pengertian weda - baixardoc

10
A. Pengertian Weda Sumber ajaran agama Hindu adalah Kitab Suci Weda, yaitu kitab yang berisikan ajaran kesucian yang diwahyukan oleh Hyang Widhi Wasa melalui para Maha Rsi. Weda merupakan jiwa yang meresapi seluruh ajaran Hindu, laksana sumber air yang mengalir terus melalui sungai-sungai yang amat panjang dalam sepanjang abad. Weda adalah sabda suci atau wahyu Tuhan Yang Maha Esa. Weda secara ethimologinya berasal dari kata "Vid" (bahasa sansekerta), yang artinya mengetahui atau pengetahuan. Weda adalah ilmu pengetahuan suci yang maha sempurna dan kekal abadi serta berasal dari Hyang Widhi Wasa. Kitab Suci Weda dikenal pula dengan Sruti, yang artinya bahwa kitab suci Weda adalah wahyu yang diterima melalui pendengaran suci dengan kemekaran intuisi para maha Rsi. Juga disebut kitab mantra karena memuat nyanyian-nyanyian pujaan. Dengan demikian yang dimaksud dengan Weda adalah Sruti dan merupakan kitab yang tidak boleh diragukan kebenarannya dan berasal dari Hyang Widhi Wasa. B. Bahasa Weda Bahasa yang dipergunakan dalam Weda disebut bahasa Sansekerta, Nama sansekerta dipopulerkan oleh maharsi Panini, yaitu seorang penulis Tata Bahasa Sensekerta yang berjudul Astadhyayi yang sampai kini masih menjadi buku pedoman pokok dalam mempelajari Sansekerta. Sebelum nama Sansekerta menjadi populer, maka bahasa yang dipergunakan dalam Weda dikenal dengan nama Daiwi Wak (bahasa/sabda Dewata). Tokoh yang merintis penggunaan tatabahasa Sansekerta ialah Rsi Panini. Kemudian dilanjutkan oleh Rsi Patanjali dengan karyanya adalah kitab Bhasa. Jejak Patanjali diikuti pula oleh Rsi Wararuci. C. Pembagian dan Isi Weda Weda adalah kitab suci yang mencakup berbagai aspek kehidupan yang diperlukan oleh manusia. Berdasarkan materi, isi dan luas lingkupnya, maka jenis buku weda itu banyak. maha Rsi Manu membagi jenis isi Weda itu ke dalam dua kelompok besar yaitu Weda Sruti dan Weda Smerti. Pembagian ini juga dipergunakan untuk menamakan semua jenis buku yang dikelompokkan sebagai kitab Weda, baik yang telah berkembang dan tumbuh menurut tafsir sebagaimana dilakukan secara turun temurun menurut tradisi maupun sebagai wahyu yang berlaku secara institusional ilmiah. Kelompok Weda Sruti isinya hanya memuat wahyu, sedangkan kelompok Smerti isinya bersumber dari Weda Sruti, jadi merupakan manual, yakni buku pedoman yang sisinya

Upload: khangminh22

Post on 29-Nov-2023

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

A. Pengertian Weda

Sumber ajaran agama Hindu adalah Kitab Suci Weda, yaitu kitab yang berisikan

ajaran kesucian yang diwahyukan oleh Hyang Widhi Wasa melalui para Maha Rsi. Weda

merupakan jiwa yang meresapi seluruh ajaran Hindu, laksana sumber air yang mengalir

terus melalui sungai-sungai yang amat panjang dalam sepanjang abad. Weda adalah

sabda suci atau wahyu Tuhan Yang Maha Esa.

Weda secara ethimologinya berasal dari kata "Vid" (bahasa sansekerta), yang

artinya mengetahui atau pengetahuan. Weda adalah ilmu pengetahuan suci yang maha

sempurna dan kekal abadi serta berasal dari Hyang Widhi Wasa. Kitab Suci Weda

dikenal pula dengan Sruti, yang artinya bahwa kitab suci Weda adalah wahyu yang

diterima melalui pendengaran suci dengan kemekaran intuisi para maha Rsi. Juga

disebut kitab mantra karena memuat nyanyian-nyanyian pujaan. Dengan demikian yang

dimaksud dengan Weda adalah Sruti dan merupakan kitab yang tidak boleh diragukan

kebenarannya dan berasal dari Hyang Widhi Wasa.

B. Bahasa Weda

Bahasa yang dipergunakan dalam Weda disebut bahasa Sansekerta, Nama

sansekerta dipopulerkan oleh maharsi Panini, yaitu seorang penulis Tata Bahasa

Sensekerta yang berjudul Astadhyayi yang sampai kini masih menjadi buku pedoman

pokok dalam mempelajari Sansekerta.

Sebelum nama Sansekerta menjadi populer, maka bahasa yang dipergunakan dalam

Weda dikenal dengan nama Daiwi Wak (bahasa/sabda Dewata). Tokoh yang merintis

penggunaan tatabahasa Sansekerta ialah Rsi Panini. Kemudian dilanjutkan oleh Rsi

Patanjali dengan karyanya adalah kitab Bhasa. Jejak Patanjali diikuti pula oleh Rsi

Wararuci.

C. Pembagian dan Isi Weda

Weda adalah kitab suci yang mencakup berbagai aspek kehidupan yang diperlukan

oleh manusia. Berdasarkan materi, isi dan luas lingkupnya, maka jenis buku weda itu

banyak. maha Rsi Manu membagi jenis isi Weda itu ke dalam dua kelompok besar yaitu

Weda Sruti dan Weda Smerti. Pembagian ini juga dipergunakan untuk menamakan

semua jenis buku yang dikelompokkan sebagai kitab Weda, baik yang telah

berkembang dan tumbuh menurut tafsir sebagaimana dilakukan secara turun temurun

menurut tradisi maupun sebagai wahyu yang berlaku secara institusional ilmiah.

Kelompok Weda Sruti isinya hanya memuat wahyu, sedangkan kelompok Smerti isinya

bersumber dari Weda Sruti, jadi merupakan manual, yakni buku pedoman yang sisinya

tidak bertentangan dengan Sruti. Baik Sruti maupun Smerti, keduanya adalah sumber

ajaran agama Hindu yang tidak boleh diragukan kebenarannya. Agaknya sloka berikut

ini mempertegas pernyataan di atas.

Srutistu wedo wijneyo dharma sastram tu wai smerth, te sarrtheswamimamsye tab

hyam dharmohi nirbabhau. (M. Dh.11.1o).

Artinya:

Sesungguhnya Sruti adalah Weda, demikian pula Smrti itu adalah dharma sastra,

keduanya harus tidak boleh diragukan dalam hal apapun juga karena keduanya adalah

kitab suci yang menjadi sumber ajaran agama Hindu. (Dharma)

Weda khilo dharma mulam smrti sile ca tad widam, acarasca iwa sadhunam

atmanastustireqaca. (M. Dh. II.6).

Artinya:

Seluruh Weda merupakan sumber utama dari pada agama Hindu (Dharma),

kemudian barulah Smerti di samping Sila (kebiasaan- kebiasaan yang baik dari orang-

orang yang menghayati Weda). dan kemudian acara yaitu tradisi dari orang-orang suci

serta akhirnya Atmasturi (rasa puas diri sendiri).

Srutir wedah samakhyato dharmasastram tu wai smrth, te sarwatheswam imamsye

tabhyam dharmo winir bhrtah. (S.S.37).

Artinya:

Ketahuilah olehmu Sruti itu adalah Weda (dan) Smerti itu sesungguhnya adalah

dharmasastra; keduanya harus diyakini kebenarannya dan dijadikan jalan serta dituruti

agar sempurnalah dalam dharma itu.

Dari sloka-sloka diatas, maka tegaslah bahwa Sruti dan Smerti merupakan dasar

utama ajaran Hindu yang kebenarannya tidak boleh dibantah. Sruti dan Smerti

merupakan dasar yang harus dipegang teguh, supaya dituruti ajarannya untuk setiap

usaha.

Pengumpulan berbagai mantra menjadi himpunan buku-buku adalah merupakan

usaha kodifikasi Weda. Sloka-sloka yang ribuan banyaknya telah diturunkan ke dunia ini

tidak diturunkan sekaligus atau bersamaan ditempat yang sama, melainkan tidak

bersamaan dan dari jaman ke jaman meliputi ribuan tahun.

1. Sruti

Kelompok Śruti, menurut Bhagawan Manu merupakan Weda yang sebenarnya, atau Weda originair. Menurut sifat isinya Weda ini dibagi batas tiga bagian, yaitu :

a. Bagian Mantra.

b. Bagian Brahmana (Karma Kanda).

c. Bagian Upanisad/Aranyaka (Joăna kanda). a. Mantra.

Bagian Mantra terdiri atas empat himpunan (samhita) yang disebut catur Weda

samhita, yaitu :

o Rg. Weda atau Rg Wedasamhita.

o Sama Weda atau Samawedasamhita.

o Yajur Weda atau Yajurwedasamhita.

o Atharwa Weda atau Atharwaweda samhita

Dari keempat kelompok Weda itu, tiga kelompok pertama sering disebut-sebut

sebagai mantra yang berdiri sendiri. Karena itu disebut Tri Weda.

Pengenalan catur Weda hanya karena kenyataan Weda itu secara sistematik

telah dikelompokkan atas empat Weda. Pembagian empat kelompok ini itu yaitu :

Rg. Weda Samhita merupakan kumpulan mantra yang memuat ajaran-ajaran

umum dalam bentuk pujaan (Rc. atau Rcas). Arc. = memuja (Arc. Rc).

Samawedasamhita merupakan kumpulan mantra yang memuat ajaran umum.

mengenai lagu-lagu pujaan (saman).

Yajur Weda samhita merupakan kumpulan mantra-mantra yang memuat ajaran

umum mengenai pokok-pokok yajus, (pluralnya Yajumsi). Jenis Weda ini ada dua

macam, yaitu:

o Yajurweda hitam (Krşra Yajurweda) yang terdiri atas beberapa resensi a.l.

Taiyiriya samhita dan Maitrayanisamhita.

o Yajur weda putih (Śukla yajurweda). yang juga disebut Wajasaneji samhita.

Atharwa weda samhita merupakan kumpulan mantra-mantra yang memuat

ajaran yang bersifat magis (atharwan).

Kitab Rg. Weda merupakan kumpulan dari sloka-sloka yang tertua. Kitab ini

dikumpulkan dalam berbagai resensi seperti resensi Sakala, Baskala, Aswalayana,

Sankhyayana dan Mandukeya. Dari lima macam resensi ini yang masih terpelihara

adalah resensi Sakala sedangkan resensi-resensi lainnya banyak yang tidak

sempurna lagi karena mantra-mantranya hilang. Didalam mempelajari ajaran-ajaran

Hindu dewasa ini para sarjana umumnya berpedoman pada resensi Sakala untuk

mengetahui seluruh ajaran yang terdapat didalam Rg. Weda itu. Berdasarkan

resensi itu. Rg. WEDA samhita terdiri atas 1017 hymn (mantra) atau 1028 mantra

termasuk bagian mantra Walakhitanya. Atau disebut pula terdiri atas 10580½

stanza at.au 153826 kata-kata atau 432000 suku kata.

Rg. Weda terbagi atas 10 Mandala yang tidak sama panjangnya. Disamping

pembagian atau 10 Mandala, Rg. Weda dibagi pula atas 8 bagian yang disebut

“Astaka” Mandala 2 -- 8 merupakan himpunan sloka-sloka dan keluarga-keluarga

Maha Rsi tunggal sedangkan mandala 1, 9, 10 merupakan himpunan sloka-sloka

dari banyak Maha Rsi.

Samaweda terdiri atas mantra-mantra yang berasal dari Rg. Weda. Menurut

penelitian Samaweda terdiri atas 1810 Mantra atau kadang-kadang ada yang

mengatakan 1875. Samaweda terbagi atas dua bagian yaitu bagian arcika terdiri

atas mantra-mantra pujaan yang bersumber dari Rg. Weda dan bagian Uttararcika

yaitu himpunan mantra-mantra yang bersifat tambahan. Kitab ini terdiri atas

beberapa buku nyanyian pujaan (gana). Dan kitab-kitab yang ada, yang masih dapat

kita jumpai a.l. Ranayaniya, Kautuma dan Jaiminiya (Talawakara). Walaupun

demikian didalam usaha penulisan kembali kitab Samaweda itu telah diusahakan

sedemikian rupa supaya tidak banyak yang hilang.

Yajurweda terdirii atas mantra-mantra yang sebagian besar berasal dari Rg.

Weda, ditambah dengan beberapa mantra yang merupakan tambahan baru.

Tambahan ini umumnya berbentuk prosa. Menurut Bhagawan Patapjali, kitab ini terdiri atas 101 resensi yang sebagian besar sudah lenyap. Kita ini terbagi atas dua

aliran, yaitu:

Yajurweda hitam (Krsna Yajurweda). Kitab ini terdiri atas 4 resensi yaitu:

o Katakhassamhita.

o Mapisthalakathasamhita.

o Taithiriyasamhita (Terdiri atas dua aliran yaitu Apastamba dan

Hiranyakesin).

Yajur Weda putih (śukla yajurweda, juga dikenal Wajasaneyi samhita). Kitab ini terdiri atas 2 resensi yaitu :

o Kanwa dan

o Madhyandina.

Antara kedua resensi itu hanya terdapat sedikit perbedaan Yajurweda putih ini

terdiri atas 1975 mantra yang isinya umumnya menguraikan berbagai jenis yajna

besar seperti Wejapeya, Aswamedha, Sarwamedha dan berbagai jenis yajna

lainnya. Bagian terakhir dari Weda ini memuat sloka-sloka yang kemudian dijadikan

Isopanisad.

Perbedaan pokok antara Yajurweda Putih dengan Yajurweda hitam hanya sedikit

saja Yajurweda putih terdiri atas mantra-mantra dan doa-doa yang harus diucapkan

pendeta didalam upacara sedangkan mantra-mantra didalam Yajurweda hitam

terdapat pula mantra-mantra yang menguraikan arti Yajna. Bagian terakhir ini

merupakan bagian tertua dari Yajurweda itu. Di dalam Weda ini kita jumpai pula

pokok-pokok upacara Darsapurnamasa yaitu upacara yang harus dilakukan pada

saat-saat bulan purnama dan bulan gelap, disamping berbagai jenis upacara-

upacara besar yang penting artinya dilakukan setiap harinya.

Atharwaweda yang disebut Atharwangira, merupakan kumpulan mantra-mantra

yang juga banyak berasal dari Rg. Weda. Kitab ini memiliki 5987 mantra (puisi dan

prosa). Kitab ini terpelihara dalam dua resensi, yaitu:

Resensi Saunaka. Resensi ini paling terkenal dan terdiri atas 21 buku.

Resensi Paippalada.

b. Brahmana (Karma Kanda)

Bagian kedua yang terpenting dan kitab Sruti ini adalah bagian yang disebut

Brahmana atau Karma Kanda. Himpunan buku-buku ini disebut Brahmana. Tiap-tiap

mantra (Rg. Sama, Yajur, Atharwa) memiliki Brahmana. Brahmana berarti doa. Jadi

kitab Brahmana adalah kitab yang berisi himpunan doa-doa yang dipergunakan

upacara yajna. Kadang-kadang Brahmana diartikan penjelasan yang menjelaskan

arti kata ucapan mantra.

Kitab Rg. Weda memiliki dua jenis buku Brahmana, yaitu Aitareya Brahmana dan

Kausitaki Brahmana (Sankhyana Brahmana). Kitab Brahmana yang pertama terdiri

atas 40 Bab dan yang kedua terdiri atas 30 Bab.

Kitab Samaweda memiliki kitab Tandya Brahmana yang juga sering dikenal

dengan nama Pancawimsa. Kitab ini memuat legenda (ceritra-ceritra kuno) yang

dikaitkan dengan upacara yajna. Disamping itu ada pula Sadwimsa Brahmana. Kitab

ini terbagi atas 25 buku dimana bagian terakhir yang terkenal adalah kitab Adbhuta

Brahmana, merupakan jenis Wedangga yang memuat mengenai ramalan-ramalan

dan penjelasan mengenai berbagai mukjizat.

Yajurweda memiliki beberapa kitab Brahmana pula. Yajurweda hitam (Krsna

Yajurweda) memiliki Taittiriya Brahmana. Kitab ini merupakan lanjutan Taittiriya

samhita Kitab ini yang menguraikan simbolisasi ,,Purusamedha” yang telah diartikan

secara salah didalam tradisi Yajurweda putih (Sukla Yajurweda) memiliki Saptatha

Brahmana. Nama ini disebut demikian karena kitab ini terdiri atas 100 adhyaya.

Bagian terakhir dari kitab ini merupakan sumber bagi kitab Brhadaranyaka

upanisad. Didalam kitab Brabmana ini mula-mula kita jumpai ceritera Sakuntala,

Pururawa, Urwasi dan ceritera-ceritera tentang ikan. Atharwa weda ini memiliki

kitab Gopathabrabmana.

c. Upanisad dan Arapyaka (Joăna kanda).

Aranyaka atau Upanisad adalah himpunan mantra-mantra yang membabas

berbagai aspek teori mengenai ke-Tuhan-an. Himpunan ini merupakan bagian Joăna Kanda dari pada Weda Śruti. Sebagaimana halnya dengan tiap-tiap Mantra memiliki

kitab Brahmana, demikian pula tiap-tiap mantra ini memiliki kitab-kitab Aranyaka

atau Upanisad. Kelompok kitab-kitab ini disebut Rahasiya Jqăna karena isinya membahas hal-hal yang bersifat rahasia.

Didalam penelitian mengenai berbagai naskah kitab suci Hindu Dr. G. Sriniwasa

Murti didalam introduksi kitab Saiwa Upanisad mengemukakan bahwa tiap-tiap

Sakha (cabang ilmu) Weda merupakan satu upanisad. Dari catatan yang ada:

Rg.Weda terdiri atas 2l sakha.

Sama Weda terdiri atas 1000 sakha.

Yajur Weda terdiri atas 109 Sakha, dan

AtharwaWedaterdlijatas5osakha.

Berdasarkan jumlah sakha yaitu 1180 sakha maka jumlah Upanisad sayogyanya

ada sebanyak 1180 buah buku tetapi berdasarkan catatan Muktikopanisad jumlah

upanisad yang disebut secara tegas adalah sebanyak 108 buah buku. Adapun

perincian daripada kitab-kitab upanisad itu adalah sebagai berikut:

Upanisad yang tergolong jenis Rg. Weda, yaitu antara lain:

Aitareya, Kausitaki, Nada-bindu, Atmaprabodha, Nirwana, Mudgala,

Aksamalika, Tripura, Saubhagya dan Bahwrca Upanisad, yang semuanya

berjumlah sepuluh Upanisad.

Upanisad yang tergolong jenis Sama Weda adalah :

Kena, Chandogya, Aruni, Maitrayani, Maitreyi, Wajrasucika, Yogacudamani,

Wasudewa, Mahat, Sanyasa, Awyakta, Kondika, Sawirei, Rudraksajabala, Darsana

dan Jabali. Semuanya berjumlah enam belas Upanisad.

Upanisad yang tergolong jenis Yajurweda, adalah :

o Untuk jenis Yajur Weda Hitam, terdiri atas Kathawali, Taittiriyaka, Brahma,

Kaiwalya, Swetaswatara, Garbha, Narayana, Amrtabindu, Asartanada,

Katagnirudra, K ausika, Sarwasara, Sukharahasya, Tejobindu, Dhyanabindu,

Brahmawidya, Yogatattwa, Daksinamurti, Skanda Sariraka, Yogasikha,

Ekaksara, Aksi, Awadhuta, Katha, Rudrahrdaya, Yogakundalini, Pancabrahma,

Pranagnihotra, Waraha, Kalisandarana dan Saraswatirahasya. sernuanya

berjumlah tiga puluh dua Upanisad.

o Untuk Jenis Yajur Putih, terdiri atas: Isawasya, Brhadaranyaka, Jabala, Hamsa,

Paramahamsa, Subata, Mantrika, Niralambha. Trisikhibrahmana,

Mandalabrahmana, Adwanyataraka, Pingala Bhiksu, Turiyatita, Adhyatma,

Tarasara, Yajnawalkya, Satyayani dan Muktika, semuanya berjumlah sembilan

belas Upanisad.

Upanisad yang tergolong jenis Atharwaweda, yaitu, antara lain: Prasna,

Munduka, Mandukya, Athawasira, Atharwasikha, Brhajjabala, Nrsimhatapini,

Naradapariwrajaka, Sita, Sarabha, Mahanarayana, Ramarahasya, Ramatapini,

Sandilya,

Paramahamsa pariwrajaka, Annapurna, Surya, Atma, Pasupata, Parabrahmana,

Tripuratapini, Dewi, Bhawana, Brahma, Gamapati, Mahawakya, Gopalatapini,

Krsna, Hayagriwa, Dattatreya dan Garuda Upanisad, semuanya berjumlah tiga

puluh satu Upanisad.

Dengan memperhatikan deretan nama-nama kelompok Mantra, Brahmana dan

Upanisad diatas, jelas bahwa kitab Sruti meliputi jumlah yang cukup banyak. Untuk

mendalami Dharma, semua buku-buku itu adalah merupakan sumber utama dan

kedudukannya mutlak perlu dihayati.

2. Smrti

Smrti adalah Weda juga, karena kedudukannya dipersamakan dengan Weda

(Sruti).

Manawa Dharmasastra. II. 10.

Srutistu wedo wijpeyo dharmaśastram tu wai smrtih te sarwãrtheswamimămsye tăbhyăm dharmohi nirbabhau.

Artinya :

Sesungguhnya Sruti adalah Weda dan Smrti adalah dharmasastra; keduanya tidak

boleh diragukan karena keduanya adalah sumber dari hukum suci. Dan ketentuan itu

jelas bahwa Dharmasastra berusaha menunjukkan tingkat kedudukan Smrti sama

dengan Sruti. Dalam peterjemahan istilah Smrti itu kadang-kadang mengandung

banyak arti seperti :

Sejenis kelompok buku Weda yang lahir dan ingatan.

Nama untuk menyebutkan tradisi yang bersumber pada kebiasaan yang disebut

didalam Weda (Mds. II. 12.).

Nama jenis kitab Dharmasastra. Istilah ini lebih sempit artinya jika dibanding

dengan istilah Smrti menurut arti kelompok a.

Menurut tradisi dan lazim telah diterima dibidang ilmiah istilah Smrti adalah untuk

menyebutkan jenis kelompok Weda yang disusun kembali berdasarkan ingatan.

Penyusunan ini didasarkan atas pengelompokan isi materi secara lebih sistematis

manurut bidang profesi. Secara garis besarnya, Smrti depat digolongkan kedalam dua

kelompok Wedasmrti, yaitu:

Kelompok Wedangga (Batang Tubuh Weda)

Kelompok Upaweda (Weda tambahan).

a. Kelompok Wedangga.

Adapun kelompok Wedangga ini terdiri atas enam bidang Weda, yaitu :

o Siksa (Phonetika)

o Wyakarana (Tata Bahasa)

o Chanda (lagu)

o Nirukta (Sinonim dan Antonim)

o Jyotisa (Astronomi)

o Kalpa (Ritual).

1) Sika (Phonetik)

Untuk dapat memahami Weda dengan tepat cabang ilmu Weda yang disebut

Siksa penting artinya. Kodifikasi Weda yang diuraikan berdasarkan ilmu phonetika

erat sekali hubungannya dengan ilmu Weda Sruti. Isinya memuat petunjuk-

petunjuk tentang cara yang tepat dalam pengucapan mantra serta tinggi rendah

tekanan suara. Buku-buku siksa ini disebut Pratisakhya yang dihubungkan dengan

berbagai resensi Weda Sruti. Diantara buku-buku Pratiskhya yang ada, antara lain:

Rg. Wedapratisakhya, himpunan Bhagawan Saunaka berasal dari resensi

Sakala.

Taittiriyapratisakhyasutra berasal dari resensi Taitiriya dari Krsna Yajur Weda.

Wajasaneyipratisakhyasutra himpunan Bhagawan Katyayana berasal dari

resensi Madhyandina (Sukla Yajurweda).

Samapratisakhya untuk Sama Weda

Atharwawedapratisakhyasutra (caturadhyayika) untuk kitab Atharwa Weda.

Penulis-penulis lainnya yang juga membahas Pratisakhya itu antara lain Maha

Rsi Bharadwaja, Maha Rsi Wyasa (Abyasa), Maha Rsi Wasistha dan Yajnawalkya.

2) Wyakarana (Tata Bahasa).

Wyakarana sebagai suplemen batang tubuh Weda dianggap sangat penting dan

menentukan karena untuk mengerti dan menghayati Weda Sruti tidak mungkin

tanpa bantuan pengertian dan bahasa yang benar. Asal mula teori pengajaran

Wyakarana, bersumber pada kitab Pratisakhya.

Diantara pemuka-pemuka agama yang mengkodifikasi tata bahasa itu antara

lain Sakatayana, Panini, Patanjali dan Yaska. Dari nama-nama itu yang terkenal

adalah Bhagawan Panini yang menulis Astadhyayi dan Patanjali Bhasa. Dari

Bhagawan Patanjali kita mengenal kata bhasa untuk menyebutkan bahasa

sanskerta populer dan Daiwiwak (Bahasa para Dewa-Dewa) untuk bahasa

sanskerta yang terdapat didalam kitab Weda, mula-mula disebut oleh Panini.

3) Chanda (lagu).

Chanda adalah cabang Weda yang khusus membahas aspek ikatan bahasa yang

disebut lagu. Peranan Chanda di dalam sejarah penulisan Weda karena dengan

chanda itu semua sloka-sloka itu dapat dipelihara turun-temurun seperti nyanyian

yang mudah diingat. Di antara berbagai jenis kitab Chanda yang masih terdapat

dewasa ini adalah dua buah buku, yaitu : Nidanasutra dan Chandasutra. Kitab

terakhir ini dihimpun oleh Bhagawan Pinggala.

4) Nirukta.

Kelompok jenis kitab Nirukta isinya terutarna memuat berbagai penafsiran

otentik mengenai kata-kata yang terdapat didalam Weda. Kitab tertua dan jenis ini

dihimpun oleh Bhagawan Yaska bernama Nirukta, ditulis pada tahun + 800 S.M.

Kitab ini membahas tiga masalah yaitu :

Naighantukakanda, memuat kata-kata yang sama artinya.

Naighamakanda (Aikapadika), memuat kata-kata yang berarti ganda.

Daiwatakanda (menghimpun nama Dewa-Dewa r yang ada diangkasa, bumi

dan surga.

5) Jyotisa (astronomi).

Kelompok Jyotisa merupakan pelengkap Weda yang isinya memiuat pokok-

pokok ajaran astronomi yang diperlukan untuk pedoman dalam melakukan Yajoa. Isinya yang penting membahas peredaran tata surya, bulan dan badan angkasa

lainnya yang dianggap mempunyai pengaruh didalam pelaksanaan yadnya.

Satu-satunya buku Jyotisa yang rnasih kita jumpai adalah Jyotisawedăngga yang penulisnya sendiri tidak dikenal. Kitab ini dihubungkan dengan Yajurweda dan Rg.

Weda.

6) Kalpa.

Kelompok kalpa ini merupakan kelompok Wedangga yang terbesar dan yang

terpenting. Isinya banyak bersumber pada kitab Brahmana dan sedikit pada kitab-

kitab Mantra. Menurut jenis isinya kelompok ini terbagi atas beberapa bidang,

yaitu:

Bidang Śrauta. Bidang Grhya.

Bidang Dharma, dan

Bidang Sulwa.

Sautra atau Śrautrasütra memuat berbagai ajaran mengenai tatacara melakukan yajna, penebusan dosa dan lain-lain, yang berhubungan dengan

upacara keagamaan baik upacara besar, upacara kecil dan upacara harian.

Demikian pula kitab Gŗhya atau Gŗhyasútra memuat berbagai ajaran mengenai peraturan pelaksanaan yadnya yang harus dilakukan oleh orang-orang yang telah

berumah tangga.

Disamping itu terdapat pula jenis kitab-kitab Kalpa yang tergolong dalam

bidang Srauta dan Gŗhya yaitu kitab Srăddakalpa dan Pitrimedhaśütra. Kitab ini

memuat pokok-pokok ajaran mengenai tata-cara upacara yang berhubungan

dengan arwah orang-orang yang telah meninggal. Ada pula kitab Prayascittasutra

yang merupakan supllemen dari kitab Atharwa Weda.

Dari semua jenis Kalpa yang terpenting adalah bagian “Dharmasutra”, yang membahas berbagai aspek mengenai peraturan hidup bermasyarakat dan

bernegara. Demikian pentingnya kitab ini sehingga menimbulkan kesan hahwa

yang dimaksud Weda Smrti adalah Dharmasastra. Para penulis Dharmasastra yang

terkenal adalah :

Bhagawan Manu.

Bhagawan Apastamba.

Bhagawan Bhaudhayana.

Bhagawan Harita.

Bhagawan Wisnu.

Bhagawan Wasistha.

Bhagawan Waikanasa.

Bhagawan Sankha Likhita.

Bhagawan Yajnawalkya. Dan

Bhagawan Parasara.

Diantara nama-nama itu yang terkenal adalah Bhagawan Manu (Maha Rsi

Manu autor Manawadharmasastra) yang karyanya ditulis oleh Bhagawan Bhrgu.

Menurut tradisi, tiap yuga mempunyai ciri-ciri khas dan mempunyai dharmasastra

tersendiri, antara lain :

Manu menulis Manawadharmasastra untuk Satyayuga.

Yajnawalkya menulis Dharmasastra untuk Tritayuga.

Sankha Likhita menulis Dharmasastra untuk Dwaparayuga, dan

Parasara menulis Dharmasastra untuk Kaliyuga.

Walaupun pembagian itu telah ada namun secara materiil isinya overlapping

antara yang satu dengan yang lain karena itu sifatnya saling mengisi. Bagian

terakhir dari jenis Kalpa adalah kelompok kitab Sulwasutra. Kitab ini memuat

peraturan-peraturan mengenai tata cara membuat tempat peribadatan (Pura,

Candi), bangunan-bangunan lain, dan lain-lain yang berhubungan dengan ilmu

arsitektur.

Kelompok jenis ini memiliki beberapa buku antara lain Silpasastra, Kautama,

Mayamata, Wastuwidya, Manasara, Wisnudharmatarapurana dan sebagainya.

b. Kelompok Upadewa

Kelompok Upadewa adalah kelompok kedua yang sama pentingnya dengan

Wedangga. Kelompok ini kodifikasinya terdiri atas beberapa cabang ilmu, yaitu: