makalah oke
TRANSCRIPT
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT hingga saat ini kami
diberikan kesempatan untuk dapat memenuhi tugas yang diberikan
dan menulis sebuah makalah yang berjudul “POLISITEMIA”. Hanya
karena rahmat yang diberikan-Nya kami dapat membuat makalah
ini hingga selesai. Apapun yang kami sajikan semoga selalu
bermanfaat bagi para pembacanya.
Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis banyak mendapat
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan
ini dengan setulus hati penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan
bantuan terutama kepada Ibuk dosen Sistem Imun dan Hematologi
”Ns.Syafrida, S.Kep” yang telah rela meluangkan waktunya demi
selesainya makalah ini.
Walaupun kami telah mengusahakan kesempurnaan dalam
penulisan makalah ini, kami sangat menyadari, bahwa masih
banyak kekurangan baik isi maupun teknik penulisan. Untuk itu
kritik dan saran yang bersifat membangun selalu kami harapkan.
Padang , November
2012
1
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jumlah sel darah merah normal dalam darah
bervariasi, dan lebih tinggi pada laki-laki daripada
perempuan. bayi baru lahir memiliki jumlah sel merah yang
lebih tinggi daripada orang dewasa.
Jika ada jumlah yang lebih tinggi dari sel darah
merah dalam sirkulasi dari biasanya maka seseorang
dikatakan telah erythrocytosis atau polisitemia. Situasi
sebaliknya dapat terjadi, dimana ada tingkat yang lebih
rendah dari sel darah merah daripada biasanya, dan
kondisi ini disebut sebagai "anemia". jumlah sel darah
merah Dibesarkan dapat ditemukan kebetulan pada orang
tanpa gejala, pada tahap awal polisitemia.
Pada polisitemia primer, mungkin menjadi 8 - 9 juta
jiwa dan kadang-kadang 11 juta eritrosit milimeter kubik
2
darah (kisaran normal untuk orang dewasa adalah 4-6), dan
hematokrit mungkin setinggi 70 hingga 80%. Selain itu,
volume total darah kadang-kadang meningkat menjadi
sebanyak dua kali normal. Sistem vaskular keseluruhan
dapat menjadi nyata membesar dengan darah, dan sirkulasi
kali untuk darah ke seluruh tubuh dapat meningkat hingga
dua kali dari nilai normal. Peningkatan jumlah eritrosit
dapat menyebabkan viskositas darah untuk meningkatkan
sebanyak lima kali normal. Kapiler dapat menjadi
terpasang oleh darah yang sangat kental, dan aliran darah
melalui pembuluh cenderung sangat lamban.
Baru-baru ini, pada tahun 2005, mutasi pada kinase
JAK2 (V617F) telah ditemukan oleh beberapa kelompok
peneliti akan sangat terkait dengan polisitemia vera.
JAK2 adalah anggota dari keluarga Janus kinase dan
membuat prekursor erythroid peka terhadap eritropoietin
(EPO). mutasi ini mungkin dapat membantu dalam membuat
diagnosis atau sebagai target untuk terapi masa depan.
Sebagai konsekuensi dari di atas, orang dengan
polisitemia vera tidak diobati berada pada risiko
berbagai peristiwa trombotik (trombosis vena dalam,
embolisme paru), serangan jantung dan stroke, dan
memiliki risiko yang besar sindrom Budd-Chiari (trombosis
vena hati), atau Myelofibrosis. Kondisi ini dianggap
kronis, ada. pengobatan simtomatik yang dapat menormalkan
jumlah darah dan kebanyakan pasien dapat hidup normal
selama bertahun-tahun.
3
Polisitemia vera (yang secara harfiah
diterjemahkan sebagai "polisitemia benar") juga dikenal
sebagai suatu jenis polisitemia primer. Primer berarti
bahwa polisitemia tidak disebabkan oleh gangguan lain.
Polisitemia vera terjadi di semua kelompok usia
(termasuk anak-anak), meskipun peningkatan insiden
dengan usia. Satu penelitian menemukan rata-rata usia
saat diagnosis menjadi 60 tahun, sementara sebuah
penelitian Mayo Clinic di Olmsted County, Minnesota
menemukan bahwa kejadian tertinggi pada usia 70-79 tahun.
keseluruhan kejadian dalam populasi Minnesota adalah 1,9
per 100.000 orang-tahun, dan penyakit itu lebih sering
terjadi pada pria daripada wanita. Sebuah cluster di
situs beracun dikonfirmasi di timur laut Pennsylvania
pada tahun 2008.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
- Untuk mengetahui tentang penyakit yang berkaitan dengan
sistem Imunologi yaitu Polisitemia
2. Tujuan Khusus
- Mengetehui konsep teoritis penyakit polisitemia
- Mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan pada
penyakit polisitemia meliputi definisi, manifestasi
klinis, WOC.
4
- Mengetahui asuhan keperawatan pada penyakit
polisitemia, yang meliputi pengkajian, diagnosa
keperawatan, intervensi dan rasional.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
Polisitemia adalah suatu keadaan dimana terjadi
peningkatan jumlah sel darah merah akibat pembentukan sel
darah merah yang berlebihan oleh sumsum tulang. Polisitemia
adalah suatu kondisi yang jarang terjadi di mana tubuh terlalu
banyak memproduksi sel darah merah.
Ada dua jenis utama polisitemia:
a. Polisitemia Vera adalah adalah suatu gangguan atau
kelainan mieloproliferatif kronik yang ditandai dengan
peningkatan sel darah merah (eritrositosis) sehingga
terjadi hiperviskositas aliran darah.
b. Polisitemia Sekunder umumnya terjadi sebagai respon
terhadap faktor-faktor lain atau kondisi yang
5
mendasarinya atau gangguan, seperti tumor hati, tumor
ginjal atau sindroma Cushing.
Penyebab, gejala, dan perawatan dari dua kondisi yang
berbeda-beda. Polisitemia Vera lebih serius dan dapat
mengakibatkan komplikasi kritis lebih dari polisitemia
sekunder. Sel darah tubuh diproduksi di sumsum tulang
ditemukan di beberapa tulang,Seperti tulang paha.
Biasanya produksi sel darah diatur oleh tubuh sehingga
jumlah sel darah baru dibuat untuk menggantikan sel-sel darah
yang lama karena mereka mati. Dalam polisitemia, proses ini
tidak normal karena berbagai penyebab dan menghasilkan terlalu
banyak sel darah merah dan kadang-kadang sel-sel darah
lainnya. Hal ini menyebabkan penebalan darah.
B. ETIOLOGI
Sel darah tubuh diproduksi di sumsum tulang ditemukan di
beberapa tulang, seperti tulang paha. Biasanya produksi sel
darah diatur oleh tubuh sehingga jumlah sel darah kanan baru
dibuat untuk menggantikan sel-sel darah yang lama karena
mereka mati. Dalam polisitemia, proses ini tidak normal karena
berbagai penyebab dan menghasilkan terlalu banyak sel darah
merah dan kadang-kadang sel-sel darah lainnya. Hal ini
menyebabkan penebalan darah.
a. Polisitemia Primer: Dalam polisitemia primer peningkatan
sel darah merah adalah karena masalah yang melekat dalam
proses produksi sel darah merah. Polisitemia Primer
terjadi di sekitar 2 pada setiap 100.000 orang.
6
Penyebabnya tidak diketahui. Namun, polisitemia ini hadir
saat lahir, biasanya disebabkan oleh kelainan genetik
warisan yang abnormal menyebabkan tingkat tinggi prekursor
sel darah merah. polisitemia keluarga dan bawaan. Primer
(PFCP) dan polisitemia vera (PV).
b. Polisitemia sekunder: polisitemia sekunder umumnya terjadi
sebagai respon terhadap faktor-faktor lain atau kondisi
yang mendasarinya atau gangguan, seperti tumor hati, tumor
ginjal atau sindroma Cushing. Polisitemia sekunder juga
dapat disebabkan oleh peningkatan eritropoietin (EPO)
produksi baik dalam respon terhadap hipoksia kronis (kadar
oksigen rendah) atau dari tumor mensekresi eritropoietin,
perilaku, gaya hidup, seperti merokok, tinggal di tempat
yang tinggi, penyakit paru-paru parah, dan penyakit
jantung.Bila ada kekurangan oksigen, tubuh merespon dengan
memproduksi lebih banyak sel darah merah yang membawa
oksigen ke sel-sel tubuh.
Berikut ini adalah daftar penyebab atau kondisi yang
mendasarinya (lihat juga mendiagnosis penyebab yang mendasari
polisitemia) yang mungkin dapat menyebabkan polisitemia
meliputi :
Terpapar Karbon monoksida kronis
Dehidrasi
Ibu merokok
Bayi dari ibu diabetes
Tumor ginjal
Polisitemia vera rubra
7
Penyakit paru kronis
Penyakit paru obstruktif kronik
C. TANDA DAN GEJALA
1. Hiperviskositas.
Peningkatan jumlah total eritrosit akan meningkatkan
viskositas darah yang kemudian akan menyebabkan:
Penurunan kecepatan aliran darah (shear rate), lebih jauh
lagi akan menimbulkan eritrostasis sebagai penggumpalan
eritrosit.
Penurunan laju transpor oksigen.
Kedua hak tersebut akan mengakibatkan terganggunya
oksigenasi jaringan. Berbagai gejala dapat timbul karena
terganggunya oksigenasi organ sasaran (iskemia/infark)
seperti otak,mata, telingga, jantung, paru, dan
ekstermitas. Sel darah merah yang berlebihan akan
menambah volume darah dan menyebabkan darah menjadi lebih
kental sehingga lebih sulit mengalir melalui pembuluh
darah yang kecil (hiperviskositas). Jumlah sel darah merah
bisa meningkat jauh sebelum timbulnya gejala.
Penurunan shear rate
Penurunan shear rate akan menimbulkan gangguan fungsi
hemastasis primer yaitu agregasi trombosit pada endotel.
Hal tersebut akan mengakibatkan timbulnya pendarahan,
walaupun jumlah trombosit > 450 ribu/mL. Perdarahan
terjadi pada 10-30% kasus PV, manifestasinya dapat berupa
epitaksis, ekimosis, dan perdarahan gastrointestinal.
8
Trombositosis
Trombositosis (hitung normal > 400.000/ml). Dapat
menimbulkan trombosis pada PV tidak ada kolerasi
trombositosis dengan trombosis. Trombosis vena atau
tromboflebitis dengan emboli terjadi pada 30-50% kasus
PV.
Basofilia
Lima puluh persen kasus PV Penderita bisa merasakan
gatal di seluruh tubuh, terutama setelah mandi air
hangat. Kaki dan panas terasa panas (seperti terbakar)
dan kadang tulang terasa nyeri. Dan polisetimea vera
datang dengan urtikaria suatu keadaan yang disebabkan
dengan meningkatnya kadar histamin dalam darah sebagai
akibat adanya basofilia. Terjadinya gastritis dan
pendarahan lambung terjadi karna peningkatan kadar
histamin.
Splenomegali.
Splenomegali tercatat pada sekitar 75% pasien
polisetimia vera. Splenomegali terjadi sebagai akibat
sekunder hiperaktivitas hemopoesis ekstramendula.
Hematomegali
Hematomegali dijumpai pada kira-kira 40% menggidap
penyakit polisitemia vera. Sebagaimana dengan halnya
Splonomogali. Hepatomegali juga merupakan akibat sekunder
hiperaktifitas hemopoesia ekstramedula.
Laju siklus sel yang tinggi
Sebagai konsekuensiya logis hiperaktifitas
hemopoesis dan splenomegali adalah sekuestari sel darah
9
makin cepat dan banyak dengan demikian produksi asam urat
darah akan meningkat. Disisi lain laju filtrasi
gromeruler menurun karena penurunan shear rate.
Gejala-gejala polisitemia bervariasi tergantung dari
penyebabnya dan adanya komplikasi. Gejala polisitemia vera
dapat mencakup pusing , sakit kepala , kemerahan pada wajah,
kesulitan bernafas, kelelahan, gatal setelah mandi panas,
limpa membesar , kelesuan, dan gangguan visual. Gejala
sekunder polisitemia meliputi kelesuan, hipertensi , dan sakit
kepala.
D. PATOFISIOLOGI
Mekanisme yang diduga untuk menyebabkan peningkatan
poliferesi sel induk hematopoietik adalah sebagai berikut:
1 tidak terkontrolnya poliferesi sel induk hematopoietik
yang bersifat neoplastik
2 adanya faktor mieloproliferatif abnormal yang
memepengaruhi poliferasi sel induk hematopoietik
normal.
3 Peningkatan sensivitas sel induk hematopoietik terhadap
eritropoitin, interlaukin,1,3 GMCSF dan sistem cell
faktor.
Adapun perjalanan klinis polisitemia yaitu :
Fase eritrositik atau fase polisitemia.
Fase ini merupakan fase permulaan. Pada fase ini
didapatkan peningkatan jumlah eritrosit yang dapat bertanggung
10
jawab 5-25 tahun. Pada fase ini dibutuhkan flebotomi secara
teratur untuk menggendalikan viskositas darah dalam batasan
normal.
Fase brun out (terbakar habis) atau spent out (terpakai habis
).
Dalam fase ini kebutuhan flebotomi menurun sangat jauh
atau pasien memasuki priode panjang yang tampaknya seperti
remisi, kadang-kadang timbul anemia tetapi trombositosis dan
leokositosis biasanya menetap.
Fase mielofibrotik
Jika terjadi sitopenia dan splenomegali progresif,
manifestasi klinis dan perjalanan klinis menjadi serupa dengan
mielofibrosis dan metaplasia mieliod. Kadang- kadang terjadi
metaplasia mieloid pada limpa, hati, kelenjar getah bening dan
ginjal.
Fase terminal
Pada kenyataannya kematian pasien dengan polisitemia vera
diakibatkan oleh komplikasi trombosis atau perdarahan.
Kematian karena mielofibrosis terjadi pada kurang dari 15%.
Kelangsungan hidup rerata (median survival) pasien yang
diobati berkisar anatara 8 dan 15 tahun, sedangkan pada pasien
yang tidak mendapatkan pengobatan hanya 18 bulan. Dibandingkan
dengan pengobatan flibotomi saja, resiko terjadinya leukemia
akut meningkat 5 kali jika pasien diberi pengobatan fosfor P32
11
dan 13 kali jika pasien mendapatkan obat sitostatik seperti
klorambusil.
E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan Fisik
yaitu ada tidaknya pembesaran limpa dan penampilan
kulit (eritema).
2. Pemeriksaan Darah
Jumlah sel darah ditentukan oleh complete blood cell
count (CBC), sebuah tes standar untuk mengukur
konsentrasi eritrosit, leukosit dan trombosit dalam
darah. PV ditandai dengan adanya peningkatan hematokrit,
jumlah sel darah putih (terutama neutrofil), dan jumlah
platelet.
Pemeriksaan darah lainnya, yaitu adanya peningkatan
kadar serum B12, peningkatan kadar asam urat dalam serum,
saturasi oksigen pada arteri, dan pengukuran kadar
eritropoietin (EPO) dalam darah.
3. Pemeriksaan Sumsum tulang
Meliputi pemeriksaan histopatologi dan nalisis
kromosom sel-sel sumsum tulang (untuk mengetahui kelainan
sifat sel tunas (stem cells) pada sumsum tulang akibat
mutasi dari gen Janus kinase-2/JAK2).
F. PENATALAKSANAAN
12
Terapi-terapi yang sudah ada saat ini belum dapat
menyembuhkan pasien. Yang dapat dilakukan hanya mengurangi
gejala dan memperpanjang harapan hidup pasien.
Tujuan terapi yaitu:
a. Menurunkan jumlah dan memperlambat pembentukan sel darah
merah (eritrosit).
b. Mencegah kejadian trombotik misalnya trombosis arteri-
vena, serebrovaskular, trombosis vena dalam, infark
miokard, oklusi arteri perifer, dan infark pulmonal.
c. Mengurangi rasa gatal dan eritromelalgia ekstremitas
distal.
Prinsip terapi :
Menurunkan viskositas darah sampai ke tingkat normal kasus
(individual) dan mengendalikan eritropoesis dengan flebotomi.
1. Menghindari pembedahan elektif pada fase eritrositik/
polisitemia yang belum terkendali.
2. Menghindari pengobatan berlebihan (over treatment)
3. Menghindari obat yang mutagenik, teragenik dan berefek
sterilisasi pada pasien usia muda.
4. Mengontrol panmielosis dengan fosfor radioaktif dosis
tertentu atau kemoterapi sitostatik pada pasien di atas
40 tahun bila didapatkan:
Trombositosis persisten di atas 800.00/mL, terutama jika
disertai gejala trombosis
Leukositosis progresif
13
Splenomegali yang simtomatik atau menimbulkan sitopenia
problematik
Gejala sistemis yang tidak terkendali seperti pruritus yang
sukar dikendalikan, penurunan berat badan atau
hiperurikosuria yang sulit diatasi.
14
1. Terapi PV
a. Flebotomi
Flebotomi adalah terapi utama pada PV. Flebotomi mungkin
satu-satunya bentuk pengobatan yang diperlukan untuk
banyak pasien, kadang-kadang selama bertahun-tahun dan
merupakan pengobatan yang dianjurkan. Indikasi flebotomi
terutama pada semua pasien pada permulaan penyakit,dan
pada pasien yang masih dalam usia subur.Pada flebotomi,
sejumlah kecil darah diambil setiap hari sampai nilai
hematokrit mulai menuru. Jika nilai hematokrit sudah
mencapai normal, maka darah diambil setiap beberapa bulan,
sesuai dengan kebutuhan. Target hematokrit yang ingin
dicapai adalah <45% pada pria kulit putih dan <42% pada
pria kulit hitam dan perempuan.
b. Kemoterapi Sitostatika/ Terapi mielosupresif (agen yang
dapat mengurangi sel darah merah atau konsentrasi
platelet). Tujuan pengobatan kemoterapi sitostatik adalah
sitoreduksi. Lebih baik menghindari kemoterapi jika
memungkinkan, terutama pada pasien uisa muda. Terapi
mielosupresif dapat dikombinasikan dengan flebotomi atau
diberikan sebagai pengganti flebotomi. Kemoterapi yang
dianjurkan adalah Hidroksiurea (dikenal juga sebagai
hidroksikarbamid) yang merupakan salah satu sitostatik
golongan obat antimetabolik karena dianggap lebih aman,
tetapi masih diperdebatkan tentang keamanan penggunaan
jangka panjang.
Penggunaan golongan obat alkilasi sudah banyak
ditinggalkan atau tidak dianjurkan lagi karena efek
15
leukemogenik dan mielosupresi yang serius. Walaupun
demikian, FDA masih membenarkan klorambusil dan Busulfan
digunakan pada PV. Pasien dengan pengobatan cara ini harus
diperiksa lebih sering (sekitar 2 sampai 3 minggu sekali).
Kebanyakan klinisi menghentikan pemberian obat jika
hematokrit: pada pria < 45% dan memberikannya lagi jika >
52%, pada wanita < 42% dan memberikannya lagi jika > 49%.
c. Fosfor Radiokatif (P32)
Isotop radioaktif (terutama fosfor 32) digunakan
sebagai salah satu cara untuk menekan sumsum tulang. P32
pertama kali diberikan dengan dosis sekitar 2-3mCi/m2
secar intravena, apabila diberikan per oral maka dosis
dinaikkan 25%. Selanjutnya jika setelah 3-4 minggu
pemberian pertama P32 Mendapatkan hasil, reevaluasi
setelah 10-12 minggu.
Jika diperlukan dapat diulang akan tetapi hal ini
jarang dibutuhkan.Tidak mendapatkan hasil, selanjutnya
dosis kedua dinaikkan 25% dari dosis pertama, dan
diberikan sekitar 10-12 minggu setelah dosis pertama.
d. Kemoterapi Biologi (Sitokin)
Tujuan pengobatan dengan produk biologi pada polisitemia
vera terutama untuk mengontrol trombositemia (hitung
trombosit . 800.00/mm3). Produk biologi yang digunakan
adalah Interferon (Intron-A, Roveron-) digunakan terutama
pada keadaan trombositemia yang tidak dapat dikendalikan.
Kebanyakan klinisi mengkombinasikannya dengan sitostatik
Siklofosfamid (Cytoxan).
16
2. Pengobatan pendukung
1. Hiperurisemia diobati dengan allopurinol 100-600 mg/hari
oral pada pasien dengan penyakit yang aktif dengan
memperhatikan fungsi ginjal.
2. Pruritus dan urtikaria dapat diberikan anti histamin,
jika diperlukan dapat diberikan Psoralen dengan
penyinaran Ultraviolet range A (PUVA).
3. Gastritis/ulkus peptikum dapat diberikan penghambat
reseptor H2.
4. Antiagregasi trombosit Analgrelide turunan dari
Quinazolin.
5. Anagrelid digunakan sebagai substitusi atau tambahan
ketika hidroksiurea tidak memberikan toleransi yang baik
atau dalam kasus trombositosis sekunder (jumlah platelet
tinggi). Anagrelid mengurangi tingkat pembentukan
trombosit di sumsum. Pasien yang lebih tua dan pasien
dengan penyakit jantung umumnya tidak diobati dengan
anagrelid.
17
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
1 PENGKAJIAN
a. Identitas Klien
Lakukan pengkajian pada identitas pasien dan isi
identitasnya, yang meliputi: nama, jenis kelamin, suku
bangsa, tanggal lahir, alamat, agama, tanggal pengkajian.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS)
Penderita penyakit polisitemia vera menampakkan gejala
mencakup pusing, sakit kepala, kemerahan pada wajah,
kesulitan bernafas, kelelahan, gatal. Pada polisitemia
sekunder menampakkan gejala kelesuan, hipertensi,sesak
napas, batuk kronis, gangguan tidur (apnea tidur), pusing.
c. Riwayat Kesehatan Terdahulu (RKD)
Penyakit yang pernah dialami oleh pasien sebelum masuk rumah
sakit, kemungkinan pasien pernah menderita penyakit
sebelumnya seperti : kelesuan, sakit kepala, hipertensi,dan
riwayat merokok
d. Riwayat Kesehatan Keluarga (RKK)
- Riwayat adanya penyakit polisitemia pada anggota keluarga
yang lain seperti : Kelainan genetik warisan yang
abnormal menyebabkan tingkat tinggi prekursor sel darah
merah,
- PPOK, tumor ginjal atau sindroma Cushing,dan lain-lain.
18
2 Pemeriksaan Fisik
Dalam pemeriksaan menunjukkan gejala-gejala sebagai berikut:
Peningkatan warna kuli( sering kemerah-merahan)
disebabkan oleh peningkatan kadar hemoglobin
Gejala –gejala kelebihan beban sirkulasi( peningkatan
tekanan darah, sakit kepala, dan pusing)
Spenomegali
Hepatomegali
Gatal – gatal
Riwayat pendarahan.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan perfusi jaringan; kardiopulmoner,serebral,
gasrtointinal,dan atau perfer yang berhubungan dengan
aliran darah di buktikan dengan pendarahan
2. Perubahan nutrisi;kurang dari kebutuhan tubuh yang
berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mencerna atau
menyerap nutrisi dibuktikan oleh distres epigastrik,
perasaan kembung
3. Nyeri yang berhubungan dengan penyakit kronis dibuktikan
olehnyeri persendian dan sakit kepala.
3. PERENCANAAN
No Diagnosa
Keperawatan
Tujuan Kriteria
Hasil
Intervensi Rasional
19
1. Perubahan
perfusi
jaringan;
kardiopulmoner
,serebra
gasrtointinal,
dan atau
perfer yang
berhubungan
dengan aliran
darah di
buktikan
dengan
pendarahan.
Aliran
darah
dapat
bekerja
dengan
normal
kembali.
-Tanda vital
stabil
- tidak
terdapat
bukti
terjadi
pendarahan.
1. Kaji kulit dan
membran mukosa
2. auskultasi
dada untuk
mengetahui
pernapasan dan
bunyi jantung.
3. beri dorongan
untuk
berkomunikasi
dengan orang
terdekat.
4. siapkan terapi
aferesis sesuai
pesanan jelaskan
prosedurnya.
5. tingkatkan
aktivitas reduksi
stres lainnya.
6. instruksikan
pasien untuk
duduk selama 10
sampai 15 menit
kemudian berdiri
selama 3 sampai 5
menit.
1. kondisi
kulit
dipengaruhi
olek
sirkulasi,n
urtisi dan
imobilisasi
. Jaringan
dapat
menjadi
rapuh
cenderung
menjadi
rusak.
2.
pertahanan
posisi
nyaman dan
pernapasan
maksimal.
3.
meminimalka
n adanya
perasaanket
idak
nyamanan.
4.ketidakny
amanan
20
7. gabungkan
prosedur
laboatorium
gunakan jarum
dengan diameter
kecil.
8. observasi
perdarahan dari
tempat fungsi
vena berikan
tekanan pada
tempat tusukan
selama 5 sampai
10 menit atau
sampai pendarahan
berhenti.
terapi
harus
digunakan
secara
hati-hati,
karena
dapat
menurunkan
upaya
menekan
perdarahan.
5. berikan
informasi
tentang
kondisi dan
kemajuan.
Dengan
melakukan
tanya
jawab.
6.
meningkatka
n secara
bertahap
tingkat
aktivitas
sampai
normal
untuk
memper
21
baiki tonus
otot atau
stamina
tanpa
kelemahan.
7.
indikasikan
sesuai
dengan
prosedur.
8. kaji dan
catat dosis
yang
dbutuhkan
hingga
perdarahan
berhenti.
2. Perubahan
nutrisi;kurang
dari kebutuhan
tubuh yang
berhubungan
dengan
ketidakmampuan
untuk mencerna
atau menyerap
nutrisi
Pemenuhan
nutrisi
seimbang.
Berat badan
menujukan
tanda-tanda
kemajuan
mencapai
berat badan
normal;pasie
n
mendapatkan
diet
1.Berikan cairan
pilihan sampai
2500ml/hari
2.Pantau masukan
dan pengeluaran
setiap 8 jam
1. Memenuhi
kebutuhan
adekuat
didalam
tubuh
2 .Mengetahui
jumlah
cairan yang
22
3.
dibuktikan
oleh distres
epigastrik,
perasaan
kembung.
Nyeriyang
berhubungan
seimbang
dengan
cairan 2000-
2500 ml/hari
3.Ingatkan agar
pasien
makan
denganperlahan
dan dikunyah
dengan
baik
4.Atur
pengunjung
pasien yang
dapat
meningkatkan
aspek sosial
waktu makan
5.Timbang berat
badan pasien
setiap hari
dengan
menggunakan
pakaiyan dan
tumbangn yang
sama
6.ajikan makanan
dengan
pengaturan yang
masuk dan
keluaran
Menghindari
luka diusus
kerena
makanan
tidak
dikunyah
dengan baik
Menimalkan
semangat
pasien
waktu makan
karena ada
keluarga
yang
menemani
makan
Mengetahui
berat badn
pasien
apakah ada
peningkatan
atau
penurunan.
23
dengan
penyakit
kronis
dibuktikan
olehnyeri
persendian dan
sakit kepala.
Pasien
mengataka
n tidak
lagi
merasa
nyeri dan
sakit
kepala
megatur
aktivitas
tanpa
ketidaknyama
nan;postur
tubuh dan
wajah rileks
baik
1. kaji lokasi
durasi dan
beratnya rasa
nyeri
menggunakan
skala nyeri.
2. pertahankan
lingkungan yang
tenang dan
berikan waktu
istirahat tanpa
gangguan.
3. anjurkan
masukan cairan
4. berikan
kompers dingin
atau panas
sesuai
permintaan
pasien.
5. ubah posisi
klien setiap 4
jam sekali: kaji
latihan tentang
gerak.
Untuk
intervensi
selanjutnya
Meningkatka
n nafsu
makan
1.membantu
mengkaji
kebutuhan
untuk
intervensi;
dapat
menidentivi
kasikan
terjadinya
komplikasi.
2.meningkat
kan
istirahat.
3.menghinda
24
6. kaji ulang
atau tingkatkan
intervensi
kenyamanan
pasien sendiri,
posisi aktivitas
fisik atau non
aktif dsb.
ri
terjadinya
dehidrasi
4.meminimal
kan
kebutuhan
atau
meningkatka
n efek obat
5.memperbai
ki
sirkulasi
jaringan
dan
mobilitas
sendi.
6. penangan
sukses
terhadap
nyeri
memerlukan
keterlibata
kn pasien.
Penggunaan
teknik
efektif
memberikan
penguatan
yang
25
A. KESIMPULAN
Polisitemia adalah suatu keadaan yang menghasilkan
tingkat peningkatan sirkulasi sel darah merah dalam aliran
darah. Orang dengan polisitemia memiliki peningkatan
hematokrit, hemoglobin, atau jumlah sel darah merah di atas
batas normal melebihi 6 juta/ mm atau hemoglobinnya melebihi
18 g/dl.
Ada dua jenis utama polisitemia: polisitemia
vera( primer) dan polisitemia sekunder.
a.Polisitemia vera (yang secara harfiah diterjemahkan sebagai
"polisitemia benar") juga dikenal sebagai suatu jenis
polisitemia primer. Primer berarti bahwa polisitemia tidak
disebabkan oleh gangguan lain. Polisitemia Primer: Dalam
polisitemia primer peningkatan sel darah merah adalah karena
masalah yang melekat dalam proses produksi sel darah merah.
b. Polisitemia sekunder: polisitemia sekunder umumnya terjadi
sebagai respon terhadap faktor-faktor lain atau kondisi yang
mendasarinya atau gangguan, seperti tumor hati, tumor ginjal
atau sindroma Cushing.
Adapun perjalanan klinis polisitemia yaitu :
Fase eritrositik atau fase polisitemia.
Fase ini merupakan fase permulaan. Pada fase ini
didapatkan peningkatan jumlah eritrosit yang dapat bertanggung
jawab 5-25 tahun. Pada fase ini dibutuhkan flebotomi secara
teratur untuk menggendalikan viskositas darah dalam batasan
normal.
Fase brun out (terbakar habis) atau spent out (terpakai habis
).
27
Dalam fase ini kebutuhan flebotomi menurun sangat jauh
atau pasien memasuki priode panjang yang tampaknya seperti
remisi, kadang-kadang timbul anemia tetapi trombositosis dan
leokositosis biasanya menetap.
Fase mielofibrotik
Jika terjadi sitopenia dan splenomegali progresif,
manifestasi klinis dan perjalanan klinis menjadi serupa dengan
mielofibrosis dan metaplasia mieliod. Kadang- kadang terjadi
metaplasia mieloid pada limpa, hati, kelenjar getah bening dan
ginjal.
Fase terminal
Pada kenyataannya kematian pasien dengan polisitemia vera
diakibatkan oleh komplikasi trombosis atau perdarahan.
Kematian karena mielofibrosis terjadi pada kurang dari 15%.
Kelangsungan hidup rerata (median survival) pasien yang
diobati berkisar anatara 8 dan 15 tahun, sedangkan pada pasien
yang tidak mendapatkan pengobatan hanya 18 bulan. Dibandingkan
dengan pengobatan flibotomi saja, resiko terjadinya leukemia
akut meningkat 5 kali jika pasien diberi pengobatan fosfor P32
dan 13 kali jika pasien mendapatkan obat sitostatik seperti
klorambusil.
B. SARAN
Disarankan kepada penderita polisitemia sekunder untuk
menghindari faktor pencetus dan resiko yang bisa mengakibatkan
penyakit bertambah parah. Seperti : perilaku, gaya hidup,
seperti merokok, tinggal di tempat yang tinggi.
28
Mutasi genetic pada sel tunas
Terjadi penurunan sel darah merah dalam tubuh
Penyakit PPOK
Sulit bernafas
Kurangnya O2 dalam tubuh
Produsi sel darah merah oleh sumsum
tulang
Penurunan o2 dalam tubuh
Merangsang sumsum tulang memproduksi sel darah merah
Peningkatan sel darah merah dalam tubuh
Polisitemia sekunder
Kelebihan produksi sel darah merah dalam tubuh
POLISITEMIA PRIMER
Laju siklus sel tinggi
Peningkatan produksi asam urat darah
Penurunan share rate
Penurunan laju gromeruler
-Lemah-pusing-sesak napas-kulittampak merah
Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidak seimbangan suplai O2 dan kebutuhan
Penurunan kecepatan aliran darah
Penurunan laju transport O2
Proses oksigenasi jaringan terganggu
hepervistositas
Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen sel untuk pengiriman O2, nutrisi ke seluruh tubuh
30