bab ii.pdf - universitas brawijaya

of 19 /19
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Konsep Migrasi Keragaman yang ada disuatu negara akan membedakan pembangunan setiap daerah, serta perbedaan pemerataan pendapatan penduduk. Dari perbedaan kondisi sosial ekonomi dan sosial budaya antar wilyah, menimbulkan pola dan perilaku migrasi yang beragam pula (PPIIS UB, 1992). Migrasi menurut Prawiro (1979) adalah Gejala gerak berpindah tempat tinggal secara horizontal, melewati batas administrasi, pindah menuju batas administrasi lain, kelurahan, kabupaten, kota atau negara. Adapun gerak mobilitas penduduk pada dasarnya negara-negara dibedakan pada letak geografis, keragaman kondisi sosial ekonomi dan budaya antar wilayah. Migrasi merupakan dimensi gerak permanen punduduk dari suatu daerah ke daerah lain, sedangkan dimensi gerak penduduk non permanen terdiri dari sirkuler dan komutasi. Dimensi pembahasan mengenai migrasi yang paling penting adalah adanya dimensi ruang atau tempat dan waktu. Untuk dimensi waktu yang digunakan seseorang untuk menentukan bahwa seseorang dikatakan migran itu belum ada kepastian. Dalam sensus penduduk di Indonesia, secara operasional mengatakan, seseorang bisa dikatakan migran, apabila yang bersangkutan melintas batas wilayah provinsi dan lamanya bertempat tinggal di provinsi tujuan kurang lebih hingga enam bulan (Mulyadi S, 2014). Menurut Ravenstein (1885) memiliki pandangan, bahwa dalam kondisi ekonomi yang terus berkembang dan perbaikan saranan dan prasarana trasnportasi yang semakin baik, arus mobilitas penduduk akan terus berulang- ulang. Senada dengan pendapat (Sunarto, 1985) dan (Mantra, 2015),

Upload: khangminh22

Post on 04-Mar-2023

1 views

Category:

Documents


0 download

Embed Size (px)

TRANSCRIPT

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian dan Konsep Migrasi

Keragaman yang ada disuatu negara akan membedakan pembangunan

setiap daerah, serta perbedaan pemerataan pendapatan penduduk. Dari

perbedaan kondisi sosial ekonomi dan sosial budaya antar wilyah, menimbulkan

pola dan perilaku migrasi yang beragam pula (PPIIS UB, 1992). Migrasi menurut

Prawiro (1979) adalah Gejala gerak berpindah tempat tinggal secara horizontal,

melewati batas administrasi, pindah menuju batas administrasi lain, kelurahan,

kabupaten, kota atau negara. Adapun gerak mobilitas penduduk pada dasarnya

negara-negara dibedakan pada letak geografis, keragaman kondisi sosial

ekonomi dan budaya antar wilayah. Migrasi merupakan dimensi gerak permanen

punduduk dari suatu daerah ke daerah lain, sedangkan dimensi gerak penduduk

non permanen terdiri dari sirkuler dan komutasi. Dimensi pembahasan mengenai

migrasi yang paling penting adalah adanya dimensi ruang atau tempat dan

waktu. Untuk dimensi waktu yang digunakan seseorang untuk menentukan

bahwa seseorang dikatakan migran itu belum ada kepastian. Dalam sensus

penduduk di Indonesia, secara operasional mengatakan, seseorang bisa

dikatakan migran, apabila yang bersangkutan melintas batas wilayah provinsi

dan lamanya bertempat tinggal di provinsi tujuan kurang lebih hingga enam bulan

(Mulyadi S, 2014).

Menurut Ravenstein (1885) memiliki pandangan, bahwa dalam kondisi

ekonomi yang terus berkembang dan perbaikan saranan dan prasarana

trasnportasi yang semakin baik, arus mobilitas penduduk akan terus berulang-

ulang. Senada dengan pendapat (Sunarto, 1985) dan (Mantra, 2015),

11

mengungkapkan perbaikan fasilitas trasnportasi dan komunikasi antara desa

dengan kota akan mempengaruhi biaya yang selanjutnya akan menentukan arah

migrasi tersebut. Daerah tujuan yang berjarak jauh akan menghasilkan migrasi

permanen dan daerah tujuan yang berjarak dekat akan menghasilkan migrasi

sirkuler. Hal ini merupakan salah satu penyebab meningkatnya arus migrasi

sementara di wilayah Indonesia. Migrasi sirkuler merupakan pilihan yang tepat

untuk para migran yang tidak menginkan perpisan dengan keluarga serta

mendapatkan pekerjaan sesuai dengan yang mereka inginkan. Sebab migrasi

sirkuler memiliki batasan waktu kurang dari 6 bulan. Migrasi di Indonesia memiliki

pola migrasi dari desa ke kota atau dari tempat yang memiliki daya dukung

perekonomian yang kurang mapan dan tingkat upah yang masih rendah, menuju

tempat yang memiliki daya dukung perekonomian yang kuat, serta di ikuti oleh

tingginya upah tenaga kerja.

Faktor-faktor yang mempengaruhi niatan untuk melakukan migrasi sangat

kompleks. Diantara faktor tersebut yaitu, usia, tingkat pendidikan, kepemilikan

lahan, status pernikahan, pendapatan, kondisi infrasturktur yang menjadi

penentu seseorang untuk melakukan migrasi. Migrasi banyak dilakukan oleh

penduduk yang tidak memiliki lahan yang begitu luas dan berpendapatan rendah,

serta penduduk yang memiliki pendidikan tinggi. Arus migrasi semakin lancar

menuju kota dengan terus miningkatnya daya dukung infrasturktur dan

transportasi serta komunikasi kota yang semakin terus di tingkatkan, hal ini

memicu meningkatnya dorongan seseorang untuk terus melakukan migrasi.

2.2 Teori Migrasi Lewis – Fei – Ranis

Teori migrasi menurut Lewis-Fei-Ranis menjelaskan proses pengalihan

tenaga kerja dari sektor tradisional yaitu sektor pedesaan subsisten yang

kelebihan penduduk yang mengindikasikan surplus tenaga kerja, untuk di

12

transfer menuju sektor modern yaitu sektor industri perkotaan Sunarto (1985).

Menurut Prayitno (1996) perekonomian sebuah negara dibagi menjadi dua yaitu

sektor tradisional (pedesaan subsisten) dan sektor modern (industri perkotaan).

Dalam penjelasannya Prayitno (1996) menyatakan sektor tradisional memiliki

produktivitas tenaga kerja yang sangat rendah dan sektor modern memiliki

produktivitas yang tinggi, secara berlahan terjadi perpindahan tenaga kerja

menuju sektor modern. Dimana tingkat investasi yang terus dilakukan pada

sektor modern, akan meningkatkan tingkat upah dari sektor modern. Berangkat

dari penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa upah yang rendah akan

mendorong tenaga kerja berpindah pada tempat lain yang memiliki tingkat upah

lebih tinggi, yang tidak lain tempat tersebut adalah sektor modern (industri

perkotaan).

2.3 Teori Migrasi Everett S. Lee (1976)

Menurut Everett S. Lee (dalam Mantra, 2015), volume migrasi disuatu wilayah

berkembang sesuai dengan tingkat keragaman daerah-daerah diwilayah

tersebut. Di daerah asal dan didaerah tujuan. Menurut Lee, terdapat faktor-faktor

yang disebut sebagai:

a. Faktor positif (+) yaitu faktor yang memberi nilai keuntungan apabila

seseorang bertempat tinggal menempati tempat tersebut yang dijadikan

tujuan.

b. Faktor negatif (-) yaitu faktor yang memberikan nilai negatif atau

merugikan jika seseorang tinggal di tempat tersebut, sehingga seseorang

akan berpindah ke tempat lain, karena kebutuhan yang diharapkan tidak

terpenuhi.

13

c. Faktor Netral (0) yaitu faktor yang tidak mempengaruhi seseorang

individu untuk tetap tinggal di tempat asal atau pindah ketempat lain.

Faktor lain yang menjelaskan migrasi wilayah berkembang yaitu

faktor rintangan antara. Rintangan antara adalah hal-hal yang

memperngaruhi volume besar kecilnya arus mobilitas penduduk.

Rintangan antara dapat berupa: biaya atau ongkos pindah, Topografi

wilayah asal dengan daerah tujuan yang berbukit-bukit dan terbatasnya

sarana transportasi, serta faktor individu. Faktor individu merupakan

faktor yang paling penting, karena faktor individu pula yang dapat menilai

positif dan negatif suatu daerah dan memutuskan untuk pindah atau

bertahan ditempat asal. Jadi menurut Everett S. Lee (dalam Hartomo,

2011) faktor yang berpengaruh terhadap seseorang dalam mengambil

keputusan untuk bermigrasi yaitu:

a. Faktor individu

b. Faktor daerah asal, seperti: keterbatasan kepemilikan lahan, upah di

desa asal yang rendah, waktu luang antara masa tanam dan masa

panen, sempitnya lapangan pekerjaan di desa, terbatasnya jenis

pekerjaan di desa.

c. Faktor daerah tujuan, seperti: tinggat upah yang tinggi, luasnya

lapangan pekerjaan yang beraneka ragam dan ditemukannya sumber

daya baru.

d. Rintangan antara daerah asal dan daearah tujuan, seperti: sarana

transportasi, topografi di desa ke kota dan jarak desa kota. Ringkas

Penjelasan, dapat di gambarkan sebagai berikut:

14

Gambar 2.2 Faktor-faktor Determinasi Mobilitas Penduduk Menurut Everett

S. Lee (1976)

Sumber: Mantra 2015

Menurut Lee (1987) di kutip oleh Tim Peneliti PPIIS Universitas Brawijaya (1992)

Beberapa Karakteristik Migran, yaitu sebagai berikut:

1. Migran memiliki sifat selektif.

2. Migran pada umumnya memiliki ketertarikan pada daerah yang

memberikan faktor-faktor positif pada diri mereka.

3. Migran tidak akan mengambil keputusan terhadap daerah yang tidak

memberikan manfaat untuk keberlanjutan hidup mereka.

4. Secara keseluruhan, sifat selektif yang dilakukan migran cenderung

bersifat dua bentuk.

5. Tingkat keputusan yang diambil oleh migran meningkat sebanding

dengan rintangan antara yang menghambat.

6. Kecenderungan keputusan untuk bermigrasi tergantung pada

perkembangan kehidupan (life Cycle).

7. Ada kecenderungan persamaan antara ciri-ciri penduduk daerah asal

dengan ciri-ciri penduduk daerah tujuan.

0 + - 0 - +

0 + - 0 - +

0 - + - 0 -

0 + - 0 - +

0 + - 0 - +

0 - + - 0 -

1. Daerah Asal 4. Individu 3. Daerah Tujuan

2. Rintangan

Antara

15

2.4 Teori Kependudukan Malthus

Menurut Malthus yang di kutip oleh Poli (2010), Ledakan pertambahan jumlah

penduduk mengindikasikan tenaga kerja yang melimpah sehingga menyebabkan

penawaran tenaga kerja meningkat, serta menurunkan tingkat upah tenaga kerja.

Untuk mempertahankan hidupnya, para pekerja akan bekerja keras dari pada

sebelumnya. Akibat dari upah tenaga kerja yang turun, maka beban hidup akan

meningkat sehingga orang akan menunda perkawinannya.

2.5 Teori Produksi Pertanian Malthus

Teori produksi menurut Malthus yang di kutip oleh Poli (2010) , jika terjadi

penambahan tenaga kerja pada sektor pertanian, tanpa ada penambahan lahan

dan teknologi pertanian, maka pertambahan produksi akan menurun,

dibandingkan dengan penambahan jumlah tenaga kerja pada sektor pertanian.

Dalam hal ini lebih di kenal dengan hukum “the law of diminishing return”. Dapat

di simpulkan ketika terjadi penambahan produksi yang terus menurun, maka

upah tenaga kerja akan menurun. Ketika upah menurun, maka seseorang akan

pindah menuju daerah lain yang memiliki upah lebih tinggi dari daerah tersebut

yaitu daerah sektor industri (Perkotaan).

2.6 Teori Migrasi Menurut Todaro

Todaro (2006) menjelaskan bahwa migrasi pada dasarnya merupakan suatu

fenomena ekonomi. Model todaro ini mengasumsikan bahwa adanya arus

migrasi berdasarkan adanya perbedaan distribusi pendapatan antara desa

dengan kota.

pendapatan yang dimaksud bukanlah pendapatan yang aktual melainkan

pendapatan yang diharapkan. Para calon migran akan selalu menimbang dan

membandingkan berbagai pasar yang tersedia di desa dan kota, kemudian

16

mereka akan memilih salah satu dari tempat yang mereka inginkan yang dapat

memaksimumkan keuntungan yang mereka harapkan. Artinya mereka akan

memutuskan untuk berpindah menuju tempat yang mereka anggap memberi

upah lebih tinggi terhadap pekerjaan yang mereka lakukan di tempat tujuan.

Upah yang dimaksud yaitu upah bersih (selisih antara penghasilan dan biaya

migrasi) di tempat tujuan. Mereka akan berpindah kedaerah lain, jika upah bersih

di tempat tujuan lebih tinggi dari pada didaerah asal. Model dari teori migrasi

Todaro dapat di jelaskan dengan gambar kurva sebagai berikut:

Gambar 2.3 Model Migrasi Todaro

Sumber: Todaro dan Smith 2006

Pada gambar kurva diatas dapat dijelaskan bahwa todaro mengasumsikan

suatu perkonomian dibagi menjadi dua sektor, yaitu sektor pertanian di pedesaan

dan sektor industri pada daerah kota. Garis MM’ merupakan permintaan tenaga

kerja pada sektor industri dan garis AA’ merupakan permintaan tenaga kerja

pada sektor pertanian. Dalam teori neoklasik, tingkat upah akan tercipta

A

M’ A’

q’

q

Z

A

A

A

M

A

M

A

17

uquilibrium bila W*A =W*M. Sesuai dengan asumsi full Employment, tenaga

kerja akan habis terserap pada dua sektor ekonomi tersebut.

Pembagian tenaga kerja dapat dilihat pada OAL*A untuk sektor pertanian dan

OML*M pada sektor industri. Bila pemerintah menetapkan upah terhadap sektor

industri sebesar M , dengan asumsi bahwa tenaga kerja tidak ada yang

menganggur, maka tenaga kerja ada pada posisi garis OMLM dan bekerja pada

sektro industri manufaktur pada sektor perkotaan. Sedangkan sisa tenaga kerja

dari sektor industri di tunjukkan pada garis OALM yang akan masuk pada sektor

pertanian dengan tingkat upah pada WA**, dimana tingkat upah ini lebih kecil

dibandingkan tingkat upah pasar yang mencapai OAWA*. Terlihat jelas

perbandingan tingkat upah atau selisih tingkat upah antara desa dan kota

sebesar WA-WA**. Selisih upah inilah yang mendorong para pekerja pada sektor

pedesaan melakukan niatan untuk melakukan migrasi ke kota dengan harapan

memperoleh upah lebih tinggi dari pada daerah asal, meskipun lapangan kerja di

daerah pedesaan tersedia sangat cukup.

Dapat dilihat ketersediaan lapangan pekerjaan pada daerah desa sebesar

OALM. Jika peluang mereka untuk mendapan pekerjaan yang mereka inginkan,

maka dapat dinyatakan bahwa rasio antara penyerapan tenaga kerja disektor

industri manufaktur (LM) dan total angkatan kerja di daerah pedesaan (LUS).

Secara singkat model migrasi Todaro (2006),memiliki 4 karakteristik utama

sebagai berikut:

1. Migrasi dirangsang oleh pertimbangan kekuatan ekonomi yang sifatnya

rasional yang berkaitan dengan untung atau rugi dari migrasi itu sendiri.

2. Keputusan untuk bermigrasi tergantung pada perbedaan upah riil yang

diharapkan antara desa dengan kota. maksudnya perbedaan upah

18

pedesaan dan perkotaan yang terjadi dan kesempatan mendapatkan

pekerjaan di sektor perkotaan sesuai dengan harapan.

3. Kemungkinan mendapatkan pekerjaan secara cepat di wilayah kota yang

berkaitan dengan banyaknya lapangan pekerjaan di wilayah kota,

sehingga berbanding terbalik dengan tingkat pengangguran di wilayah

kota.

Kemungkinan laju pertumbuhan penduduk akibat pertumbuhan non alami

yang disebabkan oleh arus migrasi penduduk yang melebihi tingkat pertumbuhan

kesempatan kerja di perkotaan. Oleh karena itu tingkat pengangguran di

perkotaan yang begitu tinggi dan tidak terelakan karena adanya ketidak

seimbangan kesempatan-lesempatan perekonomian pada daerah kota dan desa.

Todaro (2003), bahwa faktor seseorang mengambil keputusan untuk melakukan

migrasi tidak hanya dari faktor ekonomi, namun faktor lain juga ikut terlibat dalam

mempengaruhi seseorang mengambil keputusan dalam melakukan migrasi,

faktor-faktor tersebut adalah:

1. Faktor-faktor sosial, termasuk keingan para migran untuk melepaskan diri

dari kendala-kendala tradisonal yang mengikat mereka.

2. Faktor-faktor fisik, merupakan faktor alam termasuk iklim dan bencana

alam seperti banjir, kekeringan dan tanah longsor.

3. Faktor-faktor demografi, merupakan faktor kependudukan (kematian dan

kelahiran).

4. Faktor-faktor kultural, hubungan pembinaan kekerabatan setelah sampai

di kota dan daya tarik “gemerlapan kehidupan kota”

5. Faktor-faktor komunikasi, termasuk kualitas sarana transportasi, sistem

pendidikan dan dampak modernisasi yang di timbulkan dari daerah

perkotaan.

19

2.7 Keputusan Bermigrasi

Menurut mitchell (1961) sebagaimana di kutip oleh Mantra (2015) ada dua

faktor yang mempengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan untuk

melakukan migrasi yaitu faktor pengikat atau penarik (centripetal forces) dan

kekuatan pendorong (centrifugal forces). Faktor penarik adalah faktor yang

mengikat atau menarik seseorang untuk tinggal di daerah asalnya, misalnya

kepemilikan tanah warisan, merawat orang tua yang lanjut usia, budaya

gotongroyong di desa yg baik, sebagai daerah kelahiran. Dan faktor pendorong

adalah faktor yang mendorong seseorang untuk melakukan perpindahan atau

meninggalkan daerah asal, misalnya sempitnya lapangan kerja, upah yang

terlalu rendah di daerah asal, terbatasnya fasilitas pendidikan, infrastruktur yang

kurang memadai.

2.8 Teori Modal Manusia

Teori modal manusia adalah suatu teori yang memberikan pandangan tentang

migrasi, bahwa migrasi merupakan bentuk dari investasi yang dilakukan individu

yang erat kaitannya dengan pengalaman, ketrampilan dan pendidikan. Setiap

individu yang melakukan migrasi akan menghitung keuntungan dia yang

diperoleh pada saat melakukan migrasi yang dia rencanakan. Modal manusia

yang ada pada diri migran berupa pengalaman, ketrampila dan pendidikan dapat

mempengaruhi individu untuk melakukan migrasi (Syafitri, 2012).

2.9 Teori Dumont

Tiap-tiap orang memiliki kecenderungan untuk mencapai kelas sosial yang

lebih tinggi dalam lingkungan sosialnya. Dalam proses naik ketingkat sosial ke

atas, makin lama makin kurang suka memproduksi anak, yang pada

kenyataannya ketika menambah anak akan menambah biaya hidup sebuah

keluarga.

20

2.10 Dimensi Ruang dan Waktu Migrasi

Pada uraian berikut di kutip dari berbagai hasil penelitian mobilitas penduduk

di dunia ketiga, khusunya mengenai batasan dimensi ruang dan waktu, yang di

ambil dari Mulyadi S. (2014), seperti dalam tabel berikut ini:

21

Tabel 2.1 Pola Mobilitas Penduduk di beberapa Negara Dunia Ketiga

Komunitas Sirkulasi Oskilasi Migrasi Sirkulasi Migrasi Tempat dan Tahun

Penelitian Lapangan

Perjalanan rutin

ke dan dari

tempat atau

sekolah

................... Terus-menerus meninggalkan

desa ≥ 6 bulan

Terus-menerus meninggalkan

desa ≥ 6 bulan

Indonesia, 1973 (desa

di Jabar, Hugo, 1978)

Meninggalkan

dukuh selama

6-24 jam

...................

Gerak keluar ≥ 1 hari, tetapi

kembali lagi

Perpindahan tempat tinggal ≥ 1

tahun

Indonesia, 1975 (dukuh

di Jateng, Mantra, 1981)

Secara rutin

meninggalkan

desa, tetapi

kembali ≥ 1 kali

seminggu

...................

Terus-menerus meninggalkan

desa sampai 12 bulan dan

tetap menjadi anggota RT di

desa

Terus-menerus meninggalkan

desa ≥ 12 bulan tetapi bisa

kembali lagi ke desa

Malaysia, 1977 (desa di

Kelantan Utara, Maude,

1981)

...................

Pergi secara teratur

untuk 1 hari sampai <

1 bulan

Pergi untuk ≥ 1 bulan, tetapi

dengan maksud untuk kembali

Gerak permanen tanpa ada

maksud untuk kembali tetapi

hanya untuk kunjungan

Yanuatu, 1969 (Pulau

Tongoa Bedford, 1973)

22

...................

Meninggalkan

komunitasnya sampai

3 bulan atau kurang

Pergi untuk beberapa bulan

(semi permanen dan tetap

akan kembali)

Secara pasti mengubah tempat

tinggal, tidak kembali kecuali

untuk kunjungan

Peru 1971-1972

(Komunitas Cuzeo,

Skeldon, 1979)

Meninggalkan

desa lebih dari

24 jam untuk

berdagang

................... Meninggalkan desa untuk

waktu ≥ 24 jam

Mengubah tempat tinggal

secara permanen

Liberiu, 1976 (desa

Nomba, Smith, 1977)

Tiap hari

meninggalkan

desa untuk

bekerja/sekolah

...................

Meninggalkan desa untuk

waktu ≥ 24 jam dengan

maksud kembali

Mengubah tempat tinggal

secara permanen maksimum

40 tahun

Hawaii, 1971 (Mukherji,

1975)

...................

Gerak harian secara

rutin untuk kunjungan

singkat

Kembali setelah periode pergi

dari desa

Tempat tinggal di luar desa

selama survey

Papua New Guinea,

1974-1978 (desa Simbu

Prop. New Ireland)

(Young, 1977)

Sumber: Mulyadi S. (2014)

23

Pada dasarnya perpindahan penduduk yang ada pada negara Indonesia

adalah pergerakan penduduk secara geografis, jadi bisa dikategorikan

pergerakan penduduk Indonesia menjadi dua yaitu, mobilitas permanen dan

mobilitas nonpermanen. Perbedaanya terletak pada tujuan mereka pindah. Jika

seorang migran bertujuan unutk pindah tempat tinggal secara tetap, maka migran

tersebut dikategorkan sebagai migran permanen. Sebaliknya jika tidak

mempunyai tujuan pindah tempat tinggal, migran tersebut dinamakan migran non

permanen.

2.11 Pengertian tenaga kerja sektor formal dan informal

Di negara sedang berkembang seperti Indonesia, masalah sektor informal

menjadi semakin penting keberadaannya, apalagi setelah dirundung krisis

seperti saat ini, di mana permintaan angkatan kerja di sektor informal semakin

meningkat dengan siklus usaha formal yang berjalan tidak sesuai harapan.

Adanaya siklus usaha formal yang tidak berjalan dengan baik, maka seorang

akan memilih bekerja pada sektor informal. Dapat dilihat beberapa definisi sektor

tenaga kerja formal dan informal menurut beberapa ahli. Menurut Mulyadi S.

(2014), sektor informal adalah unit-unit usaha yang tidak menerima proteksi

ekonomi resmi dari pemerintah. Proteksi ekonomi tersebut yaitu kredit,

pembimbingan, hak paten, terjaminnya tenaga kerja dan lain sebagainya.

Sedangkan sektor formal adalah unit-unit usaha yang menerima proteksi

ekonomi resmi dari pemerintah.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), jenis pekerjaan dibagi menjadi dua

yaitu, formal dan informal. Jenis pekerjaan formal yaitu seseorang yang bekerja

pada orang lain atau instansi/kantor/perusahaan secara tetap dengan menerima

upah/gaji baik berupa uang maupun barang. Buruh yang tidak mempunyai

majikan tetap, tidak digolongkan sebagai buruh/karyawan, tetapi sebagai pekerja

24

bebas. Sedangkan pekerja sektor informal yatiu, tenaga kerja yang berusaha

sendiri, berusaha dibantu buruh tidak tetap/tak dibayar, pekerja tak dibayar, dan

pekerja bebas baik di pertanian maupun non pertanian.

2.12 Teori Upah

Upah adalah bagian dari pendapatan nasional yang diterima oleh buruh,

karena menyumbangkan tenaganya dalam proses produksi. Menurut David

Ricardo yang dikutip oleh Hartomo (2011), upah merupakan harga dari tenaga

kerja. upah yang diterima oleh buruh berupa uang disebut nominal, sedangkan

barang atau jasa yang dapat dibelinya dengan upah nominal tersebut merupakan

upah riil.

Selanjutnya David Ricardo membedakan upah menjadi dua macam, yaitu

Upah alami: upah yang besarnya sama dengan biaya hidup untuk menghasilkan

tenaga kerjanya. Upah pasar: upah yang terbentuk di pasar tenaga kerja yang di

tentukan hukum permintaan dan penwaran.

2.13 Teori Gravitasi

Menurut Ravenstein (dalam Sunarto, 1985), berbagai motif seseorang untuk

melakukan migrasi dalam suatu wilayah. Hal tersebut mengantarkan Revenstein

menyusun hukum-hukum yang berisi tentang fenomena migrasi. Beberapa

hukum migrasi sebagai berikut:

1. semakin jauh jarak yang di tempuh migran, semakin berkurang jumlah

migran.

2. Setiap arus migrasi yang benar, akan memberikan timbal balik yang

baik sebagai penggantinya.

3. Adanya perbedaan desa dengan kota akan menimbulkan migrasi.

4. Wanita cenderung bermigrasi ke daerah-daerah dekat.

25

5. Kemajuan teknologi akan meningkatn volume migrasi suatu daerah.

6. Motif utama seseorang melakukan migrasi adalah ekonomi.

2.14 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu digunakan sebagai bahan pertimbangan penulis untuk

menyusun penelitian ini. Terdapat beberapa penelitian terdahulu untuk bahan

pertimbangan dalam penelitian.

Rahmadhania (2013), dalam penelitiannya menjelaskan bahwa umur, status

perkawinan, dan pendidikan signifikan mempengaruhi pendapatan migran pada

sektor informal di Kota Malang. Purwanto (2012), juga menjelaskan di dalam

penelitiannya di Kecamatan Tanjunganom Kabupaten Nganjuk, bahwa variabel

umur, pendidikan, kepemilikan lahan, dan status perkawinan mempengaruhi

seseorang melakukan migrasi dengan mempertimbangkan pendapatan yang di

dapat di daerah tujuan lebih tinggi daripada di daerah asal.

Selain itu penelitian Lidyawati (2012), menunjukkan bahwa tenaga kerja

wanita yang bekerja ke luar negeri di pengaruhi oleh besarnya pendapatan di

negara lain. menjadi migran jika pendapatan di daerah lain lebih tinggi dari pada

di daerah asal. Penelitian lain yang memperkuat pendapatan (faktor ekonomi)

mempengaruhi seseorang untuk melakukan migrasi yaitu Agyemang Isaac dan

Abu Salia Raqib (2013), dalam penelitiannya di Negara Ghana menuliskan

bahwa faktor ekonomi merupakan motif utama untuk melakukan migrasi.

2. 15 Kerangka Pikir Penelitian

Dinamika kependudukan terjadi karena adanya kelahiran, kematian dan

perpindahan penduduk. Keadaan tersebut menyebabkan terjadinya perubahan

dalam jumlah, komposisi, struktur penduduk dan pertumbuhan penduduk. Jumlah

penduduk yang begitu banyak dalam suatu wilayah, yang tidak di imbangi

26

dengan penyediaan lapangan kerja tidak menutup kemungkinan seseorang akan

melakukan perpindahan dari tempat asal menuju tempat yang dikehendakinya

(migrasi atau melakukan mobilitas penduduk).

Mobilitas penduduk suatu daerah akan berpengaruh terhadap strategi

pembangunan yang akan dipilih pemerintah, karena pembangunan yang terus di

kembangkan pemerintah adalah daerah kota, sehingga kota memiliki berbagai

ragam lapangan pekerjaan dan memiliki upah yang cukup tinggi. Berbeda

dengan pembangunan yang ada desa, pada dasarnya desa masih bekerja sektor

tradional (pertanian) dan sifat dari sektor pertanian adalah musiman. Sektor

pertanian yang memiliki sifat musiman menyebabkan upah pada tenaga kerja

sektor pertanian sangat rendah sehingga seseorang tidak mampu untuk

memenuhi kebutuhannya, maka seseorang akan memilih tetap tinggal atau pinda

ketempat lain (migrasi). Keputusan seseorang untuk melakukan migrasi sangat

beragam antar individu satu dengan indvidu lain.

Faktor-faktor yang mempengaruhi migrasi di ambil dari teori yang sudah

tersaji pada penjelasan diatas. Faktor ekonomi yang mempengaruhi adalah

kepemilikan lahan dan upah, sedangkan faktor non-alami adalah usia, tingkat

pendidikan, status pernikahan, dan status pekerjaan. Konsep pemikiran dari

penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

27

Gambar 2.4 Kerangka Pikir Penelitian

Ledakan Penduduk

Pertumbuhan Ekonomi yang Tidak

Merata Antara Desa dan Kota

Perbedaan Motif Melakukan

Migrasi

Usia Tingkat

Pendidikan

Status

Pekerjaan

Status

Perkawinan

Kepemilikan

Lahan Pendapatan

Penentu Pengambilan Keputusan Migrasi

Tenaga Kerja Sektor Informal Menuju

Kecamatan Pare Kabupaten Kediri

28

2. 16 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan konsep kerangka berpikir penelitian,

maka hipotesis dari penelitian ini sebagai berikut:

H1 = Diduga faktor usia berpengaruh positif terhadap keputusan migrasi.

H2 = Diduga faktor tingkat pendidikan berpengaruh positif terhadap

keputusan migrasi.

H3 = Diduga faktor kepemilikan lahan berpengaruh positif terhadap

keputusan migrasi.

H4 = Diduga faktor status perkawinan berpengaruh positif terhadap

keputusan migrasi.

H5 = Diduga faktor status pekerjaan berpengaruh negatif terhadap

keputusan migrasi.

H6 = Diduga faktor pendapatan berpengaruh positif terhadap keputusan

migrasi.