bab i pengertian outsourcing
TRANSCRIPT
BAB I
PENGERTIAN OUTSOURCING
1.1 Pengertian Outsourcing
Dalam pengertian umum, istilah outsourcing diartikan
sebagai contract (work out). Menurut definisi Maurice
Greaver, outsourcing dipandang sebagai tindakan
mengalihkan beberapa aktivitas perusahaan dan hak
pengambilan keputusaannya kepada pihak lain ( outside
provider), di mana tindakan ini terkait dalam suatu
kontrak kerja sama.
Dapat juga dikatakan outsourcing sebagai penyerahan
kegiatan perusahaan baik sebagian ataupun secara
menyeluruh kepada pihak lain yang tertuang dalam
kontrak perjanjian.
Ada tiga unsur penting dalam outsourcing, yaitu:
1. Terdapat pemindahaan fungsi pengawasan,
2. Ada pendelegasian tanggung jawab/tugas suatu
perusahaan,
3. Dititik beratkan hasil/output yang ingin dicapai
oleh perusahaan.
Dari beberapa definisi yang dikemukakan diatas,
terdapat persamaan dalam memandang outsourcing, yaitu
adanya penyerahan sebagai kegiataan perusahaan pada
pihak lain, yang diharapakan memberikan hasil berupa
peningkatan kinerja agar dapat lebih kompetitif dalam
mengahdapi perkembangan ekonomi dan teknologi global.
Secara umum pengertian outsourcing adalah:
- Penyerahan tanggung jawab kegiatan perusahaan
kepada pihak ketiga sebagai pengawas pelayanan
yang telah disepakati.
- Penyerahaan kegiatan, tugas atau pun pelayanan
pada pihak lain, dengan tujuan untuk mendapatkan
tenaga ahli serta meningkatkan efesiensi dan
efektivitas perusahaan.
Undang-Undang Hukum Perdata buku ketiga Bab 7a bagian
keenam tentang Pemborongan Kerja sebagai berikut:
1. Perjanjian Pemborongan Pekerja adalah suatu
perjanjian di mana pihak pertama (pemborong),
mengikatkan diri untuk membuat suatu karya
tertentu bagi pihak yang lain yang memborongkan
dengan menerima bayaran tertentu dan di mana lain
yang memborongkan mengikatkan diri untuk
memborongklan pekerja kepada pihak pemborong
dengan bayaran tertentu.
2. Dalam perjanjian tidak ada hubungan kerja antara
perusahaan pembiring dan perusahaan yang
memborongkan dan karena itu dalam perjanjian
tersebut tidak ada unsur upah/gaji. Yang ada
adalah harga borongan.
3. Dalam hal ini perusahaan pemborong menerima harga
borongan bukan upah/gaji dari perusahaan yang
memborongkan.
4. Hubungan antara pemborong dan yang memborongkan
adalah hubungan perdata murni sehingga jika
terjadi perselisihan maka secara perdata di
Pengadilan Negeri.
5. Perjanjian atau perikatan yang dibuat secara sah
oleh pemborong dengan yang memborongkan pekerjaan
tunduk pada KUH Perdata pasal 1338 jo pasal 1320
yaitu semua perjanjian yanng dibuat secara sah
akan mengikat bagi mereka yang membuatnya.
6. Agar sah, suatu perjanjian harus dipenuhi empat
syarat, yaitu:
a. Mereka yang mengikatkan diri sepakat;
b. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;
c. Suatu hal tertentu;
d. Suatu yang halal.
7. Dalam perjanjian pemborongan pekerjaan dapat
diberlakukan:
a. Pemborong hanya untuk melakukan pekerjaan;
b. Pemborong juga menyediakan bahan dan peralatan.
8. Pemborong bertanggung jawab atas tindakan pekerja
yang dipekerjakan
1.2 Syarat-syarat Menjadi Perusahaan Outsourcing
Sesuai dengan ketentuan dalam pasal 65, ayat (3)
Undang-Undang Ketenagakerjaan di atas, kegiatan
outsourcing hanya bisa dilakukan oleh perusahaan yang
berbadan hukum.
Pasal 2
(1) Untuk dapat menjadi perusahaan penyedia jas
pekerja/buruh perusahaan wajib memiliki izin
operasional dari instansi yang bertanggung jawab
di bidang di kabupaten/kota sesuai dengan domisili
perusahaan penyadia jasa/buruh.
(2) Untuk mendapatan izin operasional perusahaan
penyedia jasa pekerja/buruh perusahaan
memnyampaikan permohonan dengan melampirkan;
a. Copy pengesahan sebagai badab hukum berbentuk
Perseroan Terbatas atau Koperasi;
b. Copy anggaran dasar yang di dalamnya memuat
kegiatan usaha penyedia jasa pekerja/buruh;
c. Copy SIUP;
d. Copy wajib lapor ketenagakerjaan yang masih
berlaku.
(3) Instansi yang bertanggung jawab di bidang
ketenagakerjaan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) harus sudah menerbitkan izin operasional
terhadap permohonan yang telah memenuhi kententuan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dalam waktu
paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak
permohonan diterima.
Pasal 3
Izin operasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
berlaku di seluruh Indonesia untuk jangka waktu yang
sama. ( Isi Lengkap KEPMENKERTRANS NO.
KEP.101/MEN/VI/2004. LIHAT LAMPIRAN)
1.3 Hubungan Ketenagakerjaan Outsourcing
Perlu ditekankan bahwa pekerja outsourcing hanya
mempunyai hubungan kerja dengan perusahaan outsourcing
bukan perusahaan pemberi kerja.
Persyaratan yang harus dipenuhi untuk pelaksanaan
perjanjian kerja waktu tertentu seperti dimaksud dalam
pasal 59 yaitu:
a. Pekerjaan yang sekali selesai dalam waktu
tertentu,
b. Pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam
waktu yang tidak terlalu lama, dan paling lama 3
tahun,
c. Pekerjaan yang bersifat musiman, atau
d. Pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru,
kegiatan baru, atau produk tambahan yang masih
dalam percobaan atau penjajakan.
1.4 Pekerjaan yang Bisa Di-outsource
Pada dasarnya, pekerjaan yang bisa di-outsource adalah
pekerjaan penunjang (non core) dan bukan pekerjaan
utama (core). “Pekerja/buruh dari perusahaan penyedia
jasa pekerja/buruh tidak boleh digunakan oleh pemberi
kerja untuk melaksanakan kegiatan pokok atau kegiatan
yang berhubungan langsung dengan proses produksi,
kecuali untuk kegiatan jasa penunjang atau kagiatan
yang tidak berhubungan langsung dengan proses
produksi.”
1.5 Manfaat Outsourcing
Manfaat bagi pemerintah:
- Dapat membantu mengembangkan dan mendorong
pertumbuhan ekonomi masyarakat dan perekonomian
nasional.
- Sebagai pembinaan dan pengembangan kegiatan
koperasi dan usaha kecil karena perusahaan
sebagaian pelaku outsource berbentuk koperasi
maupun usaha kecil.
- Mengurangi beban pemerintah dalam penyediaan
fasilitas umum seperti transportasi, listrik, air
dan pelaksanaan ketertiban umum karena kegiatan
tersebut bisa dilakukan oleh perusahaan outsource.
Manfaat bagi masyarakat dan pekerja:
- Outsourcing akan mempercepat pertumbuhan industri
yang pada gilirannya akan mendorong ekonomi
penunjang dilingkungan masyarakat seperti adanya
pasar, warung makan sarana transportasi dan
sebagainya.
- Mengembangkan infrastruktur sosial
masyarakat,budaya kerja, disiplin dan peningkatan
kemampuan ekonomi..
- Mengurangi pengangguran dan mencegah terjadinya
urbanisasi.
- Meningkatkan kemampuan budaya perusahaan budaya
perusahaan dilingkungan masyarakat.
- Bagi fresh graduate outsourcing bisa menjadi
jembatan untuk karir sebelumnya.
Manfaat bagi perusahaan:
- Meningkatkan fokus perusahaan inti.
- Penghematan dana kapital.
- Efisiensi biaya operasional.
- Memperoleh SDM yang lebih propesional.
BAB II
KENAPA OUTSOURCING DITENTANG DI INDONESIA
Penerapan outsourcing dalam kegiatan ekonomi (khususnya
dunia bisnis) yang terbukti dapat meningkatkan
pendapatan dan pemerataan pendapatan dinegara-negara
maju dan berkembang lainnya justru mengalami hal yang
sebaliknya diindonesia.
Praktik outsourcing diindonesia saat ini memang masih
merupakan hal yang tidak disukai tapi masih dibutuhkan
bagi masyarakat indonesia sehingga sering timbul pro
dan kontra dari masyarakat. Tentunya jika dilihat dari
maraknya unjuk rasa yang dilakukan para pekerja/buruh.
Menurut Robert Cooter, sudah menjadi sifat pengusaha
untuk terus melakukan efisiensi dan maksimalisasi hasil
usaha. Usaha efisiensi para pengusaha dalam praktik
outsourcing diindonesia terlihat lebih diarahkan kepada
efisiensi upah dan fasilitas bagi pekerja/atau buruh
yang paling lemah kedudukannya yaitu pekerja/buruh
outsource (yang tidak terorganisir – bukan merupakan
anggota serikat pekerja,secara hukum tidak memiliki hak
menerima pesangon,dan sebagainya).
2.1 PRAKTIK OUTSOURCING YANG SALAH
Pada dasarnya setiap sistem (termasuk outsourcing)
dapat berjalan dengan baik dan menguntungkan jika
terdapat keterkaitan yang baik antara teori, norma, dan
pelaksanaan.
Praktik outsourcing yang salah yang pernah kami
temui adalah sebagai berikut:
Kesalahan tipe perjanjian outsourcing yang
diperjanjian
Kesalahan dalam memilih mitra perusahaan
outsourcing
Perotasian pekerja/buruh outsource dengan tidak
memperhatikan etika bisnis.
Kecurangan dalam pengupahan pekerja/buruh
outsource.
Kesalahan dalam penentuan kegiatan penunjang
perusahaan yang di-outsource-kan
Satu tim kerja untuk melaksanakan pemenuhan
permintaan tenaga kerja dari klien yang saling
berkompetisi
Tidak adanya pelatihan kerja bagi pekerja/buruh
outsource.
Kurangnya perhatian atas kebutuhan, peforma dan
jenjang karir pekerja/buruh outsource.
2.1.1 KESALAHAN TIPE PERJANJIAN OUTSOURCING YANG
DIPERJANJIKAN
Pada asanya terdapat dua jenis tipe perjanjian
outsourcing yaitu:
a. Tipe perjanjian Outsourcing SDM (OSDM) yang
menyerahkan segala urusan pengelolaan tenaga kerja
kepada perusahaan outsoursing, misalnya urusan
pengupahan (pay roll), pengaturan jadwal kerja dan
sebagainya.
b. Tipe perjanjian sales agency atau distributorship
yang hanya menitipberatkan pada hasil akhir yang
dihasilkan oleh pekerja/buruh outsource, jadi
perusahaan outsourcing hanya akan dibayar
berdasarkan hasil yang dicapai oleh pekerja/buruh
outsource-nya
2.1.2 KESALAHAN DAN DALAM MEMILIH MITRA PERUSAHAAN
OUTSOURCING
Banyaknya perusahaan-perusahaan outsourcing di
indonesia saat ini telah meningkatkan tingginya tingkat
kesalahan pengguna outsourcing dalam memilih mitra
(perusahaan outsourcing) untuk menerapkan outsourcing
di departemen perusahaannya. Tidak jarang suatu
perusahaan dari suatu perusahaan outsourcing merupakan
anak perusahaan dari suatu perusahaan non-outsourcing
dimana pembentukan perusahaan outsourcing tersebut pada
mulanya hanya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan tenaga
kerja perusahaan induknya.
Dampaknya dari kesalahan suatu perusahaan pengguna
outsourcing (perusahaan pemberi kerja) dalam memilih
mitra perusahaan outsourcing dapat berbentuk
keterlambatan pemenuhan tenaga kerja dengan kialifikasi
khusus yang menunjukan rebdahnya tungkat kemampuan
rekruitmen perusahaan outsourcing, hingga terjadinya
kecurangan yang di lakukan oleh pekerja/buruh yang
mengakibatkan kerugian finansial dan non finansial
pihak perusahaan pengguna outsourcing (perusahaan
pemberi kerja).
2.1.3 PEROTASIAN PEKERJA/BURUH OUTSOURCE DENGAN
TIDAK MEMPERHATIKAN ETIKA BISNIS
Praktik outsourcing yang salah yang juga marak
terjadi adalah dalam hal perotasian pekerja/buruh
outsource dengan tidak memperhatikan etika bisnis yang
akhirnya mengakibatkan ketidak adilan bagi perusahaan
pengguna jasa outsourcing (perusahaan pemberi kerja).
2.1.4 KECURANGAN DALAM PENGUPAHAN PEKERJA/BURUH
OUTSOURCE
Inilah bentuk dari praktik outsourcing yang salah
yang banyak mendapat sorotan dari para pekerja/buruh
outsource yang akhirnya menyebabkan terjadinya banyak
unjuk rasa dari para pekerja/buruh outsource. Bentuk
praktik outsourcing yang salah ini biasanya dilakukan
oleh perusahaan-perusahaan outsourcing yang baru
terdiri oleh perusahaan-perusahaan outsourcing yang
bisa kita bilang serakah karena menerapkan premanisme
outsourcing pada para pekerja/buruh outsource-nya.
Bentuk kecurangan dalam pengupahan pekerja/buruh
outsource yang sering kami jumpai adalah :
a. Adanya pekerja/buruh outsouce yang menerima upah
yang besarnya kurang dari upah minimum provinsi
(UMP), melanggar ketentuan pasal 90 ayat 1 undang-
undang nomor 13 tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan.
b. Adanya pekerja/buruh outsource yang menerima upah
yang lebih kecil dari pekerja/buruh tetap yang di
antara keduanya melakukan pekerjaan dan nilai yang
sama di lokasi kerja yang sama, melanggar
ketentuan pasal 3 peraturan pemerintah nomor 8
tahun 1981 tentang perlindungan upah. Seharusnya
status pekerja yang berada (satu karyawan
kontrak , satu lagi karyawan tetap) tetap boleh
untuk pekerjaan yang sama. Hal ini membuktikan
kecemburuan sosial, karena karyawan kontrak
biasanya menerima upah dan tunjangan lain yang
lebih kecil dari karyawan tetap.
c. Adanya pekerja/buruh yang tidak menerima
kompensasi sanksi dari pengusaha tidak atas
keterlambatan pembayaran upah yang di alaminya,
melanggar ketentuan pasal 19 peraturan pemerintah
nomor 8 tahun 1981 tentang perlindunga upah.
2.1.5 KESALAHAN DALAM PENENTUAN KEGIATAN PENUNJANG
PERUSAHAAN YANG DI-OUTSOURCING
Dalam sub bab sebelumnya telah diketahui adanya bentuk
kecurangan dalam pengupahan yang berupa diskriminasi
upah antara pekerja/buruh outsourcing dan pekerja/buruh
di suatu lokasi kerja yang sama diang di antara
keduanya melakukan jenis pekerjaan yang sama nilainya.
Dalam penerapan outsourcing, di dalam suatu divisi yang
di-outsourcing-kan akan lebih baik
pekerja-pekerja/buruh-buruh di dalam divisi itu
semuanya berstatus sebagai pekerja/buruh outsourcing.
2.1.6 SATU TIM KERJA UNTUK MELAKSANAKAN PEMENUHAN
PERMINTAAN TENAGA KERJA DARI KLIEN-KLIEN YANG SALING
BERKOMPETISI
Tidak jarang kami menemukan perusahaan outsourcing
memiliki klien yang saling berkompetisi (karena
bergerak di bidang yang sama) dan juga mendapatkan job
profile yang sama pula dari klien-kliennya tersebut.
2.1.7 TIDAK ADANYA PELATIHAN KERJA BAGI PEKERJA/BURUH
OUTSOURCE
Praktik outsourcing yang juga salah dilakukan oleh
perusahaan outsourcing yang tidak mengadakan pelatihan
bagi pekerja/buruh outsource-nya dengan hanya
didasarkan pada alasan penghematan biaya perusahaan.
Pekerja/buruh outsource yang kita miliki layaknya pohon
buah-buahan yang harus dipupuk dan akan mendapatkan
buah-buahan yang segar dan memenuhi standar untuk
dijual.
2.1.8 KURANGNYA PERHATIAN ATAS KEBUTUHAN, PERFORMA DAN
JENJANG KARIR PEKERJA/BURUH OUTSOURCE
Kurangnya perhatian perusahaan outsourcing pada
kebutuhan pekerja/buruh outsource-nya
dapat ,engakibatkan lunturnya integritas antara
pekerja/buruh.
2.2 PERBUDAKAN ZAMAN MODERN
Berdasarkan unjuk rasa dari pekerja/buruh outsource
diketahui bahwa pekerja/buruh outsource menganggap
sistem kerja outsourcing dapat disamakan dengan
perbudakan dizaman modern.
Memang tidak dapat dipungkiri bahwa pekerja/buruh
outsource itu seperti budak yang bekerja siang hingga
malam tetapi tetap hanya mendapat upah yang seadanya.
Oleh karena itu kita perlu membahas tentang perbudakan
zaman modern ini dari 3 aspek yaitu:
2.2.1 WAKTU KERJA
Waktu kerja pekerja/buruh diindonesia diatur diatur dan
dilindungi oleh pasal 77 dan pasal 78 undang-undang
nomor 13 tahun 2003. Mekanisme pengajuan waktu kerja
lembur untuk pekerja/buruh outsource yang umum
diterapkan didalam praktik outsourcing adalah
perusahaan pengguna outsourcing (perusahaan pemberi
kerja) terlebih dahulu mengajukan job order (yang harus
dilakukan pekerja/buruh outsource bersangkutan) kepada
perusahaan outsourcing dan kemudian harus mendapat
persetujuan dari perusahaan outsourcing yang
bersangkutan.
2.2.2 MASA DEPAN
Dengan menerapkan outsourcing dalam perusahaan,
perusahaan pengguna outsource (perusahaan pemberi
kerja) akan mendapat efisiensi berupa kepastian budget.
Tidak adanya jenjang karir didalam outsourcing pada
asasnya disebabkan oleh perjanjian kerja yang dilakukan
antara perusahaan outsourcing dan pekerja/buruh
outsource, yaitu Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
(PKWT). Dasar hukum penerapan PKWT sebagai bentuk
perjanjian kerja outsourcing adalah pasal 66 ayat 2
butir b undang-undang nomor 13 tahun 2013.
2.2.3 UPAH
Pelanggaran pengupahan bagi pekerja/buruh di Indonesia
hingga saat ini telah menjadi kebiasaan di kalangan
tertentu pengusaha Indonesia. Kebiasaan jelek inilah
yang akhirnya melahirkan persepsi negatif masyarakat
Indonesia tentang outsourcing.
2.3 PEMOTONGAN UPAH
Adanya fakta terjadinya perbedaan upah yang signifikan
antara upah yang diterima pekerja/buruh tetap di antara
keduanya melakukan pekerjaan yang sama nilainya di
lokasi kerja yang sama adalah suatu hal yang menarik
untuk kita kaji.
Komponen potongan upah pekerja/buruh di indonesia
terdiri atas:
1. Pajak penghasilan
2. Jamsostek
3. Biaya penempatan tenaga kerja
4. Ganti rugi
BAB III
PELAKSANAN OUTSOURCING
Ada tiga tahapan penting yang harus dilakukan
perusahaan yang akan melakukan outsource agar kegiatan
tersebut berhasil.
3.1 Tahapan Perencanaan
Tahapan ini mencakup beberapa hal seperti penentuan
pekerjaan yang akan di-outsource, pemilihan konsultan
dan pemilihan perusahaan outsource.
3.1.1 Penentuan Pekerjaan yang akan di-outsource
Penentuan pekerjaan yang akan di-outsource sangat
terkait dengan visi dan misi perusahaan. Misalnya
sebuah perusahaan telekomunikasi ingin leading di
bidangnya.
Selain untuk menentukan kegiatan core dan non core
pembuatan alur kegiatan juga berfungsi:
- Sebagai dasar hukum bagi penetapan melakukan
kegiatan outsourcing
- Memudahkan bagian operasional perusahaan dalam
membuat Man Power Planning
- Memudahkan dalam pembuatan budgeting untuk
pekerjaan yang sudah ditetapkan di-outsource
secara permanen
- Menjadi acuan baik internal perusahaan maupun
bagi pemerintah
Biasanya di jadikan pertimbangan perusahaan untuk
menentukan kegiatan core dan non core yaitu:
- Value added
- Tingkat resiko
- Arah pengembangan
- Kebiasaan industri
Contoh pekerjaan yang bisa di-outsource antara lain:
- Usaha pelayanan kebersihan
- Usaha penyediaan makanan
- Usaha tenaga pengamanan
- Usaha angkutan karyawan
- Usaha jasa penunjang di pertambangan dan
perminyakan
- Usaha penunjang sektor perbankan
- Usaha jasa penunjang di sektor telekomunikasi
- Usaha bidang rekayasa
- Usaha bidang sdm
- Usaha bidang keuangan
- Usaha bidang komunikasi
- Usaha di bidang csr
Bank melakukan pengujian dengan menggunakan kreterian
paling kurang sebagai berikut:
1. Beresiko rendah
2. Tidak membutuhkan kualifikasi kopentensi yang
tinggi di bidang perbankkan
3. Tidak terkait langsung dengan proses pengambilan
keputusan yang mempengaruhi operasional bank
3.1.2 Penentuan Konsultan
Jika diperlukan, perusahaan dapat menggukan jasa
konsultan dalam proses pelaksanaan outsourcing ini.
Ada beberapa cara memilih konsultan yaitu:
- Berdasarkan referensi dari perusahaan lain yang
sudah menggunakan jasa konsultan tersebut
- Bertanya pada user atau perusahaan lain yang
sudah menggunakan jasa konsultan tersebut
- Mencari lewat internet
- Melalui asosiasi bisnis alih daya (ABADI)
Konsultan harus memahami arsitek hukum industrial
termasuk outsourcing serta hal-hal terkait core dan non
core.
Adapun tugas konsultan antara lain:
- Membantu mengevaluasi pentingnya kerja sama
anatara perusahaan pengguna dan perusahaan
outsource
- Menentukan bidang-bidang yang akan di-outsource
- Membantu memilih perusahaan outsource yang
kredibel
- Menjajaki bonafiditas perusahaan oursource
- Memberi penjelasan mengenai dasar hukum kontrak
kerja
- membrikan saran dalam penyusunan kontrak kerja
- memberikan penjelasan mengenai manejemen fee.
3.1.3 Memilih perusahaan outsourcing
Cara memilih perusahaan outsource adalah:
- berdasarkan saran atau referensi konsultan
- mencari lewat internet referensi dari perusahaan
lain
- melalui asosiasi
- melalui majalah bisnis dan sdm
- melalui seminar
Setelah mengetahui beberapa perusahaan outsource yang
kredibel perusahaan akan memilih satu untuk dijadikan
mitra outsource beberapa faktornya adalah:
- harga
- jangka waktu pembataran
- kapasitas pelayanan
- variasi produk
3.2 Tahap Penyusutan Perjanjian
Dalam hal ini perusahaan pengguna harus sangat berhati-
hati dan memperhatikan elemen dalam service level
agreement’s (SLA) seperti:
- definisi
- ruang lingkup pengadaan jasa
- hubungan kemitraan
- persyaratan administratif
- biaya penyediaan jasa
- pernyataan jaminan
- hak kewajiban dan tanggung jawab
- kejadian tak terduga
Selain hal-hal di atas perjanjian juga harus mengatur
hal lain seperti:
- benturan kepentingan
- kepemilikan informasi
- penggunaan logo
- audit
- jangka waktu dan berakhirnya kontrak
- penyelesaiaan perselisihan
- kualitas tenaga kerja
- perubahan jenis pekerjaan
- pengalihan tugas
- cara pembayaran
- dan lain-lain
3.3 Tahapan Evaluasi Pelaksanaan Perjanjian
Evaluasi tersebut dilaksanakan melalui beberapa cara
yaitu:
- Laporan pertahun
- Rapat berkala
- Observasi langsung
- audit
- Kombinasi antara kegiatan diatas
3.4 Pelaksanaan Outsourcing yang baik
Hubungan antara pemberi pekerjaan (user) dan penerima
pekerjaan (vendor) harus berdasarkan pada: