pengertian pembinaan kompetensi mengajar

27
MAKALAH PEMBINAAN KOMPETENSI MENGAJAR PENGERTIAN PEMBINAAN KOMPETENSI MENGAJAR Disusun Oleh Kelompok 1 1. Almudasyir Agusriwan (12222007) (Editor) 2. Ayu Pujiastuti (12222017) (Hunting Data, Analisis, Editor) 3. Dea Asih Suprianti (12222019) (Hunting Data, Analisis, Editor) 4. Endah Kurniati (12222034) (Hunting Data, Analisis, Editor) Dosen Pengampu: Tutut Handayani, M.Pd.I

Upload: raden-fatah

Post on 08-Feb-2023

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

MAKALAH PEMBINAAN KOMPETENSI MENGAJAR

PENGERTIAN PEMBINAAN KOMPETENSI MENGAJAR

Disusun Oleh

Kelompok 1

1. Almudasyir Agusriwan (12222007) (Editor)

2. Ayu Pujiastuti (12222017) (Hunting Data, Analisis,

Editor)

3. Dea Asih Suprianti (12222019) (Hunting Data,

Analisis, Editor)

4. Endah Kurniati (12222034) (Hunting Data, Analisis,

Editor)

Dosen Pengampu:

Tutut Handayani, M.Pd.I

JURUSAN TADRIS BIOLOGI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) RADEN FATAH

PALEMBANG

2014

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh

kualitas sumber daya manusia yang tergantung pada

kualitas pendidikannya. Oleh karena itu, pembaharuan

pendidikan harus selalu dilakukan untuk meningkatkan

kualitas pendidikan suatu bangsa. Upaya peningkatan

mutu pendidikan erat kaitannya dengan status guru

sebagai pelaksana pendidikan yang berhadapan

langsung dengan siswa, ketika proses belajar

berlangsung.

Agar proses pembelajaran dapat berlangsung

dengan baik, maka pengajar harus memberdayakan diri

sendiri dan  para  siswanya.  Siswa diharapkan

mempunyai kompetensi  yang

diajarkan. Mereka diposisikan  sebagai subjek

belajar, sedangkan guru sebagai fasilitator. Untuk

itu pengembangan kompetensi guru perlu dilakukan

agar guru selalu terbuka dan mengikuti perkembangan

baru dalam bidang pendidikan.

Dalam pelaksanaannya, pengajaran merupakan

serangkaian kegiatan yang terpadu antara pelatihan,

penugasan, dan penyediaan kondisi dengan komponen

kurikulum, bahan ajar, media, metode, lingkungan,

guru dan siswa untuk mencapai tujuan tertentu. Untuk

dapat mencapai tujuan tersebut maka dilakukanlah

serangkaian pembinaan bagi guru untuk memperoleh

hasil yang lebih baik guna memiliki latar belakang

pendidikan keguruan yang memadai dalam melaksanakan

tugas-tugas kependidikan diperoleh setelah menempuh

pendidikan keguruan tertentu. Pembinaan menjadikan

guru berkompeten di bidangnya sehingga memiliki

kemampuan mengajar dengan baik kepada siswa dalam

memberikan pengetahuan. Pembinaan dalam profesi

sebagai guru secara terstruktur dapat mendorong

terjadinya peningkatan profesionalisme guru

(Nellyhiday, 2006).

Berdasarkan uraian diatas maka di akan dibahas

lebih lengkap tentang pengertian pembinaan

kompetensi mengajar agar sebagai calon guru kita

lebih memahami dan menambah wawasan tentang

pembinaan kompetensi mengajar itu sendiri sehingga

mudah dalam mengaplikasikannya.

1.2 Rumusan Masalah

Pada Makalah Pengertian Pembinaan Kompetensi

Mengajar, akan dibahas beberapa rumusan masalah,

antara lain:

1. Apa Pengertian Pembinaan ?

2. Apa Pengertian Kompetensi ?

3. Apa Pengertian Mengajar ?

4. Apa pengertian pembinaan kompetensi mengajar ?

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pembinaan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan

oleh Balai Pustaka menjelasan bahwa Pembinaan

berasal dari kata “bina” yang berarti pelihara,

mendirikan atau mengusahakan supaya lebih baik,

lebih maju dan lebih sempurna. Sedangkan kata

pembinaan berarti proses atau usaha dan kegiatan

yang dilakukan secara berhasil guna memperoleh hasil

yang baik (Rohim, 2011).

Kata Pembinaan dimengerti sebagai terjemahan dari

kata training yang berarti latihan, pendidikan,

pembinaan. Pembinaan menekankan manusia pada segi

praktis, pengembangan sikap, kemampuan, dan

kecakapan (Hawi, 2013).

Pembinaan guru sering diistilahkan supervisi,

namun secara terminologi Pembinaan berarti

serangkaian usaha bantuan kepada guru, terutama

bantuan yang berwujud layanan professional yang

dilakukan oleh kepala sekolah, pemilik sekolah, dan

pengawas serta pembina lainnya, untuk meningkatkan

proses dan hasil belajar siswa (Imron, 1995).

Foster & Seeker (2001) menyatakan bahwa “Pembinaan

(coaching) adalah upaya berharga untuk membantu orang

lain dalam mencapai kinerja puncak”. Thoha (2002)

mengartikan pembinaan sebagai suatu tindakan proses,

hasil, atau pertanyaan menjadi lebih baik. Pembinaan

juga merupakan suatu preskripsi untuk suatu

perubahan, pembaharuan, dan penyempurnaan yang

berencana dalam suatu organisasi.

Secara luas, pembinaan dapat diartikan sebagai

rangkaian upaya, pengendalian profesional terhadap

semua unsur organisasi agar semua unsur tersebut

berfungsi sebagaimana semestinya sehingga rencana

untuk mencapai tujuan dapat terlaksana secara

efektif dan efisien. Unsur-unsur organisasi itu

mencakup peraturan, kebijakan, tenaga penyelenggara,

staf dan pelaksana, bahan dan alat, serta biaya

(Darajat, 1976).

Sedangkan menurut Zakiyah Daradjat (1976),

“Pembinaan adalah upaya pendidikan baik formal

maupun nonformal yang terlaksana secara sadar,

berencana, terarah, teratur dan bertanggung jawab

dalam rangka memperkenalkan, menumbuhkan dan

mengembangkan suatu dasar kepribadian yang seimbang

utuh selaras”.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan

bahwa Pembinaan adalah serangkaian bantuan yang

diberikan oleh orang yang lebih ahli (kepala

sekolah, pemilik sekolah, pengawas, dan ahli

lainnya) kepada guru dengan tujuan agar dapat

meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar

sehingga tujuan pendidikan yang telah direncanakan

dapat tercapai.

Imran (1995) mengelompokkan pembinaan guru menjadi

tiga macam pembinaan, antara lain:

1. Pembinaan kemampuan guru dalam hal memelihara

program pengajaran di kelas

2. Kemampuan guru dalam hal menilai dan memperbaiki

faktor-faktor yang mempengaruhi belajar anak didik

3. Memperbaiki situasi belajar anak didik.

Tujuan dari pembinaan guru adalah untuk

memperbaiki proses belajar mengajar yang didalamnya

melibatkan guru dan siswa, melalui serangkaian

tindakan, bimbingan, dan arahan. Dalam memperbaiki

proses belajar mengajar yang tercapai antara lain

melalui peningkatan kemampuan professional guru

tersebut, agar dapat memberikan kontribusi bagi

peningkatan mutu pendidikan (Rohim, 2011).

Dalam hal pembinaan guru memelihara program

pengajaran di kelas, kepala sekolah harus mengetahui

dan memahami tahap-tahap proses pengajaran sehingga

dapat membantu kepala sekolah untuk melaksanakan

program pembinaan kepada guru. Selanjutnya kepala

sekolah juga harus memahami faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi belajar anak didik seperti faktor

motivasi, kematangan, hubungan peseta didik dengan

guru, kemampuan verbal, tingkat kebebasan, rasa

aman, dan keterampilan guru dalam berkomunikasi

(Imran, 1995).

2.2 Pengertian Kompetensi

Kompetensi dalam bahasa Indonesia merupakan

serapan dari bahasa Inggris, competence yang berarti

kecakapan dan kemampuan. Kompetensi adalah kumpulan

pengetahuan, perilaku, dan keterampilan yang harus

dimiliki guru untuk mencapai tujuan pembelajaran dan

pendidikan. Kompetensi diperoleh melalui pendidikan,

pelatihan, dan belajar mandiri dengan memanfaatkan

sumber belajar (Musfah, 2011).

Seseorang dinyatakan kompeten di bidang tertentu

jika menguasai kecakapan bekerja pada salah satu

bidang tertentu jika menguasai kecakapan bekerja

pada satu bidang tertentu. Menurut Syaodih (1997)

kompetensi adalah eforman yang mengarah kepada

pencapaian tujuan secara tuntas menuju kondisi yang

diinginkan (Satori, 2008).

Menurut Mudlofir (2012), dalam bahasa Inggris

terdapat minimal tiga peristilahan yang mengandung

makna apa yang dimaksudkan dengan kompetensi itu.

1. “competence (n) is being competent, ability (to do the work)”

2. “competence (adj) refers to (persons) having ability, power,

authority, skill, knowledge, etc. (to do what is needed).

3. “competency is rational performance which satisfactorily meets

the objectives for a desired condition”

Definisi pertama menunjukkan bahwa kompetensi itu

pada dasarnya menunjukkan kepada kecakapan atau

kemampuan untuk mengerjakan sesuatu pekerjaan.

Sedangkan definisi kedua menunjukkan lebih lanjut

bahwa kompetensi itu pada dasarnya merupakan suatu

sifat (karakteristik) orang-orang (kompeten) ialah

yang memiliki kecakapan, daya (kemampuan), otoritas

(kewenangan), kemahiran (keterampilan), pengetahuan,

dan sebagainya untuk mengajarkan apa yang

diperlukan. Kemudian definisi ketiga lebih jauh

lagi, ialah bahwa kompetensi itu menunjukkan kepada

tindakan (kinerja) rasional yang dapat mencapai

tujuan-tujuannya secara memuaskan berdasarkan

(prasayat) yang diharapkan (Mudlofir, 2012).

Berdasarkan Mudlofir (2012), dengan menyimak makna

kompetensi tersebut, maka dapat dimaklumi jika

kompetensi itu dipandang sebagai pilarnya atau teras

kinerja dari suatu profesi. Hal itu mengandung

implikasi bahwa seorang profesional yang kompeten

itu harus dapat menunjukkan karakteristik utamanya,

antara lain:

1.Mampu melakukan sesuatu pekerjaan tertentu secara

rasional. Dalam arti, harus memiliki visi dan misi

yang jelas mengapa ia melakukan apa yang

dilakukannya berdasarkan analisis kritis dan

pertimbangan logis dalam membuat pilihan dan

mengambil keputusan tentang apa yang

dikerjakannya. “He is fully aware of why he is doing what is

doing”.

2.Menguasai perangkat pengetahuan (teori dan konsep,

prinsip dan kaidah, hipotess dan generalisasai,

data dan informasi, dan sebagainya) tentang seluk

beluk apa yang menjadi bidang tugas pekerjaannya.

“He really knows what is to be done and how do it.”

3.Menguasai perangkat keterampilan (strategi dan

taktik, metode dan teknik, prosedur dan mekanisme,

sarana dan instrument, dan sebagainya) tentang

cara bagaimana dan dengan melakukan tugas

pekerjaannya. “He actually knows through which ways he

should go and how to go through”.

4.Memahami perangkat persyaratan ambang (basic

standards) tentang ketentuan kelayakan normative

minimal kondisi dari proses yang dapat

ditoleransikan dan kriteria keberhasilan yang

dapat diterima dari apa yang dilakukannya (the

minimal acceptable performance).

5.Memiliki daya (motivasi) dan citra (aspirasi)

unggulan dalam melakukan tugas pekerjaannnya.

Bukan sekedar puas dengan memadai persyaratan

minimal, melainkan berusaha mencapai yang sebaik

mungkin (profesiencies).

6.Memiliki kewenangan (otoritas) yang memancar atas

penguasaan perangkat kompetensinya yang dalam

batas tertentu dapat didemonstrasikan (observable)

dan teruji (masureble), sehingga memungkinkan

memperoleh pengakuan pihak berwenang (certifiable).

Menurut Mulyasa (2003) dalam Hawi (2013),

Kompetensi juga merupakan perpaduan dari

pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang

direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan

bertindak. Kompetensi juga dapat diartikan sebagai

kemampuan, dalam hal ini guru juga harus memiliki

kemampuan tersendiri, guna mencapai harapan yang

kita cita-citakan dalam melaksanakan pendidikan pada

umumnya dan proses belajar mengajar pada khususnya.

Pemaknaan kompetensi dari sudut istilah mencakup

beragam aspek, tidak saja terkait dengan fisik dan

mental, tetapi aspek dan spiritual. Menurut Mulyasa

dalam Musfah (2011), “kompetensi guru merupakan

perpaduan antar kemampuan personal, keilmuan,

teknologi, sosial dan spiritual yang secara kafah

membentuk kompetensi standar profesi guru, yang

mencakup penguasan materi, pemahaman terhadap

peserta didik, pembelajaran yang mendidik,

pengembangan pribadi dan profesionalitas” (Musfah,

2011).

Dalam suatu profesi, kemampuan melaksanakan tugas

dari keahlian yang menjadi tanggung jawabnya

merupakan syarat utama. Kemampuan dasar itulah yang

dinamakan kompetensi. Kompetensi adalah kewenangan

(kekuasaan) untuk menentukan (memutuskan) sesuatu”.

Seseorang yang melaksanakan suatu pekerjaan

mempunyai kewenangan untuk membuat sebuah keputusan.

Pada pekerjaan profesi kewenangan untuk mengambil

keputusan dimiliki oleh orang yang mempunyai profesi

tersebut. Setiap profesi harus diikuti oleh

kompetensi bagi pemiliknya, sehingga pekerjaan

tersebut mempunyai arti dalam penerapannya (Hidayat,

2008).

Kompetensi terkait dengan kemampuan beradaptasi

terhadap lingkungan kerja baru, di mana seseorang

dapat menjalankan tugasnya dengan baik berdasarkan

kemampuan yang dimilikinya. Debling (1995) dalam

Musfah (2011) menulis, “competence is a board concept which

embodies the ability to transfer skills and knowledge to new situations

within the occupational”.

Definisi lain tentang kompetensi adalah

sebagaimana diungkapkan Richard J. Mirabile, yaitu:

competency is knowledge skill, ability or characteristic associated

with high performance an a job. Some definition of competency

include motives, beliefs and values. Dalam hal ini kompetensi

diartikan sebagai pengetahuan, ketrampilan,

kemampuan atau ciri-ciri yang dihubungkan dengan

pengabdian yang tinggi dalam suatu pekerjaan.

Beberapa definisi kompetensi mencakup motivasi,

kepercayaan dan beberapa nilai (Nellyhiday, 2006).

Pengertian lainya tentang kompetensi merujuk pada

hasil kerja (out put), individu maupun kelompok.

Kompetensi berarti kemampuan mewujudkan sesuatu

sesuai dengan tugas yang diberikan kepada seseorang.

Kompetensi berkiatan erat dengan standar. Seseorang

disebut kompeten dalam bidangnya jika pengetahuan,

keterampilan dan sikapnya, serta hasil kerjanya

sesuai standar (ukuran) yang ditetapkan dan diakui

oleh lembaganya atau pemerintahan. Di sisi lain,

kompetensi merupakan tugas khusus yang berarti hanya

dapat dilakukan oleh orang-orang spesial atau

tertentu, artinya tidak dapat sembarang orang dapat

melakukan tugas tersebut (Musfah, 2011).

Kompetensi tidak hanya terkait dengan kesuksesan

seseorang dalam menjalankan tugasnya, tetapi apakah

ia juga berhasil bekerja sama dalam sebuah tim,

sehingga tujuan lembaganya tercapai sesuai harapan.

Kenezevich (1984) dalam Musfah (2011) berpendapat

bahwa, “kompetensi adalah kemampuan untuk mencapai

tujuan organisasi”. Tugas individu dalam sebuah

lembaga, jelas berbeda dengan pencapaian tujuan

lembaga, meskipun ia pasti sangat berkaitan. Tujuan

lembaga hanya mungkin tercapai ketika individu dalam

lembaga itu bekerja sebagai tim sesuai standar yang

ditetapkan.

Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa

kompetensi merupakan kemampuan seseorang yang

meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap yang

dapat diwujudkan dalam hasil kerja nyata yang

bermanfaat bagi diri dan lingkungannya.

Kompetensi itu sendiri merupakan perwujudan dari

keterampilan hidup yang harus dikuasi oleh peserta

didik. Pada tingkat nasional dikembangkan kompetensi

untuk setiap jenjang dan jenis pendidikan dan

berdasarkan itu kemudian dikembangkan kurikulum yang

disesuaikan dengan kondisi setempat. Dalam

pendekatan ini setiap daerah dan satuan pendidikan

mempunyai peluang yang lebih besar untuk

mengembangkan kurikulum beserta strategi

pembelajarannya yang disesuaikan dengan kondisi

setempat (Isjoni, 2009).

Tugas dan tanggung jawab profesi guru erat

kaitanya dengan kemampuan-kemampuan yang

diisyaratkan untuk memangku profesi tersebut.

Kemampuan dasar tersebut tidak lain ialah kompetensi

guru.

2.3 Pengertian Mengajar

Definisi yang baik untuk mengajar, menurut J.

Mursell (1980: 10) dalam Oviyanti (2009) adalah

mengorganisasi pelajaran untuk memperoleh hasil-

hasil yang otentik. Sementara Pupuh Fathurrohman

mengutip Bohar Suharto (2007) dalam Oviyanti (2009)

mendefinisikan mengajar sebagai suatu aktivitas

mengorganisasi atau mengatur (mengelola) lingkungan

agar tercipta suasana yang sebaik-baiknya dan

menghubungkannya dengan peserta didik, sehingga

terjadi proses belajar yang menyenangkan.

Mengajar (teaching) memiliki banyak pengertian,

mulai dari pengertian yang sudah lama (tradisional)

sampai pada pengertian mutakhir. Dalam konsep

tradisional, mengajar memang masih di anggap sebagai

suatu kegiatan penyampaian ilmu pengetahuan.

Berdasarkan konsep tradisional di atas, mengajar

cenderung menempatkan anak didik sebagai obyek

pembelajaran dan guru sebagi subyeknya. Rumusan

seperti ini membawa konsekuensi terhadap kurang

bermaknanya kedudukan anak didik dalam proses

pembelajaran, sedangkan guru menjadi faktor yang

sangat dominan dalam keseluruhan proses belajar

mengajar. Sedangkan menurut pengertian mutakhir,

mengajar adalah menciptakan sistem lingkungan yang

memungkinkan terjadinya proses belajar. Sistem

lingkungan ini terdiri dari komponen-komponen yang

saling mempengaruhi, yaitu tujuan pembelajaran,

materi, pelajaran, guru, siswa, kegiatan belajar

mengajar serta sarana dan prasarana belajar yang

tersedia. Pendekatan mutakhir melihat bahwa dalam

kegiatan belajar mengajar, guru dan anak didik

menempati posisi yang setara, tetapi berbeda dari

segi fungsi. Jika dalam konsep tradisional anak

didik menempati posisi obyek sebagai dalam

pembelajaran, maka dalam konsep baru posisi anak

didik sebagai subyek atau inti pembelajaran. Proses

pembelajaran yang mengesampingkan anak didik justru

dipandang dunia moderm sebagi sikap yang tidak

manusiawi (Oviyanti, 2009).

Ada yang menarik dari kedua pendapat di atas.

Kendati terdapat perbedaan dalam mendefinisikan

mengajar, tetapi ada satu hal yang sama, yaitu

keduanya sama-sama berpendapat bahwa inti dari

mengajar adalah “mengorganisasi, mengelola,

mengatur”, pertama mengorganisasi pelajaran, kedua

mengorganisasi lingkungan belajar (Oviyanti, 2009).

Inti pengertian mengajar (tradisonal maupun

mutakhir) keduanya sama yaitu untuk mengubah

perilaku siswa, yakni dimiliki dan terkembangkannya

pengetahuan atau wawasan berfikir, sikap, kebiasaan,

dan keterampilan atau kecakapan atau yang lebih

popular perubahan berkenaan dengan pengetahuan,

sikap dan keterampilan. Perbedaanya terletak pada

proses upaya merubah tingkah laku tersebut (Anonim,

2013).

Secara deskriptif mengajar diartikan sebagai

proses menyampaikan informasi atau pengetahuan dari

guru, dosen, instruktur atau widyaiswara kepada

siswa. Merujuk pada pengertian mengajar tersebut,

inti dari mengajar adalah proses menyampaikan

(transfer) atau memindahkan. Memang dalam mengajar ada

unsur menyampaikan atau transfer dari guru, dosen,

instruktur atau widyaiswara kepada siswa. Akan

tetapi pengertian memindahkan tersebut bukan seperti

seorang memindahkan air minum dari satu cangkir ke

cangkir yang lain. Air yang dipindahkan dari satu

cangkir ke cangkir yang lain volumenya akan tetap

sama bahkan karena mungkin terjadi proses penguapan,

maka volume air yang dipindahkan itu akan semakin

berkurang (menyusut) dari keadaan sebelumnya. Oleh

karena itu mengajar yang diartikan proses

menyampaikan (transfer), maknanya adalah

“menyebarluaskan, memperkaya” pengalaman belajar

siswa sehingga dapat mengembangkan potensi siswa

secara maksimal (Anonim, 2013).

Mengajar berarti menyampaikan atau menularkan

pengetahuan dan pandangan. Dalam hal itu baik murid

maupun pengajar harus mengerti bahan yang akan

dibicarakan. Dengan kata lain dalam kegiatan

mengajar itu harus terjadi suatu proses belajar.

Pengajar harus mengusahakan agar proses belajar itu

terjadi. Namun bilamana pengajar tidak mengerti

tentang proses belajar, tentu tidak akan dapat

mengusahakan terjadinya proses tersebut

(Rooijakkers, 2010).

Gambaran (mengajar) secara profesi sedikit berbeda

dari yang kita kenal. Mengajar merupakan profesi

yang bayak dikenal yang praktiknya bagi semua yang

ingin berjuang untuk mencapai tujuannya dan

menguasai persyaratan untuk mencapai praktik yang

kompeten. Mengajar adalah profesi yang mempercayai

bahwa semua orang sederajat karena praktisinya

menggunakan keahlian dan spesialisasi bukan sebagai

instrument dari status dan kekuasaan tetapi sebagai

sumber data bersama bagi kelompok. Mengajar adalah

profesi yang menuntut karena mensyaratkan latihan

berpikir tentang pengetahuan dan keahlian, sekaligus

secara intens terlibat dalam kehidupan murid yang

mungkin kurang beruntung, mengajar adalah haruslah

profesi yang berbeda dari apapun yang kita sadari

dengan segera. Berpikir tentang mengajar sebagai

tanggung jawab moral mendasar (Case, 2009).

Menurut Saud (2010) dalam Anonim (2013), mengajar

lebih sering dimaknai sebagai perbuatan yang

kompleks, yaitu penggunaan secara integratif

sejumlah keterampilan untuk menyampaikan pesan.

Pengintegrasian keterampilan-keterampilan yang

dimaksud dilandasi oleh seperangkat teori dan

diarahkan oleh suatu wawasan. Sedangkan aplikasinya

secara unik dalam arti secara simultan dipengaruhi

oleh semua komponen belajar mengajar. Komponen yang

dimaksud yaitu tujuan yang ingin dicapai, pesan yang

ingin disampaikan, subjek didik, fasilitas dan

lingkungan belajar, serta yang tidak kalah

pentingnya keterampilan, kebiasaan serta wawasan

tentang diri dan misi seorang guru sebagai pendidik.

Dengan kata lain, mengajar merupakan suatu

aktivitas atau kegiatan yang harus melibatkan anak

didik sebagai subyek pembelajaran. Mengajar tidak

hanya aktivitas guru untuk menyampaikan bahan

pelajaran kepada anak didik, tetapi mengajar juga

meliputi aktivitas guru dalam mengorganisasi

lingkungan pembelajaran, agar tercipta suasana yang

kondusif untuk belajar (Oviyanti, 2009).

Istilah belajar dan mengajar adalah dua peristiwa

yang saling berhubungan dan saling menunjang satu

sama lain. Beberapa rumusan pengertian mengajar

dalam Oemar Hamalik (2011), diantaranya :

1. Mengajar adalah upaya untuk menyampaikan

pengetahuan kepada peserta didik atau siswa

disekolah. Rumusan ini sesuai dengan pendapat

dalam teori pendidikan yang mementingkan mata

ajaran yang harus dipelajari oleh peserta

didik.

2. Mengajar adalah mewariskan kebudayaan kepada

generasi muda melalui lembaga pendidikan

sekolah. Peserta didik diajar agar memilki

kemampuan dan kepribadian sesuai dengan

kehidupan budaya masyarakat itu. Mereka harus

mampu memanfaatkan teknologi sebagai aspek dari

kebudayaan, untuk kehidupannya, serta mampu

mengadakan penemuan-penemuan baru,

mengembangkan kebudayaan yang telah ada.

3. Pembelajaran adalah upaya mengoganisasikan

lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar

bagi peserta didik. Perumusan ini sesuai dengan

pendapat dari Mc. Donald, yang mengemukakan

“Educational, in the sense used here, is a process or an activity

which is directed at producing desirable changes in the behavior

or human beings (Mc.Donald, 1959)” artinya

pendidikan adalah suatu proses atau kegiatan

yang bertujuan menghasilkan perubahan tingkah

laku.

4. Pembelajaran adalah upaya mempersiapkan peseta

didik untuk menjadi warga masyarakat yang baik.

Rumusan ini berorientasi kepada kebutuhan dan

tuntutan masyarakat yang dilakukan dengan cara

menyediakan kesempatan berkerja, mencari

pengalaman yang praktis, dan memupuk

keterampilan jasmani-rohani.

5. Pembelajaran adalah suatu proses membantu siswa

menghadapi kehidupan masyarakat sehari-hari

sekolah berfungsi untuk mempersiapkan siswa

untuk menghadapi berbagai masalah dalam

kehidupan sehari-hari dalam lingkungannya di

rumah dan di masyarakat.

2.4 Pengertian Pembinaan Kompetensi Mengajar

Pembinaan kompetensi guru merupakan proses

perubahan kemampuan professional guru secara

bertahap kearah yang lebih baik untuk terciptanya

suatu kesempurnaan. Pengembangan kompetensi guru

merupakan bagian dari kegiatan peningkatan tenaga

kependidikan (Rohim, 2011).

Kompetensi profesional guru adalah kemampuan dan

keahlian khusus dalam bidang keguruan yang dimiliki

guru sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya

sebagai guru dapat membimbing peserta didik memenuhi

standar kompetensi pendidikan nasional (Rohim,

2011).

Dalam proses pengajaran guru sangat dibutuhkan

untuk membimbing, mengarahkan dan memberikan sesuatu

yang berguna bagi peserta didik. Keberadaan guru

amatlah penting dalam proses belajar mengajar, di

mana guru merupakan salah satu komponen yang sangat

berperan dalam mengantarkan siswa-siswinya pada

tujuan pendidikan yang telah ditentukan. Dalam

proses belajar mengajar guru dituntut memiliki

kompetensi profesional. Karena itu di dalam proses

belajar mengajar guru sebagai pengajar, dan siswa

sebagai subyek belajar, dituntut adanya profil

kualitas tertentu dalam hal pengetahuan, kemampuan

sikap dan tata nilai serta sifat-sifat pribadi, agar

proses itu dapat berlangsung dengan efektif dan

efisien (Nellyhiday, 2006).

Kunandar (2009) dalam Anonim (2013) menambahkan

terdapat empat kompetensi yang harus dimiliki guru

sebagai tenaga profesional. Pertama, memiliki

pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku

manusia. Kedua, mempunyai sifat yang tepat tentang

diri sendiri, sekolah, rekan sejawat, dan bidang

studi yang dibinanya. Ketiga, menguasai bidang studi

yang diajarkan. Keempat, mempunyai keterampilan

mengajar. Keterampilan mengajar adalah sejumlah

kompetensi guru yang menampilkan kinerjanya secara

profesional. Keterampilan mengajar ini menunjukkan

bagaimana guru memperlihatkan perilakunya selama

interaksi belajar mengajar berlangsung.

Kompetensi dasar mengajar dalam makalah ini lebih

dimaksudkan sebagai pengetahuan dasar pembelajaran

yang perlu dipahami seorang tenaga pendidik. Sebagai

sebuah kemampuan minimal, maka seorang tenaga

pendidik harus mampu melakukan inovasi dan

kreatifitas dalam pembelajaran. Semangat terus

belajar dan menambah wawasan tentang kependidikan

harus dilakukan seorang tenaga pendidik (Anonim,

2013).

Dengan adanya pembinaan, maka tujuan yang hendak

dicapai yaitu untuk memperbaiki efektifitas kerja

seorang guru dalam mencapai hasil yang telah

ditetapkan. Sehingga proses belajar mengajar dapat

berjalan dengan baik, dan guru tersebut dapat

menjadi seorang yang profesional dalam melaksanakan

tugasnya. Sekolah dituntut untuk meningkatkan

kualitas sumber daya tenaga kependidikan yang

tersedia sehingga dapat meningkatkan kualitas proses

pendidikan itu sendiri (Rohim, 2011).

Tingkat kualitas kompetensi profesi seseorang itu

tergantung kepada tingkat penguasaan kompetensi

kinerja (performance competence) sebagai ujung tombak

serta tingkat kemantapan penguasaan kompetensi

kepribadian (Values and attitudes competencies) sebagai

landasan dasarnya, maka implikasinya ialah bahwa

dalam upaya pengembangan profesi dan perilaku guru

itu keduanya (aspek kinerja dan kepribadian) yang

diindahkan keterpaduannya secara proporsional.

Lieberman (1956) dalam Mudlofir (2012), menunjukkan

salah satu esensi dari suatu profesi itu adalah

pengabdian (the service to be rendered) kepada umat manusia

sesuai dengan keahliannya. Karena itu betapa

pentingnya upaya pembinaan aspek keribadian

(inklusif pembinaan sikap dan nilai) sebagai sumber

dan landasan tumbuh-kembangnya jiwa dan semangat

pengabdian termaksud. Dengan demikian, maka

identitas dan jati diri seorang tenaga kependidikan

yang profesional pada dasarnya akan ditandai oleh

tercapainya tingkat kematangan kepribadian yang

mantap dalam menampilkan kinerja profesinya yang

prima dengan penuh semangat pengabdian bagi

kemaslahatan umat manusia sesuai dengan bidang

keahliannya.

Dari beberapa penjelasan diatas maka pembinaan

kompetensi mengajar adalah suatu serangkaian usaha

bantuan kepada guru, terutama bantuan yang berwujud

layanan professional untuk meningkatkan kemampuan,

pengetahuan, perilaku, dan keterampilan yang

dimiliki guru dalam melaksanakan kewajiban-

kewajiban serta bertanggunng jawab dan layak

mengajar dalam proses pembelajaran untuk mencapai

tujuan pembelajaran dan pendidikan.

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari makalah tentang pengertian

pembinaan kompetensi mengajar adalah :

1. Pembinaan adalah serangkaian bantuan yang

diberikan oleh orang yang lebih ahli kepada guru

dengan tujuan agar dapat meningkatkan kualitas

proses dan hasil belajar sehingga tujuan

pendidikan yang telah direncanakan dapat tercapai.

2. Kompetensi merupakan kemampuan seseorang yang

meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap yang

dapat diwujudkan dalam hasil kerja nyata yang

bermanfaat bagi diri dan lingkungannya.

3. Mengajar berarti menyampaikan atau menularkan

pengetahuan dan pandangan.

4. Pembinaan kompetensi mengajar adalah suatu

serangkaian usaha bantuan kepada guru, terutama

bantuan yang berwujud layanan professional untuk

meningkatkan kemampuan, pengetahuan, perilaku, dan

keterampilan yang dimiliki guru dalam

melaksanakan kewajiban-kewajiban serta

bertanggunng jawab dan layak mengajar dalam proses

pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran

dan pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013. Kajian Teoritis Keterampilan Mengajar. Website:http://eprints. ung.ac.id/2223/6/2013-1-86204-131409106-bab2-31072013092339.pdf.

Case, Kay A.Norlander, dkk. 2009. Guru Profesional.Jakarta: Indeks.

Daradjat, Zakiyah. 1976. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: BulanBintang.

Faster, Bill & Seeker K.R. 1997. Pembinaan UntukMeningkatkan Kinerja Karyawan. Jakarta: Ppm.

Hamalik, Oemar. 2011. Kurikulum Dan Pengajaran. Jakarta:Bumi Aksara.

Hawi, Akmal. 2013. Kompetensi Guru PAI. Jakarta: RajawaliPers.

Hidayat, Taufik. 2008. Hubungan Pembinaan KompetensiDengan Kedisiplinan Guru Smp Negeri KabupatenKutai Timur. Website: http://ufixnet. wordpress.com/2008/05/25.pdf

Imron, Ali. 1995. Pembinaan Guru di Indonesia. Jakarta:Pustaka Jaya,

Isjoni. 2009. Guru Sebagai Motivator Perubahan. Jakarta:Pustaka Belajar.

Mudlofir, Ali. 2012. Pendidik Profesional. Jakarta:Rajawali Press.

Musfah, Jejen. 2011. Peningkatan Kompetensi Guru. Jakarta:Kencana.

Nellyhiday. 2006. Upaya Peningkatan Kompetensi Profesiona GuruPai. Website:http://library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/20/jtptiain-gdl-s1-2006-nellyhiday-987-BAB2_310-3.pdf

Oviyanti, Fitri. 2009. Pengelolaan Pengajaran. Palembang:Rafah Press.

Rahman, Arif. 2009. Pembinaan professional Guru SMK (KajianKualitatif pada SMK di Bandung). Website: JurnalTabularasa PPS Unimed-Artickle-24423.arif.pdf

Rohim, Abdul. 2011. Pembinaan Kompetensi Profesional Guru diSMP Cipondoh Tanggerang. Website: PembinaanKompetensi Mengajar.pdf.

Rooijakkers, Ad. 1991. Mengajar Dengan Sukses Petunjuk UntukMerencanakan Dan Menyampaikan Pengajaran. Jakarta: PTGramedia Widiasarana Indonesia.

Satori, Djam’an, dkk. 2008. Profesi Keguruan. Jakarta:Universitas Terbuka.