha tan dapa t be rkurang da r i ringan sampai berat.Ablasio ini dapat hilang atau
menetap bertahun-tahun setelah penyebabnya berkurang atau hilang.
20 | P a g e
Komposisi cairan interstisial choroidal memainkan peranan penting dalam
patogenesisdari ablasio retina serosa dan hemoragik.Komposisi cairan interstisial choroidal
pada gilirannya d ipengaruh i o leh t ingka t pe rmeab i l i t a s vasku la r koro ida l i s .
Se t i ap p roses pa to log i s yang mempengaruhi permeabilitas pembuluh darah
choroidal berpotensi menyebabkan ablasi retinaeksudatif. Akan tetapi kerusakan
pada epitel pigmen retina dapat mencegah pemompaan cairan dan dapat menyebabkan
akumulasi cairan dalam ruang subretinal.Beberapa inflamasi, infeksi, pembuluh darah, kondisi
patologis degeneratif, ganas, atau ditentukan secara genetik telah diakui menyebabkan ablasio
retina eksudatif.
Lepasnya retina bulosa dengan pergeseran cairan subretinal: Tergantung pada
posisi p a s i e n , d a n l e t a k c a i r a n t e r a k u m u l a s i . S e g m e n a n t e r i o r d a p a t
m e n u n j u k k a n t a n d a - t a n d a peradangan (misalnya, injeksi episcleral,
iridocyclitis) atau bahkan rubeosis tergantung pada penyebab yang mendasari. Dalam
kasus-kasus kronis pengendapan eksudat keras dapat dilihat,teleangiektasis pembuluh darah
dapat dilihat.
Gambar: Ablasio Retina Eksudatif
Pemeriksaan untuk mengetahui keutuhan retina:
- Oftalmoskopi direk dan indirek
- Ketajaman penglihatan
- Tes refraksi
- Respon reflex pupil
- Gangguan pengenalan warna
- Pemeriksaan slit lamp
- Tekanan intraokuler
- Usg mata
21 | P a g e
- Angiografi fluorensi
- Elektroretinogram
TATALAKSANA
P e n a t a l a k s a n a a n a b l a s i o r e t i n a s a a t i n i h a n y a d a p a t d i l a k u k a n
d e n g a n o p e r a s i , p enatalaksanaan medikamentosa biasa tidak dapat mengobati penyakit ini.
Beberapa teknik operasi pada ablasio retina :
Scleral buckle
Metode ini paling banyak digunakan pada ablasio retina regmatogenosa terutama tanpad i se r t a i
kompl ikas i l a innya . P rosedur mel ipu t i loka l i sas i pos i s i robekan re t ina ,
menangan i robekan dengan cryoprobe, dan selanjutnya dengan scleral buckle (sabuk). Sabuk
ini biasanya t e r b u a t d a r i s p o n s s i l i k o n a t a u s i l i k o n p a d a t . U k u r a n d a n
b e n t u k s a b u k y a n g d i g u n a k a n tergantung lokasi dan jumlah robekan retina. Pertama-
tama dilakukan cryoprobe atau laser untuk m e m p e r k u a t p e r l e n g k e t a n a n t a r a
r e t i n a s e k i t a r d a n e p i t e l p i g m e n r e t i n a . S a b u k d i j a h i t mengelilingi sklera
sehingga terjadi tekanan pada robekan retina sehingga terjadi penutupan pada robekan tersebut.
Penutupan retina ini akan menyebabkan cairan subretinal menghilangsecara spontan dalam
waktu 1-2 hari.
Pneumatic retinopexi
Pneumatic retinopexi merupakan metode yang juga sering digunakan pada ablasio
retinaregmatogenosa t e ru tama j ika t e rdapa t robekan tungga l pada bag ian
super io r r e t ina . Tekn ik pelaksanaan prosedur ini adalah dengan menyuntikkan
gelembung gas ke dalam rongga vitreus.Ge lembung gas in i akan menutup i robekan
re t ina dan mencegah pasase ca i ran l eb ih l an ju t melalui robekan. Jika robekan
dapat ditutupi oleh gelembung gas, cairan subretinal biasanyaakan hilang dalam 1-2
hari.Robekan retina dapat juga dilekatkan dengan kriopeksi atau laser sebelum
gelembung disuntikkan. Pasien harus mempertahankan posisi kepala tertentu
selama beberapa hari untuk meyakinkan gelembung terus menutupi robekan retina
V itrektomi
22 | P a g e
Vitrektomi merupakan cara yang paling banyak digunakan pada ablasio akibat diabetes,dan
juga digunakan pada ablasio regmatogenosa yang disertai traksi vitreus atau
perdarahanv i t reus . Cara pe laksanaannya ya i tu dengan membua t ins i s i kec i l
pada d ind ing bo la mata kemudian memasukkan instrumen hingga ke cavum
vitreous melalui pars plana. Setelah itudilakukan vitrektomi dengan vitreus cutter
untuk menghilangkan berkas badan kaca (vitreousstrands), membran, dan perlekatan-
perlekatan. Teknik dan instrumen yang digunakan tergantungtipe dan penyebab ablasio
AMARUOSIS FUGAKS
Definisi
Amaurosis fugax merupakan salah satu pembagian dari Transient Visual Loss
(TVL).Transient Visual Loss (TVL) pada orang dewasa merupakan keluhan penglihatan yang
sering dijumpai, dan pada banyak kasus terdapat banyak penyebab yang dapat diidentifikasi.
Episode yang terjadi paling banyak disebabkan iskemia, diantaranya karena iskemia
serebrovaskular, emboli arteri retina. TVL pada anak-anak jarang dijumpai. Penyebab TVL pada
anak-anak termasuk migraine dan kejang epilepsi.
Amaurosis fugax adalah gangguan visual transient secara tiba-tiba, sementara, parsial
atautotal yang biasanya disebabkan oleh keadaaan gangguan peredaran darah, mata, atau
neurologis yang mendasarinya, amaurosis fugax biasanya terjadi berlangsung dari beberapa detik
hingga beberapa menit sebelum kembali ke normal. Serangan yang tipikal bertahan selama 2-3
menit dan sangat jarang yang berlangsung lebih dari 5 sampai 30 menit.
Penggunaan istilah “amaurosis fugax”, biasanya merujuk secara eksklusif pada iskemia
transien pada retina. Amaurosis fugaks adalah istilah lama yang kurang disukai karena tidak
spesifik menunjukkan hilangnya penglihatan sementara hanya pada satu atau pada dua mata.
Etiologi
Faktor-faktor sistemik yang dapat menyebabkan TMVL diantaranya adalah :
23 | P a g e
a. Emboli: berasal dari jantung (penyakit katup jantung, endokarditis, trombus mural,
mixomaatrium), pembuluh darah besar, atheroma karotis.
b. Vaskulitis (Giant cell arteritis)
c. Hipoperfusi
d. Vasospasme
e. Hiperviskositas
f. Hiperkoagulabilitas
g. Kehilangan penglihatan yang fungsional.
Monokular Amarurosis Fugaks dapat terjadi akibat hipotensi ortostatik, spasmepembuluh
darah, aritmia, migren retina, anemia, arteritis dan koagulopatia. Etiologi paling umum
diantaranya adalah stenosis carotid leher, hipotensi sistemik ,idiopatik (kemungkinan
vasospasme arteri retina), infark syaraf optik dan retina yang akan terjadi, papiledema.
Gejala
Gejala Klinis Subjektif
Gejala yang harus dipertanyakan juga adalah apakah serangan terjadi pada satu atau kedua
mata. Jika mengenai satu mata saja maka biasanya disebabkan oleh gangguan pembuluhdarah
retina dan gangguan pada arteri carotid. Jika pasien mengeluhkan serangan terjadi pada kedua
24 | P a g e
bola mata maka kita harus mencurigai terjadi gangguan pada sirkulasi vertebra basiler, gangguan
sirkulasi pada bagian posterior. Pasien- pasien dengan amaurosis fugaks biasanya memiliki
riwayat penyakit terdahulu seperti adanya hipertensi, diabetes, riwayat miokard infark,
hiperkolesterolmia, dan migren. Dari kasus yang pernah dilaporkan, pasien dengan
amaurosisfugaks yang berusia diatas 45 tahun, penyebab tersering adalah iskemic attacks,
sementara untuk usia yang dibawah 45 tahun, penyebab tersering adalah migren dan juga stroke.
Berikutnya, kita harus menanyakan kepada pasien durasi atau berapa lama terjadi hilangnya
penglihatan, jika serangan selama 2-30 menit, kita harus curiga adanya iskemic attacks. Jika
serangan terjadi hanya beberapa detik, maka kita harus mempertimbangkan penyebabnya adalah
gangguan dari ocular seperti gangguan dari retina. Pada penyebabkarena hipotensi ortostatik,
biasanya serangan berlangsung kurang dari 45 detik.
Gejala yang harus juga ditanyakan dari keluhan subjektif pasien adalah apakah ketika
serangan terlihat fenomena positif atau fenomena negatif. Pada Fenomena negatif adalah ketika
pasien selama serangan melihat adanya penglihatan yang kabur, berkedip dan gelap. Fenomena
negatif biasanya terjadi akibat gangguan iskemik. Sementara Fenomena positif jika ketika
serangan pasien mengeluhkan melihat adanya cahaya, garis zigzag dan pandangan
yangberwarna, Fenomena positif biasanya terjadi akibat gangguan okuler atau migren.
Gejala Klinis Objektif
Setelah menanyakan gejala subjektif pada pasien dengan amurosis fugaks maka selanjutnya
kita mencari gejala yang kita jumpai melalui pemeriksaan atau gejala objektif. Pertama kita
melakukan pemeriksaan vital sign seperti pengukuran tekanan darah, frekuensi nadi dan irama
nadi, palpasi dari arteri temporalis, dan auskultasi pada jantung dan leher.
Jika ditemukan adanya akibat dari sirkulari afferent dari pupil, maka kita
pertimbangkanadanya penyakit yang melibatkan nervus optikus yang biasanya disebabkan oleh
adanya iskemik. Dilatasi dari retina pada pemeriksaan akan tampak pada pasien dengan
amaurosis fugaks.
Pemeriksaan
25 | P a g e
Pemeriksaan Ophthalmikus : Merupakan langkah penting untuk menyingkirkan penyebab
lokal pada mata dan mendeteksi emboli retina, iskemia retina atau nervus optik, retinopati stasis
vena.
Jika diagnose belum jelas , maka kita dapat merujuk ke dokter spesialis mata dengan
menetapkan beberapa sangkaan penyebab dari keluhan pasien tersebut. Dapat dilakukan
pemeriksaan lanjutan dengan biomikroskop untuk melihat keadaan kornea, kamera okuli
anterior, kondisi seperti dry eyes atau blepharitis dan iritis dapat dijadikan diagnosa banding jika
hasil biomikroskopi normal. Dapat juga dilakukan gonioskopi untuk mengobservasi sudut
kamera anterior dan dapat melihat adanya perdarahan mikro di ruang anterior dan melihat tanda
– tanda glaucoma.
Pemeriksaan Retina, pembuluh darah retina, nervus optikus dapat membantu menegakkan
diagnosa. Edema unilateral dari optikal disc dapat menandakan adanya neuropati iskemik optic
atau neuritis optikus. Sementara jika ditemukan edema pada bilateral dapat menandakan adanya
peningkatan tekanan intra cranial. Sirkulasi yang sedikit pada nervusoptikus pada keadaan
iskemik dapat menunjukan hasil pucat pada optik disk. Oklusi dari venacentral retina merupakan
tanda yang penting pada iskemik ocular. Emboli intravascular retinadapat dijumpai, yang penting
diketahui apakah plak kolesterol pada pembuluh darah retina cerahatau berwarna kuning. Plak
Hollenrost dapat terlihat pada keadaan lesi yg terdapat pada bagianipsilateral arteri carotid.
Pemeriksaan ophthalmikus sering dijumpai normal namun mungkin juga
dapatmemperlihatkan plak platelet-fibrin-kolesterol pada arteri retina, edema diskus optikus,
atauretinopati stasis vena.
Gambar 1 : Plak paltelet-fibrin yang tampak
pada pemeriksaan fundus
26 | P a g e
Pemeriksaan Tambahan:
Pengukuran tekanan darah : mencari apakah ada hipertensi atau hipotensi.
Auskultasi jantung dan auskulatasi karotis: mencari bruit karotis sebagai penandapenyakit
karotis.
Angiografi: invasif namun merupakan gold standard untuk mendiagnosa stenosis karotis.
Penatalaksanaan
Diantaranya adalah:
Mengobati langsung penyebab dasarnya.
Jika penyebabnya gangguan sirkulasi dapat dilakukan bedah pembuluh darah.
Endarterectomi dianjurkan jika dijumpai stenosis karotis leher ipsilateral > 70%.
Mengurangi faktor-faktor resiko arteriosklerosis yang dapat diubah seperti diabetesmellitus,
hipertensi, dislipidemia, kurang aktivitas, obesitas, merokok.
Koreksi tekanan darah yang sangat tinggi, namun hindari penurunan tekanan darah
yangberlebihan (mungkin dapat menyebabkan kegagalan perfusi dan stroke pada mata dan
otak).
Aspirin 81 mg/hari untuk mengatasi arterioskleros
27 | P a g e
Pembuluh darah ke mata
KEBUTAAN MENDADAK
Definisi
Kebutaan mendadak didefinisikan bila penglihatan seseorang menjadi gelap dan tidak dapat
melihat sesuatu apapun dengan secara mendadak.
Sebab-Sebabnya
- Selaput jala mata (retina) lepas
28 | P a g e
- Tersumbatnya pembuluh darah nadi selaput jala mata (retina)
- Pendarahan dalam mata
- Penyakit glacouma
- Patah tulang kepala yang menyebabkan kerusakan syaraf mata
Gejalanya
- Mata mendadak kabur dan tidak bisa melihat sesuatu apapun hingga penglihatan gelap sama
sekali
Perawatannya
Bila selaput jala mata lepas hal ini harus segera ditangani oleh spesialis mata, bila spesialis mata
jauh atau tidak ada, minta bantuan segera pada dokter umum untuk meletakkan kembali selaput
jala mata pada tempatnya. Bila selaput jala mata kiri terlepas tidurkanlah penderita terlentang
dengan kepala dimiringkan ke kiri sebelum ditangani oleh dokter.
Semua penyakit mata yang di sebutkan di atas harus di tangani dokter
29 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Ilyas, Sidarta, Prof. Dr. H. Sp.M. dan dr. Sri Rahayu Yulianti, Sp.M. 2011. Ilmu Penyakit Mata,
Edisi Keempat. Jakarta: Badan Penerbit FKUI
Ilyas, Sidarta, dkk. 2008. Sari Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Badan Penerbit FKUI
http://www.medicinenet.com/retinal_detachment/article.htm
30 | P a g e