t1_372015044_bab ii.pdf

11
10 BAB 2 KAJIAN PUSTAKA Dalam penelitian ini, adapun konsep yang digunakan untuk menjawab permasalahan penelitian adalah : 2.1. Rural Development Konsep pembangunaan merupakan konsep yang tidak bisa lepas dari akfitas dunia saat ini. Pembangunan tidak menggambarkan satu fenomena perubahan sosial secara umum. Namun perubahan rural dan urban yang berjalan seiring waktu. Perubahan yang terjadi dapat dilihat pada nilai, norma, institusi, metode produksi, perilaku masyarakat, dan bagaimana distribusi berlangsung. Masyarakat rural memiliki aturan yang tidak tetap, namun berkembang. Pembangunan sering dikaitkan sebagai bentuk tindakan atau intervensi yang mempengaruhi perubahan sosial. Konsep pembangunan adalah konsep yang dinamis di mana konsep ini menghasilkan adanya perubahan bentuk atau kondisi. Seluruh masyarakat sosial mengalami perubahan, pembangunan memiliki berbagai definisi, namun secara garis besar terdapat ciri-ciri 1 , antara lain: a. Pembangunan melibatkan ide baru kedalam suatu sistem sosial untuk meningkatkan produksi, pendapatan dan taraf hidup melalui peningkatan metode produksi modern dan organisasi sosial. b. Pembangunan menghasilkan perubahan secara total dari masyarakat tradisional atau pre-modern mejadi masyarakat berteknologi dan memiliki organiasi asosiasi sosial yang berkarakteristik pada negara barat. c. Pembangunan menghasilkan masyarakat yang mampu membentuk masa depan bagi diri sendiri. Bisa dikatakan bahwa pembangunan merupakan pengalaman dalam bebas memilih apapun bagi yang kemudian membawa martabat dan harga diri bagi masyarakat tersebut. Pembangunan diawali dengan potensi yang ada dalam masyarakat tersebut kemudian meningkat dan berkembang seiring waktu. Dalam pembangunan, harus terdapat tiga elemen antara lain: ekonomi, sosial, dan manusia. Pembangunan ekonomi atau peningkatan produksi barang yang dibutuhkan 1 The Framework of Development. Retrieved from http://www.fao.org/docrep/t0060e/T0060E02.htm 7 Januari 2019 (18.21)

Upload: khangminh22

Post on 06-Jan-2023

105 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

10

BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

Dalam penelitian ini, adapun konsep yang digunakan untuk menjawab permasalahan

penelitian adalah :

2.1. Rural Development

Konsep pembangunaan merupakan konsep yang tidak bisa lepas dari akfitas

dunia saat ini. Pembangunan tidak menggambarkan satu fenomena perubahan sosial

secara umum. Namun perubahan rural dan urban yang berjalan seiring waktu. Perubahan

yang terjadi dapat dilihat pada nilai, norma, institusi, metode produksi, perilaku

masyarakat, dan bagaimana distribusi berlangsung. Masyarakat rural memiliki aturan

yang tidak tetap, namun berkembang. Pembangunan sering dikaitkan sebagai bentuk

tindakan atau intervensi yang mempengaruhi perubahan sosial. Konsep pembangunan

adalah konsep yang dinamis di mana konsep ini menghasilkan adanya perubahan bentuk

atau kondisi. Seluruh masyarakat sosial mengalami perubahan, pembangunan memiliki

berbagai definisi, namun secara garis besar terdapat ciri-ciri1, antara lain:

a. Pembangunan melibatkan ide baru kedalam suatu sistem sosial untuk

meningkatkan produksi, pendapatan dan taraf hidup melalui peningkatan

metode produksi modern dan organisasi sosial.

b. Pembangunan menghasilkan perubahan secara total dari masyarakat tradisional

atau pre-modern mejadi masyarakat berteknologi dan memiliki organiasi

asosiasi sosial yang berkarakteristik pada negara barat.

c. Pembangunan menghasilkan masyarakat yang mampu membentuk masa depan

bagi diri sendiri. Bisa dikatakan bahwa pembangunan merupakan pengalaman

dalam bebas memilih apapun bagi yang kemudian membawa martabat dan

harga diri bagi masyarakat tersebut. Pembangunan diawali dengan potensi yang

ada dalam masyarakat tersebut kemudian meningkat dan berkembang seiring

waktu.

Dalam pembangunan, harus terdapat tiga elemen antara lain: ekonomi, sosial, dan

manusia. Pembangunan ekonomi atau peningkatan produksi barang yang dibutuhkan

1 The Framework of Development. Retrieved from http://www.fao.org/docrep/t0060e/T0060E02.htm 7 Januari

2019 (18.21)

11

untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sosial berarti ketentuan mengenai fasilitas dan jasa

sosial (kesehatan, penduduk, dan kesejahteraan) yang merupakan kebutuhan non-

produktif dalam suatu masyarakat. Manusia merupakan pembangunan pada masyarakat

tersebut, secara individual maupun kelompok untuk menuju potensial skill dan keahlian

secara maksimal sebagai modal membentuk perubahan dalam masyarakat sosial tersebut.

Pembangunan memiliki salah satu poin penting yang tidak bisa ditinggalkan,

yaitu pembangunan wilayah rural. Pembangunan rural tidak bisa dilepaskan dari

pembangunan agrikultur. Pada umumnya, keberhasilan pembangunan memiliki dua pilar

yang sama penting dan harus dibangun bersamaan, antara lain: industrialisasi kota dan

pembangunan agrikultur di wilayah rural. Terdapat alasan penting mengapa

pembangunan wilayah rural sangat penting, lebih dari setengah penduduk dunia di

negara-negara berkembang (Asia, Afrika, dan Amerika Latin), tinggal di wilayah rural

dan menggantungkan hidupnya pada sektor agrikultur.2 Sebagian besar dari mereka

masih miskin dan hanya sedikit mengetahui perkembangan teknologi. Agrikultur

merupakan sektor vital dalam perekonomian setiap negara karena sektor ini berperan

banyak dalam produksi untuk memenuhi kebutuhan domestik maupun pendapatan bagi

negara apabila diekspor. Sektor produksi dan jasa lain akan terganggu apabila sektor

agrikultur memiliki permasalahan. Sebagai contoh, industri pangan tidak akan mampu

memproduksi apabila hasil agrikultur tidak mampu memenuhi permintaan. Maka dari itu,

untuk melihat pembangunan agrikultur, tidak bisa melepaskan pembangunan rural begitu

saja. Pembangunan agrikultur dan rural harus berjalan sejajar.

2.2. Food Security

Ketahanan pangan adalah sebuah konsep yang cukup fleksibel untuk

mendefinisikan penggunaan suatu kebijakan. Konsep ini memiliki beragam definisi yang

bisa digunakan. Evolusi dari konsep ketahanan pangan pada suatu kebijakan

merefleksikan kerumitan isu kebijakan yang dibahas. Konsep ini terakhir kali

didefinisikan ulang pada World Food Summit di bulan November 1996. Kontrasnya

definisi ketahanan pangan yang muncul di tahun 1974, 1996, dan definisi dari Food and

Agriculture Organization (FAO) dan World Bank tahun 1980an memberi berbagai

macam karakteristik. Konsep permulaan dari ketahanan pangan muncul pada tahun

1970an pada diskusi internasional disaat itu untuk menghadapi krisis pangan global.

2 Ibid.

12

Fokus utama pada konsep ini adalah pemecahan masalah dalam menyiapkan cadangan

pangan dan kestabilan harga untuk makanan pokok di taraf internasional maupun

nasional. Hal ini mendorong dilaksankananya World Food Conference tahun 1974 dan

adanya dialog yang membahas mengenai kebijakan seputar pemenuhan kebutuhan

pangan.

Fokus masyarakat global dalam hal pangan pada tahun 1974 adalah kuantitas dan

stabilitas cadangan pangan. Maka dari itu definisi yang muncul pada World Food Summit

tahun 1974 adalah: “ketersediaan pangan sepanjang waktu terutama bahan pangan pokok

dan kestabilan konsumsi, produksi serta harga.” Pada tahuh 1983, FAO mengembangkan

konsep tersebut bahwa perlunya keseimbangan antara permintaan dan persediaan untuk

mencapai ketahanan pangan. “memastikan bahwa setiap orang memiliki akses secara

fisik dan ekonomi untuk bahan pangan pokok yang diperlukan” Di tahun 1986, World

Bank melaporkan bahwa ketahanan pangan berkaitan dengan kemiskinan “poverty and

hunger” di mana isu ketahanan pangan disaat itu dipengaruhi oleh krisis ekonomi dan

konflik.3

Pada tahun 1990an, ketahanan pangan membawa spektrum individu pada level

global. Dalam hal ini, ketahanan pangan juga harus dilihat dari nutrisi yang harus

terpenuhi dalam setiap individu, bukan sekedar kuantitas saja. Tahun 1994, United

Nations Development Programme (UNDP) Human Development Report mendorong

konstruksi human security dalam aspek ketahanan pangan. Konsep ini mendekati hak

asasi manusia pada perspektif pembangunan. Pada tahun 1996 World Food Summit

mengadopsi definisi “ketahanan pangan dalam tingkat individual, rumah tangga,

nasional, regional dan global dapat dicapai apabila setiap orang memiliki akses yang

sama secara fisik dan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan pangan dan preferensi

makanan untuk bisa hidup dengan aktif dan sehat”4

Tercapainya ketahanan pangan dapat dilihat melalui tiga indikator antara lain :

kemampuan masyarakat untuk membeli bahan pangan pokok , ketersediaan bahan

pangan pokok, dan kualitas nutrisi yang dikandung dalam bahan makan pokok.5

Komunitas internasional menerima konsep ini sebagai tujuan yang harus dicapai dalam

3 Food Security : Concepts and Measurement. Retrieved from

http://www.fao.org/docrep/005/y4671e/y4671e06.htm 7 Januari 2019 (09.31) 4 ibid.

5 Global Food Security Index: Methodology. Retrieved from

https://foodsecurityindex.eiu.com/Home/Methodology 12 Februari 2019 (15.48)

13

ketahanan pangan. Namun fokus utama ada pada tindakan dan kebijakan yang diambil

oleh negara maupun organisasi internasional untuk mencapai ketahanan pangan. Konsep

ketahanan pangan menggambarkan interest masyarakat Indonesia dan Vietnam dalam

mengambil kebijakan agrikultur dan pembangunan rural.

2.3. Teori Modernisasi – Tahapan Pertumbuhan Ekonomi (Walter Rostow)

Berakhirya perang dunia kedua menjadi awal mula pembangunan dunia dan

mengakhiri masa kolonial. Kemenangan Amerika Serikat dan usaha yang dilakukan di

bidang pembangunan kembali pasca perang menjadi landasan pembangunan dunia.

Perang dingin mendorong Amerika Serikat untuk memperhatikan negara berkembang

dan pemikiran Walter Rostow merupakan dasar teori dari kebijakan “Truman’s new

world order”.

Pembangunan tidak dapat didefinisikan dalam satu makna universal, karena

pembangunan bersifat normatif dan subjektif. Definisi pembangunan secara spesifik akan

bergantung pada dasar teori atau posisi politik-ideologi negara dan pendekatan teori yang

digunakan. Rostow merupakan pemikir dalam ruang lingkup pembangunan menuju

masyarakat modern dengan fokus pada perekonomian. 6Dalam bukunya yang berjudul

“The Stages of Economic Growth” Rostow menggambarkan perubahan masyarakat

dalam suatu proses pembangunan dapat diidentifkasi dengan ciri tertentu pada setiap

tahapnya. Terdapat lima tahap7, antara lain:

a. Tahap masyarakat tradisional: pada tahap ini, pembangunan didominasi pada

sektor agrikultur dan adanya perubahan pada bidang ini.

b. Tahap pra-lepas landas: investasi mulai meningkat dan mendorong adanya

pembangunan yang dinamis. Pembangunan ekonomi pada tahap ini, merupakan

hasil dari revolusi industri.

c. Tahap lepas landas: pembangunan perekonomian menjadi dinamis di mana

pertumbuhan ekonomi bergerak dengan sendirinya dan tidak perlu adanya

dorongan besar dari pemerintah.

d. Tahap menuju kedewasaan: investasi terus meningkat 40 hingga 60 persen dan

sektor industri didominasi oleh neo-technical seperti industri mesin dan elektronik.

6 W.W. Rostow. The Process of Economic Growth. (USA: W.W. Norton & Company, Inc. 1962) hlm 308-328

7 Development Theory Rostow’s Five-Stage Model of Development and 1

st Relevance in Globalization.

Retrieved from http://friedmand.people.cofc.edu/Rostow%20Development%20Model%201960.pdf 1 Februari

2019 (19.40)

14

Untuk mencapai tahap ini, dibutuhkan kurang lebih 60 tahun dari tahap lepas

landas.

e. Tahap konsumsi massa: tahap ini merupakan tahap terakhir dalam model

pembangunan lima tahap Rostow. Pada tahap ini, masyarakat hidup dengan

kemakmuran dan kelimpahan.

Tahap pra-lepas landas adalah masa transisi untuk menentukan langkah

kedepannya dalam pembangunan berkelanjutan. Terdapat dua jenis tahap pra-lepas

landas dalam sejarah, antara lain : pra-lepas landas biasa dan tahap pra-lepas landas yang

terjadi di bangsa tertenut yang memiliki “born free”. Tahap pra-lepas landas biasa,

terjadi di sebagian besar wilayah Eropa, Asia, Timur Tengah dan Afrika dimana tahap ini

membutuhkan perubahan fundamental yang merubah masyarakat tradisional dalam

berbagai indikator antara lain : merubah substasi struktur sosial , sistem politik dan

teknik produksi. Sedangkan untuk jenis kedua, terjadi di negara-negara tertentu, antara

lain : Amerika Serika, Australia, Selandia Baru, dan Kanada. Negara-negara ini

terbentuk karena perpindahan masyarakat Inggris ke wilayah-wilayah tersebut,

disamping itu, kondisi inggris sudah melewati masa trasisi. Sehingga negara-negara ini

berkembang mengikuti proses yang sedang terjadi di Inggris. Negara-negara dengan

jenis pra-lepas landas kedua, tidak memiliki struktur, politik, dan nilai masyarakat

tradisional. Sehingga proses transisi hanya terlihat dari perubahan ekonomi dan teknik.

Sedangkan para ekonom menyampaikan bahwa transisi membutuhkan adanya perubahan

radikal yang mempengaruhi fundamental dari masyarakat, teknik produksi, dan metode

bekerja. Rostow menyampaikan bahwa agrikultur merupakan salah satu indikator

penting dalam tahap pra-lepas landas. Agrikultur adalah sumber pangan suatu negara dan

pangan harus dipenuhi sejalan dengan meningkatnya penduduk. Yang perlu diperhatikan

pada tahap ini antara lain proses distribusi pangan dari wilayah rural ke wilayah urban,

karena pada tahap pra-lepas landas, penduduk cenderung berpindah ke wilayah urban,

maka dari itu distribusi pangan harus diperhatikan dengan baik. disamping itu, agrikultur

dibutuhkan untuk mendapat devisa asing bagi negara. Tujuan utama pembangunan

agrikultur adalah sebagai modal untuk tahap berikutnya.

Tahap lepas landas memiliki dua jenis berbeda dalam masyarakat, hal ini terjadi

karena beragamnya kondisi sebelum lepas landas. Jenis pertama yang merupakan jenis

lepas landas paling umum dimana tahap lepas landas dicapai setelah terjadi adanya

perubahan struktur politik sosial, maupun nilai dalam masyarakat. Sedangkan jenis kedua

15

tidak memiliki halangan politik, sosial maupun nilai masyarakat, namun adanya

eksploitasi lahan dan sumber daya alam untuk mencapai kemakmuran. Jenis kedua

terjadi pada negara Amerika Serikat, Australia dan Swedia.

Permulaan pada tahap lepas landas dapat disebut sebagai stimulus berupa revolusi

politik yang mempengaruhi keseimbangan sosial, nilai, dan institusi ekonomi. Terdapat

tiga kreteria dari tahap lepas landas, antara lain :

Meningkatnya nilai investasi sebesar 5-10% dari pendapatan nasional (Net

National Product(NNP))

Berkembangnya satu atau lebih sektor manufaktur dengan tingkat

pertumbuhan tinggi

Munculnya kerangka politik, sosial dan institusional yang terus meluas di

periode lepas landas tersebut.

Tahap konsumsi masal terdapat tiga indikator penting. Pertama, negara berambisi

untuk menjadi pengaruh dan power di tingkat internasional, alokasi sumber daya

terhadap militer meningkat serta kebijakan luar negeri yang diambil negara tersebut.

Negara sudah tidak lagi berfokus pada tujuan di ruang lingkup nasional, tetapi sudah

diluar batas negara. Kedua, negara menggunakan sumber daya ekonomi dewasa untuk

kesejahteraan negara. Negara menggunakan powernya untuk menarik pajak dari

masyarakat guna menginkatkan kesejahteraan bersama, untuk mencapai tujuan sosial.

Ketiga, tingkat konsumsi yang tinggi diluar kebutuhan dasar seperti sandang dan pangan.

Setiap tahap dari model Rostow bersifat linear dan menuju titik maksimal dari

suatu masyarakat. Disamping itu model ini berfokus pada bidang ekonomi dan sejarah

sosial. Yang dimaksud dengan sejarah sosial adalah perubahan bertahap dari masyarakat

sosial yang dapat dilihat sebagai proses dari pembangunan. Modernisasi adalah lawan

dari tradisionalisme yang berpegang teguh pada tradisi. Keterbelakangan pembangunan

atau kemiskinan adalah dampak dari faktor internal seperti mempertahankan tradisi

struktur ekonomi dan sosial secara kaku. 8

Teori modernisasi Rostow memiliki banyak pengaruh terhadap strategi

pembangunan antar lain: industrialisasi, modernisasi agrikultur, revolusi hijau, dan

8 W.W. Rostow, The Stages of Economic Growth : Second Edition. (USA: The Syndics of the Cambridge

University Press. 1971) hlm 20-37

16

menjadi model dalam mengukur pembangunan suatu negara. Disamping itu, Rostow

menggunakan pendekatan top-down di mana pembangungan berawal dari wilayah urban-

industri ke wilayah peri-peri. Pendekatan top-down memiliki aktor utama yaitu pembuat

kebijakan dalam hal ini negara untuk bertindak dalam pembangunan. Hasil maksimal

bisa dicapai dengan adanya tujuan kebijakan yang konsisten dan jelas serta minimalnya

jumlah aktor yang terlibat dalam menangani isu pembangunan.9 Teori pembangunan

Rostow menggambarkan dasar pembangunan dari Indonesia dan Vietnam, sehingga

cocok untuk menjabarkan perkembangan pembangunan tersebut.

2.4. Penelitian Terdahulu

a. Penulis : Frans B.M. Dabukke dan Muhammad Iqbal

Judul : Kebijakan Pembangunan Pertanian Thailand, India, dan Jepang serta

Implikasinya bagi Indonesia.

Hasil penelitian :

Menganalisis kebijakan pembangunan pertanian di tiga negara yaitu

Thailand, India, dan Jepang serta implikasinya bagi Indonesia. Ketiga negara

tersebut memiliki kemiripan dalam situasi dan kinerja serta kebijakan

pembangunan pertanian yang dapat dijadikan petikan pelajaran untuk mendukung

kebijakan pembangunan pertanian Indonesia. Kebijakan merupakan salah satu

askpek yang dapat meningkatkan daya saing komoditas pertanian bagi suatu

negara. Ketiga negara memberi prioritas pada kebiajakan pembangunan untuk

melindungi pasar domestik, meningkatkan produksi dan pendapatan petani melalui

kebijakan dan subsidi serta tekonologi. Upaya Indonesia untuk meningkatkan

pertanian antara lain melalui peningkatan tekonologi, inovasi dan pemberdayaan

sumber daya manusia untuk pembangunan pertanian. Indonesia perlu

meningkatkan produksi dengan lebih efisien dan efektif agar mampu bersaing

dalam pasar global dan tantangan seperti gejolak harga pangan, pertumbuhan

penduduk, perubahan iklim, dan keterbatasan lahan dan air.

b. Penulis : Huynh Viet Khai dan Mitsuyasu Yabe

Judul : Technical Efficiency Analysis of Rice Production in Vietnam

Hasil penelitian :

9 Top-down vs Bottom-up. Retrieved from https://essay.utwente.nl/61106/1/BSc_B_Liedl.pdf 2 Februari 2019

(11.32)

17

Menganasilis potensi agrikultur Vietnam melalui perkembangan tekonologi

untuk meningkatkan produksi serta melihat kebijakan pemerintah untuk merubah

posisi Vietnam sebagai importir menjadi eksportir di sektor agrikultur. Vietnam

merupakan importir produk agrikultur pada akhir perang Vietnam, kemudian

perubahan kebijakan secara menyeluruh pada perekonomian negar di tahun 1986

mendorong pembangunan agrikultur. Pemerintah harus berfokus pada peningkatan

produksi agrikultur menggunakan kebijakan dan investasi di bidang irigasi dan

pelatihan teknologi kepada petani. Pemberdayaan sumber daya manusia tidak dapat

dikesampingkan di era modern.

c. Penulis : Yurike Ariesha, Zulkifli Alamsyah, dan Adlaida Malik

Judul : Analisis Komparasi Daya Saing Ekspor Lada Indonesia Terhadap Vietnam

dan Malaysia di Pasar ASEAN

Hasil penelitian :

Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui perkembangan ekspor lada

Indonesia, Vietnam, dan Malaysia di pasar ASEAN tahun 2000-2015 serta

menganalisis daya saing ekspor lada ketiga negara tersebut. Ekspor lada Indonesia

meningkat dengan rata-rata 14,54% per tahun pada periode 2000-2015. Sedangkan

ekspor lada Vietnam meningkat sebesar 10,03% per tahun. Malaysia mengalami

penurunan hingga -2,99% per tahun. Dengan indikator RCA, ketiga negara

memiliki nilai lebih dari satu yang berarti bahwa negara-negara tersebut memiliki

keunggulan komparatif. Nilai tertinggi dimiliki oleh negara Vietnam. Ketiga

negara ini mendominasi pasar ASEAN.

d. Penulis : Yair Mundlak, Donald Larson dan Rita Butzer

Judul : Agricultural dynamics in Thailand, Indonesia and the Philippines

Hasil penelitian :

Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pertumbuhan sektor agrikultur dari

tiga negara antara lain : Indonesia, Thailand dan Filipina. Ketiga negara tersebut

memiliki iklim dan karakteristik yang cenderung sama. Teknologi dan kebijakan

berpengaruh pada irigasi dan pupuk yang memaksimalkan produksi pada berbagai

komoditas. Setiap negara memiliki komoditas unggul masing-masing. Disamping

itu, kebijakan berkaitan erat dengan pasar, investasi dan infrastruktur yang menjadi

dasar pembangunan agrikultur dari ketiga negara.

18

1.4.1. Signifikansi Penelitian

Masih belum ada penelitian yang membahas mengenai perbandingan

kebijakan antara Indonesia dan Vietnam dalam memenuhi ketahanan pangan.

Kebijakan agrikultur hanya dibahas dari masih-masing negara saja dan hanya

berfokus pada penjabaran kebijakan yang dilakukan oleh kedua negara.

Disamping itu masih belum ada penelitian yang menghubungkan dengan

ketahanan pangan. Namun penelitian terdahulu dapat membantu dalam

menggambarkan perkembangan kebijakan Indonesia dan Vietnam serta menjadi

contoh dalam meneliti perbandingan kebijakan antar negara.

19

2.5. Kerangka Pemikiran

VIETNAM INDONESIA

Doi moi (1986)

Tam Nong Policy

Tahap

Pertumbuhan

Ekonomi

Rostow

Mencapai ketahanan pangan

Rural

Development

REPELITA 1 (1969)

Nawa Cita dan RPJMN 2015-2019

Food

Security

20

Pembangunan Agrikultur Indonesia dan Vietnam berawal pada periode waktu yang

cukup jauh. Indonesia diawali dengan REPELITA I pada tahun 1969, sedangkan

pembangunan Agrikultur Vietnam muncul setelah adanya Doimoi di tahun 1986. Pada masa

awal pembangunan Agrikultur ini akan digambarkan menggunakan Teori Modernisasi atau

Tahapan Pertumbuhan Ekonomi yang dikemukakan oleh Walter W. Rostow. Kemudian

seiring perkembangan pembangunan, saat ini Indonesia dan Vietnam memiliki landasan baru

mengenai Pembangunan Agrikultur. Vietnam berlandaskan Tam Nong Policy, disisi lain

Indonesia menggunakan Nawa Cita dan RPJMN 2015-2019 sebagai landasan dalam

menentukan kebijakan Pembangunan Agrikultur kedepannya. Pembangunan Agrikultur tidak

dapat dilepaskan dari Rural Development karena berjalan seiringan satu sama lain. Target

dari penelitian ini adalah melihat keberhasilan negara Vietnam dan Indonesia dalam

mencapai ketahanan pangan yang didefinisikan menggunakan Konsep Food Security.