makalah jual meli dalam islam
TRANSCRIPT
MAKALAH AGAMAJUAL BELI
DISUSUN OLEH :
Kelas :
Guru pembimbing :
SMK PGRI SUKOHARJOTahun Pelajaran 2014/2015
Kata PengantarPuji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kamiberhasil menyelesaikan Makalah pendidikan agama islam ini yangalhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “makalah jualbeli dalam islam”.Makalah ini di buat dengan tujuan untukmemenuhi tugas mata pelajaran pendidikan agama islam. Kamimenyadari bahwa makalah ini masih dari kata sempurna,oleh karenaitu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangunselalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semuapihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dariawal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segalausaha kita. Amin.
Sukoharjo,10 maret 2015
Penyusun
1.Pengertian Jual Beli
Jual beli menurut bahasa artinya pertukaran atau salingmenukar. Sedangkan menurut pengertian fikih, jual beli adalahmenukar suatu barang dengan barang yang lain dengan rukun dansyarat tertentu. Jual beli juga dapat diartikan menukar uangdengan barang yang diinginkan sesuai dengan rukun dan syarattertentu. Setelah jual beli dilakukan secara sah, barang yangdijual menjadi milik pembeli sedangkan uang yang dibayarkanpembeli sebagai pengganti harga barang, menjadi milik penjual.
Pada masa sekarang, cara melakukan jual beli mengalamiperkembangan. Di pasar swalayan ataupun mall, para pembeli dapatmemilih dan mengambil barang yang dibutuhkan tanpa berhadapandengan penjual. Pernyataan penjual (ijab) diwujudkan dalam daftarharga barang atau label harga pada barang yang dijual sedangkanpernyataan pembeli (kabul) berupa tindakan pembeli membayarbarang-barang yang diambilnya.
1. Hukum Jual Beli
Jual beli sudah ada sejak dulu, meskipun bentuknya berbeda.Jual beli juga dibenarkan dan berlaku sejak zaman RasulullahMuhammad SAW sampai sekarang. Jual beli mengalami perkembanganseiring pemikiran dan pemenuhan kebutuhan manusia. Jual beli yangada di masyarakat di antaranya adalah: a) jual beli barter (tukarmenukar barang dengan barang); b) money charger (pertukaran matauang); c) jual beli kontan (langsung dibayar tunai); d) jual belidengan cara mengangsur (kredit); e) jual beli dengan cara lelang
(ditawarkan kepada masyarakat umum untuk mendapat hargatertinggi).Berbagai macam bentuk jual beli tersebut harus dilakukan sesuaihukum jual beli dalam agama Islam. Hukum asal jual beli adalahmubah (boleh). Allah SWT telah menghalalkan praktik jual belisesuai ketentuan dan syari’at-Nya. Dalam Surah al-Baqarah ayat275 Allah SWT berfirman:
ۈۈا م ال�ر� ر ع وح� ي� ب� ل ال�له ال� ح� �واArtinya :…Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba…(Q.S. al-Baqarah: 275)
Jual beli yang dilakukan tidak boleh bertentangan dengan syariatagama Islam. Prinsip jual beli dalam Islam, tidak boleh merugikansalah satu pihak, baik penjual ataupun pembeli. Jual beli harusdilakukan atas dasar suka sama suka, bukan karena paksaan.
Hukum jual beli ada 4 macam, yaitu:(1)Mubah (boleh), merupakan hukum asal jual beli;(2)Wajib, apabila menjual merupakan keharusan, misalnya menjualbarang untuk membayar hutang;(3)Sunah, misalnya menjual barang kepada sahabat atau orang yangsangat memerlukan barang yang dijual;(4)Haram, misalnya menjual barang yang dilarang untukdiperjualbelikan. Menjual barang untuk maksiat, jual beli untukmenyakiti seseorang, jual beli untuk merusak harga pasar, danjual beli dengan tujuan merusak ketentraman masyarakat.
2 Landasan atau Dasar Hukum Jual Beli
Landasan atau dasar hukum mengenai jual beli inidisyariatkan berdasarkan Al-Qur’an, Hadist Nabi, dan Ijma’Yakni :
1. Al Qur’anYang mana Allah SWT berfirman dalam surat An-Nisa : 29
“Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu makan harta sesamamu dengan
jalan yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama
suka diantara kamu” (QS. An-Nisa : 29).
“Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba” (QS. Al-Baqarah :
275).
2. SunnahNabi, yang mengatakan:” Suatu ketika Nabi SAW, ditanya tentang mata
pencarian yang paling baik. Beliau menjawab, ’Seseorang bekerja dengan
tangannya dan setiap jual beli yang mabrur.” (HR. Bajjar, Hakim yang
menyahihkannya dari Rifa’ah Ibn Rafi ’). Maksud mabrur dalam hadist
adalah jual beli yang terhindar dari usaha tipu-menipu dan
merugikan orang lain.
3. Ijma’ Ulama telah sepakat bahwa jual beli diperbolehkan
dengan alasan bahwa manusia tidak akan mampu mencukupi
kebutuhan dirinya, tanpa bantuan orang lain. Namun
demikian, bantuan atau barang milik orang lain yang
dibutuhkannya itu, harus diganti dengan barang lainnya yang
sesuai. Mengacu kepada ayat-ayat Al Qur’an dan hadist, hukum jual
beli adalah mubah (boleh). Namun pada situasi tertentu, hukum
jual beli itubisa berubah menjadi sunnah, wajib, haram, dan makruh.
1. Rukun Jual Beli
Jual beli dinyatakan sah apabila memenuhi rukun dan syaratjual beli. Rukun jual beli berarti sesuatu yang harus ada dalamjual beli. Apabila salah satu rukun jual beli tidak terpenuhi,
maka jual beli tidak dapat dilakukan. Menurut sebagian besarulama, rukun jual beli ada empat macam, yaitu:a)Penjual dan pembelib)Benda yang dijualc)Alat tukar yang sah (uang)d)Ijab Kabul
Ijab adalah perkataan penjual dalam menawarkan barangdagangan, misalnya: “Saya jual barang ini seharga Rp 5.000,00”.Sedangkan kabul adalah perkataan pembeli dalam menerima jualbeli, misalnya: “Saya beli barang itu seharga Rp 5.000,00”. ImamNawawi berpendapat, bahwa ijab dan kabul tidak harus diucapkan,tetapi menurut adat kebiasaan yang sudah berlaku. Hal ini sangatsesuai dengan transaksi jual beli yang terjadi saat ini di pasarswalayan. Pembeli cukup mengambil barang yang diperlukan kemudiandibawa ke kasir untuk dibayar.
1. Syarat sah jual beli
Jual beli dikatakan sah, apabila memenuhi syarat-syarat yangditentukan. Persyaratan itu untuk menghindari timbulnyaperselisihan antara penjual dan pembeli akibat adanya kecurangandalam jual beli. Bentuk kecurangan dalam jual beli misalnyadengan mengurangi timbangan, mencampur barang yang berkualitasbaik dengan barang yang berkualitas lebih rendah kemudian dijualdengan harga barang yang berkualitas baik. Rasulullah MuhammadSAW melarang jual beli yang mengandung unsur tipuan. Oleh karenaitu seorang pedagang dituntut untuk berlaku jujur dalam menjualdagangannya. Adapun syarat sah jual beli adalah sebagai berikut:
a)Penjual dan pembeli
(1)Jual beli dilakukan oleh orang yang berakal agar tidak tertipudalam jual beli. Allah swt.berfirman dalam surah an-Nisaa’ ayat 5:
ما ي� م ق�" ك عل ال�له ل� ى ج�' ت"� م ال� ك وال� هاء ام� ف0 واال�س و� ت�" وۈ ت�"Artinya:
Dan janganlah kamu serahkan kepada orang yang belum sempurna akalnya, harta(mereka yang ada dalam kekuasaan) kamu yang dijadikan Allah sebagai pokokkehidupanmu.(Q.S.an-Nisaa’:5)
(2)Jual beli dilakukan atas kemauan sendiri (tidak dipaksa).Dalam Surah an-Nisaa’ ayat 29 Allah berfirman:
م ك ن0 م�� ن; ت�"راض0 ارة" ع� ج' ون; ت�"� ك Eن; ت� �ۈۈ ا ل� ا� اط�� ن' ا ل� م ت�'� ك ن0 Kب م ب�� ك ل� Mوا م� �لوا ا Oك �ا واۈ ت�" ن0 ن; ۈم� �Oي � ذ0 ها ال� �Uي �ا ت��Artinya:Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamudengan jalan yang batil (tidak benar) kecuali dalam perdagangan yang berlaku atasdasar suka sama suka di antara kamu. (Q.S. an-Nisaa’: 29)
(3)Barang yang diperjualbelikan memiliki manfaat (tidak mubazir)(4)Penjual dan pembeli sudah balihg atau dewasa, akan tetapi anak-anak yang belum baligh dibolehkan melakukan jual beli untukbarang-barang yang bernilaikecil, misalnya jual beli buku dan koran.
b)Syarat uang dan barang yang dijual
(1)Keadaan barang suci atau dapat disucikan.(2)Barang yang dijual memiliki manfaat.(3)Barang yang dijual adalah milik penjual atau milik orang lainyang dipercayakan kepadanya untuk dijual. Rasulullah bersabda:(4)Barang yang dijual dapat diserahterimakan sehingga tidakterjadi penipuan dalam jual beli.(5)Barang yang dijual dapat diketahui dengan jelas baik ukuran,bentuk, sifat dan bentuknya oleh penjual dan pembeli.
c)Ijab Kabul
Ijab adalah pernyataan penjual barang sedangkan Kabul adalahperkataan pembeli barang. Dengan demikian, ijab kabul merupakan
kesepakatan antara penjual dan pembeli atas dasar suka sama suka.Ijab dan kabul dikatakan sah apabila memenuhi syarat sebagaiberikut:
(1)Kabul harus sesuai dengan ijab;(2)Ada kesepakatan antara ijab dengan kabul pada barang yangditentukan mengenai ukuran dan harganya;(3)Akad tidak dikaitkan dengan sesuatu yang tidak ada hubungannyadengan akad, misalnya: “Buku ini akan saya jual kepadamu Rp10.000,00 jika saya menemukan uang”.(4)Akad tidak boleh berselang lama, karena hal itu masih berupajanji.
Macam jual beli
Dalam hal jual beli ada tiga macam yaitu jual beli yang sahdan tidak terlarang, jual beli yang terlarang dan tidak sah, jualbeli yang sah tetapi terlarang, monopoli dan najsi. Jual beliyang sah dan tidak terlarang yaitu jual beli yang diizinkan olehagama artinya, jual beli yang memenuhi rukun-rukun dan syarat-syaratnya. Sedangkan jual beli yang terlarang dan tidak sah yaitujual beli yang tidak diizinkan oleh agama, artinya jual beli yangtidak memenuhi syarat dan rukunnya jual beli. Dan jual beli yangsah tapi terlarang yaitu jual belinya sah, tidak membatalkan akaddalam jual beli tapi dilarang dalam agama Islam karena menyakitisi penjual, si pembeli atau orang lain; menyempitkan gerakanpasaran dn merusak ketentraman umum. Monopoli yaitu menimbunbarang dengan tujuan supaya orang lain tidak dapat membelinya dannajsyi adalah menawar barang dengan tujuan untuk mempengaruhiorang lain agar membeli barang yang ditawarkannya.
Jual beli yang terlarang dan tidak sah diantaranya adalah:jual beli barang najis, Jual beli anak hewan yang masih beradadalam perut induknya, jual beli yang ada unsur kecurangan danjual beli sperma hewan.
Jual beli yang sah tetapi terlarang diantaranya :membelibarang dengan harga mahal yang tujuannya supaya orang lain tidakdapat membeli barang tersebut, Membeli barang yang sudah dibeli
orang lain yang masih dalam hiyar, Mencegat para pedagang danmembeli barangnya sebelum mereka sampai dipasar dan sewaktumereka belum mengetahui harga pasar. Membeli barang untukditimbul dan setelah harganya mahal baru dijual, menjual barangyang menjadi alat maksiat bagi pembelinya, dan mengecoh urusanjual belibaik dari pembeli maupun penjual dalam keadaan barangatau ukurannya.
2. Ariyah (Pinjam meminjam)
Ariyah adalah memberikan manfaat sesuatu yang halal kepadaorang lain untuk diambil manfaatnya dengan tidak merusakkanzatnya agar dapat dikembalikan zat barang itu. Dalam hal ariyahterdapat rukun dan syaratnya yaitu sebagai berikut:
a. Rukun Ariyah
1).Orang yang meminjamkan syaratnya berhak berbuat kebaikansekehendaknya, manfaat
barang yang dipinjam dimiliki oleh yang meminjamkan.
2). Orang yang meminjam berhak menerima kebaikan
3). Barang yang dipinjam syaratnya barang tersebut bermanfaat,sewaktu diambil
manfaatnya zatnya tetap atau tidak rusak
Orang yang meminjam boleh mengambil manfaat dari barang yangdipinjamnya hanya sekedar menurut izin dari yang punya danapabila barang yang dipinjam hilang,atau rusak sebabpemakaianyang diizinkan , yang meminjam tidak menggantinya.Tetapi jikalau sebab lain, dia wajib mengganti.
b. Hukum Ariyah
Asal hukum meminjamkan sesuatu adalah sunat. Akan tetapikadang hukumnya wajib dan kadang-kadang juga haram. Hukumnyawajib contohnya yaitu meminjamkan pisau untuk menyembelih hewan
yang hamper mati. Dan hukumnya haram contohnya sesuatu yangdipinjam untuk sesuatu yang haram.
3. Perseroan
Perseroan adalah akad perjanjian antara dua orang atau lebihyang menetapkan hak milik bersama dalam persekutuan. Perseroianyang kita ketahui diantaranya adalah PT, CV, NV, dan Firma.
Perseroan ada beberapa macam yang lebih peting dan bergunaadalah serikat harta dan serikat kerja.
Penjelasan tentang kedua serikat ini dapat dipelajarisebagaimana berikut:
a. Serikat harta
Serikat harta atau serikat ‘Inan yaitu serikat yang terdiridari dua orang atau lebih untuk bersekutu harta yang ditentukandengan tujuan keuntungannya untuk mereka yang berserikat. Dalamberserikat keikhlasan sangat diperlukan dan harus menghindaripenghianatan.
Rukun serikat harta diantaranya:
Lafal akad atau sighat Orang yang berserikat
Pokok atau modal dan pekerjaan
Jenis usaha dalam serikat perlu suatu kesepakatan yangdisepakati oleh anggota serikat tersebut. Keuntungan dan kerugianddiperoleh dan ditanggung oleh setiap anggota serikat sesuaidengan hasil musyawarah anggota serikat.
Perseroan yang dikategorikan dalam serikat inan antara lain:
PT (Perseroan Terbatas)
P T yaitu perusahaan yang modalnya didapat dari saham-sahamyang memiliki harga nominal tertentu. Dalam pendirian P Tdidirikan dengan akte notarisdan A D (Anggaran Dasar) nyaharus disyahkan dari menteri kehakiman.
* Firma
Perseroan firma yaitu Persekutuan dari dua orang atau lebihyang berdagang bersama-sama dalam satu nama dan bertanggung jawabbersama terhadap perdagangannya. Sehingga semuanya bekerja penuhpada perusahaan
* CV (Commanditaire Venootschaf)
Dalam C V tidak semua anggotanya turut bekerja dalamperusahaan. Ada yang hanya menyerahkan modal untuk dikelola olehanggota-anggota lainnya. Maka C V adalah bentuk perluasan darifirma. Baik C V maupun Firma didirikan berdasarkan akte notariesdan segala bentuk aktivitas perusahaan dicantumkan dalam aktenya.
b. Serikat Kerja (Serikat Abdan)
Serikat kerja yaitu persekutuan antara dua orang atau lebihbersepakat atas suatu pekerjaan dan masing-masing mengerjakanpekerjaan sesuai dengan bidangnya. Penghasilannya dibagi menurutperjanjian sewaktu akad. Serikat kerja ini hukumnya sah apabilatidak ada yang berkhianat.
Serikat kerja jenisnya bermacam-macam diantaranya adalah qirad,mukhabarah, muzaraah dan musaqah.
a. Qirad
Qirat yaitu memberikan modal kepada orang lain untukdiperniagakan. Mengenai keuntungan, untuk keduanya sesuai denganperjanjian sewaktu akad. Akad dalam qirad adalah akad percayamempercayai dan semuanya harus didasari dengan ikhlas. Modaldalam qirad bisa berupa barang atau uang yang dapat dihitungharganya. Agama Islam tidak melarang qirad. Dalam qirad terdapatunsur tolong menolong dalam meningkatkan penghasilan.
Dalam qirat terdapat rukun-rukunnya diantaranya adalah:
Ada harta atau modal baik berbentuk uang atau barang Pekerjaan atau usahanya perdagangan
Ada pembagian keuntuangan atau kerugian
Pemodal dan yang menjalankan modal telah baligh
b. Muzaraah dan mukhabarah
Muzaraah yaitu suatu kerjasama antara pemilik lahanpertanian baik berupa sawah atau ladang dengan penggarap yangbibitnya asalnya dari penggarap dengan bagi hasil yang jumlahnyasesuai dengan kesepakatan bersama. Apabila system yang digunakanmuzaraah mengenai zakat ditanggung oleh penggarap dan apabilabenihnya asalnya dari pemilik sawah atau ladang dinamakanmukhabarah dan zakatnya ditanggung oleh pemilik tanah tersebut.
c. Musaqah
Musaqah disebut juga dengan paroan kebun maksudnya, suatukerjasama antara pemilik kebun dengan pemelihara kebun denganperjanjian dan kesepakatan bersama. Hal ini saling menguntungkankarena kadang orang punya kebun tetapi tidak sanggup mengurusinyaatau menggarapnya. Sedangkan orang yang tidak punya kebunmendapat kesempatan untuk menggarap atau mengurusinya sehinggamendapat suatu penghasilan yang bisa dinikmati bersama yang punyakebun.
Dalam hal musaqah terdapat rukun-rukunnya yaitu diantaranyaadalah:
Pemilik kebun dan yang menggarap kebun sama-sama berhak membelanjakan harta keduanya
Semua pohon yang berbuah boleh diparohkan demikian juga hasil pertahunnya
Ditentukan masanya dalam mengerjakan kebun
Terdapat kesepakatan dalam pembagian hasil kebun
Bank Islami
Dalam rangka untuk menghindari unsur riba, maka bermunculanbank yang berdasarkan syari’ah misalnya bank muamalat, banksyari’ah mandiri dan bank-bank lainnya yang berdasarkan syari’ah.Bank-bank tersebut dalam operasinya disesuaikan dengan prinsip-prinsip syari’ah Islam dan tatacaranya acuannya adalah Al Qur’andan As Sunah.
Agar tidak terdapat unsur riba, nasabah yang akan mengadakanakad perjanjian dengan bank dapat melaksanakan perihalsebagaimana berikut:
Mudarabah atau qirad Syirkah atau perseroan
Wadiah atau titipan uang
qard hasan atau peminjaman yang baik
murabahah atau bank membelikan barang yang diperlukan oleh pengusaha untuk dijual lagi dan bank dapat minta tambahan atas harga pembeliannya.
Dengan adanya bank syari’ah maka umat islam dapatmenghilangkan keragu-raguannya dalam berurusan dengan bank.Selain itu hikmahnya dengan adanya bank syari’ah antara lain:
Mempermudah umat islam dalam menjalankan syari’at khususnya dalam bidang keuangan dan perekonomian
Dapat menghindari unsur riba
Nyaman dalam berhubungan dengan bank karena sudah bersyari’ah Islam
Ekploitasi dari orang kaya terhadap orang miskin dapat terhindari
Adapun macam-macam jual beli yang perlu kita ketahui, antara lainyaitu:
1. Jual beli yang sahih
Suatu jual beli dikatakan sebagai jual beli yang sahih} apabilajual beli tersebut disyari'atkan memenuhi rukun dan syarat yangditentukan, bukan milik orang lain, tidak bergantung pula padahak khiyar lagi, jual beli seperti ini dikatakan sebagai jual beliyang sahih. Misalnya, seseorang membeli sebuah kendaraan rodaempat. Seluruh rukun dan syarat jual beli telah terpenuhi,kendaraan roda empat itu telah diperiksa oleh pembeli dan tidakada cacat, tidak ada yang rusak, tidak ada manipulasi harga danharga buku (kwitansi) itupun telah diserahkan, serta tidak adalagi hak khiyar dalam jual beli itu. Jual beli yang demikian inihukumnya sahih dan telah mengikat kedua belah pihak.
Ulama' sepakat bahwa jual beli dikategorikan sahih apabiladilakukan oleh orang yang balig, berakal, dapat memilih, dan mampuber-tasarruf secara bebas dan baik. Mereka yang dipandang tidak sahjual belinya adalah berikut ini:
· Jual beli orang gilaUlama’ fiqh sepakat bahwa jual beli orang gila tidak sah. Begitupula sejenisnya, seperti orang mabuk dan lain-lain.
· Jual beli anak kecilUlama’ fiqh sepakat bahwa jual beli anak kecil (belum mumayyiz)dipandang tidak sah, kecuali dalam perkara-perkara yang ringanatau kecil. Menurut ulama' Syafi'iyah, jual beli anak mumayyizyang belum balig tidak sah.29 Adapun menurut ulama' Malikiyah,Hanafiyah, dan Hanabilah, jual beli anak kecil di pandang sahjika di izinkan walinya. Mereka antara lain beralasan, salah satucara untuk melatih kedewasaan adalah dengan memberikankeleluasaan untuk jual beli dan juga pengamalan, sesuai atasfirman Allah SWT.
ھم وال� م� �م ا ھ� ی� ل� �Zعوا ا ادف�0 ذا ف�0 ھم رش�_ ی0 م م�� ست" ن; ءان�0 �Zا اح ف�0 ك وا ال�ن0� لع0 ا ت�� د0 �Zى ا ت" امى ح� ن" ب� لوا ال� ن" .واب�'
“Dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk kawin. kemudian jikamenurut pendapatmu mereka telah cerdas (pandai memelihara harta), Makaserahkanlah kepada mereka harta-hartanya”. (QS. An-Nisaa’: 6)30
· Jual-beli orang butaJual beli orang buta di kategorikan sah menurut jumhur ulama’jika barang yang dibelinya diberi sifat (diterangkan sifat-sifatnya). Adapun menurut ulama Syafi’iyah, jual beli orang butaitu tidak sah sebab ia tidak dapat membedakan barang yang jelekdan yang baik.
· Jual beli terpaksa Menurut ulama’ Hanafiyah. Hukum jualbeli orang terpaksa seperti jual beli fudul (jual beli tanpaseizin pemiliknya), yakni ditangguhkan (mauquf). Oleh karena itu,keabsahannya di tangguhkan sampai rela (hilangnya rasa terpaksa).Menurut ulama’ Malikiyah tidak lazim baginya ada khiyar. Adapunmenurut ulama Syafi’iyah dan Hanabilah jual-beli tersebut tidaksah, karena tidak ada kerid}a'an ketika akad.
· Jual beli fusulJual beli fusul adalah jual beli milik orang tanpa seizinpemiliknya. Menurut ulama Hanafiyah dan Malikiyah, jual beli iniditangguhkan sampai ada izin pemilik. Adapun menurut ulamaHanabilah dan Syafi’iyah jual beli fus}ul tidak sah.
· Jual beli orang yang terhutang Jual beli orang yangterhutang merupakan jual beli yang terhalang. Maksud terhalangdisini adalah terhalang karena kebodohan, bangkrut, atau sakit.Jual-beli orang bodoh yang suka mengharamkan hartanya, menurutpendapat ulama Malikiyah, Hanafiyah dan pendapat paling sahihdikalangan Hanabilah, harus ditangguhkan. Adapun menurut ulama'Syafi’iyah, jual beli tersebut tidak sah karena tidak ahli danucapannya dipandang tidak dapat di pegang.34 Begitu pula ditangguhkan jual beli orang yang sedang bangkrut berdasarkanketetapan hukum, menurut ulama Malikiyah dan Hanafiyah, sedangkanmenurut ulama Syafi’iyah dan Hanabilah, jual beli tersebut tidaksah.
Menurut jumhur selain Malikiyah, jual beli orang sakit parahyang sudah mendekati mati hanya dibolehkan sepertiga dari
hartanya (tirkah), dan bila ingin lebih dari sepertiga, jual beli tersebut
Barang Yang Diperjual Belikan
Barang yang diperjual-belikan harus memenuhi syarat-syarat yang
diharuskan, antara lain :
1.Barang yang diperjual-belikan itu halal.
2.Barang itu ada manfaatnya.
3.Barang itu ada ditempat, atau tidak ada tapi ada
ditempat lain.
4.Barang itu merupakan milik si penjual atau dibawah
kekuasaanya.
5.Barang itu hendaklah diketahui oleh pihak penjual dan
pembeli dengan jelas, baik zatnya, bentuknya dan kadarnya,
maupun sifat-sifatnya.
d. Nilai tukar barang yang dijual (pada zaman modern
sampai sekarang ini berupa uang).
Adapun syarat-syarat bagi nilai tukar barang yang dijual itu
adalah :
1.Harga jual disepakati penjual dan pembeli harus jelas jumlahnya.
2.Nilai tukar barang itu dapat diserahkan pada waktu transaksi jual
beli, walaupun secara hokum misalnya pembayaran menggunakan kartu
kredit.
3.Apabila jual beli dilakukan secara barter atau Al-muqayadah
(nilai tukar barang yang dijual bukan berupa uang tetapi berupa
uang).
2.4 Hal-hal Yang Terlarang Dalam Jual Beli
Jual beli dapat dilihat dari beberapa sudut pandang, antara
lain ditinjau dari segi sah atau tidak sah dan terlarang atau
tidak terlarang.
1. Jual beli yang sah dan tidak terlarang yaitu jual beli yang
terpenuhi rukun-rukun dan syarat-syaratnya.
2. Jual beli yang terlarang dan tidak sah (bathil) yaitu jual
beli yang salah satu rukun atau syaratnya tidak terpenuhi atau
jual beli itu pada dasar dan sifatnya tidak disyariatkan
(disesuaikan dengan ajaran islam).
3. Jual beli yang sah tapi terlarang ( fasid ). Jual beli ini
hukumnya sah, tidak membatalkan akad jual beli, tetapi dilarang
oleh Islam karena sebab-sebab lain.
4. Terlarang sebab Ahliah (Ahli Akad). Ulama telah sepakat
bahwa jual beli dikategorikan sah apabila dilakukan
oleh orang yang baliqh, berakal, dapat memilih.
Mereka yang dipandang tidak sah jual belinya sebagai berikut :
Jual beli yang dilakukan oleh orang gila.
Jual beli yang dilakukan oleh anak kecil. Terlarang
dikarenakan anak kecil belum cukup dewasa untuk mengetahui
perihal tentang jual beli.
Jual beli yang dilakukan oleh orang buta. Jual beli ini
terlarang karena ia tidak dapat membedakan barang yang
jelek dan barang yang baik.
J u a l b e l i t e r p a k s a
5.Jual beli fudhul adalah jual beli milik orang lain tanpa seizin
pemiliknya.
6.Jual beli yang terhalang. Terhalang disini artinya karena
bangkrut, kebodohan, atau pun sakit.
7.Jual beli malja’ adalah jual beli orang yang sedang dalam
bahaya, yakni untuk menghindar dari perbuatan zalim.
8.Terlarang Sebab Shigat. Jual beli yang antara ijab dan kabulnya
tidak ada kesesuaian maka dipandang tidak sah. Beberapa
jual beli yang termasuk terlarang sebab shiqat sebagai
berikut :
Jual beli Mu’athah. Jual beli yang telah disepakati oleh pihak
akad, berkenaan dengan barang maupun harganya, tetapi tidak
memakai ijab kabul.
Jual beli melalui surat atau melalui utusan dikarenakan
kabul yang melebihi tempat, akad tersebut dipandang tidak sah,
seperti surat tidak sampai ketangan orang yang dimaksudkan.
Jual beli dengan syarat atau tulisan. Apabila isyarat dan
tulisan tidak dipahami dan tulisannya jelek (tidak dapat dibaca),
maka akad tidak sah.
Jual beli barang yang tidak ada ditempat akad. Terlarang
karena tidak memenuhi syarat in’iqad (terjadinya akad). Jual beli
tidak bersesuaian antara ijab dan kabul.
Jual beli munjiz adalah yang dikaitkan dengan suatu syarat atau
ditangguhkan pada waktu yang akan datang.
9.Terlarang Sebab Ma’qud Alaih (Barang jualan) Ma’qud alaih adalah
harta yang dijadikan alat pertukaran oleh orang yang
akad, yang biasa disebut m a b i ’ (barang jualan) dan
harga. Tetapi ada beberapa masalah yang disepakati oleh
sebagian ulama, tetapi diperselisihkan, antara lain :
Jual beli benda yang tidak ada atau dikhwatirkan tidak
ada.
Jual beli yang tidak dapat diserahkan. Contohnya jual beli
burung yang ada di udara, dan ikan yang ada didalam air tidak
berdasarkan ketetapan syara’.
Jual beli gharar adalah jual beli barang yang menganung unsur
menipu (gharar)..
Jual beli barang yang najis dan yang terkena najis.
Contohnya : Jual beli bangkai, babi, dll.
Jual beli air
Jual beli barang yang tidak jelas (majhul). Terlarang
dikarenakan akan mendatangkan pertentangan di antara
manusia.
Jual beli yang tidak ada ditempat akad (gaib) tidak
dapat dilihat. Jual beli sesuatu sebelum dipegangi. Jual
beli buah-buahan atau tumbuhan apabila belum terdapat
buah, disepakati tidak ada akad. Setelah ada buah, tetapi
belum matang, akadnya fasid.
10.Terlarang Sebab Syara’. Jenis jual beli yang dipermasalahkan
sebab syara’ nya diantaranya adalah :
jual beli riba
Jual beli dengan uang dari barang yag diharamkan. Contohnya
jual beli khamar, anjing, bangkai.
Jual beli barang dari hasil pencegatan barang yakni
mencegat pedagang dalam perjalanannya menuju tempat yang
dituju sehingga orang yang mencegat barang itu mendapatkan
keuntungan.
Jual beli waktu adzan jum’at.Terlarang dikarena bagi laki-
laki yang melakukan transaksi jual belidapat mengganggukan
aktifitas kewajibannya sebagai muslim dalam mengerjakan
shalat jum’at.
Jual beli anggur untuk dijadikan khamar .
Jual beli barang yang sedang dibeli oleh orang laing. Jual
beli hewan ternak yang masih dikandung oleh induknya.
KesimpulanHukum jual beli pada dasarnya diperbolehkan oleh ajaran
islam. Kebolehan ini didasarkan kepada kepada firman Allah yang
terjemahannya sebagai berikut :‘’ janganlah kamu memakan harta
diantara kamu dengan jalan batal melainkan dengan jalan jual
beli, suka sama suka...”(Q.S An-Nisa’ : 29) Dan Hadist Nabi SAW,
yang artinya sebagai berikut : “ Bahwa nabi SAW ditanya tentang,
mata pencaharian apakah yang paling baik ? jawabnya : seseorang
yang bekerja dengan tangannya sendiri dan setiap jual beli yang
bersih”.(H.R. Al-Bazzar) Dalam pada itu ulama sepakat mengenai
kebolehan berjual beli ini sebagai salah satu usaha yang telah
dipraktekkan semenjak masa Nabi SAW hingga saat sekarang ini.
Rukun dan Syarat
Untuk syah nya jual beli yang dilakukan diperlukan beberapa
rukun dan syarat yang harus dipenuhi, yaitu : penjual dan pembeli
dengan syarat :
a. Berakal, bagi yang gila, bodoh dan lainnya tidak syah
melakukan jual beli.
b. Kehendak sendiri, bukan karena dipaksa.
c. Keadaannya tidak mubazir (pemboros), orang pemberos
hartanya dibawah wali.
Barang-barang yang terlarang diperjualbelikan
Keharaman memperjualbelikan barang-barang tersebut
didasarkan kepada hadist nabi SAW, yang artinya sebagai berikut:
“dan sesungguhnya allah, apabila mengharamkan makan sesuatu
kapada suatu kaum, maka mengharamkan pula harganya. Contoh jual
beli
Imam Ahmad berkata bahwa telah menceritakan kepada kami Yunus binMuhammad, telah menceritakan kepada kami Laits, dari Ja`far ibnu Rabi`ah, dariAbdur Rahman ibnu Hurmudz, dari Abu Hurairah, dari Rasulullah Saw yangmengisahkan dalam sabdanya, “Dahulu ada seorang lelaki dari kalangan Bani Israil memintameminta kepada seseorang yang juga dari kalangan Bani Israil agarmeminjaminya uang sebesar 1000 dinar. Maka pemilik uang berkatakepadanya, “Datangkanlah kepadaku para saksi agar transaksiku inidipersaksikan oleh mereka”Ia menjawab, “Cukuplah Allah sebagai saksi”. Pemilik uangberkata, “Datangkanlah kepadaku seorang yang menjaminmu”. Iamenjawab, “Cukuplah Allah sebagai penjamin”. Pemilik uangberkata, “Engkau benar”. Lalu pemilik uang itu memberikan utangitu kepadanya untuk waktu yang ditentukan. Lalu ia berangkatmelalui jalan laut (naik perahu).Setelah keperluannya selesai, lalu ia mencari perahu yang akanmengantarkannya ke tempat pemilik uang karena saat pelunasanutangnya hampir tiba. Akan tetapi ia tidak menjumpai sebuahperahu pun.Akhirnya ia mengambil sebatang kayu, lalu melubangi tengahnya,kemudian uang 1000 dinar itu dimasukkan ke dalam kayu itu berikutsepucuk surat buat alamat yang dituju. Lalu lubang itu ia sumbatrapat, kemudian ia datang ke tepi laut dan kayu itu ia lemparkanke laut seraya berkata, “Ya Allah, sesungguhnya Engkau telahmengetahui bahwa aku pernah berutang kepada si Fulan sebanyak1000 dinar. Ketika ia meminta kepadaku seorang penjamin, makakukatakan, ‘Cukuplah Allah sebagai penjaminku`, dan ternyata iarela dengan hal tersebut.Ia meminta saksi kepadaku, lalu kukatakan, ‘Cukuplah Allahsebagai saksi` dan ternyata ia rela dengan hal tersebut.Sesungguhnya aku telah berusaha keras untuk menemukan kendaraan(perahu) untuk mengirimkan ini kepada orang yang telah memberikuutang tetapi aku tidak menemukan sebuah perahu pun. Sesungguhnyasekarang aku titipkan ini kepada Engkau”. Lalu ia melemparkan
kayu itu ke laut hingga tenggelam ke dalamnya. Sesudah itu iaberangkat dan tetap mencari kendaraan perahu untuk menjuju kenegeri pemilik piutang.Lalu lelaki yang memberinya utang keluar dan melihat-lihatbarangkali ada perahu yang tiba membawa uangnya. Ternyata yang iajumpai adalah sebatang kayu tadi yang di dalamnya terdapat uang.Maka ia memungut kayu itu untuk keluarganya sebagai kayu bakar.Ketika ia membelah kayu itu, ternyata ia menemukan sejumlah hartadan sepucuk surat itu. Kemudian lelaki yang berutang tibakepadanya dan datang kepadanya dengan membawa uang 1000 dinarsambil berkata, “Demi Allah, aku terus berusaha keras mencariperahu untuk sampai kepadamu dengan membawa uangmu tetapiternyata aku tidak dapat menemukan sebuah perahu pun sebelum akutiba dengan perahu ini”.Ia bertanya, “Apakah engkau pernah mengirimkan sesuatukepadaku?”. Lelaki yang berutang balik bertanya, “Bukankah akutelah katakatan kepadamu bahwa aku tidak menemukan sebuah perahupun sebelum perahu yang datang membawaku sekarang?`.Ia berkata, “Sesungguhnya Allah telah membayarkan utangmu melaluiapa yang engkau kirimkan di dalam kayu tersebut. Maka kembalilahkamu dengan 1000 dinarmu itu dengan sadar. (HR Bukhari)“Allah Swt berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu salingmemakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaanyang berlaku dengan suka sama-suka di antara kalian”. (Q.S. An Nisaa’ 4 : 29)Ibnu Katsir rh berkata tentang ayat di atas bahwa Allah Swtmelarang hamba-hamba-Nya yang beriman memakan harta sebagian darimereka atas sebagian yang lain dengan cara yang batil yaknimelalui usaha yang tidak diakui oleh syariat seperti cara ribadan judi serta cara-cara lainnya dengan menggunakan berbagaimacam tipuan dan pengelabuan.Sekalipun pada lahiriyahnya seperti memakai cara-cara yang sesuaisyara` tetapi Allah lebih mengetahui bahwa sesungguhnya parapelakunya hanyalah semata-mata menjalankan riba tetapi dengancara hailah (tipu muslihat). (Tafsir Ibnu Katsir)“kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kalian”, yakni janganlah kalian menjalankan usahayang menyebabkan perbuatan yang diharamkan tetapi berniagalah