laporan i ekologi tumbuhan

38
LAPORAN I EKOLOGI TUMBUHAN Disusun Oleh : RAHMAWATI (121 404 1017) PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Upload: universitasnegerimakassar

Post on 21-Feb-2023

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

LAPORAN I EKOLOGI TUMBUHAN

Disusun Oleh :

RAHMAWATI (121 404 1017)

PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2014

Abstrak

Some of the factors that led to the success of thedistribution of vegetation in an environment that is: abioticfactors such as temperature, light, water, wind and others,as well as biotic factors such as human beings, animals andother plants that are also competing to live and thrive.Minimum area or species area curve is the initial step useduntu analyzed using a vegetation sample plots (squares). Insome areas, there are various types of plants as an object ofobservation.

Beberapa faktor yang menyebabkan banyak tidaknya sebaran vegetasidalam suatu lingkungan yaitu: faktor abiotik misalnya suhu,cahaya, air, angin dan lain-lain, serta faktor biotikmisalnya manusia, hewan maupun tumbuhan lain yang jugaberkompetisi untuk hidup dan berkembang dengan baik. Luasminimum atau kurva spesies area merupakan langkah awal yangdigunakan untu menganalisis suatu vegetasi yang menggunakanpetak contoh (kuadrat). Dalam suatu area terdapat beragamjenis tumbuhan sebagai objek pengamatannya.

BAB IPENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya

terdiri dari beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada

suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut

terdapat interaksi yang erat baik diantara sesama individu

penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan organisme

lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan

tumbuh serta dinamis.

Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan

(komponen jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau

masyarakat tumbuh-tumbuhan.  Pengamatan parameter vegetasi

berdasarkan bentuk hidup pohon, perdu, serta herba. Suatu

ekosistem alamiah maupun binaan selalu terdiri dari dua

komponen utama yaitu komponen biotik dan abiotik. Vegetasi

atau komunitas tumbuhan merupakan salah satu komponen

biotik yang menempati habitat tertentu seperti hutan,

padang ilalang, semak belukar dan lain-lain. Struktur dan

komposisi vegetasi pada suatu wilayah dipengaruhi oleh

komponen ekosistem lainnya yang saling berinteraksi,

sehingga vegetasi yang tumbuh secara alami pada wilayah

tersebut sesungguhnya merupakan pencerminan hasil

interaksi berbagai faktor lingkungan dan dapat mengalami

perubahan drastis karena pengaruh anthropogenik.

Dengan demikian pada suatu daerah vegetasi umumnya

akan terdapat suatu luas tertentu, dan daerah tadi sudah

memperlihatkan kekhususan dari vegetasi secara

keseluruhan.yang disebut luas minimum area.  Kemampuan

untuk menyebar merupakan salah satu siklus hidup yang

sangat penting dalam organisme, merupakan proses ekologis

yang menghasilkan aliran gen (gen flow) diantara populasi

lokal dan membantu untuk menghindari terjadinya

inbreeding. Penyebaran individu dalam populasi dapat

dibatasi oleh halangan geofrafis, dan berpengaruh terhadap

komposisi komunitas. Penyebaran spesies tumbuhan inilah

yang melatar belakangi praktikum ini.

B. TUJUAN PRAKTIKUM

Untuk mengetahui perbandingan jumlah spesies pada

kurva satu dengan yang lainnya.

C. MANFAAT PRAKTiKUM

Mengetahui kurva spesies tumbuhan pada area tertentu.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Istilah ekologi pertama kali diperkenalkan pada tahun

1866 oleh E. Haeckel (ahli biologi Jerman). Ekologi berasal

dari dua akar kata Yunani (oikos = rumah dan Logos=ilmu),

sehingga secara harfiah bisa diartikan sebagai kajian

organisme hidup dalam rumahnya. Secara lebih formal ekologi

didefenisikan sebagai kajian yang mempelajari hubungan timbal

balik antara organisme-organisme hidup dengan lingkungan

fisik dan biotik secara menyeluruh. Jadi, dalam hal ini dapat

disimpulkan bahwa ekologi itu adalah ilmu yang mempelajari

hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan lingkungannya

(biotik dan abiotik) dalam suatu ekosistem (Anonim, 2012).

Lokasi praktikum kami adalah lahan kosong yang berada di

samping Mesjid Ulil Albab yang berada di kampus Universitas

Negeri Makassar Parang Tambung. Lahan ini biasanya digunakan

sebagai lapangan namun karena telah ditimbun maka lahan ini

telah ditumbuhi banyak tumbuhan liar yang dapat kita masukkan

menjadi data praktikum ekologi tumbuhan.

Disekeliling lahan ini terdapat pohon-pohon yang tumbuh

rimbun sehingga saat pengambilan data kami terlindungi oleh

cahaya. Tumbuhan yang banyak kita jumpai disana adalah

tumbuhan yang menjalar, walaupun juga terdapat tumbuhan yang

tegak. Rata-rata tumbuhan yang tumbuh disana bersifat herba

dan semak.

Menurut KBBI (2012), kurva adalah garis lengkung;

grafik yg menggambarkan variabel (msl yg memperlihatkan

perkembangan) yg dipengaruhi oleh keadaan; garis yg terdiri

atas persambungan titik-titik. Di dalam populasi yang penting

dipelajari bukan angka kematian, tetapi bagaimana populasi

tersebut dapat menghindari kematian (survival). Jika angka

kematian dilambangkan dengan M, maka laju kehidupan populasi

(survival rate) = 1– M. Angka kehidupan atau laju kehidupan

organisme secara umum digambarkan dalam bentuk kurva

kehidupan. Ada tiga tipe kurva kehidupan yaitu (a) kurva

cembung, (b) kurvacekung, (c) kurva diagonal. Tiga tipe kurva

kehidupan (a) Kurva cembung: merupakan kurva kehidupan suatu

populasi dimana pada waktu muda laju kematian populasi

rendah, tetapi mendekati umur tua laju kematian populasi

tinggi. Individu cenderung berumur panjang. (b) Kurva cekung:

menunjukkan bahwa laju kematian populasi sangat tinggi pada

waktu populasi berumur muda dan selanjutnya menjadi menurun

pada saat populasi mulai berumur tua.(c) Kurva diagonal:

mempunyai umur kehidupan yang relatif konstan, laju kematian

populasi konstan. Jarang di alam ditemukan populasi yang

mempunyai laju kematian konstan, yang sering ditemui

mendekati konstan (Elfi, 2010).

Kurva kelangsungan hidup suatu populasi didapatkan

dengan cara membuat pengamatan terhadap populasi dalam bentuk

tabel kehidupan (life table). Tabel kehidupan memberikan

informasi dasar untuk mempelajari perubahan kepadatan dan

laju pertambahan atau pengurangan suatu populasi. Model

perkembangan populasi dapat disusun berdasarkan hasil

pengumpulan data kerapatan populasi atau jumlah individu (N)

untuk waktu tertentu (t) (Elfi, 2010).

Spesies adalah salah satu unit dasar klasifikasi

biologi, dan paling sering mengacu pada sekelompok organisme

yang sama secara fisik yang dapat bertukar informasi genetik

dan menghasilkan keturunan yang subur. Untuk secara efisien

menempatkan organisme dalam kelompok-kelompok yang berbeda,

para ilmuwan mengembangkan sistem klasifikasi organisme ini.

Sistem ini mengambil semua organisme di Bumi dan menempatkan

mereka dalam kelompok berdasarkan bentuk tubuh, kesamaan

genetik, zat kimia dalam tubuh, perkembangan, dan perilaku.

Studi organisme dengan cara ini disebut sistematika.

Sistematika dimulai dengan kelompok yang sangat besar,

berdasarkan kriteria yang sangat luas, yang disebut Domain.

Hanya ada tiga domain, dan semua kehidupan seperti yang kita

tahu itu cocok dengan salah satu dari tiga kelompok.

Kelompok-kelompok semakin kecil dan lebih spesifik, dan

organisme di masing-masing kelompok mendapatkan lebih banyak

dan lebih mirip sampai kita mencapai kelompok terkecil,

spesies. Para ilmuwan memperkirakan ada 30 juta spesies

makhluk hidup di Bumi (Sri, 2014).

Spesies atau jenis memiliki pengertian, individu yang

mempunyai persamaan secara morfologis, anatomis, fisiologis

dan mampu saling kawin dengan sesamanya (interhibridisasi)

yang menghasilkan keturunan yang fertil (subur) untuk

melanjutkan generasinya. Kumpulan makhluk hidup satu spesies

atau satu jenis inilah yang disebut dengan populasi (BMC,

2012).

Individu di dalam populasi mencakup berbagai tingkat

umur. Proporsi individu dalam setiap kelompok umur disebut

distribusi umur. Keadaan distribusi umur berpengaruh terhadap

tingkat kematian dan kelahiran. Rasio dari kelompok-kelompok

umur dari populasi menentukan status reproduktif yang sedang

berlangsung dari populasi tersebut, sehingga menentukan

pertumbuhan populasi untuk waktu berikutnya. Dari distribusi

umur dapat diramalkan tingkat kelahiran dan kematian sehingga

dapat diperkirakan keadaan populasi masa yang akan datang,

karena distribusi umur sangat besar pengaruhnya perhadap

pertumbuhan populasi dan dinamika populasi. (a) Populasi yang

berkembang dengan cepat, sebagian besar individu muda, (b)

Populasi stasioner memiliki pembagian kelas umur lebih

merata, (c) Populasi menurun, sebagian besar individunya

berusia tua (Elfi, 2010).

Umur di dalam populasi dapat digambarkan dalam bentuk

piramida yang disebut dengan piramida umur populasi. Suatu

model yang menggambarkan perbandingan geometri dari perbedaan

kelompok umur di dalam suatu populasi. (a) Piramida Bentuk

Segitiga. Piramida ini menunjukkan persentase individu muda

di dalam populasi tinggi. Di dalam populasi di mana kelompok

umur individu muda tinggi biasanya laju kelahiran tinggi dan

dapat saja pertumbuhan populasi eksponensial, seperti pada

populasi ragi, Paramaecium dan sebagainya.Pada keadaan

seperti ini setiap perubahan (regenerasi) akan lebih banyak

dari pendahulunya dan akan memberikan dasar piramida umur

yang lebar. (b) Piramida Bentuk Genta. Menunjukkan proporsi

yang seimbang dari individu-individu muda sampai tua.

Selanjutnya laju pertumbuhan populasi konstan dan stabil.

Fase kelompok umur sebelum reproduksi dan reproduksi menjadi

seimbang berbeda sedikit saja dan kelompok umur populasi

memberikan strukutur bentu genta atau lonceng. (c) Piramida

Bentuk Kendi. Menunjukkan persentase yang rendah untuk

individu-individu muda dan proporsi besar pada fase setelah

reproduksi. Hal ini dapat terjadi jika laju kelahiran secara

drastis diturunkan, maka jumlah individu sebelum reproduksi

menjadi lebih kecil dan lebih rendah dari kelompok pos

reproduksi (Elfi, 2010).

Tiga pola penyebaran populasi (a) Emigrasi. Suatu

pergerakan individu ke luar dari tempat atau daerah

populasinya ke tempat lainnya dan individu tersebut tinggal

secara permanen di tempat baru tersebut. (b) Imigrasi. Suatu

pergerakan individu populasi ke dalam suatu daerah populasi

dan individu tersebut meninggalkan daerah populasinya

selanjutnya tinggal di tempat baru. (c) Migrasi. Pergerakan

dua arah, ke luar dan masuk populasi atau populasi pergi dan

datang secara periodik selama kondisi lingkungan tidak

menguntungkan maka individu-individu suatu populasi akan

berpindah tempat, sedangkan kalau suadah menguntungkan

kembali ke tempat asal (Elfi, 2010).

Dalam kaitannya dengan ruang (skala kecil), individu-

individu di dalam populasi menyebar dengan tiga pola yaitu

acak (random), seragam (uniform) dan mengelompok (clumped).

(a) Penyebran acak adalah jika individu-individu dalam

populasi dapat hidup dimana saja di dalam area yang ditempati

oleh populasi tersebut (b) Penyebaran seragam jika individu-

individu tersebar secara seragam dalam area, dan (c)

Penyebaran mengelompok jika individu di dalam populasi lebih

mudah ditemukan pada area tertentu dibandingkan pada areal

yang lain. Di alam penyebaran secara acak jarang terjadi,

penyebaran secara acak akan terjadi jika lingkungan homogen.

Penyebaran individu di dalam populasi seragam terjadi

bilamana terjadi persaingan yang keras diantara individu-

individu di dalam populasi sehingga timbul kompetisi

(pertentangan) yang positif, yang mendorong pembagian ruang

hidup yang sama. Penyebaran individu menggerombol umum

terjadi di alam, individu-individu dalam populasi menunjukkan

derajad pengelompokan karena adanya kebutuhan yang bersamaan

akan faktor-faktor lingkungan (Elfi, 2010).

Tingginya angka kepadatan menyebabkan angka kelahiran

berkurang atau akan kematian akan meningkat dengan berbagai

sebab (persaingan, penyakit etc). Model matematika sederhana

turunnya laju pertumbuhan tersebut berbentuk linier, dengan

asumsi bahwa adanya satu garis lurus yang menyatakan hubungan

antara kepadatan dan angka perkembangbiakan. Dalam hal ini

dengan bertambahnya kepadatan maka angka perkembangbiakannya

akan semakin rendah. Laju reproduksi bersih (R0) sebagai

fungsi linier dari kepadatan populasi (N) pada waktu (t).

Kurva pertumbuhan populasi pada lingkungan yang terbatas

disebut kurva bentuk S (sigmoid). Pada kurva ini dikenal laju

pertumbuhan pada (a) fase tersendat (lag phase), (b) fase

menanjak naik (accelerating growth phase), (c) fase

pertumbuhan melambat (decelerating growth phase) dan (d)

periode keseimbangan (equilibrium period). Kurva Sigmoid

berbeda dengan kurva geometrik (bentuk J) dalam dua hal

yaitu: (1) kurva ini memiliki asimptot atas (kurva tidak

melebihi titik maksimal tertentu), (2) kurva ini mendekati

asimptot secara perlahan, tidak secara mendadak atau tajam.

Laju pertumbuhan dapat dikurangi dengan penambaan individu

baru dalam populasi, yang mengakibatkan pertambahan menjadi

berkurang (Elfi, 2010).

Model logistik memperkirakan laju pertumbuhan yang

berbeda untuk populasi dengan kondisi kepadatan tinggi dan

rendah relatif terhadap daya tampung lingkungan. Pada

populasi dengan kepadatan itnggi, masing-masing individu

memiliki sedikit sumberdaya yang tersedia dan populasi

tersebut tumbuh secara lambat, atau bahkan berhenti sama

sekali. Pada populasi dengan kepadatan rendah, keadaan yang

berlawanan akan berlaku dimana sumberdaya berlimpah dan

populasi tumbuh secara cepat. Selama akhir tahun 1960-an,

ahli ekologi populasi Martin Cody memperkenalkan konsep bahwa

adaptasi sejarah kehidupan yang berbeda akan lebih disukai

pada kondisi-kondisi yang berbeda tersebut. Ia berpendapat

bahwa pada kepadatan populasi yang tinggi, seleksi akan lebih

menyukai adaptasi yang organismenya dapat bertahan hidup dan

bereproduksi dengan sedikit sumberdaya (Elfi, 2010).

Area adalah bagian permukaan bumi; daerah; wilayah

geografis yg digunakan untuk keperluan khusus: hutan ini akan

dibuka untuk pertanian; Ling wilayah geografis yg memiliki

ciri-ciri tipologi bahasa yg bersamaan, spt ciri-ciri lafal,

leksikal, atau gramatikal (Artikata, 2013).

Luas minimum atau kurva spesies area merupakan langkah

awal yang digunakan untu menganalisis suatu vegetasi yang

menggunakan petak contoh (kuadrat). Luas minimum digunakan

untuk memperoleh luasan petak contoh (sampling area) yang

dianggap representatif dengan suatu tipe vegetasi pada suatu

habitat tertentu yang sedang dipelajari. Luas petak contoh

mempunyai hubungan erat dengan keanekaragaman jenis yang

terdapat pada areal tersebut. Makin tinggi keanekaragaman

jenis yang terdapat pada areal tersebut, maka makin luas

petak contoh yang digunakan (Badriah, 2011).

Bentuk luas minimum dapat berbentuk bujur sangkar, empat

persegi panjang dan dapat pula berbentuk lingkaran. Luas

petak contoh minimum yang mewakili vegetasi hasil luas

minimum, akan dijadikan patokan dalam analisis vegetasi

dengan metode kuadrat. Analisa vegetasi adalah cara

mempelajari susunan (komposisi jenis) dan bentuk (struktur)

vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Untuk suatu kondisi

hutan yang luas, maka kegiatan analisa vegetasi erat

kaitannya dengan sampling, artinya kita cukup menempatkan

beberapa petak contoh untuk mewakili habitat tersebut

(Badriah, 2011).

Dalam samping ini ada tiga hal yang perlu diperhatikan,

yaitu jumlah petak contoh, cara peletakan petak contoh dan

teknik analisa vegetasi yang digunakan. Prinsip penentuan

ukuran petak adalah petak harus cukup besar agar individu

jenis yang ada dalam contoh dapat mewakili komunitas, tetapi

harus cukup kecil agar individu yang ada dapat dipisahkan,

dihitung dan diukur tanpa duplikasi atau pengabaian. Karena

titik berat analisa vegetasi terletak pada komposisi jenis

dan jika kita tidak bisa menentukan luas petak contoh yang

kita anggap dapat mewakili komunitas tersebut, maka dapat

menggunakan teknik Kurva Spesies Area (KSA). Dengan

menggunakan kurva ini, maka dapat ditetapkan Luas minimum

atau kurva spesies area merupakan langkah awal yang digunakan

untuk menganalisis suatu vegetasi yang menggunakan petak

contoh (kuadrat) (Badriah, 2011).

Luas minimum digunakan untuk memperoleh luasan petak

contoh (sampling area) yang dianggap representatif dengan

suatu tipe vegetasi pada suatu habitat tertentu yang sedang

dipelajari. Luas petak contoh mempunyai hubungan erat dengan

keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal tersebut. Makin

tinggi keanekaragaman jenis yang terdapat pada areal

tersebut, makin luas petak contoh yang dgunakan. Bentuk luas

minimum dapat berbentuk bujur sangkar, empat persegi

panjang dan dapat pula berbentuk lingkaran (Badriah,

2011).

Menurut Badriah (2011), Luas petak contoh minimum yang

mewakili vegetasi hasil luas minimum, akan dijadikan patokan

dalam analisis vegetasi dengan metode kuadrat.

1. Luas minimum suatu petak yang dapat mewakili habitat

yang akan diukur

2. Jumlah minimal petak ukur agar hasilnya mewakili keadaan

tegakan atau panjang  jalur yang mewakili jika

menggunakan metode jalur.

Caranya adalah dengan mendaftarkan jenis-jenis yang

terdapat pada petak kecil, kemudian petak tersebut diperbesar

dua kali dan jenis-jenis yang ditemukan kembali didaftarkan.

Pekerjaan berhenti sampai dimana penambahan luas petak tidak

menyebabkan penambahan yang berarti pada banyaknya jenis.

Luas minimun ini ditetapkan dengan dasar jika penambahan luas

petak tidak menyebabkan kenaikan jumlah jenis lebih dari 5-

10% (Oosting, 1958; Cain & Castro, 1959). Untuk luas petak

awal tergantung surveyor, bisa menggunakan luas 1m x1m atau

2m x 2m atau 20m x 20m, karena yang penting adalah

konsistensi luas petak berikutnya yang merupakan dua kali

luas petak awal dan kemampuan pengerjaannya dilapangan

(Badriah, 2011).

Metode luas minimum dilakukan dengan cara menentukan

luas daerah contoh vegetasi yang akan diambil dan didalamnya

terdapat berbagai jenis vegetasi tumbuhan. Syarat untuk

pengambilan contoh haruslah representative bagi seluruh

vegetasi yang dianalisis. Keadaan ini dapat dikembalikan

kepada sifat umum suatu vegetasi yaitu vegetasi berupa

komunitas tumbuhan yang dibentuk oleh beragam jenis populasi.

Dengan kata lain peranan individu suatu jenis tumbuhan sangat

penting. Sifat komunitas akan ditentukan oleh keadaan-keadaan

individu dalam  populasi (Badriah, 2011).

H.A. Gleason mengutarakan hipotesis individualistik

(individualistric hypothesis), yang menggambarkan komunitas sebagai

suatu persekutuan yang terjadi secara kebetulan pada spesies-

spesies yang ditemukan di daerah yang sama, yang semata-mata

karena spesies-spesies itu kebetulan mempunyai kebutuhan

abiotik yang sama, misalnya suhu, curah hujan, dan jenis

tanah (Kimball, 1990).

Adapun F.E. Clements mendukung pandangan lain yakni

hipotesis interaktif (interactive hypothesis), yang melihat

komunitas sebagai suatu kumpulan spesies yang berhubungan

dekat, yang terlibat dalam persekutuan tersebut karena

interaksi biotic yang bersifat wajib, sehingga menyebabkan

komunitas itu berfungsi sebagai suatu unit yang bersatu padu

(Kimball, 1990).

Vegetasi terbentuk oleh atau terdiri atas semua spesies

tumbuhan dalam suatu wilayah (flora) dan memperlihatkan pola

distribusi menurut ruang (spatial) dan waktu (temporal). Jika

suatu wilayah berukuran luas/besar, vegetasinya terdiri atas

beberapa bagian vegetasi atau komunitas tumbuhan yang

menonjol.Sehingga terdapat berbagai tipe vegetasi.Tiap tipe

vegetasi dicirikan oleh bentuk pertumbuhan (growth form atau

life form) tumbuhan dominan (terbesar, paling melimpah, dan

tumbuhan karakteristik). Contoh bentuk pertumbuhan (growth

form): termasuk herba tahunan (annual), pohon selalu hijau

berdaun lebar, semak yang meranggas pada waktu kering,

tumbuhan dengan umbi atau rhizome, tumbuhan selalu hijau

berdaun jarum, rumput menahun (perennial), dan semak kerdil

(Hardjosuwarno, 1990).

Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan

dan atau komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi

dari kelompok tumbuh-tumbuhan. Untuk mempelajari vegetasi,

peneliti bekerja dengan melakukan pencuplikan (sampling) dalam

menganalisa vegetasi dapat berupa bidang(plot/kuadran) garis

atau titik. Vegetasi dalam (komunitas) tanaman diberi nama

atau digolongkan berdasarkan spesies atau makhluk hidup yang

dominan, habitat fisik atau kekhasan yang fungsional. Hal ini

dilakukan karena pertimbangan kompleksitas, luas area, waktu

dan biaya, sebab untuk mengamati semua individu yang berada

di tempat pengamatan dengan cara mengamati unit penyusun

vegetasi yang luas secara tepat akan sangat sulit (Suprianto,

2001).

Para ahli tidak hanya menggunakan luas minimum dalam

meneliti vegetasi, tetapi juga menggunakan luas tertentu yang

sudah ditentukan, misalnya 10x20 meter pesegi untuk komunitas

hutan, dan kemudian melakukan pengulangan dengan ukuran

tersebut sampai didapat jumlah minimum yang mewakili

vegetasi. Andaikan kita mengamati vegetasi padang rumput,

dengan ukuran 1x1 meter persegi, maka kita harus mencari

beberapa kuadrat yang diperlukan agar sebagian besar spesies

yang di dalam komunitas termasuk ke dalam pencuplikan. Dasar

Pemikiran yang digunakan untuk menjawab hal ini semua, sama

dengan penetuan luas minimum yaitu berdasarkan jumlah

percontoh yang diperkirakan dapat mewakili seluruh

karasterisik vegetasi. Akan tetapi perlu diingat bahwa

kadangkala kita tidak menggunakan luas minimum, jumlah

kuadrat minimum maupun point frame dalam meneliti vegetasi,

tetapi menggunakan suatu metode analisa vegetasi dengan

menggunakan metode kuadrat. Gambaran suatu vegetasi dapat

dilihat dari keadaan unit penyusun vegetasi yang dicuplik.

Hal tersebut dapat dinyatakan dengan variabel berupa nilai

dari kerapatan atau densitas, penutupan atau cover, dan

frekuensi (Hiola, 2008).

. Suatu populasi tidak mungkin ada dalam sistem kehidupan

tanpa keterlibatan dan interaksi dari lingkungan fisik dan

kimianya. Hubungan interaksi antara sistem kehidupan dengan

lingkungan fisik dan kimianya merupakan topik utama yang

menjadi perhatian ekologi-populasi yang sampai sekarang masih

merupakan perhatian utama dari ekologi-fisiologi. Sistem

kehidupan tersebut tidak terlepas dari faktor-faktor pembatas

yang turut berpengaruh. Faktor-faktor tersebut antara lain

iklim, suhu, presipitasi, cahaya, tanah dan lain-lain

(Wirakusumah, 2003).

Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem

dengan berbagai komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik

dan biotik. Faktor biotik antara lain suhu, air, kelembapan,

cahaya, dan topografi, sedangkan faktor biotik adalah makhluk

hidup yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, dan

mikrobaIndeks Nilai penting atau biasa disingkat dengan INP

merupakan para meter kuantitaif yang dapat dipakai untuk

menyatakan tingkat dominansi spesies-spesies dalam suatu

komunitas tumbuhan (Hardjosuwarno, 1990).

Hardjosuwarno (1990), mengemukakan sejumlah istilah yang

kemudian berkaitan dengan pembahasan tersebut di atas:

1. Frekuensi mutlak adalah frekuensi munculnya satu spesies

dari seluruh frekuensi total tumbuhan. Frekuensi mutlak

ini diperoleh dengan rumus jumlah frame yang ditempati

spesies A dibagi jumlah frame keseluruhan

2. Frekuensi relatif merupakan frekuensi satu spesies dalam

bentuk persentase dari frekuensi total tumbuhan. Jadi

frekuensi relative disini dinyatakan dalam satuan persen.

Frekuensi relatif ini diperoleh dengan rumus jumlah

frekuensi mutlak spesies A dibagi jumlah keseluruhan

frekuensi mutlak dikali seratus persen

3. Dominansi mutlak sering diartikan sebagai cover spesies

tertentu pada suatu daerah dari total cover tumbuhan.

Dominansi mutlak diperoleh dengan rumus yaitu jumlah

tusukan yang mengenai spesies A dibagi dengan jumlah total

tusukan.

4. Dominansi relatif sering disinonimkan dengan cover

relative yaitu dominansi spesies tertentu dalam bentuk

persentase pada suatu vegetasi dari total cover tumbuhan.

Dominansi relatif diperoleh dengan rumus yaitu jumlah

dominansi mutlak spesies A dibagi jumlah keseluruhan DM.

5. Kerapatan Mutlak mempunyai pengertian yang sama dengan

densitas mutlak yaitu jumlah individu per satuan luas

area. Jadi dalam hal ini kita berbicara mengenai kepadatan

suatu spesies dalam suatu vegetasi. Kerapatan mutlak

dperoleh dengan rumus jumlah tusukan yang mengenai spesies

A dibagi dengan luas total area.

6. Kerapatan relatif mempunyai arti yang identik dengan

densitas relatif yaitu jumlah tumbuhan persatuan luas area

yang dinyatakan dalam bentuk persentase dari densitas

total tumbuhan. Jadi dalam hal ini kita berbicara mengenai

kepadatan suatu spesies dalam suatu vegetasi yang

dinyatakan dengan persen. Kerapatan mutlak dperoleh dengan

rumus jumlah tusukan yang mengenai spesies A dibagi dengan

luas total area.

Menurut Campbell (2004) beberapa faktor abiotik utama yang

mempengaruhi persebaran organisme dalam biosfer antara lain :

1. Suhu, suhu berpengaruh pada proses biologis dan beberapa

organisme tidak mampu mengatur suhu tubuhnya dengan tepat.

2. Air, sifat-sifat air yang unik berpengaruh terhadap pada

organisme dan lingkungannya. Hal ini berkaitan dengan

tekanan osmotik dan kemampuan organisme untuk mendapatkan

dan menyimpan air.

3. Cahaya matahari, penaungan oleh kanopi hutan membuat

persaingan untuk mendapatkan cahaya matahari dibawah

naungan tersebut.

4. Angin, memperkuat pengaruh suhu lingkungan pada organisme

dengan cara meningkatkan hilangnya panas melalui penguapan

(evaporasi) dan konveksi.

5. Batu dan tanah, struktur fisik, pH dan komposisi mineral

batuan serta tanah akan membatasi persebaran tumbuhan

sehingga menjadi salah satu penyebab timbulnya pola

mengelompok pada area tertentu yang acak pada suatu

ekosistem.

6. Gangguan periodik, gangguan yang sangat merusak seperti

kebakaran, badai, tornado, dan letusan gunung berapi dapat

menghacurkan komunitas biologis.

BAB IIIMETODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Lokasi Praktikum

Waktu : Sabtu, 4 Oktober 2014

Lokasi : Lahan sebelah Mesjid Ulil Albab

B. Bahan dan alat praktikum

Alat :

1. Meteran (rol meter)

2. Plot ukuran 1 m x 1 m

3. Alat tulis

4. Pisau/gunting

5. Kamera

Bahan:

1. Lahan dengan komunitas vegetasi yang heterogen.

2. Tali rafia

3. Patok dari bambu

C. Analis Data

     0,5 m                    Perluasan Kuadrat

III

IV

III

V

Tabel I : menentukan luas kurva minimum

Luas KuadratSpesies

Jumlah Spesies Hasil

Pengamatan I 5 Terdapat 5

spesiesI + II 7 Terdapat 7

spesiesI + II + III 10 Terdapat 10

spesiesI + II + III +

IV

12 Terdapat 12

spesiesI + II + III +

IV + V

13 Terdapat 13

spesies

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL

Kurva luas minimum

 

B. PEMBAHASAN

Teknik sampling kuadrat merupakan suatu teknik survey

vegetasi yang sering digunakan dalam semua tipe komunitas

tumbuhan: Petak contoh yang dibuat dalam teknik sampling

ini bisa berupa petak tunggal atau beberapa petak. Petak

tunggal mungkin akan memberikan informasi yang baik bila

komunitas vegetasi yang diteliti bersifat homogen. Adapun

petak-petak contoh yang dibuat dapat diletakkan secara

random atau beraturan sesuai dengan prinsip-prinsip teknik

sampling. Bentuk petak contoh yang dibuat tergantung pada

bentuk morfologis vegetasi dan efisiensi sampling pola

penyebarannya. Sehubungan dengan efisiensi sampling banyak

studi yang dilakukan menunjukkan bahwa petak bentuk segi

empat memberikan data komposisi vegetasi yang lebih akurat

dibanding petak berbentuk lingkaran, terutama bila sumbu

panjang dari petak sejajar dengan arah perubahan keadaan

lingkungan atau habitat.

Metode seperti ini bisa dilakuakn di habitat darat

seperti perkebunan dan hutan yang luas, maka kegiatan

analisa vegetasi erat kaitannya dengan sampling, artinya

kita cukup menempatkan beberapa petak contoh untuk

mewakili habitat tersebut. Keuntungan dan kekurangan

metode kuadrat adalah sebagai berikut :

1. Keuntungan

a. Dapat dilakukan dengan mudah

b. Memberi informasi yang baik bila komunitas vegetasi

yang diteliti bersifat homogen

2. Kerugian

Terdapat kesulitan dalam menentukan bagian kurva yang

mulai mendatar

Berdasarkan data yang diperoleh ma semakin luas kotak

yang dibuat maka semakin banyak macam spesies yang

terdapat pada kotak tersebut. Artinya semakin luas habitat

tempat tersebut maka spesies yang kita temukan akan

semakin banyak. Berdasarkan hasil kurva yang di dapat maka

perbandingan luas kurva semakin besar maka spesies yang

ada pada metode yang kita gunakan semakin banyak. Hal ini

mengindikasikan bahwa semakin banyak spesies yang kita

temukan maka pada habitat sebenarnya dapat kita temukan

lebih banyak.

BAB VPENUTUP

A. KESIMPULAN

Spesies tanman yang terdapat pada kotak yang kita buat

mewakili keseluruhan spesies yang ada pada suatu habitat

tersebut. Semakin luas kotak yang kita buat, maka semakin

banyak spesiesyangterdapat poada kotak tersebut. Artinya

pada luas habitat sebenarnya maka spesies tersebut semakin

banyak.

Banyak tidaknya sebaran vegetasi dalam suatu lingkungan

disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: faktor abiotik misalnya

suhu, cahaya, air, angin dan lain-lain, serta faktor

biotik misalnya manusia, hewan maupun tumbuhan lain yang

juga berkompetisi untuk hidup dan berkembang dengan baik.

B. SARAN

1. Diharapkan agar adanya pembimbing yang dapat memberi

arahan tiap kelompok sehingga data yang diperoleh dan

cara penyajiannya lebih dikuasai

2. Memilih lokasi praktikum yang lebih strategis agar

diperoleh hasil data yang lebih bagus.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2012. Ekologi Tumbuhan dan Ekosistem.http://rantanie.blogspot.com/. diakses pada tanggal 8Oktober 2012.

Artikata, 2013). Arti Kata Area. http://www.artikata.com/arti-9884-area.html. Makassar, diakses pada tanggal 26Oktober 2014.

Badriah, Nurul. 2011. Analisis Vegetasi (Kurva Spesies Area). BandaAceh : Universitas Syiah Kuala

BMC, 2012. Keanekaragaman Hayati Biodiversitas.http://biologimediacentre.com/keanekaragaman-hayati-biodiversitas/. Makassar, diakses pada tanggal 26Oktober 2014.

Campbell, Neil A, Reece, Mitchell. 2004. Biologi Edisi V Jilid 3.Jakarta: Erlangga.

Elfi, 2010. Ekologi Populasi. Riau : Jurusan Biologi FkipUniversitas Islam Riau.

Hardjosuwarno, Sunarto. 1990. Dasar-Dasar Ekologi Tumbuhan.Yogyakarta: Universitas Negeri Gadjah Mada.

Hiola, Fatma dan Djumarirmanto. 2008. Penuntun Ekologi Tumbuhan.Makassar: Jurusan Biologi FMIPA UNM.

KBBI, 2012. Arti Kata Kurva. http://kbbi.web.id/kurva . Makassar,diakses pada tanggal 26 Oktober 2014.

Kimball, John W. 1990. Biologi jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Sri, 2014. Pengertian Spesies. http://www.sridianti.com/apakah-pengertian-spesies.html. Makassar, diakses pada tanggal26 Oktober 2014.

Suprianto. 2001. Penuntun Praktikum Ekologi Tumbuhan. Bogor:Jurusan Biologi Institutut Pertanian Bogor.

Wirakusumah, Sambas. 2003. Dasar-dasar Ekologi Bagi Populasi danKomunitas. Jakarta: UI Press.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih saya haturkan kepada :

1. Orang tua saya yaitu Hamzarullah dan Nurhaenah

2. Kepada saudara-saudara saya : Kak Hendra, Kak Rita, Kak

Herwin, Kak Harsan, Kak Nina, dan adek Ayyu.

3. Kepada sahabat-sahabat saya : A.Kastiar.L, Ummi Kalsum

Basri, Resnawati, dan Nurjayanti

4. Kepada kakanda saya Firmanto Marnur

5. Dan seluruh teman-teman KLOVER

Sehingga laporan Ekologi Tumbuhan ini dapat

terselesaikan, dan saya haturkan permohonan maaf jika didalam

penyajiannya masih banyak kekurangan.