pengertian mineral ayu

23
A. Pengertian Mineral Mineral adalah suatu zat padat yang tersusun dari senyawa kimia yang di bentuk secara alami oleh peristiwa-peristiwa anorganik, yang memiliki penempatan atom secara beraturan dan memiliki sifat kiia dan fisika tertetu. Kata mineral memiliki banyak arti, tergantung dari segi apa kita meninjaunya. Mineral dalam arti geologi adalah suatu zat atau benda persenyawaan kimia asli atau yang tersusun oleh proses alam, memiliki sifat-sifat kimia dan fisik terentu, dan biasanya berbentuk padat. Yang di maksut persenyawaan kimia asli adalah mineral harus terbentuk secara alami oleh alam, karena banyak zat-zat yang sifatnya sama dengan mineral dapat di buat di laboratorium. Mineral tersusun atas atom-atom serata molekul-molekul dari unsur yang berbeda namun meiliki pola yag teratur. Karena keteraturan ini membuat mineral empunyai sifat yang teratur. Pengertan yang jelas mengeneai dari batasan mengenai mineral oleh beberapa ahli perlu diketahui, meskipun tidak ada satupun persesuaian umum mengenai definisinya. Definisi mineral menurut beberapa ahli: 1. L.G. Berry dan B. Mason, 1959 Mineral merupakan benda padat homogen yang terbentuk secara anorganik, yang memiliki komposisi kimia pada batasan terentu, dan tersusun oleh atom-atom yang teratur. 2. D.G.A Whitten dan J.R.V. Brooks, 1972 Miineral adalah bahan padat yang secara struktural homogen mempunyai komposisi kimia tertentu, dan dibentuk oleh peristiwa anorganik. 3. A.W.R. Potter dan H. Robinson, 1977 Mineral adalah suatu zat atau bahan yang homogen yang mempunyai komposisi kimia tertentu atau dalam batas- batas dan memiliki sifat tetap dibentuk di alam dan bukan hasil suatu kehidupa. Namun dari definisi tersebut mereka masih memberikan pengecualian mengenai apa yang disebut mineral. Mineral,kecuali beberapa jenis, memiliki sifat, bentuk tertentu dalam keadaan padatnya, sebagaiperwujudan dari susunan yang

Upload: independent

Post on 10-Nov-2023

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

A. Pengertian Mineral

Mineral adalah suatu zat padat yang tersusun dari senyawa kimia yang di

bentuk secara alami oleh peristiwa-peristiwa anorganik, yang memiliki penempatan

atom secara beraturan dan memiliki sifat kiia dan fisika tertetu. Kata mineral

memiliki banyak arti, tergantung dari segi apa kita meninjaunya. Mineral dalam arti

geologi adalah suatu zat atau benda persenyawaan kimia asli atau yang tersusun oleh

proses alam, memiliki sifat-sifat kimia dan fisik terentu, dan biasanya berbentuk

padat. Yang di maksut persenyawaan kimia asli adalah mineral harus terbentuk secara

alami oleh alam, karena banyak zat-zat yang sifatnya sama dengan mineral dapat di

buat di laboratorium. Mineral tersusun atas atom-atom serata molekul-molekul dari

unsur yang berbeda namun meiliki pola yag teratur. Karena keteraturan ini membuat

mineral empunyai sifat yang teratur. Pengertan yang jelas mengeneai dari batasan

mengenai mineral oleh beberapa ahli perlu diketahui, meskipun tidak ada satupun

persesuaian umum mengenai definisinya. Definisi mineral menurut beberapa ahli:

1. L.G. Berry dan B. Mason, 1959 Mineral merupakan benda padat homogen

yang terbentuk secara anorganik, yang memiliki komposisi kimia pada

batasan terentu, dan tersusun oleh atom-atom yang teratur.

2. D.G.A Whitten dan J.R.V. Brooks, 1972 Miineral adalah bahan padat yang

secara struktural homogen mempunyai komposisi kimia tertentu, dan dibentuk

oleh peristiwa anorganik.

3. A.W.R. Potter dan H. Robinson, 1977 Mineral adalah suatu zat atau bahan

yang homogen yang mempunyai komposisi kimia tertentu atau dalam batas-

batas dan memiliki sifat tetap dibentuk di alam dan bukan hasil suatu

kehidupa.

Namun dari definisi tersebut mereka masih memberikan pengecualian

mengenai apa yang disebut mineral. Mineral,kecuali beberapa jenis, memiliki sifat,

bentuk tertentu dalam keadaan padatnya, sebagaiperwujudan dari susunan yang

teratur didalamnya. Dalam kehidupan sehari-hari mineral dapat di jumpai oleh kita

dimana-mana, ada yang berupa batu, pasir, endapan pasir di dasar sungai. Sebagian

mineral diemukan dalam keadaan padat, cair, maupun gas. Mineral yang berbentuk

padat biasanya dijumpai dalam bentuk kristal yang biasanya bidang bidangnya di

batasi oleh bidang bidang datar. Gas bumi isalnya adalah mineral yang berbentuk gas,

dan minyak bumi adalah mineral yang brbentuk cair. Mineral juga ada yang

berbentuk amorf atau tidak memiliki bangunan atau susunan kristal sendiri.

B. Penggolongan Mineral

Lebih dari 2000 mineral telah diketahui sampai sekarang ini, dan usaha-usaha

untuk mendapatkan mineral-mineral baru terus dilakukan. Dari jumlah tersebut hanya

beberapa yang umum atau sering dijumpai. Mineral-mineral yang dominan sebagai

pembentuk batuan penyusun kerak bumi disebut mineral pembentuk batuan (Rock

Forming Minerals). Selain itu hanya sekitar 8 unsur yang dominan menyusun

mineral-mineral tersebut. Dua unsur yang paling dominan adalah oksigen dan silikon

yang bergabung untuk menyusun kelompok mineral yang sangat umum yaitu mineral

silikat. Setiap mineral silikat disusun oleh oksigen dan silikon, kecuali kuarsa,

ditambah dengan satu atau lebih unsur lainnya untuk membentuk sifat kelistrikan

yang netral. Setelah mineral silikat, group mineral yang umum adalah mineral

karbonat dengan mineral kalsit merupakan mineral yang paling umum. Mineral yang

umum sebagai pembentuk batuan adalah gipsum dan halit. Beberapa mineral

pembentuk batuan merupakan mineral-mineral yang mempunyai nilai ekonomis yang

tinggi. Mineral-mineral tersebut biasanya merupakan mineral bijih dari logam seperti

hematit (besi), sfalerit (seng) dan galena (timbal). Selain itu group mineral hanya

disusun oleh satu unsur saja yang disebut native mineral seperti emas, platina dan

karbon (intan). Perlu juga dicatat, mineral pembentuk batuan lainnya juga banyak

mempunyai nilai ekonomis tinggi, seperti mineral kuarsa dapat digunakan untuk

industri kaca, mineral kalsit sebagai mineral utama dalam industri semen.

Kelimpahan dari unsur-unsur dalam kerak bumi antara lain : Oxygen(O)

46,6%, Silicon(Si) 27,7%, Aluminium(Al) 8,1%, Iron(Fe) 5,0%, Calcium(Ca) 3,6%,

Sodium(Na) 2,8 %, Potassium (K) 2,6 %, Magnesium (Mg) 2,1%, dan Lainnya 1,5

%.

1. Mineral Silikat

Mineral feldspar merupakan kelompok mineral yang sangat dominan. Mineral

ini menyusun lebih dari 50% kerak bumi. Kuarsa merupakan mineral yang umum

kedua pada kerak benua, hanya disusun oleh unsur silikon dan oksigen.

Setiap group dari mineral silikat mempunyai struktur silikat yang

karakteristik. Struktur dalam dari mineral berhubungan erat dengan sifat belahan dari

mineralnya. Karena ikatan antara silikon dan oksigen sangat kaut, maka mineral-

mineral silikat cenderung untuk membelah melalui struktur silikon-oksigen daripada

memotong struktur tersebut. Contohnya mika mempunyai struktur lembarang dan

cenderung untuk membelah melalui bidang lembaran yang tipis. Kuarsa yang

mempunyai ikatan silikon-oksigen sangat kuat pada semua arahnya, tidak mempunyai

bidang belahan.

Kebanyakan mineral-mineral silikat terbentuk ketika cairan magma mulai

mendingin. Proses pendinginan ini dapat terjadi dekat permukaan bumi atau jauh di

bawah permukaan buki dimana tekanan dan temperatur lingkungannya sangat tinggi.

Lingkungan pengkristalan dan komposisi kimia dari magma sangat mempengaruhi

macam mineral yang terbentuk. Contoh, mineral olivin mengkristal pada temperatur

tinggi. Sebaliknya kuarsa mengkristal pada temperatur yang rendah. Beberapa

mineral silikat sangat stabil pada permukaan bumi dan tetap menunjukkan sifat

fisiknya pada hasil pelapukan dari batuan. Mineral silikat lainnya terbentuk pada

kondisi tekanan yang ekstrim yang berasosiasi dengan proses metamorfisme. Setiap

mineral silikat akan mempunyai struktur dan komposisi kimia yang dapat

menunjukkan kondisi pada waktu pembentukkannya.

Macam mineral silikat dapat digolongkan berdasarkan komposisi kimianya.

Mineral silikat ferromagnesian adalah mineral silikat yang mengandung ion besi dan

atau magnesium di dalam struktur mineralnya. Mineral-mineral silikat yang tidak

mengandung ion-ion besi dan magnesium disebut mineral silikat non ferromagnesian.

Mineral-mineral silikat ferromagnesian dicirikan oleh warnanya yang gelap dan

mempunyai berat jenis antara 3,2 sampai 3,6. Sebaliknya mineral-mineral silikat non

ferromagnesian pada umumnya mempunyai warna terang dan berat jenis rata-rata 2,7.

Perbedaan tersebut terutama disebabkan oleh ada tidaknya unsur besi di dalam

mineral tersebut.

Mineral Silikat Ferromagnesian

Olivin, Adalah mineral silikat ferromagnesian yang terbentuk pada temperatur

tinggi, berwarna hitam sampai hijau kehitaman, mempunyai kilap gelas dan

pecahan konkoidal. Mineral olivin pada umumnya menunjukkan kenampakan

butiran bentuknya relatif kecil dan bundar. Olivin disusun oleh tetrahedra

tunggal yang diikat bersama oleh campuran ion besi dan magnesium yang

merangkai atom oksigen bersama-sama. Mineral ini tidak mempunyai bidang

belahan karena struktur atomnya membentuk aringan tiga dimensi sehingga tidak

membentuk bidang yang lemah.

Piroksin Mineral berwarna hitam, opak, dengan bidang belahan dua arah

membentuk sudut 90o. Struktur kristalnya disusun oleh rantai tunggal tertrahedra

yang diikat bersama-sama dengan ion-ion besi dan magnesium. Karena ikatan

silikon-oksigen lebih kuat daripada ikatan antara struktur silikat, maka piroksin

mudah terbelah sejajar dengan rantai silikat. Piroksin merupakan salah satu

mineral yang dominan dalam batuan beku basalt yang merupakan batuan yang

umum pada kerak samudera.

Hornblende Merupakan mineral yang umum dari kelompok amfibol. Mineral ini

umumnya berwarna hijau gelap sampai hitam. Belahannya dua arah membentuk

sudut 60o dan 120o. Di dalam batuan, hornblende berbentuk prismatik panjang.

Bentuk inilah yang umumnya membedakan dengan piroksin yang umumnya

berbentuk prismatik pendek. Hornblende umumnya dijumpai pada batuan yang

menyusun kerak benua.

Biotit Merupakan anggota dari mika yang berwarna gelap karena kaya akan besi.

Seperti mineral mika lainnya, biotit disusun oleh struktur lembaran yang

memberikan belahan satu arah. Biotit mempunyai warna hitam mengkilap yang

membedakan dari mineral ferromagnesian lainnya. Seperti hornblende, biotit

juga banyak dijumpai pada batuan penyusun kerak benua, termasuk batuan beku

granit.

Garnet Merupakan mineral yang strukturnya mirip olivin yaitu disusun oleh

tetrahedra tunggal yang dirangkai oleh ion-ion logam. Garnet juga mempunyai

kilap kaca, tidak mempunyai bidang belahan dan pecahan konkoidal. Warna

mineral garnet sangat bervariasi, tetapi yang paling umum adalah coklat sampai

merah tua. Garnet umumnya berbentuk kristal yang prismatik dan umumnya

pada batuan metamorf. Garnet yang transparant sering dijadikan batu mulia.

Mineral Silikat Non Ferromagnesian

Muskovit Adalah jenis mineral mika yang sangat umum. Berwarna terang

dengan kilap seperti mutiara (pearly) dan seperti mineral mika lainnya

belahannya satu arah. Di dalam bataun muskovit sangat mudah dikenali

karena sangat bercahaya.

Feldspar Merupakan group mineral yang sangat umum, dapat terbentuk pada

rentang temperatur dan tekanan yang besar. Group mineral feldspar

mempunyai sifat fisik yang sama. Mineral ini mempunyai bidang belahan dua

arah dan membentuk sudut hampir 90o, relatif keras dan kilap bervariasi

antara kilap kaca sampai mutiara. Di dalam batuan mineral ini dikenali

dengan bentuknya yang rektangular dan permukaan yang licin. Struktur

mineral feldspar adalah rangkaian tiga dimensi dari atom oksigen bergabung

dengan atom silikon. Seperempat sampai setengah dari atom silikon

tergantikan oleh aton aluminium. Perbedaan valensi antara aluminium (+3)

dan silikon (+4), menyebabkan terjadinya inklusi satu atau lebih oleh ion-ion

seperti potasium (-1), sodium (-1) dan kalsium (+2). Karena adanya perbedaan

inklusi didalam strukturnya, mineral feldspar dapat dibedakan menjadi 2

macam. Mineral ortoklas merupakan mineral feldspar dengan ion potasium di

dalam struktur kristalnya. Plagioklas feldspar adalah mineral feldspar dengan

ion kalsium dan atau sodium di dalam struktur kristalnya.

Mineral ortoklas Merupakan mineral berwarna krem terang sampai merah

jambu, sedangkan plagioklas berwarna putih sampai abu-abu terang.

Meskipun keduanya mempunyai warna yang berbeda, tetapi warna tersebut

tidak dapat dijadikan sebagai dasar untuk membedakannya. Salah satu sifat

fisik yang dapat membedakannya adalah adanya striasi yang sejajar pada

mineral plagioklas yang tidak dijumpai pada mineral ortoklas.

Kuarsa Merupakan mineral silikat yang hanya disusun oleh silikon dan

oksigen. Mineral kuarsa juga sering disebut silika karena komposisinya SiO2.

Karena struktur kuarsa mengandung dua atom oksigen untuk tiap atom

silikon, maka tidak dibutuhkan lagi ion positif untuk menjadikan mineral

kuarsa ini netral. Struktur kristal kuarsa membentuk jaringan tiga dimenasi

yang lengkap antara ion oksigen disekitar ion silikon, sehingga membentuk

suatu ikatan yang kuat antara keduanya. Akibatnya kuarsa tidak mempunyai

bidang belahan, sangat keras dan resisten terhadap proses pelapukan. Kuarsa

mempunyai belahan konkoidal. Pada bentuknya yang sempurna kuarsa sangat

jernih, membentuk kristal heksagonal dengan bentuknya piramidal. Warna

mineral kuarsa sangat bervariasi tergantung pada proses pengotoran pada

waktu pembentukannya. Variasi warna ini menyebabkan adanya bermacam

mineral kuarsa. Mineral kuarsa yang umum adalah kuarsa susu (putih), kuarsa

asap (abu-abu), kuarsa ros (pink), ametis (purple) dan kristal batuan (clear).

Lempung Adalah terminologi untuk kompleks mineral yang seperti mika

mempunyai struktur lembaran. Mineral lempung pada umumnya berbutir

sangat halus dan hanya dapat dipelajari dengan bantuan mikroskop. Mineral

lempung merupakan hasil dari pelapukan kimia mineral silikat, sehingga

mineral ini sangat dominan menyusun soil yang terdapat pada permukaan

bumi. Salah satu mineral lempung yang sangat umum adalah kaolinit yang

sering dimanfaatkan dalam bermacam-macam industri seperti keramik.

2. Mineral Non Silikat

Mineral non silikat mempunyai struktur yang lebih sederhana dibandingkan

dengan mineral silikat. Group mineral ini disusun oleh ion karbonat kompleks

(CO32-), dan satu atau lebih ion positif. Dua macam mineral karbonat yang sangat

umum adalah kalsit CaCO3 dan dolomit (CaMgCO3)2. Kedua mineral tersebut

sangat sulit dibedakan karena keduanya mempunyai sifat fisik dan kimia yang relatif

sama. Keduanya mempunyai kilap vetrous, kekerasan 3 – 4, dan mempunyai belahan

rombik. Tetapi eduanya dapat dibedakan dengan larutan asam klorida, tetapi dolomit

hanya dapat bereaksi dalam keadaan bubuk. Kalsit dan dolomit dapat dijumpai

bersama-sama sebagai penyusun batugamping dan doloston. Bila mineral kalsit yang

dominan batuannya disebut batugamping, sedang bila dolomit yang dominan disebut

doloston. Batugamping sangat banyak kegunaannya seperti sebagai bahan bangunan,

dan bahan pokok dalam industri semen. Sedangkan dolomit disebut juga batukapur

pertanian, karena sering digunakan untuk menyuburkan tanah.

Dua macam mineral non silikat lainnya yang sering dijumpai dalam batuan

sedimen adalah halit dan gipsum. Halit adalah nama mineral untuk garam dapur,

sedang gipsum adalah mineral yang sering digunakan sebagai bahan perekat dan

sebagai material bahan bangunan. Berikut adalah beberapa sifat fisik mineral non

silikat.

Kalsit

Kalsit merupakan mineral utama pembentuk batugamping, dengan unsur

kimia pembentuknya terdiri dari kalsium (Ca) dan karbonat (CO3),

mempunyai sistem kristal Heksagonal dan belahan rhombohedral, tidak

berwarna dan transparan.

Unsur kalsium dalam kalsit dapat tersubtitusi oleh unsur logam

sebagai pengotor yang dalam prosentasi berat tertentu membentuk mineral

lain. Dengan adanya substitusi ini ada perubahan dalam penulisan rumus

kimia yaitu CaFe (CO3)2 dan MgCO3 (subtitusi Ca oleh Fe), CaMgCO3,

Ca2MgFe (CO3)4 (subtitusi oleh Mg dan Fe) dan CaMnCO3 (substitusi oleh

Mn).

Sifat fisika dari kalsit adalah bobot isi 2,71; kekerasan 3 (skala Mohs);

bentuk prismatik; tabular; pejal; berbutir halus sampai kasar; dapat terbentuk

sebagai stalaktit, modul tubleros, koraloidal, oolitik atau pisolitik. Warna

kalsit yang tidak murni adalah kuning, coklat, pink, biru, lavender, hijau

pucat, abu-abu, dan hitam.

Dolomit

Dolomit adalah mineral yang berasal dari alam yang mengandung

unsur hara magnesium dan kalsium berbentuk tepung dengan rumus kimia

CaMg(CO3)2 Berwarna sering merah muda atau kemerah merahan dan dapat

tidak berwarna, putih, kuning, beruban/kelabu atau bahkan warna coklat atau

hitam ketika besi hadir di kristal.

Pirit

Mineral Pirit atau disebut juga besi sulfide ( FeS2 ) mempunyai kristal

isometrik yang pada umumnya terlihat atau nampak dan bentuknya seperti

dadu atau kubus dan di sebut juga striated ( garis sejajar pada permukaan

kristal ). Mineral pirit mempunyai kekerasan 6-6.5, dan mempunyai bobot

jenis 4.95-5.10.ima). Mineral Pirit adalah yang paling umum untuk mineral

sulfide. Mineral ini pada umumnya mempunyai warna emas pucat. Pirit

menyingkapkan kepada lingkungan selama pekerjaan tambang dan penggalian

bereaksi dengan oksigen dan air untuk membentuk asam belerang,

menghasilkan pengeringan tambang asam. Ini diakibatkan oleh reaksi bakteri

Thiobacillus, yang menghasilkan energi mereka dengan penggunaan oksigen

untuk mengoxidasi besi yang mengandung besi ( Fe2+) ke besi/ ferric ( Fe3+).

Besi yang ferric pada gilirannya bereaksi dengan pirit untuk menghasilkan

asam belerang dan mengandung besi.

Kalkopirit

Kalkopirit adalah suatu mineral besi sulfide tembaga yang mengeristal

sistem bersudut empat. Kalkopirit mempunyai komposisi kimia yaitu

(CuFeS2). Kalkopirit seperti kuningan yang mempunyai warna kuning

keemasan, dan mempunyai skala kekerasan 3,5– 4, Lapisan nya adalah

diagnostik seperti sedikit warna hijau kehitam.

Pada saat kalkopirit berada di udara terbuka maka kalkopirit akan

beroksidasi dengan berbagai oksida, hidroksid dan sulfates. Rekanan Mineral

Tembaga meliputi sulfida bornite ( Cu5FeS4), chalcocite ( Cu2S), covellite

( CuS), digenite ( Cu9S5); karbonat seperti perunggu dan azurit, dan oksida

jarang seperti cuprite ( Cu2O). Kalkopirit jarang ditemukan bersama-sama

tembaga murni. Kalkopirit sering diacungkan dengan pirit. Kolkopirit

kristalnya jarang dan lebih sedikit rapuh. Warna kalkopirit kuning gelap

dengan sedikit warna kehijau– hijauan dan kilap berminyak diagnostic. Dalam

kaitan dengan warna nya dan isi tembaga tinggi, kalkopirit telah sering

dikenal sebagai ” tembaga kuningan”.

C. Dasar penggolongan Mineral

Setelah membahas jauh mengenai golongan-golongan mineral dalam

klasifikasi Dana, ternyata ada satu hal yang belum disampaikan dan sangat penting

yaitu dasar-dasar dalam mineralogi, dari dasar-dasar mineralogy inilah nantinya

digunakan untuk mengidentifikasikan dan mengelompokkan suatu mineral.

Mineral memiliki sifat sifat unik yang berbeda beda pada setiap mineralnya.

Dengan mengenai sifat sifat ini maka dapat diketahui jenis dan nama mineralnya

bahkan kandungan kimianya. Berikut adalah sifat – sifat mineral yang dapat

diidentifikasi:

I. SIFAT OPTIS MINERAL

Sifat optis merupakan komponen atau sifat dari suatu mineral sebagai akibat

dari interaksi dengan cahaya.

1. WARNA

Colour atau warna yang dimaksud yaitu kenampakan sekilas warna

luar dari suatu mineral. Warna suatu mineral disebabkan oleh adanya refraksi

atau absorsi cahaya pada wavelength (panjang gelombang) tertentu. Warna

dibedakan menjadi dua yaitu :

a. Idiochromatic, yaitu warna tetap dari suatu mineral tanpa adanya

pengotor, contoh belerang berwarna kuning, serpentin berwarna hijau,

galena berwarna hitam, dll

b. Allochromatic, yaitu warna yang berubah-rubah dari suatu mineral

akibat hadirnya pengotor pada mineral tersebut, contoh variasi pada

kuarsa

Untuk mengetahui warna dari suatu mineral cukup dengan melihatnya

secara sekilas saja dengan langsung menentukan warnanya.

2. CERAT

Streak atau cerat merupakan warna suatu mineral dalam bentuk bubuk

sehingga cerat merupakan warna asli dari suatu mineral karena warna luar

suatu mineral belum tentu sama dengan warna gores atau ceratnya, contoh

azurit dengan cerat berwarna biru, malasit dengan cerat warna hijau, kuarsa

dengan cerat warna putih, dll.

Cara paling mudah untuk mendapatkan cerat dari suatu mineral selain

dengan menggerus mineral tersebut menjadi bubuk yaitu dengan

menggoreskan mineral pada penampang putih sehingga diketahui cerat dari

mineral tersebut.

3. DIAFENITAS

Diaphaneity atau diafenitas merupakan kemampuan suatu mineral

untuk meneruskan suatu cahaya. Diafenitas sangat dipengaruhi atau

bergantung pada jumlah cahaya yang ditransmisikan oleh suatu mineral,

terdapat setidaknya 3 jenis diafenitas yaitu:

a. Opaque, apabila suatu mineral tidak mampu mentransmisikan atau

ditembus oleh cahaya dikarenakan cahaya sepenuhnya diserap oleh

mineral tersebut, contoh mineral galena, pirit, kalkopirit, dll

b. Translucent, apabila suatu mineral hanya mampu mentransmisikan

sebagian cahaya yang dikenakan pada mineral tersebut, contoh mineral

plagioklas, ortoklas, aragonit,dll

c. Transparant, apabila suatu mineral mampu mentransmisikan atau

ditembus oleh seluruh cahaya yang dikenakan pada mineral tersebut,

contoh mineral kalsit, fluorit, dll

4. KILAP

Luster atau kilap merupakan kemampuan suatu mineral untuk

memantulkan cahaya yang dikenakan pada mineral tersebut. Intensitas dari

kilap tergantung dari kuantitas cahaya pantul dan besarnya indeks refraksi dari

mineral itu sendiri. Secara garis besar kilap dibagi menjadi 2 yaitu :

a. Metallic luster atau kilap logam Merupakan kilap atau kilapan yang

menyerupai seperti logam yaitu berkilau tetapi opaque, contoh galena,

magnetit, pirit, kalkopirit, hematit, grafit, dll

b. Non-metallic luster atau kilap non-logam Merupakan kilap atau

kilapan yang tidak seperti logam, kilap jenis ini bermacam-macam

yaitu:

- Adamantine luster atau kilap intan Merupakan kilap yang terlihat

cemerlang seperti intan, contoh intan

- Vitreous luster atau kilap kaca Merupakan kilap yang terlihat

seperti kaca, contoh kuarsa, kalsit, halit, dll

- Silky luster atau kilap sutera Merupakan kilap yang terlihat

berserat seperti sutera, contoh asbes, gipsum, alkanolit, dll

- Resinous luster atau kilap dammar Merupakan kilap yang terlihat

seperti damar atau menyerupai permen karet, contoh sphalerit

- Greasy Luster atau kilap lemak Merupakan kilap yang terlihat

menyerupai lemak atau sabun, contoh opal, serpentin, nefelin, dll

- Earthy (dull) luster atau kilap tanah Merupakan kilap yang terlihat

buram menyerupai tanah, contoh kaolin, limonit, bauksit, dll

II. SIFAT MEKANIS MINERAL

Sifat mekanis adalah sifat suatu mineral berdasarkan respon terhadap stress.

Stress di sini adalah suatu gaya yang dikenakan pada mineral tersebut. Setiap mineral

memiliki karakteristik masing – masing ketika merespon stress ini.

Ada dua sifat mekanis mineral, yaitu Kekerasan (hardness) dan Keliatan

(tenacity).

1. Kekerasan (hardness)

Kekerasan (hardness) adalah ketahanan suatu permukaan mineral terhadap

goresan atau abrasi. Kekerasan suatu mineral dapat dinyataan dalam skala

relatif (skala Mohs) dan skala mutlak (skala Knoop).

a. Skala Mohs

Skala ini disusun oleh Frederic Mohs pada tahun 1824 berdasarkan

perbedaan kekerasan relatif dari 10 mineral yang telah diketahui saat itu.

Skala ini bersifat relatif, bukan kuatitatif linear.

b. Skala Knoop

Skala Knoop menyatakan kekerasan mineral secara kuantitatif absolut

dengan mengukur ketahanan permukaan mineral terhadap besaran gaya

tekan abrasi tertentu. Skala ini menggunakan hasil perhitungan dari

eksperiman tekanan terkontrol sebuah pensil bermata intan terhadap

permukaan suatu minral yang telah dihaluskan.

Faktor yang menentukan kekerasan mineral: Kekuatan ikatan dan Jumlah

ikatan dam struktur Kristal, semakin kuat ikatan dan semakin banyak ikatan yang

terjadi, semakin keras mineral tersebut.

2. Keliatan (tenacity)

Sifat keliatan (tenacity) ditentukan dari cara mineral merespon stress jangka

pendek dalam temperatur dan tekanan permukaan. Sifat ini dbagi menjadi:

a. Elastik: mineral dapat melengkung ketika dikenakan stress namun akan

kembali ke bentuk semula ketika stress dihilangkan. Contohnya mineral

kelompok mika.

b. Fleksibel: mineral dapat melengkung tanpa patah namun tidak dapat

kembali ke bentuk semula ketika stress dihilangkan.

c. Malleable: mineral dapat dipipihkan menjadi tipis. Misalnya kelompok

native elements logam seperti emas, perak dan temabaga.

d. Ductile: mineral dapat dilengkungkan seperti kawat.

e. Brittle: mineral hancur atau patah setelah sebelumnya bersikap sedikit

elastik.

f. Sectile: mineral yang dapat dipotong menjadi serpihan. Biasanya

kelompok mineral yang terdiri dari belahan – belahan seperti kelompok

mika.

Karena hampir semua mineral bersifat brittle, maka sifat-sifat keliatan yang

bermanfaat dalam identifikasi mineral adalah elastik, flexible, dan malleable.

III. SIFAT KIMIA MINERAL

Sifat kimia mineral adalah respon suatu mineral terhadap reaksi kimia. Hal ini

terjadi karena unsur – unsur kimia yang menajdi penyusun suatu mineral.

1. Reaksi Asam

Beberapa mineral karbonat, seperti kalsit, aragonit, witerit, dan rodokrosit,

memiliki sifat membusa/membuih ketika setetes asam hidroklorik lemah

(HCl) diberikan ke permukaan mineral-mineral tersebut, maka terjadi

pembusaan/pembuihan ketika gas karbondioksida (CO2) dilepaskan.

2. Rasa

Beberapa mineral memiliki sifat yang dapat dirasakan oleh indra perasa.

Misalnya golongan halida. Berikut adalah beberapa mineral yang memiliki

rasa:

Halit (NaCl) : asin

Silvit (KCl) : sangat asin hingga terasa pahit

Boraks (Na2B4O7 – 10H2O : manis

3. Raba

Beberapa mineral lunak, seperti talk, grafit, dan molibdenit, memiliki karakter

serasa debu ketika diraba. Karakter tersebut akibat dari ikatan lemah van der

Waals yang menyebabkan mineral dapat hancur menjadi pecahan halus seperti

debu yang mampu menempel di suatu permukaan ketika mineral tersebut

digoreskan.

4. Bau

Mineral mineral tertentu memiliki bau khas. Misalnya bau belerang (mirip

telur busuk) dimiliki oleh mineral Sulfur (S), dan beberapa mineral sulfida

seperti markasit (FeS2) dan sfalerit (ZnS). Dan bau bawang yang dikeluarkan

oelh mineral minral yang mengandung arsenik seperti arsenopirit (FeAsS) dan

realgar (AsS).

5. Nyala Pembakaran

Unsur – unsur penyusun mineral akan memberikan warna nyala pembakaran

yang berbeda – beda sesuai dengan unsurnya. Biasanya uji nyala pembakaran

ini digunakan untuk membedakan mineral dalam kelompok yang sama namun

memiliki kation yang berbeda. Misalnya pada kelopok karbonat Witerit

(BaCO3) dengan strontianit (SrCO3). Witerit akan memberikan nyala

berwarna kuning – hijau sedangkan strontianit akan memberikan nyala

berwarna merah.

IV. SIFAT KELISTRIKAN

Sifat kelistrikan timbul sebagai respons mineral terhadap suatu medan listrik.

Sifat – sifat tersebut anata lain :

a. Piroelektrisita: fenomena pertambahan temperatur yang menginduksi arus

listrik yang mengalir dari satu ujung kristal menuju ujung kristal lainnya.

Contohnya mineral turmalin.

b. Pizoelektrisitas: induksi listrik yang dihasilkan oleh pertambahan tekanan

atau stress. Penyebabnya adalah perpindahan muatan ion dalam struktur

kristal akibat stress. Contohnya mineral kuarsa, yang dulu pernah

dipergunakan sebagai pencari gelombang radio, dan pada mesin jam.

V. SIFAT MAGNETISME

Sifat magnetisme adalah sifat yang dimiliki mineral sebagai respon terhadap

suatu medan magnet. Hal in iterjadi karena adanya momen magnetik pada spin

elektron di unsur yang terdapat pada mineral. Semua mineral memiliki sifat

magnetisme dalam berbagai tingkatan.

1. Diamagnetik: Dua elektron yang bergerak berlawanan arah tidak akan

menghasilkan medan magnetik (net zero moment). Mineral yang bersifat

diamagnetik tidak akan tertarik oleh magnet, walaupun magnet yang kuat

sekalipun. Contohnya kuarsa dan kalsit.

2. Paramagnetik: Unsur paramagnetik memiliki susunan acak kutub-kutub

magnetik atom-atom penyusunnya, yang akan menjadi teratur bila

terpapar medan magnet eksternal, dan memiliki sifat kemagnetan

sementara. Sifat kemagnetan ini akan hilang jika medan magnet

eksternanya dihilangkan. Mineral paramagnetik akan tertarik magnet

dengan lemah. Contohnya olivin dan piroksen.

3. erromagnetik: Unsur feromagnetik memiliki sifat magnetik yang kuat

ketika terpapar medan magnet eksternal dan tetap dalam sifat

magnetismenya meskipun medan magnet eksternal telah hilang, hingga

mereka terpanaskan di atas temperatur Curie. Contoh nikel dan kobal.

4. erimagnetik: Memiliki sifat kemagnetan permanen akibat perputaran

elektron yang tidak paralel. Contohnya magnetit(FeFe2O4) dan pirotit

(Fe1-xS).

VI. SIFAT RADIOAKTIF

Sifat radioaktif pada mineral terjadi karena adanya unsur – unsur radioaktif

dalam mineral tersebut. Unsur radioaktif akan mengalami peluruhan atau penguraian

karana adanya ketidakstabilan inti atom, proses ini kan melepaskan energi (radiasi).

Isotop yang sering ditemukan pada mineral antara lain potasium (40K), strontium

(87Sr), torium (232Th), uranium (238U dan 235U) dan samarium (247Sm).

Contoh mineral radioaktif :

- Metatorberinite (Cu(UO2)2(PO4)28H2O) – produk aterasi uraninit

(UO2)

- Torberinite (Cu(UO2)2(PO4)2.8 - 12H2O)

- Autunite (Ca(UO2)2(PO4)2.10 - 12H2O)

VII. SIFAT STATIK MINERAL

A. Densitas

Densitas termasuk sifat yang paling menentukan dalam pengenalan mineral.

Densitas adalah nilai massa per unit volume dari suatu material yang dinyatakan

dalam satuan (g/cm3). Besar densitas ditentukan oleh unsur-unsur pembentuknya

serta kepadatan dari ikatan unsur-unsur tersebut dalam susunan kristalnya. Besar

densitas suatu mineral bergantung pada jumlah atom per satuan volume dan nomor

massa atom pembentuk mineral tersebut. Penentuan nilai densitas dapat dihitung

dengan menggunakan berbagai percobaan, seperti percoban piknometer ataupun

percobaan cairan berat.

B. Spesific Gravity

Specific gravity merupakan ukuran kepadatan mineral. Dengan adanya sifat

ini, maka kita dapat membedakan beberapa mineral tanpa harus melakukan uji

laboratorium ataupun dengan optik. Seperti contohnya untuk membedakan antara

emas dengan pirit. Walaupun warna dan bentuknya yang hampir sama, tapi kedua

mineral ini dapat dibedakan apabila kita mengetahui besar specific gravity kedua

mineral tersebut. Specific gravity adalah kuantitas tanpa dimensi, merupakan rasio

antara densitas material dengan densitas air murni pada temperatur dan tekanan

standar (temperatur = 3.9°C, tekanan = 1 atmosphere). Karena densitas air selalu

bernilai 1gr/cm3, maka besar nilai specific gravity selalu identik dengan nilai densitas

suatu mineral. Umumnya mineral-mineral pembentuk batuan mempunyai nilai

specific gravity sekitar 2.7, meskipun berat jenis rata-rata unsur metal didalamnya

berkisar antara 5. Emas murni mempunyai berat jenis 19.3.

C. Berat

Berat (weight) suatu material merupakan percepatan massa total oleh

gravitasi. Sedangkan massa total suatu benda dalam satuan gram (g) atau kilogram

(kg) adalah massa total dari seluruh atom yang menyusunnya. Sehingga besar massa

total sebanding dengan densitas material dikalikan volumenya.

D. Bidang Muka Kristal

Kristal secara sederhana dapat didefinisikan sebagai zat padat yang

mempunyai susunan atom atau molekul yang teratur. Keteraturannya tercermin dalam

permukaan kristal yang berupa bidang-bidang datar dan rata yang mengikuti pola-

pola tertentu. Bidang-bidang datar ini disebut sebagai bidang muka kristal. Sudut

antara bidang-bidang muka kristal yang saling berpotongan besarnya selalu tetap

pada suatu kristal. Bidang muka kristal itu baik letak maupun arahnya ditentukan oleh

perpotongannya dengan sumbu-sumbu kristal. Panjangnya sumbu dari titik pusat

kristal hingga ke axial interception disebut sebagai parameter. Jumlah sumbu, rasio

parameter, sudut antar sumbu, akan menentukan sistem kristal yang sedang dibentuk.

Berikut pengelompokkan sistem kristal pada mineral:

1. Sistem Isometrik

Sistem kristal Isometrik memiliki axial ratio (perbandingan sumbu a = b

= c, yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama

dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = γ = 90˚.

Hal ini berarti, pada sistem ini, semua sudut kristalnya ( α , β dan γ )

tegak lurus satu sama lain (90˚).

2. Sistem Tetragonal

Sistem Kristal Tetragonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a =

b ≠ c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b tapi tidak

sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β = γ =

90˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, semua sudut kristalografinya ( α , β

dan γ ) tegak lurus satu sama lain (90˚). Beberapa contoh mineral dengan

sistem kristal Tetragonal ini adalah rutil, autunite, pyrolusite, Leucite,

scapolite (Pellant, Chris: 1992).

3. Sistem Hexagonal

Sistem kristal Hexagonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a =

b = d ≠ c , yang artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama

dengan sumbu d, tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki

sudut kristalografi α = β = 90˚ ; γ = 120˚. Hal ini berarti, pada sistem ini,

sudut α dan β saling tegak lurus dan membentuk sudut 120˚ terhadap

sumbu γ. beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Hexagonal ini

adalah quartz, corundum, hematite, calcite, dolomite, apatite. (Mondadori,

Arlondo. 1977).

4. Sistem Trigonal

Trigonal memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a = b = d ≠ c , yang

artinya panjang sumbu a sama dengan sumbu b dan sama dengan sumbu

d, tapi tidak sama dengan sumbu c. Dan juga memiliki sudut kristalografi

α = β = 90˚ ; γ = 120˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, sudut α dan β

saling tegak lurus dan membentuk sudut 120˚ terhadap sumbu γ.

Beberapa contoh mineral dengan sistem kristal Trigonal ini adalah

tourmaline dan cinabar (Mondadori, Arlondo. 1977).

5. Sistem Orthorhombik

Sistem kristal Orthorhombik memiliki axial ratio (perbandingan sumbu)

a ≠ b ≠ c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama

panjang atau berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut

kristalografi α = β = γ = 90˚. Hal ini berarti, pada sistem ini, ketiga

sudutnya saling tegak lurus (90˚). Beberapa contoh mineral denga sistem

kristal Orthorhombik ini adalah stibnite, chrysoberyl, aragonite dan

witherite (Pellant, chris. 1992).

6. Sistem Monoklin

Monoklin artinya hanya mempunyai satu sumbu yang miring dari tiga

sumbu yang dimilikinya. Sumbu a tegak lurus terhadap sumbu n; n tegak

lurus terhadap sumbu c, tetapi sumbu c tidak tegak lurus terhadap sumbu

a. Ketiga sumbu tersebut mempunyai panjang yang tidak sama, umumnya

sumbu c yang paling panjang dan sumbu b paling pendek. Beberapa

contoh mineral dengan ancer kristal Monoklin ini adalah azurite,

malachite, colemanite, gypsum, dan epidot (Pellant, chris. 1992).

7. Sistem Triklin

Sistem kristal Triklin memiliki axial ratio (perbandingan sumbu) a ≠ b ≠

c , yang artinya panjang sumbu-sumbunya tidak ada yang sama panjang

atau berbeda satu sama lain. Dan juga memiliki sudut kristalografi α = β ≠

γ ≠ 90˚. Hal ini berarti, pada system ini, sudut α, β dan γ tidak saling

tegak lurus satu dengan yang lainnya. Beberapa contoh mineral dengan

ancer kristal Triklin ini adalah albite, anorthite, labradorite,

kaolinite,microcline dan anortoclase (Pellant, chris. 1992)

Sedangkan berdasarkan pertumbuhan kristal, dikelompokkan menjadi :

a. Euhedral: apabila bentuk kristal dan butiran mineral mempunyai nbidang

kristal yang sempurna.

b. Subhedral: apabila bentuk kristal dari butiran mineral dibatasi oleh

sebagian bidang kristal yang sempurna.

c. Anhedral: apabila bentuk kristal dari butiran mineral dibatasi oleh

sebagian bidang kristal yang tidak sempurna.

E. Bidang Belah

Belahan sendiri merupakan kecenderungan dari beberapa kristal mineral

untuk pecah melalui bidang lemah yang terdapat pada struktur kristalnya.

Kenampakan mineral untuk membelah pada umumnya melalui bidang belahan yang

rata, halus dan licin serta pada umumnya selalu berpasangan. Belahan ini merupakan

gambaran dari struktur dalam kristal berdasarkan dari sifat setiap atom penyusunnya.

Kesempurnaan belahan diberikan dalam istilah sempurna, baik, cukup atau buruk.

1. Belahan sempurna (Perfect)

Yaitu apabila suatu mineral mudah terbelah melalui arah belahnya bidang-

bidang yang terbelah akan membentuk bidang yang datar dan licin.

Contohnya : Muscovite, Calcite, dan Galena.

2. Belahan baik (Good)

Yaitu apabila suatu mineral mudah membelah pada bidang belahnya akan

tetapi kadang-kadang akan terdapat belahan yang memotong bidang belahnya

atau pembelahan yang tidak pada bidang belahnya. Bidang belahannya akan

rata dan licin, tapi masih dapat pecah melalui bidang lain. Contohnya :

Feldspar dan Hyperstone.

3. Belahan Jelas (Distinct)

Yaitu apabila arah belahnya dapat terlihat jelas tetapi mineral tersebut sukar

untuk membelah melalui bidang belahnya itu sendiri. Contohnya: Hornblende

dan Staurolite.

4. Belahan tidak jelas (Indistinct)

Yaitu apabila arah belahnya mineral masih dapat dilihat tapi kemungkinan

terbelah melalui arah belahnya dengan kemungkinan pecah memotong arah

belahannya sama. Bidang belahan seperti garis atau kenampakan striasi pada

bidang belahannya. Contohnya: Magnetite dan Corundum.

5. Belahan tidak sempurna (Imperfect)

Yaitu apabila suatu mineral sudah tidak terlihat arah belahnya tetapi mineral

akan pecah dengan permukaan rata. Permukaan yang rata ini kemungkinan

melalui bidang belahnya tetapi kemungkinan juga akan memotong bidang

belahnya. Contohnya : Apatite dan Calsiterite.

Apabila ditinjau dari arah belahannya, maka belahan dapat dibedakan

menjadi:

a. Belahan satu arah, contoh : Muscovite, Asbes,Silimanite,Topaz,Epidote,

Kyanite.

b. Belahan dua arah, contoh : Feldspar, Gypsum, Andalusite.’

c. Belahan tiga arah, contoh : Halite, Calsite, Pirite,Barite.

d. Belahan empat arah, contoh : Fluorite, Scapolite.

e. Tidak ada belahan, contoh Kuarsa.

F. Bidang Pecah

Sebagian mineral ketika pecah menunjukkan permukaan yang tidak rata dan

tidak memantulkan cahaya, yang disebut sebagai bidang pecahan (fracture plane).

Pecahan merupakan pecahnya suatu mineral secara tidak teratur dengan permukaan

bidang pecah yang tidak rata, tidak licin dan tidak teratur. Pecahan dapat terjadi

apabila suatu mineral mendapatkan tekanan yang melampaui batas platisitas dan

elastisitasnya, maka mineral tersbut akan pecah. Pecahan adalah bentuk alamiah atau

karakter dari permukaan mineral jika mieral itu baru saja pecah. Bidang pecahan

merupakan bidang lemah yang dimiliki oleh suatu mineral. Pecahan terbagi atas

beberapa macam yaitu:

1. Conchoidal

Conchoidal merupakan pecahnya suatu mineral berbentuk seperti pecahan

botol kaca ang pecah atau seperti kulit bawang, contohnya : Opal, Nitter,

Obsidian, Kuarsa, Rutil, dll.

2. Hackly

Hackly merupakan pecahnya suatu mineral berbentuk seperti pecahnya besi-

besi runcing, tajam-tajam serta kasar tidak beraturan, conthonya : Gold,

Copper, Platinum, dll.

3. Even

Even merupakan pecahnya mineral dengan permukaan bidang pecahnya kecil-

kecil dengan ujung pecahnya masih mendekati ujung bidang datar sehingga

mempunyai kenampakan yang rata dan cukup halus. Contohnya : Biotite dan

Talk.

4. Uneven

Uneven merupakan pecahnya mineral yang bidang pecahnya kasar dan tidak

teratur. Contohnya : Cobalitite, Nicolite, Ganet, Rodonit,dll.

5. Splintery

Splintery merupakan pecahan mineral yang hancur menjadi tajam-tajam kecil-

kecil seperti benang/serabut. Pecahan ini sering juga disebut pecahan fibrous.

Contohnya : Flourite, Asbes, Augite, dll.

6. Earthy

Earthy merupakan mineral yang dipecah justru akan hancur seperti tanah.

Contohnya : Biotite, Lempung, dll.