lapres viskositas kelompok vi-a
DESCRIPTION
mohon kritik sarannya untuk kebaikan bersama.TRANSCRIPT
LABORATORIUM
KIMIA FISIKA
Percobaan : VISKOSITAS Kelompok : VI A
Nama : 1. Aristania Nila Wagiswari NRP. 2313 030 005 2. Revani Nuriawati NRP. 2313 030 019 3. M. Fikri Dzulkarnain Rimosan NRP. 2313 030 037 4. Rio Sanjaya NRP. 2313 030 065 5. Nur Annisa Oktaviana NRP. 2313 030 089
Tanggal Percobaan : 7 Oktober 2013
Tanggal Penyerahan : 14 Oktober 2013
Dosen Pembimbing : Nurlaili Humaidah S.T., M.T.
Asisten Laboratorium : Dhaniar Rulandri W.
PROGRAM STUDI D3 TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2013
i
ABSTRAK
Tujuan dari percobaan adalah untuk menghitung harga koefisien viskositas dari aquadest,
Minyak Jelantah Bimoli, Minyak Goreng Bimoli, dan Kecap Manis ABC dengan variabel suhu
sebesar 40 oC, 50
o C, dan 60
oC menggunakan Viskositas Ostwald. Serta untuk menghitung densitas
dari aquadest, Minyak Jelantah Bimoli, Minyak Goreng Bimoli, dan Kecap Manis ABC dengan suhu
sebesar 40 oC, 50
o C, dan 60
oC.Prosedur yang digunakan untuk menentukan harga koefisien
viskositas adalah dengan memasukan aquadest ke dalam Viskometer Ostwald yang diletakkan dalam
waterbath dan mengondisikan cairan pada variabel suhu 40˚C. Selanjutnya menyedot cairan hingga
melewati batas atas Viskometer Ostwald dan membiarkan cairan mengalir ke bawah hingga tepat
pada batas atas. Saat aquadest melewati batas atas Viskometer, mencatat waktu yang diperlukan
aquadest untuk mengalir dari batas atas ke batas bawah dengan menggunakan stopwatch.
Mengulangi langkah sebelumya dengan mengkondisikan aquadest pada suhu 50oC, dan 60
oC.
Mengulangi percobaan tersebut dengan mengganti aquadest dengan variabel cairan yang lainnya,
yaitu Minyak Jelantah Bimoli, Minyak Goreng Bimoli, dan Kecap Manis ABC dan mengondisikan
cairan pada suhu 40 o
C, 50o
C, dan 60 oC. Selain menentukan harga koefisien viskositas, dalam
percobaan ini juga menghitung nilai densitas sampel. Prosedur yang digunakan untuk menghitung
densitas adalah menimbang massa piknometer kosong dengan menggunakan timbangan elektrik. Lalu
memasukkan aquadest ke dalam piknometer hingga penuh mencapai ukuran maksimum piknometer,
yaitu 5 ml, dan mengondisikan aquadest pada suhu 40˚C. Setelah itu menimbang massa total
piknometer dan aquadest. Massa aquadest dapat diperoleh dengan cara mencari selisih massa antara
massa total dan massa piknometer kosong. Setelah itu densitas aquadest dapat dihitung dengan cara
membagi massa aquadest dengan volume aquadest. Mengulangi langkah sebelumya dengan
mengkondisikan aquadest pada suhu 50oC, dan 60
oC. Mengulangi percobaan tersebut dengan
mengganti aquadest dengan Minyak Jelantah Bimoli, Minyak Goreng Bimoli,, dan Kecap Manis ABC
dengan mengondisikan cairan pada suhu 40 oC, 50
oC, dan 60
oC.
Hubungan viskositas dengan densitas adalah sebanding. Jika harga viskositas naik maka
harga densitas pun akan naik, begitupun sebaliknya. Sedangkan hubungan viskositas dengan suhu
adalah berbanding terbalik, semakin tinggi suhu suatu zat cair, maka harga viskositas akan semakin
kecil begitu pula sebaliknya. Untuk hubungan antara densitas dengan suhu, semakin tinggi suhu suatu
zat cair, maka harga densitas akan semakin kecil, begitu pula sebaliknya. Pada suhu yang sama dari
aquadest, Minyak Jelantah Bimoli, Minyak Goreng Bimoli, dan Kecap Manis ABC, waktu untuk turun
dari batas atas ke batas bawah jika diurutkan dari yang lebih lama adalah Kecap Manis ABC,
Minyak Jelantah Bimoli, Minyak Goreng Bimoli, dan aquadest. Sehingga dari waktu yang dibutuhkan
untuk turun dari batas atas ke batas bawah, dapat ketahui bahwa waktu yang lebih lama memiliki
kekentalan yang besar sehingga harga koefisien viskositas juga besar. Dari praktikum ini didapatkan
bahwa, urutan keofisien viskositas dan densitas dari yang terkecil sampai terbesar adalah aquadest,
Minyak Goreng Bimoli, Minyak Jelantah Bimoli, dan Kecap Manis ABC.
Kata kunci : viskositas, kekentalan, densitas, viskometer Ostwald.
ii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ….………………………………………………………………………........ i
DAFTAR ISI ….…………………………………………………………………….….. ii
DAFTAR GAMBAR ….…….………………………………………………………...... iii
DAFTAR TABEL …………...………………………………………………………….. iv
DAFTAR GRAFIK …..…….………………………………………………………….... v
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang ……………..………………………………………….....….... I-1
I.2 Rumusan Masalah ….………………..……………………………………....... I-2
I.3 Tujuan Percobaan ….……………..………………………………………....... I-2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Dasar Teori ……………..…………………………....……………………..... II-1
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN
III.1 Variabel Percobaan ……...………………………………………………….. III-1
III.2 Bahan yang Digunakan ……..…………………………………………….... III-1
III.3 Alat yang Digunakan ….…….….……………………………...………........ III-1
III.4 Prosedur Percobaan …………...…………………..………………………… III-2
III.5 Diagram Alir Percobaan …………...……………………………………....... III-3
III.6 Gambar Alat Percobaan ……………...…………………………….……….. III-5
BAB IV HASIL PERCOBAAN dan PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Percobaan ………………...………………………………………........ IV-1
IV.2 Pembahasan ……………………...…………………………………........…. IV-3
BAB V KESIMPULAN ….…………………...……………………………………….... V-1
DAFTAR PUSTAKA …….……………………...…………………………………........ vi
DAFTAR NOTASI …….…………….……………...………………………………….. vii
APPENDIKS …….……………………………………...……………………………..... viii
LAMPIRAN
Laporan Sementara
Fotokopi Literatur
Lembar Revisi
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar II.1 Perilaku Sebuah Fluida Antara Dua Pelat Pararel ………………...…...... II-2
Gambar II.2 Viskometer Cup dan Bob …………………………………....................... II-7
Gambar II.3 Viskometer Hoppler …………………………………………...…........... II-7
Gambar II.4 Viskometer Cone dan Plate ………………………………....…………… II-8
Gambar II.5 Viskometer Ostwald ……………………………………………...…....... II-9
Gambar II.6 Viskometer Bola Jatuh …………………………………………....……... II-10
Gambar III.6 Gambar Alat Percobaan ………………………………………...………... III-5
iv
DAFTAR TABEL
Tabel II.1 Koefisien Viskositas (η) dalam sentipoise ……………….………….......... II-14
Tabel II. 2 Perbedaan Viskositas Cairan dan Viskositas Gas ………………………… II-15
Tabel IV.1 Hasil Percobaan Viskositas ………………………………………………. IV-1
Tabel IV.2 Hasil Perhitungan Densitas ……………………......................................... IV-2
Tabel IV.3 Hasil Perhitungan Viskositas Cairan …………………………................... IV-3
Tabel IV.4 Data Viskositas Aquadest …………………………………………………. IV-5
Tabel IV.5 Viskositas Cairan Pada Berbagai Suhu (satuan poise) …………………… IV-10
v
DAFTAR GRAFIK
Grafik II.1 Variasi Linier dari Tegangan Geser terhadap Laju Regangan Geser ….. II-3
Grafik II.2 Viskositas Mutlak (dinamik) sebagai Fungsi dari Temperatur …........... II-13
Grafik IV.2.1 Hubungan Suhu dan Densitas Aquadest ……………………………….. IV-4
Grafik IV.2.2 Hubungan Suhu dan Densitas Minyak Jelantah Bimoli ………………... IV-5
Grafik IV.2.3 Hubungan Suhu dan Densitas Minyak Goreng Bimoli ………………... IV-6
Grafik IV.2.4 Hubungan Suhu dan Densitas Kecap Manis ABC …………………….. IV-7
Grafik IV.2.5 Hubungan Suhu dan Densitas Aquadest, Minyak Jelantah Suhu
Bimoli, Minyak Goreng Bimoli, dan Kecap Manis ABC pada
40oC, 50
oC, dan 60
oC ……………………………………………….. IV-8
Grafik IV.2.6 Hubungan Suhu dan Viskositas Aquadest ……………………………. IV-9
Grafik IV.2.7 Hubungan Suhu dan Viskositas Minyak Jelantah Bimoli ……………..……… IV-10
Grafik IV.2.8 Hubungan Suhu dan Viskositas Minyak Goreng Bimoli ……………………… IV-11
Grafik IV.2.9 Hubungan Suhu dan Viskositas Kecap Manis ABC ……………………………… IV-12
Grafik IV.2.10 Hubungan Suhu dan Viskositas Aquadest, Minyak Jelantah Suhu
Bimoli, Minyak Goreng Bimoli, dan Kecap Manis ABC pada
40oC, 50
oC, dan 60
oC …………………………………………………………………………… IV-13
I-1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Dalam setiap fluida, gas, atau cairan, masing-masing memiliki suatu sifat yang
dikenal dengan sebutan viskositas. Viskositas merupakan pengukuran dari ketahanan
fluida yang diubah baik dengan tekanan maupun tegangan. Pada masalah sehari-hari (dan
hanya untuk fluida), viskositas adalah “ketebalan” atau “pergesekan internal”. Oleh
karena itu, air yang “tipis”, memiliki viskositas lebih rendah, sedangkan madu yang
“tebal”, memiliki viskositas yang lebih tinggi. Sederhananya, semakin rendah viskositas
suatu fluida, semakin besar juga pergerakan dari fluida tersebut.
Salah satu cara untuk menentukan viskositas cairan adalah metode kapiler dari
Poiseulle. Metode Ostwald merupakan salah satu variasi dari metode Poiseulle. Metode
Viskositas Ostwald adalah salah satu cara untuk menentukan harga kekentalan dimana
prinsip kerjanya berdasarkan perbedaan suhu, jenis larutan, dan waku yang dibutuhkan
oleh sejumlah cairan untuk dapat mengalir melalui pipa kapiler dengan gaya yang
disebabkan oleh berat cairan itu sendiri.
Viskositas sendiri banyak digunakan dalam dunia industri untuk mengetahui
koefisien kekentalan zat cair. Dari perhitungan itu dapat dihitung berapa seharusnya
kekentalan yang dapat digunakan dalam mengomposisikan zat fluida itu dalam sebuah
larutan. Maka kegunaan viskositas adalah dalam dunia industri oli mobil. Oli memiliki
kekentalan yang lebih besar daripada zat cair lain. Dengan mengetahui komposisi dari oli
tersebut, penerapan viskositas sangat berpengaruh dalam menjaga kekentalan oli tetap
terjaga selama proses produksi. Selain itu viskositas juga bermanfaat untuk cat
tradisional pada lingkungan dan kesehatan manusia, jadi sekarang orang mencari cara
untuk mengmbangkan cat hijau, yang disebut “cat hijau” mengacu pada penghematan
energi, polusi rendah, dan air berbasis pelapisan, lapisan bubuk, tinggi padatan pelapis
(atau pelarut bebas lapisan), dan radiasi curing pelapis. Oleh karena itu, percobaan
tentang viskositas ini dilakukan untuk mempelajari tentang viskositas dan pengaruh suhu
terhadap viskositas serta mengetahui aplikasi dalam kehidupan sehari-hari.
I-2
BAB I Pendahuluan
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
I.2 Rumusan masalah
1. Bagaimana cara menghitung harga koefisien viskositas dari aquadest, Minyak Jelantah
Bimoli, Minyak Goreng Bimoli, dan Kecap Manis ABC pada variabel suhu 40˚C,
50˚C, dan 60˚C dengan menggunakan Viskometer Ostwald?
2. Bagaimana cara menghitung massa jenis atau densitas dari aquadest, Minyak Jelantah
Bimoli, Minyak Goreng Bimoli, dan Kecap Manis ABC pada variabel suhu 40˚C,
50˚C, dan 60˚C?
I.3 Tujuan Percobaan
1. Untuk menentukan harga koefisien viskositas dari viskositas aquadest, Minyak
Jelantah Bimoli, Minyak Goreng Bimoli, dan Kecap Manis ABC pada variabel suhu
40˚C, 50˚C, dan 60˚C dengan menggunakan Viskometer Ostwald.
2. Untuk menghitung massa jenis atau densitas dari aquadest, Minyak Jelantah Bimoli,
Minyak Goreng Bimoli, dan Kecap Manis ABC pada variabel suhu 40˚C, 50˚C, dan
60˚C.
II-1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Dasar Teori
Sifat-sifat kerapatan dan berat jenis adalah ukuran dari “beratnya” sebuah fluida.
Namun jelas bahwa sifat-sifat ini saja tidak cukup untuk mengkarakterisasi secara khas
bagaimana fluida berperilaku karena dua fluida, contoh minyak dan air, yang memiliki
nilai kerapatan hampir sama memiliki perilaku yang berbeda ketika mengalir.
Tampaknya ada sifat tambahan yang diperlukan untuk menggambarkan “fluiditas” dari
fluida (Munson B. R., 2004).
Fluiditas sendiri merupakan kemudahan suatu zat cair untuk mengalir. Zat cair
mempunyai beberapa sifat sebagai berikut :
a) Apabila ruangan lebih besar dari volume zat cair akan terbentuk permukaan
bebas horizontal yang berhubungan dengan atmosfer.
b) Mempunyai rapat masa dan berat jenis.
c) Dapat dianggap tidak termampatkan.
d) Mempunyai viskositas (kekentalan).
e) Mempunyai kohesi, adesi dan tegangan permukaan.
(Mandasari, 2012)
Untuk menentukan sifat tambahan yang diperlukan untuk menggambarkan
“fluiditas”, dapat ditinjau dari suatu eksperimen hipotetik dimana sebuah bahan
ditempatkan diantara dua pelat sejajar yang sangat lebar. Pelat bawah dipasang tetap,
sedangkan pelat atas dibuat agar dapat bergerak bebas. Jika bahan yang digunakan
berupa air, ketika diberi gaya P pada pelat atas maka pelat tersebut akan bergerak secara
kontinu dengan kecepatan U (setelah gerakan transien awal hilang). Perilaku ini
konsisten dengan definisi sebuah fluida yaitu, apabila diberikan suatu tegangan geser
pada sebuah fluida, maka fluida tersebut akan berdeformasi secara kontinu. Pemeriksaan
lebih dalam mengenai pergerakan fluida menunjukan bahwa fluida yang yang
bersentuhan langsung dengan pelat atas ikut bergerak dengan kecepatan yang sama
dengan pelat, U, dan fluida yang bersentuhan langsung dengan pelat bawah tetap
memiliki kecepatan samadengan nol atau diam. Fluida diantara kedua pelat bergerak
dengan kecepatan u u(y) yang akan terlihat berubah secara linear, u y
b⁄ . Jadi
sebuah gradien kecepatan,du dy⁄ , terbentuk dalam fluida antara pelat-pelat tesebut.
II-2
BAB II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
Dalam kasus khusus ini, gradien kecepatan adalah konstan karena du dy⁄ b⁄ , tetapi
didalam situasi aliran yang lebih rumit, persoalannya tidak selalu demikian. Pengamatan
eksperimental bahwa fluida “melekat” pada batas padat sangat penting dalam mekanika
fluida dan biasanya disebut sebagai kondisi tanpa slip (no-slip condition). Seluruh
fluida, baik cairan maupun gas, memenuhi kondisi ini (Munson B. R., 2004).
Gambar II.1Perilaku sebuah fluida antara dua pelat pararel
Fluida-fluida biasa seperti air, minyak, bensin dan udara, tegangan dan laju
regangan geser (gradien kecepatan) dapat dikaitkan dengan suatu hubungan dalam
bentuk :
Keterangan :
τ = Tegangan geser
μ = Viskositas
du/dy = Gradien kecepatan
dimana konstanta kesebandingannya disimbolkan dengan huruf Yunani μ (mu) dan
disebut sebagai viskositas mutlak, viskositas dinamik (sifat fluida yang menghubungkan
tegangan geser dengan gerakan fluida), atau viskositas saja dari fluida tersebut (Munson
B. R., 2004).
τ μ du
dy
II-3
BAB II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
Nilai viskositas sebenarnya tergantung pada fluida tertentu, dan untuk setiap fluida
tertentu pula viskositasnya sangat tergantung pada temperatur. Fluida-fluida yang
tegangan gesernya berhubungan secara linier terhadap laju regangan geser (juga sering
disebut sebagai laju deformasi angular) digolongkan sebagai fluida Newtonian.
Kebanyakan fluida biasa, baik zat cair maupun zat gas adalah fluida Newtonian (Munson
B. R., 2004).
Jadi fluida Newtonian (dinamakan dari Isaac Newton) didefinisikan sebagai fluida
yang tegangan gesernya berbanding lurus secara linier dengan gradien kecepatan pada
arah tegak lurus dengan bidang geser. Definisi ini memiliki arti bahwa fluida newtonian
akan mengalir terus tanpa dipengaruhi gaya-gaya yang bekerja pada fluida (Yulianto,
2011).
Fluida-fluida yang tegangan gesernya tidak berhubungan secara linier dengan laju
regangan geser digolongkan sebagai fluida non-newtonian. Kemiringan dari grafik
tegangan geser terhadap laju regangan geser dinyatakan sebagai viskositas nyata
(apparent viscosity), μap
. Untuk fluida-fluida Newtonian, viskositas nyatanya sama
dengan viskositasnya dan tidak tergantung pada laju geseran. Berbagai fluida non-
Newtonian dibedakan dengan bagaimana viskositas nyatanya berubah dengan laju
geseran (Munson B. R., 2004).
Grafik II.1 Variasi linier dari tegangan geser terhadap laju regangan geser
II-4
BAB II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
Jadi fluida non-Newtonian adalah fluida yang memiliki sifat dimana perbandingan
antara tegangan geser yang bekerja terhadap laju deformasi berlangsung tak linear.
Tidak memenuhi hukum linearisasi Newton (anonim, 2011)
Untuk fluida yang mengencer akibat geseran (shear thinning fluids) viskositas
nyatanya berkurang dengan meningkatnya laju geseran- semakin kuat fluida mengalami
geseran, maka fluida tersebut semakin encer (viskositasnya berkurang). Sedangkan
untuk fluida yang mengental akibat geseran (shear thickening fluids), viskositas
nyatanya meningkat dengan peningkatan laju geseran, semakin kuat fluida mengalami
geseran, maka semakin kental fluida tersebut (viskositasnya bertambah) (Munson B. R.,
2004).
Cairan mempunyai gaya gesek yang lebih besar untuk mengalir daripada gas,
hingga cairan mempunyai koefisien viskositas yang lebih besar daripada gas. Viskositas
gas bertambah dengan naiknya temperatur, sedang viskositas cairan turun dengan
naiknya temperatur. Koefisien viskositas gas pada tekanan tidak terlalu besar, tidak
tergantung pada tekanan, tetapi untuk cairan naik dengan naiknya tekanan (Sukarjo,
1989).
Beberapa cairan dapat mengalir lebih mudah dari yang lain. Sifat tersebut
merupakan karakteristik bagi cairan untuk melawan aliran yang dinamakan viskositas.
Cairan memiliki gaya gesek yang lebih besar untuk mengalir jika dibandingkan dengan
gas. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi viskositas, antara lain adalah :
1. Tekanan
Viskositas cairan akan meningkat dengan meningkatnya tekanan, sedangkan
viskositas gas tidak akan berubah jika tekanan meningkat maupun turun. Tidak
berubahnya viskositas gas, dikarenakan koefisien viskositas gas pada tekanan
tidak terlalu besar sehingga viskositas gas tidak dipengaruhi oleh tekanan.
2. Temperature
Viskositas akan turun dengan naiknya suhu karena molekul-molekul cairan
bergerak sehingga gaya interaksi antar molekul melemah, sedangkan viskositas
gas naik dengan naiknya suhu. Dengan demikian viskositas cairan akan turun
dengan naiknya temperature.
II-5
BAB II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
3. Ukuran dan berat molekul
Viskositas naik dengan naiknya berat molekul serta adanya ikatan rangkap
semakin banyak. Misalnya laju aliran alkohol cepat, larutan minyak laju
alirannya lambat dan kekentalannya tinggi serta laju aliran lambat sehingga
viskositas juga tinggi.
4. Kekuatan antar molekul
Viskositas air naik denghan adanya ikatan hidrogen, viskositas CPO dengan
gugus OH pada trigliseridanya naik pada keadaan yang sama.
5. Kehadiran zat lain
Adanya bahan tambahan seperti bahan suspensi meningkatkan viskositas
cairan. Penambahan gula tebu meningkatkan viskositas air. Pada minyak atau
gliserin adanya penambahan air akan menyebabkan viskositas cairan tersebut
turun, karena gliserin maupun minyak akan semakin encer, sehingga waktu
alirnya semakin cepat.
(Mandasari, 2012)
Viskositas dapat dinyatakan sebagai pengukuran ketahanan aliran fluida yang
merupakan gesekan antara molekul – molekul cairan satu dengan yang lain yang diubah
baik dengan tekanan maupun tegangan.Viskositas cairan menentukan aliran dan
kekentalan dari fluida tersebut. Jadi, semakin kental cairan dan semakin lambat
alirannya maka semakin tinggi juga viskositas cairan tersebut. Namun, viskositas cairan
juga dapat diartikan sebagai indeks hambatan alir cairan. Beberapa zat cair dan gas
mempunyai sifat daya tahan terhadap aliran fluida ini. Ketahanan terhadap aliran fluida
ini dinyatakan dengan Koefisien Viskositas.
Aliran cairan viskositas dapat dikelompokkan menjadi dua tipe, yaitu :
1. Aliran laminer atau aliran kental
Menggambarkan laju aliran kecil melalui sebuah pipa dengan garis tengah kecil.
2. Aliran turbulen
Menggambarkan laju aliran yang besar melalui pipa dengan diameter yang lebih
besar.
(Hastriawan, 2012)
II-6
BAB II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
Aliran yang mengikuti suatu garis (lurus ataupun melengkung) yang jelas ujung
dan pangkalnya disebut aliran garis arus atau dalam bahasa Inggris disebut aliran
Streamline. Aliran garis arus adalah aliran yang tiap partikel yang melalui suatu titik
mengikuti suatu garis yang sama seperti partikel-partikel lain melalui titik itu. Selain itu,
pada aliran garis arus arah gerak partikel-partikel itu sama dengan arah aliran secara
keseluruhan. Garis yang dilalui oleh partikel-partikel itu pada aliran seperti ini disebut
garis arus. Sedangkan, aliran turbulen ditandai oleh adanya aliran berputar. Ada
partikel-partikel yang arah geraknya berbeda, bahkan berlawanan dengan arah gerak
keseluruhan fluida. Jika alirannya merupakan aliran turbulen maka akan terdapat
pusaran-pusaran dalam gerakannya dan lintasan partikel-partikelnya senantiasa berubah.
Aliran turbulen menggambarkan laju aliran yang besar melalui pipa dengan diameter
yang lebih besar (Hastriawan, 2012).
Dalam menentukan viskositas dari setiap fluida dibutuhkan suatu alat. Alat yang
dipakai untuk menentukan viskositas dinamakan viskometer. Viskometer sendiri ada
beberapa jenis, diantaranya :
a) Viskometer Ostwald
Viskositas dari cairan yang ditentukan dengan mengukur waktu yang
dibutuhkan bagi cairan tersebut untuk lewat antara 2 tanda ketika mengalir
karena gravitasi melalui viskometer Ostwald. Waktu alir dari cairan yang diuji
dibandingkan dengan waktu yang dibutuhkan bagi suatu zat yang
viskositasnya sudah diketahui (biasanya air) untuk lewat 2 tanda tersebut
(Moechtar,1990).
b) Viskometer Cup dan Bob
Prinsip kerjanya sampel digeser dalam ruangan antara dinding luar dari bob
dan dinding dalam dari cup dimana bob masuk persis ditengah -tengah.
Kelemahan viskometer ini adalah terjadinya aliran sumbat yang disebabkan
geseran yang tinggi disepanjang keliling bagian tubese hingga menyebabkan
penurunan konsentrasi. Penurunan konsentrasi ini menyebabkan bagian tengah
zat yang ditekan keluar memadat. Hal ini disebut aliran sumbat (Martin, 1993).
II-7
BAB II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
Gambar II.2 Viskometer Cup dan Bob
c) Viskometer Hoppler
Berdasarkan hukum Stokes pad kecepatan jatuh bola maksimum terjadi
keseimbangan sehingga gaya gesek = gaya berat/gaya archimedes. prinsip
kerjanya adalah mengelindingkan bola (yang terbuat dari kaca) melalui tabung
gelas yang hampir tikal berisi zat air yang diselidiki. Kecepatan jatuhnya bola
merupakan fungsi dari harga resiprok sampel (Martin, 1993).
Gambar II.3 Viskometer Hoppler
d) Viskometer Cone dan plate
Cara pemakaianny adalah sampel ditempatkan ditengah-tengah papan,
kemudian dinaikkan hingga posisi dibawah kerucut. Kerucut digerakkan oleh
motor dengan berbagai macam kecepatan dan sampelnya digeser didalam
II-8
BAB II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
t
t
ruang sempit antara papan yang diam kemudian kerucut berputar (Martin,
1993).
Gambar II.4 Viskometer Cone dan Plate
Viskositas cairan ditentukan berdasarkan persamaan Pouisille. Besarnya koefisien
viskositas untuk fluida :
Keterangan :
T = Waktu alir (detik)
P = Tekanan yang menyebabkan zat cair mengalir (2cm
dyne )
V = Volume zat cair (liter)
L = Panjang pipa (cm)
= Koefisien Viscositas (centipoise)
R = Jari-jari pipa dialiri cair (cm)
(Sukarjo, 1989)
Untuk dua zat cair dengan tabung kapiler sama, maka :
(Sukarjo, 1989)
II-9
BAB II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
t
t d t
d t
Karena tekanan berbanding lurus dengan rapatnya,maka :
(Sukarjo, 1989)
Jadi,bila , d2 dan d1 diketahui, maka dengan mengukur waktu yang diperlukan
untuk mengalir melalui kapiler, dapat ditentukan .
Penetapan ini dapat dilakukandengan Viskometer Ostwald (Gambar II.1).
sejumlah zat cair dimasukkan dalam Viskometer yang diletakkan dalam termostat.
Cairan ini dihisap dengan pompa ke dalam bola B, hingga permukaan cairan di atas A.
Cairan dibiarkan mengair ke bawah dan waktu yang diperlukan untuk mengalir dari a ke
b dicatat dengan stopwatch. Percobaan diulangi dengan cairan pebanding setelah
dibersihkan. Dengan cairan pembanding seteah dibersihkan. Dengan ini dapat
ditentukan t1dan t2.
Gambar II.5 Viskometer Ostwald
Viskositas cairan juga dapat ditentukan berdasarkan hokum Stokes. Hukum Stokes
berdasarkan jatuhnya benda melalui medim zat cair. Benda bulat dengan radius r dan
rapat d, yang jatuh karenagaya gravitasi sebesar :
(Sukarjo, 1989)
f
r (d – dm) g
B
A
a
b
II-10
BAB II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
Benda jatuh mempunyai kecepatan yang makin lama makin besar. Ttapi dalam
medium ada gaya gesek, yan makin besar. Tetapi dalam medium ada gaya gesek ,yang
makin besar bila kecepatan benda jatuh makin besar. Pada saat kesetimbangan ,besarnya
kecepatan benda jatuh tetap, V. Menurut George G. Stokes, untuk benda bulat tersebut
besarnya gaya gesek pada kesetimbangan:
(Sukarjo, 1989)
Rumus ini berlaku bila jari-jari benda yang jatuh relatif besar bila dibandingkan
denga jarak antara molekul-molekul fluida.
Hukum Stokes merupakan dasar viskometer bola jatuh. Viskometer ini terdiri atas
gelas silinder dengan cairan yang akan diteliti dan dimasukkan dalam termostat.
Gambar II.6 Viskometer Bola Jatuh
Bola baja dengan rapat d dan diameter r dijatuhkan ke dalam tabung dan waktu
yang dipelukan untuk jatuh antara 2 tandaa dan b, dicatat dengan stopwatch.
( )
( )
II-11
BAB II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
Keterangan :
S = Jarak bola jatuh
dm = Rapat cairan
r = Jari-jari bola
t = Waktu bola jatuh
R = Jari-jari tabung viskometer
(Sukarjo, 1989)
r
merupakan faktor koreksi untuk bejana, dan ini tidak berarti bila R > r.
Untuk 2 cairan :
(Sukarjo, 1989)
Dengan ini dapat ditentukan bila , dm1 , dm2, t1 dan t2 diketahui tanpa
mencari S, V dan R. yang dimaksud fluiditas adalah harga kebalikan dari viskositas:
(Sukarjo, 1989)
Variasi η terhadap Temperatur
Viskositas cairan turun dengan bertambahnya temperatur. Salah satu hubungan
dan T dinyatakan oleh persamaan :
A dan B = tetapan
r ( d dm ) g
(
t ) (
r
)
( d dm ) t
( d dm ) t
log
II-12
BAB II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
Persamaan lain :
A, B, C = tetapan
(Sukarjo, 1989)
Selain kedua persamaan diatas pengaruh temperatur terhadap viskositas dapat
diperkirakan dengan baik menggunakan dua rumus empiris. Untuk gas, persamaan
Suntherland dapat dinyatakan sebagai berikut:
Keterangan :
C : Konstanta empiris
S : Konstanta empiris
T : Temperatur mutlak
μ : Viskositas
(Munson B. R., 2004)
Jadi, jika viskositas diketahui pada dua temperatur, C dan S dapat ditentukan.Atau,
jika lebih dari dua viskositas diketahui, datanya dapat dikorelasikan dengan sebuah
metode pencocokan kurva (curve fitting).
log
log
μ
⁄
II-13
BAB II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
Grafik II.2 Viskositas mutlak (dinamik) sebagai fungsi dari temperatur
Untuk zat cair rumus empiris yang digunakan adalah :
Keterangan :
De : Konstanta empiris
B : Konstanta empiris
T : Temperatur mutlak
μ : Viskositas
(Munson B. R., 2004)
Persamaan ini sering disebut dengan persamaan Andrade. Seperti pada gas,
viskositas harus diketahui sekurangnya unuk dua nilai temperatur sehingga kedua nilai
konstanta tersebut dapat ditentukan.
μ ⁄
II-14
BAB II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
Viskositas sering dihubungkan dengan kerapatan, yang ditulis sebagai :
Keterangan :
V : Viskositas kinematik
Μ : Viskositas
ρ : Massa jenis
(Munson B. R., 2004)
Perbandingan ini disebut dengan perbandingan viskositas kinematik. Viskositas
kinematik didefinisikan sebagai perbandingan antara viskositas dinamik dengan
kerapatan fluida.Viskositas kinematik dilambangkan dengan huruf Yunani V (nu).
Dimensi dari viskositas kinematik adalah L2/T, dan satuannya dalam system BG adalah
ft2/s sedangkan dalam SI adalah m
2/s. Viskositas dinamik sering dinyatakan dalam
sistem metrik CGS (centimeter-gram-second) dengan satuan dyne-s/cm2. Kombinasi ini
disebut Poise disingkat P. Dalam sistem CGS viskositas kinematik memiliki satuan
cm2/s atau disebut stoke disingkat St (Munson B. R., 2004).
Tabel II.1Koefisien Viskositas ( ) dalam sentipoise
(Sukarjo, 1989)
Cairan 0oC 20
oC 40
oC 60
oC 80
oC 100
oC
H2O 1.794 1.009 0.654 0.470 0.357 0.284
CH3OH 0.88 0.593 0.449 0.349 - -
C2H50H 1.772 1.200 0.843 0.592 - -
C6H6 0.900 0.647 0.492 0.389 - -
v μ
ρ
II-15
BAB II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
Dalam aplikasinya viskositas tidak hanya dipengaruhi oleh temperatur, baik zat
gas maupun zat cair.Banyak sekali faktor yang mempengaruhi perbedaan vikositas dari
kedua zat tersebut.Yang mempengaruhi viskositas dari zat tersebut adalah gaya gesek,
koefisien dari viskositas, temperatur dari kedua zat, dan tekanannnya. Hal-hal yang
membedakan viskositas kedua zat tersebut telah dijelaskan dalam sebuah tabel. Tabel
tersebut dapat dilihat di bawah ini.
Tabel II.2 Perbedaan Viskositas cairan dan Viskositas gas
(Anggraeni, 2010)
Dalam percobaan viskositas kali ini, sampel yang digunakan adalah aquadest,
Minyak Goreng Bimoli, Minyak Jelantah Bimoli, dan Kecap Manis ABC. Aquadest
atau aquadestilata atau air denim adalah air yang telah dimurnikan, yang telah
dilepaskan dari zat besi, mangan, zinc, kapur dan sejenisnya. Umumnya digunakan
untuk keperluan laboratorium dan pengolahan produk tertentu yang membutuhkan
tingkat kemurnian air dengan ph normal. Aquadest secara umum memiliki densitas,
yangdilambangkan dengan ρ (rho) sebesar 1 g/ml. Sedangkan nilai viskositas dari
aquadest secara teori adalah 0,0080 poise.
Gambar II.7 Aquadest
Jenis Perbedaan Viskositas Cairan Viskositas Gas
Gaya gesek Lebih besar untuk mengalir Lebih kecil dibanding viskositas
cairan
Koefisien viskositas Lebih besar Lebih kecil
Temperatur Temperatur naik,viskositas
turun Temperatur naik,viskositas naik
Tekanan Tekanan naik,viskositas naik Tidak tergantung tekanan
II-16
BAB II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
Minyak goreng adalah minyak yang berasal dari lemak tumbuhan atau hewan yang
dimurnikan dan berbentuk cair dalamsuhu kamar yang biasanya digunakan untuk
menggoreng makanan. Minyak goreng dari tumbuhan biasanya dihasilkan dari tanaman
seperti kelapa, biji-bijian, kacang-kacangan, jagung, kedelai,dan kanola.Pada umumnya
densitas dari minyak goreng adalah 800 kg/m3 sedangkan, untuk viskositas dari minyak
goreng secara umum pada suhu 200C adalah 1,5 Pa.s.
Gambar II.8 Minyak Goreng
Kecap adalah bumbu dapur atau penyedap makanan yang berupa cairan berwarna
hitam yang rasanya manis atau asin. Bahan dasar pembuatan kecap umumnya adalah
kedelai atau kedelai hitam. Namun ada pula kecap yang dibuat dari bahan dasar air
kelapa yang umumnya berasa asin. Kecap manis biasanya kental dan terbuat
dari kedelai, sementara kecap asin lebih cair dan terbuat dari kedelai dengan
komposisi garam yang lebih banyak, atau bahkan ikan laut. Selain berbahan dasar
kedelai atau kedelai hitam bahkan air kelapa, kecap juga dapat dibuat dari ampas padat
dari pembuatan tahu. Pada umumnya densitas dari minyak kecap adalah 1130 kg/m3
sedangkan, untuk viskositas dari kecap secara umum pada suhu 150C adalah 1,005 cp.
II-17
BAB II Tinjauan Pustaka
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
Gambar II.9 Kecap Manis ABC
III-1
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
III.1 Variabel Percobaan
Variabel Bebas :
Bahan : Aquadest, Minyak Jelantah Bimoli, Minyak Goreng Bimoli, dan Kecap
Manis ABC
Suhu : 40oC, 50
oC, dan 60
oC
Variabel Kontrol : Volume dan tekanan
Variabel Terikat : Temperatur, viskositas, dan densitas.
III.2 Bahan yang digunakan
1. Aquadest
2. Minyak Jelantah Bimoli
3. Minyak Goreng Bimoli
4. Kecap Manis ABC
III.3 Alat yang digunakan
1. Corong
2. Erlenmeyer
3. Gelas ukur
4. Pemanas Elektrik
5. Piknometer
6. Pipet tetes
7. Stopwatch
8. Termometer
9. Timbangan elektrik
10. Viskometer Ostwald
11. Waterbath
III-2
BAB III Metodologi Percobaan
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
III.4 Prosedur Percobaan
III.4.1 Percobaan Viskositas Cairan
1. Memasukkan aquadest ke dalam viskometer Ostwald yang diletakkan dalam
waterbath dan mengondisikan cairan pada variabel suhu 40oC.
2. Menyedot cairan hingga melewati batas atas viskometer Ostwald.
3. Membiarkan cairan mengalir ke bawah hingga tepat pada batas atas.
4. Mencatat waktu yang diperlukan aquadest untuk mengalir dari batas atas ke batas
bawah dengan menggunakan stopwatch.
5. Mengulangi langkah 1 sampai 4 dengan mengondisikan aquadest pada suhu 50oC,
dan 60oC.
6. Mengulangi percobaan tersebut dengan mengganti aquadest dengan variabel cairan
yang lainnya, yaitu Minyak Goreng Bimoli, Minyak jelantah Bimoli, dan Kecap
Manis ABC dan mengondisikan cairan pada suhu 40 oC , 50
oC, dan 60
oC.
III.4.2 Perhitungan Densitas
1. Menimbang massa piknometer kosong dengan menggunakan timbangan elektrik.
2. Memasukkan aquadest kedalam piknometer hingga penuh mencapai ukuran
maksimum piknometer, yaitu 5 ml.
3. Mengondisikan aquadest pada suhu 40 oC.
4. Menimbang massa total piknometer dan aquadest.
5. Mencari massa aquadest dengan cara mencari selisih massa antara massa total dan
massa piknometer kosong.
6. Mengulangi langkah 1 sampai 6 dengan mengondisikan aquadest pada suhu 50 oC,
dan 60 oC.
7. Mengulangi percobaan tersebut dengan mengganti aquadest dengan Minyak
Goreng Bimoli, Minyak jelantah Bimoli, dan Kecap Manis ABC dan
mengondisikan cairan pada suhu 40 oC, 50
oC, dan 60
oC.
III-3
BAB III Metodologi Percobaan
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
III.5 Diagram Alir Percobaan
III.5.1 Percobaan Viskositas Cairan
MULAI
Memasukkan aquadest ke dalam viskometer Ostwald yang diletakkan dalam
waterbath dan mengondisikan cairan pada variabel suhu 40oC.
Membiarkan cairan mengalir ke bawah hingga tepat pada batas atas.
Mencatat waktu yang diperlukan aquadest untuk mengalir dari batas atas ke batas
bawah dengan menggunakan stopwatch.
Mengulangi percobaan tersebut dengan mengganti aquadest dengan variabel cairan
yang lainnya, yaitu Minyak jelantah Bimoli, Minyak Goreng Bimoli, dan Kecap
Manis ABC dan mengondisikan cairan pada suhu 40oC, 50
oC, dan 60
oC.
Menyedot cairan hingga melewati batas atas viskometer Ostwald.
SELESAI
Mengulangi langkah 1 sampai 4 dengan mengondisikan aquadest pada suhu 50 oC,
dan 60 oC.
III-4
BAB III Metodologi Percobaan
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
III.5.2 Perhitungan Densitas
MULAI
Menimbang massa piknometer kosong dengan menggunakan timbangan elektrik.
Memasukkan aquadest yang telah diukur ke dalam piknometer
Mengondisikan aquadest pada suhu 40oC.
Menimbang massa total piknometer dan aquadest.
Memasukkan aquadest kedalam piknometer hingga penuh mencapai ukuran
maksimum piknometer, yaitu 5 ml.
SELESAI
Mencari massa aquadest dengan cara mencari selisih massa antara massa total dan
massa piknometer kosong.
Mencari densitas aquadest dengan cara membagi massa aquadest dengan volume
aquadest.
Mengulangi percobaan tersebut dengan mengganti aquadest dengan Minyak jelantah
Bimoli, Minyak Goreng Bimoli,, dan Kecap Manis ABC dan mengondisikan cairan
pada suhu 40 oC 50
oC, dan 60
oC.
Mengulangi langkah 1 sampai 6 dengan mengondisikan aquadest pada suhu
50 oC, dan 60
oC.
III-5
BAB III Metodologi Percobaan
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
III.6 Gambar Alat Percobaan
Corong
Erlenmeyer
Gelas ukur
Pemanas elektrik
Piknometer
Pipet tetes
Stopwatch
Termometer
Timbangan elektrik
Viskometer Ostwald
Waterbath
IV-1
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Percobaan
Dari percobaan viskositas yang telah dilakukan, didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel IV.1 Hasil Percobaan Viskositas
Variabel Suhu
(oC)
Waktu (t1)
(s)
Waktu (t2)
(s)
Waktu Rata-Rata
(∆t)
Aquadest
40oC 01,40 01,62 1,51
50oC 01,10 01,26 1,18
60oC 00,96 01,04 1
Minyak Jelantah
Bimoli
40oC 28,87 34,96 31,92
50oC 26,42 31,73 29,08
60oC 26,18 29,74 27,96
Minyak Goreng
Bimoli
40oC 26,35 27,37 26,86
50oC 25,00 25,77 25,39
60oC 23,06 23,45 23,26
Kecap Manis
ABC
40oC 201,31 207,50 204,41
50oC 180,42 185,45 182,94
60oC 177,06 180,5 178,78
IV-2
BAB IV Hasil Percobaan dan Pembahasan
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
Tabel IV.2 Hasil Perhitungan Densitas
Variabel
Massa
Piknometer
( gr )
Suhu
(oC )
Massa Pikno
danVariabel
( gr )
Massa Pikno
dan Variabel
Rata-rata
( gr )
Volume
piknom
eter
( ml )
Densitas
( gr /ml )
Aquadest 11,5
40 16,3
16
5 0,96
50 16,1 5 0,92
60 16 5 0,9
Minyak
Jelantah
Bimoli
11,5
40 15,8
15,5
5 0,86
50 15,8 5 0,86
60 15,6 5 0,82
Minyak
Goreng
Bimoli
11,5
40 15,5
15,5
5 0,8
50 15,48 5 0,796
60 15,23 5 0,746
Kecap
Manis
ABC
11,5
40 18
18
5 1,3
50 17,88 5 1,276
60 17,62 5 1,224
IV-3
BAB IV Hasil Percobaan dan Pembahasan
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
Tabel IV.3 Hasil Perhitungan Viskositas Cairan
Variabel Suhu
( oC )
Waktu
( s )
Volume
( ml )
r
(cm)
L
(cm)
P
(dyne/cm²)
Viskositas
( cp )
Aquadest
40 1,51 5 0,3 3 1013253,93 324,29
50 1,18 5 0,3 3 1013253,93 253,42
60 1 5 0,3 3 1013253,93 214,76
Minyak
Jelantah
Bimoli
40 31,92 5 0,3 3 1013253,93 6855,11
50 29,08 5 0,3 3 1013253,93 6245,20
60 27,96 5 0,3 3 1013253,93 6004,67
Minyak
Goreng
Bimoli
40 26,86 5 0,3 3 1013253,93 5768,43
50 25,39 5 0,3 3 1013253,93 5452,74
60 23,26 5 0,3 3 1013253,93 4995,30
Kecap
Manis
ABC
40 204,41 5 0,3 3 1013253,93 43898,92
50 182,94 5 0,3 3 1013253,93 39288,04
60 178,78 5 0,3 3 1013253,93 38394,64
IV.2 Pembahasan
Percobaan viskositas ini bertujuan untuk menentukan harga koefisien viskositas
dari suatu bahan uji. Viskositas dapat terjadi karena adanya interaksi antar molekul
cairan. Bahan uji yang digunakan dalam percobaan viskositas ini adalah aquadest,
Minyak Jelantah Bimoli, Minyak Goreng Bimoli, dan Kecap Manis ABC dengan
variabel suhu 40oC, 50
oC, dan 60
oC. Selain untuk menentukan harga koefisien
viskositas, percobaan ini juga bertujuan untuk menghitung nilai densitas dari bahan uji
yaitu, aquadest, Minyak Jelantah Bimoli, Minyak Goreng Bimoli, dan Kecap Manis
ABC pada variabel suhu 40oC, 50
oC, dan 60
oC. Sehingga, dari hasil percobaan
didapatkan hubungan antara suhu, viskositas, dan densitas zat cair.
IV-4
BAB IV Hasil Percobaan dan Pembahasan
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
Grafik IV.2.1 Hubungan antara Suhu dan Densitas Aquadest
Berdasarkan Grafik IV.2.1, dapat dilihat bahwa hubungan antara suhu dengan
densitas aquadest adalah berbanding terbalik, yaitu pada saat suhu naik maka
densitasnya akan turun. Pada percobaan kali ini diperoleh data yaitu pada suhu 40˚C
densitas aquadest adalah 0,96 gr/ml, untuk suhu 50˚C densitas dari aquadest adalah
0,92 g/ml, dan ketika suhu berada pada 60˚C densitas aquadest sebesar 0,9 g/ml.
Berdasarkan Tabel IV.4, hasil percobaan yang ada tidak sesuai dengan data densitas
dari sebuah literatur yang menyatakan bahwa pada suhu 40˚C densitas aquadest sebesar
0,9922 g/ml, untuk suhu 50˚C didapat densitas aquadest sebesar 0,98807 g/ml.
Sedangkan pada suhu 60˚C densitas aquadest sebesar 0,9832 g/ml. Ketidaksesuaian ini
dikarenakan oleh faktor massa yang disebabkan karena kesalahan teknis dari timbangan
dan volume dalam perhitungan yang berbeda.
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi suhu maka
densitasnya relatif semakin menurun. Hal ini dikarenakan pada saat suhu meningkat,
molekul dalam zat cair akan bergerak cepat dikarenakan tumbukan antar molekul,
sehingga molekul dalam zat cair menjadi merenggang dan massa jenis akan semakin
kecil. Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa semakin tinggi suhu
semakin rendah densitasnya (Chang, 2005).
0.96
0.92
0.9
0.87
0.88
0.89
0.9
0.91
0.92
0.93
0.94
0.95
0.96
0.97
40 50 60
Den
sita
s A
qu
ad
est
(g
r/m
l)
Variabel Suhu (oC)
Hubungan Suhu dan Densitas Aquadest
Aquadest
IV-5
BAB IV Hasil Percobaan dan Pembahasan
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
Tabel IV.4 Data Densitas Aquadest
Temperatur (°C) Densitas (g/ml)
100 0,95805
90 0,96506
80 0,97160
70 0,97763
60 0,98313
50 0,98802
40 0,99225
30 0,99571
20 0,99829
10 0,99977
0 0,99982
(thermexcel)
Grafik IV.2.2 Hubungan Suhu dan Densitas Minyak Jelantah Bimoli
Berdasarkan Grafik IV.2.2, dapat dilihat bahwa hubungan antara suhu dengan
densitas Minyak Jelantah Bimoli mengalami fluktuasi. Yaitu pada saat suhu 40oC dan
50oC diperoleh besar densitas yang sama yaitu 0,86 g/ml. Sedangkan pada saat suhu
60˚C diperoleh densitas sebesar 0,82 g/ml. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa
IV-6
BAB IV Hasil Percobaan dan Pembahasan
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
0.80.796
0.746
0.71
0.72
0.73
0.74
0.75
0.76
0.77
0.78
0.79
0.8
0.81
40 50 60Densi
tas
Min
yak
Gore
ng B
imoli
(gr/
ml)
Variabel Suhu (oC)
Hubungan Suhu dan Densitas Minyak Goreng Bimoli
Minyak Goreng Bimoli
densitas mengalami perubahan yang fluktual atau naik turun ketika suhu ditingkatkan.
Hal ini tidak sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa semakin tinggi suhu
semakin rendah densitasnya (Chan, 2011).
Ketidaksesuaian ini diakibatkan karena ketidakakuratan dalam mengamati dan
mengukur suhu aquadest dan kurang telitinya dalam menghitung massa Minyak Goreng
Bimoli dan massa piknometer sehingga dalam menganalisis hasil praktikum, didapat
hasil perhitungan densitas yang tidak sesuai dengan literatur.
Grafik IV.2.3 Hubungan antara Suhu dan Densitas Minyak Goreng Bimoli
Berdasarkan Grafik IV.2.3, dapat dilihat bahwa hubungan antara suhu dengan
densitas Minyak Goreng Bimoli adalah berbanding terbalik, yaitu jika suhu dinaikkan
maka densitasnya akan semakin turun. Yaitu pada saat suhu 40˚C densitasnya sebesar
0,8 g/ml. Pada suhu 50˚C densitasnya sebesar 0,796 g/ml, dan pada saat suhu 60˚C
densitasnya sebesar 0,746 g/ml. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin
tinggi suhu maka maka suhunya relatif semakin menurun. Hal ini dikarenakan pada saat
suhu meningkat, molekul dalam zat cair akan bergerak cepat dikarenakan tumbukan
antar molekul, sehingga molekul dalam zat cair menjadi merenggang dan massa jenis
akan semakin kecil. Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa semakin
tinggi suhu semakin rendah densitasnya (Chan, 2011).
IV-7
BAB IV Hasil Percobaan dan Pembahasan
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
Grafik IV.2.4 Hubungan antara Suhu dan Densitas Kecap Manis ABC
Berdasarkan grafik IV.2.4, dapat dilihat bahwa hubungan antara suhu dengan
densitas Kecap Manis ABC pada saat suhu 40˚C diperoleh data densitas sebesar 13
g/ml, pada suhu 50˚C densitasnya sebesar 1,276 g/ml, dan pada saat suhu 60˚C
densitasnya sebesar 1,224 g/ml. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin
tinggi suhu maka massa jenisnya relatif semakin menurun. Hal ini dikarenakan pada
saat suhu meningkat, molekul dalam zat cair akan bergerak cepat dikarenakan
tumbukan antar molekul, sehingga molekul dalam zat cair menjadi merenggang dan
massa jenis akan semakin kecil. Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa
semakin tinggi suhu semakin rendah densitasnya (Chan, 2011).
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, diperoleh tiga grafik yang
menghubungkan antara suhu dengan densitas cairan. Dapat disimpulkan bahwa jika
suhu semakin tinggi maka densitasnya semakin rendah.
1.3
1.276
1.224
1.18
1.2
1.22
1.24
1.26
1.28
1.3
1.32
40 50 60Densi
tas
Keca
p M
anis
AB
C (
g/m
l)
Variabel Suhu (oC)
Hubungan Suhu dan Densitas Kecap Manis ABC
Kecap Manis ABC
IV-8
BAB IV Hasil Percobaan dan Pembahasan
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
Grafik IV.2.5 Hubungan antara Suhu dengan Densitas Aquadest, Minyak Jelantah
Bimoli, Minyak Goreng Bimoli, dan Kecap Manis ABC pada Suhu 40oC, 50
oC, dan 60
oC
Berdasarkan grafik IV.2.5, dapat dilihat bahwa hubungan antara suhu dengan densitas
Aquadest, Minyak Jelantah Bimoli, Minyak Goreng Bimoli, dan Kecap Manis ABC pada
Suhu 40oC, 50
oC, dan 60
oC adalah berbanding terbalik. Artinya semakin tinggi suhu
fluida zat cair, maka harga densitanya cenderung semakin menurun. Oleh karena itu dapat
disimpulkan bahwa suhu juga mempengaruhi densitas suatu fluida zat cair. Hal ini sesuai
dengan literatur yang menyatakan bahwa perubahan suhu berpengaruh terhadap harga
densitas suatu zat fluida (Chan, 2011).
Berdasarkan grafik IV.2.5, dapat dilihat bahwa kecap memiliki densitas paling tinggi,
kemudian dibawahnya terdapat aquadest, dan minyak goreng. Kecap memiliki densitas
paling tinggi karena kecap memiliki molekul yang lebih rapat dan tidak cepat memuai.
Sedangkan minyak goreng molekulnya kurang rapat dan lebih cepat memuai daripada
aquadest, sehingga menyebabkan minyak goreng memiliki densitas lebih kecil daripada
aquadest.
0.960.92 0.9
0.86 0.860.82
0.8 0.7960.746
1.3 1.2761.224
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1.4
40 50 60
Hubungan Suhu dengan Densitas Sampel pada suhu
40oC,50oC,60oC.
Aquadest
Minyak Jelantah Bimoli
Minyak Goreng Bimoli
Kecap Kental Manis
Variabel Suhu (oC)
De
nsit
as
(g/m
l)
IV-9
BAB IV Hasil Percobaan dan Pembahasan
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
Grafik IV.2.6 Hubungan antara Suhu dengan Viskositas Aquadest
Berdasarkan grafik IV.2.6, dapat dinyatakan bahwa hubungan suhu dengan
viskositas aquadest dari percobaan viskositas diperoleh data pada suhu 40oC viskositas
dari aquadest adalah 324,29 cp, pada suhu 50oC viskositas aquadest sebesar 253,42 cp,
dan pada saat suhu 60oC viskositas aquadest sebesar 214,76 cp. Hal ini tidak sesuai
dengan data viskositas dari literatur pada tabel IV.5 yang menyatakan bahwa pada suhu
40˚C viskositas aquadest sebesar 0,0065 p, untuk suhu 50˚C dengan menggunakan
metode perhitungan interpolasi, didapat densitas aquadest sebesar 0,0055 p. Sedangkan
pada suhu 60 ˚C densitas aquadest sebesar 0.470 p. Ketidaksesuaian ini dikarenakan
oleh kurang akuratnya dalam perhitungan tekanan aquadest, kurang telitinya dalam
mengamati dan mengukur suhu aquadest serta dalam menghitung waktu yang
diperlukan aquadest untuk melewati batas atas dan bawah.
Dari analisis data diatas, dapat disimpulkan bahwa suhu mempengaruhi
koefisien viskositas zat cair, dimana semakin tinggi suhu larutan, maka koefisien
viskositasnya semakin menurun. Hal ini karena pada suhu tinggi, gaya antar molekul
melemah dan kekentalannya pun semakin menurun sehingga viskositasnya semakin
menurun. Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa semakin tinggi suhu
larutan, maka koefisien viskositasnya semakin menurun (Chang, 2005).
324.29
253.42
214.76
0
50
100
150
200
250
300
350
40 50 60
Vis
kosi
tas
( cp
)
Suhu ( oC )
Hubungan antara Suhu dengan Viskositas Aquadest
Aquadest
IV-10
BAB IV Hasil Percobaan dan Pembahasan
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
Tabel IV.5 Viskositas Aquadest Pada Berbagai Suhu (satuan poise).
( Handbook of Mekanika Fluida, Erlangga Jakarta, 91th Ed.)
Grafik IV.2.7 Hubungan antara Suhu dengan Viskositas Minyak Jelantah Bimoli
Berdasarkan grafik IV.2.7, dapat dinyatakan bahwa hubungan suhu dengan viskositas
Minyak Jelantah Bimoli, dari percobaan diperoleh data pada suhu 40oC viskositas Minyak
Jelantah Bimoli adalah 6855,11 cp, pada suhu 50oC viskositas Minyak Jelantah Bimoli
sebesar 6245,20 cp, dan pada saat suhu 60oC viskositasnya sebesar 5789,91 cp. Dari data
Temperatur (ºC) Viskositas (Poise) Temperatur (ºC) Viskositas (Poise)
25 0.8937 33 0.7523
26 0.8737 34 0.7371
27 0.8545 35 0.7225
28 0.8360 36 0.7085
29 0.8100 37 0.6947
30 0.8007 38 0.6814
31 0.7840 39 0.6685
32 0.7679 40 0.6560
6855.11
6245.2
6004.67
5400
5600
5800
6000
6200
6400
6600
6800
7000
40 50 60
Vis
ko
sita
s (
cp )
Suhu ( oC )
Hubungan antara Suhu dengan Viskositas Minyak
Jelantah Bimoli
Minyak Jelantah Bimoli
IV-11
BAB IV Hasil Percobaan dan Pembahasan
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
percobaan tersebut, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi suhu zat cair tersebut maka
semakin rendah pula viskositas dari zat cair. Hal ini sesuai dengan literatur yang menyatakan
bahwa semakin tinggi suhu semakin rendah pula viskositasnya (Chang, 2005).
Grafik IV.2.8 Hubungan antara Suhu dengan Viskositas Minyak Goreng Bimoli
Berdasarkan grafik IV.2.8, dapat dinyatakan bahwa hubungan suhu dengan
viskositas Minyak Goreng Bimoli, dari percobaan diperoleh data pada suhu 40oC
viskositasnya sebesar 5768,43 cp, pada suhu 50oC viskositasnya sebesar 5452,74 cp,
dan pada saat suhu 60oC viskositasnya sebesar 4995,30 cp. Dapat disimpulkan bahwa
semakin tinggi suhu maka semakin rendah viskositasnya. Dari analisis data diatas, dapat
disimpulkan bahwa suhu mempengaruhi koefisien viskositas larutan, dimana semakin
tinggi suhu larutan, maka koefisien viskositasnya semakin menurun. Hal ini karena pada
suhu tinggi, gerakan partikel-partikel cairan semakin cepat dan kekentalannya pun
semakin menurun sehingga viskositasnya semakin menurun. Hal ini juga sesuai dengan
literatur yang menyatakan bahwa semakin suhu maka koefisien viskositasnya semakin
menurun (Chang, 2005).
5768.43
5452.74
4995.3
4600
4800
5000
5200
5400
5600
5800
6000
40 50 60
Vis
ko
sita
s (
cp )
Suhu ( oC )
Hubungan antara Suhu dengan Viskositas Minyak
Goreng Bimoli
Minyak Goreng Bimoli
IV-12
BAB IV Hasil Percobaan dan Pembahasan
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
Grafik IV.2.9 Hubungan antara Suhu dengan Viskositas Kecap Manis ABC
Berdasarkan grafik IV.2.9, dapat dilihat bahwa hubungan suhu dengan viskositas
Kecap Manis ABC, diperoleh data pada suhu 40oC viskositasnya sebesar 43898,92 cp,
pada suhu 50oC viskositasnya sebesar 39288,04 cp, dan pada saat suhu 60
oC
viskositasnya sebesar 38394,64 cp. Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi suhu
maka semakin rendah viskositasnya. Dari analisis data diatas, dapat disimpulkan bahwa
suhu mempengaruhi koefisien viskositas larutan, dimana semakin tinggi suhu larutan,
maka koefisien viskositasnya semakin menurun. Hal ini dikarenakan molekul-molekul
cairan bergerak sehingga gaya interaksi antar molekul melemah dan kekentalannya pun
semakin menurun sehingga viskositasnya juga semakin menurun. Sedangkan untuk nilai
koefisien viskositas Kecap Manis ABC yang relatif sangat tinggi dikarenakan
kekentalan Kecap Manis ABC yang tinggi sehingga mempengaruhi waktu yang
diperlukan Kecap Manis ABC untuk mengalir dari batas atas ke batas bawah dalam
viskometer, oleh karena itulah koefisien viskositas Kecap Manis ABC terbilang sangat
tinggi. Hal ini juga sesuai dengan literatur yang menyatakan bahwa semakin tinggi suhu
maka koefisien viskositasnya semakin menurun (Chang, 2005).
43898.92
39288.0438394.64
35000
36000
37000
38000
39000
40000
41000
42000
43000
44000
45000
40 50 60
Vis
kosi
tas
( cp
)
Suhu ( oC )
Hubungan antara Suhu dengan Viskositas Kecap Manis
ABC
Kecap Manis ABC
IV-13
BAB IV Hasil Percobaan dan Pembahasan
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, diperoleh tiga grafik yang
menghubungkan antara suhu dengan viskositas larutan. Dapat disimpulkan bahwa jika
suhu semakin tinggi maka viskositasnya semakin rendah.
324.29 253.42 214.76
6855.11 6245.25789.91
5768.43 5452.74 4995.3
43898.9239288.04
38394.64
0
5000
10000
15000
20000
25000
30000
35000
40000
45000
50000
40 50 60
Vis
kosi
tas
( cp
)
Suhu ( oC )
Hubungan antara Suhu dengan Viskositas Sampel
Aquadest
Minyak
Jelantah Bimoli
Minyak Goreng
Bimoli
Grafik IV.2.10 Hubungan antara Suhu dengan Viskositas Aquadest, Minyak Jelantah
Bimoli, Minyak Goreng Bimoli, dan Kecap Manis ABC pada Suhu 40oC, 50
oC, dan 60
oC
Berdasarkan grafik IV.2.10, dapat disimpulkan bahwa hubungan antara suhu
dengan viskositas aquadest, Minyak Jelantah Bimoli, Minyak Goreng Bimoli, dan Kecap
Manis ABC pada Suhu 40oC, 50
oC, dan 60
oC adalah berbanding terbalik. Artinya semakin
tinggi suhu fluida zat cair, maka harga koefisien viskositas dan harga dari viskositas itu
sendiri cenderung semakin menurun. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa suhu juga
mempengaruhi viskositas suatu fluida zat cair. Hal ini sesuai dengan literatur yang
menyatakan bahwa perubahan suhu juga mempengaruhi harga koefisien viskositas dan
viskositas suatu fluida zat cair (Chang, 2005).
Dari data tersebut, zat cair yang dengan viskositas paling besar hingga yang
paling kecil adalah adalah Kecap Manis ABC, Minyak Jelantah Bimoli, Minyak Goreng
Bimoli, dan aquadest. Hal tersebut dikarenakan Kecap Manis ABC mempunyai harga
koefisien yang tinggi sehingga berpengaruh pada viskositas kekentalan zat cair tersebut.
Berbeda dengan aquadest yang memiliki harga koefisien kecil sehingga viskositas dari
aquadest tersebut juga kecil.
V-1
BAB V
KESIMPULAN
Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa:
1. Viskositas (kekentalan) dapat dianggap suatu gesekan di bagian dalam suatu fluida,
karena adanya viskositas ini maka untuk menggerakkan salah satu lapisan fluida di
atasnya lapisan lain haruslah dikerjakan gaya.
2. Kekentalan suatu zat dipengaruhi oleh suhu, konsentrasi, tekanan, dan berat molekul.
a. Suhu : Viskositas akan turun dengan naiknya suhu, sedangkan viskositas
gas naik dengan naiknya suhu. Dengan kata lain viskositas cairan
akan turun dengan kenaikan temperatur.
b. Tekanan : Viskositas cairan naik dengan naiknya tekanan, sedangkan
viskositas gas tidak dipengaruhi oleh tekanan.
c. Berat molekul : Viskositas akan naik jika ikatan rangkap semakin banyak
3. Setiap larutan memiliki viskositas (kekentalan) yang berbeda-beda
4. aquadest paling besar terdapat pada suhu 40oC yaitu 0,96 gr/ml sedangkan yang
paling kecil terdapat pada suhu 60oC yaitu sebesar 0,9 gr/ml. η terbesar pada aquadest
berada pada suhu 40oC yaitu sebesar 324,29 cp dan yang paling kecil terdapat pada
suhu 60oC yaitu sebesar 214,76 cp.
5. minyak jelantah bimoli paling besar terdapat pada suhu 40oC dan 50
oC yaitu 0,86
gr/ml sedangkan yang paling kecil terdapat pada suhu 60oC yaitu sebesar 0,82 gr/ml. η
terbesar pada minyak jelantah bimoli 6855,11 cp berada pada suhu 40oC yaitu sebesar
324,29 cp dan yang paling kecil terdapat pada suhu 60oC yaitu sebesar 6004,67 cp.
6. minyak goreng bimoli paling besar terdapat pada suhu 40oC yaitu 0,8 gr/ml
sedangkan yang paling kecil terdapat pada suhu 60oC yaitu sebesar 0,746 gr/ml. η
terbesar pada minyak goreng bimoli berada pada suhu 40oC yaitu sebesar 5768,43 cp
cp dan yang paling kecil terdapat pada suhu 60oC yaitu sebesar 4995,30 cp.
7. Kecap ABC paling besar terdapat pada suhu 40oC yaitu 1,3 gr/ml sedangkan yang
paling kecil terdapat pada suhu 60oC yaitu sebesar 1,224 gr/ml. η terbesar pada Kecap
ABC berada pada suhu 40oC yaitu sebesar 43898,92 cp dan yang paling kecil terdapat
pada suhu 60oC yaitu sebesar 38394,64 cp.
V-2
BAB V Kesimpulan
Laboratorium Kimia Fisika
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI-ITS
8. Berdasarkan semua percobaan yang telah kita lakukan dapat di simpulkan bahwa
paling besar atau paling tinggi terdapat pada Kecap ABC, hal ini dikarenakan pada
saat suhu meningkat, molekul dalam zat cair akan bergerak cepat dikarenakan
tumbukan antar molekul, shingga molekul dalam zat cair menjadi merenggang dan
massa jenis akan semakin kecil.
9. Berdasarkan semua percobaan yang telah kita lakukan dapat di simpulkan bahwa η
paling besar atau paling tinggi juga terdapat pada Kecap ABC hal dikarenakan
kekentalan Kecap Manis ABC sendiri yang sangat tinggi sehingga mempengaruhi
waktu yang diperlukan Kecap Manis ABC untuk mengalir dari batas atas ke batas
bawah dalam viskometer, oleh karena itulah mengapa koefisien viskositas Kecap
Manis ABC terbilang sangat tinggi.
vi
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeni, G. (2010). Gina's blog acakadul. Retrieved Oktober 15, 2013, from
http://ginaangraeni10.wordpress.com/: http://ginaangraeni10.wordpress.com/about/
Anonim. (2011, Mei 20). Mechanical Blog. Retrieved Oktober 15, 2013, from
http://yefrichan.wordpress.com: http://yefrichan.wordpress.com/2011/05/20/fluida-
newtonian-dan-fluida-non-newtonian/
Aprilia, M. (2012, Oktober 06). Hisa Ailirpa Itrum. Retrieved Oktober 15, 2013, from
http://murtyaprilia.blogspot.com: http://murtyaprilia.blogspot.com/2012/10/centrifuge-
dan-viscometer.html
Chan, D. (2011, Maret 12). Nenosayang's blog. Retrieved Oktober 2013, 2013, from
http://diarnenochan.wordpress.com:
http://diarnenochan.wordpress.com/2011/03/12/desitas-air-laut/
Chang, R. (2005). Kimia Dasar jilid 1 edisi 3. Retrieved Nopember 03, 2013, from google
books: books.google.co.id
Hastriawan, H. (2012, Nopember 14). Hedi Hastriawan. Retrieved Oktober 15, 2013, from
http://hedihastriawan.wordpress.com: http://hedihastriawan.wordpress.com/kimia-
fisika/viskositas/
Mandasari, W. (2012, Nopember). My Note. Retrieved Oktober 15, 2013, from
http://wenimandasari.blogspot.com/: http://wenimandasari.blogspot.com/p/laporan-
termokimia.html
Munson, B. R. (2004). Mekanika Fluida jilid 1 edisi 4. Retrieved Oktober 15, 2013, from
google books: books.google.co.id
Sukardjo. (1989). Kimia Fisika. Jakarta: Rineka Cipta.
Yulianto, A. (n.d.). Catatanabimanyu. Retrieved oktober 15, 2013, from
http://catatanabimanyu.wordpress.com:
http://catatanabimanyu.wordpress.com/2011/05/25/fluida-newtonian-dan-non-
newtonian/
vii
DAFTAR NOTASI
Simbol Keterangan Satuan
t Waktu detik
r Jari-jari cm
T Suhu oC
V Volume ml
Panjang cm
P Tekanan dyne/cm2
Konstanta (phi) -
Viskositas cp (centipoise)
m Massa gram
Densitas gram/ml
viii
APPENDIKS
Perhitungan Densitas
Diketahui dari percobaan viskositas ini volume dari piknometer yang digunakan dalam
percobaan adalah 5 ml dan massa dari piknometer kosong adalah 11,5 gram.
1. Aquadest
Pada suhu (T) = 400C
Massa larutan=gr total–gr pikno
= 16,3 gr – 11,5 gr
= 4,8 gram
Sehingga dari percobaan tersebut,
dapat ditentukan bahwa,
Pada suhu (T) = 500C
Massa larutan=gr total–gr pikno
= 16,1 gr – 11,5 gr
= 4,6 gram
Sehingga dari percobaan tersebut,
dapat ditentukan bahwa,
Pada suhu (T) = 600C
Massa larutan=gr total–gr pikno
= 16 gr – 11,5 gr
= 4,5 gram
Sehingga dari percobaan tersebut,
dapat ditentukan bahwa,
2. Minyak Jelantah Bimoli
Pada suhu (T) = 400C
Massa larutan=gr total–gr pikno
= 15,8 gr – 11,5 gr
= 4,3 gram
Sehingga dari percobaan tersebut,
dapat ditentukan bahwa,
Pada suhu (T) = 500C
Massa larutan=gr total–gr pikno
= 15,8 gr – 11,5 gr
= 4,3 gram
Sehingga dari percobaan tersebut,
dapat ditentukan bahwa,
ix
Pada suhu (T) = 600C
Massa larutan=gr total–gr pikno
= 15,6 gr – 11,5 gr
= 4,1 gram
Sehingga dari percobaan tersebut,
dapat ditentukan bahwa,
3. Minyak Goreng Bimoli
Pada suhu (T) = 400C
Massa larutan=gr total–gr pikno
= 15,5 gr – 11,5 gr
= 4 gram
Sehingga dari percobaan tersebut,
dapat ditentukan bahwa,
Pada suhu (T) = 500C
Massa larutan=gr total–gr pikno
= 15,48 gr – 11,5 gr
= 3,98 gram
Sehingga dari percobaan tersebut,
dapat ditentukan bahwa,
Pada suhu (T) = 600C
Massa larutan=gr total–gr pikno
= 15,23 gr – 11,5 gr
= 3,73 gram
Sehingga dari percobaan tersebut,
dapat ditentukan bahwa,
4. Kecap Manis ABC
Pada suhu (T) = 400C
Massa larutan=gr total–gr pikno
= 18gr – 11,5 gr
= 6,5 gram
Sehingga dari percobaan tersebut,
dapat ditentukan bahwa,
x
Pada suhu (T) = 500C
Massa larutan=gr total–gr pikno
= 17,88 gr – 11,5 gr
= 6,38 gram
Sehingga dari percobaan tersebut,
dapat ditentukan bahwa,
Pada suhu (T) = 600C
Massa larutan=gr total–gr pikno
= 17,62 gr – 11,5 gr
= 6,12 gram
Sehingga dari percobaan tersebut,
dapat ditentukan bahwa,
Perhitungan Viskositas
Diketahui dari percobaan viskositas ini panjang pipa (L) adalah 3 cm, volume zat cair
(V) adalah 5 ml, jari-jari pipa (R) adalah 0,3 cm, dan tekanannya (P) adalah 1013253,93
.
1. Aquadest
Pada suhu 400C dengan ∆t = 1,51 s.
η = 324,29 centipoise
Pada suhu 500C dengan ∆t = 1,18 s.
η = 253,42 centipoise
Pada suhu 600C dengan ∆t = 1 s.
η = 214,76 centipoise
xi
2. Minyak Jelantah Bimoli
Pada suhu 400C dengan ∆t = 31,92 s.
η = 6855,11 centipoise
Pada suhu 500C dengan ∆t = 29,08 s.
η = 6245,20 centipoise
Pada suhu 600C dengan ∆t = 27,96 s.
η = 6004,67 centipoise
3. Minyak Goreng Bimoli
Pada suhu 400C dengan ∆t = 26,86 s
η = 5768,43 centipoise
Pada suhu 500C dengan ∆t = 25,39 s.
η = 5452,74 centipoise
Pada suhu 600C dengan ∆t = 23,26 s.
η = 4995, 30 centipoise
xii
4. Kecap Manis ABC
Pada suhu 400C dengan ∆t = 204,41 s.
η = 43898,92 centipoise
Pada suhu 500C dengan ∆t = 182,94 s.
η = 39288,04 centipoise
Pada suhu 600C dengan ∆t = 178,78 s.
η = 38394,64 centipoise