strategi bisnis untuk meningkatkan daya saing township - e-journal untar
TRANSCRIPT
245
STRATEGI BISNIS UNTUK MENINGKATKAN DAYA SAING TOWNSHIP
JAKARTA GARDEN CITY
R. Mohammad Eddo Sapratama1
Abstract: This research aims to analyze the business strategy to enhance the competitiveness
of company. The company is working in property development project which is selling
landed house and commercial as their main product. This research use the analysis of internal
and external environments. In competitive strategy use IFE (Internal factor Evaluation)
Matrix, EFE (External factor Evaluation) Matrix, SWOT Matrix (Strength; Weakness;
Opportunity; Threat), Grand Strategy Matrix and QSPM (Quantitative Strategic Planning
Matrix) to assure the strategy advised for Jakarta Garden City developer company is based on
their actual condition of Strength, Weakness, Opportunity, and Threat. Based on the results of
the final analysis of Grand Strategy Matrix and QSPM (Quantitative Strategic Planning
Matrix), the position of Jakarta Garden City developer company was in quadrant I, which
means the company is in the position of “Fast Market Growth and Strong Competitive
Position”. The business strategy commonly used in this position are Product Development,
Market Development, and Market Penetration.
Keywords: Business Strategy, Competitiveness, Internal and External Environments.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Melambatnya ekonomi nasional dan global yang terus berlanjut yang diikuti
melemahnya daya beli masyarakat juga berdampak pada industri properti. Penyerapan
properti pada semester I turun hingga 30% dibandingkan dengan periode yang sama tahun
2014. Sedangkan pada semester II, turun lebih tajam lagi hingga 40% dibandingkan pada
semester II tahun 2014. Kelesuan pasar properti terutama terjadi pada rumah berharga di atas
Rp500 juta yaitu segmen menengah atas. Pada segmen ini, sebagian konsumen adalah
pembeli untuk tujuan investasi. Dengan kondisi saat ini, mereka memilih untuk menunda
investasinya menunggu situasi membaik.
Adanya wacana perubahan batas pengenaan pajak penjualan barang mewah (PPnBM)
dan sangat mewah menimbulkan ketidakpastian yang membuat pasar properti bersikap
menunggu. Bila peraturan tersebut diterapkan, maka properti seharga Rp2 miliar akan terkena
PPnBM. Adanya ketidakpastian peraturan pajak tersebut membuat konsumen memilih untuk
menunda pembelian sehingga pasar properti semakin lesu.
Pada tanggal 15 Juni 2015, Bank Indonesia mengeluarkan aturan baru terkait
pelonggaran persyaratan loan-to-value (LTV) kredit kepemilikan rumah (KPR). Dengan
aturan tersebut, BI menaikkan rasio LTV untuk pinjaman hipotek rumah sehingga
mengurangi kewajiban uang muka minimum untuk pembelian rumah pertama. Industri
1 Alumnus Program Studi Magister Manajemen Universitas Tarumanagara ([email protected])
JURNAL BISNIS DAN MANAJEMEN/Volume 52/No.11/November -2016 : 245-269
246
properti menyambut baik kebijakan tersebut karena akan membangkitkan sektor properti
terutama untuk segmen menengah bawah. Meskipun begitu, perlu waktu untuk merasakan
dampak dari persyaratan uang muka yang lebih rendah di tengah kehati-hatian masyarakat
dalam membelanjakan uangnya.
Di sisi lain, kebutuhan perumahan bagi masyarakat sudah sangat mendesak. Di tahun
2015, pemerintah telah memulai Program Satu Juta Rumah di seluruh Indonesia untuk
mengejar pemenuhan kebutuhan rumah rakyat yang mencapai 15 juta unit. Jumlah ini setara
dengan 60 juta jiwa penduduk atau 24% dari penduduk Indonesia. Program yang ditujukan
bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) ini hingga Desember 2015 telah terealisasi
sebanyak 667.668 unit rumah.
Pemerintah telah menyiapkan berbagai macam insentif mulai dari subsidi uang muka
sebesar Rp4 juta, bebas Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 10% dari nilai rumah, serta bunga
KPR yang cukup rendah, hanya 5% per tahun. Dukungan subsidi pembiayaan yang diberikan
pemerintah berbentuk fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan (FLPP) atau kredit rumah
sederhana bersubsidi.
Memasuki tahun 2016, pertumbuhan properti di Indonesia berpeluang untuk terus
meningkat, hal ini dikarenakan Indonesia merupakan salah satu tujuan investasi di ASEAN
dan harga properti di Indonesia masih relatif rendah. Sektor properti di Indonesia memiliki
beberapa keunggulan dibandingkan dari negara-negara lain di ASEAN. Pertama, harga
properti dan sewa di Indonesia lebih murah dibandingkan negara-negara lain seperti
Malaysia, Thailand dan Singapura. Salah satu contohnya adalah harga rata-rata apartemen
dengan ukuran 120 m2 yang terletak di Jakarta sebesar USD 2.766/m2. Angka ini lebih rendah
Manila, Bangkok dan Singapura, yang mencapai USD 3.084/m2, USD 3.952/m2, dan USD
15.521/m2. Kedua, Indonesia mendapat peringkat investasi yang baik terkait dengan sektor
properti. Menurut laporan Emerging Trend in Real Estate Asia Pacific, Jakarta menduduki
peringkat tiga dari 23 kota dalam prospek investasi properti tahun 2015. Peringkat yang
berdasarkan prospek investasi kota dan prospek pengembangan kota. Ranking tersebut
melonjak dari peringkat 20 pada tahun 2010 dan peringkat 19 pada tahun 2007. Hal ini
menunjukkan bahwa Indonesia merupakan pasar yang menarik bagi investor asing terutama
untuk sektor properti. Ketiga, dari sisi permintaan, permintaan domestik terutama untuk
hunian masih sangat besar. Kebutuhan perumahan bagi Indonesia pada tahun 2016 bahkan
mencapai 15 juta rumah. Angka yang besar ini masih terus bertumbuh karena pasokan yang
disediakan oleh pemerintah dan sektor swasta belum mampu memenuhi kebutuhan
masyarakat. Selain itu, sektor properti masih memiliki banyak ruang untuk tumbuh antara
lain karena porsi kredit properti terhadap total kredit dan PDB masih relatif rendah yaitu
sebesar 15,0 % dan 2,3 %. (Industry Update Bank Mandiri, 2015)
Dengan kondisi ekonomi dan pasar property di Indonesia tersebut, tingginya tingkat
kebutuhan dan permintaan terhadap hunian, menyebabkan tumbuh dan berkembangnya
perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang property. Hal ini mengakibatkan persaingan
yang semakin ketat di bidang penyediaan huniaan dan setiap perusahaan berlomba
menampilkan inovasi, teknologi, dan manajerial untuk mewujudkan keunggulan kompetitif.
Keunggulan kompetitif menurut David (2015) adalah segala sesuatu yang dapat dilakukan
Sapratama : Strategi Bisnis untuk Meningkatkan ...
247
dengan jauh lebih baik oleh sebuah perusahaan bila dibandingkan dengan perusahaan-
perusahaan saingan. Agar perusahaan tetap mampu bersaing dengan perusahaan lain yang
mengeluarkan produk sejenis dan produk substitusi, maka manajemen perusahaan harus
mampu mengelola perusahaannya dengan baik. Agar konsumen atau pelanggan yang ada
tidak beralih kepada perusahaan yang lain, perusahaan dituntut untuk lebih memahami segala
kebutuhan dan keinginan konsumen atau perusahaan harus mampu menciptakan produk yang
sesuai dengan kebutuhan konsumen.
Perusahaan harus mempunyai strategi bersaing yang berbeda dengan yang dilakukan
oleh perusahaan saingan. Ini dilakukan agar perusahaan dapat bertahan hidup bahkan
memenangkan persaingan. Strategi yang efektif adalah strategi yang medorong terciptanya
suatu keselarasan yang sempurna antara organisasi dengan lingkungannya dan antara
organisasi dengan pencapaian dan tujuan strategisnya.
PT Mitra Sindo Sukses adalah perusahaan swasta yang bergerak di bidang properti
dengan proyek pengembangan Kota Mandiri “Jakarta Garden City” yang berlokasi di
Cakung, Jakarta Timur. Jakarta Garden City saat ini merupakan kawasan kota mandiri
dengan luas terbesar yang masih tersisa dan masih berkembang di Jakarta dengan luas total
mencapai 370 hektar. Saat ini, Jakarta Garden City dilengkapi dengan pusat niaga terpadu
termasuk sekolah, shopping arcade, club house, pasar modern dan rumah sakit bertaraf
internasional. Dari total lahan 370 ha, JGC dibagi menjadi dua tipe hunian, yaitu hunian
residensial seluas 300 ha dan hunian komersial seluas 70 ha. Jakarta Garden City
merencanakan untuk membangun hingga 9.000 unit residensial yang dibagi menjadi tiga
tahap, masing-masing 100 ha. Tahap pertama adalah Garden City, hunian dengan konsep
bernuansa hijau (green) yang dilengkapi dengan taman, yang telah dibangun hampir 1.000
unit rumah dan 80% sudah dihuni. Pengembangan tahap kedua dinamakan River Garden,
hunian dengan konsep green yang ditata dengan sungai alami yang mengalir di lingkungan
perumahan.
Dikarenakan semakin banyaknya perusahaan property besar di Indonesia dengan
pengembangan pembangungan perumahan, pusat perbelanjaan, perkantoran, serta apartemen
dengan khususnya di Jakarta dan sekitarnya, PT Mitra Sindo Sukses semakin berambisi
melalui proyeknya “Jakarta Garden City” untuk terus meningkatkan kinerja dan
menghasilkan produk yang berkompeten. Untuk dapat bertahan dan bersaing dengan
perusahaan-perusahaan lain, PT Mitra Sindo Sukses harus mempunyai strategi bisnis untuk
bersaing menguasai pasar bisnis property.
Pokok Masalah
Pertumbuhan properti khususnya pengembangan Township di Indonesia berpeluang
untuk terus meningkat, hal ini dikarenakan Indonesia merupakan salah satu tujuan investasi
di Asia Pasifik serta harga properti di Indonesia masih relatif rendah, dan permintaan dari
konsumen yang terus meningkat. Karena beberapa alasan tersebut, perusahaan properti di
Indonesia semakin berambisi untuk terus meningkatkan kinerja dan berkompetisi untuk
menguasai bisnis properti di Indoneisa. Untuk dapat bersaing dengan pengembang properti
besar di Indonesia lainnya, tentunya PT Mitra Sindo Sukses harus mempunyai strategi untuk
dapat menguasai pasar bisnis pengembangan property khususnya kawasan Township Jakarta
Garden City.
JURNAL BISNIS DAN MANAJEMEN/Volume 52/No.11/November -2016 : 245-269
248
TELAAH KEPUSTAKAAN
Strategi
David (2015) mengungkapkan bahwa strategi adalah sarana bersama dengan tujuan
jangka panjang yang hendak dicapai. Sedangkan strategi bisnis merupakan aksi potensial
yang membutuhkan keputusan manajemen puncak dan sumber daya perusahaan dalam
jumlah yang besar. Selain itu, strategi memengaruhi perkembangan jangka panjang
perusahaan, biasanya untuk lima tahun kedepan, dan karenanya berorientasi ke masa yang
akan datang. Strategi mempunyai konsekuensi multifungsional atau multidivisional serta
perlu mempertimbangkan, baik faktor eksternal maupun faktor internal yang dihadapi
perusahaan.
Menurut Rangkuti (2006) berpendapat bahwa strategi adalah perencanaan induk yang
komprehensif, yang menjelaskan bagaimana perusahaan akan mencapai semua tujuan yang
telah ditetapkan berdasarkan misi yang telah ditetapkan sebelumnya.
Manajemen Strategi
Pearce dan Robinson (2008) berpendapat bahwa manajemen strategik adalah satu set
keputusan dan tindakan yang menghasilkan formulasi dan implementasi rencana yang
dirancang untuk meraih tujuan suatu perusahaan.
David (2015) mendefinisikan manajemen strategik sebagai seni dan pengetahuan
dalam merumuskan, mengimplementasikan, serta mengevaluasi keputusan-keputusan lintas
fungsional yang memampukan sebuah organisasi mencapai tujuannya. Manajemen strategis
berfokus pada usaha untuk mengintegrasikan manajemen, pemasaran, keuangan/akuntansi,
produk/operasi, penelitian dan pengembangan, serta sistem informasi manajemen untuk
mencapai keberhasilan organisasi.
Strategi Bisnis
Semua perusahaan pasti membutuhkan strategi bisnis apabila usaha atau perusahaan
mereka ingin tetap tumbuh dan bertahan dalam situasi persaingan dunia global yang semakin
hebat seperti saat ini. Perusahaan menggunakan strategi bisnis untuk menggarisbawahi
langkah pokok yang mereka rencanakan dalam upaya mencapai tujuan perusahaan. Seperti
yang dijelaskan sebelumnya bahwa secara umum terdapat tiga tingkatan strategi, yaitu
strategi level korporasi, strategi level bisnis dan strategi level fungsional. Definisi strategi
bisnis menurut Wheelen dan Hunger (2003) yaitu strategi bisnis biasanya terjadi pada bisnis
unit, dan menekankan peningkatan posisi kompetitif dari produk atau jasa perusahaan dalam
industri spesifik atau segmen pasar yang dilayani oleh unit bisnis.
Daya Saing Perusahaan
Tulus Tambunan (2006) berpendapat bahwa daya saing perusahaan merupakan hal-
hal yang harus dimiliki atau dikuasai oleh setiap perusahaan atau sektor, misalnya industri,
untuk meningkatkan keunggulan kompetitifnya adalah terutama teknologi, kewirausahaan,
dan efisiensi atau produktivitas yang tinggi, kualitas produk yang baik, promosi yang luas
dan agresif, pelayanan purna jual (service after sale) yang baik, tenaga kerja dengan tingkat
keterampilan/pendidikan, etos kerja, disiplin, komitmen, kreativitas dan motivasi yang tinggi,
proses produksi dengan skala ekonomis, diferensiasi produk, modal dan prasarana serta
Sapratama : Strategi Bisnis untuk Meningkatkan ...
249
sarana lainnya yang cukup, jaringan distribusi di dalam dan terutama di luar negeri yang luas
serta diorganisasikan dan dikelola secara profesional, proses produksi dilakukan dengan
sistem just-in-time (JIT). Semua faktor keunggulan kompetitif yang disebut ini dalam era
globalisasi dan perdagangan bebas dunia saat ini menjadi sangat penting.
Analisis Faktor Lingkungan
Lingkungan Internal
Lingkungan internal adalah lingkungan yang berada didalam perusahaan dan
secara normal memilih implikasi yang langsung dan khusus pada perusahaan. Faktor
internal adalah kemampuan dasar perusahaan, keterbatasan dan juga ciri khas yang
dimiliki perusahaan. Menurut Amirullah (2015), hal-hal yang mempengaruhi faktor
internal yaitu factor pemasaran, factor organisasi dan sumber daya manusia, serta
faktor produksi dan operasional.
Lingkungan Eksternal
Lingkungan eksternal memiliki dua bagian utama yang pertama lingkungan
umum (elemen dalam masyarakat luas yang mempengaruhi industry dan perusahaan-
perusahaan di dalamnya) dan lingkungan industri (faktor-faktor ancaman masuknya
peserta, pemasok, pembeli, produk pengganti, dan intensitas persaingan yang
mempengaruhi perusahaan dan tindakan serta tanggapan bersaing). Melengkapi
pengertian perusahaan akan lingkungan eksternal adalah analisis pesaing. Analisis
lingkungan sering kali harus mengasumsikan lingkungan bisnis yang tidak terbagi
atas negara atau batas. Analisis lingkungan eksternal mencangkup empat langkah
yang pertama scanning, monitoring, forecasting dan assessing. Analisis lingkungan ini
akan menghasilkan identifikasi peluang dan ancaman. Faktor-faktor dari lingkungan
eksternal yaitu lingkungan umum (factor demografi, faktor demografi, faktor
ekonomi, faktor politik & hukum, faktor sosial dan budaya, faktor teknologi dan
faktor global), lingkungan industri, dan lingkungan kompetitor.
Perumusan Strategi
David (2015) berpendapat bahwa perumusan strategi adalah sebuah taktik permainan
sebuah perusahaan, perumusan strategi mencangkup pengembangan visi dan misi,
identifikasi peluang dan ancaman eksternal suatu organisasi, kedasaran akan kekuatan dan
kelemahan internal, penetapan tujuan jangka panjang, pencarian strategi alternatif, dan
pemilihan strategi tertentu untuk mencapai tujuan.
Tahap Input
Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE Matrix)
Menurut David (2015), semua organisasi memiliki kekuatan dan
kelemahan dalam area fungsional bisnis. Tidak ada perusahaan yang sama
kuatnya atau lemahnya dalam semua area bisnis. Kekuatan / kelemahan internal,
digabungkan dengan peluang / ancaman dari eksternal dan pernyataan misi yang
jelas, menjadi dasar untuk penetapan tujuan dan strategi. Tujuan dan strategi
ditetapkan dengan maksud memanfaatkan kekuatan internal dan mengatasi
kelemahan.
JURNAL BISNIS DAN MANAJEMEN/Volume 52/No.11/November -2016 : 245-269
250
Matriks IFE akan menekankan pada identifikasi dan evaluasi kekuatan dan
kelemahan perusahaan pada area fungsional bisnis, termasuk manajemen,
pemasaran, keuangan / akuntansi, produksi/operasi, penelitan dan pengembangan,
sistem informasi manajemen, dan hubungan antar area bisnis ini.
Tabel 1
IFE Matrix
Faktor-faktor
Internal Utama Bobot Peringkat Skor Bobot
Kekuatan
Kekuatan 1
Kekuatan 2
Kekuatan 3
Kekuatan 4
Kekuatan 5
(Nilai Bobot)
(Nilai Bobot)
(Nilai Bobot)
(Nilai Bobot)
(Nilai Bobot)
1,2,3, atau 4
1,2,3, atau 4
1,2,3, atau 4
1,2,3, atau 4
1,2,3, atau 4
(Nilai Bobot)
(Nilai Bobot)
(Nilai Bobot)
(Nilai Bobot)
(Nilai Bobot)
Kelemahan
Kelemahan 1
Kelemahan 2
Kelemahan 3
Kelemahan 4
Kelemahan 5
(Nilai Bobot)
(Nilai Bobot)
(Nilai Bobot)
(Nilai Bobot)
(Nilai Bobot)
1,2,3, atau 4
1,2,3, atau 4
1,2,3, atau 4
1,2,3, atau 4
1,2,3, atau 4
(Nilai Bobot)
(Nilai Bobot)
(Nilai Bobot)
(Nilai Bobot)
(Nilai Bobot)
TOTAL 1,00 Minimal 1,00 &
Maksimal 4,00
Sumber : David, 2015
Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE Matrix)
Menurut David (2015), penilaian terhadap kekuatan eksternal menekankan
pada identifikasi dan evaluasi tren dan kejadian yang berada diluar kendali
perusahaan, seperti meningkatnya persaingan luar negeri, pergeseran populasi ke
daerah lain, semakin meningkatnya persentasi usia non-produktif (usia tua), dan
fluktuasi pasar saham. Penilaian eksternal, mengungkapkan peluang dan ancaman
utama yang dihadapi perusahaan sehingga manajer dapat memformulasi strategi
untuk mengambil keuntungan dari peluang atau mengurangi dampak dari
ancaman.
Tujuan dari penilaian eksternal adalah untuk mengembangkan daftar yang
terbatas tentang peluang yang dapat memberi manfaat dan ancaman yang harus
dihindari. Seperti dijelaskan oleh istilah terbatas, penilaian eksternal tidak
ditujukan untuk mengembangkan daftar yang panjang tentang faktor yang
mungkin mempengaruhi sebuah bisnis. Sebaliknya, ia ditujukan untuk
mengidentifikasi variabel kunci yang menawarkan respons yang dapat dijalankan.
Sapratama : Strategi Bisnis untuk Meningkatkan ...
251
Kekuatan eksternal dapat dibagi menjadi lima kategori besar, yaitu :
Kekuatan ekonomi
Kekuatan sosial, budaya, demografi, & lingkungan
Kekuatan politik, pemerintah, & hukum
Kekuatan teknologi
Kekuatan kompetitif
Tabel 2
EFE Matrix
Faktor-Faktor
Eksternal Utama Bobot Peringkat Skor Bobot
Peluang
Peluang 1
Peluang 2
Peluang 3
Peluang 4
Peluang 5
(Nilai Bobot)
(Nilai Bobot)
(Nilai Bobot)
(Nilai Bobot)
(Nilai Bobot)
1,2,3, atau 4
1,2,3, atau 4
1,2,3, atau 4
1,2,3, atau 4
1,2,3, atau 4
(Nilai Bobot)
(Nilai Bobot)
(Nilai Bobot)
(Nilai Bobot)
(Nilai Bobot)
Ancaman
Ancaman 1
Ancaman 2
Ancaman 3
Ancaman 4
Ancaman 5
(Nilai Bobot)
(Nilai Bobot)
(Nilai Bobot)
(Nilai Bobot)
(Nilai Bobot)
1,2,3, atau 4
1,2,3, atau 4
1,2,3, atau 4
1,2,3, atau 4
1,2,3, atau 4
(Nilai Bobot)
(Nilai Bobot)
(Nilai Bobot)
(Nilai Bobot)
(Nilai Bobot)
TOTAL 1,00 Minimal 1,00 &
Maksimal 4,00
Sumber : David, 2015
Matriks Profil Kompetitif (CPM Matrix)
Menurut David (2015), matriks Profil Kompetitif (Competitive Profile
Matrix- CPM) mengidentifikasi pesaing-pesaing utama suatu perusahaan serta
kekuatan dan kelemahan khusus perusahaan dalam hubungannya dengan posisi
strategis perusahaan.
JURNAL BISNIS DAN MANAJEMEN/Volume 52/No.11/November -2016 : 245-269
252
Tabel 3
CPM Matrix
Perusahaan 1 Perusahaan 2 Perusahaan 3
Faktor-
faktor
Keberhas
ilan
Penting
Bobot Peringka
t Skor
Peringka
t Skor
Peringka
t Skor
Faktor
1
Faktor
2
Faktor
3
Faktor
4
Faktor
5
(Nilai
Bobot)
(Nilai
Bobot)
(Nilai
Bobot)
(Nilai
Bobot)
(Nilai
Bobot)
1,2,3,
atau 4
1,2,3,
atau 4
1,2,3,
atau 4
1,2,3,
atau 4
1,2,3,
atau 4
(Nila
i)
(Nila
i)
(Nila
i)
(Nila
i)
(Nila
i)
1,2,3, atau
4
1,2,3, atau
4
1,2,3, atau
4
1,2,3, atau
4
1,2,3, atau
4
(Nilai
)
(Nilai
)
(Nilai
)
(Nilai
)
(Nilai
)
1,2,3, atau
4
1,2,3, atau
4
1,2,3, atau
4
1,2,3, atau
4
1,2,3, atau
4
(Nilai
)
(Nilai
)
(Nilai
)
(Nilai
)
(Nilai
)
Total 1,00
Min
1,00
&
Mak
s
4,00
Min
1,00
&
Maks
4,00
Min
1,00
&
Maks
4,00
Sumber : David, 2015
Tahap Pencocokan
Analisis SWOT
Menurut Pearce dan Robinson (2003), analisis SWOT perlu dilakukan
karena analisa SWOT untuk mencocokkan antara sumber daya internal dan
situasi eksternal perusahaan. Pencocokkan yang baik akan memaksimalkan
kekuatan dan peluang perusahaan dan meminimumkan kelemahan dan
ancamannya. Asumsi sederhana ini mempunyai implikasi yang kuat untuk design
strategi yang sukses.
Menurut David (2015), Semua organisasi memiliki kekuatan dan
kelemahan dalam area fungsional bisnis. Tidak ada perusahaan yang sama
kuatnya atau lemahnya dalam semua area bisnis. Kekuatan/kelemahan internal,
digabungkan dengan peluang/ancaman dari eksternal dan pernyataan misi yang
jelas, menjadi dasar untuk penetapan tujuan dan strategi. Tujuan dan strategi
ditetapkan dengan maksud memanfaatkan kekuatan internal dan mengatasi
kelemahan.
Sapratama : Strategi Bisnis untuk Meningkatkan ...
253
Tabel 4
SWOT / TOWS Matriks
Strengths Waeknesses
Opportunities S-O Strategies W-O Strategies
Threats S-T Strategies W-T Strategies
Sumber : David, 2015
Grand Strategy Matrix
David (2015) berpendapat bahwa, Matriks strategi besar (Grand Strategy
Matrix) adalah sebuah alat yang popular untuk merumuskan alternatif strategi.
Semua organisasi dapat diposisikan dalam salah satu dari empat kuadran dalam
Grand Strategy Matrix. Grand Strategy Matrix didasarkan pada dua dimensi
evaluatif, yakni: posisi kompetitif dan pertumbuhan pasar. Strategi yang sesuai
untuk dipertimbangkan suatu organisasi terdapat pada urutan daya tariknya
dalam masing – masing kuadran dalam matriks.
Perusahaan yang berada pada kuadran I berada pada posisi sangat bagus.
Untuk perusahaan ini, terus berkonsentrasi pada pasar (penetrasi pasar dan
pengembangan pasar) dan produk saat ini (pengembangan produk) adalah strategi
yang sesuai. Tidaklah bijak untuk perusahaan di kuadran I untuk bergerak terlalu
jauh dari keunggulan kompetitif yang dimilikinya.
Perusahaan yang berada pada kuadran II perlu melakukan evaluasi
terhadap pendekatan mereka saat ini terhadap pasar secara serius. Walaupun
industri mereka bertumbuh, mereka tidak mampu untuk bersaing secara efektif,
dan mereka perlu menentukan mengapa pendekatan perusahaan saat ini tidak
efektif dan bagaimana perusahaan dapat berubah dengan cara terbaik untuk
memperbaiki daya saingnya.
Perusahaan kuadran III bersaing dalam industri yang tumbuh dengan
lambat dan memiliki posisi kompetisi yang lemah. Perusahaan – perusahaan ini
harus membuat perubahan drastis secara cepat untuk menghindari penurunan
yang lebih jauh dan kemungkinan likuidasi. Pengurangan biaya dan asset secara
ekstensif (retrenchment) harus dilakukan terlebih dahulu.
Bisnis di kuadran IV memiliki posisi kompetitif yang kuat dalam industri
yang tumbuh lambat. Perusahaan ini memiliki kekuatan untuk memperkenalkan
program yang terdiversifikasi ke area yang pertumbuhannya menjanjikan.
JURNAL BISNIS DAN MANAJEMEN/Volume 52/No.11/November -2016 : 245-269
254
Gambar 1
Model Grand Strategy Matrix
Sumber : David, 2015
Tahap Keputusan
Teknik analisis dalam literatur yang dapat digunakan untuk menentukan daya tarik
relatif dari alternatif tindakan yang layak adalah dengan menggunakan Teknik Matriks
perencanaan strategi kuantitatif (Quantitative Strategic Planning Matrix – QSPM). Teknik
analisa ini, digunakan pada tahap ketiga dalam kerangka kerja analisis perumusan strategi.
Teknik ini secara objektif mengindikasikan alternatif strategi terbaik. QSPM menggunakan
input dari analisis tahap satu dan hasil pencocokan dari analisis tahap dua untuk menentukan
secara objektif diantara alternatif strategi. Yaitu, matriks EFE, matriks IFE, dan matriks CPM
– competitive profile matrix yang membentuk tahap satu, digabung dengan matriks SWOT,
matrix Grand Strategy yang membentuk tahap dua, memberikan informasi yang dibutuhkan
untuk membuat QSPM (tahap tiga). QSPM adalah alat yang memungkinkan penyusunan
strategi untuk mengavaluasi alternative strategi secara objektif, berdasarkan faktor
keberhasilan kunci internal dan external yang telah diidentifikasi sebelumnya.
PERTUMBUHAN PASAR YANG CEPAT
1. Pengembangan Pasar
2. Penetrasi Pasar
3. Pengembangan Produk
4. Integrasi Horizontal
5. Divestasi
6. Likuidasi
1. Retrechment
2. Diversifikasi konsentrik
3. Diversifikasi Horizontal
4. Diversifikasi konlomerat
5. Divestasi
6. Likuidasi
1. Diversifikasi konsentrik
2. Diversifikasi Horizontal
3. Diversifikasi Konglomerat
4. Joint Venture
1. Pengembangan Pasar
2. Penetrasi Pasar
3. Pengembangan Produk
4. Integrasi Kedepan
5. Integrasi Kebelakang
6. Integrasi Horizontal
7. Diversifikasi Konsentrik
POSISI
KOMPETITIF
YANG LEMAH
POSISI
KOMPETITIF
YANG KUAT
PERTUMBUHAN PASAR YANG LAMBAT
Kuadran I Kuadran II
Kuadran IV Kuadran III
Sapratama : Strategi Bisnis untuk Meningkatkan ...
255
Tabel 5
Model Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM)
S
u
m
b
e
r
:
D
a
v
i
d
,
2
015
Properti
Berdasarkan fungsi dan tujuan penggunaannya, properti dapat diklasifikasikan
menjadi 4 (empat) golongan atau kategori, yaitu :
Komersial
Jenis ini memiliki kemampuan komersial untuk menghasilkan arus kas dari
semua aspek komersialnya. Contohnya adalah perkantoran, pusat perbelanjaan,
penginapan, dan rumah toko.
Hunian
Jenis ini memiliki tujuan utama untuk dihuni. Dalam kenyataanya banyak
diketemukan sebagai kegiatan atau sarana komersial. Namun karena kebutuhan akan
tempat hunian lebih bersifat, maka jenis ini tidak digolongkan ke dalam jenis
komersial, secara umum jenis properti dibagi dua yaitu landed house berupa
rumah/kompleks perumahan, dan high building berupa rumah susun dan apartemen.
Industri
Real estat dalam kategori ini sebagai tempat produksi atau perakitan barang-
barang, baik melalui peralatan dramatik maupun manual dengan melibatkan tenaga
kerja. Contohnya adalah pabrik-pabrik, bangunan pabrik siap pakai, gudang.
Fasilitas Umum
Biasanya jenis ini dipergunakan untuk kepentingan umum dan khalayak ramai
kendati saat ini mulai mengarah menjadi komersial yang diperumtukann bagi
anggotanya saja. Contohnya adalah universitas, tempat beribadah, sarana olahraga,
rumah sakit, tempat rekreasi.
Faktor-Faktor Utama Bobot Strategi 1 Strategi 2 Strategi
3
Faktor-fator Eksternal Utama
Ekonomi
Politik/Hukum/ Pemerintahan
Sosial/Budaya/Demografi/
Lingkungan
Teknologi
Persaingan
Faktor-faktor Internal Utama
Manajemen
Pemasaran
Keuangan/Akuntansi
Produksi/Operasi
Penelitian dan Pengembangan
Sistem Informasi Manajemen
JURNAL BISNIS DAN MANAJEMEN/Volume 52/No.11/November -2016 : 245-269
256
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis Penelitian
Metodologi yang dipakai penelitian ini yaitu dengan menggunakan metode penelitian
deskriptif karena penelitian ini mempunyai tujuan untuk memperoleh jawaban yang terkait
dengan pendapat, tanggapan atau persepsi seseorang sehingga pembahasannya harus secara
kualitatif atau menggunakan uraian kata-kata.
Metode penelitian deskriptif adalah salah satu metode penelitan yang banyak
digunakan pada penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan suatu kejadian. Seperti yang
dikemukakan oleh Sugiyono (2011) “penelitian desktiptif adalah sebuah penelitian yang
bertujuan untuk memberikan atau menjabarkan suatu keadaan atau fenomena yang terjadi
saat ini dengan menggunakan prosedur ilmiah untuk menjawab masalah secara aktual”.
3.2 Subjek dan Objek Penelitian
Subjek Penelitian
Suharsimi Arikunto (2002) berpendapat bahwa subjek penelitian merupakan
sumber data yang dimintai informasinya sesuai dengan masalah penelitian. Adapun
yang dimaksud sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data diperoleh.
Untuk mendapat data yang tepat maka perlu ditentukan informan yang memiliki
kompetensi dan sesuai dengan kebutuhan data (purposive). Subyek penelitian dalam
tesis ini yaitu PT Mitra Sindo Sukses, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang
pengembangan properti di Indonesia.
Objek Penelitian
Sugiyono (2011) berpendapat bahwa, obyek penelitian dapat dinyatakan
sebagai situasi sosial penelitian yang ingin diketahui apa yang terjadi di dalamnya.
Pada obyek penelitian ini, peneliti dapat mengamati secara mendalam aktivitas
(activity) orang-orang (actors) yang ada pada tempat (place) tertentu. Obyek dari
penelitian ini adalah pengelolaan dan perumusan manajemen strategic PT Mitra Sindo
Sukses.
Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data
Sumber Data
Data Primer
Sugiyono (2011) berpendapat bahwa, sumber data primer adalah sumber
data yang secara langsung memberikan data kepada pengumpul data. Sumber
primer ini berupa catatan hasil wawancara yang diperoleh melalui wawancara
yang penulis lakukan.
Data Sekunder
Sugiyono (2011) berpendapat bahwa, sumber data sekunder merupakan
sumber data yang tidak memberikan informasi secara langsung kepada
pengumpul data. Sumber data sekunder ini dapat berupa hasil pengolahan lebih
lanjut dari data primer yang disajikan dalam bentuk lain atau dari orang lain. Data
ini digunakan untuk mendukung infomasi dari data primer yang diperoleh baik
dari wawancara, maupun dari observasi langsung ke lapangan. Penulis juga
menggunakan data sekunder hasil dari studi pustaka. Dalam studi pustaka, penulis
membaca literatur-literatur yang dapat menunjang penelitian, yaitu literatur-
Sapratama : Strategi Bisnis untuk Meningkatkan ...
257
literatur yang berhubungan dengan penelitian ini.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data merupakan salah satu aspek yang berperan dalam
kelancaran dan keberhasilan dalam suatu penelitian. Dalam penelitian ini metode
pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut:
Riset Lapangan
Studi Kepustakaan
Metode Analisis
Sugiyono (2011) berpendapat bahwa, setelah melakukan pengumpulan data, seluruh
data yang terkumpul kemudian diolah oleh peneliti. Data dianalisis menggunakan metode
deskriptif kualitatif yaitu dengan mendeskripsikan secara menyeluruh data yang didapat
selama proses penelitian. Dalam mengolah data kualitatif dilakukan melalui tahap reduksi,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Reduksi
Mereduksi berarti merangkum, memilih hal-hal pokok dan penting kemudian dicari
tema dan polanya. Pada tahap ini peneliti memilah informasi mana yang relevan dan
mana yang tidak relevan dengan penelitian.
Penyajian Data
Setelah dilakukan direduksi data, langkah selanjutnya adalah menyajikan dan
menganalisa data tersebut. Data disajikan dan dianalisa dalam bentuk tabel dan uraian
penjelasan yang bersifat deskriptif.
Penarikan Kesimpulan
Tahap akhir pengolahan data adalah penarikan kesimpulan. Setelah semua data tersaji
permasalahan yang menjadi objek penelitian dapat dipahami dan kemudian ditarik
kesimpulan yang merupaan hasil dari penelitian ini.
ANALISIS DAN BAHASAN TEMUAN
Analisis Faktor Lingkungan
Hasil analisis didapat dari wawancara dengan narasumber yaitu pihak manajemen
Jakarta Garden City lalu kemudian dianalisis.
Analisis Lingkungan Internal
Analisis lingkungan internal sebuah perusahaan merupakan hal yang sangat
penting untuk mengetahui kondisi internal perusahaan. Selain itu, analisis lingkungan
internal juga untuk mengetahui kesesuaian strategi perusahaan dengan sumber daya
perusahaan yang dimiliki. Dalam proses perumusan strategi pada sebuah perusahaan,
perlu dilakukan identifikasi dan evaluasi pada kondisi internal perusahaan itu seniri.
Hasil dari identifikasi dan evaluasi lingkungan internal tersebut diharapkan dapat
mengetahui profil keunggulan strategis perusahaan yang dimiliki. Sehingga,
perusahaan dapat memanfaatkan peluang bisnis yang dimiliki dan mengantisipasi
serta menyikapi ancaman bisnis yang yang ada dengan tepat. Hasil dari analisis
lingkungan internal ini yaitu diketahui kekuatan dan kelemahan perusahaan.
JURNAL BISNIS DAN MANAJEMEN/Volume 52/No.11/November -2016 : 245-269
258
Berikut ini merupakan hasil dari Analisis kondisi internal, yaitu :
Strength
Lokasi yang strategis dan satu-satunya kota mandiri terbesar yang masih
berkembang di Kota Jakarta.
Fasilitas lengkap untuk penghuni Jakarta Garden City.
Memiliki tim marketing yang berpengalaman dan koneksi yang luas dalam
bidang properti.
Nilai investasi produk Jakarta Garden City yang terus meningkat.
Masih tersedia lahan cukup luas untuk dikembangkan (Total Wilayah 370
Hektar).
Weakness
Jakarta Garden City hanya berfokus pada pengembangan hunian kelas
menangah dan keatas, tidak tersedia untuk kelas menengah kebawah.
Pandangan orang terhadap kawasan Cakung-Cilincing, Jakarta Timur sebagai
kawasan industry.
Kurangnya koordinasi antar divisi dalam penanganan complain dari
konsumen.
Kurangnya apresiasi atau kesejahteraan bagi karyawan.
Pembangunan produk yang seringkali mengalami keterlambatan sehingga
mempengaruhi jadwal serah-terima kepada konsumen.
Analisis Lingkungan Eksternal
Analisis lingkungan eksternal pada perusahaan bertujuan untuk mengetahui
ancaman dan peluang bagi perusahaan terssebut. Ancaman merupakan suatu kondisi
didalam lingkungan umum yang dapat menghambat usaha-usaha perusahaan dalam
mencapai daya saing strategis. Sedangkan peluang adalah kondisi dalam lingkungan
umum yang dapat membantu perusahaan untuk mencapai daya saing strategis.
Lingkungan eksternal perusahaan merupakan faktor-faktor diluar kendali
perusahaan tetapi memiliki pengaruh yang tidak langsung bagi perusahaan seperti
dapat mempengaruhi pilihan arah dan tindakan perusahaan. Faktor-faktor lingkungan
eksternal yang berpengaruh dalam proyek Jakarta Garden City, yaitu:
Opportunity
Pertumbuhan penduduk Kota Jakarta yang terus meningkat tiap tahunnya.
Adanya kemudahan memiliki rumah dengan fasilitas Kredit Kepemilikan
Rumah (KPR) dari lembaga pembiayaan keuangan.
Adanya akses Jalur Transjakarta dan rencana pengembangan Mass Rapid
Transport (MRT).
Trend dan gaya hidup masyarakat dalam mencari tempat tinggal.
Kemajuan teknologi internet yang membuat semua masyarakat dapat
mengakses informasi dengan mudah.
Sapratama : Strategi Bisnis untuk Meningkatkan ...
259
Threat
Persaingan antar perusahaan sejenis yang semakin ketat dapat menarik
konsumen.
Pengetatan peraturan KPR dari Bank Indonesia untuk pembelian kredit kedua
dan seterusnya membuat konsumen tidak mudah untuk mendapatkan kredit
perumahan, terutama untuk investor.
Adanya peraturan tentang hak kepemilikan hunian oleh warga negara asing.
Analisis Strategi Bisnis
Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE Matrix)
Matriks IFE digunakan untuk mengetahui seberapa besar penilaian yang
berpengaruh pada factor-faktor internal yang ada didalam Jakarta Garden City
berdasarkan peluang dan ancaman yang ada dirasakan oleh Jakarta Garden City.
Tabel 6
Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE Matrix)
Faktor Internal Bobot
(A)
Rating
(B)
Skor
(AxB)
STRENGTH
Lokasi yang strategis dan satu-satunya kota mandiri
terbesar yang masih berkembang di Kota Jakarta. 0.21 4 0.84
Fasilitas lengkap untuk penghuni Jakarta Garden City. 0.18 3 0.54
Memiliki tim marketing yang berpengalaman dan koneksi
yang luas dalam bidang properti. 0.09 3 0.27
Nilai investasi produk Jakarta Garden City yang terus
meningkat. 0.09 2 0.18
Masih tersedia lahan cukup luas untuk dikembangkan
(Total Wilayah 370 Hektar). 0.05 2 0.1
WEAKNESS
Jakarta Garden City hanya berfokus pada pengembangan
hunian kelas menangah dan keatas, tidak tersedia untuk
kelas menengah kebawah.
0.06 2 0.12
Pandangan orang terhadap kawasan Cakung-Cilincing,
Jakarta Timur sebagai kawasan industry. 0.11 2 0.22
Kurangnya koordinasi antar divisi dalam penanganan
complain dari konsumen. 0.04 2 0.08
Kurangnya apresiasi atau kesejahteraan bagi karyawan. 0.05 3 0.15
Pembangunan produk yang seringkali mengalami
keterlambatan sehingga mempengaruhi jadwal serah-terima
kepada konsumen.
0.12 1 0.12
1.00 2.62
Sumber : Hasil Analisis, 2016
JURNAL BISNIS DAN MANAJEMEN/Volume 52/No.11/November -2016 : 245-269
260
Keterangan:
Bobot menunjukkan bobot/seberapa penting dari setiap critical success factor
terhadap industry.
Rating menunjukkan kekuatan/kelemahan Jakarta Garden City terhadap Critical
success factor.
4=Kekuatan utama 2=Kelemahan minor
3=Kekuatan minor 1=Kelemahan utama
Penentuan bobot rating berdasarkan hasil dari wawancara dan analisa manajemen
perusahaan.
Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE Matrix)
Matriks EFE digunakan untuk mengetahui seberapa besar penilaian factor-
faktor eksternal yang dipengaruhi terhadap Jakarta Garden City berdasarkan kekuatan
dan kelemahan yang ada didalam perusahaan.
Tabel 7
Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE Matrix)
Faktor Eksternal Bobot
(A)
Rating
(B)
Skor
(AxB)
OPPORTUNITY
Pertumbuhan penduduk Kota Jakarta yang terus
meningkat tiap tahunnya. 0.2 4 0.80
Adanya kemudahan memiliki rumah dengan fasilitas
Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) dari lembaga
pembiayaan keuangan.
0.2 4 0.80
Adanya akses Jalur Transjakarta dan rencana
pengembangan Mass Rapid Transport (MRT). 0.15 3 0.45
Trend dan gaya hidup masyarakat dalam mencari tempat
tinggal. 0.1 2 0.2
Kemajuan teknologi internet yang membuat semua
masyarakat dapat mengakses informasi dengan mudah. 0.1 2 0.2
THREAT
Persaingan antar perusahaan sejenis yang semakin ketat
dapat menarik konsumen. 0.1 2 0.2
Pengetatan peraturan KPR dari Bank Indonesia untuk
pembelian kredit kedua dan seterusnya membuat
konsumen tidak mudah untuk mendapatkan kredit
perumahan, terutama untuk investor.
0.1 2 0.2
Adanya peraturan tentang hak kepemilikan hunian oleh
warga negara asing. 0.05 3 0.15
1.0 3.00
Sumber : Hasil Analisis, 2016
Sapratama : Strategi Bisnis untuk Meningkatkan ...
261
Keterangan:
Bobot menunjukkan bobot/seberapa penting dari setiap critical success factor
terhadap industry.
Rating menunjukkan kekuatan/kelemahan Jakarta Garden City terhadap Critical
success factor.
4=Kekuatan utama 2=Kelemahan minor
3=Kekuatan minor 1=Kelemahan utama
Penentuan bobot rating berdasarkan hasil dari wawancara dan analisa manajemen
perusahaan.
Matriks Profil Kompetitif (CPM Matriks)
CPM (Competitive Profile Matrix) yaitu analisa yang bertujuan untuk
mengidentifikasi pesaing-pesaing utama suatu perusahaan serta kekuatan dan
kelemahan khusus perusahaan dalam hubungannya dengan posisi strategis
perusahaan. Berikut ini merupakan hasil analisis CPM Matriks :
Tabel 8
Matriks Profil Kompetitif (CPM Matrix)
CSF’S
Wt
Jakarta
Garden City
Kota
Harapan
Indah
Summarecon
Bekasi
Rating Wt'd
Score Rating
Wt'd
Score Rating
Wt'd
Score
Sistem Distribusi 0.09 2 0.18 2 0.18 3 0.27
Kualitas Produk 0.18 4 0.72 3 0.54 3 0.54
Loyalitas konsumen 0.06 2 0.12 2 0.12 2 0.12
Pangsa pasar 0.1 2 0.2 3 0.3 3 0.3
Inovasi 0.15 4 0.60 2 0.30 4 0.60
Harga 0.20 3 0.60 2 0.40 3 0.60
Desain 0.15 4 0.60 3 0.45 4 0.60
Pelayanan 0.1 3 0.30 3 0.30 2 0.20
1.00 3.32 2.59 3.23
Sumber : Hasil Analisis, 2016
Dari hasil analisis CPM Matriks, beberapa hal yang membuat Jakarta Garden
City lebih unggul dari perusahaan-perusahaan lain (Kota Harapan Indah dan
Summarecon Bekasi) yaitu kualitas yang dimiliki produk-produk Jakarta Garden City.
Selain itu, inovasi produk serta desain yang dibuat oleh Jakarta Garden City lebih
unggul dari pesaing-pesaingnya.
Kelemahan Jakarta Garden City jika dibandingkan dengan perusahaan
pesaingnya yaitu lemahnya pangsa pasar dari produk-produk Jakarta Garden City.
JURNAL BISNIS DAN MANAJEMEN/Volume 52/No.11/November -2016 : 245-269
262
Analisis SWOT (Strenghts, Weaknesses, Opportunities, Threats)
Tabel 9
Matriks SWOT
Strenghts-S Weakness-W
1. Lokasi yang strategis dan
satu-satunya kota mandiri
terbesar yang masih
berkembang di Kota
Jakarta.
2. Fasilitas lengkap untuk
penghuni Jakarta Garden
City.
3. Memiliki tim marketing
yang berpengalaman dan
koneksi yang luas dalam
bidang properti.
4. Nilai investasi produk
Jakarta Garden City yang
terus meningkat.
5. Masih tersedia lahan cukup
luas untuk dikembangkan
(Total Wilayah 370
Hektar).
1. Jakarta Garden City hanya
berfokus pada
pengembangan hunian
kelas menangah dan
keatas, tidak tersedia
untuk kelas menengah
kebawah.
2. Pandangan orang terhadap
kawasan Cakung-
Cilincing, Jakarta Timur
sebagai kawasan industry.
3. Kurangnya koordinasi
antar divisi dalam
penanganan complain dari
konsumen.
4. Kurangnya apresiasi atau
kesejahteraan bagi
karyawan.
5. Pembangunan produk
yang seringkali
mengalami keterlambatan
sehingga mempengaruhi
jadwal serah-terima
kepada konsumen.
Opportunities-O S-O Strategies W-O Strategies
1. Pertumbuhan
penduduk Kota Jakarta
yang terus meningkat
tiap tahunnya.
2. Adanya kemudahan
memiliki rumah
dengan fasilitas Kredit
Kepemilikan Rumah
(KPR) dari lembaga
pembiayaan keuangan.
3. Adanya akses Jalur
Transjakarta dan
rencana pengembangan
Mass Rapid Transport
(MRT).
1. S1-O4: Mengembangkan
Kawasan Super blok /
Mixed Use berkonsep one
stop living yang
menggabungkan hunian
vertikal, pusat
perbelanjaan, perkantoran,
serta hotel.
2. S5-O5: Mengembangkan
“Eco-Smarthome” yang
sudah menjadi tren dan
kebutuhan masyarakat
digital saat ini dengan tetap
mengedepankan konsep
dan pengelolahan hijau
1. W1-O1: Membuat atau
mengembangkan produk
baru dengan focus pada
masyarakat menengah-
kebawah.
2. W2-04: Memperkuat
Brand Image Jakarta
Garden City dengan
konsep “Where Life
Flourishes”
3. W3-O5: Mengembangkan
system informasi
mengenasi pusat data
untuk aktifitas jual-beli,
pra-konstruksi,
Sapratama : Strategi Bisnis untuk Meningkatkan ...
263
4. Trend dan gaya hidup
masyarakat dalam
mencari tempat tinggal.
5. Kemajuan teknologi
internet yang membuat
semua masyarakat
dapat mengakses
informasi dengan
mudah
yang baik.
3. S3-O1: Membuat program
refeal bagi konsumen yang
sudah membeli, dimana
konsumen yang sudah
membeli tersebut apabila
mengajak calon pembeli
dan terjadi transaksi, maka
konsumen tersebut berhak
mendapatkan hadiah dari
hasil penjual tersebut.
4. S5-O1: Melakukan kerja
sama dengan perusahaan
pengembang lain (local
maupun asing) untuk
mempercepat
pengembangan Jakarta
Garden City.
konstruksi, maupun pasca
konstruksi yang dapat
diakses oleh pihak
internal maupun eksternal
perusahaan.
Threats-T S-T Strategies W-T Strategies
1. Persaingan antar
perusahaan sejenis
yang semakin ketat
dapat menarik
konsumen.
2. Pengetatan peraturan
KPR dari Bank
Indonesia untuk
pembelian kredit kedua
dan seterusnya
membuat konsumen
tidak mudah untuk
mendapatkan kredit
perumahan, terutama
untuk investor.
3. Adanya peraturan
tentang hak
kepemilikan hunian
oleh warga negara
asing.
1. S1-T1: Membuat dan
mengembangkan Landmark
sebagai Point of Interest
(PoI) kawasan yang dapat
menarik lebih banyak lagi
konsumen.
2. S4-T2: Menyediakan
fasilitas alternative
pembayaran bagi konsumen
apabila KPR bank
konsumen ditolak.
1. W3-T1: Memperbaiki
SOP dan koordinasi antar
divisi yang menangani
complain konsumen
terhadap produk yang
dijual.
2. W5-T1: Membuat system
informasi dalam
menjalankan Project
Planning dengan jadwal
dab pengawasan yang
ketat dan terencana.
Sumber : Hasil Analisis, 2016
JURNAL BISNIS DAN MANAJEMEN/Volume 52/No.11/November -2016 : 245-269
264
Grand Strategy Matrix
Grand Strategy Matrix atau matriks strategi besar yaitu analisa dalam
manajemen strategis yang didasarkan kepada dimensi Competitive, Position, dan
Market Growth. Metode matriks strategi besar ini dibagi menjadi 4 (empat) bagian
atau kuadran, dimana pada setiap kuadran memberikan saran atau usulan tentang
bagaimana strategi yang sebaiknya akan diterapkan oleh perusahaan. Berikut ini
merupakan hasil analisa matriks strategi besar dari Jakarta Garden City :
Gambar 2
Matriks Strategi Besar
Sumber : Hasil Analisis, 2016
Berdasarkan hasil CPM, maka dapat diketahui Jakarta Garden City berada pada
kuadran I dengan total point 3.32. Posisi ini tentunya mengalahkan posisi Kota Harapan
Indah dan Summarecon Bekasi sebagai pesaing, dimana Summarecon Bekasi memperoleh
nilai 3.23 dan Kota Harapan Indah 2.59.
Dari hasil tersebut, Jakarta Garden City dapat melakukan strategi – strategi berikut:
Market Penetration
Strategi yang mungkin dilakukan oleh Jakarta Garden City adalah membentuk
pasar baru dengan potensi – potensi yang dimiliki oleh Jakarta Garden City itu
sendiri, seperti Mengembangkan Kawasan Super blok / Mixed Use berkonsep “one
stop living” yang menggabungkan hunian vertikal, pusat perbelanjaan, perkantoran,
serta hotel.
Market Development
Untuk menghilangkan kesan kawasan “Cakung-Cilincing” sebagai kawasan
industry dan pergudangan di mata masyarakat, Jakarta Garden City harus melakukan
promosi produk. Promosi-promosi serta iklan yang edukatif serta menarik nantinya
akan banyak merubah kesan masyarakat terhadap kawasan Cakung-Cilincing
Weak Competitive
Position Strong
Competitive
Position
Slow Market Growth
Quadran I
Jakarta Garden City
Fast Market Growth
Sapratama : Strategi Bisnis untuk Meningkatkan ...
265
khususnya Jakarta Garden City menjadi kawasan hunian yang nyaman dan aman
untuk ditinggali dengan konsep “Where Life Flourishes”.
Product Development
Jakarta Garden City dapat melakukan product development dengan cara
peluncuran produk – produk baru terutama produk baru dengan membuat atau
mengembangkan produk baru dengan fokus pada masyarakat menengah-kebawah.
Selain itu, Jakarta garden City dapat juga mengembangkan “Eco-Smarthome” yang
sudah menjadi tren dan kebutuhan masyarakat digital saat ini dengan tetap
mengedepankan konsep dan pengelolahan hijau yang baik.
Quantitive Strategic Planning Matrix (QSPM)
Pada tahap pengengambilan keputusan ini digunakan Matriks QSPM. QSPM
(The Quantitive Strategic Planning Matrix) yaitu analisis yang digunakan untuk
mengambil keputusan strategi utama yang akan digunakan perusahaan dalam
merumuskan strategi bisnis yang akan diterapkan. Berdasarkan analisa yang telah
dilakukan pada tahap sebelumnya, maka dipertimbangkan untuk merumuskan strategi
yang dapat dilakukan oleh Jakarta Garden City yaitu :
Strategi 1: Mengembangkan Kawasan Super blok / Mixed Use berkonsep “one
stop living” yang menggabungkan hunian vertikal, pusat perbelanjaan,
perkantoran, serta hotel.
Strategi 2 : Memperkuat Brand Image Jakarta Garden City dengan konsep
“Where Life Flourishes”
Strategi 3: Membuat atau mengembangkan produk baru dengan fokus pada
masyarakat menengah-kebawah. Selain itu, Jakarta garden City dapat juga
mengembangkan “Eco-Smarthome” yang sudah menjadi tren dan kebutuhan
masyarakat digital saat ini dengan tetap mengedepankan konsep dan pengelolahan
hijau yang baik.
Dari strategi-strategi yang telah dirumuskan tersebut selanjutnya dilakukan
pemilihan strategi utama yang dapat diterapkan oleh Jakarta Garden City, yaitu
dengan menganalisa strategi-strategi tersebut dengan menggunakan Matriks QSPM.
Berikut ini merupakan analisa Matriks QSPM :
JURNAL BISNIS DAN MANAJEMEN/Volume 52/No.11/November -2016 : 245-269
266
Tabel 10. Matriks Quantity Strategic Planning (QSPM)
No QSPM Weight
Strategy 1 Strategy 2 Strategy 3
Ran
k
Total
Weight
Ran
k
Total
Weight
Ran
k
Total
Weig
ht
STRENGTH
1. Lokasi yang strategis 0.105 4 0.42 3 0.315 4 0.42
2. Fasilitas yang lengkap 0.09 4 0.36 3 0.27 3 0.27
3. Tim marketing yang
berpengalaman 0.045 4 0.18 3 0.135 4 0.18
4. Nilai investasi yang terus
meingkat 0.045 4 0.18 2 0.09 4 0.18
5. Lahan cukup luas untuk
dikembangkan 0.025 3 0.075 1 0.025 3 0.075
WEAKNESS
6. Hanya fokus pada
pengembangan hunian
menengah-keatas
0.03 4 0.12 2 0.06 4 0.12
7. Pandangan masyarakat
terhadap kawasan Cakung-
Cilincing
0.055 4 0.22 4 0.22 3 0.165
8. Kurangnya koordinasi dalam
penanganan komplain 0.02 1 0.02 1 0.02 1 0.02
9. Kurangnya apresiasi bagi
karyawan 0.025 1 0.025 1 0.025 1 0.025
10. Pembangunan produk
seringkali terlambat 0.06 1 0.06 1 0.06 1 0.06
OPPORTUNITIES
11. Pertumbuhan penduduk terus
meningkat 0.1 4 0.4 2 0.2 4 0.4
12. Kemudahan fasilitas KPR 0.1 3 0.3 1 0.1 3 0.3
13. Adanya akses jalur
Transjakarta dan rencana
MRT Jakarta
0.075 4 0.3 3 0.225 4 0.3
14. Trend dan gaya hidup
masyarakat 0.05 4 0.2 3 0.15 4 0.2
15. Kemajuan teknologi 0.05 2 0.1 1 0.05 3 0.15
THREAT
16. Persaingan perusahaan
sejenis 0.05 4 0.2 4 0.2 4 0.2
17. Pengetatan peraturan fasilitas
KPR terhadap pembelian
kedua dan seterusnya
0.05 2 0.1 2 0.1 2 0.1
Sapratama : Strategi Bisnis untuk Meningkatkan ...
267
18. Peraturan kepemilikan
properti oleh orang asing 0.025 2 0.05 2 0.05 2 0.05
TOTAL 1 3.31 2.295 3.215
Sumber : Hasil Analisis, 2016
Dari hasil analisa, bobot tertinggi untuk pemilihan strategi utama yaitu :
Strategi 1: Mengembangkan Kawasan Super blok / Mixed Use berkonsep “one stop
living” yang menggabungkan hunian vertikal, pusat perbelanjaan, perkantoran, serta
hotel dengan nilai 3.31.
Strategi 3: Membuat atau mengembangkan produk baru dengan fokus pada
masyarakat menengah-kebawah. Selain itu, Jakarta garden City dapat juga
mengembangkan “Eco-Smarthome” yang sudah menjadi tren dan kebutuhan
masyarakat digital saat ini dengan tetap mengedepankan konsep dan pengelolahan
hijau yang baik dengan nilai 3.215.
Strategi 2 : Memperkuat Brand Image Jakarta Garden City dengan konsep “Where
Life Flourishes” dengan nilai 2.295.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat setelah melakukan analisa pada bab sebelumnya yaitu :
Hasil identifikasi kondisi internal dan eksternal perusahaan, yaitu :
Kondisi Internal Perusahaan :
o Strength
Lokasi yang strategis dan satu-satunya kota mandiri terbesar yang masih
berkembang di Kota Jakarta.
Fasilitas lengkap untuk penghuni Jakarta Garden City.
Memiliki tim marketing yang berpengalaman dan koneksi yang luas
dalam bidang properti.
Nilai investasi produk Jakarta Garden City yang terus meningkat.
Masih tersedia lahan cukup luas untuk dikembangkan (Total Wilayah 370
Hektar).
o Weakness
Jakarta Garden City hanya berfokus pada pengembangan hunian kelas
menangah dan keatas, tidak tersedia untuk kelas menengah kebawah.
Pandangan orang terhadap kawasan Cakung-Cilincing, Jakarta Timur
sebagai kawasan industry.
Kurangnya koordinasi antar divisi dalam penanganan complain dari
konsumen.
Kurangnya apresiasi atau kesejahteraan bagi karyawan.
Pembangunan produk yang seringkali mengalami keterlambatan sehingga
mempengaruhi jadwal serah-terima kepada konsumen.
JURNAL BISNIS DAN MANAJEMEN/Volume 52/No.11/November -2016 : 245-269
268
Kondisi Eksternal Perusahaan :
o Opportunity
Pertumbuhan penduduk Kota Jakarta yang terus meningkat tiap tahunnya.
Adanya kemudahan memiliki rumah dengan fasilitas Kredit Kepemilikan
Rumah (KPR) dari lembaga pembiayaan keuangan.
Adanya akses Jalur Transjakarta dan rencana pengembangan Mass Rapid
Transport (MRT).
Trend dan gaya hidup masyarakat dalam mencari tempat tinggal.
Kemajuan teknologi internet yang membuat semua masyarakat dapat
mengakses informasi dengan mudah.
o Threat
Persaingan antar perusahaan sejenis yang semakin ketat dapat menarik
konsumen.
Pengetatan peraturan KPR dari Bank Indonesia untuk pembelian kredit
kedua dan seterusnya membuat konsumen tidak mudah untuk
mendapatkan kredit perumahan, terutama untuk investor.
Adanya peraturan tentang hak kepemilikan hunian oleh warga negara
asing.
Berdasarkan hasil akhir analisis akhir, maka strategi yang cocok untuk diterapkan
terhadap township Jakarta Garden City, yaitu :
Market Penetration
Strategi yang mungkin dilakukan oleh Jakarta Garden City adalah
membentuk pasar baru dengan potensi – potensi yang dimiliki oleh Jakarta
Garden City itu sendiri, seperti Mengembangkan Kawasan Super blok / Mixed
Use berkonsep “one stop living” yang menggabungkan hunian vertikal, pusat
perbelanjaan, perkantoran, serta hotel.
Market Development
Untuk menghilangkan kesan kawasan “Cakung-Cilincing” sebagai
kawasan industry dan pergudangan di mata masyarakat, Jakarta Garden City
harus melakukan promosi produk. Promosi-promosi serta iklan yang edukatif
serta menarik nantinya akan banyak merubah kesan masyarakat terhadap
kawasan Cakung-Cilincing khususnya Jakarta Garden City menjadi kawasan
hunian yang nyaman dan aman untuk ditinggali dengan konsep “Where Life
Flourishes”.
Product Development
Jakarta Garden City dapat melakukan product development dengan cara
peluncuran produk – produk baru terutama produk baru dengan membuat atau
mengembangkan produk baru dengan fokus pada masyarakat menengah-
kebawah. Selain itu, Jakarta garden City dapat juga mengembangkan “Eco-
Smarthome” yang sudah menjadi tren dan kebutuhan masyarakat digital saat ini
dengan tetap mengedepankan konsep dan pengelolahan hijau yang baik.
Sapratama : Strategi Bisnis untuk Meningkatkan ...
269
Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka saran yang dapat diberikan kepada perusahaan
dalam rangka meningkatkan daya saing, yaitu dengan meelakukan sstrategi sebagai berikut :
Mengembangkan Kawasan Super blok / Mixed Use berkonsep “one stop living” yang
menggabungkan hunian vertikal, pusat perbelanjaan, perkantoran.
Membuat atau mengembangkan produk baru dengan fokus pada masyarakat
menengah-kebawah. Selain itu, Jakarta garden City dapat juga mengembangkan
“Eco-Smarthome” yang sudah menjadi tren dan kebutuhan masyarakat digital saat ini
dengan tetap mengedepankan konsep dan pengelolahan hijau yang baik.
Memperkuat Brand Image Jakarta Garden City dengan konsep “Where Life
Flourishes”.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Amirullah. (2015). Manajemen Strategi Teori-Konsep-Kinerja. Jakarta :Mitra Wacana Media
Arikunto, Suharsimi. (2002). Metodologi Penelitian. Jakarta : Penerbit Rineka Cipta.
Bank Indonesia. (2015). Survey Harga Properti Residential. Kuartal IV-2015. Jakarta : Bank
Indonesia.
Bank Mandiri. (2015). Laporan Industry Update. Volume 22-2015. Jakarta : Bank Mandiri.
David, Fred R. (2015). Strategic Management: A Competitive Advantage Approach, Concept
and Cases. (Fifteenth Edition). New Jersey : Pearson.
Hunger, J. David & Wheelen, Thomas L. (2003). Manajemen Strategis. Yogyakarta :
Penerbit Andi.
Pearce II, John A. & Robinson Richard B.Jr. (2008). Manajemen Strategis 10. Jakarta :
Penerbit Salemba Empat.
Rangkuti, F. (2006). Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis (Edisi Keduabelas).
Jakarta : Penerbit Gramedia Pustaka Utama.
Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Penerbit
Alfabeta
Tambunan, Tulus. (2006). Iklim Investasi di Indonesia: Masalah, Tantangan dan Potensi.
Jakarta : Kadin-Indonesia-Jetro.