praktikum fisika dasar 2 voltameter

45
PRAKTIKUM FISIKA DASAR 2 VOLTAMETER ULUMULLAH KIDIR SUBAGIO (11 15 100 039) YULIANI PURNAMA SARI (11 15 100 040) VERA LAVIARA M. (11 15 100 045) AZIZAH INTAN MAHARANI (11 15 100 046) PELANGI AZ ZAHRA (11 15 100 047) GILANG FAJARYAN MUHAMAD (11 15 100 048) CHYCYLIA CLARA CHANDRA C. (11 15 100 053) PURI OLIVIA SWASTIKA (11 15 100 055) DWI JULIANITASARI (11 15 100 056) Asisten Laboratorium: LINA PURNAWATI (11 12 100 093) Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2016

Upload: independent

Post on 30-Nov-2023

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PRAKTIKUM FISIKA DASAR 2

VOLTAMETER

ULUMULLAH KIDIR SUBAGIO (11 15 100 039)YULIANI PURNAMA SARI (11 15 100 040)VERA LAVIARA M. (11 15 100 045)AZIZAH INTAN MAHARANI (11 15 100 046)PELANGI AZ ZAHRA (11 15 100 047)GILANG FAJARYAN MUHAMAD (11 15 100 048)CHYCYLIA CLARA CHANDRA C. (11 15 100 053)PURI OLIVIA SWASTIKA (11 15 100 055)DWI JULIANITASARI (11 15 100 056)

Asisten Laboratorium:LINA PURNAWATI (11 12 100 093)

Jurusan FisikaFakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan AlamInstitut Teknologi Sepuluh NopemberSurabaya 2016

FUNDAMENTAL PHYSICS 2 EXPERIMENT

VOLTAMETER

ULUMULLAH KIDIR SUBAGIO (11 15 100 039)YULIANI PURNAMA SARI (11 15 100 040)VERA LAVIARA M. (11 15 100 045)AZIZAH INTAN MAHARANI (11 15 100 046)PELANGI AZ ZAHRA (11 15 100 047)GILANG FAJARYAN MUHAMAD (11 15 100 048)CHYCYLIA CLARA CHANDRA C. (11 15 100 053)PURI OLIVIA SWASTIKA (11 15 100 055)DWI JULIANITASARI (11 15 100 056)

Asisten Laboratorium:LINA PURNAWATI (11 12 100 093)

PHYSICS DEPARTMENTFACULTY OF MATHEMATICS AND NATURAL SCIENCESSEPULUH NOPEMBER INSTITUTE OF TECHNOLOGYSURABAYA 2016

2

PRAKTIKUM FISIKA DASAR 2

VOLTAMETER

ULUMULLAH KIDIR SUBAGIO (11 15 100 039)YULIANI PURNAMA SARI (11 15 100 040)VERA LAVIARA M. (11 15 100 045)AZIZAH INTAN MAHARANI (11 15 100 046)PELANGI AZ ZAHRA (11 15 100 047)GILANG FAJARYAN MUHAMAD (11 15 100 048)CHYCYLIA CLARA CHANDRA C. (11 15 100 053)PURI OLIVIA SWASTIKA (11 15 100 055)DWI JULIANITASARI (11 15 100 056)

Asisten Laboratorium: LINA PURNAWATI (11 12 100 093)

Jurusan FisikaFakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan AlamInstitut Teknologi Sepuluh Nopember

3

Surabaya 2016BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangReaksi kimia terutama reaksi oksidasi reduksi dapat

terjadi di berbagai sistem kimia. Sebagai contoh adalah pembentukan karat pada besi. Aksi cairan pemutih pada noda dan pemurnian. Pemurnian merupakan salah satu contoh reaksi elektrokimia terutama elektrolisis. Karena dalam proses pemurnian dibutuhkan sumber listrik untuk mengendapkan larutan emas atau perak untuk melapisi logam eams atau perak.

Dalam hal ini energi listrik diubah menjadienergi kimia. Pada proses pemurnian, terjadi reaksi redoks (reduksi oksidasi). Dari proses pemurnian itu dapat diketahui berapa endapan logam menggunakansebuah alat voltameter. Dengan menggunakan dua jenis bahan yang digunakan, kita harus mengetahui E sel terlebih dahulu. Voltameter sesuai dengan namanyayaitu endapan pada katoda, voltameter tembaga. Percobaan ini menggunakan prinsip dari Hukum Faraday dalam bidangelektrolisis. Dengan ini, diharapkan praktikan bisa memahami kegunaanvoltameter dan mengukur E sel dengan voltameter.

1.2. PermasalahanPermasalahan dari percobaan ini adalah bagaimana

menentukan keseksamaan dari penunjukkan jarum amperemeter dengan menggunakan voltameter tembaga.

1.3. TujuanTujuan dari percobaan ini adalah menentukan

keseksamaan dari penunjukkan jarum amperemeter dengan menggunakan voltameter tembaga.

4

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 VoltPotensial listrik atau tegangan listrik didefinisikan

sebagai energy potensial persatuan muatan listrik. Perbedaan potensial listrik pada titik yang berbeda dalam suatu rangkaian terjadi jika dalam rangkaian dipasang sumber potensial listrik atau biasa disebut dengan GGL (Gaya Gerak Listrik). Contoh GGL seperti baterai, aki, dinamo, sel surya dan lain-lain. GGL memiliki dua terminal yang memiliki potensial dirumuskan :

V = IR…………...............................(2.1)

Dengan I sebagai arus dan R sebagai hambatan dengan satuan ohm [6].

Satuan SI untuk tegangan listrik adalah joule percoloumb. Ini sesuai tegangan listrik yang dapat dirumuskan

−Wq

=V .............................................(2.2)

Kombinasi dari joule percoloumb ini terdapat satuan yaitu “volt”, satuan yang sering kita gunakan. Nilai dari satu volt adalah

1 volt = 1 joule percoloumb…...……....(2.3)

1 N/C=( NC )( 1V C

1J )( 1J1 Nm )……..……….

(2.4)1 N/C = 1 V/m….…………...….…….... (2.5)

5

1 eV = e (1V)……………...……………(2.6)1 eV = (1,6 x 10-19 C) (1 J/C)…….......... (2.7)1 eV = 1,6 x 10-15 J…………….………. (2.8)

Konversi ini adalah konversi yang sering digunakan dari tegangan listrik yang satuannya adalah volt. [5]2.2 Voltameter

Voltameter adalah alat yang digunakan untuk mengukur beda potensial. Untuk mengukur beda potensial antara sembarang atau dua titik pada rangkaian terminal-terminal voltmeter dihubungkan antar titik-titik tersebut tanpa memutus atau memotong kawat. Apabila voltmeter tembaga, maka alat ini terdiri dari dua buah lempengan tembaga yang terpasang pada sebuah bakelite yang serangkai dalam suatu tabung kaca atau plastik. Lempengan luar berperan sebagai anoda sedangkan yang tengah berperan sebagai katoda [5].

2.3 Voltameter TembagaVoltameter tembaga merupakan sebuah alat yang

digunakan untuk mengukur tegangan diari sebuah rangkaian listrik. Pembedanya adalah pada voltameter tembaga terdiri dari dua buah lempengan tembaga. Kedua lempengan tersebut terpasang pada sebuah bakelite serangkai dalam suatu tabung kaca atau plastik. Kedua lempengann tembaga tersebut memiliki dua fungsi. Lempengan luar dari tembaga berfungsi sebagai anoda dan lempengan tengah berfungsi sebagai katoda [1].

Tembaga memiliki berat jenis 8,93 gram/cm3, serta memiliki titik leleh dan titik didih berturut-turut sebesar 1080 ͦC dan 2310 ͦC. Tembaga dapat menjadi sebuah konduktor listrik yang dikarenakan oleh adanya electron pada strukturnya. Konduktornya juga dapat disebut dengan konduksi metalik. Biasanya tembaga digunakan sebagai pelapis dasar. Hal ini disebabkan karena sifat dasar dari tembaga. Sifat itu adalah dapat menutupi permukaan dengan baik [1].

6

2.4 Hukum Faraday IMichael Faraday menyatakan dalam penelitiannya

mengenai anoda, katoda, elektroda, elektrolit, dan elektrolisis. Pada tahun 1833, Faraday menemukan bahwa besarnya perubahan kimia yang terjadi selama elektrolisis berbanding lurus dengan besarnya muatan listrik yang lewat pada sel elektrolisis. Bila diambil sebuah contoh reaksi reduksi ion tembaga di katoda seperti berikut :

Cu2+(aq) + 2e- Cu(s)……………………(2.9)

Maka untuk mengendapkan 1 mol logam tembaga tersebut dibutuhkan 2 mol electron. Reaksi setengah sel oksidasi atau reduksi mengaitkan besarnya bahan kimia yang diproduksi atau dihilangkan dengan besarnya electron yaitu arus listrik yang harus diberikan [16].

Hukum I Faraday ini menyatakan bahwa “jika muatan listrik dapat dihitung, maka massa zat yang bereaksi di elektroda dapat ditentukan”. Persamaan yang mengungkapkan hokum I Faraday tersebut adalah

m = e .i . t

96500 ...........................................(2.10)

Dengan m adalah massa, e adalah berat ekuivalen, i adalah kuat arus listrik dan t adalah waktu. Angka 96500 adalah bilangan Faraday dengan satuan Ampere detik atau dapat juga ditulis sebagai C [14].

2.5 Hukum Faraday IIHukum Faraday II menyatakan bahwa “ Massa dari

macam-macam zat yang diendapkan pada masing-masing elektroda oleh sejumlah arus listrik yangsama banyaknya akan sebanding dengan berat ekuivalen masing-masing zat

7

tersebut”. Secara matematis Hukum Faraday II dinyatakan dalam :

m1 : m2 = e1 : e2 . . …. . . . . . . . . . . . . . . . (2.11)

Keterangan dimana m adalah massa zat (gram) dan e adalah berat ekuivalen sama dengan Ar dibagi Valensi sama dengan Mr dibagi Valensi [6].

2.6 IonIon adalah atom atau sekelompok atom yang

bermuatan listrik netral untuk melepaskan atau menerima muatan elektron. Ion akan menggunakan gaya tarik menarik dalam mempertahankan pasangan elektrodannya sehingga berbentuk kelompok dari sejumlah besar ion positif dan ion negatif yang merupakan proses pembentukan ikatan ion. Ikatan ion terbentuk karena adanya perpindahan elektron antara sebuah atom logam dan non logam [10].

Ion merupakan sebuah atom atau sekelompok atom yang mempunyai muatan total positif atau netto. Jumlah protein yang bermuatan positif dalam inti suatu atom tetap sama selama berlangsung perubahan kimia biasa yang disebut dengan reaksi kimia. Tetapi elektron yang bermuatan negatif dapat hilang serta bertambah. Atom dapat memperoleh atau kehilangan lebih dari satu elektron adalah Mg2+ , Fe3+ , S2-

dan N2- dan yang lainnya yang biasa disebut ion monoatomik. Karena ion ini hanya mengandung satu atom. Atom memiliki berbagai macam muatan yang biasanya tergantung pada nomor golongan. Dengan sedikit pengecealian, logam cenderung membentuk kation dan non logam cenderung membentuk anion [4].

2.7 KationHilangnya satu atau lebih elektron dari kulit valensi

atom normal disebut kation, sebuah ion dengan isi muatan

8

positif. Contohnya, atom Natrium (Na) dapat dengan mudah kehilangan elektron dan menjadi kation natrium , yang dilambangkan dengan NA+ [5].   

Tabel 2.1. Tabel Jumlah Proton

dan Elektron Natrium

Dalam pembentukan kation dari atom unsur perwakilan , satu atau lebih elektron dikeluarkan dari tempat tertinggi yang didudukinya pada kulit ke-n. konfigurasi elektron dari beberapa atom dan kation yang sesuai adalah sebagai berikut [5]. 

Tabel 2.2. Tabel Beberapa Konfigurasi Elektron

2.8 AnionApabila sebuah ion mendapatkan electron ke dalam

kulit valensi, mengakibatkan ion tersebut akan bermuatan negatif. Atom yang bermuatan negatif itu disebut dengan anion. Elektron yang diperoleh digunakan untuk menstabilkan atom tersebut. Hal ini menyebabkan jumlah electron lebih banyak dari jumlah proton.dari selama elektrolisis, maka akan tertarik ke katoda [11].

Anion adalah ion yang muatannya adalah negatif karena peningkatan dalam jumlah elektron. Anion terbentuk ketika suatu atom bermuatan netral mendapatkan tambahan elektron dari atom lainnya sehingga atom ini kelebihan jumlah electron [5].

9

Na Atom Na+ Ion11 proton 11 proton

11 elektron 10 elektron

Na : [Ne] 3s1 Na+ : [Ne]Ca : [Ar] 4s2 Ca2+ : [Ar]Al : [Ne] 3s2 3p1 Al3+ : [Ne]

Tabel 2.3. Tabel Jumlah Proton dan Elektron KloridaDalam pembentukan anion, satu atau lebih elektron

ditambahkan ke kulit ke-n yang tertinggi. Perhatikan contoh berikut :

H : 1s1 H- :1s2 atau [He]F : 1s22s22p5 F- : 1s22s22p6 atau [Ne]O : 1s22s22p4 O2- : 1s22s22p6 atau [Ne]N : 1s22s22p3 N3- : 1s22s22p6 atau [Ne]

Tabel 2.4. Tabel Beberapa Konfigurasi Elektron

Semua anion juga memiliki konfigurasi elektron stabil seperti gas mulia. Perhatikan bahwa F-, Na+, Ne, Al3+, O2-, N3-memiliki kesamaan konfigurasi elektron. Mereka mengatakan menjadi isoelektrik karena mereka memiliki jumlah elektron yang sama dan memiliki keadaan dasar yang sama dalam konfigurasi electron. Kemudia, H- dan He juga merupakan isoelektrik [5].

2.9 KatodaSaat tengah terjadi reaksi elektrolisis pada sel

elektrolisis, maka akan terdapat dua reaksi yang terjadi, yaitu oksidasi dan reduksi. Pada katoda, akan terjadi reaksi reduksi, dikarenakan katoda merupakan kutub negatif pada reaksi ini, atau memiliki muatan negatif. Reaksi yang terjadi pada katoda berbeda-beda, tergantung pada kation larutan yang digunakan pada reaksi elektrolisis tersebut. Jika kation berasal dari golongan alkali (1A), alkali tanah (2A), Al atau Mn, yaitu ion-ion logam yang memiliki elektrode lebih dari kecil atau lebih

10

Cl Atom Cl- Ion17 proton 17 proton

17 elektron 18 elektron

negatif daripada pelarut (air), sehingga air yang tereduksi. Reaksinya adalah:

2 H2O (l) + 2 e¯ 2 OH¯ (aq) + H2 (g) . . . . . (2.12)

Apabila kation adalah Ion-ion logam yang memiliki elektrode lebih besar air atau E° lebih besar dari -0,83 , maka ion-ion tersebut direduksi menjadi logam yang kemudian diendapkan pada permukaan katode.

Ni2+ (aq) + 2e-  Ni (s) . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..(2.13)Cu2+ (aq) + 2e- Cu (aq) . . . . ....... . . . . . . . . . . (2.14)Ag+ (aq) + e-  Ag (s) . .. . . . ..... . . . . . . . . . . . (2.15)

Apabila kation merupakan hidrogen yang berasal dari asam. Maka kation tersebut akan tereduksi menjadi gas hidrogen (H2). Reaksinya adalah

2 H+ (aq) + 2 e¯ H2 (g) . . . . . . . . . . . . . . . . ...(2.16)

Jika didalam reaksi elektrolisis yang dipakai adalah leburan, maka kation akan langsung tereduksi, meskipun kation tersebut merupakan golongan alkali atau alkali tanah sekalipun [15].

2.10 AnodaJika pada katoda terjadi reaksi reduksi saat

elektrolisis, maka pada anoda terjadi reaksi oksidasi yang melibatkan anion. Seperti halnya katoda, pada anoda terjadi reaksi oksidasi, dikarenakan anoda merupakan kutub positif pada reaksi ini, atau memiliki muatan negatif. Reaksi yang terjadi pada anoda juga berbeda-beda, tergantung pada anion larutan yang digunakan. Misalnya, jika anion merupakan ion-ion sisa asam oksi, misalnya SO42¯ dan NO3¯, maka ion

11

tersebut tidak teroksidasi, sebagai gantinya yang dioksidasi adalah air.

2 H2O (l) 4 H+ (aq) + 4 e¯ + O2 (g)………....(2.18)

Jika anion adalah ion-ion halida seperti F–, Br–, dan I¯, maka ion-ion dioksidasi menjadi halogen.

2 F¯ → F2 + 2 e¯………………………….……(2.19)

Jika anion adalah ion OH¯ yang didapat dari basa, hidroksida tersebut dioksidasi menjadi gas oksigen (O2) [17].

4 OH¯ (aq) 2 H2O (l) + 4 e¯ + O2 (g)……...(2.20)

2.11 Elektrolisis

Elektrolisis yaitu energi dari arus listrik yang menyebabkan terjadinya reaksi kimia. Berikut adalah syarat untyk elektrolisis :

1. Ion (Harus ada partikel bermuatan untuk menghantar arus. Namun mungkin bukan ion yang bereaksi)

2. Cairan baik cairan murni maupun larutan agar ion-ion dapat bermigrasi.

3. Sumber potensial (Dalam sel galvani, reaksi kimia merupakan sumber potensial, tetai tidak dalam proses elektrolisis).

4. Ion–ion yang bergerak, rangkaian lengkap (termasuk kawat untuk membawa elektron) dan elektride (tempat arus) berubah dari aliran elekton ke gerakan ion atau sebaliknya).

Jika anda mengelektrolisis larutan yang mengandung senyawa dari logam yang sangat aktif atau non-

12

logam yang sangat aktif , air atau pelarut lain dapat terektrolisis, bukan ionnya. Misalnya, jika anda mengelektrolisis lelehan natrium klorida, yang anda peroleh adalah unsur bebas:

2NaCl(l) 2Na(l) + Cl2(g) . . . . . . . . . .. . . . (2.21)

Namun jika anda mengelektrolisis larutan encer NaCl , maka air akan terurai. (NaCl diperlukan untuk menghantarkan arus,tetapi baik Na+ maupun Cl- tidak bereaksi pada elektrode)

2H2O 2H2 + O2. . . . . . . . ……… .. . . . (2.22)

Akan tetapi , jika anda mengelektrolisis larutan pekat NaCl, H2 dihasilkan pada katoda dan Cl2 dihasilkan pada anode

2e- + 2H2O H2 + 2OH-. . . . . . . . . .. . . . (2.23)

2Cl- Cl2 + 2e-. . . . . . . . . .. …………. . . (2.24)

Jelaslah bahwa kondisi reaksi sangat penting dalam menentukan apa produk yang dihasilkannnya [5].

Elektrolisis digunakan dengan berbagai cara. Berikut ini tiga contohnya (1) Sel elektrolisis digunakan untuk menghasilkan unsur yang sangat aktif dalam bentuk unsurnya. Misalnya, industri aluminium didasarkan pada reduksi

13

elektrolisis dari alumunium oksida. (2) Elektrolisis dapat digunakan untuk menyepuh benda. Lapisan tipis logam, seperti perak, dapat diendapkan pada logam lain, seperti baja, lewat electroposition. (3) Elektrolisis juga digunakan untuk memurnikan logam, seperti tembaga. Itu sebabnya tembaga cocok untuk menghantar listrik. Anode terbuat dari materi yang tidak murni. Katode terbuat dari seutas tembaga murni. Pada kondisi yang terkendali ketat, tembaga masuk ke larutan anode, tetapi logam yang kurang aktif , terutama perak dan emas jatuh ke dasar wadah. Ion tembaga mengendap pada katode, tetapi logam yang lebih aktif akan tetap ada dalam larutan. Jadi dihasilkan tembaga yang sangat murni. Oleh karena itu tembaga murni harganya lebih murah dibandingkan dengan tembaga yang tidak murni [5].

2.12 Larutan ElektrolisisSuatu senyawa yang dilarutkan dalam air

menghasilkan larutan yang dapat menghantarakan arus listrik disebut elektrolit, sedangkan larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik disebut non elektrolit [15].

Menurut Arrhenius, molekul–molekul elektrolit dalam larutan sebagian atau seluruhnya memecah menjadi dua ion atau lebih, yaitu ion positif dan ion negatif. Ion positif adalah atom atau gugus atom yang mempunyai muatan listrik positif karena kekurangan elektron, dan ion negatif adalah atom atau gugus atom yang kelebihan elektron. Karena molekul tidak bermuatan listrik, jumlah muatan positif harus sama dengan jumlah muatan negatif. Pengion adalah peruraian larutan molekul elektrolit menjadi ion – ion. Satu molekul elektrolit yang memecah menjadi dua ion disebut elektrolit biner, tiga disebut elektrolit terner, empat ion disebut elektrolit kuartener [15].

Besarnya peruraian elektrolit menjadi ion–ion dinyatakan dengan suatu bilangan antara 0 dan 1 yang disebut derajat pengionan. Jadi, derajat pengionan atau derajat

14

ionisasi adalah suatu bilangan pecahan yang meunjukkan jumlah bagian yang mengiondari jumlah molekul mula–mula. Derajat pengionan tergantung pada jenis elektrolit, jenis pelarut dan kepekatan larutan [15].

Semua zat terlarut yang larut dalam air termasuk kedalam salah satu dari dua golongan yaitu, elektrolit dan nonelektrolit. Terdapat suatu metode yang mudah dan langsung untuk membedakan antara larutan elektrolit dan larutan non elektrolit. Sepasang elektroda platina dicelupkan kedalam gelaskimia yang berisi air. Untuk menyalakan bola lampu pijar, arus listrik harus mengalir dari suatu elektroda ke elektroda lainnya, sehingga menyempurnakan rangkaian listrik. Air murni merupakan penghantar listrik yang sangat buruk. Walaupun demikian, jika ditambahkan sedikit natrium klorida (NaCl), bola lampu pijar akan menyala segera setelah garam larut dalam air. Padatan NaCl, suatu senyawa ionik, teruai menjadi ion – ion Na+ dan Cl- pada saat larut dalam air. Ion akan tertarik ke elektroda negatif dan ion akan tertarik elektroda positif. Pergerakan ini menghasilkan arus listrik yang setara dengan aliran elektron sepanjang kabel logam. Oleh karena larutan NaCl dapat menghantarakan arus listrik, maka NaCl merupakan larutan elektrolit [3].

2.13 CuSO4

Dalam suatu sistem periodik unsur (SPU), tembaga (Cu) termasuk kedalam golongan 11. Tembaga, perak dan emas disebut logam koin karena dipakai sejak lama sebagai uang dalam bentuk lempengan (koin). Hal ini disebabkan oleh logam ini tidak reaktif, sehingga tidak berubah dalam waktu yang lama. Tembaga adalah logam berdaya hantar listrik tinggi maka digunakan sebagai kabel listrik. Tembaga tidak larut dalam asam yang bukan pengoksidasi tetapi tembaga teroksidasi oleh HNO3, sehingga tembaga larut dalam HNO3 [8].

15

              Tembaga membentuk senyawa dengan tingkat oksidasi +1 dan +2, namun hanya tembaga (II) yang stabil dan mendominasi dalam larutannya. Dalam air, hampir semua garam tembaga (II) berwarna biru oleh karena warna ion kompleks koordinasi enam, [Cu(H2O)6]2+ . Suatu pengecualian yang terkenal adalah tembaga (II) klorida yang berwarna kehijauan oleh karena ion kompleks koordinasi empat [CuCl4]2+, yang mempunyai bangun geometri dasar tetrahedral bergantung pada kation pasangannya [9].

               Tembaga (II) sulfat merupakan padatan kristal biru, CuSO4. 5H2O triklini. Pentahidratnya kehilangan 4 molekul air pada 110 dan yang kelima pada 150 membentuk senyawa anhidrat berwarna putih. Pentahidrat ini dibuat dengan mereaksikan tembaga (II) oksida atau tembaga (II) karbonat dengan H2SO4 encer, larutannya dipanaskan hingga jenuh dan pentahidrat yang biru mengkristal jika didinginkan. Pada skala industri, senyawa ini dibuat dengan memompa udara melalui campurantembaga panas dengan H2SO4 encer. Dalam bentuk pentahidrat, setiap ion tembaga (II) dikelilingi oleh empat molekul air pada setiap sudut segi empat, kedudukan kelima dan keenam dari oktahedral ditempati oleh atom oksigen dari anion sulfat, sedangkan molekul air kelima terikat oleh ikatan hydrogen [12].

2.14 ReduksiRedoks sering dihubungkan dengan terjadinya

perubahan warna lebih sering dari pada yang diamati dalam reaksi asam-basa. Reaksi redoks melibatkan pertukaran elektron dan selalu terjadi perubahan bilangan oksidasi dari dua atau lebih unsur  dari reaksi kimia. Persamaan reaksi redoks agak lebih sulit ditulis dan dikembangkan dari persamaan reaksi biasa yang lainnya karena jumlah zat yang dipertukarkan dalam reaksi redoks sering kali lebih dari satu.

16

Sama halnya dengan persamaan reaksi lain, persamaan reaksi redoks harus disetimbangkan dari segi muatan dan materi, penyeimbangan materi biasanya dapat dilakukan dengan mudah sedangkan penyeimbangan muatan agak sulit. Karena itu perhatian harus dicurahkan pada penyeimbangan muatan. Muatan berguna untuk menentukan faktor stoikiometri. Menurut batasan umum reaksi redoks adalah suatu proses serah terima elektron antara dua system redoks. Reduksi adalah suatu proses yang mengakibatkan diperolehnya satu elektron atau lebih zat (atom, ion atau molekul). Bila suatu unsur direduksi, keadaan oksidasi berubah menjadi lebih negatif (kurang positif). Jadi, suatu zat pereduksi adalah zat yang kehilangan elektron, dalam proses itu zat ini dioksidasi. Definisi reduksi ini juga sangat umum dan berlaku juga untuk proses dalam zat padat, leleham maupun gas [2].

2.15 OksidasiDalam sejarahnya istilah oksidasi diterapkan untuk

proses-proses dimana oksigen diambil oleh suatu zat. Maka reduksi dianggap sebagai proses dimana oksigen diambil dari dalam suatu zat. Kemudian penangkapan hidrogen juga disebut reduksi, sehingga kehilangan hidrogen harus disebut oksidasi. Sekali lagi reaksi-reaksi lain dimana baik oksigen maupun hidrogen tidak ambil bagian belum dapat dikeolmpokkan sebagai oksidasi atau reduksi sebelum didefinisikan oksidasi dan reduksi yang paling umum, yang didasarkan pada pelepasan dan pengambilan elektron. Dengan melihat contoh-contoh reaksi dari reaksi redoks, dapat ditarik kesimpulan umum dan dapatlah didefinisikan oksidasi dengan cara berikut. Oksidasi adalah suatu proses yang mengakibatka hilangnya satu elektron atau lebih dari dalam zat (atom, ion atau molekul). Bila suatu unsur dioksidasi, keadaan oksidasinya berubah ke harga yang lebih positif. Suatu zat pengoksidasi adalah yang memperoleh elektron, dan dalam proses itu zat itu direduksi. Definisi oksidasi ini sangat umum,

17

karena itu berlaku juga untuk proses dalam zat padat, lelehan maupun gas [12].

2.16 Sel Volta dan Deret VoltaSel Volta (Sel Galvani) adalah sel elektrokimia yang

dapat menyebabkan terjadinya energi listrik dari suatu reaksi redoks yang spontan. Sel Volta ini ditemukan oleh Luigi Galvani dan Alessandro Guiseppe Volta. Sel Volta terdiri dari 2 wadah, jembatan garam, anoda, dan katoda. Pada skala laboratorium, sel volta yang paling sering digunakan adalah Sel Volta Zn–Cu dimana jembatan garam yang digunakan adalah KNO3

+ Agar–agar atau kertas saring yang dibasahi dengan larutan NaCl 1 M [4].

Sel Volta pada kehidupan sehari–hari dapat ditemukan pada Aki kendaraan bermotor dimana elektroda yang digunakan adalah PbSO4 dan Pb serta larutan penghantar yang digunakan adalah H2SO4. Fungsi sel volta adalah menciptakan suatu reaksi kimia spontan sehingga dapat menghasilkan energi listrik dan dapat digunakan dalam keperluan sehari–hari yang berhubungan dengan energi listrik [4].

Suatu zat ketika membentuk kesetimbangan antara fasa padat dan fasa cair akan memberikan energi spontan yang nilai beda potensialnya dapat diukur dengan persamaan:

∆G = n F Eo………………………….(2.25)

Dimana ∆G adalah perubahan energi bebas (kJ mol-1), n adalah mol elektron, F adalah tetapan Faraday (96450 C mol -

1), dan Eo adalah potensial sel standar. Tetapi dalam kenyataannya, nilai potensial sel akan lebih akurat apabila diukur melalui eksperimen tertentu [3].

Dalam pembuatan sel volta, anoda (kutub negatif) merupakan logam yang mengalami oksidasi dan katoda

18

(kutub positif) merupakan logam yang mengalami reduksi. Larutan penghantar yang paling baik dalam sel ini adalah larutan yang memiliki ion sejenis dengan elektroda yang digunakan. Hal ini bertujuan agar ketika elektroda dicelupkan kedalam larutan penghantar, tidak akan terjadi suatu reaksi kimia yang dapat melarutkan atau mengganti (Displacement Reaction) elektroda yang digunakan [3].

Deret volta adalah deret yang menyatakan unsur-unsur logam berdasarkan potensial elektrode standarnya. Jadi, kegunaan deret volta ini adalah untuk sebagai acuan apakah logam ini bisa bereaksi dengan ion logam lain. Konsep deret volta sama seperti reaksi pendesakan antarhalogen. Sifat-sifat umum deret volta sifat Logam bagian kiri memiliki Eºsel bertanda negatif [3].

2.17 ElektrodaElektroda adalah konduktor yang digunakan untuk

bersentuhan dengan bagian atau media non-logam dari sebuah sirkuit. Elektroda dalam sel elektrokimia dapat disebut sebagai anode atau katode, kata-kata yang juga diciptakan oleh Faraday. Anode ini didefinisikan sebagai elektroda di mana elektron datang dari sel elektrokimia dan oksidasi terjadi, dan katode didefinisikan sebagai elektroda di mana elektron memasuki sel elektrokimia dan reduksi terjadi. Setiap elektroda dapat menjadi sebuah anode atau katode tergantung dari tegangan listrik yang diberikan ke sel elektrokimia tersebut. Elektroda bipolar adalah elektroda yang berfungsi sebagai anode dari sebuah sel elektrokimia dan katode bagi sel elektrokimia lainnya [7].

2.18 AmperemeterGalvanometer hanya untuk mengukur arus dalam orde

mikro ampere, sedangkan dalam kehidupan sehari-hari kita memerlukan arus dalam orde ampere. Karena itu perlu alat ukur yang mampu mengukur arus dalam orde ampere, alat

19

ukur ini disebut dengan amperemeter. Amperemeter adalah suatu galvanometer yang diberi tahanan luar parallel dengan tahanan galvanometer disebut tahanan shunt. Fungsi dari tahanan shunt adalah untuk mengalirkan arus sedemikian hingga arus maksimum di galvanometer tetap dalam orde microampere (misalkan suatu galvanometer) dengan tahanan 25 ohm hanya mampu dialiri arus 100 mikroampere pada simpangan maksimum. Dalam buku lain disebutkan bahwa amperemeter juga berfungsi untuk mengukur arus untuk mengukur arus dalam suatu kawat, kita biasanya harus memutus atau memotong kawat dan menyisipkan amperemeter supaya arus yang akan diukur melewati alat ini [5].

2.19 AdaptorArus Listrik yang kita gunakan di rumah, kantor dan

pabrik pada umumnya adalah dibangkitkan, dikirim dan didistribusikan ke tempat masing-masing dalam bentuk Arus Bolak-balik atau arus AC (Alternating Current). Hal ini dikarenakan pembangkitan dan pendistribusian arus Listrik melalui bentuk arus bolak-balik (AC) merupakan cara yang paling ekonomis  dibandingkan dalam bentuk arus searah atau arus DC (Direct Current). Misal terdapat suatu masalah tegangan sebesar 24 volt pada adaptor di gunakan dalam sebuah notebook,computer dan aplikasi yang dihubungkan pada tegangan input berarus DC. Pengubah arus DC ini digunakan untuk menyesuaikan, jika dimisalkan terdapat tegangan 3,3 volt di ubah ke tegangan input sebesar 24 volt. Induktasi tergantung pada koefisien induktan.penyaring EMI inductor ditemukan dalam sebuah adaptor.besarnya kapasitas keluaran dari sebuah adaptor sebesar 1000 mikroFarad, untuk keperluan kita, kita bisa mengubah satuan mikofarad tadi ke dalam satuan ESR, yaitu dalam rentang 10 mikro ohm. Rangkaian adaptor dan pengubah arus DC sebenarnya merupakan suatu jenis resonansi, dengan komponen yang

20

mendominasi adalah Lout atau keluaran induktansi dan Cin atau kapasitansi input [5].

2.20 Teori GalatGallat adalah nilai kesalahan atau kita sering

menyebutnya dengan error, kesalahan ini penting artinya, karena kesalahan dalam pemakaian algoritma pendekatan akan menyebabkan nilai kesalahan yang besar dan tentunya hal ini tidak diharapkan. Terdapat dua sumber galat yakni galat instrinsik atau pemotongan yang disebabkan oleh rumus hampiran dan galat pembulatan yang dikenalkan dalam kalkulus. Secara umum penambahan akan mengurangi galat pemotongan tetapi menambah galat pembulatan. Adapun persamaan yang digunakan untuk mencari besar nilai galat adalah [6]

Nilai Galat = |I ukur – I hitung| ……………….(2.26)I hitung

21

BAB IIIMETODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan BahanDalam percobaan voltameter ini, alat dan bahan yang

digunakan diantaranya adalah satu set voltameter tembaga beserta perlengkapannya, satu buah amperemeter, amplas, tissu, satu set Neraca O-Hauss, satu buah tahanan geser, satu buah adaptor dan satu buah stopwatch serta satu set kompor listrik.

3.2 Skema Alat

Gambar 3.1 Rangkaian percobaan Voltameter

22

Keterangan:Rg = Tahanan geserA = Amperemeter

3.3 Cara KerjaPada percobaan voltameter ini yang pertama dilakukan

adalah arus maksimum dihitung dengan cara luas yang tercelup dikalikan dua dan dikalikan dengan rapat arus yang telah ditentukan. Kemudian elektroda digosok pada bagian yang telah dihitung luas tercelupnya dengan menggunakan kertas gosok dan massa elektroda ditimbang dengan neraca O-Hauss. Peralatan dirangkai seperti pada skema alat dan harga I diatur dengan mengatur tegangan Rg supaya dihasilkan arus yang konstan. Stopkontak disambungkan ke tegangan PLN. Dan ditunggu sepuluh menit dan aliran listrik nya diputus. Elektroda bagian tengah (katoda) diambil kemudian dikeringkan diatas kompor listrik. Setelah kering diangkat dan ditimbang pada neraca O-Hauss. Massa endapan dihitung dengan massa akhir pada katoda dikurangi massa awal katoda dengan variasi arus 0,1 Ampere, 0,5 Ampere, 1 Ampere dan 1,6 Ampere. Percobaan diulangi lima kali dengan selang waktu yang sama dan dengan variasi waktu tiga puluh menit pada arus 0,1 Ampere, 0,5 Ampere, 1 Ampere dan 1,6 Ampere.

23

BAB IVANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisa DataBerikut adalah data hasil percobaan pada voltameter.

Pada percobaan ini pengukuran yang didapat adalah pengukuran massa endapan pada katoda. Arus yang digunakan yaitu 0,1 A, 0,5 A, 1 A dan 1,6 A. Serta waktu yang digunakan yaitu 10 menit dan 30 menit.

4.1.1 Pengukuran dengan waktu 10 menitBerikut adalah hasil pengukuran massa endapan

dengan waktu 10 menitTable 4.1 Data hasil pengukuran massa endapan pada arus 0,1 A

NO t (s) m1 (mgr) m2 (mgr) G (mgr)1 600 79500 79525 252 600 79500 79530 303 600 79500 79525 254 600 79500 79530 305 600 79500 79525 25

Tabel 4.2 Data hasil pengukuran massa endapan pada arus 0,5 A

NO t (s) m1 (mgr) m2 (mgr) G (mgr)1 600 80800 80900 1002 600 80400 80500 1003 600 80600 80700 1004 600 80800 80900 100

24

5 600 80600 80700 100

Tabel 4.3 Data hasil pengukuran massa endapan pada arus 1 A

NO t (s) m1 (mgr) m2 (mgr) G (mgr)1 600 79500 79700 2002 600 79500 79700 2003 600 79500 79700 2004 600 79600 79800 2005 600 79500 79700 200

Tabel 4.4 Data hasil pengukuran massa endapan pada arus 1,6 A

NO t (s) m1 (mgr) m2 (mgr) G (mgr)1 600 80600 80900 3002 600 80600 81000 4003 600 80600 80900 3004 600 80600 80900 3005 600 80600 80900 300

4.1.2 Pengukuran dengan waktu 30 menitBerikut adalah hasil pengukuran massa endapan

dengan waktu 30 menitTable 4.5 Data hasil pengukuran massa endapan pada arus 0,1 A

NO t (s) m1 (mgr) m2 (mgr) G (mgr)1 1800 78000 78150 1502 1800 78000 78100 1003 1800 78000 78150 1504 1800 78000 78100 1005 1800 78000 78150 150

25

Tabel 4.6 Data hasil pengukuran massa endapan pada arus 0,5 A

NO t (s) m1 (mgr) m2 (mgr) G (mgr)1 1800 80500 80750 2502 1800 80500 80800 3003 1800 80500 80750 2504 1800 80500 80750 2505 1800 80500 80800 300

Tabel 4.7 Data hasil pengukuran massa endapan pada arus 1 A

NO t (s) m1 (mgr) m2 (mgr) G (mgr)1 1800 78000 78600 6002 1800 78000 78700 7003 1800 78400 79100 7004 1800 78400 79000 6005 1800 78300 79000 700

Tabel 4.8 Data hasil pengukuran massa endapan pada arus 1,6 A

NO t (s) m1 (mgr) m2 (mgr) G (mgr)1 1800 82500 83600 11002 1800 83600 84700 11003 1800 84700 86000 13004 1800 84500 85500 10005 1800 84300 85200 900

4.2 PerhitunganBerikut adalah perhitungan untuk mendapatkan nilai I

pada voltameter dengan menggunakan rumus hokum Faraday I dan perhitungan galat pada percobaan ini. Diambil sampel

26

data pada percobaan dengan waktu 10 menit pada arus 0,5A data nomor 1.

Diketahui : G = 100 mgr t = 600 s a = 0,3294

Ditanya : a. Arus (I) ? b. Galat?

Jawab : a. G = a . I . t

I = Ga . t

I = 100

0,3294 x600 I = 0.50597 Ampereb. Galat =

¿ I ukur−I hitung∨ ¿I hitung

¿ x 100%

= ¿0.5−0.50597∨ ¿

0.50597¿

x 100% = 1.18 %

Dengan menggunakan rumus perhitungan yang sama maka didapatkan nilai I dan galat pada percobaan seperti berikut ini.4.2.1 Perhitungan pada waktu 10 menitTabel 4.9 Perhitungan pada arus 0,1 A

NO t (s) G (mgr) a I (A) Galat1 600 25 0.3294 0.126493 20.944 %2 600 30 0.3294 0.151791 34.12 %3 600 25 0.3294 0.126493 20.944 %4 600 30 0.3294 0.151791 34.12 %5 600 25 0.3294 0.126493 20.944 %

Rata-Rata 0.13661 26.214%

27

Tabel 4.10 Perhitungan pada arus 0,5 ANO t (s) G (mgr) a I (A) Galat1 600 100 0.3294 0.505 1.18 %2 600 100 0.3294 0.505 1.18 %3 600 100 0.3294 0.505 1.18 %4 600 100 0.3294 0.505 1.18 %5 600 100 0.3294 0.505 1.18 %

Rata-Rata 0.505 1.18 %

Tabel 4.11 Perhitungan pada arus 1 ANO t (s) G (mgr) a I (A) Galat1 600 200 0.3294 1.011 1.18 %2 600 200 0.3294 1.011 1.18 %3 600 200 0.3294 1.011 1.18 %4 600 200 0.3294 1.011 1.18 %5 600 200 0.3294 1.011 1.18 %

Rata-Rata 1.011 1.18 %

Tabel 4.12 Perhitungan pada arus 1,6 ANO t (s) G (mgr) a I (A) Galat1 600 300 0.3294 1.517 5.408 %2 600 400 0.3294 2.023 20.944 %3 600 300 0.3294 1.517 5.408 %4 600 300 0.3294 1.517 5.408 %5 600 300 0.3294 1.517 5.408 %

Rata-Rata 1.619 8.5152 %

4.2.2 Perhitungan pada waktu 30 menitTabel 4.13 Perhitungan pada arus 0,1 A

28

NO t (s) G (mgr) a I (A) Galat1 1800 150 0.3294 0.252 60.472 %2 1800 100 0.3294 0.168 40.708 %3 1800 150 0.3294 0.252 60.472 %4 1800 100 0.3294 0.168 40.708 %5 1800 150 0.3294 0.252 60.472 %

Rata-Rata 0.219 52.566 %

Tabel 4.14 Perhitungan pada arus 0,5 ANO t (s) G (mgr) a I (A) Galat1 1800 250 0.3294 0.421 18.584 %2 1800 300 0.3294 0.505 1.18 %3 1800 250 0.3294 0.421 18.584 %4 1800 250 0.3294 0.421 18.584 %5 1800 300 0.3294 0.505 1.18 %

Rata-Rata 0.455 11.622 %

Tabel 4.15 Perhitungan pada arus 1 ANO t (s) G (mgr) a I (A) Galat1 1800 600 0.3294 1.011 1.18 %2 1800 700 0.3294 1.18 15.297 %3 1800 700 0.3294 1.18 15.297 %4 1800 600 0.3294 1.011 1.18 %5 1800 700 0.3294 1.18 15.297 %

Rata-Rata 1.113 9.65 %

Tabel 4.16 Perhitungan pada arus 1,6 ANO t (s) G (mgr) a I (A) Galat1 1800 1100 0.3294 1.185 13.75 %

29

2 1800 1100 0.3294 1.185 13.75 %3 1800 1300 0.3294 2.192 27.02 %4 1800 1000 0.3294 1.686 5.13 %5 1800 900 0.3294 1.517 5.408 %

Rata-Rata 1.821 13.016 %

4.3 Grafik

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.80

0.20.40.60.8

11.21.41.61.8

f(x) = 0.992264273988624 x + 0.0245957858283294R² = 0.999634991115443

Series2Linear (Series2)

I Amperemeter

I Far

aday

Grafik 4.1 Grafik hubungan antaraI Amperemeter dengan I Faraday pada waktu 10 menit

30

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.80

0.20.40.60.8

11.21.41.61.8

2

f(x) = 1.1029620420432 x + 0.01994433789617R² = 0.985316952404171

Series2Linear (Series2)

I Amperemeter

I Far

aday

Grafik 4.2 Grafik hubungan antaraI Amperemeter dengan I Faraday pada waktu 30 menit

4.4 PembahasanPercobaan ini adalah percobaan voltameter dengan

tujuan untuk menentukan keseksamaan dari penunjukan jarum amperemeter dengan menggunakan voltameter tembaga. Prinsip kerja dari voltameter adalah elektrolisis. Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam percobaan ini adalah voltameter tembaga dengan perlengkapannya satu set yang berfungsi sebagai tempat elektrolisis berlangsung dengan logam yang digunakan adalah tembaga yang berjumlah tiga sebagai katoda dan anoda serta larutan yang digunakan yaitu CuSO4, satu buah amperemeter yang digunakan sebagai pengukur arus listrik yang telah ditentukan pada rangkaian. Satu buah neraca O’haus digunakan sebagai penimbang massa tembaga sebelum dan sesudah dilakukan percobaan untuk mendapatkan massa endapan. Satu buah tahanan geser (Rg) yang digunakan untuk mengkonstankan arus pada rangkaian. Stopwatch digunakan sebagai pengukur waktu percobaan. Adaptor atau power supply digunakan sebagai sumber

31

tegangan, pengubah arus AC menjadi DC, dapat memvariasikan arus dan mengubah tegangan dari tegangan tinggi ke tegangan rendah. Amplas digunakan untuk membersihkan tembaga sebelum dan sesudah dilakukan percobaan agar bersih kembali. Kabel digunakan sebagai penghubung antar alat agar arus listrik dapat mengalir pada rangkaian. Kompor listrik digunakan sebagai pengering katoda setelah percobaan.

Metodologi dari percobaan voltameter ini adalah pertama I maksimum ditentukan dengan mengukur luas penampang tembaga (katoda) yang tercelup dalam larutan dengan digunakan kepadatan arus 0,02 A/Cm2. Lalu elektroda dibersihkan dengan amplas hingga benar-benar bersih lalu ditimbang massa awal katoda sebelum dilakukan percobaan dengan neraca o’haus. Rangkaian dirangkai seperti pada skema alat lalu arus ditentukan dan arus dikonstankan menggnakan Rg lalu stopwatch dihidupkan dan diukur waktunya 10-30 menit. Setelah waktu yang ditentukan tercapai maka arus listrik diputus dengan cara mematikan adaptor. Katoda diambil dan dikeringkan pada kompor listrik hingga kering lalu massa katoda ditimbang kembali agar diketahui massa endapannya.

Percobaan ini dilakukan dengan empat variasi kuat arus dan dua variasi waktu. Variasi kuat arus yang digunakan yaitu 0.1 A, 0.5 A, 1 A, 1.6 A. Sedangkan variasi waktu yang digunakan yaitu 10 menit dan 30 menit. Hasil perhitungan kuat arus menggunakan endapan dari voltameter pada waktu 10 menit adalah 0.137 A saat kuat arus pada amperemeter 0.1 A, 0.506 A saat kuat arus pada amperemeter 0.5 A, 1.01 A saat kuat arus pada amperemeter 1 A, dan 1.62 A saat kuat arus pada amperemeter 1.6 A. Serta hasil perhitungan kuat arus menggunakan endapan dari voltameter pada waktu 30 menit adalah 0.219 A saat kuat arus pada amperemeter 0.1 A, 0.455 A saat kuat arus pada amperemeter 0.5 A, 1.11 A saat kuat arus pada amperemeter 1 A, dan 1.82 A saat kuat arus

32

pada amperemeter 1.6 A. Nilai kuat arus yang diamati melalui amperemeter serta melalui perhitungan dari endapan hasil voltameter, memiliki keseksamaan yang baik atau besar karena nilai selisihnya amat kecil. Maka, berdasarkan percobaan yang telah dilakukan ini sesuai dengan hokum I dan II Faraday. Regresi linier yang ditunjukkan grafik selalu naik dan sesuai dengan teori.

Sesilih dari nilai kuat arus yang didapatkan melalui pengamatan dari amperemeter dan melalui perhitungan endapan dari voltameter disebabkan oleh beberapa faktor eror. Faktor eror yang pertama disebabkan oleh timbangan. Timbangan yang seharusnya digunakan dalam percobaan ini adalah timbangan yang memiliki ketelitian 0.01 gram, sedangkan timbangan yang digunakan dalam praktikum adalah timbangan yang ketelitiannya hanya 0.1 gram. Faktor kedua disebabkan kurang bersihnya praktikan ketika mengamplas atau membersihkan tembaga yang digunakan. Hal ini dapat mempengaruhi massa endapan. Dan faktor eror yang ketiga disebabkan oleh praktikan yang kurang tepat dalam menekan stopwatch sehingga waktu yang digunakan kurang sesuai.

33

BAB VKESIMPULAN

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan didapatkan kesimpulan sebagai berikut.1 Nilai kuat arus yang didapat pada voltameter saat kuat

arus pada amperemeter 0.1 A dan dengan waktu 10 menit adalah 0.137 A.

2 Nilai kuat arus yang didapat pada voltameter saat kuat arus pada amperemeter 0.5 A dan dengan waktu 10 menit adalah 0.506 A.

3 Nilai kuat arus yang didapat pada voltameter saat kuat arus pada amperemeter 1 A dan dengan waktu 10 menit adalah 1.011 A.

4 Nilai kuat arus yang didapat pada voltameter saat kuat arus pada amperemeter 1.6 A dan dengan waktu 10 menit adalah 1.62 A.

5 Nilai kuat arus yang didapat pada voltameter saat kuat arus pada amperemeter 0.1 A dan dengan waktu 30 menit adalah 0.219 A.

34

6 Nilai kuat arus yang didapat pada voltameter saat kuat arus pada amperemeter 0.5 A dan dengan waktu 30 menit adalah 0.455 A.

7 Nilai kuat arus yang didapat pada voltameter saat kuat arus pada amperemeter 1 A dan dengan waktu 30 menit adalah 1.113 A.

8 Nilai kuat arus yang didapat pada voltameter saat kuat arus pada amperemeter 1.6 A dan dengan waktu 30 menit adalah 1.821 A.

DAFTAR PUSTAKA

Artono. 2011. ”Kimia Dasar”. Jakarta : Erlangga [1]Brady, J.E.. (1990). “General Chemistry 5th Edition”. New

York : John Willey & Sons. [2]Chang, Raymond. 2006. “Chemistry 10th Edition.” USA :

John Wiley Inc. [3]Chang, Raymond. 2010. “Chemistry 10th Edition”. New York

: The McGraw-Hill Companies, Inc. [4]David, Halliday. 2007. “Fundamentals of Physics.” USA :

John Wiley Inc. [5]Dosen-dosen Matematika. 2013. “Kalkulus 2.” ITS Press :

Surabaya. [6]Keenan, et all. 1992. “Kimia Untuk Universitas Jilid

2”. Jakarta : Erlangga. [6]Kristian. 2003. “Dasar – Dasar Kimia Anorganik

Logam.” Yogyakarta : Universitas Negeri Yogyakarta Press. [7]

Petrucci, Ralph H. 1987. “Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Jilid I.” Jakarta : Erlangga. [8]

35

Sugiatno. 2010. “Kimia”. Jakarta: Grasindo [9]Shevla G. 1979. “Vogel I Buku Teks Analisis Anorganik

Kualitatif Makro Dan Semimikro Bagian I.” PT Kalman Media Pusaka : Jakarta [10]

Shevla, G.1990. “Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimakro.” Jakarta : PT Kalman Media Pustaka. [11]

Suhendar, Cucu. 2011. ”Kimia Dasar 1”. Jakarta : Erlangga [12]

Ulfin, Ita. 2010. ”KIMIA DASAR”. Surabaya : ITSPress [13]Zumdahl S.S., Zumdahl S.A. 2014. “Chemistry Ninth

Edition”. United States of America : Brooks Cole. [14]

BIOGRAFI PENULIS

Penulis bernama Ulumullah Khidir Subagio, dilahirkan di Osaka 16 Mei 1997. Penulis merupakan anak tunggal. Pendidikan formal yang ditempuh antara lain SD Muhammadiyah 1 Jember, SMPN 1 Jember, SMAN 1

36

Jember. Dan yang terakhir terdaftar di jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya dengan NRP 1115100039. Penulis sekarang bertempat tinggal di .

37

Penulis bernama Yuliani Purnama Sari, dilahirkan di Sidoarjo 25 Juli 1997. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara. Pendidikan formal yang ditempuh antara lain SDN Magersari Sidoarjo, SMPN 2 Sidoarjo, SMAN 4 Sidoarjo. Dan yang terakhir terdaftar di jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya dengan NRP 1115100040. Penulis sekarang bertempat tinggal di Keputih gang 1A Surabaya.

38

Penulis bernama Vera Laviara Maghfirotuzzoimah, dilahirkan di Jombang 07 Oktober 1997. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Pendidikan formal yang ditempuh antara lain, SDN Sumbernongko II, SMPN Ngusikan, SMAN 1 Jombang. Dan yang terakhir terdaftar di di Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya dengan NRP 1115100045. Penulis sekarang bertempat tinggal di Asrama ITS BlokH-322 Surabaya.

39

Penulis bernama Azizah Intan Maharani, dilahirkan di Surabaya 22 Mei 1997. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara. Pendidikan formal yang ditempuh antara lain SDN Ngampelsari Sidoarjo, SMPN 1 Candi, SMAN 4 Sidoarjo. Dan yang terakhir terdaftar di jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya dengan NRP 1115100046. Penulis sekarang bertempat tinggal di Keputih gang 1c Surabaya.

40

Penulis bernama Pelangi Azzahra, dilahirkan di Surabaya 30 Desember 1996. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara. Pendidikan formal yang ditempuh antara lain MIN 1 Malang, SMP Al Falah Deltasari, SMAN 4 Sidoarjo. Dan yang terakhir terdaftar di jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya dengan NRP 1115100047. Penulis sekarang bertempat tinggal di Keputih gang 1c Surabaya.

41

Penulis bernama Gilang Fajariyan, dilahirkan di Sidoarjo 26 Juni 1997. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Pendidikan formal yang ditempuh antara lain SDN Percobaan Surabaya, SMPN 1 Sidoarjo, SMAN 1 Sidoarjo. Dan yang terakhir terdaftar di jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya dengan NRP 1115100048. Penulis sekarang bertempat tinggal di Desa Keboansikep Sidoarjo.

42

Penulis bernama Chycilia Clara Chandra Carina, dilahirkan di Surabaya 24 Mei 1998. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Pendidikan formal yang ditempuh antara lain SDN Balongsari I no 500 Surabaya, SMPN 26 Surabaya, SMAN 11 Surabaya. Dan yang terakhir terdaftar di jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya dengan NRP 1115100053. Penulis sekarang bertempat tinggal di Balongsari Praja V no 9 Surabaya.

43

Penulis bernama Puri Olyvia Swastika, dilahirkan di Surabaya 7 Maret 1997. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Pendidikan formal yang ditempuh antara lain SDS Al Manar Surabaya, SMPN 14 Surabaya, SMAN 11 Surabaya. Dan yang terakhir terdaftar di jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya dengan NRP 1115100055. Penulis sekarang bertempat tinggal di Perumdos ITS blok T no 2 Surabaya.

44

Penulis bernama Dwi Julianitasari, dilahirkan di Ponorogo 14 Juli 1996. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Pendidikan formal yang ditempuh antara lain SDN 4 Paringan, SMPN 2 Jenangan, SMAN 2 Ponorogo. Dan yang terakhir terdaftar di jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya dengan NRP 1115100056. Penulis sekarang bertempat tinggal di Keputih gg no 47b Surabaya.

45