resume buku administrasi pembangunan
TRANSCRIPT
Tugas : Resume Buku
Mata Kuliah : Teori Pembangunan
Dosen : Dr. Sulaiman Fattah, M.Si
ADMINISTRASI PEMBANGUNAN
Perkembangan Pemikiran dan Praktiknya di
Indonesia
OLEH :
SUKRAINI / NPM : 2014. 05. 042
PROGRAM PASCA SARJANA ILMU ADMINISTRASI
SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI
LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA
MAKASSAR, 2014
JUDUL BUKU : ADMINISTRASI PEMBANGUNAN
Perkembangan Pemikiran dan Praktiknya di
Indonesia.
PENULIS : GINANDJAR KARTASASMITA
PENERBIT : PT Pustaka LP3ES Indonesia, angota IKAPI
TAHUN TERBIT : April, 1997
JUMLAH Halaman : xxi + 222 hlm, 23 cm
CETAKAN : Pertama
PENGANTAR : Prof. H. Bintoro Tjokroaminoto
Ginandjar Kartasasmita adalah seorang Lulusan ITB-
Bandung yang berkutat dalam bidang tehknik, dengan latar
belakang ilmu tehknik beliau kemudian mempelajari
administrasi, kemudian memilih secara sadar dan berhasil dalam
kehidupannya, dan dalam pengembangan ilmunya : administrasi
pembangunan, yakni sebagai Menteri Negara Perencanaan
Pembangunan Nasional (Menneg PPN) dan juga sebagai Guru Besar
ilmu administrasi pembangunan.
Di dalam buku ini penulis memaparkan secara luas
mengenai Administrasi Pembangunan yang terbagi atas 7 Bab
dimana akan coba saya uraikan setelah membaca beberapa kali
dan mencoba untuk memahami buku ini. Tidak dapat dipungkiri
bahwa sebagai manusia biasa yang tentunya tak luput dari salah
dan khilaf, maka masukan dan kritikan sangat saya harapkan
baik dari rekan, dosen dan pembaca resensi ini.
Akhirnya resensi buku Administrasi Pembangunan :
Perkembangan Pemikiran dan Praktiknya di Indonesia yang
ditulis oleh Bapak Ginandjar Kartasasmita selesai saya buat,
sebagai salah satu tugas take home pada mata kuliah Teori
Pembangunan pada STIA LAN Makassar Prodi Magister Administrasi
Pelayanan Kesehatan tahun 2014.Sebagai penutup tak lupa ucapan
terima kasih saya sampaikan kepada pihak yang telah memberikan
bantuan dalam usaha merampungkan tugas ini.
BAB. 1 PENDAHULUAN
Administrasi adalah bidang studi yang memperlajari system
administrasi Negara di Negara yang sedang membangun serta
upaya untuk meningkatkan kemampuannya. Untuk memahami
administrasi pembangunan terlebih dahulu harus dipahami
hakikat administrasi, yaitu administrasi Negara atau
administrasi publik, dan hakikat pembangunan itu sendiri.
Pada Bab ini dikupas mengenai berbagai konsep pembanguna,
yang mencerminkan pergeseran paradigm pembangunan menuju kea
rah makin terpusatnya pembangunan pada aspek manusia dan
nilai-nilai kemanusiaan. Dalam telaah administrasi pembangunan
dibedakan adanya dua pengertian yaitu administrasi bagi
pembangunan dan pembangunan admnistrasi itu sendiri.
Pada Dasarnya pendekatan yang digunakan dalam
Administrasi bagi pembangunan adalah adalah pendekatan
manajemen pembangunan, sedangkan untuk menerangkan admnistrasi
itu sendiri digunakan konsep organisasi. Manajemen pembangunan
adalah manajemen publik dengan ciri yang khas, dimana dalam
manajemen pembangunan dikenal beberapa fungsi yang cukup nyata
( distinct), yakni : Perencanaan,pengerahan (mobilisasi)
sumber daya, pengerahan (menggerakkan) partisipasi masyarakat,
penganggaran,pelaksanaan pembangunan yang ditangani langsung
oleh pemerintah,koordinasi, pemantauan dan evaluasi, dan
pengawasan.
Fokus dari sistem administrasi Negara adalah birokrasi
yang berhubungan langsung dengan pelayanan publik serta
pengelolaan pembangunan sosial ekonomi di Negara berkembang.
Studi awal mengenai analisis administrasi diberikan oleh
Rostow dan Riggs ( 1964 ), yang menggambarkan taraf
perkembangan administrasi mulai dari tingkat terbelakang
sampai paling maju yang dikenal dengan sebagai the theory of
prismatic society.
Heady menunjukkan ada 5 cir administrasi yang ditemukan
di Negara berkembang. Pertama, pola dasar (Basic Pattern)
administrasi bersifat jiplakan (imitative) daripada asli
(indigenous). Kedua, birokrasi dinegara berkembang kekurangan
(deficient) Sumber Daya Manusia terampil. Ketiga, birokrasi
lebih berorientasi pada hal-hal yang benar-benar menghasilkan
(Production Directed). Keempat, ada kesenjangan lebar antara
apa yang dinyatakan dan kenyataan (Discrepancy between form
and Reality). Kelima, birokrasi di Negara berkembang bersifat
otonom, terlepas dari proses politik dan pengawasan
masyarakat. Analisi Heady ditambahkan oleh Wallis (1989)
Pertama, Birokrasi sangat lamban dan makin birokratik. Kedua,
unsur-unsur non-birokratik sangat berpengaruh terhadap
birokrasi, seperti hubungan keluarga,suku , agama dan
keterkaitan politik.
Keadaan inilah yang akhirnya memunculkan pembaharuan
administrasi, seperti yang dipaparkan oleh Riggs
(1966),pembaharuan administrasi adalah suatu pola yang
menunjukkan peningkatan efektivitas pemanfaatan sumber daya
yang tersedia untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Wallis (1989) mengartikan pembaharuan administrasi sebagai
induced, permanent improvementin administration. Esman (1995)
menunjukkan bahwa upaya memperbaiki kinerja birokrasi Negara
haruslah meliputi ketanggapan (responsiveness) terhadap
pengawasan politik, efisiensi dalam penggunaan sumber daya,
efektivitas dalam pemberian pelayanan. Rondinelli ( 1993)
mengusulkan pendekatan Adaptive Administrastion, yang
menekankan pentingnya fleksibilitas dan inovasi dalam
administrasi pembangunan.
Dalam kerangka pembaharuan administrasi sebagai lanjutan
dari pembangunan administrasi pertama kali harus berubah
adalah sikap birokrasi. Pertama, birokrasi harus dapat
membangun partisipasi masyarakat. Kedua, birokrasi tidak
berorientasi pada yang kuat, tetapi pada yang lemah dan tak
berdaya. Ketiga, peran birokrasi harus bergeser dari
mengendalikan menjadi mengarahkan, dan dari member menjadi
memberdayakan. Keempat, mengembangkan keterbukaan dan
kebertanggung jawaban. Pembaharuan harus disertai semangat
dan tekad yang tidak mudah patah.
BAB 2. PERKEMBANGAN PEMIKIRAN MENGENAI ADMINISTRASI
PEMBANGUNAN
a. Pengertian Administrasi Pembangunan
Waldo (1992) menyatakan bahwa administrasi adalah
kegiatan kerja sama antar manusia. Administrasi Negara
berkenaan dengan administrasi dalam lingkup pemerintahan atau
Negara, mengenai asas, pedoman dan tujuan yang menjadi
landasan kerja administrasi Negara. Pengertian pembangunan
secara sederhana berarti proses perubahan kea rah yang lebih
baik. Seers (1969) menambahkan pertimbangan nilai ( Value
Judgment), menurut Riggs (1966) ada orientasi nilai yang
menguntungkan (favourable value orientation). Perbedaan pembangunan
dan perkembangan, dimana pembangunan adalah perubahan kearah
yang lebih baik melalui upaya yang terencana, sedangkan
perkembangan perubahannya bisa kearah yang lebih baik atau
lebih buruk dan tidak perlu ada upaya tertentu. Dalam upaya
pembangunan dilakukan dengan mengoptimalkan sumber daya yang
tersedia dan mengembangkan potensi yang ada.
Menurut Goulet (1977) ,pembangunan adalah perubahan
sosial,dimana pembangunan lebih luas pada modernisasi dan
modernisasi lebih luas dari pada industrialisasi. Rostow
(1967) menyatakan bahwa modernisasi adalah proses yang
mencakup perubahan-perubahan spesifik,termasuk industrialisasi
yang menunjukkan penguasaan yang lebih luas atas alam, melalui
kerja sama lebih erat antar manusia. Sedangkan Balck, et al
(1975) melukiskan modernisasi sebagai proses dimana terjadi
transformasi masyarakat sebagai dampak revolusi pengetahuan
dan tehknologi. Perubahan masyarakat agraris ke masyarakat
industri adalah salah satu indikasi proses industrialisasi.
b. Konsep – konsep pembangunan
Pembangunan menurut literature ekonomi pembangunan adalah
suatu proses yang berkesinambungan dari peningkatan pendapatan
riil per kapita melalui peningkatan jumlah dan produktivitas
sumber daya. Menurut Adam Smith (1776) proses pertumbuhan
diawali dengan pembagian kerja (division of labour). Malthus (1798)
dan Ricardo (1917) mengembangkan teori pertumbuhan ekonomi
modern yang menekankan pentingnya akumulasi modal dan Peningkatan
kualitas dan investasi sumber daya manusia. Model Pertumbuhan Harord
( 1948) dan Domar (1946) yang pada intinya berpijak pada teori
Keynes (1936) yang menekankan pentingnya aspek permintaan
dalam mendorong pertumbuhan jangka panjang. Model Harord-
Domar, pertumbuhan ditentukan oleh dua unsure pokok, yaitu
tingkat tabungan (investasi) dan produktivitas Capital (capital
output ratio).
Arthtur Lewis (1954) mengembangkan model surplus of labour
memberikan tekanan pada peranan jumlah penduduk. Sementara itu
berkembang teori Neo-Klasik yang memasukkan unsur tehknologi
yang diyakini akan berpengaruh dalam pertumbuhan ekonomi suatu
negara (Solow,1957). Tehknologi dianggap sebagai faktor
eksogen yang tersedia untuk dimanfaatkan oleh semua negara di
seluruh dunia. Perkembangan selanjutnya disampaikan oleh
Becker (1964), peningkatan produktivitas tenaga kerja dapat
didorong melalui pendidikan dan pelatihan serta peningkatan
derajat kesehatan. Teori human capital ini diperkuat berbagai
studi empiris salah satunya oleh Kendrick (1976). Selanjutnya
Romer,1990 berpendapat bahwa tehknlogi bukan lagi faktor
eksogen tetapi merupakan faktor endogen yang dapat dipengaruhi
oleh berbagai variable kebijaksanaan.
Kelompok teori pertumbuhan membagi pembangunan dalam
beberapa tahap, seperti yang dikemukakan oleh Rostow (1960)
melalui lima tahapan dalam proses pembangunan yaitu tahap
traditional society, Preconditions of growth, the take-off,
the drive to maturity dan the age of high mass-consumption.
Sedangkan menurut Chenery-Syrquin (1975) yang merupakan
pengembangan pemikiran dari Collin Clark dan Kuznets,
perkembangan perekonomian akan mengalami transformasi
(konsumsi, produksi, dan lapangan kerja) dari perekonomian
yang didominasi sector pertanian menjadi sector industri dan
jasa.
Salah satu harapan dari pengikut aliran teori pertumbuhan
adalah hasil pertumbuhan dapat dinikmati masyarakat sampai
lapisan yang paling bawah. Namun dalam tiga dasawarsa (1940-
1970) menunjukkan bahwa rakyat paling bawah tidak menikmati
hasil pembangunan, bahkan kesenjangan semakin melebar, hal ini
disebabkan meskipun pendapatan dan konsumsi mungkin meningkat,
namun kelompok masyarakat yang sudah baik keadaannya dan lebih
mampu memanfaatkan kesempatan karena posisinya yang
menguntungkan (privileged) akan memperoleh semua atau sebagian
besar hasil pembangunan, yang kaya semakin kaya dan yang
miskin semakin miskin, oleh karena itu berkembang pemikiran
untuk mengembangkan alternatif antara lain berkembangnya
kelompok pemikiran dengan paradigma pembangunan sosial yang
lebih berkeadilan.
Dalam menilai pengaruh pembangunan terhadap kesejahteraan
masyarakat dengan melihat distribusi pendapatan yang diukur
dengan kurva Lorenz atau indeks Gini. Selain itu dapat pula
dengan melihat tingkat kemiskinan (poverty) di suatu negara.
Model Pemerataan dengan pertumbuhan atau redistribution With Growth
(RWG), dikembangkan berdasarkan studi yang disponsori oleh
Bank Dunia pada tahun 1974 (Chenery,et al). dalam mencari
jawaban terhadap tantangan paradigma keadilan dalam
pembangunan, berkembang pendekatan kebutuhan dasar manusia
atau Basic Human Needs (BHN) (Streen , et al) yang disusun untuk
menyediakan barang dan jasa bagi masyarakat miskin. Walaupun
RWG dan BHN mempunyai tujuan yang sama, namun berbeda karena
RWG lebih menekankan produktivitas dan daya beli masyarakat
miskin sedangkan BHN menekankan pada penyediaan Publik Service.
Todaro,1985 yang mengemukakan pendapat bahwa terdapat
kaitan erat antara pengangguran, ketidakmerataan pendapatan
dan kemiskinan. Pendapat ini sesuai dengan pendapat Seers,
1970 yang menyatakan bahwa pemerataan pendapatan akan
meningkatkan penciptaan lapangan kerja. Salah satu teori yang
berkembang selanjutnya adalah teori ketergantungan pada tahun
1950-an dengan ciri utama adanya interaksi internal dan
eksternal dalam suatu sistem. Menurut Baran, 1957
keterbelakangan negara-negara Amerika Latin terjadi pada saat
masyarakat prakapitalis tergabung kedalam sistem ekonomi dunia
kapitalis. Ada dua teori ketergantungan yaitu aliran Marxis
dan Neo-Marxis serta aliran Non Marxis.
Pandangan bahwa pembangunan tidak hanya memperhatikan
tujuan sosial ekonomi, tetapi juga masalah demokrasi dan hak-
hak asasi manusia. Goulet, 1977 mengkaji falsafah dan etika
pembangunan mengatakan bahwa proses pembangunan harus
menghasilkan : terciptanya “Solidaritas baru” yang mendorong
pembanggunan dari akar bawah (grass roots oriented), memelihara
keberagaman budaya dan lingkungan, dan menjunjung tinggi
martabat serta kebebasan manusia dan masyarakat.
Pembangunan yang berpusat pada rakyat adalah paradigma
yang muncul selanjutnya. Era pasca industri dengan kondisi
yang sangat berbeda menyajikan potensi baru guna memantapkan
pertumbuhan dan kesejahteraan manusia, keadilan dan
kelestarian pembangunan (Korten,1984). Paradigma ini memberi
peran pada individu bukan sebagai objek tetapi sebagai pelaku.
Pembangunan yang berpusat pada rakyat menghargai dan
mempertimbangkan prakarsa rakyat dan kekhasan setempat.
Paradigma terakhir adalah paradigma pembangunan manusia,
yang menyatakan bahwa tujuan utama pembangunan adalah
menciptakan suatu lingkungan yang memungkinkan masyarakat
menikmati kehidupan yang kreatif, sehat dan berumur panjang.
Menurut pandangan ini tujuan pokok pembangunan adalah
memperluas pilihan-pilihan manusia (Ul Haq,1995) yang
mempunyai dua sisi pertama, pembentukan kemampuan/ kapabilitas
manusia, seperti tercermin dalam kesehatan, pengetahuan dan
keahlian yang meningkat. Kedua, penggunaan kemampuan yang telah
dipunya untuk bekerja, menikmati kehidupan atau untuk aktif
dalam kegiatan kebudayaan, sosial dan politik.
Paradigma pembangunan manusia mempunyai 4 unsur penting :
Peningkatan produktivitas, Pemerataan kesempatan,
Kesinambungan pembangunan dan Pemberdayaan Manusia. Konsep ini
diprakarsai oleh United Nations Development Program (UNDP)
yang mengembangkan Indeks Pembangunan Manusia atau Human
Development Index (HDI). Indeks ini gabungan dari 3 ukuran
yaitu kesehatan (sebagai ukuran longevity), Pendidikan sebagai ukuran
Knowledge dan tingkat pendapatan Riil sebagai ukuran Living Standards.
c. Perkembangan Pemikiran dalam Ilmu Administrasi Negara
Metode pendekatan matriks Locus dan Focus (2x2 Matrix) dari
Golembiewski,1977 menghasilkan empat fase perkembangan ilmu
administrasi Negara yaitu : 1. Fase perbedaan analitik politik
dari administrasi, 2. Fase perbedaan konkrit politik
administrasi, 3. Fase ilmu manajemen dan 4. Fase orientasi
terhadap kebijaksanaan publik. Golembiewski mengetengahkan
adanya tiga paradigma komprehensif dalam perkembangan
pemikiran ilmu administrasi negara yakni, paradigma
tradisional, paradigma sosial psikologi dan paradigma
kemanusiaan.
Nicholas Henry,1995 menggunakan pendekatan lain dengan
memperkenalkan pandangan Bailey, bahwa analisis administrasi
negara sebagai ilmu harus diterapkan empat teori yaitu
deskriptif, normative, asumtif dan instrumental. Henry
mengenal 3 pilar administrasi negara yaitu : 1). perilaku
organisasi dan perilaku manusia dalam organisasi publik, 2).
Tehknologi manajemen dan lembaga pelaksana kebijaksanaan dan
3). Kepentingan publik yang berkaitan dengan perilaku etis
individual dan urusan publik.
Henry juga mengetengahkan 5 paradigma yang berkembang
dalam administrasin negara yaitu 1).Dikotomi
politik/administrasi, 2).Prinsip-prinsip administrasi serta
tantangan yang timbul dan jawaban terhadap tantangan tersebut,
3).Administrasi negara sebagai ilmu politik, 4). Administrasi
negara sebagai manajemen dan 5).Administrasi negara sebagai
administrasi negara.
Administrasi negara sebagai ilmu yang berdiri sendiri
menghadapi kesulitan untuk memisahkan diri dari ilmu politik,
tetapi mulai ada usaha untuk menghindar dari dikotomi politik-
administrasi dan memberikan perhatian lebih besar terhadap
sisi manajemen-administrasi (White,1926) dalam bukunya
introduction to the theory of publik administration. Sementara Taylor, 1912
melalui pendekatan scientific diperkuat oleh fayol, 1916 dan
Gullick, 1937 menerapkan pendekatan hubungan manusia dan ilmu
perilaku kedalam ilmu administrasi. Karya Barnard,1938
mengemukakan adanya organisasi informal selain organisasi
formal. Selain itu Maslow,1943 mengetengahkan faktor motivasi
dalam organisasi, tidak semata ekonomi, tetapi juga sisi
sosial dan kemanusiaan.
Simon, 1947 menyatakan bahwa pada intinya administrasi
adalah pengambilan keputusan. Selain harus mengenal
kompleksitas perilaku manusia unttuk dapat dikatakan sebagai
ilmu (Dahl,1947), administrasi negara harus dapat mengatasi
persoalan nilai atau nnorma dan berbagai situasi administrasi,
dan memperhitungkan hubungan antara administrasi negara dengan
lingkungan sosialnya. Upaya ini dibuktikan dengan dibentuknya
Comparative Administration Group (CAG) tahun 1960 oleh para pakar
administrasi. Perkembangan selanjutnya melahirkan gerakan
administrasi negara baru di Minnowbrook Conference. Gerakan
administrasi Negara baru ini menyataka bahwa administrasi
tidak boleh bebas dari nilai dan harus menghayati,
memperhatikan, serta mengatasi masalah-masalah sosial
mencerminkan nilai-nilai yang berkembang dalam masyarakat.
Frederickson,1971 dengan tegas menyatakan bahwa administrasi
negara harus memasukkan aspek pemerataan da keadilan sosial
dalam konsep administrasi.
Pada tahun 1980-an tampil manajemen publik sebagai bidang
studi yang penting dalam administrasi negara. Manajemen publik
mencakup sistem pengambilan keputusan, petencanaan,
pengendalian dan pengawasan serta aspek lainnya. Pemikiran
admnistrasi selanjutnya adalah administrasi yang partisipatif,
yang menempatkan administrasi di tengah-tengah masyarakatnya
dan tidak di atas atau terisolasi darinya (Montgomery,1988).
Selanjutnya Drucker,1989 menegaskan bahwa apa yang dapat
dilakukan lebih baik atau sama baiknya oleh masyarakat ,
hendaknya dilakukan oleh pemerintah.seperti dikemukakan oleh
Wilson,1989 birokrasi tetap diperlukan, tetapi tidak harus
birokratis. Osborne dan Gaebler,1993 mencoba menemukan kembali
pemerintah dengan mengetengahkan konsep entrepreneurial government.
Perkembangan selanjutnya memunculkan kebijaksanaan publik
sebagai paradigma administrasi negara yang didalamnya tercakup
perumusan kebijaksanaan, analisis, serta perencanaan ,
pelaksanaan dan pengawasan kebiijaksanaan.
d. Etika Administrasi
Etika bersifat abstrak berhubungan dengan baik atau
buruk. Etika administrasi adalah bagaimana mengaitkan antara
administrasi dan etika, seperti ketertiban, efisiensi,
kemanfaatan, produktivitas, menjelaskan etika dalam praktek
administrasi. Nicolas Henry, 1995 berpandangan ada tiga
perkembangan yang mendorong konsep etika administrasi yaitu
Hilangnya dikotomi politik-administrasi, Tampilnya teori-teori
pengambilan keputusan dimana perilaku manusia menjadi sentral
dan Berkembangnya pandangan-pandangan pembaharuan.
Etika berasal dari kata ethos berarti kebiasaan atau watak
dan moral, mos berarti juga kebiasaan atau cara hidup. Etika
administrasi berkembang, namun masalah kebajikan dan keburukan
menjadi bagian pembahasan dalam administrasi.seperti yang
diugkap oleh Weber dengan konsep hirarki dan birokrasi sebagai
profesi secara baik dan benar.begitu pula upaya Wilson
memisahkan politik dari administrasi.bahkan konsep manajemen
Taylor dapat dipandang sebagai upaya ke arah itu. Cooper,1990
menyatakan bahwa nilai-nilai merupakan jiwa dari administrasi
negara. Jauh sebelumnya Waldo,1948 menyatakan siapa yang
mempelajari administrasi berarti mempelajari nilai.
Masalah etika merupakan perhatian besar, karena perilaku
birokrasi mempengaruhi bukan hanya dirinya, tetapi masyarakat
banyak.Appleby,1952 mencoba mengaitkan nilai demokrasi dengan
birokrasi secara serasi. Namun dalam praktiknya yang terjadi
adalah kebalikannya. Patologi birokrasi adalah menlencengnya
birokrasi dari keadaan yang seharusnya. Golembiewski,1989
mengatakan bahwa organisasi selalu dilihat sebagai masalah
tehknis dan bukan masalah moral.
Ada dua pendekatan administrasi negara dikaitkan dengan
etika yaitu :
1. Pendekatan Teleologi yang bermula bahwa apa yang baik atau
buruk yang dilakukan dalam administrasi Negara, acuan
utamanya adalah nilai kemanfaatan yang akan dihasilkan.
Pendekatan ini terdiri dari berbagai kategori :1). ethical
egoism, berupaya mengembangkan kebaikan bagi dirinya. 2).
Ultilitarisme yang fokunya adalah prinsip kefaedahannya.
Memaksimalkan pilihan individu merupakan pandangan
teleologis yang paling umum.
2. Pendekatan Deontologi, berdasar pada prinsip moral dalam
dirinya dan tidak terkait dengan akibat/konsekwensi dari
keputusan dan tindakan yang dilakukan.
Dalam Praktiknya, memasukkan nilai moral ke dalam
administrasi merupakan upaya yang tidak mudah, karena harus
merubah pola piker yang sudah lama menjiwai
administrasi,seperti yang dicerminkan oleh paham
utilitarianism. Fox,1994 memberikan 3 pandangan yang
menggambarkan pendekatan dentologi dalam etika administrasi
yaitu pertama, pandangan mengenai keadilan sosial. Kedua,
pandangan bahwa etika administrasi negara harus mengacu
kepada kepada nilai-nilai yang melandasi keberadaan negara
yang bersangkutan. Ketiga, pandangan bahwa nilai-nilai yang
bersifat universal yang harus menjadi pegangan bagi
administrator publik.
Belakangan mulai dikaji tentang etika kebajikan (ethics of
virtue). Etika ini berbicara mengenai karakter yang dikehedaki
oleh seorang administrator, merupakan koreksi dari paradigma
sebelumnya yaitu etika sebagai aturan, yang dicerminkan dalam
struktur organisasi,fungsi serta prosedur,termasuk sistem
insentif dan disentif serta sanksi berdasarkan aturan.
Pandangan etika kebajikan bertumpu pada karakter individu.
Administrator yang bajik adalah yang menjadikan kebajikan
sebagai sentral karakternya sendiri, membimbing perilaku dalam
organisasi dan yang terpenting adalah keteladanan.
Etika perorangan menetukan baik buruknya perilaku
individual seseorang dalam hubungannya dengan orang lain dalam
organisasi. Sedangkan etika organisasi menetapkan parameter
dan merinci kewajiban-kewajiban organisasi, serta mengariskan
konteks keputusan etika perorangan itu dibentuk ( Vasu,
Stewart dan Garson, 1990). Nilai etika perorangan harus
dimiliki oleh siapa saja, termasuk mereka yang mengabdi pada
masyarakat.
e. Administrasi Pembangunan
Administrasi pembangunan berkembang karena adanya
kebutuhan di negara yang sedang membangun untuk mengembangkan
lembaga-lembaga dan pranata sosial, politik, dan ekonominya
agar pembangunan dapat berhasil. Administrasi pembangunan
berasal dari Administrasi negara, namum administrasi
pembangunan secara luas hanya membahas penyelenggaraan
administrasi penyelenggaraan dalam pengertian umum seperti
memelihara keamanan, memberikan pelayanan publik, dan
menyelenggarakan hubungan dengan orang lain. Administrasi
pembangunan bersifat dinamis dan inovatif, karena menyangkut
upaya mengadakan perubahan sosial. Dalam upaya itu
administrasi pembangunan sangat berkepentingan dan terlibat
dalam pengerahan sumber daya dan mengalokasikannya untuk
kegiatan pembangunan ( Katz, 1971).
Administrasi Pembangunan untuk negara berkembang,uumnya
tidak diterapkan di negara maju. Latar belakang perbedaannya
adalah : 1). Tingkat perkembangan sosial ekonomi dan sosial
politik sebagai ukuran kemajuan. 2). Lingkungan budaya
mempengaruhi perkembangan sistem nilai serta penetapan sasaran
pembangunan. Di negara maju peranan pemerintah relative kecil,
dan di negara berkembang dengan segala kekurangannya,
pemerintah adalah institusi yang paling utama dan maju,
tanggung jawab pembangunan di pundak pemerintah (administrasi
negara).
Ciri-ciri administrasi pembangunan di negara berkembang
pada awalnya adalah: pertama, kelembagaannya mewarisi sistem
administrasi colonial yang sangat terbatas cakupannya, karena
tujuan pemerintahan bukan memajukan negara jajahan tetapi
mengeksploitasinya. Kedua, Sumber daya manusianya terbatas
dalam kualitas. Ketiga, kegiatan sistem pemerintahan tidak
berorientasi kepada pembangunan.
Ada dua sisi dalam batasan pengertian administrasi
pembangunan yakni, sisi pertama adalah administrasi dari
proses pembangunan, sisi kedua bagaimana membangun
administrasi negara sehingga dapat menyelenggarakan tugas atau
fungsinya secara lebih baik.
Ada beberapa aspek dari dimensi ruang dan daerah yang
berkaitan dengan administrasi pembangunan daerah yaitu Pertama,
Regionalisasi atau pewilayahan, Kedua, Ruang yang tercermin
dalam penataan ruang atau lingkungan fisik. Ketiga, adalah
otonomi daerah. Keempat, partisipasi masyarakat dalam
pembangunan dan Kelima, dimungkinkannya keragaman dalam
kebijaksanaan.
Kebijaksanaan Publik menurut beberapa pakar seperti yang
dikemukakan Dye,1995 adalah apa saja yang dilakukan dan tidak
dilakukan oleh pemerintah, sedangkan Ealu dan Prewitt,1973
mengatakan bahwa kebijaksanaan adalah sebuah ketetapan yang
berlaku yang dicirikan dengan perilaku konsisten dan berulang
baik dari yang membuat maupun yang menaatinya. Sedangkan
peters,1993 mengartikan kebijaksanaan publik sebagai total
kegiatan pemerintah, baik yang dilakukan langsung maupun pihak
lain yang berpengaruh pada kehidupan penduduk negara itu.
BAB. 3 ADMINISTRASI BAGI PEMBANGUNAN
Dalam membahas mengenai administrasi bagi pembangunan
digunakan pendekatan manajemen dikatakan bahwa administrasi
bagi pembangunan adalah manajemen pembangunan. Setidaknya 9
fungsi nyata (distinct) yang dilakukan oleh manajemen yaitu :
1. Perencanaan
Perencanaan bermaksud merumuskan kegiatan pembangunan
secara efisien dan efektif sehingga memberikan hasil optimal
dalam memanfaatkan sumber daya yang ada. Perencanaan merupakan
proses pengambilan keputusan dari sejumlah pilihan. Diperlukan
informasi yang memadai. Perencanaan dibedakan berdasarkan
sifatnya (nasional, sektoral, parsial), berdasarkan jangkauan
dan hierarkinya (Pusat dan Daerah) berdasarkan jangka waktu
( Panjang, Menengah pendek) berdasarkan arus informasinya
( bottom up, Top Down) berdasarkan ketepatan atau keluwesan
( indikatif, preskriptif ) berdasarkan sistem politik
(alokatif, inovatif,radikal).
Kegagalan perencanaan bersumber dari : a. Penyusunan
perencanaan yang tidak tepat. b. Perencanaan sudah baik, tapi
pelaksanaannya tidak sesuai, c. Perencanaan mengikuti
paradigma yang tidak sesuai dengan kondisi negara yang
bersangkutan, dan d. Perencanaan diartikan sebagai pengaturan
hingga hal yang terkecil. Perencanaan diperlukan apabila
memenuhi hal berikut :
a. Bersifat garis besar dan indikatif
b. Mengendalikan mengarahkan investasi pemerintah yang
mendorong meningkatnya usaha masyarakat swasta
c. Mendorong bekerjanya pasar
d. Mengikutsertakan masyarakat dalam prosesnya
e. Memajukan golongan masyarakat (dan wilayahnya).
2. Pengerahan Sumber Daya
Sumber daya pembangunan pada pokoknya berupa dan (modal),
Sumber daya manusia, tehknologi, dan organisasi atau
kelembagaan.
3. Menggerakkan Partisipasi Masyarakat .
Pada tahap ini harus diperhatikan bahwa manajemen dapat
menjamin bahwa pembangunan harus menguntungkan rakyat,
harus dipahami maksud dan tujuannya, harus diikutsertakan
dalam pelaksanaanya, dilaksanakan dengan jujur, terbuka
dan dapat dipertanggungjawabkan.
4. Penganggaran
Anggaran terdiri atas penerimaan (bersumber dari pajak dan
diluar pajak) dan pengeluaran (anggaran Rutin dan anggaran
pembangunan). Fungsi manajemen dalam penganggaran adalah
mengalokasikan anggaran sesuai prioritas dan menjaga agar
dana digunakan sesuai rencana, hemat, serta mencegah
keborosan dan kebocoran.
5. Pelaksanaan Pembangunan
Dalam pelaksanaan pembangunan fungsi manajemen adalah
menjamin bahwa proyek prmbangunan secara fisik
dilaksanakan atau dibiayai oleh anggaran pemerintah,
berjalan seperti yang dikehendaki dan mencapai sasaran
seperti yang direncanakan dengan cara seefisien mungkin.
6. Koordinasi
Bertujuan untuk menghasilkan pembangunan yang efisien dalam
memanfaatkan sumber daya untuk menjamintercapainya tujuan
dan sasaran secara optimal.
7. Pemantauan dan evaluasi
Pemantauan diperlukan agar pelaksanaan pembangunan tidak
bergeser dari rencana dapat diketahui secara dini dan
mengambil langkah penyelesaian yang sesuai. Tugas manajemen
pembangunan untuk memantau dan mengevaluasi pelaksanaan
pembangunan serta mengambil langkah - langkah yang
diperlukan untuk memecahkakn masalah, dan revisi pada
pembangunan yang direncanakan.
8. Pengawasan pelaksanaan pembangunan
Pengawasan ditujukan untuk meningkatkan efisiensi dalam
pelaksanaan kegiatan, pencegahan terhadap penyimpangan yang
mungkin terjadi.
9. Sistem informasi dalam manajemen pembangunan
Sistem informasi merupakan faktor penting dalam seluruh
kegiatan manajemen,seperti dalam proses perencanaan,
penganggaran, pemantauan dan pengawasan,sehingga harus
dikelola dengan baik untuk memberikan informasi yang
akurat.
BAB 4. PEMBANGGUNAN ADMINISTRASI
a. Keadaan Administrasi di Negara Berkembang
Tingkat perkembangan administrasi di negara berkembang
dipengaruhi oleh berbagai faktor yang disebut lingkungan
administrasi di bidang politik, ekonomi dan sosial. Di bidang
poltik mengenai sistem politik yang dianut, keterkaitan antara
administrasi dengan pemegang kedaulatan dan kekuatan politik,
partisipasi masyarakat dalam proses politik dsb, dalam bidang
ekonomi tercermin dari sistem ekonomi yang dianut,terbuka atau
tertutup, ekonomi pasar atau dominasi pemerintah. Di bidang
sosial indikator yang dikebangkan adalah pendidikan (tingkat
melek huruf, sekolah yanng ditamatkan dll), di bidang
kesehatan ( kematian, kelahiran bayi, derajat gizi masyarakat
dsb) di bidang keagamaan, bidang kependudukan, dan aspek
sosial lainnya.
b. Pembaharuan Administrasi
Menurut Riggs,1966 pembaharuan administrasi merupakan
suatu pola yang menunjukkan peningkatan efektifitas
pemanfaatan sumber daya yang tersedia untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Riggs melihat pembaharuan dari dua sisi
yaitu perubahan struktural dan kinerja.Dua aspek yang menjadi
ukuran adalah efektifitas dan efisiensi, efektivitas berkaitan
dengan seberapa jauh sasaran tercapai dan efisiensi
menunjukkan bagaimana tercapainya, yaki dibandinng dengan
usaha, biaya atau pengobanan yang dikeluarkan.
Wallis, 1989 mengartikan pembaharuan administrasi sebagai
induced, permanent improvement in administration. Sedangkan
Esman, 1995 dalam sebuah analisis menunjukkan bahwa upaya
memperbaiki kinerja birokrasi negara harus meliputi
ketanggapan terhadap pengawasan politik, efisiensi dalam
penggunaan sumber daya, dan efektifitas dalam pemberian
pelayanan.
Pembangunan administrasi di negara berkembang umumnya
mengikuti pola yang dikembangkan di negara maju. Di bidang
ekonomi peranan pemerintah bukan hanya dalam pengaturan
kebijaksanaan, namun sebagai pelaku aktif. Kerangka pikir
pembaharuan administrasi dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Privatisasi dan Ko-produksi, merupakan pergeseran dari
usaha yang dilakukan atau dimiliki oleh pemerintah ke
swasta.
2. Debirokratisasi,merupakan usaha perampingan dan
penyederhanaan birokrasi publik.
3. Reorganisasi, menata ulang fungsi- fungsi sesuai peran
baru pemerintah, seperti desentralisasi.
4. Perubahan Sikap Birokrasi, memerlukan perubahan
mendasar dari birokrasi., terutama memperbaiki sikap
birokrasi dalam hubungannya dengan masyarakat.
5. Etika birokrasi,harus memiliki semangat keadilan
sosial, yang tercermin dalam keberpihakan kepada yang
lemah dalam kebijaksanaan dan tindakan-tindakannya.
6. Deregulasi dan Regulasi, upaya mengurangi kekangan
birokrasi dan deregulasi sebagai peyesuaian terhadap
globalisasi akan membuka persaingan yang lebih
leluasa. Sehingga untuk menegakkan ekonomi pasar dan
menggerakkan kegiatan ekonomi diperlukan deregulasi
dan untuk mengatasi kesenjangan diperlukan regulasi,
yakni melindungi dan memberi kesempatan bagi yang
lemah dan tertinggal untuk tumbuh.
c. Hambatan Terhadap Pembaharuan
Wallis,1989 menunjukkan kesultan dalam upaya pembaharuan
administrasi yaitu
1. Kurangnya kesadaran atau oengetahuan mengenai buruknya
kinerja administrasi dan bagaimana perbaikan harus
dilakukan
2. Perubahan yang diperlukan untuk perbaikan mendapat
tantangan dari birokrat yang sudah mapan dan ingin
mempertahankan kemapanannya
3. Saran, rencana atau program penyempurnaan administrasi
kadang terlalu umum, kabur dan tidak jelas serta sulit
diterapkan secara konkrit.
4. Terkait hal itu, mereka seharusnya bertanggung jawab
atas perubahan.
5. Kegagalan sebelumnya menyebabkan keputusasaan atau sikap
acuh tak acuh, karena menganggap apapun yang diusahakan
tidak akan berhasil.
Pembaharuan harus dilakukan secara sistematis dan terarah,
didukung oleh political will yang kuat, konsisten, dan konsekuen.
Bab. 5 ADMINISTRASI PEMBANGUNAN DI INDONESIA
Sistem Adminstrasi Negara di Indonesia
Sistem pemerintahan atau administrasi negara di Indonesia
mengikuti aturab dasar negara yaitu UUD atau konstitusi.
Dalam rangka penyelenggaraan pembangunan nasional untuk
mencapai tujuan pembangunan nasional ditetapkan wawasan
nusantara yang mencakup perwujudan kepulauan nusantara sebagai
satu kesatuan politik, ekonomi sosial budaya dan satu kesatuan
pertahanan dan keamanan. Wawasan nasional tersebut bersumber
pada Pancasila dan UUD 1945, yang merupakan cara pandang dan
sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya, dengan
menggutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan
wilayah dalam penyelenggaraan kehidupan m=bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
a. Struktur Organisasi Negara Republik Indonesia
b. Pemerintah Pusat
c. Penyelenggaran Pemerintahan di daerah
d. Hubungan Kewenangan Pusat dan Daerah
e. Hunbungan Keuangan Pusat dan Daerah
f. Manajemen Pembanguan di Indonesia
Perencanaan Pembangunan di Indonesia
Perkembangan perencanaan pembangunan di Indonesia
memiliki sejarah yang panjang,hampir sepanjang sejarah
indonesia merdeka (Kartasasmita,1994). Pada masa sebelum PD II
Indonesia dikenal sebagai koloni Belanda yang kaya, perencanan
terbengkalai oleh karena perhatian mempertahankan kemerdekaan.
Setelah pengakuan kedaulatan, perekonomian mulai ditata dan
diselenggarakan berdasarkan prinsip-prinsip pengelolaan
ekonomi. Pada tahun 1950-1951 telah diusahakan untuk menyusun
rencana kesejahteraan istimewa khusus untuk bidang pertanian,
disusul membangun sektor industri. Pada tahun 1958 dibentuk
Dewan Perancang Nasional (Depernas) yang menyususn Rencana
Pembangunan Nasional Semesta Berencana 1961-1969.
Pada masa ekonomi terpimpin, dimana pemerintah campur
tangan secara langsung dalam seluruh aktivitas ekonomi.
Setelah gejolak G30SPKI, pemerintah menata ulang sistem
pemerintahan yang menghasilkan pembangunan terencana berjangka
5 tahun diawali dengan Repelita pada tahun 1969-1970.
Sistem Perencanaan Pembangunan di Indonesia
a. Perencanaan Menurut Jangkauan Waktu
Perencanaan menurut jangka waktu biasanya dikenal sebagai
perencanaan jangka panjang, jangka menengah atau jangka
pendek. Di Indonesia jangka waktu perencanaan dibagi atas :
Rencana jangka panjang dengan jangka waktu 25 tahun, rencana
jangka menengah atau sedang dengan waktu 5 tahun dan rencana
jangka pendek yaitu rencana tahunan.
b. Perencanaan Menurut Dimensi Pendekatan dan Koordinasi
Pembagian menurut dimensi pendekatan dan koordiansi
memliputi : Perencanaan pembangunan makro yaitu perencanaan
pembangunan nasional dalam skala makro atau menyeluruh.
Perencanaan sektoral, perencanaan regional yang menitik
beratkan pada aspek dimana kegiatan dilakukan. Perncanaan
Mikro adalah perencanaan skala rinci dalam perencanaan
tahunan, merupakan penjabaran rencana-rencana makro,
sektoral,regional kedalam proyek.
c. Perencanaan Menurut Proses/Hierarki Peyusunan
Dillihat dari prosesnya dikenal : perencanaan dari bawah ke
atas dan perncanaan dari atas ke bawah.
Pembiayaan Pembangunan
Pencapaian tujuan dan sasran pembangunan pada dasarnya
dilakukan melalui kebijaksanaan dan melalui investasi
oemerintah sendiri.
a. Pembiayaan Pembangunan Pemerintah Pusat
Sumber utama pembangunan pemerintah adalah dana yang
dialokasikan dan dianggarkan melalui APBN.
b. Penerimaan
Penerimaan terbagi atas dua yaitu penerimaan dalam negeri
yang bersumber dari seluruh sumber penerimaan dalam negeri,
sedangkan penerimaan pembanggunan adalah penerimaan di dalam
negeri, sedangkan penerimaan pembangunan adalah penerimaan
yang bersumber dari hibah atau pinjaman luar negeri.
c. Pengeluaran
Pengeluaran atau belanja pemerintah terdiri dari
pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan. Pengeluaran
rutin bertujuan untuk membiayai kebutuhan rutin berkaitan
dengan pelaksanaan tugas umum pemerintahan sedangkan
pengeluaran pembangunan adalah pengeluaran yang secara khusus
dialokasikan untuk pembangunan guna mencapai sasaran tertentu.
Pengeluaran rutin terdiri dari belanja pegawai, bek=lanja
barang, subsidi daerah otonom, pembayaran bungan dan cicilan
hutang dan pengeluaran rutin lainnya.Pengeluaran pembangunan
adalah seluruh pengeluaran untuk membiayai kegiatan
pembangunan yang dilaksanakan dan dikelola langsung oleh
aparatur pemerintahan melalui APBN. Pengeluaran pembangunan
terdiri dari investasi langsung dan oengeluaran
transfer.Sumber utama dana pemerintah untuk membiayai
pembangunan adalah tabungan pemerintah, yaitu penerimaan dalam
negeri dikurangi tabungan pemerintah.
d. Perubahan dan Perhitungan APBN
Kata anggran dalam APBN mengandung oengertian rencana atau
perkiraan. Isi APBN merupakan hasil perhitungan dan keputusan
tentang perkiraan pendapatan dan belanja negara. Setelah
dibentuk Perhitungan Anggarn Negara (PAN), yang telah distujui
DPR dan disahkan dalam bentuk UU.
e. Pembiayaan Pembangunan Pemerintah Daerah : APBD
Dalam sistem negara kesatuan, pemerintah daerah merupakan
bagian tak terpisahkan dari pemerintah pusat, sehingga
pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan
nasional sehingga antara keuangan daera dan pusat terdapat
hubungan erat.
f. Peningkatan Daya Guna Dana Pembangunan
Seluruh pembiayaan pembangunan yang dialokasikan melalui
berbagai tingkatan dikelola secara optimal agar secara terkait
satu sama lain dapat mennghasilkan efektivitas dan efisiensi
yang tinggi.
Pelaksanaan Proyek Pembangunan
Pelaksanaan kegiatan pembangunan diorganisasikan dalam
sektor, subsektor dan program. Program dasarnya kumpulan
kegiatan. Kegiatan- kegiatan itu dilakukan melaui upaya
sistematis dalam proyek. Proyek didefenisikan sebagai suatu
kegiatan investasi yang menggunaka faktor produksi untuk
menghasilkan barang dan jasa yang diharapkan dapat memperoleh
keuntungan dalam suatu periode tertentu ( Gittinger, 1972).
Dalam sistem APBN, prosedural administrasi sebuah proyek
sebagai berikut : 1. Penyusunan dan pengajuan Daftar Usulan
Proyek (DUP) oleh instansi pemerintah, 2. Penilaian DUP oleh
Bppenas, 3. Penyediaan anggaran tahunan bagi proyek yang
disetujui dalam dokumen anggaran 4. Pelaksanaan proyek sesuai
ketentuan yang berlaku.
Sistem Pemantauan dan Evaluasi Kinerja
Sistem pemantauan dan evaluasi kinerja mempunyai peranan
penting dalam menyediakan informasi mengenai perkembangan
pelaksanaan proyek, baik dalam pengendalian pelaksanaan proyek
maupun dalam pperencanaan berikutnya. Sistem pemantauan dan
evaluasi kinerja meliputi struktur, mekanisme termasuk tata
cara pelaksanaannya yang bertujuan untuk mendapatkan informasi
yang diperlukan mengenai kinerja proyek,baik yang sednag
berjalan, selesai ataupun yang telah lewat. Melalui evaluasi
dalam rangka sistem pemantauan ini dapat pula diketahui
tingkat pencapaian realisasi pelaksanaan fisik dan penyerapan
dan dibanding dengan sasaran rencana fisik dan pembiayaan yang
telah ditetapkan.
a. Sistem Pemantauan, terdapat 5 unsur dalam sistem pemantauan
yaitu ; proyek pembangunan yang dipantau, pejabat yang
menyampaikan laporan, periode laporan, bentuk formulir
pelaporan dan mekanisme pelaporan
b. Sistem Ealuasi Kinerja, merupakan salah satu kegiatan
perencanaaan dan manajemen pembanggunan yang tidak kalah
penting dibanding kegiatan lainnya, namun belum
dilaksanakan secara komprehensif, sistematis, mandiri dan
melembaga.
Pengawasan Pembangunan
1. Pengawasan Fungsional
Untuk mengamnakan pembangunan dalam mencapai sasaran dan
tujuannya secara efisien dan efektif dikembangkan sistem
pengawasan. Sistem pengawasan dapat dilihat dari beberapa segi
antara lain pengawasan fungsional merupakan pengawasan yang
terdiri dari aparat pengawasan fungsionaal pemerintah (APFP),
dan aparat pengawasan ekstern pemerintah (APEP). Secara garis
besar struktur dan mekanisme pengawasan yang berlaku di
Indonesia secara hierarkis adalah :
a. Inspektur Wilayah ( Irwil)
Propinsi/Kabupaten/Kotamadya.
b. Inspektur Jenderal (Irjen) departemen
c. BPKP/Perwakilan BPKP di daerah
d. Menteri menerima laporan Irjen depertemen untuk
pertimbangan kebijaksanaan lebih lanjut serta sebagai
bahan konsultatif bagi persidangan antarmenteri.
e. Menko Ekku dan wasbang mengkoordinasikan para menteri
LPND sepanjang menyangkut pengawasan.
f. Wakil presiden mendapat tugas khusus dari Presiden
untuk mengkoordinasikan seluruh aparat pengawasan
pemerintah dan kegiatannya. Wakil presiden juga
menampung informasi dari masyarakat.
g. Presiden melakukan pembinaan pengawasan yang dilakukan
oleh aparat pengawas yang dalam pelaksanaannya dibantu
oleh Irjenbang selaku staf pembantu Presiden.
h. BPK mempunyai tugas memeriksa tanggung jawab pemerintah
tentang keuangan dan kekayaan negara serta semua
pelaksanaan APBN, APBD dan Anggaran BUMN/BUMD
berdasarkan ketentuan UU, dan berkewajiban
memberu=itahukan hasil pemeriksaannya kepada DPR.
i. DPR sebagai lembaga perwakilan melakukan pengawasan
terhadap pelaksanaan tugas pemerintahan.
j. Mahkamah Agung melakukan pengawasan atas jalannya
peradilan untuk diambil tindakan perbaikan/penertiban.
2. Pengawasan Melekat
Pengawasan Melekat adalah pengawasan yang secara
stuktural melekat pada setiap dan seluruh hierarki jabatan
pimpinan organisasi dan merupakan fungsi inherennya.
3. Pengawasan Masyarakat
Pengawasan masyarakat merupakan bentuk partisipasi
masyarakat atas penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan.
Masyarakat tidak termapil dengan sendirinya tetapi terbentuk
dari sikap peduli dan motivasi, biasanya dalam bentuk kotak
pos keluhan, melalui lembaga perwakilan, lembaga peradilan,
organisasi politik, ormas dan LSM.
4. Tindak Lanjut Pengawasan
Tindak lanjut pengawasan terdiri atas 2 kelompok utama
yaitu : 1. Tindak lanjut bersifat Preventif, berupa
penyempurnaan unsur aparatur di bidang kelembagaan,
ketatalaksanaan dan kepegawaian, 2. Tindak lanjut bersifat
Represif, berupa penindakan terhadap perbuatan korupsi,
penyalahgunaan wewenang, kebocoran, pemborosan dan
penyelewengan lainnya. Tindakan represif dalam bentuk tindakan
administratif terhadap pegawai atau tuntutan perdata melalui
Kejaksaan Agung dan Kepolisian.
Adminstrasi dan Peran Serta Masyarakat dalam Pembangunan
Masyarakat adalah pelaku utama pembangunan dan pemerintah
berkewajiban mengarahkan, membimbing serta mencipk[takan
suasana menunjang. Kegiatan masyarakat dan pemerintah saling
mengisi, saling melengkapi dalam satu kesatuan langkah menuju
tercapainya tujuan pembangunan nasional. Itulah hakikat peran
administrasi negara dalam pembangunan di Indonesia.
Dalam falsafah Ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun
karso dan tut wuri handayani, sangat tepat menggambarkan
proses penyesuaian peran administrasi negara terhadap proses
perkembangan dan perubahan yang sekarang sedang terjadi.
Untuk mengatasi masalah-masalah administrasi negara dalam
pembangunan di Indonesia adalah membangun administrasi negara
melalui sumber daya manusia administrasi yang profesional dan
memiliki kompetesi yang tinggi. Profesionalisma mencerminkan
sikap seseorang terhadap profesi yang ditekuninya, kesungguhan
hati untuk mendalami, menguasai menerapkan dan menjunjung
tinggi etika profesi. Kompetensi merujuk pada suatu keadaan
dimana seseorang dapat dipercaya berdasarkan kemampuannya.
Bab. 6 PEMBANGUNAN ADMINISTRASI DI INDONESIA
Sejarah mencatat bahwa perkembangan aparatur negara dalam
kurun waktu 1945 sampai pra PJP I sangat dipengaruhi oleh
situasi perjuangan dan ketidakstabilan politik dan
pemerintahan. Pada periode Demokrasi Liberal tahun 1950-1959
aparatur negara menjadi ajang perebutan pengaruh partai-partai
politik. Aparatur negara makin banyak terlibat dalam kegiatan
politik praktis. Situasi politik dan pemerintahan yang tidak
stabil memperngaruhi efektivitas aparatur negara, terutama
kabinet yang jatuh bangun menghambat penyelenggaraan tugas-
tugas pemerintahan dengan baik.
Pada periode Demokrasi terpimpin, tahun 1959-1965 keadaan
aparatur negara tidak banyak berubah, dengan membesarnya
kabinet sampai 100 menteri, aparatur negara tumbuh makin
besar. Denga Orde Baru dimulai penataan administrasi negara
berdasarkan UUD 1945. Menjelang PJP I tahun 1966-1968
pembangunan aparatur negara pada dasarnya berisikan kegiatan
rehabilitasi dan konsolidasi untuk mengembalikan landasan,
peran dan fungsinya sesuai dengan UUD 1945 dan Pancasila.
Selama PJP I tahun 1969-1993 Repelita demi Repelita,
pendayagunaan aparatur negara ditempatkan sebagai bagian
integral dari keseluruhan strategi ppembangunan nasional, dan
senantiasa merupakan salah satu krida atau program kerja
setiap kabinet dalam masa pembangunan. Untuk meningkatkan
disiplin pegawai dikalangan pegawai negeri sipil telah
diterbitkan beberapa peraturan yang khusus mengatur pegawai
negeri sipil. Dalam PJP I sudah banyak dilakukan penelitian
yang ditujukan untuk mengkaji berbagai kebijaksanaan
pendayagunaan dan pengembangan sistem serta disiplin ilmu
administrasi pembangunan, guna munujang pembangunan.
Kesejahteraan pegawai negeri masih sangat tidak memadai,
sehingga mendorong perilaku yang merugikan seperti korupsi dan
kolusi. Untuk mengatasi kendala – kendala yang ditemui
pembangunan administrasi dilanjukan dalam PJP II dimanan
sasran pembangunan aparatur negara yang bersih, bertanggung
jawab, penuh pengabdian dan profesional. Sasaran selanjutnya
adalah tertatatnya manajemen aparatur negara dalam
meningkatkan kualitas, kemampuan dan kesejahteraan manusianya.
Selanjutnya sasaran pembangunan administrasi adalah
meningkatnya perwujudan otonomi daerah, yang serasi,nyata,
dinamis dan bertanggung jawab.
Pembangunan Aparatur Negara meliputi kebijaksanaan
yaitu : (a) Peningkatan disiplin aparatur negara (b)
Pemantapan organisasi kenegaraan (c) Pendayagunaan organisasi
pemerintahan (d) penyempurnaan manajemen pembangunan (e)
peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Pemerintahan yang bersih dan berwibawa, selain merupakan
salah satu tujuan pokok dalam pembanggunan aparatur negara,
juga merupakan persyaratan pokok bagi terselenggaranya
pembangunan nasional yang efisien dan efektif. Posisi aparatur
negara dalam proses peningkatan disiplin nasional adalah
sebagai pelopor, pelaku pertama dan utama, dalam menerapkan
disiplin nasional sehingga menjadi teladan dan panutan bagi
masyarakat.
Peningkatan disiplin aparatur tercermin dari perilakunya
sebagai abdi negara dan abdi masyarakat. Aparatur bersifat
melayani, mengayomi dan meneladani disertai kepemimpinan yang
menumbuhkan dan mendorong prakarsa dan peran serta aktif
masyarakat dalam pembangunan. Pendayagunaan organisasi
pemerintahan yang meliputi organisasi pemerintah
pusat,organisasi pemerintah daerah dan desa, hubungan
pemerintah pusat dan daerah.
Penyempurnaan manajemen pembangunan meliputi : a)
Adminstrasi Kebijaksanaan Pembangunan b) Sistem Perencanaan,
penganggaran dan pembiayaan serta pemantauan dan pelaporan c)
manajemen program dan proyek pembangunan d) Sistem Informasi
e) administrasi umum dan kearsipan dinamis f) sistem kearsipan
nasional.
Peningkatan Kualitas Sumber daya manusia merupakan unsur
dan modal dasar dalam pembangunan nasional. Cakupan pembinaan
meliputi : 1) Formasi dan Pengadaan 2) Pembinaan Karier 3)
Pendidikan dan Pelatihan 4)Kepemimpinan Aparatur 5)
Penggajian, Tunjangan dan Kesejahteraan 6) Administrasi
Pegawai negeri sipil (PNS).
Program pembangunan aparatur negara dijabarkan dalam
program pokok dan program penunjang. Program pokok pembangunan
aparatur negara meliputi : 1) program Peningkatan Prasarana
dan saran aparatur negara 2) Program peningkatan efisiensi
aparatur negara 3) Program pendidikan dan pelatiahn aparatur
negara 4) program penelitian dan pengembangan aparatur negara.
Sedangkan program penunjang dalam pembangunan aparatur negara
adalah 1) program pengembangan informasi pemerintahan 2)
program pendayagunaan sistem dan pelaksanaan pengawasan 3)
program pengembangan hukum administrasi negara.
Bab 7 PENUTUP
Adminstarsi dipengaruhi oleh lingkungan yang senantiasa
berubah dari segala aspek kehidupan. Di bidang ekonomi,
globalisasi ditandai oleh ekonomi dunia yang makin terbuka,
dimana arus informasi, manusia, barang dan jasa, modal dan
investasi bergerak cepat dan makin tidak mengenal batas
wilayah negara. Administrasi negara dituntut secara tepat
berperan dimana manusia makin meningkat pendidikannya, makin
terspesialisasi kebutuhannya, makin keras tuntutannya pada
kualitas bukan ketersediaan, makin menuntut untuk ikut serta
dalam semua proses yang menentukan nasibnya.
Perubahan internal dan eksternal dlam administrasi akan
mempengaruhi aspirasi, tuntutan, kemampuan, dan persepsi
masyarakat maupun kualifikasi aparatur pemerintah. The way of
governing berkembang dan dapat berbeda sekarang dengan masa
yang akan datang. Ilmu administrasi, termasuk administrasi
pembangunan ditantang untuk bisa mengikuti proses perubahan
bahkan satu langkah di depan.
Betapapun besarnya peranan masyarakat, upaya untuk
membangun masyarakat adlah tanggung jawab administrasi
pembangunan, diperlukan pembaharuan bukan hanya sistem dan
prosedur kerja tetapi juga semangat kerja. Ada dua altenatif
yaitu perbaikan birokrasi berlangsung secara evolutif dan
tidak bisa dipaksakan atau diupayakan untuk mempercepat proses
perbaikan administrasi.
Untuk Indonesia, sebaiknya dipilih alternatif kedua,
bahwa Indonesia harus mencambuk diri untuk melompat maju dalam
membangun administrasi dengan alasan pertama, ekonomi
Indonesia diambang untuk meningkat dari ekonomi berpendapatan
rendah menjadi ekonomi berpendapatan menengah. Kedua, terjadi
transformasi budaya dari masyarakat tradisional menjadi
masyarakat modern. Ketiga, masyarakat Indonesia telah
teremansipasi dan mulai melepaskan diri dari perangkap
keterbelakangan. Keempat, globalisasi akan meningkatkan kadar
keterbukaan dan informasi bangsa Indonesia. Kelima,
liberalisasi perdagangan dan integrasi pandangan dunia membuka
peluang-peluang baru dan memberikan harapan baru untuk
membangun kehidupan yang lebih baik secara dipercepat.
Kuncinya adalah daya saing yang ditentukan oleh dua hal,
produktivitas dan efisienasi.
Birokrasi harus terdiri atas manusia-manusia yang bukan
hanya berpengetahuan tetapi berkarakter. Untuk itu para
pelajar ilmu administrasi perlu lebih banyak mempelajari
pengalaman panjang pembangunan administrasi di Indonesia untuk
membuat kajian-kajian dan penulisan ilmiah dalam bidang
administrasi negara pada umumnya dan administrasi pembangunan
pada khususnya, dalam rangka memperkuat upaya membangun
administrasi negara yang mampu memberikan jawaban terhadap
tantangan pembangunan bangsa Indonesia di masa kini dan di
masa depan.