tugas prinsip administrasi publik
TRANSCRIPT
TUGAS UJIAN AKHIR SEMESTER
PRINSIP ADMINISTRASI PUBLIK
NANA NAJIYAH
15/388797/PSP/050402
MAGISTER ADMINISTRASI PUBLIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2016
Perkembangan Ilmu Administrasi Publik :
dari Public Administration ke Public Governance
Oleh : Nana Najiyah
Untuk mendefinisikan administrasi publik saat ini mungkin akan membingungkan,
mengingat persepsi orang tentang administrasi publik bervariasi. Selain itu, definisi
administrasi publik sendiri dirasa belum ada batasannya sehingga sulit untuk menghindari
variasi-variasi dalam pendefinisiannya. Pendapat mengenai definisi administrasi publik yang
terkenal salah satunya menurut Chandler dan Plano (1988: 29-30) adalah proses dimana
sumberdaya dan personil publik diorginisir dan dikoordinasikan untuk memformulasikan,
mengimplementasikan dan mengelola keputusan-keputusan dalam kebijakan publik1 .
Jika ditilik kembali variasi yang berbeda-beda mengenai pengertian administrasi
publik sendiri dikarenakan interpretasi terhadap administrasi bisa menjadi administration of
public, administration for public dan administration by public. Menurut Yeremias (2014)
istilah adminitration of public menunjukkan bagaimana peran pemerintah sebagai agen
tunggal yang berkuasa secara aktif dan dan selalu berinisiatif dalam mengatur dan mengambil
langkah, yang dipandang penting untuk masyarakat karena diasumsikan bahwa masyarakat
adalah pihak yang pasif, kurang mampu dan harus tunduk dan menerima apa saja yang diatur
oleh pemerintah. Lalu istilah adminstration for public menunjukkan peran pemerintah dalam
mengemban misi pemberian pelayanan publik (service provider), dalam konteks ini peran
pemerintah harus lebih responsif terhadap apa yang dibutuhkan masyarakat dan lebih
mengetahui cara terbaik untuk memberi pelayanan publik kepada masyarakat. Istilah yang
terakhir administration by public merupakan suatu konsep yang sangat berorintasi kepada
pemberdayaan masyarakat, lebih mengutamakan kemandirian dan kemampuan masyarakat
karena peran pemerintah menyediakan kesempatan itu.
Sejarah perkembangan ilmu administrasi dimulai dari jaman mesir kuno yang
peradabannya telah berkembang sehingga diindikasikan adanya skandal korupsi dan sifat
birokrasi yang berbelit-belit2. Kemudian dalam perkembangannya, terjadi beberapa
perubahan paradigma (cara pandang) mengenai administrasi publik yang lama sampai yang
terbaru. Berikut ini beberapa periode yang ada dalam perkembangan administrasi publik :
1 Prof. Dr. Yeremias T. Keban, SU, MURP. Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik Konsep, Teori dan Isu. 2014. Gava Media. Yogyakarta 2 E. N. Gladen. A history of Public Administration. 1972.
1. The Old Public Administration (OPA)
Tokoh dalam periode ini Woodrow Wilson (1887) yang mengusulkan pemereintah
mempunyai struktur yang mengikuti model bisnis yakni mempunyai otoritas, pengendalian,
mempunyai sturuktur organisasi hirarki dan tujuan untuk melakukan kegiatan itu dilakukan
dengan efisien. Konsep ini dikenal “the old public administration (OPA)” 3. Wilson
menyarankan juga agar administrasi publik harus dipisah dari dunia politik (Dikotomi politik-
administrasi) caranya dengan memisahkan antara dunia legislatif dengan dunia eksekutif,
legislator hanya merumuskan kebijakan-kebijakan dan administratorlah yang menjalankan
atau mengimplementasikan kebijakan. Masih menurut Wilson, administrator publik selalu
mengutamakan nilai efisiensi dan ekonomis. Ide ini sejalan dengan ide menjalankan dunia
bisnis4.
Seperti yang dikemukakan oleh Nicholas Hendry (1995: 21-49) setidaknya ada lima
paradigma yang terjadi dalam periode ini, yakni :
1) Paradigma Dikotomi politik dan Administrasi (1900-1926)
Pada paradigma Dikotomi politik dan Administrasi menjelaskan mengenai politik dan
administrasi adalah dua fungsi pokok pemerintahan yang berbeda. Politik harus
memusatkan perhatian terkait dengan kebijakan dari kehendak masyarakat sedangkan
administrasi memberi perhatian terkait dengan pelaksanaan atau implementasi dari
kebijakan-kebijakan tersebut. Implikasi dari paradigma ini bahwa administrasi dilihat
sebagai suatu yang bebas nilai, dan diarahkan untuk mencapai nilai effisiensi dan
ekonomi dari goverment bureaucracy. Sehingga dalam paradigma ini locusnya pada
permasalahan dimana seharusnya administrasi negara ini berada5. Tetapi fokus
metode apa yang seharusnya dikembangkan dalam administrasi publik tidak
dijelaskan secara terperinci6.
2) Paradigma Prinsip-Prinsip Administrasi (1927-1937)
Dalam paradigma ini prinsip-prinsip administrasi publik dikenalkan sebagai fokus
administrasi publik. Prinsip-prinsip tersebut planning, Organizaing, Staffing,
3 Miftah Toha. Ilmu Administrasi Publik Kontemporer. 2008. Kencana Prenada Media Grup. Jakarta 4 Septiana Eka Silviana. Perjalanan Old Public Administration, New Public Management hingga New Public Service.5 Miftah Toha. Ilmu Administrasi Publik Kontemporer. 2008. Kencana Prenada Media Grup. Jakarta 6 Prof. Dr. Yeremias T. Keban, SU, MURP. Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik Konsep, Teori dan Isu. 2014. Gava Media. Yogyakarta
Directing, Coordinating, Reporting dan Budgeting yang dirasa bersifat universal dan
mampu diterapkan dimana saja7
3) Paradigma Administrsi Negara sebagai Ilmu Politik (1950-1970)
Munculnya paradigma ini bermula administrasi publik tidak dapat berlaku dimana
saja, tetapi juga dipengaruhi oleh nilai-nilai tertentu sehingga John Gaus secara tegas
menyatakan bahwa adminitrasi publik juga sebenernya ilmu politik. Dari anggapan
administrasi publik sebagai ilmu politik maka lokusnya adalah birokrasi pemerintah
sedangkan fokusnya menjadi kabur karena prinsip-prinsip administrasi publik pada
saat itu memiliki banyak kelemahan8
4) Paradigma Administrasi Publik sebagai Ilmu Administrasi (1956-1970)
Paradigma ini mengembangkan prinsip-prinsip manajemen secara ilmiah dan
mendalam. Perilaku organisasi, analisis manajemen, penerapan teknologi modern
(metode kuantitatif), analisis sistem, riset operasi menjadi fokus di paradigma ini.
Fokus inilah yang diasumsikan dapat diterapkan tidak hanya di dunia bisnis tapi juga
dalam administrasi publik, karena itu lokus dalam paradigma ini tidak jelas9
5) Paradigma Administrasi Publik sebagai Administrasi Publik (1970- an)
Paradigma yang terakhir ini diklaim memiliki fokus dan lokus yang jelas, fokus pada
teori organisasi, teori manajemen dan kebijakan publik, sedang untuk lokusnya ada
pada masalah-masalah dan kepentingan publik10.
Namun terdapat kekurangan-kekurangan dalam periode OPA, diantaranya :
• Menekankan pada efisiensi dan efektivitas
• Struktur birokrasi yang besar dan terkotak-kotak
• Hierarkhi dalam pengambilan keputusan
• Birokrasi yang kaku dan berbelit
7 Ibid 8 ibid9 ibid10 ibid
2. New Public Management (NPM)
New public management diartikan bagaimana menggunakan mekanisme pasar dan
terminologi di sektor publik (Thoha, 2008). New public management diarahkan pada prinsip
fleksibilitas, pemberdayaan, inovasi dan orientasi pada hasil, out-sourcing dan contracting out
serta promosi etika profesi dan manajemen dan anggaran yang berbasis pada kinerja
(Chemaa, 2007).
New public management dipandang paling tepat untuk mewajibkan pemerintah,
khususnya dalam sektor ekonomi, berjiwa enterpreneurial, inovatif, dan kreatif agar dapat
meningkatkan pertumbuhan ekonomi sekaligus kesejahteraan masyarakat. Karena itu,
penerapan konsep NPM ini sukses dilakukan oleh negara-negara seperti amerika serikat,
inggris dan selandia baru sehingga konsep inipun menjamah negara-negara lain. Di amerika
konsep NPM disebut juga dengan istilah enterpreneurial government atau pemerintahan
wirausaha yang dirancang oleh David Osborne dan Ted Gaebler. Mereka berdua menjabarkan
10 prinsip pemerintahan yang berwirausaha yakni :
1. Pemerintahan katalis ; pemerintahan yang mengarahkan bukan mengayuh
2. Pemerintahan milik masyarakat ; pemerintahan yang memberdayakan bukan sekedar
melayani
3. Pemerintahan yang kompetitif ; pemerintahan yang menginjeksikan semangat
kompetisi dalam pelayanan publik
4. Pemerintahan yang digerakkan oleh misi ; pemerintahan yang mampu merubah
orientasi dari pemerintahan yang digerakkan oleh aturan
5. Pemerintah yang berorientasi pada hasil ; pemerintahan yang membiayai hasil bukan
input
6. Pemerintahan yang berorientasi pada pelanggan ; pemerintah yang memenuhi
kebutuhan pelanggan bukan hanya birokrasi
7. Pemerintahan wirausaha ; pemerintahn yang menghasilkan profit bukan
menghabiskan
8. Pemerintahan antisipatif ; pemerintahan yang berorientasi pada pencegahan bukan
pada penyembuhan
9. Pemerintahan desentralisasi ; merubah pemerintahan yang digerakkan oleh hirarki
menjadi pemerintahan yang partisipasif dan kerjasama tim
10. Pemerintahan yang berorientasi pada pasar ; pemerintahan yang mendorong melalui
pasar
Konsep new public management merupakan satu isu penting dalam reformasi sektor
publik. Dalam periode new public management melihat administrasi publik kurang efektif
memecahkan masalah dan memberikan pelayanan pelayanan publik, termasuk didalamnya
membangun masyarakat. Hood mengungkapkan ada tujuh komponen penting dalam
komponen doktrin di new public management (Vigoda 2003: 813), yakni :
1. Pemanfaatan manajemen profesional dalam sektor publik
2. Penggunaan indikator kerja
3. Penekanan yang lebih besar pada kontrol output
4. Pergeseran perhatian ke unit-unit yang lebih kecil
5. Pergeseran ke kompetisi yang lebih tinggi
6. Penekanan gaya sektor swasta pada praktek manajemen
7. Penekanan pada disiplin dan penghematan yang lebih tinggi dalam penggunaan
sumberdaya.
Penerapan NPM perlu melibatkan pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh dalam
dunia manajemen bisnis dan disiplin lain untuk memperbaiki efisiensi, efektifitas dan kinerja
pelayanan publik pada birokrasi yang modern (Vigoda, 2003: 812). NPM sendiri sudah
mengalami beberapa perubahan orientasi. Orientasi pertama the effeciency drive yakni
mengutamakan nilai efisiensi dalam pengukuran kinerja. Orientasi kedua downsizing dan
decentralization yakni mengutamakan penyerdahanaan struktur, memperkaya fungsi dan
mendelagasikan otoritas kepada unit-unit yang lebih kecil agar dapat berfungsi secara tepat
dan cepat. Orientasi ketiga in search of excellence yakni mengutamakan kinerja optimal
dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan teknologi. Orientasi terakhir public service
orientation yakni menekankan pada kualitas, misi dan nilai-nilai yang hendak dicapai
organisasi publik, memberikan perhatian yang lebih besar kepada asporasi, kebutuhan dan
pertisipasi ‘user’ dan warga masyarakat, memberikan otoritas yang lebih tinggi kepada
pejabat yang dipilih masyarakat, termasuk wakil-wakil mereka, menekankan evaluasi kinerja
secara berkesinambungan dan partisipasi masyarakat dan akutabilitas (Ferlis, Ashburner,
Fitgerald dan Pettigrew : 1997).
Namun dalam NPM mempunyai kelemahanan yakni elit birokrasi cenderung
berkompetisi memperjuangkan kepentingan sendiri daripada untuk kepentingan umum, serta
NPM tidak ditujukan untuk menangani pemerataan dan keadilan sosial.
3. New Public Service (NPS)
New Public Service adalah periode ketiga yang muncul atas kritikan terhadap periode
New Public Management. Konsep new public service mulai dikenal melalui tulisan Janet V.
Dernhart dan Robert B. Denhart berjudul “the new public service, serving not steering” tahun
2003 yang diawali dengan kalimat “Government shouldn’t be run like a bussiness, it should
be run like a democracy” dengan kata lain pemerintahan tidak seharusnya digerakkan seperti
bisnis, menjalankan pemerintahan sejalan dengan menjalankan demokrasi11.
Prinsip NPS (Denhardt & Denhardt, 2003 :42-43) yaitu:
1. Melayani warga masyarakat bukan pelanggan (Serve Citizen, Not Customers)
2. Mengutamakan kepentingan publik (Seek the Public Interest)
3. Lebih menghargai kewarganegaraan daripada kewirausahaan (Value Citizenship over
entrepeurship)
4. Berpikir strategis dan bertindak demokratis (Think Strategically, Act Democracally)
5. Menyadari bahwa akuntabilitas bukan merupakan suatu yang mudah (Recognized that
Accountability Is Not Simple)
6. Melayani daripada mengendalikan (Serve Rather than Steer)
7. Menghargai orang bukan produktifitas semata (Value People, Not Just Productivity)
Hal terpenting yang dapat diambil dalam periode NPS ini adalah birokrasi seharusnya
dibangun agar dapat memberi perhatian kepada pelayanan masyarakat sebagai warga
negara (bukan sebagai pelanggan semata). Mengutamakan kepentingan umum dengan
turut serta melibatkan warga masyarakat, berpikir strategis dan bertindak demokratis
dengan tetap memperhatikan norma yang adaserta lebih menghargai masyarakat.
4. Public Governance11 Janet V Dernhart. dan Robert B. Denhart. The New Public Service, Serving Not Steering. 2014. M.E Sharpe, Armonk. New york.
Pengertian governance merupakan suatu sistem nilai, kebijakan, dan kelembagaan
dimana urusan-urusan ekonomi, sosial, dan politik dikelola melalui interaksi antara
masyarakat, pemerintah dan sektor swasta (Keban, 2014 : 38). Meskipun demikian, masih
banyak terjadi ketidakjelasan mengenai definisi governance sendiri, semua kembali kepada
pemahaman masing-masing mengenai apa itu governance. Sejauh ini, dengan banyaknya
perbedaan mengenai definisi governance, terdapat beberapa dimensi penting dari
governance, yakni :
a) Dimensi kelembagaan, governance adalah sebuah sistem administrasi yang
melibatkan banyak pelaku, baik dari dalam pemerintah maupun dari luar
pemerintah (Dwiyanto, 2002)
b) Dimensi nilai, governance adalah nilai yang menjadi dasar dalam penggunaan
kekuasaan
c) Dimensi proses, governance mencoba menjelaskan bagaimana berbagai unsur
dan lembaga memberikan respon terhadap masalah publik yang muncul di
lingkungannya. Dalam konteks ini governance dipahami sebagai sebuah proses
dimana para pemimpi dan inovator kebijakan dari berbagai lembaga yang ada di
dalam dan di luar pemerintahan mengembangkan jaringan untuk mengelola
proses kebijakan publik.
Dengan mengkaji governance dari ketiga dimensi tersebut, maka teori-teori administrasi
publik dituntut untuk dapat memberikan arahan dari keseluruhan proses kebijakan publik
yang ada.
Sehingga dalam periode ini, mekanisme dan proses dimana para warga masyarakat dan
kelompok dapat mengartikulasikan kepentingannya, memediasi berbagai perbedaan-
perbedaannya, serta menjalan hak dan kewajibannya. Pemerintah diharapkan memainkan
perannya dalam menciptakan lingkungan politik dan hukum yang kondusif, sementara peran
dari sektor swasta dengan menciptakan lapangan kerja dan pendapatan, lalu bagi masyarakat
(civil society) menyelenggarakan interaksi sosial dan politik dengan sehat. Dengan kata lain,
periode ini mengutamakan interaksi kuat ketiganya (Cheema, 2007: 34-35).
Adapun karakteristik good governance meliputi (Rondinelli, 2007:9) :
a) Participation : Semua orang harus diberi kesempatan untuk bersuara dalam
pengambilan keputusan baik secara langsung atau melalu institusi perantara yang
mewakili kepentingannya
b) Rule of Law : Aturan hukum harus adil dan ditegakkan tanpa pandang bulu,
termasuk didalamnya hukum mengatur hak asasi manusia
c) Transparency : Keterbukaan harus dibangun diatas aliran informasi yang bebas
d) Responsiveness : Institusi-institusi dan prose yang ada harus diarahkan untuk
melayani kepentingan para pemangku kepentingan
e) Consensus Orientation : Ada proses mediasi untuk sampai kepada konsensus
umum yang didasarkan pada kepentingan kelompok dan didasarkan pada
kebijakan dan prosedur
f) Equity : Semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk memperbaiki dan
mempertahankan kesejahteraan
g) Effectiveness and Efficiency : Proses dan institusi-institusi yang ada sedapat
mungkin memenuhi kebutuhan masyarakat melalui pemanfaatan terbaik terhadap
sumberdaya yang ada
h) Accountability : Para pengambil keputusan yang ada di instansi pemerintah,
sektor publik dan organisasi masyarakat madani mampu
mempertanggungjawabkan apa yang dilakukan dan apa yang diputuskan kepada
publik sekaligus kepada para pemangku kepentingan
i) Strategic Vision : Para pemimpin dan masyarakat publik harus memiliki
perspektif yang luas dan jangka panjang terhadap pembangunan manusia dengan
mempertimbangkan latar belakang sejarah dan komplesitas sosial budaya.
Berikut ini tabel perbedaan antara OPA, NPM dan NPS :
Daftar pustaka :
Eka Silviana, Septiana. Perjalanan Old Public Administration, New Public Management
hingga New Public Service.
Pidato Pengukuhan Guru Besar UGM. 2006. Dari Administrasi Negara ke Administrasi
Publik. Yogyakarta: UGM Press
T. Keban, Yeremias. 2014. Enam Dimensi Strategis Administrasi Publik Konsep, Teori dan
Isu. Yogyakarta : Gava Media.
Toha, Miftah. 2008. Ilmu Administrasi Publik Kontemporer. Jakarta : Kencana Prenada
Media Grup.
V Dernhart, Janet dan Robert B. Denhart. 2003. The New Public Service, Serving Not
Steering. New york: M.E Sharpe, Armonk.