e journal aulia

Upload: miyuval

Post on 21-Jul-2015

180 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Research Report

Pengaruh Jazz Instrumental Music terhadap Kecemasan Pasien Sebelum Tindakan Operasi Odontektomi (The Influence of Jazz Instrumental Music in Patient Anxiety Before Odontectomy Surgery)Aulia Naufal fathin*, Herdi Eko Pranjoto**, Achmad Hariadi** * Program Pendidikan Dokter Gigi ** Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial Fakultas kedokteran Gigi Unversittas Airlangga Surabaya Indonesia

ABSTRACT Background. The anxiety that arises when dealing with medical practice is that usually happen to patients, for the case that requires surgery. Odontectomy is one kind of action in dentistry surgeries. The effects of anxiety can disrupt the process of surgery. The method which could influent the anxiety is listening to the music. This far, it is still undiscovered how much jazz instrumental music influents the anxiety of the patient before the surgery. Objective. To determine the influence of jazz instrumental music on the patients anxiety before odontectomy surgery. Methods. The study is comprised within 24 samples and divided into two groups: control group (without giving music) and treatment group (giving music). Pulse, blood pressure systole and diastole of samples was measured by digital sphygmomanometer. The measurement is performed 2 times, both determined values are average taken. This observation is performed twice, that is before and after treatment for 10 minutes. Results. The differences of pulse rate, blood pressure systolic and diastolic between two groups is unavailable, according to its significance of >0.05. Provision of jazz instrumental music does not actually show a decrease patient anxiety. Conclusion. Jazz instrumental music has no significant effect on reducing patient anxiety before odontectomy surgery in Oral and Maxillofacial Surgery clinic RSGM-P Faculty of Dentistry Unair. Keywords: Jazz, dental anxiety, odontectomy Korespondensi (correspondence): Aulia Naufal Fathin, Pendidikan Dokter Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga, Jln. Mayjen. Prof. Dr. Moestopo No.47 Surabaya 60132, Indonesia. e-mail: [email protected]

PENDAHULUAN Di dunia kedokteran gigi, rongga mulut merupakan orientasi kerja terhadap penderita, namun sebagai dokter gigi tidak boleh memandang penderita dari rongga mulutnya saja tetapi sebaiknya secara holistic approach. Penderita yang datang untuk berobat tidak harus dipandang sebagai manusia yang sakit hanya di dalam rongga mulutnya saja, melainkan juga 1 memperhatikan keadaan psikis pasien. Kecemasan yang timbul pada saat berhadapan dengan seorang dokter merupakan fenomena yang sudah umum.

Sebagian besar mereka mencemaskan prosedur perawatan yang cukup 2 menakutkan. Seorang terpaksa pergi ke dokter gigi oleh karena kondisi yang sangat mendesak seperti misalnya pencabutan gigi, yang berdampak timbulnya kecemasan pada diri sendiri dan hal ini dapat memicu ketegangan serta perubahan emosional pada diri orang tersebut.1 Kecemasan yang timbul dapat menjadi masalah yang dapat menghambat kelancaran atau keberhasilan perawatan, karena kecemasan tersebut dapat memicu hal-hal yang sifatnya kurang menguntungkan selama pencabutan gigi, antara lain dapat

menurunkan ambang rasa nyeri yang berakibat dapat meningkatkan sensitivitas rasa nyeri.1, 2 Dibidang kedokteran gigi khususnya Laboratorium Ilmu Bedah Mulut, banyak dijumpai kasus yang memerlukan tindakan pembedahan. Salah satu pembedahan tersebut adalah pengambilan gigi impaksi sebagian atau keseluruhan oleh karena tidak dapat diambil dengan tang biasa dan harus diambil dengan cara pembedahan, tindakan ini dikenal dengan odontektomi. Tidak semua gigi molar ketiga yang salah atau tidak erupsi harus diambil kecuali jika gigi tersebut memberikan keluhan pada pasien dan menunjukkan kelainan patologis.3 Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Chafin (2004) mendengarkan musik dapat mengurangi kecemasan dan stres sehingga tubuh mengalami relaksasi, yang mengakibatkan penurunan tekanan darah dan denyut jantung.4 Selama ini musik cukup dikenal oleh kebanyakan masyarakat, dimulai sejak jaman prasejarah hingga sekarang. Pada dasarnya, musik tercipta melalui bunyi-bunyian yang terdengar oleh telinga kita sebagai suatu susunan irama yang teratur. Dalam hal ini, semua yang ada di alam ini secara tidak langsung berfungsi sebagai alat musik.5 Musik berfungsi untuk menentramkan pikiran dari beban kemanusiaan dan menghibur manusia. Seruling dan harfa adalah dasar dari bentuk musik mistikal yang mengalunkan nada religius dalam bentuk irama yang tiada habisnya, serta tidak pernah berhenti merangsang ingatan. Beberapa tabib muslim menggunakan musik sebagai sarana penyembuhan suatu penyakit, baik jasmani maupun rohani.6 Beberapa riset juga menunjukkan bahwa musik terapi efektif digunakan untuk mengoptimalkan status kesehatan seseorang baik secara fisik maupun mental. Jenis musik yang seringkali digunakan sebagai terapi adalah Classic, Jazz, Blues, Pop dan Rock.5 Penelitian di Indonesia kebanyakan menggunakan musik klasik sebagai terapi.7 Banyaknya karakteristik pada musik jazz dapat membentuk yang lebih populer

dibandingkan dengan musik yang berisikan melodi sederhana lainnya, tetapi musik jazz terdengar lebih rumit. Didalam bagian musik jazz yang membuat musik ini berbeda dengan jenis musik lainnya adalah terdengar dari ritmiknya.8 Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis ingin mengetahui apakah jazz instrumental music dapat memberikan pengaruh pada kecemasan pasien sebelum dilakukan tindakan odontektomi di Klinik Bedah Mulut dan Maksilofsial RSGM-P Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlngga). BAHAN DAN METODE Jenis penelitian ini adalah Studi Ekperimental Klinis dengan pre-post test control group design yang dilakukan di klinik Bedah Mulut dan Maksilofasial Rumah Sakit Gigi dan Mulut Pendidikan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga Surabaya pada bulan September sampai Oktober 2011. Sampel penelitian merupakan sebagian popoulasi dari seluruh penderita yang datang ke klinik Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGM pendidikan FKG Unair dan akan menjalani tindakan odontektomi serta memenuhi kriteria sampel penelitian. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 24 orang, yang terbagi menjadi 2 kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah musik yang bergenre jazz instrumental, tensimeter (sphygmomanometer digital), penutup mata, MP3, headset, penutup telinga, stopwatch. Pengambilan data ini dilakukan selama 10 menit sebanyak dua kali yaitu sebelum dan sesudah tindakan odontektomi yang diukur 2 kali perlakuan pada denyut nadi, tekanan darah systole dan diastole, kemudian dari kedua nilai tersebut diambil rata-ratanya (mean). Pada kelompok kontrol disaat pasien menunggu tindakan operasi odontektomi, sampel diukur tekanan darah dan frekuensi denyut nadi pada saat 10 menit sebelum tindakan operasi. Sampel diminta untuk

menunggu di ruangan operasi tersebut selama 10 menit dengan memakai penutup mata dan telinga sebelum dilakukan tindakan pengoperasian tersebut. Setelah 10 menit, sampel diukur kembali tekanan darah dan frekuensi denyut nadinya. Selanjutnya, pelaksanaan tindakan pengoperasian bisa dilaksanakan. Sedangkan pada kelompok 2 adalah kelompok yang memiliki perlakuan sama dengan kelompok 1 hanya saja ada pemberian jazz instrumental music, yaitu sampel dilakukan pengukuran tekanan darah dan frekuensi denyut nadi pada saat 10 menit sebelum tindakan operasi terlebih dahulu. Sampel diminta untuk menunggu di ruangan operasi tersebut, dan diperdengarkan musik terapi jazz instrumental music selama 10 menit sebelum dilakukan tindakan pengoperasian. Pasien juga diberi penutup mata dan diminta untuk lebih rileks. Setelah 10 menit, sampel diukur kembali tekanan darah dan frekuensi denyut nadi. Setelah keseluruan rangkaian penelitian selesai dilaksanakan, pasien dapat dilakukan tindakan pengoperasian. HASIL PENELITIAN Dari kedua kelompok kontrol dan perlakuan memiliki hasil pengamatan pada denyut nadi, tekanan darah sistole dan diastole pasien yang akan dilakukan tindakan odontektomi. Data tersebut dapat dilihat dari tabel 5.1. dibawah ini.Tabel 5.1. Rerata dan standar deviasi nilai perubahan hasil pada kelompok penelitian. Pengamatan Nadi Sistole Diastole Kelompok Perlakuan Kontrol Perlakuan Kontrol Perlakuan Kontrol Mean -2,5417 -1,8333 -4,7917 -2,9167 -,7917 -1,3750 Standar Deviasi 4,13114 5,21071 6,62797 6,52559 4,29930 4,37395

serta kontrol. Pada hasil pengamatan menunjukkan, adanya peningkatan yang lebih tinggi pada kelompok perlakuan dibandingkan dengan kelompok kontrol. Tanda negatif (-) pada rerata mempunyai arti adanya penurunan hasil pengamatan denyut nadi, tekanan darah sistole dan diastole. Sebelum dilakukan uji dan analisis data, pada tabel 5.2 dilakukan uji normalitas terlebih dahulu pada masing-masing kelompok dengan menggunakan uji Kolmogorov Smirnov. Uji ini untuk melihat normal atau tidaknya gambaran data yang dapat dilihat dari nilai signifikansinya. Dikatakan normal jika signifikansi >0,05.Tabel 5.2.1.Hasil uji normalitas dataPengamatan Nadi Sistole Diastole Kelompok Perlakuan Kontrol Perlakuan Kontrol Perlakuan Kontrol Signifikansi 0,599 0,935 0,995 0,992 0,757 0,284 Keterangan Normal Normal Normal Normal Normal Normal

Hasil perhitungan menunjukkan seluruh data kelompok perlakuan dan kontrol pada denyut nadi, tekanan darah systole dan diastole berdistribusi normal. Setelah dinyatakan normal, maka dilakukan uji berikutnya yaitu independent ttest dari 2 kelompok yang berbeda. Test ini untuk mengetahui data tersebut termasuk homogen atau tidak yang dilihat dari nilai signifikansi uji levene. Jika nilai signifikansinya diatas 0,05 maka varians data antar kedua kelompok dinyatakan homogen. Hasil uji pada ketiga data (denyut nadi, tekanan darah systole dan diastole) menunjukkan nilai yang signifikan yaitu >0.05, sehingga varians data dari ketiga kelompok tersebut dinyatakan homogen. Berikut adalah hasil selengkapnya :Tabel 5.2.2. Hasil uji homogenitas Pengamatan Signifikansi -0,369 -0,698 -0,322 Keterangan Homogen Homogen Homogen

Dari tabel 5.1 terlihat adanya perubahan nilai data post dan pre dari pengamatan denyut nadi, tekanan darah sistole dan diastole pada kelompok perlakuan

Nadi Sistole Diastole

Pada penelitian ini, hasil uji tindependen diperoleh tingkat signifikansi denyut nadi: 0.716 , tekanan darah sistole: 0.698 dan diastole: 0.750. Oleh karena signifikansinya lebih 0.05, maka tidak ada perbedaan denyut nadi, tekanan darah sistole dan diastole antara kelompok perlakuan dan kontrol. Dengan kata lain pemberian music jazz tidak secara nyata menunjukkan tingkat kecemasan pasien di klinik Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGM Pendidikan FKG Unair. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil uji t-independen diperoleh tingkat signifikan denyut nadi: 0.716 , tekanan darah sistole: 0.698 dan diastole: 0.750. Oleh karena signifikansinya lebih 0.05, maka tidak ada perbedaan denyut nadi, tekanan darah sistole dan diastole antara kelompok perlakuan serta kontrol. Tidak adanya perbedaan ini memiliki arti bahwa jazz instrumental music memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap tingkat kecemasan pasien sebelum tindakan operasi odontektomi. Pengaruh yang tidak signifikan dalam hal ini bukan berarti jazz instrumental music tidak memiliki pengaruh sama sekali terhadap penurunan tingkat kecemasan pasien pada kelompok perlakuan, melainkan tetap memiliki pengaruh hanya saja pengaruh tersebut tidak kuat atau bisa dikatakan tingkat kecemasan pasien hanya mengalami sedikit penurunan. Selain menggunakan musik klasik, perkembangan musik jazz sekarang ini banyak digunakan sebagai musik terapi. Pada musik jazz yang berupa instrumental lebih mudah masuk kedalam persepsi otak dan untuk terapi relaksasi digunakan dengan jenis tempo yang lebih lambat yang disebut slow jazz instrumental.7 Ada beberapa riset juga yang menunjukkan bahwa musik terapi mengoptimalkan status kesehatan seseorang baik secara fisik maupun mental. Jenis musik yang seringkali digunakan sebagai terapi adalah classic, pop, jazz, blues dan rock.9 Dari hasil pengamatan 12 orang kelompok perlakuan yang ada, terdapat 10 pasien yang

mengalami penurunan tingkat kecemasan, akan tetapi penurunan tingkat kecemasan ini hanya sedikit atau berbeda tipis dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hal ini membuktikan bahwa jazz instrumental music dapat menurunkan tingkat kecemasan pasien meskipun pada penelitian ini pasien hanya mengalami sedikit penurunan. Sementara itu dua sisa pasien lainnya justru mengalami peningkatan kecemasan. Sedikitnya penurunan tingkat kecemasan pasien setelah pemberian jazz instrumetal music mungkin disebabkan karena beberapa faktor. Yang pertama, pengaruh dari psikis pasien tersendiri yang memiliki rasa cemas berbeda-beda setiap individunya. Hal ini sesuai dengan teori tingkat kecemasan oleh Stuard dan Sundeen (1998) yang telah membagi dalam empat tingkatan yaitu cemas ringan, sedang, berat dan panik. Semakin berat tingkat kecemasan pasien, semakin mempengaruhi lahan persepsi seseorang untuk cenderung memusatkan ke sesuatu yang terperinci dan spesifik serta tidak dapat berfikir tentang hal lain.10 Keadaan ini dibuktikan dengan adanya data kuesioner dan komunikasi langsung kepada pasien yang menyatakan bahwa sebagian besar pasien pada kelompok perlakuan merasa takut berlebih atau cemas berat akan tindakan operasi tersebut. Contohnya salah satu pasien pada kelompok perlakuan berinisial S yang mempunyai tingkat kecemasan tinggi. Pada saat pemberian musik berlangsung sekitar 7 menit, pasien tersebut secara mendadak melepas headset dan mengatakan ketidak inginan untuk mendengarkan musik karena rasa cemas yang dimilikinya terlalu tinggi. Sehingga, tingkat kecemasan tinggi tersebut memungkinkan pasien berpersepsi bahwa perlakuan pemberian musik bersifat sia-sia. Jenis musik yang disukai pasien merupakan faktor kedua yang juga mengambil peran dalam tingkat kecemasan pasien. Musik yang diterima oleh organ pendengaran akan secara langsung mempengaruhi sistem limbik.11 Dalam sistem limbik ini, musik akan memberikan suatu rangsangan pada area pusat persepsi

yang apabila perangsangan terjadi pada area ini maka akan timbul suatu ketenangan.12 Pemilihan jenis musik merupakan selera masing-masing individu yang belum tentu sama. Jenis musik yang disukai pasien ini akan menentukan ada atau tidaknya penolakan tubuh untuk mendengarkan pemberian perlakuan musik jazz dan menimbulkan persepsi yang berbeda-beda disetiap pengaturan emosional kecemasan individu. Pada penelitian ini, dua orang pasien sisanya yang mengalami kenaikan denyut nadi dan tekanan darah adalah pasien pecinta musik pop yang memang sangat tidak menyukai musik bergenre jazz, dan kedua pasien tersebut semakin merasakan cemas serta bosan untuk menjalani perlakuan selama penelitian berlangsung. Faktor ketiga adalah kemungkinan durasi musik yang cukup panjang menyebabkan adanya rasa jenuh yang berlebih. Setiap pasien tentunya mempunyai kadar waktu untuk mendengarkan musik kesukaan yang berbeda-beda.13 Pada penelitian ini pasien kelompok perlakuan didengarkan jazz instrumental music selama 10 menit. Dari hasil survey kepada pasien, terdapat dua orang yang memiliki kadar kemampuan mendengarkan musik yang kurang dari 10 menit. Kecilnya kadar musik yang disukai pasien dibandingkan dengan lamanya durasi musik yang didengarkan menyebabkan adanya rasa jenuh yang berlebihan. Hal ini bukannya menurunkan tingkat kecemasan melainkan menambah tingkat kecemasan pada pasien tersebut. Sementara itu faktor keempat yang menyebabkan jazz instrumental music memiliki pengaruh yang tidak signifikan adalah kadar kecintaan pasien penyuka musik jazz yang berbeda-beda. Banyak sekali saat ini pendengar musik jazz yang hanya suka mendengar musik jazz tetapi bukan pecinta atau peminat fanatik dari musik jazz.16 Hal ini menyebabkan pasien pecinta musik jazz dengan kadar kecintaan yang rendah, tidak terlalu banyak memberikan dampak dalam penurunan tingkat kecemasan pada pasien tersebut, sehingga yang terjadi adalah tingkat

kecemasan tidak berkurang banyak. Sepuluh pasien dari 12 pasien kelompok perlakuan dinyatakan mengalami penurunan tingkat kecemasan, 3 pasien diantaranya adalah pecinta jazz. Ternyata penurunan denyut nadi dan tekanan darah pada 3 pasien pecinta jazz menghasilkan tidak ada perbedaan penurunan tingkat kecemasan pasien yang berlebih, dengan kata lain keadaannya sama seperti 7 pasien yang menyukai jenis musik lain. Faktor kelima adalah tingkat kerumitan didalam musik jazz. Beberapa genre musik jazz cenderung memiliki alur beat yang berbeda-beda dan nada yang rumit untuk dimainkan atau didengar.17 Tidak semua orang bisa mengikuti alur musik jazz yang cenderung rumit, sehingga pada saat diberikan musik jazz mereka tidak bisa merasakan nikmatnya mendengarkan musik jazz. Apabila pasien sudah tidak mampu memahami dan menikmati musik yang diberikan, maka pemberian lagu tersebut tidak akan terlalu memberikan dampak pada penurunan tingkat kecemasan. Selain itu faktor keenam yang menyebabkan jazz instrumental music memberikan pengaruh yang tidak signifikan adalah irama musik jazz yang berbeda beda. Musik jazz memiliki banyak sekali genre yang berbeda-beda. Perbedaan itu dapat dilihat dari berbagai irama yang berbedabeda antara satu genre dengan genre lainnya. Tentu saja ini bisa berarti kecintaan satu pasien dengan pasien lainnya yang mengaku menyukai musik jazz berbeda-beda.9,18 Pecinta musik jazz yang menyukai satu jenis atau genre tertentu belum tentu menyukai genre musik jazz lainnya, sehingga musik jazz berjenis lainnya yang dalam hal ini jazz instrumental music yang diberikan pada kelompok perlakuan berbeda dengan yang disukainya tidak terlalu memberikan dampak pengaruh yang berlebih pada penurunan tingkat kecemasan pasien. Status pendidikan juga termasuk salah satu faktor terakhir yang dapat memungkinkan untuk memberi pengaruh pada kecemasan pasien.19 Sebagian besar penikmat musik jazz adalah masyarakat

kaum mapan dan berkelas yang kebanyakan memiliki status pendidikan lebih tinggi (wikipedia, 2011). Sedangkan rata-rata pasien odontektomi yang datang di klinik Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGM-P FKG UNAIR adalah masyarakat menengah dengan pekerjaan dan status pendidikan yang menengah juga. KESIMPULAN Setiap manusia mempunyai tingkat kecemasan yang berbeda-beda, terutama seorang pasien yang akan dilakukan tindakan operasi odontektomi di klinik Bedah Mulut dan Maksilofasial RSGM-P Fakultas Kedokteraan Gigi Universitas Airlangga. Jazz instrumental music memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap penurunan kecemasan pasien sebelum tindakan operasi odontektomi untuk pertama kalinya, sebab jenis musik ini merupakan musik yang berirama lebih cepat dibandingkan dengan musik lainnya dan budaya Indonesia yang masih kurang memahami musik jazz tersebut. Selain itu, adanya faktor lainnya yang kemungkinan dapat memberikan pengaruh berbeda pada masing-masing pasien, antara lain pengaruh psikis pasien tersendiri, ketidak sukaan terhadap musik jazz, durasi mendengarkan musik, kadar kecintaan musik jazz yang rendah, dan status pendidikan pasien yang rendah.

DAFTAR PUSTAKA 1. Jorgensen, N.B., Hayden J. 1972. Sedation, Local and General Anesthesia in Dentistry. 2nd ed. Lea&Febiger: Philadelphia. p. 13 2. Anonim. 1997. National Clinical Guidelines. Faculty of dental surgery Royal College of Surgeons of England. 3. Thoma, K. H. 1969. Oral Surgery. 5th ed. Vol 1. The C.V Mosby Co. : St. Louis. p. 281, 307 4. Chafin S, Roy M, Gerin W, Christenfeld N. Music can facillitated blood pressure

recorvery from stress. Br J Health Psychol. 2004;9:393-404 5. Musik terapi. 1997. Music therapy. Available from : http://www.musictherapy.org 6. Al Kindhy AFA. 1997. Musik Dari Sudut Pandang Kosmologis Islam. Available from : http://www.mkalm.com/capita/musik.ht m. 7. Anthony S. 2003. Manfaat Musik. Available from : http://artikel.webgaul.com/Musik/manfa atmusik.html 8. Wikipedia Encyclopedia, 2011 Website : http://www.wikipedia.org 9. AMTA. 2002. Sound Therapy. Available from : http://www.raintosun.com/therapy/ sound_therapy.htm. 10. Brand HS, Gortzak RATH, PalmerBouva CCR, Abraham RE, AbrahamInpijn L. 1995. Cardiovascular and neuroendocrine responses during acute stress induced by different types of dental treatment. Int Dent J ; 45: 458. 11. Ganong WF. 1998. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 17. Widjajakusumah M Djauhari, dkk. EGC : Jakarta. p. 165 78, 1878, 21825, 2556. 12. Guyton AC, Hall JE. 1997. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 9. Irawati Setiawan, dkk EGC: Jakarta ; p. 82738, 92942. 13. Satiadarma, M.P. 2002. Terapi Musik. Milenis Populer: Jakarta 14. Henshaw H. 2006. Prescription for stress. Available from : http://www.enhancedhealing.com/prescri ption.php 15. Herawati S, Rukmini S. 2002. Buku ajar ilmu penyakit telinga hidung tenggorok. Unair: Surabaya. p. 17. 16. Miluk-Kolasa B, Obminski Z, Stupnicki R, Golec L. 1994. Effects of music treatment on salivary cortisol in patients exposed to presurgical stress. Exp Clin Endocrinol; 102(2): 11820 17. Palakanis KC, DeNobile JW, Sweeney WB, Blankenship CL. 1994. Effect of

music therapy on state anxiety in patients undergoing flexible sigmoidoscopy. Dis Colon Rectum; 37(5): 47881. 18. White JM. 1999. Effects of relaxing music on cardiac autonomic balance and anxiety after acute myocardial infarction. Am J Crit Care ; 8: 220330. 19. Kayumov L. 2002. Personalzed brain music helps sleep. BBC News- Health; 2198316: 13.