pembinaan tenaga kependidikan
TRANSCRIPT
1
MAKALAH
PROFESI PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
“PEMBINAAN TENAGA KEPENDIDIKAN: JENJANG KARIR”
Makalah ini ditujukan untuk melengkapi tugas kelompok PPTK.
Disusun oleh :
KELOMPOK 10
PANDU ARY PRABOWO (4115142407)
NURUL SHABRINA (4115143735)
NUR SITI KHADIJAH (4115142422)
ARYNTA MARISSAULY (4115143738)
PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2015
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Swt. Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas
rahmat dan hidayah-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah tentang
“Pembinaan Tenaga Kependidikan: Jenjang Karir”. Makalah ini ditujukan untuk
melengkapi tugas kelompok mata kuliah Profesi Pendidik dan Tenaga
Kependidikan di Univeritas Negeri Jakarta tahun 2015. Makalah ini berisi tentang
segala hal yang menyangkut Tenaga Kependidikan, Pembinaan Tenaga
Kependidikan, serta Pembinaan Tenaga Kependidikan dengan Sistem Karier.
Penulis berharap dengan adanya makalah ini penulis dapat mengetahui
pengelolaan tenaga pendidik dan kependidikan, tujuan pengelolaan tenaga
pendidik dan kependidikan, prinsip dalam penyelanggaraan pembinaan tenaga
kependidikan, cara-cara pembinaan profesionalisme tenaga kependidikan, serta
strategi pembinaan tenaga kependidikan.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu penyusunan makalah ini hingga selesai tepat pada waktunya. Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karenanya
penulis membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun serta harap
memaklumi apabila ada segala kekurangan tersebut.
Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis
selaku tim penyusun dan bagi semua pihak yang akan mendapatkan informasi
serta memperluas wawasan setelah membaca makalah ini.
Jakarta, November 2015
Penyusun
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam rangka perkembangan organisasi dari waktu ke waktu di berbagai
negara memunculkan kesepakatan bahwa sumber daya manusia merupakan aspek
yang sangat penting, karena kontribusi sumber daya manusia dinilai sangat
signifikan dalam pencapaian tujuan organisasi. Dalam rangka pencapaian tujuan
organisasi melalui pengelolaan sumber daya manusia yang dimiliki secara tepat
dan relevan maka aktivitas yang berkenaan dengan manajemen sumber daya
manusia menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari dinamika suatu organisasi.
Mengacu pada era globalisasi yang menuntut keunggulan bersaing dari
setiap organisasi, persaingan global telah meningkatkan standar kinerja dalam
berbagai dimensi, meliputi kualitas, biaya dan operasionalisasi yang lancar.
Penting pula pengembangan lanjut dari organisasi dan para pegawainya. Dengan
menerima tantangan yang ditimbulkan dari standar yang makin meningkat ini,
organisasi yang efektif bersedia melakukan hal-hal penting untuk dapat bertahan
dan meningkatkan kemampuan strategis. Hanya dengan mengantisipasi tantangan
ini, organisasi dapat meningkatkan kemampuannya dan para pegawai dapat
mempertajam keahlian mereka.
Dalam sistem pendidikan nasional, organisasi yang bergerak dalam sistem
tersebut merupakan sub sistem yang memiliki sumber daya manusia yang perlu
dikelola secara tepat. Secara nyata mereka adalah para tenaga kependidikan yang
memiliki peran sangat penting dalam mewujudkan tujuan organisasi pendidikan
yang pada gilirannya memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pencapaian
tujuan pendidikan nasional.
Sistem pendidikan di Indonesia dengan berbagai lembaga yang
menyertainya ibarat membicarakan gelombang air laut yang tiada hentinya.
4
Pengibaratan ini tidaklah berlebihan karena banyak hal yang bisa ditinjau di
dalamnya serta banyak pula persoalan yang membutuhkan upaya-upaya untuk
memecahkan permasalahan pendidikan tersebut. Salah satu aspek yang terdapat
dalam sistem pendidikan adalah tenaga pendidik dan kependidikan.
Tenaga pendidik dan kependidikan dalam proses pendidikan
memegang peranan penting terutama dalam upaya membentuk karakter bangsa
melalui pengembangan kepribadian dan nilai-nilai yang hendak dicapai.
Dipandang dari dimensi pembelajaran, peranan pendidik terhadap masyarakat
Indonesia tetap dominan sekalipun teknologi yang ada saat ini sudah sedemikian
canggihnya. Hal ini disebabkan karena ada dimensi-dimensi proses pendidikan
dan pembelajaran, yang diperankan oleh pendidik yang tidak dapat digantikan
oleh teknologi. Fungsi mereka tidak akan bisa seluruhnya dihilangkan sebagai
pendidik dan pengajar bagi peserta didiknya. Begitu pun dengan tenaga
kependidikan, mereka bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan,
pengembangan, pengawasan, dan pelayanan teknis untuk menunjang proses
pendidikan pada satuan pendidikan.
Sehubungan dengan tuntutan ke arah profesionalisme tenaga pendidik dan
kependidikan, maka sekarang ini sedang digalakkan program peningkatan mutu
pendidikan pada setiap jenis dan jenjang pendidikan yang telah menjadi komitmen
nasional. Di samping itu, untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan suatu
manajemen tenaga kependidikan yang diharapkan mampu meningkatkan kualitas
sistem pendidikan yang lebih maju.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan tenaga kependidikan?
2. Apa yang dimaksud dengan karier?
3. Apa yang dimaksud pengelolaan tenaga pendidik dan kependidikan?
4. Apa tujuan pengelolaan tenaga pendidik dan kependidikan?
5
5. Apa yang dimaksud dengan pembinaan dan profesionalisme tenaga
kependidikan?
6. Apa prinsip dalam penyelanggaraan pembinaan tenaga kependidikan?
7. Bagaimanakah proses pembinaan dan pengembangan tenaga
kependidikan?
8. Bagaimanakah cara-cara pembinaan profesionalisme?
9. Bagaimanakah strategi pembinaan kependidikan?
10. Bagaimanakah sistem pembinaan tenaga kependidikan?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila
2. Mengetahui pengertian tenaga kependidikan
3. Mengetahui pengertian karier
4. Mengetahui definisi pengelolaan tenaga pendidik dan kependidikan
5. Mengetahui tujuan pengelolaan tenaga pendidik dan kependidikan
6. Mengetahui definisi pembinaan dan profesionalisme tenaga kependidikan
7. Mengetahui prinsip-prinsip dalam penyelanggaraan pembinaan tenaga
kependidikan
8. Memahami proses pembinaan dan pengembangan tenaga kependidikan
9. Memahami cara-cara pembinaan profesionalisme
10. Memahami strategi pembinaan tenaga kependidikan
11. Memahami sistem pembinaan tenaga kependidikan
6
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Tenaga Kependidikan
Dalam masyarakat, tenaga kependidikan masih dianggap mempunyai dua
arti yaitu guru yang ada dalam masyarakat (informal) seperti guru mengaji, ustadz
maupun orang tertua atau disegani dalam masyarakat tersebut. Yang kedua yaitu
tenaga kependidikan formal yaitu guru yang ada dalam sekolah-sekolah. Namun
peran guru disini tidak hanya di sekolah saja tetapi juga di lingkungan
masyarakatnya sehari-hari.
Tenaga kependidikan berbeda dengan tenaga personil (tenaga lembaga
pendidikan). Lembaga pendidikan merupakan organisasi pelaksana pendidikan
dan pengelola penyelenggara pendidikan. Tenaga pendidikan termasuk personil
yang ada di dalam lembaga pendidikan, tetapi tidak semua personil yang ada di
dalam lembaga pendidikan dapat disebut tenaga pendidikan. Tenaga kependidikan
adalah tenaga- tenaga (personil) yang berkecimpung di dalam lembaga atau
organisasi pendidikan yang memiliki wawasan pendidikan (memahami falsafah
dan ilmu pendidikan), dan melakukan kegiatan pelaksanaan pendidikan (mikro
atau makro) atau penyelenggaraan pendidikan.
Menurut UUSPN No. 20 Tahun 2003 khususnya Bab I Pasal 1 ayat (5)
menyebutkan bahwa tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang
mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan.
Dimana tenaga kependidikan tersebut memenuhi syarat yang ditentukan oleh
undang-uandang yang berlaku, diangkat oleh pejabat yang berwenang, diserahi
tugas dalam suatu jabatan dan digaji pula menurut aturan yang berlaku.
7
2.2 Pengertian Karir
Sebagian orang menganggap karir (career) sebagai promosi di dalam
organisasi. Kata “karir” dapat dipandang dari beberapa perspektif yang berbeda.
Dari satu perspektif, karir merupakan urut-urutan posisi yang diduduki oleh
seseorang selama masa hidupnya yang obyektif. Ini merupakan karir yang
obyektif. Meskipun demikian, dari perspektif lainnya karir terdiri atas perubahan
nilai-nilai, sikap, dan motivasi yang terjadi karena seseorang semakin menjadi tua.
Ini merupakan karir yang subyektif. Kedua perspektif tersebut, obyektif dan
subyektif, terfokus pada individu. Kedua perspektif tadi menganggap bahwa
orang memiliki beberapa tingkat pengendalian terhadap nasib mereka, sehingga
mereka dapat mengubah peluang untuk memaksimalkan keberhasilan dan
kepuasan yang berasal dari karir mereka.
Lain halnya dengan Soeprihanto, menurutnya karir adalah menunjukkan
perkembangan para karyawan secara individu dalam jenjang jabatan/kepangkatan
yang dapat dicapai selama masa kerja dalam suatu organisasi. Dalam hal ini
pengertian karir tidak hanya terfokus pada individu melainkan juga organisasi.
Dengan demikian lebih lanjut pendapat-pendapat tersebut mengasumsikan
bahwa aktivitas sumber daya manusia haruslah mengenali tahap karir, dan
membantu para karyawan dengan tugas-tugas pengembangan yang mereka hadapi
disetiap tahap karir. Dalam hal ini perencanaan karir sangat penting karena
konsekuensi keberhasilan atau kegagalan karir terkait erat dengan konsep diri,
identitas, dan kepuasan setiap individu terhadap karir dan kehidupannya.
8
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengelolaan Tenaga Pendidik dan Kependidikan
Pengelolaan tenaga pendidik dan kependidikan merupakan proses
pengelolaan sumber daya manusia yang potensial serta berperan dalam
mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Diantara tenaga pendidik dan
kependidikan ini meliputi guru, dosen, kepala sekolah, rector, staf tata usaha dan
staf-staf lainnya. Pengelolaan tenaga pendidik dan kependidikan adalah
mekanisme pengelolaan yang harus dilakukan secara menyeluruh dan
berkesinambungan mulai dari tenaga pendidik dan kependidikan melalui proses
perencanaan sumber daya manusia, perekrutan, seleksi, penempatan, pemberian
kompensasi, penghargaan, pembinaan dan latihan/pengembangan, dan
pemberhentian.
Semua itu dilakukan untuk membentuk dan menghasilkan tenaga pendidik
dan kependidikan yang berkualitas sesuai dengan bidangnya masing-masing.
Suatu organisasi pendidikan seperti sekolah berhak memilih dan melakukan
seleksi untuk menerima tenaga pendidik daan kependidikannya. Hal ini
dimaksudkan agar sekolah bias lebih baik dan berkualitas sehinga siswa sebagai
inputnya bisa berkualitas pula.
3.2 Tujuan Pengelolaan Tenaga Pendidik dan Kependidikan
Tujuan pengelolaan tenaga pendidik dan kependidikan berbeda dengan
sistem manajerial sumber daya manusia pada konteks bisnis. Di dunia pendidikan
tujuan pengelolaan SDM lebih mengarah kepada pembangunan pendidikan yang
9
bermutu, membentuk SDM yang hamdal, produktif, kreatif, berprestasi. Tujuan
dari pengelolaan tenaga pendidik dan kependidikan secara umum adalah :
1) Memungkinkan lembaga pendidikan mendapatkan dan
mempertahankan tenaga kerja yang handal, loyal, serta memiliki
dedikasi yang timggi terhadap pendidikan.
2) Meningkatkan dan memperbaiki kapasitas yang dimiliki oleh
karyawan.
3) Mengembangkan system kerja dengan kinerja tinggi.
4) Menciptakan iklim kerja yang harmonis.
3.3 Aktivitas Pengelolaan Tenaga Pendidik dan Kependidikan
1. Perencanaan. Perencanaan pengelolaan tenaga pendidik dan kependidikan
adalah pengembangan strategi dan penyusunan tenaga pendidik dan
kependidikan yang komprehensif guna memenuhi kebutuhan organisasi di
masa depan. Perencanaan SDM merupakan langkah awal dari pelaksanaan
fungsi pengelolaan SDM. Merujuk pada teori perencanaan SDM, maka ada
beberapa metode yang dipakai dalam merencanakan SDM, dian taranya
adalah :
a) Metode tradisional : metode ini memperhatikan jumlah tenaga kerja serta
jenis dan tingkat keterampilan dalam organisasi.
b) Metode perencanaan terintegrasi : perencanaan berpusat pada visi statejik.
Visi tersebut dijadikan standar
pencapaian.
2. Pengadaan tenaga pendidik dan kependidikan Pengadaan/rekruitmen.
Pengadaan adalah suatu proses kegiatan mengusahakan calon pedidik yang
tepat sesuai dengan persyaratan yang telah ada ditetapkan dalam klasifikasi
jabatan. Berikut ini adalah langkah-langkah dalam proses pengadaan sebagai
kelanjutan perencanaan tenaga kependidikan:
10
a) Menyebarluaskan pengumuman tentang kebutuhan tenaga kependidikan
dalam berbagai jenis dan kualifikasi sebagaimana proses perencanaan
yang telah ditetapkan
b) Membuka pendaftaran bagi pelamar atau sesuai dengan persyaratan-
persyaratan yang ditetapkan baik persyaratan-persyaratan administratif
maupun persyaratan akademis
c) Menyelenggarakan pengujian berdasarkan standar seleksi dan dengan
menggunakan teknik-teknik seleksi atau cara-cara tertentu yang
dibutuhkan. Standar seleksi menyangkut umur, kesehatan fisik,
pendidikan, pengalaman, tujuan-tujuan, perangai, pengetahuan umm,
ketrampilan komunikasi, motivasi, minat, sikap, kesehatan mental,dsb.
3. Pengelolaan kinerja. Pengelolaan kinerja adalah suatu proses yang
berlangsung secara terus menerus dengan fungsi-fungsi manajerial kinerja.
Pengelolaan tenaga pendidik dan kependidikan meliputi :
a) Fungsi kinerja yang esensial yang diharapkan oleh tenaga pendidik dan
kependidikan.
b) Seberapa besar kontribusi pekerjaan pendidik dan kependidikan.
c) Bagaimana tenaga pendidik dan dinas bekerja sama untuk
mempertahankan, memperbaiki,maupun mengembangkan kinerja yang
sekarang.
d) Bagaimana prestasi kerja yang akan diukur.
e) Mengenali berbagai hambatan kerja dan menemukan penyelesaiannya.
Pengelolaan kinerja menjadi bagian yang penting dalam sebuah sistem
pendidikan, kulitas dari pendidikan tersebut akan ditentukan dari
bagaimana kualitas kinerja tenaga pendidik dan kependidikan yang
berperan langsung dalam proses pembelajaran. Berikut ini adalah
beberapa kriteria pengelolaan kinerja yang baik yaitu: 1) Relevance; 2)
Sensitivity; 3) Reliability; 4) Acceptability; 5) Practicability
11
3.4 Pembinaan dan Profesionalisme Tenaga Kependidikan
Salah satu definisi, pembinaan adalah suatu proses atau pengembangan
yang mencakup urutan–urutan pengertian, diawali dengan mendirikan,
menumbuhkan, memelihara pertumbuhan tersebut yang disertai usaha–usaha
perbaikan, menyempurnakan, dan mengembangkannya.
Dalam definisi tersebut secara implisit mengandung suatu interpretasi
bahwa pembinaan adalah segala usaha dan kegiatan mengenai perencanaan,
pengorganisasian, pembiayaan, koordinasi, pelaksanaan, dan pengawasan suatu
pekerjaan untuk mencapai tujuan dengan hasil yang maksimal. Untuk
menghindari bias kepentingan individu dengan kepentingan organisasi, maka
diperlukan pembinaan yang bermuatan suatu tugas, yakni meningkatkan disiplin
dan motivasi. Masyarakat mengartikan peningkatan kepedulian untuk turut
berpartisipasi dalam pembangunan sehingga pembinaan berfungsi untuk
meningkatkan rasa kebangsaan dan disiplin kerja yang tinggi untuk mencapai
tujuan pembangunan nasional.
Sedangkan profesionalisme merupakan kata benda yang berasal dari kata
sifat yang berarti profesional. Asal kata profesional adalah profesi, good’s
dictionary of education mendefinisikan profesionalisme sebagai suatu pekerjaan
yang meminta persiapan spesialisasi yang relatif lama di perguruan tinggi dan
dikuasai oleh suatu kode etik yang khusus.
Pembinaan atau pengembangan tenaga kependidikan merupakan usaha
mendayagunakan, memajukan dan meningkatkan produktivitas kerja setiap tenaga
kependidikan yang ada di seluruh tingkatan manajemen organisasi dan jenjang
pendidikan. Tujuan dari kegiatan pembianan ini adalah tumbuhnya kemampuan
setiap tenaga kependidikan yang meliputi pertumbuhan keilmuan, wawasan
berpikir, sikap terhadap pekerjaan dan keterampilan dalam pelaksanaan tugas
sehari-hari sehingga produktivitas kerja dapat ditingkatkan.
Pembinaan karier tenaga kependidikan meliputi kenaikan pangkat dan
jabatan berdasarkan prestasi kerja dan peningkatan disiplin. Pembinaan disini
12
adalah segala usaha untuk memajukan dan meningkatkan mutu, keahlian,
kemampuan, dan keterampilan, demi kelancaran pelaksanaan tugas pendidikan.
3.5 Prinsip dalam Penyelanggaraan Pembinaan Tenaga Kependidikan
Prinsip yang patut diperhatikan dalam penyelenggaraan pembinaan tenaga
kependidikan, yaitu:
a. Dilakukan untuk semua jenis tenaga kependidikan baik untuk tenaga
stuktural, tenaga fungsional maupun tenaga teknis penyelengara
pendidikan.
b. Berorientasi pada perubahan tingkah laku dalam rangka peningkatan
kemampuan profesional dan atau teknis untuk pelaksanaan tugas sehari-
hari sesuai dengan posisinya masing-masing.
c. Mendorong peningkatan kontribusi setiap individu terhadap organisasi
pendidikan atau sistem sekolah; dan menyediakan bentuk-bentuk
penghargaan, kesejateraan dan insentif sebagai imbalan guna menjamin
terpenuhinya secara optimal kebutuhan sosial ekonomis maupun
kebutuhan sosial-psikologi.
d. Mendidik dan melatih seseorang sebelum maupun sesudah menduduki
jabatan/posisi.
e. Dirancang untuk memenuhi tuntutan pertumbuhan dalam jabatan,
pengembangan profesi, pemecahan masalah, kegiatan remidial,
pemeliharaan motivasi kerja dan ketahanan organisasi pendidikan.
f. Pembinaan dan jenjang karir tenaga kependidikan disesuaikan dengan
kategori masing-masing jenis kependidikan itu sendiri.
13
3.6 Proses Pembinaan dan Pengembangan Tenaga Kependidikan
Menurut Hartati Sukirman (2000: 63) ditinjau dari sudut manajemen secara
umum, proses pembinaan dan pengembangan meliputi beberapa langkah yaitu:
1. Menganalisis kebutuhan.
Analisis kebutuhan dilakukan dengan cara mengidentifikasi
ketrampilan kinerja, menyusun program-program yang sesuai,
melaksanakan riset, dan meningkatkan kinerja.
2. Menyusun rancangan intruksional.
Rancangan intruksional meliputi sasaran, metode intruksional,
media, urutan dan gambaran mengenai materi pelatihan, yang
merupakan kurikulum bagi program pelatihan tersebut.
3. Mengesahkan program latihan.
Suatu program pelatihan harus memperoleh pertimbangan dan
persetujuan dari unsur instansi yang berwenang.
4. Tahap implementasi.
Tahap ini merupakan tahap pelaksanaan program pelatihan yang
menggunakan berbagai teknik pelatihan misalnya diskusi, loka
karya, dan seminar, dalam rangka penyampaian pengetahuan kepada
para peserta program pelatihan.
5. Tahap evaluasi dan tindak lanjut.
Pada tahap ini program pelatihan dinilai sejauhmana keberhasilannya
atau kegagalannya. Aspek yang perlu dievaluasi misalnya
kemampuan dan hasil belajar, reaksi peserta terhadap program
pelatihan, dan perilaku kinerja setelah mengikuti program pelatihan.
Dalam hal pengembangan tenaga kependidikan, banyak cara yang sudah
dikembangkan. Pengembangan ini dilaksanakan dengan:
1. Bimbingan berupa petunjuk yang diberikan kepada pegawai, pada waktu
melaksanakan tugasnya.
2. Latihan-latihan berupa intern dan ekstern.
3. Pendidikan formal
14
4. Promosi berupa pengangkatan jabatan ke yang lebih tinggi.
5. Penataran
6. Lokakarya atau workshop dan sebagainya.
Cara yang lebih populer adalah melalui penataran (inservice training) baik
dalam rangka penyegaran maupun dalam rangka peningkatan kemampuan tenaga
kependidikan. Cara-cara lainnya dapat dilakukan sendiri-sendiri (self propelling
growth) atau bersama-sama (collaborative effort), misalnya mengikuti kegiatan
atau kesempatan; ore-service training,on the job training, seminar, workshop,
diskusi panel, rapat-rapat, simposium, konferensi dan sebagainya.
3.7 Cara-Cara Pembinaan Profesionalisme Tenaga Kependidikan
Sebagaimana dijelaskan di atas bahwa pembinaan tenaga kependidikan
bertujuan untuk meningkatkan kinerja mereka dan harus dilakukan secara terus
menerus, sepanjang yang bersangkutan masih bekerja. Disamping itu, pembinaan
harus sesuai arahnya, harus sesuai dengan tugas/fungsi yang bersangkutan dalam
program sekolah. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk maksud itu, antara
lain :
1. Mengirim untuk Mengikuti Program Pendidikan atau Pelatihan.
Harus diakui bahwa secara umum kemampuan tenaga kependidikan di
Indonesia masih rendah, sehingga salah satu langkah pembinaannya adalah
mengirim untuk mengikuti program pendidikan dan atau pelatihan. Pendidikan
atau pelatihan dapat menyangkut peningkatan atau pendalaman materi dan atau
strategi pembelajaran, termasuk cara mengevaluasinya.
Program pendidikan sebaiknya diarahkan bagi mereka yang belum
memiliki tingkat pendidikan yang dipersyaratkan, misalnya masih banyak guru
SMA yang berlatar pendidikan D2 atau D3, sehingga perlu didorong untuk
mengikuti pendidikan S-1. Perlu diingatkan bahwa program S-1 yang diambil
harus diarahkan sesuai bidang studi/mata pelajaran yang dibina di sekolah. Hal itu
perlu ditekankan, karena masih banyak guru yang mengikuti pendidikan tetapi
15
tidak sesuai dengan bidang studi yang dibina sehingga kemanfaatan terhadap
peningkatan pembelajaran disekolah kurang optimal.
Mengingat jumlah guru yang belum memenuhi persyaratan pendidikan
masih cukup banyak, sementara kemampuan pemerintah sangat terbatas, maka
pola mengikuti pendidikan secara swadana perlu terus dikembangkan. Program
pelatihan sebenarnya cukup banyak tersedia bagi tenaga kependidikan. Disamping
yang disediakan (dibiayai) oleh Ditjen Dikdasmen, banyak pelatihan yang
dilaksanakan oleh perguruan tinggi sebagai kegiatan pengabdian pada masyarakat,
oleh lembaga-lembaga pelatihan, dan oleh lembaga masyarakat
Setelah staf selesai mengikuti pendidikan dan atau pelatihan, masih
diperlukan tindak lanjut di sekolah, agar mencapai tujuan pokoknya, yaitu
meningkatkan kinerja yang bersangkutan. Pertama mendisminasikan dan
keterampilan yang diperoleh kepada teman lain. Kegiatan disminasi bertujuan
agar hasil pendidikan atau pelatihan tertular kepada rekan sejawat, sehingga
menimbulkan manfaat berantai, sekaligus menciptakan kesatuan bahasa untuk
penerapannya. Kedua mendorong yang bersangkutan untuk menerapkan
pengetahuan dan keterampilan tersebut di dalam pelaksanaan tugasnya. Dorongan
dapat diwujudkan dalam penugasan kepada yang bersangkutan untuk menyusun
rencana penerapan, sekaligus penyediaan sarana yang diperlukan.
Sekolah seharusnya memiliki program pengiriman staf untuk mengikuti
pendidikan dan pelatihan, baik untuk jangka menengah maupun tahunan, yang
dijabarkan dari pengembangan program sekolah. Dalam program tersebut harus
tercantum, program pendidikan dan pelatihan apa yang bersangkutan berangkat
mengikuti pendidikan atau pelatihan diluar sekolah. Agar tidak banyak
mengganggu jalannya program sekolah, sebaiknya program pelatihan sedapat
mungkin diletakkan pada sehari-hari libur atau sehari-hari tidak efektif.
2. Mengikuti Pertemuan Profesi Secara Reguler
Pertemuan profesi, seperti MGMP, MGP, MKKS dan sejenisnya
merupakan wahana yang sangat baik untuk pendiseminasikan pengetahuan,
keterampilan, atau hasil-hasil penelitian, antara rekan seprofesi. Misalnya dalam
perteuan MGMP seorang guru yang baru mengikuti suatu pelatihan dapat
16
mendiseminasikan hasil pelatihan yang diikuti. Demikian juga, kepala sekolah
yang melakukan penelitian tentang cara pembinaan staf yang efektif, dapat
mendiskusikan hasil pertemuan MKKS.
Fungsi pertemuan MGMP, MKKS, MGP dan sejenisnya adalah sebagai
wahana tukar menukar pengalaman. Oleh karena itu, agar pertemuan dapat efektif,
perlu ada penjadwalan acara yang rapid an setiap peserta mensiapkan materi
pertemuan dengan baik. Sebagai pimpinan kepala sekolah perlu meningkatkan
guru dan staf yang akan mengikuti pertemuan profesi untuk mempersiapkan diri
sebaik-baiknya.
Forum MGMP juga sangat efektif untuk menyusun pokok-pokok program
tahunan, program semesteran, dan rencana pengajaran. Hal itu didasarkan pada
pemikiran bahwa sekolah menggunakan kurikulum yang sama, sehingga secara
garis besar program penerapannya mirip. Sebagai pertemuan pembinaan tenaga
kependidikan, mengirim guru / staf mengikuti pertemuan profesi adalah untuk
meningkatkan kinerjanya, kepala sekolah perlu memantau dan mendorong guru /
staf yang bersangkutan untuk menerapkan pengetahuan yang diperoleh dalam
pertemuan profesi tersebu guna meningkatkan kinerjanya. Hal itu dapat dilakukan
secara periodic, meminta laporan hasil pertemuan (lisan dan tulisan) dan
bagaimana penerapannya di sekolah. Dengan cara itu, diharapkan manfaat
pertemuan profesi betul-betul dapat sampai pada peningkatan kinerjanya yang
bersangkutan.
Pertemuan profesi juga dapat difungsikan untuk memotivasi tenaga
kependidikan agar mampu memprestasikan karyanya/temuannya. Tentu karya
atau temuan yang pantas dapat dipresentasikan adalah yang baik kualitasnya.
Dengan kata lain, mendorong tenaga kependidikan untuk mampu
mempresentasikan karya dipertemuan profesi, berarti mendorong mereka
berkarya/bekerja dengan baik.
3. Menyediakan Sarana/Prasarana untuk Belajar Sendiri
Tenaga kependidikan selalu dituntut untuk meningkatkan pengetahuannya
sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk itu mereka
memerlukan sarana, khususnya bahan bacaan dapat dilakukan disela-sela tugas
17
sehari-hari, tanpa harus meningkatkan tugas pokok. Harus diakui bahwa untuk
dapat membeli buku, majalah/jurnal, dan makalah secara periodic diperlukan
untuk dana yang cukup besar. Sekolah perlu mencari kiat-kiat untuk dapat
menyediakan sumber bacaan tanpa harus membeli. Misalnya bekerjasama dengan
perpustakaan perguruan tinggi, perpustakaan daerah, dan perpustakaan lain yang
dekat. Peminjaman dapat dilakukan secara periodik, sehingga guru dan staf dapat
membacanya di sekolah.
Bagi sekolah yang berada diperkotaan atau memiliki siswa yang berasal dari
kalangan terdidik, sekolah perlu bekerjasama dengan orang tua siswa/BP3 dalam
memperoleh bahan bacaan bagi guru. Misalnya dengan menghimbau kepada
orang tua siswa yag memiliki buku atau majalah atau bahan bacaan lain yang
sesuai dapat meminjamkan kepada sekolah. Bahan bacaan yang disebutkan diatas,
sebaiknya ditempatkan diperpustakaan sekolah dan guru meminjamkan atau
membaca diruang baca, sesuai dengan aturan yang berlaku. Mengapa? Dengan
cara itu, menumbuhkan motivasi siswa membaca dan memanfaatkan sumber
bacaan yang ada diperpustkaan.
4. Mendorong untuk Mengajukan, Membuat, dan Melaksanakan Gagasannya
dalam Rangka Meningkatkan Kinerja Sekolah
Seperti disebutkan terdahulu bahwa pengetahuan dan keterampilan yang
diperoleh tenaga kependidikan dari berbagai kesempatan, akhirnya harus
diimplementasikan dalam tugas sehari-hari guna meningkatkan kinerjanya. Oleh
karena itu, diperlukan kemauan dan keberanian dari yang bersangkutan untuk
mencoba sesuatu yang baru dan lain dari biasanya. Kemauan diperlukan, karena
penyempurnaan semacam itu seringkali memerlukan kerja lebih repot dibanding
sebelumnya. Keberanian diperlukan, karena hal semacam itu seringkali ditentang
atau paling tidak mendapat hambatan dari rekan sejawat atau pihak yang lain
kurang setuju.
Kepala sekolah sebagai pemimpin tertinggi disekolah pelu memberi
dukungan agar tenaga kependidikan di sekolah berani dan mau
mengimplementasikan gagasan, hasil penelitian, maupun pertemuan profesi.
Untuk maksud itu, kepala sekolah perlu mendorong setiap guru dan staf untuk
18
mengajukan gagasan dan program yang terkait dengan tugasnya maupun
pengembangan sekolah. Gagasan semacam itu harus selalu ditanggapi secara
positif, selanjutnya dibahas kemungkinan dan kelayakannya untuk
diterapkan. Jika memang layak, maka yang bersangkutan (mungkin dibantu rekan
lain) diminta untuk menyusun program pelaksanaan dan selanjutnya
melaksanakannya. Dengan dorongan semacam itu, secara terus menerus dan
disertai dukungan sarana yang diperlukan untuk melaksanakan program yang
diajukan, secara bertahap guru dan staf sekolah akan termotivasi untuk
meningkatkan kinerjanya.
5. Melaksanakan Supervisi dan Memberikan Reward bagi Mereka yang
Berprestasi.
Ketika guru dan staf melaksanakan tugasnya, secara periodik kepala
sekolah perlu melakukan supervise, dengan tujuan membantu jika mereka
mengalami kesulitan, membentuk jika yang bersangkutan melakukan kesalahan.
Supervise seharusnya dilakukan secara terjadwal.
Sebagai pemimpin, kepala sekolah perlu memberikan reward
(penghargaan) kepada setiap staf yang telah melakukan tuganya dengan baik.
Penghargaan dapat diberikan berupa piagam, surat ucapan terimakasih,
mengumumkan dalam suatu acara tertentu, bahkan meminta yang bersangkutan
menceritakan pengalamannya sehingga dapat mengerjakan tugasnya dengan
sukses. Reward semacam itu akan lebih mendorong yang bersangkutan untuk
lebih giat bekerja, dan sekaligus merangsang rekan lain untuk menirunya.
Keberhasilan staf dalam mengerjakan tugas juga perlu dikaitkan dengan
pembinaan karier yang bersangkutan. Artinya staf yang berprestasi tentunya harus
memperoleh peningkatan karier lebih baik disbanding mereka yang biasa saja.
Dengan demikian, mereka dapat merasakan manfaat pribadi dari jerih payah
dalam mengerjakan tugas yang diberikan.
19
3.8 Strategi Pembinaan Tenaga Kependidikan
Secara umum pengembangan dan pembinaan tenaga pendidik dan
kependidikan dapat didefinisikan sebagai suatu proses merekayasa perilaku kerja
tenaga pendidik/kependidikan sedemikian rupa dengan maksud dan tujuan untuk
mengoptimalkan kinerja tenaga pendidik/kependidikan. Berikut ini adalah strategi
pengembangan dan pembinaan tenaga pendidik/kependidikan.
Pembinaan dapat diartikan sebagai upaya yang dilakukan oleh
lembaga/institusi untuk mempertahankan para pegawai agar tetap berada
dilingkungan organisasi dan mengupayakan kedinamisan ketrampilan,
pengetahuan serta untuk mempertahankan mutu kerja.
Untuk melaksanakan pembinaan lebaga/institusi dapat menyelenggarakan
program-program seperti seminar, lokakarya, simposium serta menerapkan sistem
pembinaan seperti :
1) Sistem Karier.
System karier adalah system kepegawaian dimana pengangkatan
pertama seorang pegawai didasarkan atas kecakapan pegawai tersebut, sedang
kenaikan pangkat selanjutnya didasarkan atas masa kerja, kesetiaan, dan
syarat-syarat objektif lainnya. System karier dapat dibedakan menjadi dua
macam yaitu:
Sistem Karier Tertutup
Dalam system karier tertutup pangkat dan jabatan dalam suatu
organisasi hanya dapat diduduki oleh pegawai yang telah ada dalam
organisasi itu, jadi tertutup untuk orang luar. Sistem karier pembinaan
karier dengan system tertutup mengandung beberapa keuntungan:
System ini memberikan prioritas kepada pegawai dalam suatu
organisasi untuk mengembangkan diri dalam menduduki suatu
jabatan tanpa mendapat saingan dari luar organisasi.
Dengan system ini rasa aman dan ketentraman para pegawai
terjamin.
20
Sistem ini memungkinkan perpindahan pegawai antarunit atau
antar bagian dalam suatu organisasi baik secara mutasi promosi
maupun mutasi biasa.
System ini dapat menghindarkan terjadinya perpindahan pegawai
ke luar organisasi, karena pegawai sudah merasa aman dan
tentram.
Dengan system ini banyak biaya yang bias dihemat karena
perusahaan atau organisasi tidak perlu merekrut tenaga dari luar.
Selain mengandung keuntungan, system karier tertutup juga
mengandung beberapa kerugian, diantaranya:
Upaya dalam mendapat tenaga ahli dan cakap sangat terbatas.
Organisasi kurang berkembang karena kurang mendapat ide dan
pandangan baru dari luar.
Sistem ini tidak memberi kesempatan kepada tenaga dari luar
organisasi, padahal kemungkinan tenaga-tenaga dari luar itu dapat
memberikan aspirasi baru kepada pimpinan organisasi.
Sistem Karier Terbuka
Dalam system karier terbuka, pangkat dan jabatan dalam suatu
organisasi dapat diduduki oleh orang-orang diluar oganisasi tanpa
melalui pengangkatan sebagai calon pegawai, asalkan orang tersebut
memiliki kecakapan yang diperlukan. System pembinaan karier yang
dianut UPK 1947 adalah system pembinaan karier tertutup, meskipun
untuk jabatan tertentu, apabila diperlukan demi kepentingan Negara,
dapat dipergunakan system karier terbuka.
2) Sistem Prestasi Kerja.
System prestasi kerja adalah suatu system kepegawaian dimana
pengangkatan maupun kenaikan pangkat seorang pegawai didasarkan atas
kecakapan dan prestasi pegawai yang bersangkutan. Kecakapan tersebut
dibuktikan dengan lulus dalam ujian dinas dan prestasi dibuktikan secara
nyata. Jadi system prestasi kerja tidak memperhitungkan masa kerja. Seperti
21
halnya system karier, system prestasi kerja pun memiliki keuntungan dan
kerugian. Berikut ini keuntungan system prestasi kerja adalah:
Dengan system ini hanya pegawai yang benar-benar mempunyai
kecakapan yang tinggi dan berprestasi dapat menduduki suatu
jabatan atau mendapat kenaikan pangkat.
System ini mempermudah pengawasan. Karena penempatan
seorang pegawai didasarkan pada kecakapandan prestasi yang
dimiliki pegawai, kesalahan-kesalahan dalam kerja relative kecil.
Disamping keuntungan, system prestasi kerja juga memiliki bebrapa
kerugian yaitu:
Dalam system prestasi kerja tampak jelas perbedaan antara
pegawai yang tidak mempunyai kecakapan dan prestasi dengan
pegawai yang memiliki kecakapan dan prestasi. Kedudukan
seorang pegawai yang tidak cakap dan tidak berprestasi jauh
tertinggal dibawah pegawai yang mempunyai kecakapan dan
prestasi.
Sistem prestasi kerja tidak memperhitungkan masa kerja.
Meskipun seorang pegawai telah berpuluh tahun mengabdikan
diri, apabila ia tidak menunjukan prestasi yang nyata, tidak
mendapat kesempatan untuk naik pangkat.
3) Sistem Kenaikan Pangkat.
3.9 Sistem Pembinaan Tenaga Kependidikan
Agar pelaksanaan tugas pegawai (dalam hal ini ialah Tenaga
Kependidikan) berdaya guna dan berhasil guna perlu dilakukan pembinaan secara
terarah. Dengan demikian pelaksanaan tugas dapat dilakukan dengan profesional.
Profesionalisme pelaksanaan pekerjaan dapat tercapai jika pembinaan dimulai dari
saat seorang pegawai diterima di instansi dimana ia bekerja, oleh karena itu,
sistem pembinaan Tenaga Kependidikan berkaitan erat dengan sistem
22
pengangkatan pegawai. Dalam sistem pengangkatan pegawai dikenal 3 pola
yaitu :
1. Sistem Kawan (patronage system). Pada pola ini pengangkatan pegawai
didaasarkan pada hubungan antara orang yang berkuasa dengan bawahan
yang diangkat, dalam sistem ini ada dua cara pengangkatan yaitu adanya
hubungan politik dan hubungan non politik (nepotisme).
2. Sistem Kecakapan (merrit system). Pada pola ini pengangkatan pegawai
dilakukan berdasarkan kecakapann, bakat, serta pengalaman.
3. Sistem Karier. System karier adalah system kepegawaian dimana
pengangkatan pertama seorang pegawai didasarkan atas kecakapan
pegawai tersebut, sedang kenaikan pangkat selanjutnya didasarkan atas
masa kerja, kesetiaan, dan syarat-syarat objektif lainnya.
3.10 Sistem Karier Tenaga Kependidikan
Mengenai sistem karier yang dilaksanakan oleh suatu organisasi, maka
harus dimulai dari konsep dasar mengenai karier itu sendiri. Ada beberapa konsep
karier yang dapat diajukan dalam hal ini, yaitu :
1. Karier sebagai suatu urutan promosi atau pemindahan (transfer) lateral
ke jabatan-jabatan yang lebih menurut tanggung jawab atau kelokasi
yang lebih baik dalam atau menyilang hirarki hubungan kerja selama
kehidupan kerja seseorang.
2. Karier sebagai penunjuk pekerjaan-pekerjaan yang membentuk suatu
pola kemajuan yang sistemik dan jelas jalur karier.
3. Karier sebagai sejarah seseorang atau serangkaian posisi yang
dipegang selama kehidupan kerja. Dari konsep-konsep dasar tersebut,
terkait dengan sistem karier, karier merupakan suatu rangkaian urutan
pekerjaan dalam pola kemajuan tertentu pada kehidupan karyawan.
23
Dalam sistem karier ini terdapat beberapa hal yang perlu dicermati oleh
setiap pegawai agar tejadi keselarasan antara keinginan dan harapan individu
dengan sistem yang ada, yaitu mencakup:
1. Jalur karier (career path) yaitu pola pekerjaan-pekerjaan berurutan
yang membentuk karier seseorang
2. Sasaran-sasaran karier (career goal). Merupakan posisi diwaktu yang
akan datang dimana seseorang berusaha mencapai sebagai bagian dari
kariernya.
3. Perencanaan karier (career planning) proses melalui mana seseorang
memilih sasaran karier dan jalur kesasaran tersebut.
4. Pengembangan karier (career development) merupakan peningkatan-
peningkatan pribadi yang dilakukan seseorang untuk mencapai suatu
rencana karier.
Dalam menyikapi sistem karier ini untuk selalu siap menggunakan
kesempatan karier yang ada, harus dimulai dari perencanaan karier meskipun pada
kenyataannya tidak selalu menjamin selalu keberhasilan karier. Namun karier
harus tetap dikelola melalui perencanaan yang cermat, agar siap memanfaatkan
berbagai kesempatan karier ataupun memudahkan penyusunan stavving
(personalia organisasi).
Selanjutnya dalam pengembangan karier, berarti pegawai yang mengikuti
program ini dipersiapkan untuk kedudukan yang lebih tinggi yang direncanakan
oleh instansi atau organisasi dalam waktu yang panjang. Hal ini berbeda dengan
promosi, yang hanya berlaku singkat dalam waktu itu. Program pengembangan
karier itu sendiri harus mengandung tiga unsur pokok yaitu: Membantu pegawai
dalam menilai kebutuhan karier internnya sendiri, Mengembangkan dan
memberitahukan kesempatan-kesempatan karier yang ada dalam organisasi, serta
Menyesuaikan kebutuhan dan kemampuan pegawai dengan kesempatan karier.
Unsur tersebut perlu dipenuhi karena pada dasarnya karier seseorang
merupakan unsur kehidupan yang sangat penting dan pribadi, dalam hal ini
organisasi harus mengijinkan tiap orang mengambil keputusannya sendiri. Tugas
manajer personalia hanyalah membantu dalam proses pengambilan keputusan
24
dengan memberikan informasi dan menggambarkan jalur-jalur karier dalam
organisasi. Selanjutnya apabila pegawai telah menilai dengan seksama kebutuhan-
kebutuhan atau kariernya dan telah mengetahui kesempatan-kesempatan karier
organisasi, maka tinggal penyesuaian keduanya saja. Tekanan terutama diberikan
kepada teknik-teknik pengembangan individu dengan memasukkan tujuan
pengembangan pribadi disamping tujuan-tujuan pekerjaan yang lebih penting.
Keputusan pemindahan dan promosi khusus yang diambil oleh manajemen untuk
masing-masing pegawai merupakan hasil terakhir dari program pengembangan
karier.
25
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri
dan diangkat oleh pejabat yang berwenang untuk menunjang penyelenggaraan
pendidikan. Karier menunjukkan perkembangan para pegawai secara individu
dalam jenjang jabatan/kepangkatan yang dapat dicapai selama masa kerja dalam
suatu organisasi.
Pembinaan adalah segala usaha dan kegiatan mengenai perencanaan,
pengorganisasian, pembiayaan, koordinasi, pelaksanaan, dan pengawasan suatu
pekerjaan untuk mencapai tujuan dengan hasil yang maksimal. Pembinaan disini
adalah segala usaha untuk memajukan dan meningkatkan mutu, keahlian,
kemampuan, dan keterampilan, demi kelancaran pelaksanaan tugas pendidikan.
Prinsip yang patut diperhatikan dalam penyelenggaraan pembinaan tenaga
kependidikan, yaitu: dilakukan untuk semua jenis tenaga kependidikan baik untuk
tenaga stuktural, tenaga fungsional maupun tenaga teknis penyelengara
pendidikan; berorientasi pada perubahan tingkah laku dalam rangka peningkatan
kemampuan profesional dan atau teknis untuk pelaksanaan tugas sehari-hari
sesuai dengan posisinya masing-masing; pembinaan dan jenjang karir tenaga
kependidikan disesuaikan dengan kategori masing-masing jenis kependidikan itu
sendiri.
Untuk melaksanakan pembinaan lembaga/institusi dapat
menyelenggarakan program-program seperti seminar, lokakarya, simposium serta
menerapkan sistem pembinaan seperti: System Karier ialah system kepegawaian
dimana pengangkatan pertama seorang pegawai didasarkan atas kecakapan
pegawai tersebut, sedang kenaikan pangkat selanjutnya didasarkan atas masa
kerja, kesetiaan, dan syarat-syarat objektif lainnya; System prestasi kerja adalah
suatu system kepegawaian dimana pengangkatan maupun kenaikan pangkat
26
seorang pegawai didasarkan atas kecakapan dan prestasi pegawai yang
bersangkutan; serta System kenaikan pangkat.
Sistem pembinaan Tenaga Kependidikan berkaitan erat dengan sistem
pengangkatan pegawai. Dalam sistem pengangkatan pegawai dikenal 3 pola
yaitu : Sistem Kawan (patronage system), Sistem Kecakapan (merrit system), dan
Sistem Karier. Dalam sistem karier ini terdapat beberapa hal yang perlu dicermati
oleh setiap pegawai agar tejadi keselarasan antara keinginan dan harapan individu
dengan sistem yang ada, yaitu mencakup: jalur karier (career path), sasaran-
sasaran karier (career goal), perencanaan karier (career planning), dan
pengembangan karier (career development).
4.2 Saran
Pembinaan dan pengembangan karir guru dianggap sangat penting
sehingga tujuan pendidikan secara umum serta khusus bisa tercapai secara efektif
dan efisien dengan memanfaatkan dan menggali setiap potensi yang ada pada diri
seorang guru sebagai mata tombak keberhasilan suatu pendidikan. Keberhasilan
suatu lembaga pendidikan sangat dipengaruhi oleh kualitas profesionalisme
tenaga kependidikan yang ada didalamnya. sementara kualitas profesionalisme
tenaga kependidikan tersebut hanya dapat dicapai manakala dibarengi dengan
kemampuan kepala sekolah dalam mengenal karakteristik individu dan berusaha
memilih, menerapkan teknik atau gaya yang sesuai dengan urutan situasi yang
dihadapi oleh sekolah. Pemerintah juga harus lebih meningkatkan kualitas tenaga
kependidikan sehingga pendidikan di Indonesia menuju ke arah yang lebih baik
dan berkualitas.
27
DAFTAR PUSTAKA
Abidaffakhiar., 2010, Pengelolaan dan Perencanaan Karir [Online], Tersedia:
(http://abidaffakhiar.blogspot.co.id/2010/05/pengelolaan-dan-
perencanaan-karir.html , diakses pada tanggal 20 Oktober 2015, pukul
19.00 WIB)
Burhanuddin, Afid., 2014, Pengelolaan Pembinaan dan Pengembangan Tenaga
Pendidik Kependidikan [Online], Tersedia:
(https://afidburhanuddin.wordpress.com/2014/02/06/pengelolaan-
pembinaan-dan-pengembangan-tenaga-pendidikkependidikan/, diakses
pada tanggal 20 Oktober 2015, pukul 19.00 WIB)
Hadari Nawawi. (1985). Adminsitrasi Pendidikan. Jakarta: PT Gunung Agung
Hariandja, Marihot TE. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Grasindo.
2009
Ihsan, Muhammad., 2012, Sistem Pembinaan Karir Pegawai Negeri [Online],
Tersedia: (http://coretanaceh.blogspot.co.id/2012/10/sistem-pembinaan-
karir-pegawai-negeri.html , diakses pada tanggal 18 Oktober 2015, pukul
19.00 WIB)
Maupoet, Caca., 2011, Pembinaan Profesionalisme Tenaga [Online], Tersedia:
(http://cacamaupoet.blogspot.co.id/2011/09/pembinaan-profesionalisme-
tenaga.html, diakses pada tanggal 18 Oktober 2015, pukul 19.00 WIB)
28
Miduk, Jhon., 2014, Sistem Pembinaan Pegawai Negeri Sipil [Online], Tersedia:
http://jhonmiduk8.blogspot.co.id/2014/08/sistem-pembinaan-pegawai-
negeri-sipil.html, diakses pada tanggal 18 Oktober 2015, pukul 19.00
WIB)
Muhtar, Zulkifli., 2011, Makalah Pengelolaan Tenaga Kependidikan [Online],
Tersedia: (https://blogzulkifli.wordpress.com/2011/06/16/makalah-
pengelolaan-tenaga-kependidikan/ , diakses pada tanggal 20 Oktober
2015, pukul 19.00 WIB)
Nainggolan, H, 1987, Pembinaan Pegawai Negeri Sipil, Jakarta: PT. Pertja
Nasirun, Edi., 2011, Profesionalisme dan Pengembangan Karir [Online],
Tersedia: (http://edinasirun76.blogspot.co.id/2011/06/profesionalisme-
dan-pengembangan-karir.html, diakses pada tanggal 18Oktober 2015,
pukul 19.00 WIB)
PP No. 38 Tahun 1992 tentang Tenaga Kependidikan
Soeprihanto, John. Penilaian Kinerja dan Pengembangan karywan. Yogyakarta:
BPFE. 1996.
Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan UPI. 2005. Pengantar Pengelolaan
Pendidikan. Bandung.
_______(2003). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Sekretaris Negara Republik
Indonesia